• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Pacaran Terhadap Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Makassar Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Pacaran Terhadap Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Makassar Tahun 2015"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG

PACARAN TERHADAP SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI 1

MAKASSAR TAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Ahli

Medya Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

OLEH :

JUSNIANI

NIM : 70400112093

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2014/2015

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assala mu Alaiku m W arah matullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SW T, Tuhan semesta ala m, pencipta langit dan

bu mi beserta isinya, semoga rahmat, hidayah, tercurahkan bagi kita se mua

sehingga segala aktivitas bernilai ibadah disisi Allah SW T. Kepada Baginda

Rasulullah Muha mmad SAW , kita hanturkan salam dan taslim semoga

tercurahkan yang telah menunjukkan jalan kebenaran bagi kita se mua teruta ma

penulis dala m menyusun karya tulisi lmiah yang berjudul

“Gambaran Tingkat

Pengetahuan Remaja Tentang Pacaran Terhadap Seks Pranikah Di SMA

Negeri 1 Makassar Tahun 2015”

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk me menuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di jurusan Kebidanan fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Penulis sangat menyadari akan keterbatasan p engalaman dan pengetahuan

yang di miliki, oleh Karena itu saran dan kritik yang sifatnya me mbangun

merupakan masukan dan penye mpurnaan selanjutnya dan dapat ber manfaat bagi

perke mbanagan ilmu pengetahuan.

Mengawali ucapan terima kasih ini disampaikan kepada kedua orang

tuaku teristime wah kepada ibundaku Maryani dg Maci’non telah melahirkan,

me mbesarkan dan mendidik saya, dan kepada ayahandaku Alm. Ju mallah dg

Juragang terima kasih atas pengorbanan, segala perhatian, kasih sayang y ang tak

(6)

vi

senantiasa me mberikan nasehat, doa, dukungan dan bantuan dala m bentuk apapun

se moga keikhlasannya dibalas oleh Allah SW T.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tak te rhingga nilainya juga

penulis sa mpaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mussafir Babbari, M.Si, selaku rektor Universitas Isla m

Negeri Alauddin Makassar

2. Bapak Prof. Dr. dr. H. Andi Ar myn Nurdin, M.Sc selaku dekan Fakultas

kedokteran dan ilmu Kesehatan beserta pembantu Dekan I, Pe mbantu Dekan

II, Pe mbantu Dekan III dan seluruh Staf ad ministrasi yang telah me mberikan

berbagai fasilitas kepada seluruh mahasiswa UIN Alauddin Makas sar sela ma

masa pendidikan.

3. Ibu Hj. Sitti Saleha, S.S.T, M.Keb selaku Ketua Jurusan Keb idanan Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan beserta dosen dan staf -stafnya.

4. Ibu dr. Hj. Dewi Setiawati, Sp.OG, M.Kes selaku pe mbi mbing yang

senantiasa me mberikan masukan dan bimbingan dala m penyusunan

KaryaTulis Ilmiah ini.

5. Ibu dr. Miswani Mukani Syuaib, m.Kes selaku penguji I yang senantiasa

me mberikan masukan dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

6. Ibu Dr. Nur Huda Noer, M.Ag selaku penguji II yang senantiasa me mberikan

masukan dan dukungan dala m penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Para dosen dan seluruh staf UIN Alauddin terkhusus kepada para tenaga

(7)

vii

dan me mberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa.

8. Kepada Bapak Kepala Sekolah SM A Negeri 1 Makassar yang telah

me mberikan izin penelitian dan pelayanan selama penelitian yang

me mpermudah kegiatan penelitian.

9. Kepada suami saya Muha mmad Patotori Sh , te man saya Faridawati,

Maryuni, Susianti dan Sya msidar, dan teman -teman satu bi mbingan terima

kasih atas motivasi dan saran sehingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Kepada seluruh te man-te man Jurusan kebidanan angkatan 2012 yang telah

me mberikan dukungan saran yang me mbangun dala m terselesainya karya

tulis ilmiah ini.

11. Teri ma kasih juga kepada saudara -saudaraku dan keluarga besar atas

motivasi, dan bantuanya.

Kepada seluruh pihak yang telah me mberikan bantuan, motivasi, materi dan

non materi, penulis ucapkan banyak terimakasih, se moga mendapat limpahan

Rah mat dan selalu diberi perlindungan serta kesehatan oleh Allah SW T. Amin ya

Rabbal Alamin…

Makassar, Nove mber 2015 Penulis

JUSNIANI NIM: 70400112093

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ... 1

B. Peru musan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. U mu m ... 4

2. Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori... 6

1. Re maja ... 6

2. Pacaran ... 10

3. Seksual Pranikah ... 17

B. Tinjauan Umu m Tentang Pengetahuan, Prilaku, Dan Tindakan ... 32

1. Pengetahuan... 32

2. Prilaku ... 36

3. Tindakan atau Praktek ... 37

C. Kerangka teori ... 38

D. Kerangka konsep ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

(9)

ix

B. Lokasi dan waktu penelitian ... 40

C. Populasi dan Sa mpel Penelitian ... 40

D. Variabel penelitian ... 42

E. Teknik pengu mpulan data ... 42

F. Metode pengolahan data dan analisa data ... 42

G. Etika penelitian ... 43

H. Jadwal penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Ga mbaran te mpat penelitian ... 45

B. Hasil penelitian ... 45

C. Pe mbahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesi mpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kela min… … … ….. 45

2. Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur… … … 46

3. Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Su mber Infor masi… … … 46

4. Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan….. 47

5. Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap… … … …... 48

6. Tabel 4.6. Distribusi Tindakan Hubungan Seksual Pranikah Siswa… ….

Berdasarkan Jenis Kelamin… … … ….. 48

(11)

xi

ABSTRAK

Prodi D III Kebidanan UIN Alauddin Makassar

Jusniani, 70400112093

Pembimbing : dr. Hj. Dewi Setiawati, Sp.OG, M.Kes

“Gambaran Tingkat Pengetahuan

Remaja Tentang Pacaran Terhadap Seks

Pranikah Di Sma Negeri 1 Makassar Tahun 2015”

Seks pranikah di kalangan re maja semakin merebak dan meluas. Ke mentrian Kesehatan pada tahun 2012 merilis hasil studi di tempat kota: Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya. Dari studi tersebut, 35,9% re maja mengaku me mpunyai te man yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelu m menikah. Berdasarkan studi di Sma Negeri 1 Makassar didapatkan keterangan dari bagian kesiswaan dan siswi yang keluar karena melakukan seks prani kah yang berakibat keha milan di luar nikah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ga mbaran tingkat pengetahuan remaja tentang pacaran terhadap seks pranikah di SM A Negeri 1 Makassar Tahun

2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

Deskriptif Kuantitatif

dengan ju mlah populasi 803 siswa-siswi dan didapatkan 89 sa mpel yang dipilih

secara

simple random sampling

serta pengu mpulan data menggunakan kuesioner.

Berdasarka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ga mbaran tingkat pengetahuan remaja tentang pacaran terhadap seks pr anikah di Sma Negeri 1 Makassar diperoleh 13 responden (14,6%) yang me miliki pengetahuan baik tentang seks pranikah, 70 responden (78,6%) yang me miliki pengetahuan sedang tentang seks pranikah, 6 responden (6,8%) yang me miliki pengetahuan kurang tentang seks pranikah. Kesi mpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa -siswi di SM A Negeri 1 Makassar me miliki pengetahuan sedang tentang seks pranikah. Faktor pengha mbat dan pendorong remaja tentang seks pranikah pada siswa-siswi di Sma Negeri 1 Makassar yaitu : umur, sosial budaya atau paparan media massa dan lingkungan.

Kata Kunci :

Pengetahuan, remaja, seks pranikah

(12)

xii

ABSTRACT

Jusniani, 70400112093

Supervisor :

dr. Hj. Dewi Setiawati, Sp.OG, M.Kes

"Picture of the level of knowledge about dating teens against premarital sex

in SMA Negeri 1 Makassar 2015"

Pre marital sex among teenagers is rapidly evolving and expanding. Ministry of health in 2012 released the results of a study in the cities: Jakarta, Medan, Bandung, and Surabaya. Of the study, 35,9% of teens admitted to having friends who have had sexual intercourse before marriage. Based on studies in the country SM A Negeri 1 Makassar obtained information fro m the student and the student is out for pre marital sex which is resulting in a pregnancy out of wedlock.

This study aims to describe the level of knowledge of adolescents about dating against pre marital sex in the country SM A Negeri 1 Makassar 2015. Kind of research is descriptive quantitative research with a population of 803 students and get 89 samples were selected by simple random sa mpling and d ata collection using questionnaires.

Based on the results of this study concluded that the description of the level of knowledge of adolescents about dating to the pre-marital sex SM A Negeri 1 Makassar country obtained 13 respondents (14,6%) who have a go od kno wledge about premarital sex, 70 respondents (78,6%) who had moderate knowledge about premarital sex, 6 respondents (6,8%) who have less knowledge about pre marital sex, conclusion of the study showed that students in the country SM A Negeri 1 Makassar had moderate knowledge about pre marital sex. Enabling and constraining teens about pre marital sex on students in the country SM A Negeri 1 Makassar namely: age, social, cultural or environ mental exposure and the mass media.

Keywords : knowledge, adolescents, pre marital sex

(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas secara biopsiko sosial maka penting diketahuinya kesehatan reproduksi sejak usia dini. Persiapan dini dapat dimulai sejak usia re maja yang merupakan masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pesatnya arus globalisasi dan suburnya industri video dan buku -buku pornografi serta kurangnya control orangtua dan tersedianya prasarana yang menunjang perilaku reproduksi menyi mpang dapat menyebabkan remaja lepas contr ol dala m hal kesehatan reproduksi remaja. Kondisi ini menyebabkan banyaknya re maja yang ha mil pranikah dan tertular infeksi menular seksual akibat kurangnya pengetahuan dan sikap remaja re maja terhadap perilaku kesehatan reproduksi ( Mochsen, 2012).

Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKB N Pusat) menyatakan menyatakan hasil survey terakhir suatu le mbaga survey yang dilakukan di 33 provinsi tahun 2013 terhadap re maja usia sekolah SMP dan SM A, sebanyak 63 persen remaja mengaku sud ah mengala mi hubungan seks sebelu m nikah dan 21 persen diantaranya melakukan aborsi. Berdasar data penelitian pada 2010 -2011 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, masih berkisar 47-54 persen re maja mengaku mela kukan hubungn seks sebelu m nikah. Persentase re maja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengala mi peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ( Yahdillah, 2013).

Dari berbagai penelitian menunjukkan, perilaku seksual pada re maj a me mpunyai korelasi dengan sikap remaja terhadap se ksualitas. Penelitian tentang prilaku seksual di empat kota tahun tahun 2011 menunjukkan 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja dikota Yogyakarta, 3,4% di Surabaya, serta 31,1% re maja di kota Kupang telah terlibat hubungan seksual secara

(14)

2

aktif (Tito, 2011). Se mentara 42,3 persen pelajar di Cianjur sudah pernah melakukan hubungan seks saat dudu k di bangku sekolah (BKKB N, 2012). Di kota Denpasar dari pelajar SLT A di dapati 23,4% me mpunyai pengala man hubungan seksual (Indiesclesta, 2008).

Selain itu hasil survey

United Nations Populations Fund

(UNFP A)

tahun 2010 mengenai jumlah penduduk usia 18 -20 tahun yang melakukan hubungan seks praikah di beberapa kota besar yaitu Manado, Surabaya, Malang dan Denpasar sebesar 26-29%, Bandung 20,2%, Bogor 30% dan Sukabu mi 26,5% (B KKB N, 2012).

Re maja merupaka usia yang rentan dalam menanggapi perubahan

yang ada di sekitarnya. Hasil riset synoviet tahun 2009 juga

me mbuktikannya. Riset dilakukan di empat kota yakni Jakarta, Sur abaya, Bandung dan Medan. Dari 450 responden, 44% mengaku berhubungan seks perta ma kali pada usia 16 -18 tahun. Bahkan ada 16 responden, yang mengenal seks sejak usia 13 -15 tahun. Sebanyak 40% responden melakukan hubungan seks di ru mah. Sedangkan 26% melaku kan dite mpat kost, dan 20% lainnya di hotel (sukender, 2011).

Meningkatnya perilaku seksual yang menyi mpang juga meningkatkan permasalahan seksual salah satunya adalah keha milan yang tidak diinginkan (KTD) yang akan berda mpak pada kasus aborsi dan ke matian ibu dan janin. W HO me mperkirakan resiko ke matian akibat keha milan dua kali lebih tinggi pada remaja usia 15-18 tahun dibandingkan dengan wanita usia 20 -24 tahun. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKB N), Siswanto Agus Wilopo mengatakan setiap tahun terjadi 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia. Jika dirata -rata, setiap ja mnya terdapat 300 wanita telah menggugurkan kandungannya. Dari ju mlah itu, 700 ribu di antaranya dilakukan oleh re maja us ia di bawah 20 tahun dan sebanyak 11,13 persen dari semua kasus aborsi di Indonesia dilakukan karena keha milan yang tidak diinginkan (Yudhi, 2008).

Di samping itu keha milan pada usia remaja juga mengakibatkan ke macetan persalinan karena ketidakseimbangan antara besar bayi dengan

(15)

3

luas panggul. Akibat lainnya adalah penyakit menular sekaual (PM S) yang terjadi di dunia tiap tahunnya terus meningkat sedang di Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga Septe mber 2012, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/ AIDS d Indonesia, 54 persen di antaran ya adalah remaja (Yahdillah,2013).

Sesuatu yang diberitakan oleh Rasulullah SAW telah tampak pada masa ini dan ini me mberikan bukti bagi dunia bahwa ajaran Isla m adalah yang terbaik bagi manusia. Orang mati setiap tahun dengan sebab penyakit AIDS yang muncul akibat hubungan seks bebas (zina) Di sa mping itu juga muncul penyakit-penyakit lain yang bermaca m-maca m akibat tersebarnya perzinaan. Ayat tentang berzina Surah Al-Israa Ayat 32

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina, sesungguhnya zina

itu adalah perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.”

Berdasakan data dan uraian diatas, ternyata kejadian prilaku seks pranikah seperti pheno mena di Makassar yang hanya menunjukkan seba gian kecil dari kasus yang sebenarnya, tidak terlihat dari luar namun insidensinya terus meningkat. Dita mbah lagi dengan ke majuan teknologi yang semakin pesat menyodorkan terbukanya kese mpatan penyalahgunaan teknologi di daerah yang sangat mudah menjangkau sumber informasi seperti kota Makassar. Untuk itu maka peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat prilaku seksual re maja tingkat SM A di Makassar yang khususnya pada SM A Negeri 1 Makassar yang pada tahun 2015 didapati 2 orang siswinya dikeluarkan dari sekolah karena hamil diluar nikah.

B.

Rumusan Masalah

“Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang dampak pacaran terhadap kejadian seks pranikah di SMA Negeri 1 Makassar tahun 2015?”

(16)

4

C.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umu m

Untuk mengetahui ga mbaran tingkat pengetahuan re maja tentang da mpak pacaran terhadap kejadian seks pranikah pada Siswa -Siswi di SM A Negeri 1 Makassar tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahuan ga mbaran tingkat pengetahuan remaja tentang

pacaran Siswa-Siswi di SM A Negeri 1 Makassar tahun 2015.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks pranikah

pada Siswa-Siswi di SM A Negeri1 Makassar tahun 2015.

c. Untuk mengetahui ga mbaran prilaku remaja terhadap seks pranikah

pada Siswa-Siswi di SM A Negeri 1 Makassar tahun 2015.

D.

Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Sebagai bahan pertimbangan dan sumber data untuk penelitian selanjutnya khususnya khususnya tentang pacaran terhadap seks pranikah.

2. Bagi Peneliti

Untuk mena mbah pengetahuan peneliti tentang sejauh mana pengetahuan

Siswa-Siswi tentang ga mbaran pacaran dan bagai mana tingkat

pengetahuan seksual re maja serta da mpaknya pada hubungan seksual pranikah dan sebagai mana wahana dalam menerapkan ilmu metodologi penelitian yang telah di dapatkan dala m kuliah.

3. Bagi Siswa

Mena mbah wawasan bagi siswa tentang hubungan berpacaran sehat (menjaga batasan batasan norma) agar terhindar dari da mpak terjadinya hubungan seks pranikah serta meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja melalui penyuluhan yang diberikan pada saat penga mbilan data.

(17)

5

4. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan bagi SM A Negeri 1 Makassar agar me mberikan pendidikan seksual bagi siswanya sehingga remaja me miliki pengetahuan dan sikap yang bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksinya.

5. Bagi pe merintah

Sebagai data yang dapat digunakan serta bahan masukan bagi Pe merintah supaya lebih intensif lagi dalam mengatasi per masalahan seksualitas pada remaja.

(18)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Tinjauan Teori

1. Re maja

a.) Pengertian Re maja

Re maja atau

adolescene

berasal dari bahasa latin

adolescere

yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” istilah ini

mencakup ke matangan mental, e mosional, sosial dan fisik

(Rah mawati, 2010). Menurut Piaget (dalam Hurlock, 2010) secara psikologis masa re maja adalah usia diman a individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Masa re maja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang dewasa melainkan berada dala m tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, me mpunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Ter masuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transfor masi yang khas dari cara berpikir remaja me mungkinkan untuk mencapai integrasi dala m hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya me rupakan ciri khas yang umu m dari perio de perke mbangan (Rah mawati, 2010).

Sedangkan pada tahun 2010, W HO me mberikan defenisi tentang remaja lebih konseptual. Dalam defenisi tersebut dike mukakan kriteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekono mi. Re maja adalah suatu masa dimana:

1.) Individu berke mbang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai

ke matangan seksual.

2.) Individu mengalami perke mbangan psikologis dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3.) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekono mi yang

(19)

7

Ditinjau dari kesehatan W HO menetapkan batas usia 10 -20 tahun sebagai batasan usia remaja (Rah mawati, 2010). Se mentara itu defenisi re maja untuk ma syarakat Indonesia yang dikutip dalam Sarwono (2010) adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut:

a.)

Usia 11 tahun adalah usia dimana pada u mu mnya tanda

-tanda seksual sekunder mulai ta mpak (kriteria fisik ).

b.)

Dibanyak masyarakat Indonesia, usia dianggap akil balik,

baik menurut adat maupun aga ma, sehingga masyarakat tidak lagi me mperlakukan mereka sebagai anak -anak (kriteria sosial).

c.)

Pada usia tersebut mulai ada tanda -tanda penye mpurnaan

perke mbangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (

ego

identity,

menurut Erik Erikson), tercapainya fase genital dari perke mbangan psikoseksual (Freud) dan tercapainya puncak perke mbangan kognitif (Piaget) maupun moral (Kohilberg) (kriteria psikologis).

d.)

Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk

me mberi peluang bagi mereka sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri kepada orangtua.

e.)

Dala m defenisi di atas, status perkawinan sangat

menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting dala m masyarakat kita secara menyeluruh, seseorang yang sudah menikah pada usia berapa pun, dianggap dan di perlakukan sebagai orang dewasa (Rah mawati, 2010).

b.) Cirri-ciri re maja

Hurlock (2010) mengatakan ada delapan ciri -ciri re maja, yaitu:

1.) Masa remaja sebagai periode yang penting Dianggap periode

yang penting karena fisik dan akibat psikologis. Perke mbangan fisik yang cepat penting disertai dengan cepatnya perke mbangan

(20)

8

mental, teruta ma pada awal masa re maja. Se mua perke mbangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian ment al dan perlunya me mbentuk sikap, nilai dan minat baru.

2.) Masa remaja sebagai periode peralihan

Dala m periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, re maja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

3.) Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada lima perubahan yang dialami oleh remaja yaitu:

a.)

meningginya e mosi

b.)

perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh

kelo mpok sosial.

c.)

remaja selalu merasa ditimbuni banyak masalah.

d.)

dengan berubahnya minat dan pola maka nilai -nilai

berubah.

e.)

sebagian besar re maja bersikap a mbivalen terhadap

perubahan.

4.) Masa remaja sebagai usia ber masalah

Ada dua hal yang menyebabkan kesulitan mengatasi masalah baik pria maupun wanita, yaitu:

a.)

sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian

diselesaikan oleh orangtua dan guru, sehingga banyak remaja tidak berpengala man dalam mengatasi masalah.

b.)

karena para re maja merasa diri mandiri, sehingga mereka

ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bant uan dari orangtua dan guru.

5.) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Erik Erikson, yaitu masa mencari identitas dari seperti usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dala m masyarakat.

(21)

9

6.) Masa remaja sebagai usia yang meni mbulkan ketakutan

Anggapan streotipe budaya bahwa remaja adalah anak -anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa harus me mbi mbing dan mengawasi kehidupan remaja t akut bertanggung jawab dan bersikap tidak si mpatik terhadap perilaku re maja normal.

7.) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Re maja cenderung me mandang kehidupan melalui kaca

berwarna merah ja mbu. Ia melihat dirinya dan orang lain sebagai mana yang dia inginkan dan bukan sebagai mana adanya, terlebih dala m hal cita -cita. Cita-cita yang tidak realistik ini hanya bagi dirinya juga bagi keluarga dan te man -temannya, menyebabkan meningginya e mosi yang merupakan cirri dari awal masa re maja.

8.) Masa remaja sebagai masa a mbang dewasa

Dengan se makin mendekatnya usia ke matangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan streotipe belasan tahun dan untuk me mberikan kesan bahwa mereka sudah a mpir dewasa. Berpakaian dan bertindak sebagai orang dewasa ternyata tidaklah cukup (Rah ma wati, 2006). Secara u mu m masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

a.) Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha menge mbangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah peneri maan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

b.) Masa remaja pertengahan (15 -18 tahun)

(22)

10

berpikir yang baru. Teman sebaya masih me miliki peran yang penting. Na mun individu sudah lebih ma mpu

mengarahkan diri sendiri (

self-directed)

. Pada masa ini

remaja mulai menge mbangkan ke matangan tingkah laku,

belajar mengendalikan i mpulsifitas, dan me mbuat

keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

c.) Masa remaja akhir (19 -22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untu k me masuki peran-peran orang dewasa. Selama periode in remaja

berusaha me mantapkan tujuan vokasional dan

menge mbangkan

sense of personal identity.

Keinginan yang

kuat untuk menjadi matang dan diterima dala m kelo mpok teman sebaya dan orang dewasa, juga menj adi ciri dari tahap ini (Agustiani, 2006).

2. Pacaran

a.) Definisi Pacaran

Menurut DeGenova & Rice (2010) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang berte mu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sa ma lain. M enurut Bowman (2011) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belu m menikah, di mana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat me mberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelu m pernikahan di Amerika.

Benokraitis (2009) mena mbahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang berte mu dengan seseorang lainnya dala m konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki ke mungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup.

(23)

11

Menurut Saxton (dala m Bo w man, 2011), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kau m muda yang belu m menikah dan berlainan jenis).

Kyns (2008) mena mbahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan mereka me miliki keterikatan e mosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dala m hati masing-masing. Menurut Reiss (dala m Duvall & Miller, 2011) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman.

Menurut Papalia, Olds 15 & Feld man (2009), keintiman meliputi adanya rasa kepe milikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan infor masi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari keintiman. Berdasarkan pernyataan -pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepe milikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan e mosi antara pria da n wanita yang belu m menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelu m menikah.

b.) Karakteristik Pacaran

Pacaran merupakan fenomena yang relatif baru, siste m ini baru muncul setelah perang dunia pertama terjadi. Hubungan pria dan wanita sebelu m munculnya pacaran dilakukan secara for mal, dimana pria datang mengunjungi pihak wanita dan keluarga nya (dala m DeGenova & Rice, 2010).

Menurut DeGenova & Rice (2010), proses pacaran mulai muncul sejak pernikahan mulai menjadi keputusan secara individual dibandingkan keluarga dan sejak adanya rasa cinta dan saling ketertarikan satu sa ma lain antara pria dan wanita mulai menjadi

(24)

12

dasar utama seseorang untuk menikah. Pacaran saat ini telah banyak berubah dibandingkan dengan pacaran pada masa lalu. Hal ini disebabkan telah berkurangnya tekanan dan orientasi untuk menikah pada pasangan yang berpacaran saat ini dibandingkan sebagaimana budaya pacaran pada masa lalu (dalam DeGenova & Rice, 2010). Tahun 1700 dan 1800, pertemuan pria dan wanita yang dilakukan secara kebetulan tanpa mendapat pengawasan akan mendapat huku man. Wanita tidak akan pergi sendiri untuk menjumpai pria begitu saja dan tanpa me milih -milih. Pria yang me miliki keinginan untuk menjalin hubungan d engan seorang wanita maka ia harus menju mpai keluarga wanita tersebut, secara for mal me mperkenalkan diri dan me minta izin untuk berhubungan dengan wanita tersebut sebelu m mereka dapat melangkah ke hubungan yang lebih jauh lagi. Orangtua me miliki pengaruh yang sangat kuat, lebih dari yang dapat dilihat oleh seorang anak dala m me mpertimbangkan keputusan untuk sebuah pernikahan. Tidak ada jaminan apakan hubungan pacaran yang dibina akan berakhir dala m pernikahan, karena dala m berpacaran tidak ada ko mit men untu k melanjutkan hubungan tersebut ke jenjang yang lebih tinggi.

Menurut New man & New man (2010), faktor utama yang menentukan apakah suatu hubungan pacaran dapat berakhir dala m ikatan pernikahan ialah tergantung pada ada atau tidaknya keinginan yang mendasar dari diri individu tersebut untuk menikah. Murstein (dala m W atson, 2004) mengatakan bahwa pada saat seorang individu menjalin hubungan pacaran, mereka akan menunjukkan beberapa tingkah laku seperti me mikirkan sang kekasih, menginginkan untuk sebanyak mungkin menghabiskan waktu dengan kekasih dan sering menjadi tidak realistis terhadap penilaian mengenai kekasih kita.

Menurut Bow man & Spanier (2011), pacaran terkadang me munculkan banyak harapan dan pikiran -pikiran ideal tentang diri pasangannya di dala m pe rnikahan. Hal ini disebabkan karena dala m

(25)

13

pacaran baik pria maupun wanita berusaha untuk selalu mena mpilkan perilaku yang terbaik di hadapan pasangannya. Inilah kelak yang akan me mpengaruhi standar penilaian seseorang terhadap pasangannya setelah menikah.

c.) Ko mponen Pacaran

Menurut Karsner (2010) ada e mpat komponen penting dala m menjalin hubungan pacaran. Kehadiran ko mponen -ko mponen tesebut dala m hubungan akan mempengaruhi kualitas dan kelanggengan hubungan pacaran yang dijalani. Adapun ko mponen -ko mponen pacaran tersebut, antara lain:

1.) Saling Percaya (Trust each other)

Kepercayaan dalam suatu hubungan akan menentukan apakah suatu hubungan akan berlanjut atau akan dihentikan. Kepercayaan ini meliputi pe mikiran -pe mikiran kognitif individu tentang apa yang sedang dilakukan oleh pasangannya.

2.) Ko munikasi (Communicate your self)

Ko munikasi merupakan dasar dari terbinanya suatu hubungan yang baik (Johnson dala m Supraktik, 2008). Feld man (2009) menyatakan bahwa ko munikasi merupakan situasi dimana seseorang bertukar infor masi tentang dirinya terhadap rang lain. 3.) Keintiman (Keep the romance alive)

Keintiman merupakan perasaan dekat terhadap pasang an (Stenberg dala m Shu mway, 2009). Keintiman tidak hanya terbatas pada kedekatan fisik saja. Adanya kedekatan secara emosional dan rasa kepe milikan terhadap pasangan juga merupakan bagian dari keintiman. Oleh karena itu, pacaran jarak jauh juga tetap me miliki keintiman, yakni dengan adanya kedekatan 18 emosional melalui kata -kata mesra dan perhatian yang diberikan melalui sms, surat atau email.

(26)

14

Menurut Kelly (dala m Stenberg, 2010) ko mitmen lebih merupakan tahapan dimana seseorang menjadi terikat dengan sesuatu atau seseorang dan terus bersa manya hingga hubungannya berakhir. Individu yang sedang pacaran, tidak dapat melakukan hubungan spesial dengan pria atau wanita lain sela ma ia masih terikat hubungan pacaran dengan seseorang. d.) Alasan Berpacaran

Menurut DeGenova & Rice (2010) ada beberapa hal yang menyebabkan individu -individu berpacaran, antara lain:

1.) Pacaran sebagai bentuk rekreasi.

Satu alasan bagi pasangan untuk keluar secara sederhana adalah untuk bersantai-santai, menikmati diri mereka sendiri dan me mperoleh kesenangan. Pacaran merupakan suatu bentuk hiburan an ini jugalah yang menjadi tujuan akhir dari pacaran itu sendiri.

2.) Pacaran me mberikan pertemanan, persahabatan dan keintiman pribadi. Banyak kau m muda yang me miliki dorongan yang kuat untuk menge mbangkan kedekatan dan hubungan yang intim melalui pacaran.

3.) Pacaran adalah bentuk sosialisasi. Pacaran me mbantu seseorang untuk me mpelajari kealian -keahlian sosial, mena mbah kepercayaan diri dan ketenangan, dan mulai menjadi ahli dala m seni berbicara, bekerjasa ma, dan perhatian terhadap orang lain. 4.) Pacaran berkontribusi untuk penge mbangan kep ribadian.

Salah satu cara bagi individu untuk menge mbangkan identitas diri mereka adalah melalui berhubungan dengan orang lain. Kesuksesan seseorang dalam pengala man berpacaran merupakan bagian dari perke mbangan kepribadian. Satu dari alasan-alasan kau m mu da berpacaran adalah karena hubungan tersebut me mberi mereka kea manan dan perasaan dihargai secara pribadi.

(27)

15

5.) Pacaran me mberikan kese mpatan untuk mencoba peran gender. Peran gender harus dipraktekkan dala m situasi kehidupan nyata dengan pasangan. Banyak wanita saat ini menyadari bahwa mereka tidak dapat menerima peran tradisionalnya yang pasif; pacaran me mbantu mereka mengetahui hal ini dan belajar jenis peran apa saja yang mereka te mukan dala m hubungan yang dekat.

6.) Pacaran adalah cara untuk me menuhi kebutuhan akan cinta dan

kasih sayang. Kebutuhan akan kasih sayang ini merupakan satu dari motif utama orang berpacaran.

7.) Pacaran me mberikan kese mpatan bagi pencobaan dan kepuasan

seksual. Pacaran menjadi lebih berorientasi seksual, dengan adanya peningkatan ju mlah kau m muda yang se makin tertarik untuk melakukan hubunganintim (Mi chael dala m DeGenova & Rice, 2010).

8.) Pacaran adalah cara untuk menyeleksi pasangan hidup.

Kesesuaian dari seleksi pasangan menganjurkan agar individu -individu yang me miliki kecocokan yang baik dala m karakteristik-karakteristik pokok untuk dapat menikah satu sama lain karena kecocokan dapat meningkatkan ke mungkinan bahwa mereka akan ma mpu me mbentuk hubungan yang saling me muaskan.

9.) Pacaran me mpersiapkan individu menuju pernikahan.

Pacaran dapat menge mbangkan pe mahaman yang lebih baik tentang sikap dan perilaku pasangan satu sa ma lain; pasangan dapat belajar bagaimana cara me mpertahankan hubungan dan bagai mana mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan -permasalahan yang terjadi.

Duvall & Miller (2011) mena mbahkan beberapa alasan lain mengapa orang-orang berpacaran, yakni bahwa pacaran dilihat sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menghibur. Beberapa

(28)

16

orang berpacaran karena begitulah yang se mua orang lakukan. Seseorang berpacaran karena itulah yang diharapkan; jika tidak pacaran, orang akan mengira ada yang salah pada dirinya. Tekanan sosial dan penghindaran dari kritik sosial juga menjadi alasan orang berpacaran. Bahkan banyak lagi orang yang tidak tahu mengapa mereka berpacaran. Pacaran hanya dija dikan sebagai sebuah cara untuk melewati masa antara pubertas dan dewasa awal.

e.) Model - Model Pacaran

Menurut Duvall & Miller (2011) ada beberapa tingkatan dala m pacaran :

1.)

Casual Dating

Tahap ini biasanya dimulai dengan “pacaran keliling” pada

orang muda. Orang dalam tahap ini biasanya berpacaran dengan beberapa orang dala m satu waktu.

2.)

Regular Dating

Ketika seseorang untuk alasan yang ber maca m -maca m me milih sebagai pasangan yang lebih disukai, ke mungkinan besar hubungan itu akan menetap. Pasangan pada taha p ini seringkali pergi bersama dengan pasangannya dan mengurangi atau menghentikan hubungan dengan pasangan yang lain. Tahap perke mbangan hubungan ini terjadi ketika seorang atau kedua pasangan berharap bahwa mereka akan saling melihat satu sa ma lain lebih sering dibanding yang lain. Jika hubungan ini dapat me menuhi kebutuhan pasangannya, hubungan ini akan meningkat secara eksklusif (terpisah dari yang lain).

3.)

Steady Dating

Tahap ini adalah fase yang serius dan lebih kuat dari fase

dating

regularly. Pasangan dalam tahap ini biasa me mberikan beberapa

simbol nyata sebagai bentuk ko mit men mereka terhadap pasangannya. Mahasiswa pria bisa memberikan pasangannya

(29)

17

berupa pin persaudaraan, kalung, dll sebagai wujud keseriusan mereka dala m hubungan tersebut.

4.)

Engagement (Tunangan)

Tahap pengakuan kepada publik bahwa pasangan ini berencana untuk menikah.

3. Seksual Pranikah

a.) Pengertian hubungan seksual pranikah

Hubungan seks didefinisikan sebagai persenyawaan, persetubuhan

dan satu aktivitas merangsang dari sentuhan kulit se cara

keseluruhan, sampai me mperte mukan alat ke maluan lelaki ke dala m organ vital wanita. Rangsangan ini adalah naluri ala miah se mua makhluk hidup untuk menya mbung generasi seterusnya agar gen ini tidak terputus. Sedangkan hubungan seksual pranikah merupaka n tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan

yang resmi menurut huku m maupun menurut aga ma dan

kepercayaan masing-masing individu (Setyawan, 2012).

b.) Da mpak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pranikah

1.) Aspek Medis

Dari aspek medis, melakuka n hubungan seksual pranikah me miliki banyak konsekuensi, sebagai berikut :

a.) Keha milan yang tidak diinginkan (KT D) pada usia muda

Mudanya usia ditambah mini mnya informasi

tentang “bagaimana seorang perempuan bisa hamil”,

me mpertinggi ke mungkinan terjadin ya kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI, 37.700 pere mpuan mengala mi keha milan yang tidak diinginkan.

Dari ju mlah itu, 30,0% adalah masih re maja, 27,0% belu m menikah, 12,5% masih berstatus pelajar atau

mahasiswa dan sisanya adalah ibu ru mah tangga (Yudhi, 2008).

(30)

18

b.) Aborsi

Aborsi adalah istilah biasa yang digunakan untuk

menunjukkan penghentian kehamilan. “Abort” berarti “mengakhiri” dan aborsi berguna untuk mengakhiri

keha milan. Aborsi mungkin direncanakan dan disengaja atau mungkin tidak direncanakan dan terjadi secara spontan. Ketika keha milan tidak mampu diteruskan, hasilnya adalah aborsi spontan juga dinamakan keguguran. Keguguran dapat ditandai oleh terjadinya pendarahan yang hebat dari vagina dan mungkin me mbutuhkan p ertolongan secara medis. Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya keha milan sebelu m kandungan mencapai usia 20 minggu yaitu sebelu m janin dapat hidup diluar kandungan secara mandiri.24 Aborsi dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu aborsi spontan (

abortus spontaneous

) dan aborsi

buatan (

abortus provacantus

). Aborsi spontan (

abortus

spontaneous

) adalah keguguran yang terjadi secara ala miah

atau tidak sengaja. Sedangkan aborsi buatan (

abortus

provacantus

) adalah usaha pengguguran yang disengaja. Ada dua cara aborsi buatan yaitu aborsi atas indikasi medis

dan aborsi tidak aman (

unsave abortion

). Adapun alasan

remaja yang terlanjur hamil me milih aborsi yakni ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah, takut ke marahan orang tua, belu m siap secara mental dan ekono mi untuk menikah dan punya anak, malu pada lingkungan dan tidak tahu status anak nantinya.

Dengan status mereka yang belu m menikah maka besar ke mungkinan kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan aborsi merupakan salah satu alternatif yang k erap dia mbil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia, yang berarti setiap ja m terjadi

(31)

19

300 tindakan pengguguran janin dengan resiko ke matian ibu. Sedikitnya 700 ribu diantaranya dilakukan oleh remaja atau pere mpuan berusia di bawah 20 tahun. Sebanyak 11,13% dari se mua kasus aborsi di Indonesia dilakukan karena keha milan yang tidak diinginkan (Yudhi , 2008).

Ayat Al-Qur’an tentang aborsi :

1.)

Surah al-

An’am ayat 151

َلَّ َو اًناَس ْحِإ ِنْيَدِلاَوْلاِبَو اًئْيَش ِهِب اوُكِرْشُت َّلََّأ ْمُكْيَلَع ْمُكُّبَر َمَّر َح اَم ُلْتَأ اْوَلاَعَت ْلُق

َرَهَظ اَم َشِحاَوَفْلا اوُبَرْقَت َلََّو ْمُهاَّيِإَو ْمُكُقُزْرَن ُن ْحَن ٍق َلَْمِإ ْنِم ْمُكَد َلَّْوَأ اوُلُتْقَت

ْمُكَّلَعَل ِهِب ْمُكاَّصَو ْمُكِلَذ ِّق َحْلاِب َّلَِّإ ُ َّاللَّ َمَّر َح يِتَّلا َسْفَّنلا اوُلُتْقَت َلََّو َنَطَب اَمَو اَهْنِم

َنوُلِقْعَت

﴾۱٥۱ : ماعنلأا ةروس﴿

Artinya

: “Katakanlah: ‘Marilah kubacakan apa yang dihara mkan atas ka mu oleh Tuhan mu, yaitu: janganlah ka mu me mpersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah ka mu me mbunuh anak-anak ka mu karena takut ke miskinan. Ka mi akan me mberi rezki kepa damu dan kepada mereka; dan janganlah ka mu mendekati perbuatan -perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang

terse mbunyi, dan janganlah ka mu me mbunuh jiwa yang dihara mkan Allah (me mbunuhnya) melainkan dengan

sesuatu (sebab) yang benar’. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhan mu kepada mu supaya ka mu

me mahami (nya)”. (Q.S. al-An’am : 151)

2.)

Surah al-

Isra’ ayat 31

-33

اًريِبَك اًئْطِخ َناَك ْمُهَلْتَق َّنِإ ْمُكاَّيِإَو ْمُهُقُزْرَن ُن ْحَن ٍق َلَْمِإ َةَيْش َخ ْمُكَد َلَّْوَأ اوُلُتْقَت َلََّو

َسْفَّنلا اوُلُتْقَت َلََّو )۲۳( ًلَيِبَس َءاَسَو ًةَشِحاَف َناَك ُهَّنِإ اَنِّزلا اوُبَرْقَت َلََّو )۲۱(

(32)

20

ْفِرْسُي َلََف اًناَطْلُس ِهِّيِلَوِل اَنْلَع َج ْدَقَف اًموُلْظَم َلِتُق ْنَمَو ِّق َحْلاِب َّلَِّإ ُ َّاللَّ َمَّر َح يِتَّلا

﴾ ۲۲ – ۲۱ : ءارسلإا ةروس ﴿ )۲۲( اًرو ُصْنَم َناَك ُهَّنِإ ِلْتَقْلا يِف

Artinya:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut ke miskinan. Ka milah yang akan me mberi rezki

kepada mereka dan juga kepada mu. Sesungguhnya

me mbunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan janganlah ka mu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah ka mu me mb unuh jiwa yang dihara mkan Allah, melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Ka mi telah me mberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu mela mpaui batas dala m me mbunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang

mendapat pertolongan”. (Q.S. al-Isra’ : 31-33)

3.)

Surah al-Furqan ayat 151

ِّق َحْلاِب َّلَِّإ ُ َّاللَّ َمَّر َح يِتَّلا َسْفَّنلا َنوُلُتْقَي َلََّو َر َخآ اًهَلِإ ِ َّاللَّ َعَم َنوُعْدَي َلَّ َنيِذَّلاَو

﴾٨٦ : ناقرفلا ةروس﴿ اًماَثَأ َقْلَي َكِلَذ ْلَعْفَي ْنَمَو َنوُنْزَي َلََّو

Artinya:

“Dan orang-orang yang tidak menye mbah tu han yang lain beserta Allah dan tidak me mbunuh jiwa yang dihara mkan Allah (me mbunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa

(nya)”. (Q.S. al-Furqan : 68).

c.) Meningkatkan resiko terkena Kanker Rahim

Pengidap penyakit Kanker Mulut Rahim biasanya pere mpuan usia produktif, aktif melakukan hubungan seks, sering berganti pasangan seks, kawin dala m usia relatif muda (kurang dari 17 tahun) dan sering melahirkan.

d.) Terjangkit Penyakit Menular Seksual

P MS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tingi terkena P MS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti -ganti pasangan, baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan

(33)

21

benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan

reproduksi, seperti terjadinya ke manduclan, kebutaan pada

bayi yang baru lahir bahkan ke matian. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah Gonore (G O), sifilis (raja singa), herpes kelamin, kla midia, trikomoniasis vagina, kutil kela min hingga HIV/ AIDS.

e.) Penyakit kela min

1.) Definisi penyakit kela min

penyakit kela min yaitu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi diikuti peradangan dan ditularkn melalui hubungan seksual. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang terinfeksi penyakit kela min.

2.) Jenis-jenis penyakit seks yang menular

Menurut Widyastuti (2009), jenis -jenis penyakit seks yang menular:

a.) HI V/ AIDS

HI V adalah virus yang menyerang

kekebalan tubuh manusia. Virus HIV yang masuk kedalam tubuh akan berke mbang biak. Virus HIV akn masuk ke dala m sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun ju mlahnya. Akibat siste m kekebalan tubuh menjadi le mah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit. Kondis ini disebut AIDS.

AIDS adalah ku mpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Pada

awalnya penderita HIV positif sering

mena mpakkan gejala sa mpai bertahun -tahun (5-10 tahun). Banyak faktor yang me mpengaruhi panjang

(34)

22

pendeknya mas tanpa gejala ini, na mun pada mas ini penderita dapat menularkan penyakitnya pada orang lain.

b.) Gonorhoe

Penyakit kela min yng disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoe. Masa inkubasinya

antra 2-10 hari setelah masuk ke dala m

tubuh.gejala klinisnya pada pria rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis agak ke merahan dan agak bengkak, sedangkan pada wanita keputihan k ental berwarna kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul dan dapat juga tanpa gejala.

c.) Sifilis (Raja Singa)

Penyebab ku man trepone ma pallidu m

dengan masa tanpa gejala antara 3 -4 minggu bahkan terkadang sampai 3 bulan sesudah ku man masuk dalam tubuh. Gejala klinis primer yaitu luka pada ke maluan tanpa nyeri, sekunder yaitu bintil, bercak merah pada tubuh, dan kelainan saraf, jantung, pembuluh darah/kulit.

d.) Herpes Genitalis

Penyebab berupa virus Herpes simplex dengan masa inkubasi antara4 -7 hari setelah virus berada dala m tubuh. Pada pere mpuan sering kali menjadi kanker mulut rahim setelah beberapa tahun ke mudian, infeksi ini belu m ada obatnya yang benar-benar mujarab. Dengan pengobatananti virus dapat mengurangi rasa sakit dan la manya episode infeksi. Gejala kli nisnya berupa bintil-bintil berair dan nyeri pada ke maluan, luka akibat

(35)

23

pecahnya bintil-bintil dan dapat muncul lagi seperti gejala awl karena stres, haid, makan/minu m beralkohol, hubungan seks berlebihan.

e.) Kla midia

Penyebabnya adalh chlamidia Trachomatis. Gejala klinisnya keputihan encer berwarna putih kekuningan, nyeri rongga panggul,

dan pendarahan setelah berhubungan seksual.

f.) Kondiloma Aku minata

Penyebabnya adalah virus Han papilloma dengan gejala spesifik timbulnya kutil sekitar ke maluan yang dapat me mbesarkan dan dapat menyebabkan kanker mulut rahim.

c.) Aspek Sosial-Psikologis

Dari aspek psikologis, melakukan hubungan sekual pranikah akan menyebabkan re maja menjadi me miliki perasaan dan kece masan tertentu, sehingga bisa me mpengaruhi kondisi kualitas su mbe r daya b manusia (re maja) di masa yang akan datang. Kualitas SD M re maja ini adalah :

1.) Kualitas mentalis

Kualitas mentalis remaja pere mpuan dan laki -laki yang terlibat perilaku seksual pranikah akan rendah bahkan cenderung me mburuk. Mereka tidak me miliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan dan anca man hidup, rendah diri dan tidak sanggup berko mpetisi.

2.) Kualitas kesehatan reproduksi

Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena kondisi fisik pere mpuan khususnya. Sedangkan laki-laki akan me miliki kesehatan yang rendah.

(36)

24

3.) Kualitas keberfungsian keluarga

Seandainya mereka menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipaha minya peran -peran baru yang akan disandangnya dala m me mbentuk keluarga yang sakinah.

4.) Kualitas ekono mi keluarga

Kualitas ekono mi yang dibangun oleh keluarga yang menikah

karena terpaksa, tidak akan me miliki kesiapan dala m

pemenuhan kebutuhan ekono mi keluarga.

5.) Kualitas pendidikan

Re maja yang terlibat perilaku seksual pranikah, ke mudian

menikah, tentunya akan me miliki keterbatasan dala m

pendidikan formal.

6.) Kualitas partisipasi dalam pe mbangunan

Karena kondisi fisik, mental, dan sosial yang kurang baik, remaja yang terlibat perilaku seksual pranika h, tidak dapat berpartisipasi dala m pe mbangunan.

Adapun beberapa gangguan seksual yang dapat dialami laki-laki dan perempuan karena melakukan hubungan seksual pranikah yaitu :

a.) Gangguan pada laki-laki

:

1.) Impotensi : jika itu yang terjadi sebagai akibat da ri

faktor psikologis, maka gangguan itu muncul karena perasaan khawatir yang berlebihan, takut kalau pacarnya ha mil dan lain-lain.

2.) Jika laki-laki mendapatkan ejakulasi sebelu m terjadi

atau beberapa detik setelah penetrasi, ini terjadi karena rasa ce mas akibat takut dosa atau ketahuan orang, dan lain-lain.

b.) Gangguan pada pere mpuan :

1.) Frigiditas : kelainan yang mengakibatkan perempuan

(37)

25

karena hubungan psikologis seperti cewek tidak senang dengan pasangan seksualnya, perasaan malu, takut, perasaan bersalah, disamping bisa juga karena faktor organik.

2.) Anorgas mus : tidak tercapainya orgas me/kepuasan jika

berhubungan seks, ini bisa terjadi jika perempuan mengala mi frigitas, atau juga karena gangguan dan tekanan psikologis akibat hubungan seks pranikah.

3.) Vaginismus: kejang dari 1/3 bagian bawah otot vagina.

Ini bisa terjadi karena pere mpuan me miliki pengala man buruk pada hubungan seks pranikah.

4.) Dispareunia: perasaan sakit yang timbul pada saat

melakukan hubungan seksual (Ma’shum, 2010).

d.) Kesehatan Reproduksi

1.) Pengertian reproduksi

Istilah reproduksi berasal dari kata ‘

re’ yang artinya ke mbali

dan kata ‘produksi’ yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah ‘

reproduksi’ me mpunyai arti suatu proses kehidupan

manusia dalam menghasilkan keturunan de mi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia (BKKB N, 2012).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial ya ng utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dala m segala aspek yang berhubungan dengan sistem repoduksi, fungsi serta prosesnya (Hadi, 2008). Sedangkan kesehatan reproduksi re maja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut siste m, fungsi dan pr oses reproduksi yang di miliki remaja. Pengertian sehat disini tidak se mata -mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan na mun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Re maja perlu

(38)

26

mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan infor masi yang benar diharapkan remaja me miliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi ( Hadi, 2008).

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dala m munculnya per masalahan seksual pa da re maja, menurut Sarwono (2011) adalah sebagai berikut :

a.) Perubahan-perubahan hor monal yang meningkatkan hasrat

seksual re maja. Peningkatan hor mon ini menyebabkan remaja me mbutuhkan penyaluran dalam ben tuk tingkah laku tertentu.

b.) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena

adanya penundaan usia perkawinan, baik secara huku m oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena nor ma sosial yang se makin la ma se makin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain -lain).

c.) Nor ma-norma aga ma yang berlaku, dimana seseorang

dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelu m menikah. Untuk re maja yang tidak dapat menahan diri me miliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

d.) Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena

adanya penyebaran infor masi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih menjadi tidak terbendung lagi. Re maja yang sedang dala m p eriode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada u mu mnya mereka belu m pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.

(39)

27

e.) Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun

karena sikapnya yang masih mentabukan pe mbicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung me mbuat jarak dengan anak dala m masalah ini.

f.) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan

wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berke mbangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita se makin sejajar dengan pria (Setyawan, 2012).

2.) Bentuk-bentuk Penyi mpangan Reproduksi

a. Tak Diinginkan (KT D)

KT D adalah kepanjangan dari Keha milan Tidak

Diinginkan. Suatu kondisi dimana pasangan tidak

menghendaki adanya keha milan yang merupakan akibat dari suatu perilaku seksual baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Di Indonesia ju mlah pere mpuan yang mengala mi KTD diperkirakan satu juta orang setiap tahun. KT D merupakan keha milan yang tidak diharapkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi. Yang menjadi penyebab KTD pada re maja adalah ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan keha milan, akibat pe merkosaan diantaranya

oleh teman kencannya (

date rape

).

b. Berzina (

adultery

)

Berzina merupakan hubungan seks yang dilakukan seorang di luar nikah ataupun yang telah terikat pernikahan

dengan orang lain dilakukan dengan bukan pasangan

sahnya. Berzina berjalan karena unsur ko mersialis asi, adapula karena unsur nonko mersialisasi.

Zina dala m Islam ter masuk salah satu dosa besar yang harus dijauhi oleh se mua individu yang mengklai m

(40)

28

dirinya musli m. Al Quran, Surah Al Isra ayat 32, secara

eksplisit menyatakan “Janganlah mendekati zina.

Sesungguhnya zina itu perbuatan tercela dan suatu jalan

(menuju banyak) kejahatan (dan keburukan yang lain).”

Menurut pakar tafsir kontemporer, Abdullah Yusuf Ali, penyebab larangan keras Al Quran atas perbuatan zina karena beberapa faktor. Perta ma, zina tidak hanya perilaku yang sangat me malukan, tapi ia juga tidak konsisten dengan self-respect atau respek pada manusia lain. Kedua, zina me mbuka jalan pada banyak perbuatan jahat yang lain. Ketiga, zina menghancurkan fondasi dasar keluarga. Kee mpat, ia dapat menyebabkan pe mbunuhan, per musuhan dan hilangnya reputasi dan harta benda pelakunya. Keli ma, ia juga secara permanen melepaskan ikatan hubungan

keluarga dan masyarakat. Keena m, apabila terjadi

“kecelakaan” (hamil), maka hal itu bertentangan dengan

maslahat anak yang lahir atau yang akan lahir dari hubungan zina itu.

Dala m Surat Annur Ayat 2 Allah menganjurkan agar muslim atau musli mah tidak menikah dengan mereka yang pernah atau terbiasa melakukan zina. Karena Isla m me merintahkan perlunya kesucian diri, baik le laki dan

wanita, di segala waktu – sebelu m menikah atau sela ma

berumah tangga. HIV/ AIDS hanyalah salah satu efek buruk perbuatan zina seperti disinggung dala m Surah Al Isra: 32 di atas. Tidak menutup ke mungkinan efek -efek lain yang jauh lebih mengerikan dari AIDS akan menyusul apabila zina masih dianggap sebagai hal biasa tanpa sedikit pun mengindahkan larangan Sang Pencipta. Tidak ada obat pencegahan AIDS yang paling mujarab bagi u mat Isla m kecuali menjauhi zina dan tidak menikahi mereka yang

(41)

29

pernah melaku kan zina. Hal paling mendasar yang me mbuat manusia suka terlena dan melakukan perbuatan zina dan dosa-dosa besar lainnya seperti minu m alkohol dan korupsi adalah karena seringnya manusia me mikirkan kesenangan jangka pendek dan melupakan akibat jangka panjang; baik da mpak buruk bagi dirinya sendiri maupun bagi tatanan sosial masyarakat secara u mum. Apabila setiap individu muslim bertekad untuk menjalani setiap larangan besar dala m Islam, dala m hal ini larangan berzina, maka u mat Islam akan menjadi pelopor pe nanggulangan penyakit HI V/ AIDS di seluruh dunia. Itulah salah satu makna implisit keagungan Isla m sebagai aga ma yang rah matan lil ala min (rah mat bagi seluruh alam).

Ayat tentang bersinah :

a.)

Surah Al-Israa Ayat 32

Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina,

sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan suatu jalan

yang buruk.”

b.)

Surah An-Nur Ayat 2

Artinya : “

Perempuan yang berzina dan laki -laki yang berzina, maka deralah tiap -tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah ka mu untuk ( menjalankan) Aga ma Allah, jika ka mu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) huku man mereka di saksikan

(42)

30

c. Perkosaan

Perkosaan adalah tindak kejahatan secara fisik terhadap orang lain. Perkosaan biasanya dilakukan oleh laki -laki, yang berusaha melakukan hubungan seksual dengan orang lain, biasanya seorang perempuan bertentangan dengan kehendak orang lain. Kontak seksual mungkin dengan me masukkan penis kedala m vagina, dubur, mulut; ejakulasi pada daerah vagina atau te mpat lain pada tubuh; atau me maksa korban melakukan bentukbentuk aktivitas seksual

lainnya. Perkosaan ha mpir selalu dikaitkan dengan

kejahatan fisik atau anca man kejahatan terhadap korban, dita mbah dengan pe maksaan kontak seksual. Para korban merasa kesela matan dan kehidupan mereka teranca m kecuali mereka menyetujui atau mengalah terhadap tuntutan seksual. Para ahli kesehatan yang merawat korban pemerkosaan biasanya mene mukan tanda pe maksaan dan penyiksaan secara fisik biasanya berbekas berupa luka, goresan, me mar, atau tanda -tanda lain pada tubuh korban terutama disekitar daerah ke maluan. Pada peristiwa perkosaan, sang pe merkosa selalu didorong oleh nafsu seks sangat kuat, dibarengi e mosi-emosi yang tidak dewasa dan tidak mapan, biasanya ter muat unsur kekeja man dan sifat sadisitas karena perkosaan terjadi tidak karena faktor keabsahan pernikahan, maksudnya perkosaan dapat pula

dilakukan oleh sua mi-istri disebut

dating rape

terdapat pula

istilah

marital rape

yakni pe maksaan hubungan seksual

dala m rumah tangga.

1.) Ho moseks

Ho moseksual merupakan rasa tertarik dan mencintai (kela min) sejenis, untuk kau m lelaki sering juga dikenal

(43)

31

istilah “lesbian”. Dalam mengekspresikannya, dikenal

dua maca m bentuk:

a.) aktif bertindak sebagai laki -laki yang agresif;

b.) pasif, bertingkah laku dan berperan pasif, kadang

kala sebagai wanita, kadangkadang jadi pria.

2.) Lesbian

Banyak yang mengatakan, cinta lesbian san gat

mendala m dan lebih hebat dari percintaan pasangan nor mal. Dala m per mainan sengga ma lebih hebat ganas dibandingkan pasangan gay, hal ini dikarenakan elemen erotik dan nafsu yang bergelora pada lesbian itu lebih intens.

3.) Pedofilia

Kata pedofilia terdiri dari unsur kata yakni

‘pais-paidos’: anak

dan

phileo-philos

: mencinta. Jadi, pedofilia adalah orang dewasa yang menyalurkan kepuasan seksnya pada anak berupa memperlihatkan

alat kelamin, me mbelai, menciu m, mendekap,

menimang anak dengan ‘greng’ dan merasa melakukan sengga ma.

4.) Seks Bebas (

Free-Sex

)

Banyak re maja yang kebablasan dalam berpacaran dengan melakukan hubungan seksual, hampir sebagian besar mengatakan hal itu terjadi secara aksidental,

spontan atau tidak direncanakan sebelu mnya.

Penyesalan baru terjadi ketika remaja putri menjadi hamil. Akibat keha milan ini, rasa relatif aman yang sela ma ini dirasakannya karena orang lain dan masyarakat tidak mengetahui bahwa ia telah melakukan hubungan seks pra nikah, tiba -tiba saja hilang.

(44)

32

Kengerian akan sanksi sosi al berupa pengucilan oleh orang tua atau keluarga dan pelecahan sosial yang sangat berat tiba-tiba saja hadir konkret dihadapannya. Seks bebas menghasilkan keha milan sebelum menikah. Hal tersebut terjadi pada ratusan perempuan -pere mpuan setiap tahunnya.

B.

Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan, Prilaku, Dan Tindakan

1. Pengetahuan

a. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan

(knowledge)

adalah merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah oranh melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi mel alui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciu man, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk mengingat ke mbali kejadian yang pernah di alami baik secara sengaja maupun tidak di sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau penga matan terhadap suatu objek tertentu (Iqbal, 2007).

b. Tingkat pengetahuan terdiri atas :

1. Tahu

(know

)

Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya.

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenesikan, dan

(45)

33

2. Me maha mi (

comprehension

)

Me maha mi diartikan sebagai suatu ko mponen untuk dapat menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi terebut secara benar. Or ang yang telah paha m terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyi mpulkan,

mera malkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (

Aplication

)

Aplikasi diartikan sebagai ke ma mpuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hoku m, ru mus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya, dapat menggunakan ru mus statistic dalam perhitungan -perhitungan hasil penelitian, dapat

menggunakan prinsip -prinsip pe mecahan masalah

(problem

solving circle)

di dala m pe mecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis

(Analysis)

Analisis adalah suatu ke ma mpuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dala m ko mponen -komponen, tetapi masih di dala m satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sa ma lain. Ke ma mpuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mengga mbarkan ( me mbuat bagan), me mbedakan, me misahkan, me ngelo mpokkan, dan sebagainya.

5. Sintetis

(synthesis)

Sintetis menunjuk pada suatu ke ma mpuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian -bagian di dala m suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu ke ma mpuan untuk menyusun for mulasi baru dari for mulasi-for mulasi yang sudah ada.

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi  Responden Berdasrkan Umur Di  SMA Negeri 1 Makassr 2015
Tabel  4.5  Distribusi  Berdasarkan  Tingkat  Sikap  Siswa  Tentang  Seks Pranikah di Sma Neg 1 Makassar Tahun 2015
Tabel  4.7  Distribusi  Berdasarkan  Tindakan  Tentang  Seks  Pranikah di SMA Neg 1 Makassar Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Limbah cair tahu yang banyak mengandung banyak protein dimasukkan dalam digester yang di dalamnya telah berisi karbon aktif yang mengikat bakteri-bakteri untuk

maupun institute of development , atau memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan.. sumber dana bank dan dari segi

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan kemudahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Katolik Soegijapranata Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non- exclusive Royalty-Free Right )

16 Dari Dokumentasi SMK Pontren Darussalam Demak, dikutip pada tanggal 24 Juli 2017.. Menunaikan sholat tahajud, agar tertanamkan cara hidup yang Islami, jujur,

Cyclic-Cubes dan Wrapped Butterfly Networks (WB) merupakan dua graf yang berbeda dan masih asing ditelinga banyak orang termasuk bentuk dari kedua graf tersebut. Hsu dan Lin

Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam?. hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak -

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Akuntansi khususnya materi mengelola kartu persediaan