• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan kontrak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan kontrak."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA ANTARA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK

Anastasia Dessy Hapsari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan kontrak. Kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang menggambarkan seberapa besar kesesuaian antara apa yang diinginkan karyawan dari pekerjaannya dan seberapa besar yang diperolehnya dari perusahaan atau organisasi tempatnya bekerja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan kontrak.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dan menggunakan metode pengumpulan data berupa Skala Kepuasan Kerja. Skala disusun berdasarkan empat dimensi, yaitu : Instrinsic Reward, Organizational Extrinsic Reward, Social Extrinsic Reward,dan Convenience Extrinsic Cost.

Subjek dalam penelitian ini 30 orang karyawan tetap dan 30 orang karyawan kontrak di Kanisius . Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara memberikan sejumlah skala kepuasan kerja kepada subjek untuk diisi.

Uji coba kesahihan butir skala penelitian menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,969. Hasil analisis data dengan menggunakan Mann-Whitney Test menunjukkan nilai p sebesar 0,000 atau p < o,o5. Nilai mean kepuasan kerja karyawan pada karyawan tetap lebih besar daripada mean kepuasan kerja karyawan kontrak (40,27 > 20,73). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja pada karyawan tetap dan karyawan kontrak dimana kepuasan kerja karyawan tetap lebih tinggi daripada karyawan kontrak. Kata Kunci : Kepuasan Kerja, Karyawan Tetap dan Karyawan Kontrak

(2)

ABSTRACT

DIFFERENCE OF JOB SATISFACTION LEVEL BETWEEN PERMANENT STAFF AND CONTRACT STAFF

Anastasia Dessy Hapsari Faculty of Psychology University of Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

This research aimed to findout the difference of job satisfaction between permanent staff and contract staff. Job satisfaction is worker’s feeling about his job which describes how great the compability between what the worker needs from his job and and how great his accept from his company or organization. The hyphotesis stated here was difference of job satisfaction between permanent staff and contract staff.

The type of this research was comparability research and used data collecthing method in the form of Job Satisfaction Scale. Scale compiled base to 4 dimention, that is : Instrinsic Reward, Organizational Extrinsic Reward, Social Extrinsic Reward,dan Convenience Extrinsic Cost.

The subjects of this research were 30 people of permanent staff and 30 people of contract staff of Kanisius. The method of collecting data was by giving the job satisfaction scale to the subjects to filled.

Test of suitable item research scale yield coefficient value of reliability equal to 0,969. The result of data analysis with t-test show that value of p equal to 0,000 or p < 0,05. Value of means permanent staff job satisfaction was bigger than mean contract staff job satisfaction (202,03 > 173,50). The result of this research showed that there was difference of job satisfaction level between permanent staff and contract staff, where the level of job satisfaction at permanent staff was bigger than level of job satisfaction at contract staff.

Keywords : Job Satisfaction, Permanent Staff and Contract Staff

(3)

HALAMAN JUDUL

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA PADA

KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Nama :Anastasia Dessy Hapsari NIM : 019114047

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

(5)

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

(6)

HALAMAN MOTTO

Yesus berkata : “ Apakah jiwamu letih, jenuh, dan kering?

Datanglah kepadaKU. Serahkan semua bebanmu kepadaKU

dan hidupmu akan pulih kembali. Aku akan menunjukkan cara

menenangkan pikiranmu. Berjalanlah dan hadapi masalahmu

bersamaKU dan lihatlah bagaimana AKU menanganinya.

Nikmatilah anugerah yang selalu akan hadir pada waktunya. Aku

tidak akan membebanimu dengan permasalahan yang melampui

kemampuanmu untuk menanggungnya. Tetaplah bersamaKU dan

engkau akan belajar hidup dengan bebas dan ringan.”

( Matius 11 : 28-30 )

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk

Yesus Kristus

Pembimbing setiap langkahku, Penerang dalam kegelapanku, Kekuatan

dalam kelemahanku

Bapak dan Ibu

Kasihnya yang tiada berkesudahan dan doa yang selalu mengalir membuatku

mampu menyelesaikan karya tulis ini

Yohanes Dharma Herjayanto Nugroho

Dukungan yang menguatkan serta kasih sayang yang tanpa henti

membuatku tegar dalam menghadapi setiap hambatan yang menghalangi

langkahku

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(9)

ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA ANTARA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK

Anastasia Dessy Hapsari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan kontrak. Kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang menggambarkan seberapa besar kesesuaian antara apa yang diinginkan karyawan dari pekerjaannya dan seberapa besar yang diperolehnya dari perusahaan atau organisasi tempatnya bekerja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan kontrak.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dan menggunakan metode pengumpulan data berupa Skala Kepuasan Kerja. Skala disusun berdasarkan empat dimensi, yaitu : Instrinsic Reward, Organizational Extrinsic Reward, Social Extrinsic Reward,dan Convenience Extrinsic Cost.

Subjek dalam penelitian ini 30 orang karyawan tetap dan 30 orang karyawan kontrak di Kanisius . Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara memberikan sejumlah skala kepuasan kerja kepada subjek untuk diisi.

Uji coba kesahihan butir skala penelitian menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,969. Hasil analisis data dengan menggunakan Mann-Whitney Test menunjukkan nilai p sebesar 0,000 atau p < o,o5. Nilai mean kepuasan kerja karyawan pada karyawan tetap lebih besar daripada mean kepuasan kerja karyawan kontrak (40,27 > 20,73). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja pada karyawan tetap dan karyawan kontrak dimana kepuasan kerja karyawan tetap lebih tinggi daripada karyawan kontrak.

Kata Kunci : Kepuasan Kerja, Karyawan Tetap dan Karyawan Kontrak

(10)

ABSTRACT

DIFFERENCE OF JOB SATISFACTION LEVEL BETWEEN PERMANENT STAFF AND CONTRACT STAFF

Anastasia Dessy Hapsari Faculty of Psychology University of Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

This research aimed to findout the difference of job satisfaction between permanent staff and contract staff. Job satisfaction is worker’s feeling about his job which describes how great the compability between what the worker needs from his job and and how great his accept from his company or organization. The hyphotesis stated here was difference of job satisfaction between permanent staff and contract staff.

The type of this research was comparability research and used data collecthing method in the form of Job Satisfaction Scale. Scale compiled base to 4 dimention, that is : Instrinsic Reward, Organizational Extrinsic Reward, Social Extrinsic Reward,dan Convenience Extrinsic Cost.

The subjects of this research were 30 people of permanent staff and 30 people of contract staff of Kanisius. The method of collecting data was by giving the job satisfaction scale to the subjects to filled.

Test of suitable item research scale yield coefficient value of reliability equal to 0,969. The result of data analysis with t-test show that value of p equal to 0,000 or p < 0,05. Value of means permanent staff job satisfaction was bigger than mean contract staff job satisfaction (202,03 > 173,50). The result of this research showed that there was difference of job satisfaction level between permanent staff and contract staff, where the level of job satisfaction at permanent staff was bigger than level of job satisfaction at contract staff.

Keywords : Job Satisfaction, Permanent Staff and Contract Staff

(11)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat kekuatan,

kesabaran, kasih, perlindungan, dan keselamatan yang telah dilimpahkan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan moril dan materiil. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan beberapa patah

kata sebagai ucapan terima kasih kepada :

1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si, selaku Dekan dan Dosen pembimbing

skripsi yang telah memberikan waktu, dukungan dan perhatian dalam

proses penulisan skripsi ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si selaku Kaprodi Psikologi. Perhatian,

dukungan dan bantuan yang selalu diberikan Ibu sangat berarti untuk

saya.

3. Minta Istono, S.Psi.,M.Si, selaku Dosen penguji skripsi, terima kasih atas

masukan dan pengetahuan baru yang telah diberikan.

4. P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi, selaku Dosen penguji skripsi, terima kasih

atas kritik dan saran yang diberikan sehingga dapat menjadi masukan bagi

skripsi saya.

5. Segenap Dosen Psikologi, terima kasih atas seluruh proses

belajar-mengajar yang saya terima selama kuliah di Fakultas Psikologi ini dan

terima kasih karena telah membantu dalam proses pendewasaan saya.

(13)

6. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gi’, terima

kasih atas keramahan, kesabaran serta bantuannya saat mengurus

administrasi dan hal-hal lain yang menyangkut perkuliahan.

7. Bapak Agustinus Tentrem Soegito dan Ibu Hersasi Agustina Puji Astuti,

terima kasih karena telah memberikan cinta yang tanpa batas, dukungan

yang tiada henti dan perhatian yang sangat besar terhadap saya sehingga

saya mampu untuk berjuang menyelesaikan skripsi ini. Maaf ya bapak dan

Ibu karena harus menunggu lama buat lihat anaknya ini menjadi Sarjana.

8. Stefanus Indra Christian dan Antonius July Kristanto. Terima kasih atas

pemahamannya kepada kakaknya yang cerewet dan pemarah ini. Thanks

ya laptopnya boleh aku pinjem sampai berbulan-bulan buat ngerjain

skripsi ini. I love u so much bro’.

9. Yohanes Dharma Herjayanto Nugroho. Terima kasih atas dukungan,

nasehat serta bantuannya selama ini. Makasih karena sudah menenangkan

ku di saat-saat panik kemarin dan karena selalu mendukung ku di setiap

saat-saat terapuh dalam hidupku. Kamu memang selalu datang di saat

yang tepat. I love u.

10.Silva, Nina, Farah, Nining, Siska, Lina. Terima kasih atas tahun-tahun

yang kita lewati bersama dalam tawa ceria, tangis air mata serta

mimpi-mimpi yang telah kita rajut bersama sehingga kita bisa berproses bersama

untuk menjadi dewasa.

11.Teman-teman yang berjuang bersama, Mira, Jelly, Tumbur, Desy, Rini,

Via, Sius, Rika, Acong, dan anak-anak psikologi’01 lainnya. Terima kasih

(14)

xii

atas semua dukungan, tawa, ejekannya, di masa-masa penyelesaian skripsi

ini. Ini merupakan masa-masa terindah dan sulit dilupakan teman. Love u

all.

12.Greg. Makasih ya udah rela dibangunin pagi-pagi supaya aku bisa

nge-print. Gunawan, makasih ya atas dukungan doa-doanya dan udah jadi

tempat curhatku, semoga kamu juga cepat nyusul juga ya.

13.Mbak Shinta, Mbak Sita, Mbak Tya, Anggi, Mas Kelik, Bu Agus, Mas

Beny, Mbak Linda, Mbak Nita. Makasih ya bantuannya selama ini. God

Bless U.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.

Namun demikian penulis berharap bahwa karya ini dapat bermanfaat bagi semua

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i 

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii 

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii 

HALAMAN MOTTO ... iv 

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v 

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi 

ABSTRAK ... vii 

ABSTRACT ... viii 

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix 

KATA PENGANTAR ...x 

DAFTAR ISI ... xiii 

DAFTAR TABEL ... xvi 

DAFTAR SKEMA ... xvii 

BAB I PENDAHULUAN ...1 

A.  Latar Belakang ...1 

B.  Perumusan Masalah ...6 

C.  Tujuan Penelitian ...7 

D.  Manfaat Penelitian ...7 

1.  Manfaat Teoritis ...7 

2.  Manfaat Praktis ...7 

(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8 

A. Kepuasan Kerja ...8 

1.  Definisi Kepuasan Kerja ...8 

2.  Dimensi-Dimensi dari Kepuasan Kerja ...11 

3.  Tanda-tanda dari Ketidakpuasan Kerja ...19 

4.  Berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ...21 

B. STATUS KEPEGAWAIAN ...23 

1.  Karyawan Tetap ...23 

2.  Karyawan Kontrak ...24 

C. Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Antara Karyawan Tetap Dan Karyawan Kontrak ...25 

D. HIPOTESIS ...28 

BAB III METODE PENELITIAN ...30 

A. Jenis Penelitian ...30 

B. Identifikasi Variabel. ...30 

1.  Variabel Tergantung ...30 

2.  Variabel Bebas ...31 

C. Definisi Operasional ...31 

1.  Kepuasan Kerja ...31 

2.  Status Kepegawaian ...33 

D. Subjek Penelitian ...33 

E. Metode dan alat pengumpulan data ...34 

1.  Pemberian skor ...35 

2.  Blueprint dan Spesifikasi Jumlah item ...35 

(17)

xv

F. Validitas dan Reliabilitas ...37 

1.  Validitas Alat Ukur ...37 

2.  Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur ...38 

G. Uji Asumsi ...42 

1.  Uji Normalitas ...43 

2.  Uji Homogenitas ...43 

H. Analisis Data ...44 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...45 

A. Tahap Pelaksanaan ...45 

B. Analisis Data ...46 

1.  Deskripsi Subjek ...46 

2.  Uji Asumsi ...47 

3.  Uji Hipotesis ...49 

C. Pembahasan ...50 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...53 

A. Kesimpulan ...53 

B. Saran ...53 

1.  Bagi Karyawan Tetap Dan Karyawan Kontrak ...53 

2.  Bagi Peneliti Selanjutnya ...54 

DAFTAR PUSTAKA ...55 

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Spesifikasi Jumlah Item Setiap Dimensi dalam Skala Kepuasan Kerja .36 

Tabel 2 Blueprint Skala Kepuasan Kerja sebelum Uji Coba ...37 

Tabel 3 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Yang Lolos Seleksi dan Yang Gugur Tahap Pertama ...40 

Table 4 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Yang Lolos Seleksi dan Yang Gugur Tahap Kedua ...42 

Tabel 5 Persentase Responden Berdasan Jenis Pekerjaan ...46 

Tabel 6 Persentase Responden berdasarkan Jenis Kelamin ...46 

Tabel 7 Persentase berdasarkan Usia ...47 

Table 8 Uji Normalitas ...48 

Tabel 9 Uji Homogenitas ...48 

Tabel 10 Mann-Whitney Test Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja ...49 

(19)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Antara Karyawan Tetap Dan

Karyawan Kontrak ...29

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang sangat bergantung dan

saling membutuhkan satu sama lain. Karyawan membutuhkan perusahaan sebagai

tempat dimana ia dapat bekerja serta memperoleh imbalan yang dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perusahaan membutuhkan

karyawan sebagai sumber daya manusia yang menggerakkan roda perusahaan

sehingga perusahaan dapat melakukan produksi dan menghasilkan produk yang

memiliki kualitas dan kuantitas seperti yang diinginkan oleh konsumen. Suatu

perusahaan akan berkembang atau tidak sangat bergantung pada kualitas sumber

daya manusia yang menggerakkannya karena setiap karyawan dalam perusahaan

memiliki arti dan peranannya masing-masing dimana aktivitas individual serta

kegiatan sosial mereka mempengaruhi fungsi dari perindustrian tersebut (Anoraga

dan Suyati,1995). Karyawan merupakan harta kekayaan yang terpenting dan

memiliki kontribusi paling besar bagi keberhasilan suatu perusahaan karena

karyawan memegang peranan utama dalam menjalankan roda perusahaan. Kinerja

dari setiap karyawan juga menentukan tingkat produktivitas perusahaan dimana

kinerja kerja yang baik dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Robbins (2005) menyatakan karyawan yang memiliki kinerja baik sangat

ditentukan oleh tingkat kepuasan kerja yang dialaminya. Kepuasan kerja

(21)

2

merupakan penilaian dari pekerja atau karyawan mengenai seberapa jauh

pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya (Hoppeck dalam

As’ad,2004). Heidjrachman dan Husnan (2002) mengemukakan beberapa

kebutuhan dan keinginan karyawan yaitu gaji yang baik, pekerjaan yang aman,

rekan kerja yang kompak, penghargaan terhadap pekerjaan, pekerjaan yang

berarti, adanya kesempatan untuk maju, atasan yang adil dan bijaksana,

pengarahan serta perintah yang wajar, serta perusahaan yang merupakan

tempatnya bekerja dihargai dan dikenal oleh masyarakat. Karyawan yang merasa

kebutuhan-kebutuhannya telah terpenuhi dari pekerjaannya akan merasakan

kepuasan kerja.

Kepuasan kerja merupakan suatu istilah yang menunjuk pada sikap umum

seorang individu terhadap pekerjaannya (Robbins,2005). Karyawan yang

memiliki tingkat kepuasan yang tinggi akan memiliki sikap yang positif terhadap

pekerjaannya sedangkan karyawan yang memiliki tingkat kepuasan yang rendah

akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya. Hariandja (2002)

menyatakan kepuasan kerja akan mempengaruhi perilaku kerja dari karyawan.

Karyawan yang puas dengan pekerjaannya akan lebih bergairah dalam bekerja,

menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas, rajin bekerja serta selalu berusaha

memperbaiki kinerjanya. Karyawan yang tidak puas dengan pekerjaannya akan

menunjukkan beberapa perilaku negatif seperti banyak bercakap pada waktu jam

kerja, kelesuan yang berlebihan, pemakaian barang-barang kepunyaan perusahaan

(22)

serta ketidaksediaan untuk bekerja sama dengan atasan serta rekan sekerjanya

(Sirait dalam As’ad,2004).

Perusahaan pun mulai menitikberatkan perhatiannya pada kepuasan kerja

para karyawannya karena kepuasan kerja dapat membantu memaksimalkan

efektivitas perusahaan dalam jangka panjang. Kepuasan kerja selalu memberikan

efek positif bagi perusahaan karena akan meminimalkan tingkat ketidakhadiran

serta mengurangi tingkat pergantian karyawan (turn over). Karyawan akan

memiliki loyalitas yang tinggi kepada perusahaan sehingga ia akan memiliki

kinerja yang lebih dari yang diharapkan serta memiliki keinginan untuk memberi

lebih kepada perusahaan tempatnya bekerja. Kepuasan kerja merupakan hal yang

sangat penting karena membuat pencapaian tujuan dari perusahaan dapat tercapai

dengan baik dan akurat.

Setiap karyawan memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda satu sama

lain karena kepuasan kerja bersifat individual. Setiap individu memiliki latar

belakang budaya yang berbeda sehingga menciptakan suatu sistem nilai yang

berbeda pada setiap individu. Perasaan karyawan terhadap pekerjaannya hanya

dapat dirasakan sendiri dimana perasaannya terhadap aspek-aspek pekerjaan yang

menjadi penyebab puas dan tidak puasnya seseorang terhadap pekerjaannya jelas

berbeda satu sama lain. Contohnya pada beberapa karyawan dengan tingkat

jabatan yang sama sudah merasa puas dengan gaji yang diberikan oleh perusahaan

tetapi pada beberapa karyawan lain ada yang tidak merasa puas dengan gaji yang

dibayarkan perusahaan terhadap dirinya. Contoh diatas menunjukkan bahwa

(23)

4

dimana tidak ada tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak karena setiap individu

memiliki standar kepuasan yang berbeda satu sama lain.

Spector (1996) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari

kesesuaian antara individu dengan pekerjaannya. Individu yang merasa bahwa

beberapa aspek dari pekerjaannya sesuai dengan harapan dan keinginannya maka

ia akan merasa puas dengan pekerjaannya. As’ad (2004) menegaskan bahwa

semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu

maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakan dan begitu juga

sebaliknya.

Tenggara, Zamralita dan Suyasa (2008) menyatakan empat dimensi dari

pekerjaan yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan, yaitu Instrinsic

Reward (meliputi keterlibatan dalam pengambilan keputusan, wewenang dalam

pelaksanaan tugas, kebermaknaan tugas, komunikasi dengan atasan, keadilan

yang merata, peningkatan karir, dan variasi tugas), Organizational Extrinsic

Reward (meliputi kesempatan untuk naik pangkat, jaminan kerja, gaji, tunjangan

atau adanya fasilitas tambahan), Social Extrinsic Reward (meliputi dukungan

atasan dan dukungan dari rekan sekerja), Convenience Extrinsic Cost (meliputi

beban kerja yang berlebihan, ketidakjelasan pembagian peran, kurangnya sumber

daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas, kurangnya penerapan

norma-norma di lingkungan kerja).

Dimensi-dimensi tersebut mempengaruhi tingkat kepuasan kerja bagi

setiap karyawan dalam perusahaan, baik itu karyawan tetap maupun karyawan

(24)

dengan perusahaan yang diikat dengan Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak

Tertentu. Sedangkan karyawan kontrak adalah karyawan yang hubungan kerjanya

dengan perusahaan diikat dengan Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu.

Undang-undang RI no.13 thn 2003 menjelaskan bahwa karyawan kontrak hanya

diperkerjakan untuk jangka waktu tertentu yaitu maksimal 3 tahun. Pada

kenyataannya banyak perusahaan di Indonesia yang memperpanjang masa kontrak

karyawan menjadi lebih dari 3 tahun. Perusahaan menganggap karyawan kontrak

menjadi solusi paling tepat untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan

karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk tunjangan-tunjangan

atau pesangon apabila karyawan tersebut dikeluarkan atau tidak diperpanjang

masa kontraknya. Pada saat ini, perusahaan tidak ingin sembarangan mengangkat

seseorang menjadi karyawan tetap karena ingin melihat kinerja serta performa

kerja dari orang tersebut terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak

ingin merasa dirugikan apabila karyawan tersebut memiliki kinerja yang rendah

atau performasi kerjanya buruk. Oleh sebab itu, banyak perusahaan yang mulai

memperkerjakan karyawan kontrak karena perusahaan dapat mengakhiri atau

memutuskan masa kontrak dari karyawan yang tidak memenuhi harapan dan

keinginan dari perusahaan.

Pada umumnya, karyawan tetap dan karyawan kontrak memiliki beban

kerja yang sama tetapi memiliki fasilitas yang berbeda. Karyawan kontrak juga

tidak memiliki keamanan atau stabilitas seperti yang dimiliki oleh karyawan tetap

dimana karyawan kontrak selalu merasa khawatir mengenai masa kontraknya

(25)

6

penelitian yang dilakukan oleh Ashford, Lee & Bobko (dalam Smither,1994)

menyebutkan bahwa karyawan yang merasa khawatir akan masa depan

pekerjaannya akan menunjukkan tingkat kepuasan kerja yang rendah. Hal ini

dapat mengindikasikan bahwa karyawan kontrak memiliki tingkat kepuasan kerja

yang lebih rendah bila dibandingkan dengan karyawan tetap.

Kepuasan kerja karyawan sangat tergantung pada reward yang diterima

karyawan dari perusahaannya. Karyawan tetap dan karyawan kontrak memiliki

beban kerja yang sama tetapi perusahaan memberikan reward yang berbeda,

seperti karyawan tetap biasanya mendapatkan tunjangan-tunjangan dari

perusahaan sedangkan karyawan kontrak tidak mendapat tunjangan, karyawan

tetap mendapatkan bonus dari bagi hasil keuntungan perusahaan yang lebih besar

dibandingkan dengan karyawan kontrak, karyawan tetap memiliki jenjang karir

yang lebih jelas dibandingkan karyawan kontrak. Penulis sangat tertarik dengan

fenomena ini sehingga penulis melakukan penelitian ini untuk melihat apakah

terdapat perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan

kontrak.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas maka

permasalahan yang ingin diungkapkan adalah “apakah ada perbedaan tingkat

(26)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat

kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan kontrak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi

industri dan organisasi, dalam memberi masukan dan gambaran

mengenai perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan

karyawan kontrak.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan berarti

untuk para pengusaha, pemimpin perusahaan maupun karyawan itu

sendiri dalam memberikan informasi tentang perbedaan kepuasan kerja

antara karyawan tetap dan karyawan kontrak sehingga diharapkan

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan masalah yang penting bagi perusahaan dan

organisasi dimana kepuasan kerja yang dimiliki para karyawan akan berdampak

positif terhadap perusahaan yaitu meningkatnya hasil produksi. Kepuasan kerja

juga merupakan salah satu elemen yang cukup penting dalam organisasi karena

mempengaruhi perilaku kerja seperti malas, rajin, produktif serta memiliki

hubungan dengan beberapa jenis perilaku yang sangat penting dalam organisasi

(Hariandja,2002).

Untuk memahami kepuasan kerja secara menyeluruh, berikut peneliti akan

menguraikan tentang pengertian dari kepuasan kerja, dimensi-dimensi dari

kepuasan kerja, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, serta

tanda-tanda dari individu yang mengalami ketidakpuasan kerja

1. Definisi Kepuasan Kerja

Dewasa ini dapat dilihat bahwa orang bekerja bukan hanya untuk

mendapat gaji atau upah saja atau untuk memperoleh status sosial saja

tetapi orang tersebut berharap bahwa dengan bekerja ia akan memperoleh

kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri merupakan seperangkat sikap

yang dirasakan karyawan terhadap pekerjaannya (Schultz & schultz,1990).

(28)

Blum (dalam As’ad,2004) memaparkan pengertian kepuasan kerja secara

lebih jelas yaitu sikap umum yang dimiliki dari setiap karyawan yang

merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor

pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja.

Karyawan yang merasa puas dengan setiap faktor dari pekerjaannya dan

mampu menyesuaikan diri dengan pekerjaan serta lingkungan sosial maka

akan mencapai tingkat kepuasan kerja yang tinggi serta akan menunjukkan

sikap yang positif terhadap pekerjaannya tersebut. Karyawan yang tidak

merasa puas dengan hal tersebut akan menunjukkan sikap yang negatif

terhadap pekerjaannya,seperti sering absen dan menunjukkan kinerja kerja

yang rendah sehingga prestasi kerjanya juga rendah.

Kepuasan kerja lebih mengacu kepada kedaan emosional yang

menyenangkan yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaannya

(Handoko,2009). Pengertian serupa juga diungkapkan oleh Locke (dalam

Statt,1994) dimana ia mengartikan kepuasan kerja sebagai perasaan emosi

positif yang menyenangkan sebagai hasil penilaian dari seseorang

pekerjaannya dan pengalamannya dalam bekerja. Karyawan yang merasa

senang dengan pekerjaannya maka akan lebih merasa puas dengan

pekerjaannya, sedangkan karyawan yang tidak merasa senang dengan

pekerjaannya dan tidak merasa nyaman dengan situasi dari pekerjaannya

maka akan merasa tidak puas dengan pekerjaan yang dimilikinya.

Kepuasan kerja dapat dikatakan sebagai emosi atau respon afeksi yang

(29)

10

setuju dengan situasi kerja sebagai akibat dari lingkungan kerja serta jenis

pekerjaan dan situasi kerjanya (Tenggara,Zamralita&Suyasa,2008)

Kepuasan kerja juga menunjukkan adanya kesesuaian antara

harapan karyawan dengan imbalan yang diterimanya dari pekerjaan

(Davis&Newstrom,2004). Setiap karyawan pasti memiliki harapan dan

keinginan untuk memperoleh gaji yang tinggi dari pekerjaannya serta

dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dimilikinya. Flippo (1984)

mengemukakan beberapa kebutuhan-kebutuhan yang biasanya dimiliki

karyawan yaitu gaji, keamanan kerja, hubungan dengan rekan kerja yang

menyenagkan, penghargaan terhadap hasil kerjanya, memiliki pekerjaan

yang berarti, ada kesempatan untuk maju, kondisi kerja yang nyaman dan

menarik, kepemimpinan yang adil dan cakap, petunjuk dan perintah yang

wajar dari atasan, serta organisasi yang relevan. Karyawan yang merasa

bahwa pekerjaannya telah memenuhi semua kebutuhan yang dimilikinya

maka ia memperoleh kepuasan terhadap pekerjaannya. Good Watson

(dalam As’ad, 2004) menyatakan ”bahwasanya dengan memberikan gaji

yang tinggi belum tentu menjamin kepuasan kerja tinggi”. Gaji dan upah

bukan merupakan satu-satunya faktor dalam pekerjaan yang dapat

menimbulkan kepuasan kerja.

Kepuasan kerja akan tercermin pada perasaan karyawan terhadap

pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi atau ditugaskan kepadanya

di lingkungan kerja (SusiloMartoyo,2000). Karyawan yang puas dengan

(30)

pekerjaan dengan tuntas, rajin bekerja serta selalu berusaha memperbaiki

kinerjanya. Karyawan yang tidak puas dengan pekerjaannya akan

menunjukkan beberapa perilaku negatif seperti banyak bercakap pada

waktu jam kerja, kelesuan yang berlebihan, pemakaian barang-barang

kepunyaan perusahaan dengan boros, banyak waktu yang terluang,

keteledoran dan ketidakhati-hatian, serta ketidaksediaan untuk bekerja

sama dengan atasan serta rekan sekerjanya (Sirait dalam As’ad,2004).

Oleh karena itu, kepuasan kerja seseorang mencerminkan perasaannya

terhadap pekerjaan yang dimiliki serta segala sesuatu yang dihadapi dalam

pekerjaannya.

Berdasarkan beberapa pengertian dari kepuasan kerja yang telah

dipaparkan tersebut maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan

bahwa kepuasan kerja merupakan suatu reaksi afektif yang bersifat positif

atau menyenangkan terhadap pekerjaan yang timbul karena terdapat

kesesuaian antara apa yang diharapkan serta apa yang diperoleh individu

dari pekerjaannya sehingga menimbulkan semangat dalam bekerja,

keinginan untuk menuntaskan pekerjaan dengan baik, memiliki kinerja

kerja yang tinggi sehingga tingkat produktivitas menjadi tinggi.

2. Dimensi-Dimensi dari Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja seseorang dapat dilihat dan diukur dari beberapa

dimensi kepuasan kerja yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja

(31)

12

kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki individu terhadap pekerjaaannya.

Heidjrachman dan Husnan (2002) menyatakan beberapa kebutuhan dan

keinginan dari para individu yang bekerja, yaitu gaji atau imbalan yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, hubungan antar rekan sekerja

dan atasan yang terjalin dekat, adanya penghargaan terhadap pekerjaan

yang telah dilakukannya, keamanan pekerjaan, status, kebijaksanaan

perusahaan serta kondisi lingkungan pekerjaan yang adil dan baik.

Tenggara, Zamralita, dan Suyasa (2008) secara lebih jelas

menyatakan bahwa kepuasan kerja ditandai dengan penilaian (outcome

evaluation) dan keyakinan (behavioural belief) seseorang terhadap 4

dimensi utama dari kepuasan kerja yang terdiri dari beberapa sub dimensi,

yaitu :

a. Instrinsic Reward

− Keterlibatan dalam pengambilan keputusan ( participation in

decision making )

Sub dimensi ini menggambarkan tingkat kepuasan

karyawan terhadap kesempatan yang diberikan untuk

berpartisipasi dalam mengambil keputusan. Apabila seseorang

diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam mengambil

keputusan, ia akan merasa dianggap sebagai bagian dari

perusahaan sehingga akan memiliki loyalitas terhadap

perusahaan karena ia memiliki tingkat kepuasan kerja yang

(32)

− Wewenang dalam pelaksanaan tugas ( autonomy )

Pekerjaan yang memberikan kebebasan,

ketidaktergantungan, dan peluang mengambil keputusan lebih

cepat akan meningkatkan kepuasan kerja bagi individu.

Individu yang merasa tidak bebas dalam melakukan

pekerjaannya dimana ia selalu diawasi oleh rekan sekerja atau

pimpinannya maka ia tidak akan mencapai kepuasan kerja.

Tingkat kepuasan kerja tergantung pada wewenang yang

diberikan perusahaan terhadap karyawan yang berkaitan

dengan tugas yang diberikan kepadanya.

− Kebermaknaan tugas ( task significant )

Individu yang merasa pekerjaan yang dilakukannya

penting dan sangat berarti akan memiliki tingkat kepuasan

kerja yang tinggi dibandingkan individu yang merasa

pekerjaannya tidak cukup penting. Selain itu, individu yang

merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya memberikan

kesempatan kepadanya untuk menggunakan ketrampilan dan

kemampuan yang dimilikinya akan lebih menganggap

pekerjaan yang dilakukannya sangat berarti dan memberi

makna dalam hidupnya sehingga akan lebih merasa puas

(33)

14

− Komunikasi dengan atasan ( upward communication )

Sub dimensi ini ingin melihat bagaimana hubungan yang

terjalin antara karyawan tersebut dengan atasannya. Hubungan

yang baik dapat terlihat dari komunikasi yang lancar antara

karyawan dengan atasan secara fungsional ataupun keseluruhan

dimana hal tersebut akan menimbulkan kepuasan kerja pada

diri karyawan.

− Keadilan yang merata ( distributive justice )

Kepuasan kerja adalah suatu fungsi dari bagaimana

seorang individu diperlakukan secara adil di tempat kerja

dimana ia merasa bahwa apa yang ia terima sesuai dengan apa

yang telah ia berikan kepada perusahaan (Kreitner &

Kinicki,2000). Karyawan juga membandingkan dirinya dengan

karyawan lain dimana ia menilai apakah perusahaan

memberikan perlakuan yang adil terhadap dirinya dengan

karyawan lain.

− Peningkatan karir ( career growth )

Sub dimensi ini menggambarkan kepuasan karyawan

terhadap kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir yang

diberikan oleh perusahaan. Setiap karyawan dalam suatu

perusahaan menginginkan adanya jenjang karir yang jelas

dalam pekerjaan mereka sehingga mereka lebih bersemangat

(34)

Karyawan yang memiliki kesempatan untuk meningkatkan

karir maka akan mencapai kepuasan kerja sedangkan karyawan

yang merasa bahwa ia tidak mendapatkan kesempatan untuk

meningkatkan karirnya akan bekerja dengan terpaksa dan

asal-asalan karena tidak memiliki kepuasan kerja.

− Variasi tugas ( task variety )

Tugas yang tidak monoton atau bervariasi tidak akan

menimbulkan kebosanan pada karyawan dan dapat

mempengaruhi tingkat kepuasan kerja. Karyawan yang hanya

diberi tugas yang sama setiap harinya akan merasa jenuh dan

tidak bersemangat dalam bekerja sehingga akan menimbulkan

ketidakpuasan kerja pada diri karyawan tersebut.

b. Organizational Extrinsic Reward

− Kesempatan untuk naik pangkat ( promotional opportunity )

Setiap karyawan pasti berharap memiliki kesempatan

untuk naik pangkat yang biasanya akan diperoleh melalui

promosi yang ditawarkan perusahaan. Kenaikan pangkat

merupakan kemajuan pekerjaan dari satu pekerjaan ke

pekerjaan yang lebih baik dimana hal ini ditandai dengan

bentuk tanggung jawab yang lebih besar, status yang lebih

tinggi serta meningkatnya imbalan yang diperoleh. Schultz dan

Schultz (1994) mengatakan bahwa promosi atau kesempatan

(35)

16

kepuasan kerja karena promosi memberikan kesempatan untuk

pertumbuhan pribadi karyawan dan mencapai aktualisasi

dirinya.

− Jaminan kerja ( job security )

Jaminan kerja yang ditawarkan perusahaan terhadap

karyawan ikut menentukan tingkat kepuasan kerjanya.

Karyawan yang merasa bahwa ia memiliki jaminan untuk tidak

diberhentikan dari perusahaan akan bekerja lebih leluasa dan

tidak mengalami kecemasan dalam bekerja. Karyawan yang

cemas akan masa kerjanya karena perusahaan tidak dapat

menjamin masa kerjanya maka akan berpengaruh terhadap

tingkat kepuasan kerja yang dimilikinya.

− Gaji ( pay )

Penelitian yang dilakukan Theriault (dalam

Munandar,2001) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja

merupakan fungsi dari jumlah dari gaji yang diterima ditambah

dengan derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan

tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Hal yang penting

adalah sejauhmana gaji yang diterima dirasakan adil dimana

gaji yang diterima sesuai dengan tuntutan-tuntutan pekerjaan,

tingkat ketrampilan individu, standar gaji yang berlaku untuk

(36)

kepuasan kerja. Kenaikan gaji dengan prinsip adil akan

menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi (Greenberg,1996)

− Tunjangan atau fasilitas lainnya ( fringe benefit )

Tunjangan pensiun dan kesehatan, fasilitas perumahan,

dan kesempatan untuk cuti merupakan standar dari suatu

jabatan. Apabila hal ini terpenuhi maka akan menimbulkan

kepuasan kerja.

c. Social Extrinsic Reward

− Dukungan atasan ( supervisory support )

Ghiselli & Brown (dalam As’ad,2004) menyatakan

bahwa hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan

sangat penting artinya dalam menaikkan produksi dan

kepuasan karyawan. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan

melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan

kepada bawahannya sehingga para karyawan akan merasa

bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi

kerja.

Atasan bersifat ramah dan dapat memahami karyawan

serta dapat memberikan pujian atas kinerja karyaean yang baik

akan mendorong terciptanya kepuasan kerja pada karyawan.

− Dukungan rekan sekerja ( co-worker support )

Interaksi sosial merupakan salah satu kebutuhan yang

(37)

18

terjalin antara karyawan dengan rekan sekerjanya akan

menentukan tingkat kepuasan kerja karyawan terhadap

pekerjaannya.

d. Convenience Extrinsic Cost

− Beban kerja berlebihan ( work overloaded )

Sub dimensi ini menggambarkan tingkat kepuasan

individu terhadap keberadaan beban kerja yang berlebihan,jam

kerja yang sangat panjang serta tuntutan dari pekerjaan yang

tinggi. semakin individu merasa bahwa pekerjaan yang

dilakukannya memiliki beban kerja yang berlebihan maka

tingkat kepuasan kerjanya akan semakin rendah.

− Ketidakadilan pembagian peran ( role conflict )

Kepuasan kerja individu dipengaruhi oleh pembagian

peran dalam pekerjaan yang adil dan sesuai. Pada umumnya,

karyawan melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bidang

pekerjaannya dimana hal tersebut dituangkan dalam job

description yang diberikan kepada individu tersebut saat ia

mulai masuk kerja. Karyawan yang sering diberi tugas yang

bukan tanggung jawabnya akan memiliki tingkat kepuasan

(38)

− Kurangnya sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas

( resource inadequacy )

Kepuasan kerja karyawan ditentukan dari ketersediaan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam bekerja, seperti

peralatan kerja yang memadai.

− Kurangnya penerapan norma-norma di lingkungan kerja

(inadequate socialization )

Penegakkan disiplin dalam lingkungan perusahaan juga

berpengaruh terhadap kepuasan kerja, seperti jam kerja, jam

istirahat, dan peraturan-peraturan lainnya yang dapat

menegakkan displin para karyawannya.

Peneliti menggunakan dimensi-dimensi ini untuk mengukur

kepuasan kerja dari para karyawan karena peneliti menganggap

dimensi-dimensi ini dapat digunakan untuk melihat perbedaan kepuasan kerja

antara karyawan tetap dan karyawan kontrak.

3. Tanda-tanda dari Ketidakpuasan Kerja

Bagi suatu perusahaan, kepuasan kerja menjadi sangat penting

untuk mengetahui bagaimana tanggapan positif karyawan terhadap

pekerjaannya, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan

(39)

20

Menurut Ostroff (dalam Smither,1994) ketidakpuasan kerja akan

merugikan perusahaan karena produktivitas karyawan menjadi rendah,

biaya medis menjadi bertambah, dan kemungkinan lainnya adalah

hilangnya tenaga kerja secara dini. Di lain pihak karyawan yang memiliki

kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki kinerja yang baik, sehingga

berdampak langsung pada produktivitas yang tinggi.

Ketidakpuasan kerja karyawan akan menyebabkan perusahaan

mengalami kerugian dalam proses produksi sehingga perusahaan harus

meningkatkan kepuasan kerja karyawan apabila ingin meningkatkan

produktivitas perusahaan dan bila tidak ingin merasa dirugikan.

Perusahaan harus lebih cermat dalam mengamati karyawan yang

mengalami ketidakpuasan kerja. Daus sirait (dalam As’ad,2004)

mengemukakan tanda-tanda dari ketidakpuasan kerja yaitu :

1. Kelesuan yang berlebihan

2. Banyak bercakap pada waktu jam kerja

3. Pemakaian barang-barang kepunyaan perusahaan dengan boros

4. Banyak waktu terluang

5. Keteledoran dan ketidakhati-hatian

6. Ketidaksediaan untuk kerjasama antara atasan dengan bawahannya

SP.Siagian (dalam As’ad,2004) juga mengemukakan beberapa

bentuk dari ketidakpuasan kerja yaitu :

(40)

2. Sering terjadinya pertikaian perburuhan, yang dapat

mengakibatkan pemogokan

3. Terlalu banyak pegawai yang tidak masuk atau sering terlambat

4. Moral kerja yang rendah berupa kemalasan

5. Apatisme

4. Berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

Kepuasan kerja memiliki faktor-faktor lain yang mempengaruhinya,

faktor-faktor tersebut adalah :

a. Umur

Umur dipandang sebagai salah satu unsur demografik yang

mempengaruhi kepuasan kerja (Brush dkk. dalam Schultz dan

Schultz,1994). Umur seseorang ikut berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya kepuasan kerja. Gilmer (dalam As’ad,2004) menyatakan

bahwa rendahnya kepuasan kerja timbul pada saat karyawan

berusia antara 20 sampai awal 30 tahun. Karyawan dibawah umur

20 tahun lebih menekankan teman sekerja, jam kerja, gaji,

supervisi dan kondisi kerja. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan Meyana Rus Purnomowati (dalam As’ad,2004) yang

menyimpulkan bahwa ada korelasi yang positif antara usia dan

(41)

22

b. Pemimpin

Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat

penting dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Kepuasan

karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang

baik dari pihak pimpinan kepada bawahan sehingga karyawan akan

merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari perusahaan (Ghiselli

& Brown, dalam As’ad,2004).

c. Jenis kelamin

Beberapa penelitian menemukan bahwa perbedaan jenis

kelamin ternyata berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kepuasan

kerja. Glenn, taylor, dan wlaver (dalam As’ad,2004) dalam

penelitiannya menemukan bahwa ada perbedaan kepuasan kerja

antara pria dan wanita dimana kepuasan kerja wanita lebih rendah

daripada kepuasan kerja pria .

d. Tingkat pendidikan

Pendidikan berhubungan positif dengan kepuasan kerja.

Gilmer (dalam As’ad,2004) menyebutkan bahwa karyawan yang

berpendidikan tinggi merasa sangat puas dengan pekerjaan yang

mereka lakukan. Hal ini dikarenakan karyawan yang memiliki

tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki penyesuaian dalam

(42)

Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan uraian yang telah

dijelaskan diatas mengenai kepuasan kerja adalah suatu reaksi afektif yang

dirasakan oleh seorang karyawan terhadap berbagai dimensi dari pekerjaan

yang dihadapinya, yaitu keterlibatan dalam pengambilan keputusan,

wewenang dalam pelaksanaan tugas, kebermaknaan tugas, komunikasi

dengan atasan, keadilan yang merata, peningkatan karir, variasi tugas,

kesempatan untuk naik pangkat, jaminan kerja, gaji, tunjangan dan

fasilitas tambahan, dukungan atasan, dukungan rekan sekerja sehingga

menimbulkan sikap positif dan menyenangkan sebagai hasil dari

terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan dari pekerjaannya.

B. STATUS KEPEGAWAIAN

Setiap individu yang bekerja dalam suatu perusahaan akan disebut sebagai

karyawan dimana terjadi suatu hubungan kerja yang diwujudkan dengan adanya

perjanjian kerja antara perusahaan dan karyawan.

Undang-undang ketenagakerjaan Republik Indonesia no.13 tahun 2003

menyebutkan ada dua status kepegawaian, yaitu : Karyawan tetap yang diikat oleh

perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dan Karyawan kontrak yang diikat

oleh perjanjian kerja untuk waktu tertentu.

1. Karyawan Tetap

Karyawan tetap memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku

(43)

24

a. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan dituangkan

dalam ”Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu”

b. Perusahaan dapat mensyaratkan masa percobaan maksimal 3 bulan

c. Masa kerja karyawan tetap dihitung sejak masa percobaan

d. Karyawan tetap tidak memiliki jangka waktu lamanya bekerja

e. Apabila terdapat pemutusan hubungan kerja dimana tidak terjadi

pelanggaran berat atau karyawan mengundurkan diri maka

karyawan akan tetap mendapatkan uang pesangon, uang

penghargaan masa kerja dan uang pengganti sesuai dengan

Undang-undang yang berlaku.

2. Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku

sebagai berikut :

a. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan

dalam ”Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu”

b. Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu

tertentu saja dimana batas maksimal masa kerjanya adalah 3 tahun

c. Perusahaan tidak dapat mensyaratkan masa percobaan

d. Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan

tertentu dimana jenis, sifat dan kegiatan pekerjaannya akan selesai

dalam waktu tertentu :

(44)

- Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang

tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun

- Perkejaan yang bersifat musiman

- Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,

atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau

penjajakan

- Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum

berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja

waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena

terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati

bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan

membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan

sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

- Apabila masa kerja karyawan kontrak berakhir dan perusahaan

mengangkat karyawan tersebut menjadi karyawan tetap maka masa

kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.

- Pekerjaan yang sifatnya tetap maka tidak diberlakukan status

karyawan kontrak.

C. Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Antara Karyawan Tetap Dan

Karyawan Kontrak

Kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu aspek penting yang perlu

(45)

26

sumber daya manusia. Karyawan yang sudah terpenuhi kepuasan kerjanya akan

memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja, memberikan lebih dari apa yang

diharapkan, selalu berusaha untuk memperbaiki kinerja kerjanya sehingga

produktivitas karyawan pun akan meningkat dan tujuan dari perusahaan dapat

lebih mudah tercapai. Ketidakpuasan kerja hanya akan berdampak negatif pada

perusahaan karena mengakibatkan tingkat keluar masuk karyawan (turnover)

semakin tinggi dimana biaya yang harus dikeluarkan perusahaan pun akan

semakin besar, tingkat ketidakhadiran karyawan pun semakin tinggi, pemogokan

kerja, dan tindakan-tindakan lain yang merugikan perusahaan. Maka dari itu

kepuasan kerja penting untuk diteliti karena kepuasan kerja merupakan aspek

penting dan memiliki arti penting bagi perusahaan dan karyawan untuk

menciptakan keadaan yang positif di lingkungan kerja perusahaan.

Pada awalnya, orang mencari kerja supaya dapat memperoleh status

sebagai karyawan serta memperoleh imbalan berupa gaji atau upah yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pada masa ini

persaingan bisnis yang semakin ketat menyebabkan perusahaan tidak dapat begitu

saja mengangkat seseorang menjadi karyawan tetap dalam perusahaannya karena

perusahaan ingin melihat kinerja kerja dari karyawan terlebih dahulu. Perusahaan

tidak ingin merasa dirugikan dengan memiliki karyawan tetap yang memiliki

kinerja kerja buruk, jika perusahaan memberhentikan karyawan tetap maka ia

harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pesangon. Oleh karena itu, banyak

(46)

walapun tidak menutup kemungkinan jika perusahaan langsung menerima seorang

karyawan sebagai karyawan tetap.

Perbedaan karyawan tetap dan karyawan kontrak dapat terlihat pada

hubungan kerja yang terjalin antara karyawan dengan perusahaan. Karyawan tetap

memiliki hubungan kerja yang tertuang dalam ‘Perjanjian Kerja Untuk Waktu

Tidak Tertentu’ sedangkan hubungan kerja antara karyawan kontrak dengan

perusahaan tertuang pada ‘Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu’.

Dimensi-dimensi dari kepuasan kerja yang telah disebutkan diatas

mengindikasikan adanya perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap

dan karyawan kontrak, seperti Gaji, fasilitas atau tunjangan, jaminan kerja,

kesempatan untuk meningkatkan karir, wewenang dalam pelaksanaan tugas, dan

lainnya.

Pada umumnya, karyawan tetap memiliki gaji yang lebih besar dari

karyawan kontrak. Seseorang yang dikontrak biasanya memiliki beban kerja yang

hampir sama atau bahkan lebih berat daripada karyawan tetap tetapi diberi gaji

atau fasilitas lainnya yang sangat berbeda. Perusahaan memberikan fasilitas yang

berbeda antara karyawan tetap dan karyawan kontrak seperti dana pensiun,

jaminan asuransi kesehatan dan jiwa, pengobatan rumah sakit, cuti tahunan,

liburan dan tunjangan lainnya.

Para pekerja sementara atau karyawan kontrak ini tidak memiliki

keamanan atau stabilitas seperti yang dimiliki karyawan tetap. Karyawan kontrak

tidak diidentikkan dengan perusahaan dan tidak diminta menunjukkan komitmen

(47)

28

kepada karyawan kontrak maka biasanya karyawan kontrak lebih bekerja keras

supaya diangkat menjadi karyawan tetap.

Karyawan kontrak akan merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan

karena melakukan pekerjaan yang sama dengan karyawan tetap tetapi memiliki

perbedaan gaji, perbedaan fasilitas, serta perbedaan lainnya.

Karyawan kontrak tidak memiliki jenjang karir yang jelas dan belum tentu

mendapatkan promosi untuk kenaikan jabatan. Karyawan kontrak harus berjuang

lebih keras dibandingkan karyawan tetap untuk memperoleh hal tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti ingin mencari dan

menyelidiki lebih lanjut mengenai sejauhmana perbedaan tingkat kepuasan kerja

antara karyawan tetap dan karyawan kontrak.

D. HIPOTESIS

Ada perbedaan tingkat kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan tetap

(48)

Skema 1. Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Antara Karyawan Tetap Dan Karyawan Kontrak

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif. Jenis penelitian

komparatif adalah jenis penelitian yang berbentuk perbandingan dari dua sample

atau lebih (Suryabrata,2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara karyawan tetap dan karyawan

kontrak.

B. Identifikasi Variabel.

Variabel merupakan atribut atau sifat yang sedang diselidiki yang nilainya

dapat bervariasi atau berbeda satu sama lain dari satu subjek ke subjek lain atau

dari satu objek ke objek lain (Azwar,2003). Ada dua macam variabel dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang menjadi titik pusat

persoalan (Suryabrata,2002). Variabel tergantung dalam penelitian ini

adalah Kepuasan Kerja.

(50)

2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari

pengaruhnya terhadap variabel tergantung (Suryabrata,2002). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah status kepegawaian dalam suatu

perusahaan yaitu Karyawan Tetap dan Karyawan Kontrak.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan atau spesifikasi dari variabel-variabel

penelitian yang secara konkret berhubungan dengan realitas yang akan diukur dan

merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian. Definisi

operasional dibuat untuk menghindari salah pengertian akan variabel dalam

penelitian ini.

1. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah suatu reaksi afektif yang bersifat positif

atau menyenangkan dari seseorang terhadap pekerjaannya yang

menggambarkan seberapa besar kesesuaian antara apa yang diinginkan

karyawan dari pekerjaannya dengan apa yang telah ia peroleh dari

perusahaan tempat ia bekerja. Kepuasan kerja dalam penelitian ini

menggunakan skala kepuasan kerja yang terdiri dari empat dimensi, yaitu :

a. Intrinsic Reward yang meliputi keterlibatan dalam pengambilan

(51)

32

tugas, komunikasi dengan atasan, keadilan yang merata,

peningkatan karir dan variasi tugas.

b. Organizational Extrinsic Reward yang meliputi kesempatan untuk

naik pangkat, jaminan kerja, gaji, tunjangan atau fasilitas

tambahan.

c. Social Extrinsic Reward yang meliputi dukungan atasan dan

dukungan rekan sekerja.

d. Convenience Extrinsic Reward yang meliputi beban kerja, keadilan

pembagian peran, sumber daya yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan tugas, norma-norma dalam lingkungan kerja.

Pada skala kepuasan kerja ini, setiap dimensi tidak memiliki

jumlah item yang sama atau seimbang karena penulis menganggap pada

beberapa sub dimensi harus memiliki jumlah item yang lebih banyak bila

dibandingkan sub dimensi laiinnya dikarenakan sub dimensi tersebut dapat

lebih menentukan perbedaan tingkat kepuasan kerja pada karyawan tetap

dan karyawan kontrak.

Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek pada skala

kepuasan kerja maka makin tinggi tingkat kepuasan kerjanya. Semakin

rendah skor total yang diperoleh subjek pada skala kepuasan kerja maka

(52)

2. Status Kepegawaian

a. Karyawan Tetap

Karyawan tetap merupakan karyawan yang memiliki hubungan

kerja dengan perusahaan yang diikat dengan perjanjian kerja untuk

waktu tidak tertentu. Status kepegawaian karyawan akan terlihat dari

data identitas pengisian angket skala kepuasan kerja.

b. Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak merupakan karyawan yang memiliki

hubungan kerja untuk waktu tertentu sesuai dengan kontrak yang

disepakati oleh perusahaan. Status kepegawaian karyawan akan terlihat

dari data identitas pengisian angket skala kepuasan kerja.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada Penerbit dan

Percetakan Kanisius yang dibagi dalam dua kategori yaitu karyawan tetap dan

karyawan kontrak. Karyawan tetap yang menjadi subjek penelitian berjumlah 30

orang dimana karyawan tetap merupakan karyawan yang telah diangkat oleh

perusahaan menjadi karyawan tetap. Penulis memberi batasan mengenai masa

kerja karyawan tetap yaitu lebih dari 4 tahun. Karyawan kontrak yang menjadi

subjek penelitian berjumlah 30 orang dimana karyawan kontrak diikat dengan

Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu dan memiliki masa kerja kurang dari 4

(53)

34

E. Metode dan alat pengumpulan data

Metode yang digunakan sebagai pengumpul data adalah metode skala,

dengan alat pengumpulan data berupa skala Likert. Skala psikologis merupakan

alat ukur psikologis yang stimulusnya berupa pernyataan yang secara tidak

langsung mengungkap indikator perilaku dari atribut yang diukur (Azwar,2003).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kepuasan Kerja. Untuk

mengetahui data pribadi dari masing-masing responden maka disediakan isian

tentang data responden yang terdapat pada lembar pertama atau halaman depan

sebelum skala, yang terdiri dari: umur, status kepegawaian, dan jenis kelamin.

Item-item dalam skala ini berisi pernyataan-pernyataan yang mengandung

dimensi-dimensi kepuasan kerja, yaitu Instrinsic Reward (meliputi keterlibatan

dalam pengambilan keputusan, wewenang dalam pelaksanaan tugas,

kebermaknaan tugas, komunikasi dengan atasan, keadilan yang merata,

peningkatan karir, dan variasi tugas), Organizational Extrinsic Reward (meliputi

kesempatan untuk naik pangkat, jaminan kerja, gaji, tunjangan atau adanya

fasilitas tambahan), Social Extrinsic Reward (meliputi dukungan atasan dan

dukungan dari rekan sekerja), Convenience Extrinsic Cost (meliputi beban kerja

yang berlebihan, ketidakjelasan pembagian peran, kurangnya sumber daya yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas, kurangnya penerapan norma-norma di

lingkungan kerja).

Pernyataan-pernyataan ini dituangkan dalam bentuk item favorable dan

unfavorable. Item-item favorable adalah item yang isinya mendukung,

(54)

unfavorable adalah item yang isinya tidak mendukung atau tidak menunjukkan

adanya ciri dari atribut yang diukur (Azwar,2003)

Skala penelitian ini disusun berdasarkan modifikasi dari Skala Likert

dengan menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu ”Sangat Setuju,SS”,

”Setuju,S”, ”Tidak Setuju,TS”, ”Sangat Tidak Setuju,STS”. Pilihan respon

”Ragu-ragu,R” ditiadakan dengan alasan untuk menghindari kecenderungan responden

untuk memberikan jawaban/ pilihan ke tengah-tengah (netral), dimana hal ini

dapat mengurangi banyaknya informasi yang bisa diperoleh dari responden, selain

itu juga supaya responden dapat memutuskan jawaban mana yang sesuai dengan

keadaannya sehingga ia dapat menentukan pilihan jawaban (Hadi,2001).

1. Pemberian skor

Pada item favorable jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4,

jawaban Setuju (S) diberi skor 3, jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2,

dan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Sebaliknya, pada

item unfavorable, jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, jawaban

Setuju (S) diberi skor 2, jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 3, dan

jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4.

2. Blueprint dan Spesifikasi Jumlah item

Berdasarkan keempat dimensi dari kepuasan kerja yang terbagi

dalam beberapa sub dimensi yang telah disebutkan diatas maka disusunlah

Skala Kepuasan Kerja sebanyak 80 item. Ringkasan dari susunan

(55)
[image:55.595.83.523.209.675.2]

36

Tabel 1

Spesifikasi Jumlah Item Setiap Dimensi dalam Skala Kepuasan Kerja

No Dimensi Kepuasan Kerja Favorable Unfavorable

Σ item dan %item

1 Instrinsic Reward

a. Keterlibatan dalam pengambilan

3 3

30 (37,5 %) Keputusan

b. Wewenang dalam pelaksanaan

2 2 Tugas

c. Kebermaknaan tugas 1 1

d. Komunikasi dengan atasan 2 2

e. Keadilan yang merata 3 3

f. Peningkatan karir 3 3

g. Variasi tugas 1 1

total 15 15

2 Organizational Extrinsic reward a. Kesempatan untuk naik pangkat 3 3

26 (32,5 %)

b. Jaminan kerja 4 4

c. Gaji 3 3

d. Tunjangan / fasilitas tambahan 3 3

total 13 13

3 Social Extrinsic Reward

a. Dukungan atasan 2 2 8

(10 %) b. Dukungan rekan sekerja 2 2

total 4 4

4 Convenience extrinsic reward

a. Beban kerja berlebihan 2 2

16 (20 %) b. Ketidakadilan pembagian peran 3 3 c. Kurangnya sumber daya yang

2 2

dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas

d. Kurangnya penerapan norma-

1 1 norma di lingkungan kerja

total 8 8

TOTAL KESELURUHAN

(56)
[image:56.595.91.537.163.635.2]

Tabel 2

Blueprint Skala Kepuasan Kerja sebelum Uji Coba

Dimensi Kepuasan Kerja No item Favorable No item

Unfavorable

1 Instrinsic Reward

a. Keterlibatan dalam pengambilan

19, 37, 56 11, 23, 34 keputusan

b. Wewenang dalam pelaksanaan

10, 28 5, 15 tugas

c. Kebermaknaan tugas 7 21

d. Komunikasi dengan atasan 16, 25 17, 31 e. Keadilan yang merata 8, 14, 26 9, 18, 27 f. Peningkatan karir 1, 13, 22 4, 20, 32

g. Variasi tugas 6 12

2 Organizational Extrinsic reward

a. Kesempatan untuk naik pangkat 2, 29, 33 24, 30, 35 b. Jaminan kerja 38, 39, 44, 46 40, 42, 48, 50

c. Gaji 43, 47, 53 36, 45, 49

d. Tunjangan / fasilitas tambahan 41, 51, 54 58, 60, 67

3 Social Extrinsic Reward

a. Dukungan atasan 62, 69 52, 55 b. Dukungan rekan sekerja 59, 65 57, 63

4 Convenience extrinsic reward

a. Beban kerja berlebihan 66, 74 71, 75 b. Ketidakadilan pembagian peran 3, 61, 64 68, 72, 76

c. Kurangnya sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas

77, 78 70, 80

d.

Kurangnya penerapan norma-

norma di lingkungan kerja 73 79

TOTAL KESELURUHAN 40 40

Tabel 2 Blueprint Skala Kepuasan Kerja sebelum Uji Coba

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas Alat Ukur

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapat data itu valid, valid artinya instrumen tersebut dapat mengukur

(57)

38

menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes, atau derajat

kecermatan ukurnya pada suatu tes (Suryabrata,2002).

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi (content validity). Validitas isi menunjuk kepada sejauh mana

tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari isinya memang

mengukur apa yang hendak diukur. Ukuran sejauh mana ini ditentukan

berdasarkan derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan

diukur (Suryabrata,2002). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

cara analisis rasional yaitu mengkonsultasikan setiap item dengan orang

lain atau ahli yang dipandang lebih memahami tentang hal yang diukur

( Professional Judgement ), dalam hal ini melalui dosen pembimbing.

2. Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur

Seleksi item dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi

item-total yang menghasilkan indeks daya beda item. Daya beda item

yaitu kemampuan item dalam membedakan antara subyek yang memiliki

atribut dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Cara penghitungannya

yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor subyek pada item yang

bersangkutan dengan skor total tes. Semakin tinggi korelasinya maka

semakin tinggi daya beda itemnya (Azwar,1988). Jika koefisien

korelasinya rendah mendekati nol maka fungsi item tersebut tidak cocok

dengan fungsi alat ukur dan daya bedanya tidak bagus. Apabila hasil uji

(58)

bersangkutan. Penentuan koefisien daya beda pada penelitian ini memakai

koefisien korelasi Product Momen Pearson.

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan pada korelasi item

total, digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0,30 maka daya pembedanya dianggap memuaskan. Item

yang memiliki harga rix kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai

item yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar,1988).

Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap item-item yang terpilih

yang memiliki harga rix ≥ 0,30. Pendekatan yang dipakai dalam

mengestimasi reliabilitas dalam tes ini adalah pendekatan satu kali

pengukuran melalui teknik koefisien Alpha cronbach. Dalam pendekatan

pengukuran satu kali ini, seperangkat tes diberikan kepada sekelompok

subjek satu kali, kemudian dihitung dengan menngunakan koefisien

reliabilitas alpha untuk mengetahui estimasi reliabilitasnya.

Penelitian dilakukan dari tanggal 14 September 2009 sampai

dengan 18 september 2009. Skala disebarkan tanggal 14 September 2009

melalui salah seorang kerabat penulis yang bekerja sebagai karyawan

Penerbit dan Percetakan Kanisius untuk kemudian disebarkan secara acak

di dalam lingkungan kerja Kanisius. Hasil seleksi item pada tahap pertama

menghasilkan daya beda item antara -0,434 sampai dengan 0,761 dengan

tingkat keandalan sebesar 0,962. Item yang lolos seleksi berjumlah 65 item

sedangkan 15 butir item gugur. Secara terperinci tabel 3 berikut ini

(59)

40

Tabel 3

Blueprint Skala Kepuasan Kerja Yang Lolos Seleksi dan Yang Gugur Tahap Pertama

Dimensi Kepuasan Kerja No.item Item Gugur

F UF F UF

Instrinsic Reward a. Keterlibatan dalam

pengambilan 19, 37, 56 11, 23, 34 37 - keputusan

b. Wewenang dalam

pelaksanaan 10, 28 5, 15 5 - tugas

c. Kebermaknaan tugas 7 21 - - d. Komunikasi dengan atasan 16, 25 17, 31 - -

e. Keadilan yang merata 8, 14, 26 9, 18, 27 - 9 f. Peningkatan karir 1, 13, 22 4, 20, 32 - -

g. Variasi tugas 6 12 - -

Organizational Extrinsic reward a. Kesempatan untuk naik

pangkat 2, 29, 33 24, 30, 35 29 - b. Jaminan kerja 38, 39, 44,

46 40, 42, 48, 50

38 42

c. Gaji 43, 47, 53 36, 45, 49 - 36

d. Tunjangan / fasilitas

tambahan 41, 51, 54 58, 60, 67 - -

Social Extrinsic Reward

a. Dukungan atasan 62, 69 52, 55 - - b. Dukungan rekan sekerja 59, 65 57, 63 65 63

Convenience extrinsic reward

a Beban kerja berlebihan 66, 74 71, 75 - 71 b. Ketidakadilan pembagian

peran 3, 61, 64 68, 72, 76 61, 64 72 c.

Kurangnya sumber daya yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan tugas 77, 78 70, 80 78 70

d.

Kurangnya penerapan norma-norma di lingkungan

kerja 73 79 - -

[image:59.595.86.524.147.695.2]

TOTAL KESELURUHAN 40 40 8 7

(60)

Tahap selanjutnya yaitu menguji ulang item pertanyaan yang lolos

seleksi pada tahap pertama, hal ini dilakukan dengan tujuan bahwa item

pertanyaan dalam penelitian ini benar-benar dapat digunakan sebagai alat

ukur yang tepat. Hasil uji validitas dan reliabilitas pada tahap yang kedua

menghasilkan daya beda item antara 0,298 sampai dengan 0,779 dengan

tingkat keandalan 0,969.

Daya beda item pada pengujian ini diturunkan menjadi 0,29

sehingga seluruh item pada pengujian ini dapat digunakan sehingga skala

yang digunakan memiliki keseimbangan dan dapat digunakan sebagai alat

(61)

42

Tabel 4

Blueprint <

Gambar

Tabel 1  Spesifikasi Jumlah Item Setiap Dimensi dalam Skala Kepuasan Kerja
Tabel 2 Blueprint Skala Kepuasan Kerja sebelum Uji Coba
Tabel 3 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Yang Lolos Seleksi dan Yang Gugur Tahap
Table 4 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Yang Lolos Seleksi dan Yang Gugur Tahap Kedua
+5

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas

Dari empat komponen perawatan gigi dihasilkan bahwa 68,6% responden menggosok gigi dengan benar, sebanyak 27,3% responden yang dapat mengatur makanan (memilih

Tampilan dosen yang alamatnya bukan dari Jakarta dengan perintah select mahasiswa.nim, mahasiswa.nama, mahasiswa.jenis_kelamin, ambil_mk.kode_mk from mahasiswa, ambil_mk

Periode akuntansi adalah suatu proses untuk mengadakan penghitungan jumlah transaksi terhadap suatu akun dan mengarsipkan saldo awal dan saldo akhir untuk akun

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengetahuan dan sikap petugas filing dalam pelaksanaan retensi DRM nonaktif di RSI Sultan Agung Semarang.. Jenis penelitian

[r]

penelitian dengan judul “ Penggunaan Situs e-hon.jp Sebagai Media Pembelajaran Alternatif Choukai (Penelitian Kuasi Eksperime n te rhadap Mahasiswa Tingkat 3 Tahun

Perkembangan masyarakat kontemporer di Indonesia yang sejalan dengan perkembangan teknologi global ternyata juga ikut berdampak pada munculnya konflik sosial secara