1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa mempunyai kewajiban untuk belajar terutama bagi siswa kelas IX SMP dalam hal ini harus lebih giat lagi dalam belajar karena akan menghadapi Ujian Nasional (UN) sebagai salah satu syarat untuk bisa melanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat selanjutnya yaitu SMA.
Standarisasi nilai rata-rata kelulusan dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang awalnya dari 4,26 menjadi 4,50 kemudian menjadi 5,00 dan terakhir menjadi 5,50. Mata pelajaran yang diujikan juga mengalami peningkatan dari tiga mata pelajaran menjadi 4 mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Diharapkan dengan adanya standarisasi nilai kelulusan ujian nasional yang semakin mengalami peningkatan ini, para siswa dapat mempersiapkan diri jauh-jauh hari dengan belajar giat, dintaranya dengan mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan di sekolah ketika sudah berada di rumah, mengikuti les bagi yang merasa nilainya kurang ataupun mengadakan belajar kelompok sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi-materi yang telah diberikan di sekolah.
Menurut Raymond (2004) motivasi belajar pada mulanya adalah suatu kecenderungan alamiah dalam diri umat manusia, tapi kemudian terbentuk sedemikian rupa dan secara berangsur-angsur, tidak hanya sekedar menjadi penyebab dan mediator belajar tetapi juga sebagai hasil belajar itu sendiri.
Menurut Uno (2007) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan pendapat Uno tersebut bahwa adanya harapan dan cita-cita masa depan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, maka dalam hal ini pemerintah menentukan standarisasi nilai kelulusan ujian nasional yang dapat memberikan tolak ukur hasil pembelajaran para siswa selama 3 tahun sehingga anak mempersepsikan hal ini sebagai sesuatu yang butuh perjuangan dan anak dapat termotivasi untuk belajar dalam menghadapi ujian nasional, agar dapat lulus dari sekolah menengah pertama dengan nilai yang baik.
mendapat contekan dari teman-teman yang lain sehingga mereka dapat melewati standar batas nilai untuk mencapai kelulusan.
Seperti yang diutarakan oleh Kepala Dinas Disdik Kota Batam, Drs H Muslim Bidin, mengakui bila angka kelulusan try out pada masing-masing sekolah dengan rata-rata tiap 65 persen saja bisa dibilang sudah memadai. Namun sayangnya sejauh ini masih banyak sekolah yang memperoleh nilai persentase kelulusan dibawah 65 persen, bahkan ada sekolah hanya 30 persenan kelulusannya. Meski demikian kata Muslim, dengan try out ini pihaknya telah melihat gambaran sebenarnya kesiapan dari masing-masing sekolah dalam mempersiapkan siswanya menghadapi UN yang akan digelar pada bulan Maret. Persiapan pihak sekolah membekali siswa untuk menghadapi UN ini dinilai sudah lebih dari cukup, mulai dari pemantapan, pembahasan soal-soal dan lain sebagainya guna memperoleh nilai terbaik dalam UN nanti. Hanya saja tingkat keseriusan para siswa dalam menyiapkan diri menghadapi UN ini, dirasakan Muslim, masih kurang. Apalagi siswa dihadapkan pada banyaknya godaan berupa pergaulan dilingkungan, pengaruh permainan elektronik dari komputer, serta telepon seluler. Sedangkan faktor lainnya, menyebabkan mereka enggan belajar dengan serius (kamal, 2011).
kecurangan-kecurangan baik dalam bentuk saling mencontek maupun adanya soal yang bocor sepeti yang banyak ditulis dibeberapa media baik cetak maupun elektronik.
Secara Nasional menurut Menteri Pendidikan M. Nuh sebanyak 3.254.365 siswa atau 90,27 persen peserta Ujian Nasional Utama SMP/MTs/SMPT 2010 dinyatakan lulus, sedangkan siswa yang harus mengulang UN sebanyak 350.798 siswa atau 9,73 persen. Jumlah peserta UN SMP sederajat 2010 sebanyak 3.605.163 orang. Angka kelulusan itu jika dibandingkan UN tahun 2009, dengan jumlah peserta 3.441.815 siswa, mengalami penurunan, karena tingkat kelulusan tahun lalu mencapai 95,09 persen (SMPN 2 Bantarujeg, 2010)
Berdasarkan uraian diatas dapat ditengarai adanya hubungan antara persepsi siswa terhadap Ujian Nasional (UN) dengan motivasi belajar. Oleh sebab itu, permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap UN dengan motivasi belajar?”
Atas dasar permasalahan tersebut, maka judul dalam penelitian ini adalah: hubungan antara persepsi siswa terhadap Ujian Nasional (UN) dengan motivasi belajar.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap Ujian Nasional (UN) dengan motivasi belajar.
2. Mengetahui sumbangan efektif antara persepsi siswa terhadap Ujian Nasional dengan motivasi belajar.
4. Mengetahui tingkat persepsi siswa terhadap Ujian Nasional
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang bagi pengembangan ilmu pengetahuan psikologi dan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Kepala Sekolah
Memberikan informasi dan masukan mengenai hubungan persepsi siswa terhadap Ujian Nasional dengan tingkat motivasi belajar sehingga dapat dijadikan acuan dalam mengambil kebijakan agar para siswanya dapat sukses dalam menghadapi Ujian Nasional.
2. Guru Kelas
Sebagai masukan tentang persepsi siswa terhadap Ujian Nasional dengan tingkat motivasi belajar sehingga dapat meningkatkan memotivasi belajar siswanya dalam menghadapi Ujian Nasional.
3. Guru BP
4. Fakultas Psikologi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan.
5. Peneliti Selanjutnya