• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar Dengan Diet Tinggi Lemak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar Dengan Diet Tinggi Lemak."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PROPOLIS TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR DENGAN DIET TINGGI LEMAK. TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Oleh: Oktavinayu Sari Latif 0910711015. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012.

(2) HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PROPOLIS TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR DENGAN DIET TINGGI LEMAK Oleh: Oktavinayu Sari Latif 0910711015. Telah diuji pada Hari : Senin Tanggal 10 Desember 2012 dan dinyatakan lulus oleh: Penguji I. dr. Hani Susianti, SpPK NIP. 19690117 199803 2 005 Pembimbing I. Pembimbing II. dr. Hidayat Sujuti, SpM., PhD.. dr. Habiba Aurora, MBiomed.. NIP. 19670123 199601 1 001. NIP 19840628 200812 2 003 Mengetahui,. Ketua Jurusan Kedokteran. Prof. Dr. dr. Teguh W. Sardjono,DTM&H.,MSc.,SpParK NIP 19520410 198002 1 001.

(3) KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, puji Syukur ke Hadirat Allah Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Karena hanya dengan berkah dan rahmat-Nya, penulisan tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus strain Wistar) Dengan Diet Tinggi Lemak” dapat selesai. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada program pendidikan dokter umum Universitas Brawijaya Malang. Ketertarikan. penulis. terhadap. topik. ini. didasarkan. atas. banyaknya. kemanfaatan propolis dalam kehidupan sehari-hari dan makin tingginya ketertarikan masyarakat terhadap propolis sebagai salah satu obat herbal. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang luar biasa kepada : 1. Dr. dr. Karyono S. Mintaroem, SpPA, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2. Prof.Dr.dr. Teguh Wahju Sardjono,DTM&H,MSc.,SpParK. , selaku Kepala Jurusan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 3. dr. Hidayat Sujuti, SpM, PhD. selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar dan senantiasa memberi semangat selama penulisan tugas akhir ini..

(4) 4. dr. Habiba Aurora, Mbiomed. selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penulisan tugas akhir ini. 5. dr. Hani Susianti, SpPK selaku Dosen Penguji atas kesediaannnya memberikan masukan dan penilaiannya untuk menyempurnakan tugas akhir ini. 6. Mas Memet dan Bu Ferida selaku staf Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya untuk keahlian dan ketelatenannya dalam membantu pelaksanaan penelitian. 7. Mbak Fitri selaku staf Laboratorium Biokimia-Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya untuk keahlian dan ketelatenannya dalam membantu pelaksanaan penelitian. 8. Segenap Anggota Tim Pengelola Tugas Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya khususnya Dr. Dra. Sri Winarsih, Apt. dan dr. Soemardini, MPd., Mbak Betty, dan Mas Mijan di ruang TA. 9. Terimakasih kepada ayah dan ibu serta adikku yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan terus-menerus agar karya tulis ini cepat selesai. 10. dr. Tenta Hartian Hendyatama sebagai seseorang yang sangat menginspirasi dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. 11. Sahabat-sahabatku Yulianda Maziya, Yunneke Xavirenna, Arwinda Diassanti, Savitri Budi Wardani, Citra Ayu Lestari, Raras Pratita, Yennie Ayu Setianingsih, Ade Yahya Nasution, dan Mbak Vatien yang telah memberi semangat yang luar biasa dalam pengerjaan tugas akhir ini. 12. Teman-teman pendidikan dokter angkatan 2009 yang selalu kompak dan memberikan suasana yang menyenangkan dalam menuntut ilmu, semoga tetap kompak sampai kita semua lulus menjadi dokter dan sukses di bidang masing-.

(5) masing. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu selama ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhir. kata. penulis. menyadari. bahwa. tulisan. ini. masih. jauh. dari. kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk penulis sangat penulis harapkan. Semoga tugas akhir ini dapat diterima dan akan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca yang membutuhkannya.. Malang, 22 November 2012. Penulis.

(6) ABSTRAK Latif, Oktavinayu Sari. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar Dengan Diet Tinggi Lemak. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) dr. Hidayat Sujuti, Sp.M., Ph.D. (2) dr. Habiba Aurora, M.Biomed.. Hiperlipidemia adalah peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol total, trigliserida, atau fosfolipid. Peningkatan dari profil lipid tersebut, terutama kolesterol total, berasosiasi terhadap penyakit jantung koroner, peripheral vascular disease dan stroke, dimana total kolesterol merupakan kolesterol yang terdapat di serum dan berbagai membran jaringan. Upaya untuk memperbaiki kadar kolesterol total dapat dilakukan dengan diet, olahraga teratur, dan obat-obatan hipolipidemia. Dewasa ini, herbal berperan sebagai obat alternatif di masyarakat. Ekstrak propolis diyakini menjadi obat alternatif untuk menurunkan kadar kolesterol total karena mengandung quercetin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak propolis terhadap kadar kolesterol total serum terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang diberi perlakuan diet tinggi lemak. Desain penelitian ini adalah Control Group Post Test Design. Hewan coba yang digunakan adalah tikus yang dibagi menjadi lima kelompok; kelompok kontrol negatif (tikus diet normal saja), kelompok kontrol positif (tikus diet tinggi lemak saja), dan 3 lainnya kelompok diet tinggi lemak ditambah ekstrak propolis dengan dosis berbeda 15 mg, 30 mg, 45 mg/kgBB/hari, selama 59 hari. Kadar kolesterol total dianalisis menggunakan OneWay ANOVA, uji korelasi Pearson, dan uji regresi. Dari hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p=0,017 (<0,05) yang berarti adanya perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelima kelompok tersebut. Kemudian hasil uji korelasi Pearson sebesar 0,572 yang berarti adanya hubungan yang cukup kuat antara peningkatan dosis ekstrak propolis dengan peningkatan kadar total kolesterol tikus wistar. Hasil uji regresi yang didapat sebesar 0,327 artinya 32,7% kadar kolesterol total tikus wistar dipengaruhi oleh ekstrak propolis. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak propolis berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol total terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang diberi diet tinggi lemak.. Kata kunci: ekstrak propolis, kolesterol total.

(7) ABSTRACT Latif, Oktavinayu Sari. 2012. The Effect of Extract Propolis on Total Cholesterol Level of White Rat (Rattus novergicus) Wistar Strain Fed with High Fat Diet. Final Assignment, School of Medicine Brawijaya University. Supervisors: (1) dr. Hidayat Sujuti, SpM., PhD. (2) dr. Habiba Aurora, MBiomed.. Hyperlipidemia is an increase of one or more total cholesterols, triglycerides or phospholipids. The increase of lipid profile especially total cholesterol is associated to coronary heart disease, peripherals vascular disease, and stroke which total cholesterol definition’s is cholesterol serum and every tissue membranes. The efforts to normalize total cholesterol levels can be done with diet, regular activity, and drug consumptions. Nowadays, herbs roles as an alternative medicine in society. Propolis extract that contain quercetin is believed to be an alternative to reduce total cholesterol levels. The aims of the research is to know the effect of propolis extract on total cholesterol level in white rats (Rattus novergicus) with high fat diet. This design of the research is Control Group Post Test design. Animals model that is used are rats which divided into five groups; the negative control group ( rats with normal diet only ), the positive control group ( rats with high fat diet only ), and three other groups are rats with high fat diet plus propolis extract with different dose, 15 mg, 30 mg, 45 mg/kg body weight per day during 59 days. Total cholesterol serum levels analyzed using one-way ANOVA, Pearson correlations test, and regression test. The result of One-way ANOVA test is p = 0,017 ( <0.05 ) which means that there is significant difference between fifth groups. The result of Pearson correlations test is 0,572 which means there is quiet strong correlation between enhancement of propolis extract dosage and total cholesterol increase. Regression test result is 0,327 which means 32,7% from total cholesterol wistar rats influence by propolis extract. Based on this research, it can be inferred that propolis extracts can reduce total cholesterol level in white rats (Rattus novergicus) wistar strain with high fat diet.. Key words: propolis extract, total cholesterol.

(8) DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i. HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii KATA PENGANTAR .......................................................................... iii ABSTRAK ........................................................................................ vi ABSTRACT ........................................................................................ vii DAFTAR ISI ...................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv. BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................ 1. 1.2 Rumusan Masalah........................................................... 4 1.3 Tujuan ............................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 4 Manfaat Akademis.................................................... 4 Manfaat Praktis ........................................................ 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6 2.1 Dislipidemia ..................................................................... 6 2.1.1 Definisi ........................................................... 6 2.1.2 Klasifikasi ........................................................ 7 2.1.3 Mekanisme Hiperlipidemia .............................. 8.

(9) 2.1.4 Manifestasi Klinis Dislipidemia ......................... 9 2.2 Lipid dan Lipoprotein ...................................................... 11 2.2.1 Lipid ................................................................. 11 2.2.2 Lipoprotein ...................................................... 12 2.3 Kolesterol ........................................................................ 15 2.3.1 Definisi............................................................. 15 2.3.2 Biosintesis Kolesterol....................................... 16 2.3.3 Ekskresi Kolesterol .......................................... 19 2.3.4 Kolesterol Serum ............................................. 20 2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Konsenterasi Kolesterol Plasma ..................................................................... 21 2.4 Diet Tinggi Lemak............................................................ 22 2.5 Propolis ........................................................................... 24 2.5.1 Pengertian ....................................................... 24 2.5.2 Kandungan Propolis ........................................ 25 2.5.3 Manfaat Propolis.............................................. 26 2.5.4 Toksisitas Propolis ........................................... 28 2.5.5 Flavonoid ......................................................... 29 2.5.5.1 Struktur Kimia ................................... 29 2.5.5.2 Manfaat Flavonoid............................. 30 2.5.6 Quercetin ......................................................... 31 2.5.6.1 Peran Quercetin pada Metabolisme Lipid .............................................................. 31 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .......... 33 3.1 Kerangka Konsep ............................................................ 33 3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................... 35 BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................ 36 4.1. Jenis dan Desain Penelitian ............................................ 36. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 36. 4.3. Subyek Penelitian ............................................................ 36. 4.4. Variabel Penelitian........................................................... 37.

(10) 4.4.1 Variabel Bebas ................................................ 37 4.4.2 Variabel Tergantung ........................................ 39 4.5. Definisi Operasional ........................................................ 39. 4.6. Alat dan Bahan ................................................................ 41 4.6.1 Alat …………... ................................................ 41 4.6.2 Bahan .............................................................. 42. 4.7. Prosedur Penelitian ......................................................... 42 4.7.1 Persiapan ........................................................ 42 4.7.2 Perlakuan ....................................................... 44 4.7.3 Proses Pembedahan Tikus.............................. 45 4.7.4 Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total ............... 45 4.7.5 Penghitungan Kadar Kolesterol Total Darah .... 47. 4.8. Pengumpulan Data .......................................................... 47. 4.9. Analisis Data ................................................................... 48. BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ........................... 50 5.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 50 5.2 Analisis Data ............................................................................ 54 BAB 6 PEMBAHASAN ....................................................................... 56 BAB 7 PENUTUP ................................................................................ 60. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 61 LAMPIRAN ........................................................................................ 65.

(11) DAFTAR TABEL. Halaman Tabel 2.1. Klasifikasi ATP III Terhadap Kadar LDL, HDL, Total Kolesterol, dan Trigliserida (mg/dl) ................................... 8. Tabel 2.2. Karakteristik Lipoprotein ................................................... 12. Tabel 2.3. Kandungan Propolis ......................................................... 26. Tabel 5.1. Karakteristik Berat Badan Tikus Percobaan...................... 50. Tabel 5.2. Rata-rata Total Kolesterol Plasma pada masing-masing kelompok perlakuan ......................................................... \. 52.

(12) DAFTAR GAMBAR. Halaman Gambar 2.1 Tahap Utama Metabolisme Lipid ...................................... 9. Gambar 2.2 Biosintesis Kolesterol ....................................................... 18. Gambar 2.3 Struktur Umum Flavonoid ................................................. 30. Gambar 2.4 Struktur Umum Quercetin ................................................. 31. Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................. 33. Gambar 4.1 Alur Penelitian .................................................................. 49. Gambar 5.1 Grafik hubungan antara kelompok perlakuan dengan rata-rata berat badan tikus (gram) per minggu .................. 51. Gambar 5.2 Grafik hubungan antara kelompok perlakuan dengan rata-rata kenaikan berat badan ......................................... 51. Gambar 5.3 Grafik hubungan antara kelompok perlakuan dengan rata-rata total kolesterol plasma........................................ 53.

(13) DAFTAR LAMPIRAN. Halaman 1. Uji Normalitas.................................................................................. 65. 2. Uji Homogenitas Varian .................................................................. 65. 3. Uji Deskriptif .................................................................................... 65. 4. Uji One Way Analysis of Variance (ANOVA) ................................... 66. 5. Post Hoc Test ................................................................................. 66. 6. Homogenous Subsets ..................................................................... 67. 7. Uji Korelasi...................................................................................... 67. 8. Uji Regresi ...................................................................................... 67. 9. Keterangan Kelaikan Etik ................................................................ 69.

(14) BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, teknologi dalam kehidupan masyarakat semakin berkembang. Hal tersebut memicu timbulnya perubahan gaya hidup menjadi sedentary. Gaya hidup sedentary merupakan gaya hidup seseorang yang kurang aktivitas dan cenderung menghabiskan waktu untuk duduk-duduk atau makan makanan berlemak. Perubahan gaya hidup tersebut memicu timbulnya berbagai penyakit metabolik, salah satunya dislipidemia (Rosita, 2012). Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam serum. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein) (Anwar, 2004). Hiperlipidemia adalah bila terdapat peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserid. Kadar lipid yang abnormal dapat berkontribusi pada penyakit jantung koroner, peripheral vascular disease, stroke, dan problem kesehatan lainnya. Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau gabungan dari keduanya (Braundwald, 2001). Kolesterol dalam makanan telah diindikasikan sebagai faktor pendukung terhadap tingginya angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler berhubungan secara langsung dengan kolesterol. Kolesterol.

(15) diperoleh dari makanan atau disintesis melalui jalur yang terdapat pada hampir semua sel tubuh, tetapi terutama di sel hati dan usus (McNamara, 2000). Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat berakibat munculnya penyakit-penyakit yang cukup berat pada tubuh manusia dan hewan. Contohnya adalah aterosklerosis, yaitu suatu lesi tunika intima yang disebut fibrofatty plaque yang menonjol dan menyumbat lumen pembuluh darah dan dapat mengalami penyulit yang serius. Aterosklerosis ini paling sering mengenai arteri yang mensuplai jantung, otak, ginjal, dan ekstremitas bawah. Di arteri tersebut, plaque ini akan menyumbat lumen, mengganggu aliran darah, mengalami kerusakan, dan membentuk trombus, sehingga semakin menghambat aliran darah. (Kumar, 2004). Apabila plak tersebut terdapat di dalam jantung maka akan menimbulkan jejas iskemia pada otot jantung yang dikenal sebagai Penyakit Jantung Koroner. Berdasarkan survei World Health Organization (WHO), Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian secara global. Diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat PJK pada tahun 2008 atau 30% dari seluruh kematian global. Dari kematian global tersebut, diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan 6,2 juta karena stroke. Lebih dari 80% kematian PJK terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan terjadi hampir sama pada pria dan wanita. Pada tahun 2030, hampir 25 juta orang diperkirakan meninggal akibat PJK, terutama dari penyakit jantung dan stroke. Sedangkan menurut hasil Riskesdas (Riset Kesehatan dasar) tahun 2007 menunjukkan PJK menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. Angka kejadian penyakit jantung koroner berdasarkan data Riskesdas 2007, ada sebanyak 7,2% (Septianti, 2010). Penurunan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan diet, olahraga, maupun dengan obat-obatan hipolipidemia. Harga obat-obatan hipolipidemia yang mahal.

(16) menyebabkan. tidak. semua. orang. dapat. menjangkaunya.. Pencarian. obat. hipolipidemia terutama yang berasal dari alam tentunya sangat giat dilakukan. Propolis merupakan substansi bersifat resin yang dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun pada berbagai jenis tanaman yang berbeda. Manusia dapat memanfaatkan propolis sebagai bahan kosmetik, teknologi pengolahan pangan, dan obat-obatan. Propolis mengandung senyawa aromatik, flavonoid, quercetin, triterpenoid, dan gula (Bankova, 1999). Quercetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit degeneratif dengan cara mencegah terjadinya peroksidasi lemak. Quercetin mampu menurunkan biosintesis kolesterol dengan mekanismenya yang menghambat aktivitas HMG-KoA reduktase (Bok et al., 2002). Quercetin juga memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari LDL kolesterol dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi (Sugrani dan Agestia Waji, 2009). Sedangkan pada penelitian, quercetin dan hubungannya dengan HDL menunjukkan adanya peningkatan kadar HDL melalui mekanisme peningkatan produksi Apo-A1 (Guillaume et al., 2006). Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kondisi dislipidemia masih memerlukan alternatif pengobatan yang efektif selain pengobatan sintetis. Di sisi lain propolis. diyakini. mampu. dijadikan. alternatif. obat. untuk. penatalaksanaan. hiperlipidemia yaitu dengan menurunkan kadar kolesterol melalui mekanismenya yang. menghambat. HMG-KoA. reduktase.. Selain. itu. propolis. juga. dapat. meningkatkan HDL melalui peningkatan produksi Apo-A1 dan dapat menurunkan kadar LDL melalui prosesnya untuk menghambat radikal bebas. Dengan demikian maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak propolis.

(17) terhadap kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar yang diberi diet tinggi lemak.. 1.2. Rumusan Masalah. 1.2.1 Apakah pemberian ekstrak propolis dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar yang diberikan diet tinggi lemak ?. 1.3. Tujuan. 1.3.1 Untuk mengetahui efek ekstrak propolis dalam menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar yang diberikan diet tinggi lemak.. 1.4. Manfaat Penelitian. 13.4.1 Manfaat Akademis 13.4.1.1. Dapat menambah pengetahuan tentang manfaat ekstrak propolis. terkait dengan pengaruhnya terhadap kadar kolesterol total pada penderita dislipidemia.. 1.4.2. Manfaat Praktis. 1.4.2.1 Memberikan pilihan kepada masyarakat untuk memanfaatkan propolis sebagai nutrisi alternatif untuk penderita dislipidemia. 1.4.2.2 Memperkenalkan kepada masyarakat cara alternatif untuk menurunkan kadar kolesterol total..

(18) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Dislipidemia. 2.1.1 Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam serum. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein) (Anwar, 2004). Hiperlipidemia adalah bila terdapat peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserid. Kadar lipid yang abnormal dapat berkontribusi pada penyakit jantung koroner, peripheral vascular disease, stroke, dan problem kesehatan lainnya. Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau gabungan dari keduanya (Braundwald, 2001). Hiperkolesterolemia adalah suatu peningkatan dari total kolesterol dengan kadar trigliserida yang normal. Hal ini biasanya berhubungan dengan peningkatan kolesterol LDL karena kolesterol LDL membawa kurang lebih 65-75 % dari total kolesterol serum (Braundwald, 2001). Hipertrigliseridemia terjadi bila adanya kenaikan trigliserida (TG), dimana hal ini merupakan faktor resiko independen untuk penyakit jantung koroner. Walaupun pengobatan untuk hipertrigliseridemia bergantung pada penyebab kenaikan.

(19) trigliserida dan tingkat keparahannya, tujuan terapi utama adalah untuk mencapai target kolesterol LDL yang optimal (Braundwald, 2001). 2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer yang tidak jelas penyebabnya dan sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti pada sindroma nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme. Selain itu klasifikasi dislipidemia dapat juga dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, isolated low HDL cholesterol, dan dislipidemia campuran (Adam, 2009). Klasifikasi fenotipik hiperlipoproteinemia berdasarkan serum elektroforesis adalah sebagai berikut (Cipla, 2005) : 1.. Hiperlipidemia tipe I. : Ditandai dengan peningkatan yang hebat dari. kilomikron sebagai akibat dari peningkatan trigliserida. 2.. Hiperlipidemia tipe IIA. : Ditandai dengan peningkatan kolesterol LDL.. 3.. Hiperlipidemia tipe IIB. : Ditandai dengan peningkatan kolesterol LDL dan. trigliserida. 4.. Hiperlipidemia tipe III. : Terjadi karena perurunan clearance dari VLDL. remnan. 5.. Hiperlipidemia tipe IV. : Ditandai dengan hipertrigliseridemia.. 6.. Hiperlipidemia tipe V. : Peningkatan kadar kilomikron dan VLDL.. Kapan disebut lipid normal, sebenarnya sulit dipatok pada satu angka, oleh karena normal untuk seseorang belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor risiko koroner multipel. Walaupun demikian National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP-ATP III) telah membuat suatu batasan yang dapat dipakai secara umum tanpa melihat faktor risiko koroner seseorang (Adam, 2009)..

(20) Tabel 2.1 Klasifikasi ATP III Terhadap Kadar LDL, HDL, Total Kolesterol, dan Trigliserida (mg/dl). Sumber: Cipla, 2005. Dyslipidemia. Essence Series, Essential Information in Brief: Dyslipidemia,. 2.1.3 Mekanisme Hiperlipidemia Bila adanya defek atau gangguan pada jalur metabolisme (gambar 2.1) maka dapat terjadi hiperlipoproteinemia. Defek ini dapat disebabkan karena produksi berlebihan dari lipoprotein atau adanya penurunan katabolisme lipid. Konsentrasi lipoprotein bergantung keseimbangan antara masukan dan bersihan (clearance). Pada kondisi stabil, masukan dan keluaran lipoprotein adalah konstan. Saat terjadi peningkatan dari masukan lipoprotein, terjadi mekanisme kompensasi untuk mengatasi kenaikan tersebut. Pada beberapa kasus, kompensasi dapat hampir sempurna, dan peningkatan konsentrasi lipoprotein dapat minimal. Namun pada kasus lain yang kompensasinya tidak sempurna bahkan buruk, dapat berkembang.

(21) menjadi hiperlipidemia. Ketidakseimbangan masukan dan bersihan itu dapat terjadi bila adanya penurunan bersihan LDL, terhambatnya lipolisis, adanya remnant removal defect, dan produksi lipoprotein yang berlebihan (Grundy, 2004).. Gambar 2.1 Tahap Utama dalam Metabolisme Lipid Sumber: http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2020/2020%20Exam%2 0Reviews/Exam%204/CH24%20Lipid%20Metabolism.htm. 2.1.4 Manifestasi Klinis Dislipidemia Tidak ada gejala yang berhubungan dengan dislipidemia, biasanya diketahui setelah pemeriksaan rutin (general check up). Kadang-kadang abnormalitas lipid didiagnosa pertama kali setelah seseorang menderita infark miokardium atau stroke..

(22) Hiperlipidemia merupakan faktor resiko utama aterosklerosis yang merupakan proses penyakit yang mempengaruhi sirkulasi koroner, serebral, dan perifer (Cipla, 2005). 1.. Disfungsi Endotel Sebagai. regulator. mempertahankan. utama. homeostasis. keseimbangan. antara. vaskuler, vasodilatasi. endotel dan. berfungsi. vasokonstriksi,. menstimulasi maupun menghambat proliferasi dan migrasi sel otot polos, serta mengatur. keseimbangan. antara. trombogenesis. dan. fibrinolisis.. Jika. kesiembangan ini rusak maka akan terjadi disfungsi endotel yang dapat menyebabkan kerusakan dinding arteri. Disfungsi endotel ini dianggap sebagai pertanda awal terjadinya aterosklerosis (Davignon and Ganz, 2004). 2.. Penyakit Jantung Koroner (PJK) Etiologi aterosklerosis adalah multifaktor, tetapi hubungan sebab akibat hiperlipidemia dan aterosklerosis telah ditemukan pada banyak studi dan penelitian. Telah ditunjukkan bahwa menurunkan kadar LDL serum secara mencolok akan menurunkan resiko klinis PJK selanjutnya, baik pada pasien yang mempunyai PJK ringan maupun pada pasien yang tidak menderita PJK. Oksidasi LDL dalam arteri diperlukan untuk perkembangan aterogenesis. LDL dibagi menjadi dua yaitu small dense LDL dan large buoyant LDL. Small dense LDL bersifat lebih aterogenik atau lebih toksik terhadap endotelium, yang kemudian akan memicu proses aterosklerotik. Sedangkan large buoyant LDL bersifat tidak toksik terhadap dinding pembuluh darah dan kurang memicu perkembangan aterosklerosis. Peningkatan TG juga dapat meningkatkan resiko PJK. Namun kilomikron dan VLDL tidak bersifat aterogenik secara langsung.

(23) karena kolesterol ini terlalu besar untuk penetrasi ke dalam arteri. Namun produk katabolik dari kilomikron dan VLDL bersifat aterogenik (Cipla,2005) 3.. Peripheral Artery Disease (PAD) Peripheral artery disease merupakan manifestasi tersering dari aterosklerosis, dimana lumen arteri dari ekstremitas yang lebih distal menjadi tersumbat oleh plak aterosklerosis. Konsentrasi lipoprotein yang tinggi mempunyai peran penting dalam perkembangan PAD (Cipla, 2005).. 4.. Stroke Stroke disebabkan baik oleh oklusi maupun perdarahan pada arteri yang memberi. vaskularisasi. sistem. saraf. pusat. dan. menyebabkan. infark.. Pembentukan ateroma merupakan sumber patogenesis stroke tromboembolik. Pada suatu penelitian menunjukkan bahwa dislipidemia LDL yang tinggi, penurunan kadar HDL dan peningkatan TG merupakan faktor resiko untuk stroke tromboembolik (Cipla, 2005).. 2.2. Lipid dan Lipoprotein. 2.2.1 Lipid Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan dengan menggabungkan lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan air. Lipid diangkut di dalam serum sebagai lipoprotein. Didalam lipoprotein terdapat empat kelas utama lipid yaitu: Triasilgliserol.

(24) (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesteril (36%), asam lemak bebas (4%) (Murray et al., 2006).. 2.2.2 Lipoprotein Empat kelompok lipoprotein yang telah diketahui adalah: 1.. Kilomikron. 2.. VLDL (Very Low Density Lipoprotein). 3.. LDL (Low Density Lipoprotein). 4.. HDL (High Density Lipoprotein). Triasilgliserol adalah lipid utama pada kilomikron dan VLDL, sedangkan kolesterol dan fosfolipid adalah lipid utama dalam LDL dan HDL (Murray et al., 2006).. Tabel 2.2 Karakteristik Lipoprotein Densitas. HDL. 1.21-1.063. LDL. 1.063-1.019. IDL. 1.019-1.006. VLDL Kilomikron. <1.006 <1.006. Lipid Utama. Kolesterol ester Kolesterol ester Kolesterol ester, triasilgliserol Triasilgliserol Triasilgliserol. Diameter. 7.5-10.5. Apoliprotein menurut urutan yang terpenting A1, A II, C, E. 21.5. B-100. 25.3. B-100, C, E. 39-100 60-500. B-100, C, E B-48, C, E, A I, A II, A IV. Sumber: Adam John MF. Dislipidemia. Dalam : Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi IV, Jakarta : FK-UI, 2009. H 1985.. Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Kedua.

(25) jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol LDL dan trigliserid, sedangkan jalur reverse cholesterol transport khusus mengenai kolesterol HDL (Adam, 2009). 1.. Jalur metabolisme eksogen Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam eritrosit mukosa usus halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan mengalami esterifikasi menjadi koleserol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron. Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus akan masuk ke aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan menglami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas (Free Fatty Acid). Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali ke dalam jaringan lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati (Adam, 2009).. 2.. Jalur metabolisme endogen Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah.

(26) apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol dalam LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol LDL. Sebagian lagi dari kolesterol LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh scavenger receptor A (SRA) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol LDL dalam serum makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti : a) Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense LDL) seperti pada sindrom metabolik dan diabetes melitus. b) Kadar kolesterol HDL, makin tinggi kadar kolesterol HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL (Adam, 2009). 3.. Jalur reverse cholesterol transport HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apoliprotein A, C, dan E; dan disebut nascent HDL. Nascent HDL berasal dari usus. halus. dan. hati,. mempunyai. bentuk. gepeng. dan. mengandung. apolipoprotein A1. Nascent HDL akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, nascent HDL berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh nascent HDL, kolesterol bebas di bagian dalam dari.

(27) makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate binding cassette transporter 1 atau disingkat ABC-1. Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithin cholesterol acetyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian fungsi HDL sebagai penyerap kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam, 2009).. 2.3. Kolesterol. 2.3.1 Definisi Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein serum. Kolesterol terdapat di jaringan dan serum sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Di dalam serum, kedua bentuk tersebut diangkut dalam lipoprotein. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan merupakan prekusor semua steroid lain di tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D. Lipoprotein Densitas Rendah (Low Density Lipoprotein) serum adalah kendaraan untuk membawa kolesterol dan ester kolesteril ke banyak jaringan oleh Lipoprotein Densitas Tinggi (High Density Lipoprotein) serum dan diangkut ke hati, tempat.

(28) senyawa ini dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau setelah diubah menjadi asam empedu dalam proses yang dikenal sebagai Transpor Kolesterol Terbalik (Reverse Cholesterol Transport). Kolesterol adalah unsur pokok batu empedu. Namun, peran utamanya dalam proses patologis adalah sebagai faktor pembentukan aterosklerosis arteri-arteri vital, yang menimbulkan penyakit pembuluh darah perifer, koroner, dan serebrovaskular (Murray et al., 2006).. 2.3.2 Biosintesis Kolesterol Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu: 1.. Tahap 1 – Biosintesis Mevalonat HMG-KoA (3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA) dibentuk melalui reaksi-reaksi yang digunakan di mitokondria untuk membentuk badan keton. Namun karena sintesis kolesterol berlangsung diluar mitokondria, kedua jalur ini berbeda. Pada awalnya, dua molekul Asetil-KoA bersatu membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan molekul asetoasetil-KoA lain yang dikatalisiis oleh HMG-KoA sintase untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase. Ini adalah tahap regulatorik utama di jalur sintesis kolesterol (Murray et al., 2006).. 2.. Tahap 2 – Pembentukan Unit Isoprenoid Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif, isopentil difosfat (Murray et al., 2006).. 3.. Tahap 3 – Enam Unit Isoprenoid Membentuk Skualen.

(29) Isopentil difosfat mengalami isomerasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul lain isopentil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh karbon geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung di ujung difosfat untuk membentuk skualen. Pada awalnya, pirofosfat anorganik dieliminasi, yang membentuk praskualen difosfat, yang kemudian mengalami reduksi oleh NADPH disertai eliminasi satu molekul pirofosfat anorganik lainnya (Murray et al., 2006). 4.. Tahap 4 – Pembentukan Lanosterol Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur yang sangat mirip dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen diubah menjadi skualen 2,3epoksida oleh oksidase berfungsi-campuran, skualen epoksidase di retikulum endoserum. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C13 dan yang ada di C8 ke C14 sewaktu terjadi siklisasi, dikatalisis oleh oksidoskualen:lanosterol siklase (Murray et al., 2006).. 5.. Tahap 5 – Pembentukan Kolesterol Pembentukan kolesterol dari lanosterol berlangsung di membran retikulum endoserum dan melibatkan pertukaran-pertukaran di inti steroid dan rantai samping. Gugus metil di C14 dan C4 dikeluarkan untuk membentuk 14-desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C8-C9 kemudian dipindahkan ke C5-C6 dalam dua langkah, yang membentuk desmosterol. Akhirnya, ikatan rangkap rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol (Murray et al., 2006)..

(30) Ga mbar 2.2 Biosintesis Kolesterol Dikutip dari: Murray R, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W. Rodwell. 2006. Biokimia Harper, edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.. 2.3.3 Ekskresi Kolesterol Setiap hari, sekitar 1 gram kolesterol dikeluarkan dari tubuh. Sekitar separuhnya diekskresikan di dalam tinja setelah mengalami konversi menjadi asam.

(31) empedu. Sisanya diekskresikan sebagai kolesterol. Koprostanol adalah sterol utama dalam tinja; senyawa ini dibentuk dari kolesterol oleh bakteri di usus bagian bawah (Murray et al., 2006) Asam empedu primer disintesis di hati dari kolesterol. Asam-asam ini adalah asam kolat (cholic acid; ditemukan dalam jumlah besar) dan asam kenodeoksilat (chenodeoxycholic acid). 7α-Hidroksilasi pada kolesterol adalah tahap regulatorik pertama dan terpenting dalam biosintesis asam empedu dan dikatalisis oleh kolesterol 7α-hidroksilase, suatu enzim mikrosom. Enzim ini suatu monooksigenase tipikal, memerlukan oksigen, NADPH, dan sitokrom P450. Tahap-tahap hidroksilasi selanjutnya juga dikatalisis oleh monooksigenase. Jalur biosintesis asam empedu pada awalnya terbagi menjadi satu subjalur yang menghasilkan Asetil-KoA, yang ditandai oleh tambahan gugus α-OH di posisi 12, dan jalur lain yang menghasilkan kenodeoksikolik-KoA. Jalur kedua di mitokondria yang melibatkan 27-hidroksilasi kolesterol oleh sterol 27-hidroksilase sebagai langkah pertama menghasilkan cukup banyak asam empedu primer. Asam empedu primer memasuki empedu sebagai konjugat glisin atau taurin. Konjugasi berlangsung di peroksisom. Pada manusia, rasio konjugat glisin terhadap normalnya adalah 3:1. Pada empedu yang alkalis, asam-asam empedu dan konjugatnya diasumsikan berada dalam bentuk garam sehingga muncul istilah garam empedu. Sebagian asam empedu primer di usus mengalami perubahan lebih lanjut akibat aktivitas bakteri usus. Perubahanperubahan. tersebut. mencakup. dekonjugasi. dan. 7α-dehidroksilasi. yang. menghasilkan asam empedu sekunder, asam deoksikolat dan asam linoleat (Murray et al., 2006) Meskipun produk pencernaan lemak, termasuk kolesterol, diserap di 100 cm pertama usus halus, namun asam empedu primer dan sekunder diserap hampir.

(32) semata-mata di ileum, dan 98-99 % dikembalikan ke hati melalui sirkulasi porta. Hal ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Namun asam linoleat, karena sifatnya yang tidak larut, tidak direabsorbsi dalam jumlah bermakna. Hanya sebagian kecil garam empedu yang lolos dari absorbsi sehingga dikeluarkan melalui tinja. Bagaimanapun jalur ini merupakan jalur utama untuk eliminasi kolesterol. Setiap hari sejumlah kecil asam empedu (sekitar 3-5 g) didaur melalui usus enam sampai sepuluh kali dan asam empedu dalam jumlah setara dengan jumlah yang keluar melalui tinja dibentuk dari kolesterol sehingga ukuran kompartemen asam empedu dapat dipertahankan konstan. Hal ini dicapai melalui suatu sistem kontrol umpan balik (Murray et al., 2006).. 2.3.4 Kolesterol Serum Kisaran normal kadar kolesterol total pada manusia adalah 5,2 mmol/liter dengan bagian terbesar dalam bentuk teresterfikasi. Di dalam serum, kolesterol diangkut di dalam lipoprotein dan pada manusia, proporsi tertinggi terdapat pada LDL. Kolesterol dari makanan mencapai keseimbangan dengan kolesterol serum dalam beberapa hari dan dengan kolesterol jaringan dalam beberapa minggu. Ester kolesteril dalam makanan dihidrolisis menjadi kolesterol yang kemudian diserap oleh usus bersama dengan kolesterol tak teresterifikasi dan lipid lain dalam makanan. Bersama dengan kolesterol yang disintesis di usus, kolesterol ini kemudian dimasukkan ke dalam kilomikron dari kolesterol yang diserap, 80-90% mengalami esterifikasi dengan asam lemak rantai-panjang di mukosa usus. 95% kolesterol kilomikron disalurkan ke hati dalam bentuk sisa kilomikron (chylomicron remnant), dan sebagian besar kolesterol yang disekresikan oleh hati dalam bentuk VLDL.

(33) dipertahankan selama pembentukan IDL dan akhirnya LDL yang diserap oleh reseptor LDL di hati dan jaringan ekstrahepatik (Murray et al., 2006).. 2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol Serum Di antara faktor-faktor penting yang memengaruhi konsenterasi kolesterol serum adalah sebagai berikut: 1.. Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari sedikit meningkatkan konsentrasi serum. Akan tetapi bila kolesterol dicerna, peningkatan konsenterasi kolesterol menghambat enzim terpenting untuk pembentukan kolesterolkolesterol endogen, 3-hidroksi-3metilglutaril KoA reduktase, sehingga tersedia suatu sistem kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentersi kolesterol serum. yang. berlebihan.. Akibatnya,. konsenterasi. kolesterol serum biasanya tidak berubah naik atau turun lebih dari 15% dengan mengubah jumlah kolesterol dalam diet, walaupun respons individu berbedabeda (Guyton, 2008). 2.. Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan konsenterasi kolesterol darah 1525%. Keadaan ini akibat peningkatan penimbunan lemak dalam hati untuk menghasilkan kolesterol. Oleh karena itu untuk menurunkan konsenterasi kolesterol dalam darah mempertahankan diet rendah lemak jenuh biasanya sama pentingnya dengan mempertahankan diet rendah kolesterol (Guyton, 2008).. 3.. Pencernaan lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi biasanya menekan konsentrasi kolesterol darah dari jumlah sedikit sampai sedang. Mekanisme dari efek ini tidak diketahui, walaupun penelitian mengenai.

(34) efek tersebut adalah dasar dari sebagian besar perencanaan diet saat ini (Guyton, 2008). 4.. Kekurangan insulin atau hormon tiroid meningkatkan konsentrasi darah, sedangkan kelebihan hormon tiroid menurunkan konsentrasinya. Efek ini kemungkinan disebabkan terutama oleh perubahan derajat aktivitas enzimenzim khusus yang bertanggung jawab terhadap metabolisme zat lipid (Guyton, 2008).. 2.4. Diet Tinggi Lemak Jenis lemak harus dipertimbangkan ketika memilih diet tinggi lemak untuk. studi menggunakan hewan coba. Banyak diet tinggi lemak yang digunakan dalam penelitian di laboratorium menggunakan hewan coba mengandung lemak lebih jenuh seperti lemak babi, lemak sapi, atau minyak kelapa dan diet ini cukup mampu merangsang obesitas pada strain hewan coba yang rentan. Karena diet lemak tidak jenuh tidak dapat menyebabkan obesitas, peningkatan berat badan sebanyak diet lemak jenuh dan sensitivitas insulin pada diet ini tetap baik, maka banyak diet tinggi lemak di laboratorium menggunakan lemak jenuh. Oleh karena itu perlu menambahkan informasi tentang jenis lemak yang digunakan dalam suatu penelitian agar peneliti lain dapat membandingkan datanya (Gajda, 2008). Diet tinggi lemak yang digunakan di laboratorium biasanya mengandung 32 60% kalori dari lemak. Dari sudut pandang nutrisi, diet 60% kkal dari lemak sudah termasuk diet ekstrim pada manusia. Oleh karena itu diet jenis tersebut sering digunakan untuk menginduksi obesitas pada tikus percobaan (Gajda, 2008). Model hewan coba telah menunjukkan efek dari fruktosa, lemak dan kolesterol. dalam. perkembangannya. menuju. sindroma. metabolik. termasuk.

(35) dislipidemia dan resistensi insulin. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa diet fruktosa dalam model hewan coba hamster dapat menginduksi resistensi insulin dan dislipidemia metabolik (Taghibiglou et al., 2000). Studi awal di laboratorium telah menunjukkan bahwa penambahan lemak dan kolesterol untuk diet fruktosa lebih memperburuk fenotip ini, menyebabkan dislipidemia lebih besar. Kolesterol terutama memiliki efek yang kuat dibandingkan diet tinggi fruktosa ataupun diet tinggi lemak. Diet tinggi lemak memberikan efek tidak hanya pada satu jaringan saja tetapi juga jaringan-jaringan lain seperti hipotalamus, jaringan lemak, otot jantung dan pada keturunan selanjutnya. Meskipun demikian, diet tinggi lemak juga memberikan efek yang positif bagi jaringan lain. Namun hal tersebut bergantung pada jenis asam lemak yang terkandung dalam diet tinggi lemak tersebut. Diet tinggi lemak pada saat kehamilan mempengaruhi sistem metabolisme fetus, sensitivitas insulin fetus. Hasil penelitian oleh McCurdy et al pada monyet menunjukkan bahwa pada awal trimester ke 3 terjadi peningkatan stress oksidatif di hepar seiring terjadinya non alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Diet tinggi lemak ternyata juga menyebabkan peningkatan aktivitas enzim-enzim glukoneogenesis di hepar (McCurdy et al., 2009) Diet tinggi lemak berdampak pada jaringan lemak. Diet tinggi lemak meningkatkan infiltrasi makrofag dan limfosit T ke dalam cadangan lemak (Heilbronn et al., 2008; Nishimura et al., 2009). Respon inflamasi yang diakibatkan oleh diet tinggi lemak juga disertai dengan perubahan komposisi jaringan, aktivasi apoptosis dan gangguan metabolisme lemak dan perubahan sensitivitas terhadap insulin (Swindell et al., 2010). Meskipun banyak. penelitian menunjukkan bahwa diet. tinggi lemak. memberikan efek negatif pada berbagai jaringan, jenis komposisi asam lemak pada.

(36) diet tinggi lemak tersebut juga berpengaruh. Diet tinggi lemak dengan komposisi asam lemak omega 3 dibuktikan dapat menurunkan progresivitas kanker kolon, prostat dan payudara (Boudreau et al., 2001; Rose, 1997). Namun mekanisme bagaimana asam lemak ini dapat mempengaruhi proses karsinogenesis kanker pankreas dan progresivitas kanker lainnya masih belum jelas (Strouch et al., 2010).. 2.5. Propolis. 2.5.1 Pengertian Propolis merupakan substansi bersifat resin yang dikumpulkan oleh lebah Apis mellifera dari pucuk daun pada berbagai jenis tanaman yang berbeda. Lebah mencampur resin tersebut dengan substansi dari polen dan jenis-jenis enzim saliva aktif yang berbeda-beda. Enzim disekresikan oleh kelenjar yang terletak dalam kepala dan dada insek (termasuk lebah). Propolis merupakan produk alam yang tidak. beracun. dan. mengandung. senyawa. kimia. yang. kompleks.. Lebah. memanfaatkan propolis untuk beberapa hal, antara lain: (1) dalam jumlah kecil ditambahkan pada lilin, (2) untuk melapisi sarang lebah dengan sebagai konstruksi, perawatan, dan proteksi sarang, (3) pelapis ruangan-ruangan tempat ratu meletakkan telur, sehingga larva yang menetas kelak akan terlindungi dari penyakit.(Koo et al, 2002) 2.5.2 Kandungan Propolis Propolis merupakan substansi bersifat resin yang dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun pada berbagai jenis tanaman yang berbeda. Propolis mengandung senyawa kompleks vitamin, mineral, enzim, senyawa fenolik, dan flavonoid untuk menghambat pelepasan histamin dengan cara stabilisasi selaput sel lipid (Wade, 2005)..

(37) Berbagai macam kandungan kimia propolis mempunyai kemampuan sebagai agen antibakteri. Senyawa yang terkandung dalam propolis adalah flavon, flavonol, cinnamic acid, t-farsenol dan apigenin (Koo, 2002). Senyawa tersebut mampu menghambat. pertumbuhan. dan. aktifitas. enzim. Glycosyltransferase. bakteri. Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Senyawa triterpenoid pada propolis yakni ketone 20(29)-lupen-3-one-6 memiliki aktivitas antioksidan seperti tokoferol, senyawa lain memiliki aktivitas antioksidan seperti tokoferol, senyawa lain memiliki aktivitas sitotoksik dan anti fungal (Trusheva, 2006). Berikut adalah tabel kandungan propolis berasal dari salah satu penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008 Tabel 2.3 Kandungan propolis No. Parameter Uji. Hasil Uji. Satuan. sebagai. 1 635,45. 2 369,18. ppm. equivalen. 957,17. 893,14. Ppm. Polifenol. 9,93. 10,02. %. 4. Saponin. 4,53. 1,11. %. 5. Tanin. 0,56. 0,49. %. 6. Quercetin. 151,03. 105,84. Ppm. 7. Caffeine. <50,00. <50,00. Ppm. 1. Alkaloid Quinine. 2. Flavonoid rutin. 3. Propolis mengandung presentase tinggi senyawa isoflavonoids 3-hydroxy-8, 9-dimethoxypterocarpan, dan medicarpin. Kandungan isoflavin dalam propolis memiliki aktivitas antimikroba, antifungal, antikanker, osteoporosis, antioksidan, meningkatkan kesehatan, astringent, anti-ulcer, choleretic, spasmolytic, anaesthetic..

(38) (Silva, 2007). Propolis mengandung senyawa aromatik, flavonoid, quercetin, triterpenoid, dan gula. Selain itu, terdapat juga mineral Fe, Ca, Mg, K, Na, dan Zn (Bankova, 2009). Propolis alami mengandung sejumlah asam amino seperti valin, isoleusin, leusin, prolin, alanin, dan glisin yang berperan dalam pembentukan sel-sel tubuh (Pereira, 2003). Propolis juga kaya akan kandungan vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, dan vitamin B6.. 2.5.3 Manfaat Propolis Manusia dapat memanfaatkan propolis sebagai bahan kosmetik, teknologi pengolahan pangan, dan obat-obatan. Propolis memiliki aktivitas antibakterial dan antioksidan (Trusheva, 2006). Senyawa yang terkandung dalam propolis mampu menghambat pertumbuhan bakteri Helicobacter pylori, Campylobacter jejuni, Campylobacter coli (Koo, 2002). Propolis mampu menghambat pertumbuhan kelompok bakteri cocci dan bakteri gram positif, termasuk penyebab Tuberculosis. Selain itu juga beberapa bakteri gram negatif. Membantu penyembuhan kornea yang rusak (Martin, 2007), meningkatkan aktifitas sistem imun tubuh dan anti inflamasi (Boyanova, 2003). Propolis mengandung presentase tinggi senyawa isoflavonoids 3-hydroxy-8, 9-dimethoxypterocarpan, dan medicarpin (Silva, 2007). Propolis mengandung senyawa aromatik, flavonoid, quercetin, triterpenoid, dan gula (Ankova, 2009). Quercetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit degeneratif dengan cara mencegah terjadinya peroksidasi lemak. Quercetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari LDL kolesterol dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi (Sugrani dan Agestia Waji, 2009)..

(39) Pada penelitian dengan model tikus yang diinduksi diabetes mellitus , pemberian ekstrak propolis menyebabkan penurunan kandungan glukosa darah (FBG), fructosamine (FRU), malondialdehyde (MDA), nitric oxide (NO), nitric oxide synthase (NOS), total cholesterol (TC), triglyceride (TG), lipoprotein cholesterol densitas rendah (Low Density Lipoprotein Cholesterol), dan lipoprotein cholesterol berdensitas sangat rendah (Very Low Density Lipoprotein Cholesterol) dalam serum tikus yang dipuasakan, dan meningkatkan level dalam serum lipoprotein cholesterol berdensitas tinggi (HDL-C) dan superoxide dismutase (SOD). Hal ini menimbulkan dugaan bahwa propolis dapat mengendalikan kandungan glukosa darah dan mengatur metabolisme glukosa dan lipida, menyebabkan turunnya output lipid peroxidation dan membersihkan radikal bebas pada tikus dengan diabetes mellitus (Fuliang et al., 2005).. 2.5.4 Toksisitas Propolis Menurut Dra Mulyati Sarto, Msi dari LPPT UGM, 2010 riset membuktikan propolis aman meski dikonsumsi dalam jangka panjang. Toksisitas propolis sangat rendah. Mencit yang diberi propolis tiap hari selama 1 bulan dengan dosis normal, fungsi dan kondisi organ tubuhnya tetap bagus dan tidak bermasalah. Dosis normal yang dimaksud dalam 50 ml air untuk konsumsi manusia. Propolis baru menyebabkan kematian separuh jumlah hewan uji pada dosis di atas 10.000 mg/kg bobot badan. Jika dikonversikan ke orang berbobot 60 kg, dosis itu setara konsumsi 0,6 kg propolis setiap hari. Artinya keampuhan dan keamanan propolis telah terbukti. Meskipun propolis memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai keluhan penyakit yang diderita manusia, tetapi diantara senyawa-senyawa kimia tanaman.

(40) yang terkumpul di dalam propolis ada yang dapat menimbulkan alergi terhadap manusia. Oleh karena itu pada sebagian orang mungkin muncul alergi terhadap propolis. Alergi terhadap propolis ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis Alergi yaitu Alergi Spontan dan Alergi Tertunda. Alergi spontan muncul disebabkan tubuh seseorang sensitif terhadap salah satu atau beberapa senyawa kimia tumbuhan yang terdapat di dalam propolis (Nofriadi, 2009). Alergi tertunda muncul disebabkan tubuh seseorang alergi terhadap sejumlah tertentu dari salah satu atau beberapa senyawa kimia tumbuhan yang terdapat di dalam propolis. Gejala Alergi tertunda dari propolis umumnya berupa gatal-gatal dikulit atau tenggorokan terasa panas. Adapun penyebab munculnya alergi tertunda adalah sebagai berikut : 1.. Penggunaan propolis dalam dosis tinggi (diatas 10 tetes 3 kali sehari) selama terus-menerus tanpa jeda.. 2.. Selama penggunaan propolis pengguna kurang minum air putih hangat.. 3.. Terjadi penambahan senyawa kimia penyebab alergi pada propolis sebagai akibat langsung dari musim/bulan panen propolis di negara asal propolis.. 4.. Perubahan pola konsumsi makanan pengguna propolis, umumnya pasien yang melakukan detoksifikasi bisa mengalami gejala alergi terhadap propolis setelah pasien tersebut melakukan detoksifikasi, hal tersebut bisa terjadi karena detoksifikasi secara sederhana bisa dikatakan sebagai usaha meformat ulang reaksi tubuh terhadap lingkungannya, bisa jadi sebelum detoksifikasi tubuh sudah memiliki daya tahan terhadap senyawa penyebab alergi, tetapi setelah detosifikasi kemapuan tersebut hilang (Nofriadi, 2009).. 2.5.5 Flavonoid.

(41) Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru, dan sebagianzat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan (Sugrani dan Agestia Waji, 2009).. 2.5.5.1 Struktur Kimia Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom dimana 2 cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Sugrani dan Agestia Waji, 2009). Gambar. 2.3 Struktur Umum Flavonoid Sumber: Sugrani Andis dan Resi Agestia Waji. 2009. Makalah Kimia Organik Bahan Alam Flavonoid (Quercetin). Makasar: Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. 2.5.5.2 Manfaat Flavonoid Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain anti inflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik (anti bakteri dan anti virus) (Sugrani dan Agestia Waji, 2009). Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai.

(42) penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati (Sjahid, 2008). Suatu penelitian pada hewan coba membuktikan bahwa flavonoid pada teh hijau dapat menurunkan kolesterol total pada sirkulasi (Hodgson, 2008). 2.5.6 Quercetin Quercetin adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis amat kuat. Bila vitamin C memiliki antioksidan 1, maka quercetin memiliki aktivitas antioksidan 4,7. Flavonoid merupakan sekelompok besar antioksidan bernama polifenol yang terdiri atas antosianidin, biflavon, katekin, flavanon, flavon, flavonol. Quercetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar, quercetin dan glikosidanya berada dalam jumlah sekitar 60 – 75 % dari flavonoid (Sugrani dan Agestia Waji, 2009).. Gambar. 2.4 Struktur umum Quercetin. 2.5.6.1 Peran Quercetin pada Metabolisme Lipid Quercetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit degeneratif. Pada penelitian efek pemberian quercetin pada tikus yang diinduksi.

(43) hiperlipidemia, didapatkan bahwa quercetin mampu menurunkan biosintesis kolesterol dengan mekanismenya yang menghambat aktivitas HMG-KoA reduktase (Bok et all., 2002). Quercetin juga memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari LDL kolesterol dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi (Sugrani dan Agestia Waji, 2009). Sedangkan pada penelitian quercetin dan hubungannya dengan HDL menunjukkan adanya peningkatan kadar HDL melalui mekanisme peningkatan produksi Apo-A1 (Guillaume et al., 2006)..

(44) BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 3.1. Kerangka Konsep.

(45) Keterangan : : menghambat : meningkatkan. : variabel yang diteliti. Diet tinggi lemak akan meningkatkan absorbsi lemak, dimana lemak tersebut berupa triasilgliserol yang dibawa ke jaringan adiposa oleh kilomikron. Triasilgliserol tersebut mengalami lipolisis oleh lipoprotein lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian asam lemak dilepaskan dari jaringan adiposa menuju serum menjadi asam lemak bebas (Free Fatty Acid). Asam lemak bebas tersebut akan mengalami β – oksidasi di hepar menjadi asetil-KoA. Di dalam hepar, terjadi biosintesis kolesterol dimana asetil-KoA menjadi sumber utamanya dan enzim kunci dari biosintesis kolesterol adalah HMG Ko-A reduktase. Bila kolesterol telah terbentuk di hepar, maka selanjutnya hepar akan mensintesis Apo-B 100 dan membentuk nascent VLDL. Setelah mendapatkan Apo-E dan Apo-C dari sirkulasi, kolesterol dibawa oleh VLDL bersama dengan triasilgliserol menuju jaringan ekstrahepatik. VLDL yang yang telah melepaskan sebagian triasilgliserolnya ke jaringan ekstrahepatik menggunakan Apo-C akan berubah menjadi IDL (sisa VLDL). IDL akan melepaskan triasilgliserol yang tersisa ke hepar, menggunakan Apo-E yang berikatan dengan LDL reseptor. Selanjutnya, lipoprotein yang hanya memiliki Apo-B100 dan membawa kolesterol tersebut disebut LDL. Kolesterol yang terdapat di dalam LDL akan di bawa menuju jaringan untuk digunakan sebagai sintesis hormon dan.

(46) membran sel. Namun, apabila jumlah LDL kolesterol berlebihan di dalam serum, LDL akan mudah teroksidasi dan menjadi radikal bebas di jaringan. Untuk itu hepar mensintesis pembentukan Apo-A 1 dan membentuk HDL, mengangkut kolesterol menuju hepar agar dapat diekskresikan melalui asam empedu. Apabila kadar HDL di dalam darah rendah, sedangkan LDL mengalami peningkatan, maka kadar total kolesterol dan triasilgliserol serum akan mengalami peningkatan pula. Hal ini disebut dislipidemia. Kerja ekstrak propolis yang mengandung quercetin diduga dapat mencegah terjadinya dislipidemia melalui beberapa mekanisme, yaitu quercetin dapat menghambat kerja dari HMG-KoA reduktase sehingga biosintesis kolesterol tidak terjadi, selain itu quercetin juga meningkatkan pembentukan Apo-A 1 sebagai apolipoprotein utama pembentuk HDL dan menghambat pembentukan Apo-B 100 sehingga LDL menurun. Dengan demikian total kolesterol serum dan triasilgliserol serum juga menurun dan dislipidemia tidak terjadi.. 3.2. Hipotesis Penelitian Ekstrak propolis dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih. (Rattus norvegicus) strain Wistar yang diberi diet tinggi lemak..

(47) BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental in. vivo dengan menggunakan desain penelitian Control Group Post Test Design. Pada penelitian ini, hewan coba dibagi dalam 5 kelompok, yakni satu kelompok kontrol negatif, satu kelompok kontrol positif, dan tiga kelompok perlakuan. Untuk mendapatkan model dislipidemia, hewan coba diberi pakan tinggi lemak. Kemudian akan dilakukan pemberian ekstrak propolis dengan 3 dosis berbeda pada kelompok perlakuan.. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Pemeliharaan hewan coba selama penelitian dilakukan di Laboratorium. Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Untuk pemeriksaan darah dilakukan di Laboratorium Prima Klinik Mata Malang, Jalan dr. Cipto no. 3 Malang. Penelitian dilakukan selama 2,5 bulan.. 4.3. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah tikus putih galur wistar yang diambil secara. random. Kriteria inklusi: -. Strain wistar. -. Tikus jantan. -. Berbadan sehat tampak aktif.

(48) -. Umur 8-12 minggu. -. Berat badan 150-200 g. Kriteria Eksklusi -. Tikus yang selama penelitian tidak mau makan. -. Tikus yang kondisinya menurun, sakit dalam masa persiapan atau adaptasi. Estimasi jumlah perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini dihitung. dengan rumus: {(np – 1) – (p – 1)} ≥ 16. (Sastroasmoro, 1995). Keterangan: n = jumlah sampel tiap perlakuan p= jumlah perlakuan Jumlah perlakuan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: {(np – 1) – (p – 1)} ≥ 16 {(5n – 1) – (5– 1)} ≥ 16 5n – 5 ≥ 16 5n ≥ 21 n ≥ 4,2 perlakuan Dengan demikian, akan digunakan 5 ekor tikus. untuk setiap kelompok. perlakuan.. 4.4. Variabel Penelitian. 4.4.1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak propolis. Penentuan. besarnya dosis yang akan diberikan pada hewan coba ditentukan oleh adanya efek antioksidan terhadap tubuh tikus wistar. Karena belum ada eksplorasi dosis propolis.

(49) yang berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol total, maka dilakukan percobaan penentuan dosis propolis yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol total tikus dengan diet tinggi lemak. Berdasarkan penelitian Bazo, dkk. 2002 tentang pengaruh pemberian propolis terhadap pencegahan karsinogenesis kolon, dosis yang digunakan adalah 10 mg/kgBB/hari, 30 mg/kgBB/hari, dan 90 mg/kgBB/hari. Dosis ini mampu menekan proses perkembangan preneoplastik melalui mekanisme antioksidan. Sedangkan menurut penelitian dari Firman Jaya dkk. 2006, tentang pengaruh pemberian ekstrak propolis terhadap sistem kekebalan tubuh, dosis propolis yang dipakai adalah 9 mg/hari, 12 mg/hari dan 15 mg/hari. Dasar pemberian propolis adalah adanya efek antioksidan terhadap sistem kekebalan tubuh. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah pada percobaan antikanker dan sistem kekebalan tubuh menggunakan zat aktif dimana merupakan antioksidan yang terkandung pada propolis, sedangkan penelitian ini juga menggunakan antioksidan sebagai zat aktif pada propolis dalam menurunkan kadar kolesterol total serum. Oleh karena itu, dosis propolis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deret hitung dan diadopsi dari dosis propolis yang menimbulkan efek antioksidan seperti pada penelitian diatas, yaitu: P1. : 15 mg/kgBB/hari. P2. : 30 mg/kgBB/hari. P3. : 45 mg/kgBB/hari. Ekstrak propolis diberikan pada tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang dibagi dalam kelompok: 1.. Kelompok kontrol negatif (k-): tikus tanpa diberikan diet tinggi lemak dan tanpa ekstrak propolis..

(50) 2.. Kelompok kontrol positif (k+): tikus diberi diet tinggi lemak namun tanpa ekstrak propolis.. 3.. Kelompok Perlakuan 1 (p1): tikus diberi diet tinggi lemak + ekstrak propolis 15 mg/kgBB/hari. 4.. Kelompok Perlakuan 2 (p2): tikus diberi diet tinggi lemak + ekstrak propolis 30 mg/kgBB/hari. 5.. Kelompok Perlakuan 3 (p3): tikus diberi diet tinggi lemak + ekstrak propolis 45 mg/kgBB/hari. 4.4.2. Variabel Tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total dalam. tikus wistar.. 4.5. Definisi Operasional 1. Propolis adalah bahan resin yang melekat pada bunga, pucuk dan kulit kayu, yang menempel pada lebah Apis mellifera. Propolis ini didapatkan dari Peternakan Lebah “Rimba Raya”, Jalan Dr. Wahidin No. 8, Lawang 2. Ekstrak Propolis adalah propolis Apis mellifera yang diekstrak dengan teknik maserasi menggunakan ethanol 70% di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 3. Tikus Wistar adalah tikus albino spesies Rattus norvegicus. Jenis galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun 1906 untuk digunakan dalam biologi dan penelitian medis. Jenis tikus ini galur tikus pertama yang dikembangkan sebagai model organisme. Tikus Wistar saat ini menjadi salah satu yang strain tikus paling populer yang digunakan untuk penelitian.

(51) laboratorium. ciri tikus ini adalah mempunyai kepala lebar, telinga panjang, dan memiliki ekor panjang (tidak melebihi panjang tubuhnya). Tikus Wistar lebih aktif daripada jenis lain seperti tikus Sprague dawley (Estina, 2010). Tikus yang digunakan adalah dari galur wistar dengan jenis kelamin jantan, berumur 8-12 minggu, dan berat badan 150-200 gr, yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Universitas Brawijaya Malang. 4. Diet tinggi lemak Jenis lemak harus dipertimbangkan ketika memilih diet tinggi lemak untuk studi menggunakan hewan coba. Banyak diet tinggi lemak yang digunakan dalam penelitian di laboratorium menggunakan hewan coba mengandung lemak lebih jenuh seperti lemak babi, lemak sapi, atau minyak kelapa dan diet ini cukup mampu merangsang obesitas pada strain hewan coba yang rentan. Diet tinggi lemak yang digunakan di laboratorium biasanya mengandung 32% - 60% kalori dari lemak. Dari sudut pandang nutrisi, diet 60% kcal dari lemak sudah termasuk diet ekstrim pada manusia. Oleh karena itu diet jenis tersebut sering digunakan untuk menginduksi obesitas pada tikus percobaan (Gajda, 2008). Diet tinggi lemak adalah diet dengan komposisi PARS 50%, tepung terigu 25%, kolesterol 1%, asam cholat 0,05%, minyak babi 2,5%, dan air 21,4 %, yang diberikan pada tikus per hari selama 8 minggu (Ali dan Ketut, 2004). 5. Kolesterol total adalah kolesterol total yang diambil dari serum yang diukur dengan metode spektrofotometer pada setiap kelompok tikus.. 4.6 Alat dan Bahan 4.6.1. Alat.

(52) 1. Alat untuk pemeliharaan tikus : bak plastik berukuran 45 cm x 35,5 cm x 14,5 cm, kandang tikus dari kawat dengan ukuran 36,5 cm x 28 cm x 15,5 cm, botol air, sekam 2. Alat untuk pembuatan ransum makanan tikus : timbangan, neraca analitik, baskom, pengaduk, gelas ukur, penggilingan pakan, nampan 3. Alat untuk pemberian ekstrak propolis: spuit dan sonde 4. Alat untuk pengambilan dan penyimpanan sampel darah : jarum suntik 10 ml, dan spuit disposable, tabung valkkon 15 ml, tabung untuk penyimpanan (efendorf), serum, mikro pipet, dan sentrifuge 5. Alat pemeriksaan kolesterol total : spektrofotometer 6. Alat ekstraksi propolis : oven, blender, timbangan (1), gelas Erlenmeyer, corong gelas, kertas saring, labu evaporation (1), labu penampung ethanol (1), evaporator (1), pendingin spiral/ rotary evaporator (1), selang water pump, water bath, water pump, vacum pump (1), botol hasil ekstraksi. 4.6.2. Bahan. 1. Bahan pakan tikus : Pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa komposisi diet normal yang diberikan adalah PARS 53,87%, tepung terigu 26,94% dan air sebesar 19,18%. Sedangkan untuk diet tinggi lemak yang diberikan berupa PARS 50%, tepung terigu 25%, kolesterol 1%, asam cholat 0,1%, minyak babi 2,5%, dan air sebanyak 21,4% (Ketut dan Ali, 2004) 2. Bahan Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total : darah tikus yang diambil dari jantung dan reagen untuk kolesterol total 3. Bahan ekstraksi propolis : propolis, ethanol 70% (pelarut), aquades.

(53) 4.7. Prosedur Penelitian. 4.7.1. Persiapan. 1. Awal percobaan semua tikus ditimbang berat badannya kemudian dilakukan randomisasi agar setiap tikus mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan perlakuan. 2. Sebelum perlakuan, tikus diadaptasikan pada kondisi laboratorium selama 7 hari. Selama itu, tikus diberi diet standar. Pemberian pakan tikus (diet standar) dan minuman diberikan secara ad libitum. 3. Pada masa adaptasi, berat badan tikus ditimbang yaitu pada saat awal adaptasi dan sesudah adaptasi, agar dapat dipantau bahwa berat badan tikus tidak mengalami penurunan dan berada dalam kondisi yang baik. 4. Pembuatan pakan standar : pakan standar tikus Wistar adalah diet normal berupa konsentrat PARS 53,87%, tepung terigu 26,94%, dan air sebesar 19,18% (Ali dan Ketut, 2004). Bahan makanan : - Jumlah makanan rata-rata 40 g/hari untuk setiap tikus - Pakan normal mengandung konsentrat PARS 53,87% dan tepung terigu 26,94% dan air sebesar 19,18%. 5. Pembuatan pakan tinggi lemak : pakan tinggi lemak yang diberikan berupa PARS 50%, tepung terigu 25%, kolesterol 1%, asam cholat 0,05%, minyak babi 2,5% dan air sebesar 21,4% (Ali dan Ketut, 2004). Bahan makanan : - Jumlah makanan rata-rata 40 g/hari untuk setiap tikus.

(54) - Diet tinggi lemak yang terdiri dari PARS 50%, tepung terigu 25%, kolesterol 1%, asam cholat 0,05%, minyak babi 2,5%, dan air sebesar 21,4% 6. Pembuatan ekstrak propolis: Proses pengeringan a. Bersihkan bahan alam yang akan dikeringkan b. Potong kecil-kecil c. Lalu masukkan oven dengan suhu 40-60º C atau dengan panas matahari hingga kering (bebas kandungan air) Proses ekstraksi a. Setelah kering, haluskan dengan blender sampai halus b. Timbang sebanyak 100 gram (sample kering) c. Masukkan 100 gram sample kering ke dalam gelas erlenmeyer ukuran ±1 L d. Lalu rendam dengan etanol sampai volume 900 ml e. Kocok sampai benar-benar tercampur (30 menit) f. Diamkan 1 malam sampai mengendap g. Ambil lapisan atas campuran ethanol (pelarut) dengan zat aktif yang sudah tercampur (bisa dengan cara penyaringan menggunakan kertas saring) h. Lakukan proses perendaman ini sampai 3 kali Proses evaporasi a. Masukkan dalam labu evaporasi 1 L b. Pasang labu evaporasi dalam evaporator c. Isi water bath dengan air sampai penuh.

(55) d. Pasang semua rangkaian alat termasuk rotatory evaporator, pemanas water bath (atur sampai 90ºC) atau sesuai dengan Titik Didih pelarut, sambungkan dengan aliran listrik e. Biarkan larutan etanol memisah dengan zat aktif yang sudah ada dalam labu evaporasi f. Tunggu sampai aliran etanol berhenti menetes pada labu penampungan (±1,5 sampai 2 jam untuk 1 labu)± 900 ml g. Hasil yang diperoleh kira-kira ¼ dari bahan alam kering h. Masukkan hasil ekstraksi ke dalam botol plastik/ kaca i. Simpan dalam freezer. 4.7.2. Perlakuan Dalam masa ini kelima kelompok tikus mendapat perlakuan yang berbeda.. Untuk kelompok kontrol negatif, tikus hanya diberi diet normal saja tanpa pemberian ekstrak propolis selama 59 hari. Diet normal diberikan secara ad libitum. Untuk kelompok kontrol positif, tikus diberi diet tinggi lemak saja tanpa pemberian ekstrak propolis. Berdasarkan penelitian, pemberian pakan dilakukan secara ad libitum selama 59 hari (Kucera, 2008). Ekstrak propolis diberikan setiap hari pada kelompok perlakuan 1 (15 mg/kgBB/hari), perlakuan 2 (30 mg/kgBB/hari), dan perlakuan 3 (45 mg/kgBB/hari) secara peroral selama 59 hari dengan sonde sehingga dapat masuk ke mulut tikus hingga ke lambung.. 4.7.3. Proses Pembedahan Tikus Cara pembedahan untuk pengukuran variabel penelitian adalah sebagai. berikut :.

(56) 1. Tikus dianastesi terlebih dahulu dengan chloroform per inhalasi. 2. Tikus dibaringkan pada permukaan meja yang keras yang dialasi strerofoam. Kaki dan tangan tikus difiksasi dengan jarum pentul pada alas sterofoam. 3. Thorax dan abdomen tikus dibuka dengan memotong dinding abdomen (kulut dan peritoneum) pada aksis median. Pembukaan abdomen diperluas ke arah lateral sehingga organ-organ dalam rongga abdomen terlihat. 4. Dilakukan pengambilan plasma darah tikus yang diambil dari bilik jantung dengan menggunakan jarum suntik.. 4.7.4. Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total Kolesterol dapat ditentukan setelah dihidrolisis dan dioksidasi, sebagai. indikatornya adalah dengan terbentuknya guinoneimine dari reaksi hydrogen peroksida + 4 amino antipirin dan fenol yang dikatalisis oleh peroksidase. Prinsip reaksi : Kolesterolester + H2O Kolesterol +O2. CHO. CHE. Kolesterol + Asam lemak. kolesterol-trione +H2O2. 2 H2O2 + 4-aminoantipirin + phenol. POD. quineneimine + 4 H2O. Sampel : Sample serum diperoleh dengan memisahkan darah yang diberi antikoagulan heparin / EDTA. Sample darahnya jangan sampai lisis, sebab akan mengganggu hasil pengukuran. Sampel serum disimpan pada suhu 4C agar stabil sampai 7 hari. Reagensia : Pipe’s buffer pH 6,7. 50 mmol/L. phenol. 24 mmol/L.

(57) sodium cholate. 0.5 mmol/L. 4-amino antipirin. 0,5 mmol/L. cholesterol esterase. ≥ 180 U/L. cholesterol oxidase. ≥ 200 U/L. peroxidase. ≥ 1000 U/L. cholesterol standard. 200 mg / dL. Pelaksanaan : 1.. b.. Sistem parameter umum dari reagensia diatas adalah sebagai berikut: Panjang gelombang. 505 (492-550 nm). Temperatur. 37O C. Konsentrasi standar. 200 mg/dL. Blangko. reagen. Linearitas. 600 mg/dl. Waktu inkubasi. 5 menit. Volume sampel. 10 µl. Volume reagen. 1000 µl. Kuvet. 1 cm lightpath. Campurkan dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC kemudian ukur absorbensia dari sampel dan stardart dibandingkan dengan blangko reagen Blangko. Standar. Sampel. Reagen. 1000 µL. 1000 µL. 1000 µL. Standar. -. 10 µL. -. Sampel. -. -. 10 µL. c.. Pengukuran kadar total kolesterol serum pada peneltian ini menggunakan alat “Mindray BS 220”.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

The aim of this project is to study and compare the tool life of the hardfacing method of tool steel wire using gas metal arc welding with the usual high speed steel cutting tool

The TEM images of synthesized nano powder visibly shown in Fig.2 revealed that the nano powder has different morphologies and the ionic surfactants roofed around the nano particle

(Augmented Reality) , yang lebih dekat ke sisi kiri, lingkungan bersifat nyata dan benda bersifat maya, sementara dalam augmented virtuality atau virtualitas tertambah,

: Produ ksi Pektin dart Kulit Jeruk Lemon. (Citrus

Dari hasil wawancara kepada 10 orang perawat rawat inap wanita di RS “X” kota Bandung, menunjukkan sebanyak 10 orang (100%) merasakan bahwa mereka tidak dapat melihat

(b) Gerakan: lambungkan bola ke atas, setelah bola turun tendang menggunakan kaki bagian, dalam luar, atau punggung kaki (dengan kaki kanan atau kiri), gerakan menendang

(2) Jumlah campur kode yang muncul dalam operator taksi 37 data yaitu CK kata sebanyak 20 data, CK frasa sebanyak 16 data dan CK idiom sebanyak 1 data, dan (3) faktor-faktor

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor

This research was aimed to find out the effectiveness of draw label caption strategy (DLCS) for teaching writing descriptive text at the eight grade students of SMP Muhammadiyah 2