• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1

Analisis Sosial, Ekonomi

dan Lingkungan

AB

Untuk meminimalisir pengaruh negatif pada pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan, dibutuhkan suatu kajian analisis terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pada dokumen RPIJM bidang Cipta Karya. Kajian terhadap aspek-aspek tersebut meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting sosial, ekonomi dan lingkungan melalui instrumen analisis serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan yang dibutuhkan.

4.1

Analisis Sosial

4.1.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah masalah kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang menjadi sasaran adalah kajian mengenai penduduk miskin mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga diketahui kebutuhan penanganannya.

4.1.1.1 Kemiskinan

Kabupaten Asahan yang terdiri dari dua puluh lima Kecamatan sesuai data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Asahan pada tahun 2017 diklaim memiliki jumlah penduduk miskin sekitar 83,670 jiwa. Sementara di tahun 2016 penduduk

(2)

IV - 2 miskin di Kabupaten Asahan sebanyak 84,350 jiwa. Melihat data Kabupaten Asahan yang ada, penduduk miskin di Kabupaten Asahan pada Tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 680 jiwa atau sekitar 8,6 %.

Adapun Indikator yang menentukan miskin atau tidaknya seseorang tersebut didasarkan pada perhitungan angka garis kemiskinan (GK). Satuannya dihitung berdasarkan jumlah kalori dibutuhkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari yakni sebesar 2.100 kilo kalori atau jika dikonversikan ke dalam rupiah menjadi sebesar Rp 305.868 per kapita per bulan.

Angka itu meningkat sebesar 4,74 % jika dibandingkan dengan angka GK pada tahun 2016. Pada tahun 2016, angka GK Kabupaten Asahan sebesar Rp 292.030 per kapita per bulan. "Jadi, GK ini adalah indikator yang digunakan sebagai batas menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah mereka yang dikategorikan memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Di samping itu, peningkatan juga terjadi pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Pada tahun 2016, P1 Asahan yaitu 1,86. Angka tersebut bertambah 0,18 atau naik 9,6 % menjadi 2,04 pada tahun 2017. Meski kecil, P2 juga meningkat, dari 0,51 pada 2016 menjadi 0,52 pada 2017. "Hal ini, mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin tinggi dan cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin. Data kemiskinan tersebut bukan merupakan jumlah pasti masyarakat miskin di suatu daerah. Karena BPS bukan lagi menjadi lembaga yang menentukan masyarakat miskin atau tidak, namun pihak Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang berhak menentukan warga tersebut miskin atau tidak.

Pemerintah Kabupaten Asahan terus berusaha untuk mengurangi jumlah warga miskin di Kabupaten Asahan dengan berbagai kegiatan yang bersinergi dengan masyarakat. (Sumber: Kepala Dinas Sosial Kabupaten Asahan).

Dengan turunnya jumlah warga miskin itu, maka kegiatan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Asahan berhasil, namun perlu partisipasi semua pihak untuk terus mengurangi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan.

(3)

IV - 3 Tabel IV-1

Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Asahan, Tahun 2010 – 2016 Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin Jumlah (000 jiwa) %tase (%) 2010 224 417 76,30 11,42 2011r) 245 421 73,40 10,85 2012 r) 247 603 72,30 10,52 2013 251 914 80,50 11,60 2014 254 253 76,97 10,98 2015 262 464 85,16 12,09 2016 292 030 84,35 11,86

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan Tahun 2017

Keterangan:

r) = Angka Perbaikan

4.1.1.2 Pengarusutamaan Gender

Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang luas. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan pada responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat hingga permasalahan yang timbul sebagai pembelajaran di masa yang akan datang. Pada tingkat Pusat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah berkomitmen untuk mendukung kebijakan tersebut dengan membentuk Tim Pokja IV Kegiatan Pengarusutamaan Gender Direktorat Jenderal Cipta Karya dan BPPSPAM No. 108/KPTS/DC/2015. Melihat kondisi bahwa belum adanya keadilan dan kesetaraan gender, Pemerintah terus mendorong pengarusutamaan gender di setiap bidang pembangunan nasional,

(4)

IV - 4 termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan semua Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk melaksanakan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender.

Melalui RPIJM ini, penyelenggaraan infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Asahan harus dimulai dari perencanaan yang tepat sasaran dan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan wanita dan anak. Sebagai contoh, dengan adanya akses terhadap air bersih maka ibu rumah tangga di sekitar tempat tersebut dapat mengumpulkan air dalam jarak yang dekat. Disamping itu, kesehatan anak-anak juga terjaga dan terhindar dari penyakit diare karena memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. Program pemberdayaan masyarakat juga turut melibatkan perempuan, orang tua, dan difable pada proses perencanaan sehingga prasarana permukiman dapat dimanfaatkan oleh seluruh orang tanpa diskriminasi. Upaya-upaya pengarusutamaan gender di Kabupaten Asahan perlu terus didorong diantaranya melalui perencanaan dan perumusan usulan-usulan kegiatannya sehingga dapat menjamin pembangunan di Kabupaten Asahan yang inklusif.

4.1.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Asahan pada umumnya tidak mengalami banyak kendala dan hambatan terhadap masyarakat. Hal ini dikarenakan lokasi pembangunan kegiatan Bidang Cipta Karya sebagian besar milik Pemerintah Kabupaten Asahan. Bila menggunakan lahan yang bukan milik Pemerintah Kabupaten Asahan maka akan dibebaskan telebih dahulu. Hanya saja untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak, maka Pemerintah Kabupaten Asahan melakukan sosialisasi melalui Kelurahan setempat di mana lokasi Kegiatan Bidang Cipta Karya dilaksanakan.

Kesulitan yang sering terjadi adalah apabila pembangunan harus dilakukan di lahan masyarakat sebagai bagian dari partisipasi masyarakat seperti yang disyaratkan dalam Sanimas. Kesulitan tersebut dikarenakan penerima manfaat adalah warga Masyarakat

(5)

IV - 5 Berpenghasilan Rendah (MBR) sehingga lahan yang mereka miliki ingin dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian mereka (tidak untuk dihibahkan). Kendala lainnya adalah penolakan dalam pembangunan prasarana persampahan dan air limbah oleh masyarakat di sekitar lokasi pembangunan. Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran akan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan seperti pencemaran udara dan air. Terhadap masalah ini yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi dan penjelasan secara teknis untuk meningkatkan () dan mengawasi Pelaksanaan rekomendasi dokumen lingkungan yang terdiri dari Amdal, UKL/UPL, dan SPPLH.

4.1.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan Bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, sehingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut

4.2 Analisis Ekonomi

4.2.1 Perindustrian

Di Indonesia, sektor industri dikelompokkan atas industri skala besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut. Menurut kategori dari Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Tahun 2016, jumlah usaha industri besar dan sedang di Asahan sebanyak 84 perusahaan, yang berarti mengalami penurunan sebanyak 6 perusahaan atau sekitar 6,67 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah 90 perusahaan. Jumlah perusahaan terbanyak berada di Kecamatan Silau Laut, disusul Kecamatan Kisaran Timur. Sedangkan jumlah industri kecil dan kerajinan rumah tangga pada tahun 2015 berjumlah 705 unit.

(6)

IV - 6 Gambar 4.1

Jumlah Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga, 2012-2016

Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017 (dari Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Asahan)

Tabel IV-2

Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, 2016

KBLI Besar Sedang Jumlah

Industri Makanan dan Minuman 13 53 66

Industri Pengolahan Tembakau - - -

Industri Tekstil - - -

Industri Pakaian Jadi - - -

Industri Kulit dan Barang dari Kulit - - - Industri Kayu, Barang-barang dari

Kayu (Tidak - - -

Termasuk Furniture) dan

Barang-barang anyaman 1 2 3

Industri Kertas dan Barang dari Kertas Industri Penerbitan, Percetakan dan

Reproduksi Media Rekaman Industri Batu Bara, Pengilangan

Minyak Bumi dll

Industri Kimia dan Barang-barang

Kimia, Sabun 1 - 1

Industri Karet dan Barang-barang dari Karet, Perlengkapan Rumah Tangga

4 4 8

Industri Barang Galian Bukan

(7)

IV - 7

Industri Logam Dasar - 1 1

Industri Barang-barang dari Logam

Kecuali Mesin dan Peralatannya - - - Industri Mesin dan Peralatan Ktr,

Akutansi & Olah Data & Konstruksi - - - Industri Mesin Listrik dan Lainnya - - - Industri Radio, Televisi dan

Peralatan komunikasi

- - -

Industri Peralatan Kedokteran, alat2 Ukur dll

- - -

Industri Kendaraan Bermotor Roda 4 atau lebih

- - -

Industri Pengolahan Lainnya - 2 2 Reparasi dan Pemasangan Mesin

dan Peralatan - 1 1

Jumlah/Total 19 65 84

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017 Tabel IV-3

Jumlah Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Kecamatan, 2012 – 2016

No. Kecamatan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Bandar Pasir Mandoge 3 3 3 3 3

2 Bandar Pulau - - - - - 3 Aek Songsongan - - - - - 4 Rahuning 3 3 3 3 3 5 Pulau Rakyat 1 1 1 1 1 6 Aek Kuasan 1 1 1 1 1 7 Aek Ledong - - - - - 8 Sei Kepayang - - - - -

9 Sei Kepayang Barat 1 1 1 2 2

10 Sei Kepayang Timur - - - 1 1

11 Tanjung Balai 7 4 3 3 3 12 Simpang Empat 4 4 4 2 2 13 Teluk Dalam 3 3 3 3 3 14 Air Batu 6 6 6 6 6 15 Sei Dadap 3 3 2 2 1 16 BuntuPane 2 2 2 3 - 17 Tinggi Raja - - - - - 18 Setia Janji 1 1 1 1 1 19 Meranti 1 1 1 1 1 20 Pulo Bandring 3 - - - -

21 Rawang Panca Arga - - - - -

(8)

IV - 8

23 Silo Laut 47 36 32 32 27

24 Kisaran Barat 8 8 8 8 8

25 KisaranTimur 11 11 10 10 10

26 Asahan 116 98 89 90 84

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017

Tabel IV-4

Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut Kecamatan, Tahun 2012 – 2016

No. Kecamatan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Bandar Pasir Mandoge 4 4 4 4 4

2 Bandar Pulau 6 6 6 5 5 3 Aek Songsongan 4 4 4 4 4 4 Rahuning 3 3 3 3 3 5 Pulau Rakyat 24 24 24 23 23 6 Aek Kuasan 9 9 8 8 8 7 Aek Ledong 6 6 6 6 6 8 Sei Kepayang 13 12 13 13 13

9 Sei Kepayang Barat 10 10 10 10 11

10 Sei Kepayang Timur 4 4 4 4 4

11 Tanjung Balai 23 23 23 23 24 12 Simpang Empat 25 25 24 24 24 13 Teluk Dalam 8 8 8 8 8 14 Air Batu 35 35 35 36 37 15 Sei Dadap 24 24 24 24 24 16 BuntuPane 6 6 6 6 6 17 Tinggi Raja 8 8 8 8 8 18 Setia Janji 6 6 6 6 6 19 Meranti 8 8 8 8 8 20 Pulo Bandring 3 - - - -

21 Rawang Panca Arga - - - -

-22 Air Joman 11 10 8 8 7

23 Silo Laut 47 36 32 32 27

24 Kisaran Barat 8 8 8 8 8

25 KisaranTimur 11 11 10 10 10

26 Asahan 116 98 89 90 84

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017

4.2.2 Energi

Kebutuhan listrik penduduk Kabupaten Asahan sebagian besar dipasok oleh PLN Ranting Kisaran. Pada tahun 2016 di PLN Ranting Kisaran terdapat 57.133 pelanggan dengan jumlah daya tersambung sebesar 63.485.305 KVA. Sedangkan air bersih

(9)

IV - 9 yang disalurkan PDAM Kisaran ke wilayah Kabupaten Asahan tahun 2016 sebanyak 335.314 M³ dan jumlah pelanggan air bersih sebanyak 17.921 pelanggan.

Tabel IV-5

Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung dan Penjualan Listrik PT. PLN (Persero) Ranting Kisaran Menurut Jenis Tarif Listrik

Prabayar, Tahun 2016

Jenis Tarif Jumlah

Pelanggan

Jumlah Daya Tersambung

Jumlah KWH

Terjual Nilai Penjualan

S.2 / 450 VA I 86 38 700 44 447 14434597 S.2 / 900 VA I 198 178 200 186 223 84 695 869 S.2 / 1.300 VA 59 76 700 91 612 64 845 198 S.2 / 2.200 VA 45 99 000 57 266 43 517 172 S.2 / 3.500 VA s/d 200 30 190 000 130 849 117 737 895 R.1 / 450 VA I 7 469 3 361 050 6 836 174 2 833 816 402 R.1 / 900 VA I 14 327 12 894 300 13 950 515 8 432 426 742 R.1 / 1.300 VA 4 470 5 811 000 2 647 332 3 728 586 212 R.1 / 2.200 VA 1 157 2 545 400 1 764 542 2 479 575 611 R.2 / 3.500 VA s/d 5.500 238 978 900 906 551 1 274 143 534 R.3 / 6.600 VA keatas I 13 132 000 93 011 131 501 574 B.1 / 450 VA I 69 31 050 43 907 23 473 223 B.1 / 900 VA I 191 171 900 102 277 64 374 286 B.1 / 1.300 VA 56 72 800 118 347 114 254 869 B.1 / 2.200 VA s/d 5.500 194 628 200 747 394 821 934 672 B.2 / 6.600 VA s/d 200 k 45 525 200 640 159 903 202 409 P.1 / 450 VA 1 450 917 627 329 P.1 / 1.300 VA 6 5 400 640 483 525 P.1 / 2.200 VA s/d 5.500 5 6 500 1 681 1 760 450 P.1 / 6.600 VA s/d 200 k 19 62 900 110 220 118 572 200 Asahan 1 7 700 6 481 9 052 000 Total 28679 27 817 350 28 480 545 21 263 015 769

Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017 (dari PLN Wilayah II Ranting Kisaran)

Tabel IV-6

Jumlah Pelanggan Air Bersih Menurut Jenis Konsumen dan Kecamatan, Tahun 2016

Kecamatan

Jenis Konsumen Rumah Tangga Hotel Badan Sosial

dan RS Sosial

Tempat Ibadah/Umum

Bandar Pasir Mandoge 211 - - 3

Bandar Pulau - - - - Aek Songsongan - - - - Rahuning - - - - Pulau Rakyat - - - - Aek Kuasan - - - - Aek Ledong - - - - Sei Kepayang 85 - - 2

(10)

IV - 10

Sei Kepayang Timur - - - -

Tanjung Balai 3243 - - - Simpang Empat 1263 - 1 23 Teluk Dalam - - - - Air Batu - - - - Sei Dadap 202 - 7 6 Buntu Pane 236 - - - Tinggi Raja - - - - Setia Janji - - - - Meranti 626 - - 6 Pulo Bandring - - - -

Rawang Panca Arga - - - -

Air Joman 1178 - 1 17

Silo Laut 669 - - 15

Kisaran Barat 4392 - 3 37

KisaranTimur 4 385 - 1 36

Asahan 16400 - 13 145

Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017

4.3

Analisis Lingkungan

4.3.1 Analisis AMDAL, UKL-UPL, dan SPPLH

Penjabaran regulasi dan peraturan pemerintah secara detail tentang segala bentuk rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting dan besar terhadap lingkungan, mengikuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan diikuti oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang wajib dlengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Kemudian kegiatan dikategorikan menjadi proyek wajib AMDAL, proyek tidak wajib AMDAL tetapi wajib memiliki dokumen kajian UKL-UPL, dan proyek tidak wajib UKL-UPL tetapi wajib SPPLH.

(11)

IV - 11 4.3.2 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam penyusunan Dokumen RPIJM karena kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodir prinsif perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri dari antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2015: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan

(12)

IV - 12 Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait Bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu: 1. Pemerintah Pusat

a) Menetapkan kebijakan Nasional.

b) Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria. c) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e) Pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan. g) Melaksanakan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Kabupaten/Kota

a) Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b) Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d) Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e) Melaksanakan standar pelayanan minimal.

(13)

IV - 13 Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

4.3.3 Pendekatan dan Prinsip-prinsip KLHS

KLHS ditujukan untuk menjamin pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan. Ada tiga nilai penting dalam penyelenggaraan KLHS yang dapat mencerminkan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu keterkaitan (interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice). Keterkaitan (interdependency) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS dapat menghasilkan kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan keterkaitan antar sektor, wilayah, global-lokal. Nilai ini juga mengandung makna dihasilkannya KLHS yang bersifat holistik berkat adanya keterkaitan analisis antar komponen fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi. Keseimbangan (equilibrium) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai keseimbangan antara kepentingan sosial-ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup, antara kepentingan jangka pendek dan jangka panjang, antara kepentingan pembangunan pusat dan daerah, dan keseimbangan lainnya.

Implikasinya, usaha pemetaan ragam dan bentuk kepentingan para pihak menjadi salah satu proses dan metode yang penting digunakan dalam KLHS. Keadilan (justice) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS dapat menghasilkan kebijakan, rencana dan program yang tidak mengakibatkan marjinalisas

(14)

IV - 14 sekelompok atau golongan tertentu masyarakat karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam atau modal atau pengetahuan.

KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaraan KLHS tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana dan/atau program, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk kebijakan, rencana dan/atau program, khususnya dari perspektif pembangunan berkelanjutan. KLHS adalah strategi yang cenderung bersifat ”persuasif” dalam pengertian lebih mengutamakan proses pembelajaran dan pemahaman para pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam kerangka pendekatan ini, 6 (enam) prinsip KLHS seyogyanya dianut, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

Prinsip 1: Penilaian Diri (Self Assessment)

Makna prinsip ini adalah sikap dan kesadaran yang diharapkan muncul dari diri pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut dalam setiap keputusannya. Prinsip ini berasumsi bahwa setiap pengambil keputusan secara apriori mempunyai tingkat kesadaran dan kepedulian atas lingkungan.

KLHS menjadi media atau katalis agar kesadaran dan kepedulian tersebut terefleksikan dalam proses dan terformulasikan dalam produk pengambilan keputusan untuk setiap kebijakan, rencana dan/atau program.

Prinsip 2: Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau program (Improvement of the Policy, Plan, and/or Program)

Prinsip ini menekankan pada upaya untuk penyempurnaan pengambilan keputusan suatu kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS tidak menghambat proses perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program, melainkan menjadi media atau katalisator untuk memperbaiki proses dan produk kebijakan, rencana

dan/atau program. Prinsip ini berasumsi bahwa perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program di Indonesia selama ini belum mempertimbangkan pembangunan

(15)

IV - 15 berkelanjutan secara optimal dan KLHS dapat memicu perbaikan atau penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program bersangkutan.

Prinsip 3: Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial (Social Learning and Capacity Building)

Prinsip ini menekankan bahwa integrasi KLHS dalam perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program harus menjadi media untuk belajar bersama khususnya tentang isu-isu pembangunan berkelanjutan, baik bagi masyarakat umum dan khususnya bagi para birokrat dan pengambil keputusan. KLHS harus memungkinkan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program untuk meningkatkan kapasitasnya mengapresiasi lingkungan hidup dalam keputusannya. Melalui KLHS, dapat dicapai masyarakat, birokrat, dan pengambil keputusan yang lebih cerdas dan kritis dalam menentukan keputusan pembangunan agar berkelanjutan.

Prinsip 4: Memberi Pengaruh pada Pengambilan Keputusan (Influencing Decision Making).

Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus memberikan pengaruh yang positif pada pengambilan keputusan. KLHS akan mempunyai makna apabila pada akhirnya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, khususnya untuk memilih atau menetapkan kebijakan, rencana dan/atau program yang lebih menjamin pembangunan yang berkelanjutan.

Prinsip 5: Akuntabel

Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara terbuka dan bertanggungjawab, sehingga dapat dipertanggung-jawabkan pada publik secara luas. Azas akuntabilitas KLHS sejalan dengan semangat akuntabilitas dari kebijakan, rencana dan/atau program itu sendiri, sebagai bagian dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance). Pelaksanaan KLHS dapat lebih menjamin akuntabilitas perumusan kebijakan, rencana dan/atau program bagi seluruh pihak. KLHS tidak ditujukan untuk menjawab tuntutan para pihak,

(16)

IV - 16 Prinsip 6: Partisipatif

Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau program. Prinsip ini telah menjadi amanat dalam Undnag-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan harus diwadahi dalam penyelenggaraan KLHS.

Gambar

Tabel IV-2
Tabel IV-4
Tabel IV-5
Gambar 4.2 Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan instrumen penilaian ini akan difokuskan kepada tes bersifat formatif yang dalikukan untuk mengevaluasi hasil belajar anak setelah memperoleh materi dari

Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka

Tetapi semua yang Allah lakukan dalam diri saya dan untuk saya, tergantung pada satu hal: Saya harus percaya bahwa Dia mendengar ketika saya memanggil-Nya, bahwa Dia membotolkan

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 2 Seri

Predictors: (Constant), Price to Book Value, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio. Dependent Variable:

Premis P 1 : Jika prestasi belajar siswa tidak tinggi, maka bebera siswa belajar tidak dengan.. sungguh-sungguh, maka prestasi belajar

Tulisan yang berbunyi “RADIOAKTIF” digunakan jika Pengangkutan Zat Radioaktif dilakuan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan tulisan yang berbunyi “

Kemudian pengambilan data Hewan Khas Indonesia saya dapat didalam buku dengan nama penulis Betty,S.Si yang berjudul “Ensiklopedia Mini Hewan Khas Indonesia”...