• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH. HALAMAN JUDUL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH. HALAMAN JUDUL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

GAMBARAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 7 SAMPAI 24 BULAN BERDASARKAN PEMBERIAN ASI (AIR SUSU IBU) EKSLUSIF

DI DESA BEJIHARJO KECAMATAN KARANGMOJO KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KARYA TULIS ILMIAH

HALAMAN JUDUL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

DESSY TWOSILOWATI 1112077

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3)

SETIKES JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2015  

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

HALAMAN

GAMBA BER

Telah D Syarat

 

Sri S NIP

N PENGESA

ARAN STA RDASARKA

DI DESA

ipertahanka untuk Men Ilmu

a.n. Ke Peng

Subiyatun, S P : 19580114

HALA

AHAN

ATUS GIZI AN PEMB BEJIHAR KABUPA

KAR

DES

an di Depan ndapatkan G Kesehatan

T

etua Stikes Ketua Prog

Reni NID guji

S.SiT., M.K 4199003200

iii AMAN PEN

I PADA BA BERIAN AS RJO KECAM

ATEN GU RYA TULI Diajukan SY TWOS 111207

n Dewan Pen Gelar Ahli M Jenderal Ah

Tanggal :……

Menyetu

Mengesah Jenderal Ac gram Studi

Merta Kusu DN/NIP: 06-

Kes 01

NGESAHA

ALITA USI SI (AIR SU MATAN K UNUNGKID S ILMIAH Oleh:

SILOWATI 77

nguji dan D Madya Kebi

hmad Yani

………..

ujui :

hkan, chmad Yan

Kebidanan

uma, M.Keb -1603-8302

Fatimah NID

AN

IA 7 SAMP USU IBU) E KARANGM

DUL H

I

Ditrima Seba danan di Se Yogyakarta

ni Yogyakar (D-3)

b  

Pembimb

h Dewi Ang DN : 05-30

PAI 24 BUL EKSLUSIF MOJO

agai Salah S ekolah Ting

a

rta bing

ggraeni, S.S 03-8801

LAN F

Satu ggi

ST

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv  

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Agustus 2015

Dessy Twosilowati  

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Status Gizi Pada Balita Usia 7 sampai 24 Bulan Berdasarkan Pemberian ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul”.

Karya tulis ilmiah ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih dengan setulus-tulusnya kepada :

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Reni Merta Kusuma, M. Keb, selaku Ketua Program Studi Kebidanan.

3. Fatimah Dewi Anggraeni, S. ST selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis.

4. Sri Subiyatun, S.SiT., M.Kes selaku dosen penguji karya tulis ilmiah yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji.

5. Kepala Desa Bejiharjo, yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di Desa Bejiharjo.

6. Kedua orang tua, dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’ a, dan semangat pada penulis selama penyusunan.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.

Yogyakarta, Agustus 2015

Penulis

 

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian. ... 8

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori ... 10

B. Kerangka Teori ... 39

C. Kerangka Konsep ... 40

D. Pertanyaan penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 42

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 43

G. MetodePengolahandanAnalisa Data ... 44

H. Etika Penelitian ... 46

I. JalannyaPenelitian ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 53

C. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN  

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Baku Antropometri ... 15

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 35

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Orang tua ... 43

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan usia balita ... 44

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis kelamin balita ... 44

Tabel 4.4 Status Gizi Balita ... 45

Tabel 4.5 Riwayat Pemberian ASI ... 45

Tabel 4.6 Status Gizi Balita yang tidak diberikan ASI ekslusif ... 46

Tabel 4.7 Status Gizi Balita yang diberikan ASI ekslusif ... 47  

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii  

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori……….31

Bagan 2.2 Kerangka Konsep……….32

 

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

ix  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penelitian

Lampiran 2. Surat permohonan studi pendahuluan BAPPEDA

Lampiran 3. Surat permohonan studi pendahuluan Kantor Kesatuan Bangsa Lampiran 4. Surat permohonan studi pendahuluan Puskesmas Karangmojo II Lampiran 5. Surat balasan permohonan studi pendahuluan

Lampiran 6. Surat ijin penelitian BAPPEDA

Lampiran 7. Surat ijin penelitian Kantor Kesatuan Bangsa Lampiran 8. Surat ijin penelitian Puskesmas Karangmojo II Lampiran 9. Surat balasan ijin penelitian

Lampiran 10. Permohonan kesediaan menjadi responden Lampiran 11. Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 12. Angket riwayat pemberian ASI

Lampiran 13. Tabel Penilaian Status Gizi Balita Lampiran 14. Data tabulasi berat badan dan status gizi Lampiran 15. Hasil Tabulasi

Lampiran 16. Lembar konsultasi  

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x   

GAMBARAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 7 SAMPAI 24 BULAN BERDASARKAN PEMBERIAN ASI (AIR SUSU IBU) EKSLUSIF

DI DESA BEJIHARJO KECAMATAN KARANGMOJO KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Dessy Twosilowati1, Fatimah Dewi Anggraeni2 INTISARI

Latar Belakang: Hasil SDKI tahun 2013 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menunjukkan angka yang relatif tinggi, yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup. Faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi salah satunya adalah masalah status gizi. Dinkes DIY menunjukkan bahwa status gizi masih menunjukkan angka kurang salah satunya Kabupaten Gunungkidul, yaitu 2% dari target secara nasional yaitu 1%, status gizi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya pemberian ASI ekslusif. Hasil studi pendahuluan pada 14 Februari 2015 pada 7 balita (70%) mengalami gizi baik, 2 balita (20%) mengalami gizi kurang dan 1 balita (10%) mengalami gizi lebih dan 7 balita (70%) diberikan tidak diberikan ASI Ekslusif dan 3 balita (30%) diberikan ASI Ekslusif.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran status gizi pada balita usia 7-24 bulan berdasarkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul.

Metode Penelitian: Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif. Instrumen penelitian menggunakan timbangan dacin dan angket pengisian riwayat pemberian ASI sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita uisa 7-24 bulan di Desa Bejiharjo sebanyak 35 balita, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dan diperoleh sampel sejumlah 35 responden.

Hasil Penelitian: Riwayat Pemberian ASI Ekslusif 15 balita (42,8%), dan yang tidak diberikan ASI 20 balita (57,2%). Responden dalam kategori gizi baik 30 balita (85,7%), dalam kategori lebih 2 balita (5,8%), dan kategori kurang 3 balita (8,6%).

Kesimpulan: Riwayat pemberian ASI terbanyak adalah tidak diberikan ASI ekslusif dan status gizi yang terbanyak adalah status gizi baik.

Kata kunci : Pemberian ASI Ekslusif, Status Gizi  

      

1 Mahasiswa Diploma III Kebidanan STIKES Jendeal Achmad Yani Yogyakarta 

2 Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi  

THE DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS OF 7-24 MONTH-OLD BABIES BASED ON EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN BEJIHARJO

VILLAGE, SUBDISTRICT KARANGMOJO GUNUNGKIDUL REGENCY

Dessy Twosilowati1, Fatimah Dewi Anggraeni2 ABSTRACT

Background : The result of SKDI in 2013 indicates that fetal mortality rate (AKB) in Indonesia is at high scale as many as 32 cases per 1000 live birth. One of the causal factors of fetal mortality rate is nutritional status. Health Agency of Special Province of Yogyakarta suggests that nutritional status remains poor which is reflected in Gunungkidul regency, as many as 2% of national target which is 1%. Nutritional status can be influenced by several factors, one of them is exclusive breastfeeding. Preliminary study on 14 February 2015 on 7 under five  children (70%) reported that 7 babies (70%) had good nutritional status, 2 babies (20%) had poor nutritional status, 1 baby (10%) had over nutritional status, and 7 babies (70%) were not given exclusive breastfeeding and 3 babies (30%) were given exclusive breastfeeding.

Objective : To find out the description of nutritional status of 7-24 month-old babies based on exclusive breastfeeding in Bejiharjo village subdistricy Karangmojo Gunungkidul regency

Method : This was a descriptive study. The study instrument applied dacin scales and questionnaires of breastfeeding history as data collecting instrument.

Population in this study was all 7-24 month-old babies in community health center Karangmojo II authority area as many as 35 babies. Samples were selected through total sampling technique as many as 35 respondents.

Result : The history of exclusive breastfeeding to 15 babies (42,8%), and 20 babies were not given breastfeeding (57,2%). 30 babies were in good nutritional status (85,7%), 2 babies were in over nutritional status (5,8%), and 3 babies were in poor nutritional status (8,6%).

Conclusion : The majority of breastfeeding history was no exclusive breastfeeding given and the majority of nutritional status was good nutritional status.

Key index : Breastfeeding exclusive breastfeeding, Nutritional status.

1A student of Diploma III Midwifery Study Program of Achmad Yani Yogyakarta High School of Health Science

2A counseling lecturer of Diploma III Midwifery Study Program of A.Yani Yogyakarta High School of Health Science.

 

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1  

BAB I PENDAHULUAN

I. pendahuluan

A. Latar Belakang  

MDG’S telah menargetkan bahwa kesehatan anak merupakan target keempat, yaitu menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKBa) menjadi 2/3 dari pencapaian tahun 1990, yaitu menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015 ( DepKes RI, 2013).

Badan kesehatan dunia memperkirakan 54% kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia sendiri mengakibatkan lebih dari 80

% kematian anak yang disebabkan oleh masalah gizi, baik itu karena gizi buruk, gizi kurang dan lebih. Hal ini sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya pendapatan ekonomi keluarga dan rendahnya pendidikan orang tua sehingga asupan gizi pada balita terganggu (WHO, 2011).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menurut hasil Survay Demografi dan Kesehatan (SDKI) terjadi penurunan antara tahun 2003-2013 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) yang relatif lambat ini memerlukan akses seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti status gizi dan pemberian ASI Ekslusif. Pencapaian AKB di tahun 2013 masih kurang, yaitu 32 bayi per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan target MDG’S sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Terdapat 9 Provinsi menunjukkan peningkatan kematian bayi antara tahun 2007-2013, salah satunya adalah Yogyakarta yang menduduki peringkat ke lima (DepKes RI, 2013).

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2  

Gizi merupakan faktor penting bagi kesehatan dan kecerdasan anak. Jika pada usia bawah lima tahun (Balita) tidak dikelola dengan baik, maka kemungkinan akan terjadi gangguan status gizi dan selanjutnya akan sulit terwujudnya perbaikan kualitas sumber daya manusia yang akan datang. Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktifitas. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penyakit infeksi, konsumsi makanan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan orang tua, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, pelayanan kesehatan, budaya pantang makanan, dan pola asuh gizi (Soekirman, 2005).

Masalah gizi memiliki dimensi yang luas tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah sosial ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Dalam sistem kesehatan nasional dinyatakan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKB) sebagai salah satu indikator yang digunakan dalam menyusun strategi pembangunan kesehatan (Proverawati, 2009 ).

Anak-anak penderita gizi buruk akan mengalami pertumbuhan otak yang tidak optimal, sehingga jika sudah terlanjur maka penderita gizi buruk akan sulit kembali ke kondisi normal sebagaimana anak-anak sehat lainnya. Selain itu kekurangan gizi dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terdapat infeksi, penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak mungkin melakukan pekerjaan keras. Pada anak-anak jika terjadi kekurangan protein-kalori setelah

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3  

disapih akan dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen (Proverawati, 2009).

Status gizi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat.

Secara nasional presentasi target gizi bayi dan balita yang mempunyai gizi kurang mencapai 15% di tahun 2015. Sedangkan, gambaran keadaan gizi masyarakat DIY pada tahun 2013 adalah masih tinggi prevalensi bayi dan balita kurang gizi yaitu 8.45 %, presentasi ini bertambah 10% dibandingkan tahun 2011. Prevalensi bayi dan balita dengan status gizi buruk pada tahun 2013 sebesar 0,68%

sedangkan pada tahun 2011 sebesar 0,56% (DinKes DIY, 2013).

Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menetukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak untuk mencapai kematangan yang optimal Gizi yang baik dapat dijadikan sebagai kekebalan tubuh sehingga terhindar dari penyakit, status gizi juga dapat mendeteksi dini resiko terjadi masalah kesehatan.

Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status gizi kesehatan anak ( Hidayat, 2011).

Peta bayi dan balita BGM (Bawah Garis Merah) berdasarkan Dinkes DIY tahun 2013, memperlihatkan bahwa di kabupaten Bantul sebanyak 1,6%, kabupaten Gunungkidul sebanyak 2%, sedangkan 3 kabupaten lainnya yaitu Kulon Progo, Sleman dan Kota sebanyak 1,5%. Meskipun sudah melampaui target secara nasional tetapi diharapkan target seluruh Kabupaten/Kota di DIY berada di bawah 1%. Maka untuk mencapai target tersebut pemerintah dapat melakukan perbaikan gizi dengan melaksanakan program pemberian ASI ekslusif

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4  

selama 6 bulan serta merawat bayi dengan gizi yang baik dan seimbang. Menurut Retno Ayu dalam penelitiannya tahun 2012, Masa tumbuh kembang bayi 0-6 bulan membutuhkan asupan gizi yang diperoleh dari ASI Eksklusif. Dari analisis ini yang menyangkut upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif hingga kini masih kurang. Gangguan tumbuh kembang pada bayi diantaranya disebabkan oleh kekurangan gizi sejak bayi, pemberian MP-ASI sejak dini dan tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi (Ayu, 2012).

Menurut Risa Wargiana pada penelitiannya tahun 2013, rendahnya ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif atau memberikan makanan tambahan sejak dini menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Bayi yang kekurangan gizi lebih mudah meninggal dibandingkan bayi yang cukup gizi (gizi baik), lebih dari separuh angka kematian bayi dan balita erat hubungannya dengan status gizi ( Wargiana, 2013).

Air Susu Ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit, maka dianjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI Ekslusif (Marmi, 2012). ASI Ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan yang lain pada bayi usia 0-6 bulan, karena ASI adalah nutrisi terbaik (Yuliarti, 2010).

Berdasarkan SDKI tahun 2012, Cakupan Pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan mencapai 42% dan pada tahun 2012 dan mengalami penurunan sebesar 32%. Sementara itu menurut Dinkes Provinsi tahun 2013

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5  

cakupan ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 54,3 % dari jumlah total bayi usia 0-6 bulan, atau absolut sebesar 1.348.532 bayi.

Berdasarkan Survai Demografi 2013, di Indonesia jumlah ibu yang memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah, yaitu <2% dari jumlah ibu melahirkan. Rendahnya jumlah ibu yang ingin dicapai disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI, banyak ibu yang bekerja di luar rumah, ASI keluar sedikit, khawatir badan gemuk (Riksani, 2013).

Dalam rangka menurungkan angka kematian dan kesakitan anak, United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) tahun

2005 merekomendasikan sebaiknya anak hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang ASI ekslusif (PP Nomer 33 tahun 2012) tentang tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam pengembangan Program ASI. Sedangkan saat ini pemerintah menargetkan per 2014 ibu yang memberikan ASI Ekslusif mencapai 80 %, Sedangkan di tahun 2013 hanya mencapai 30,2 % (DepKes RI,2013).

Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 14 Februari 2015, dari jumlah 10 bayi yang berusia 7-24 bulan di Puskesmas Karangmojo II ditemukan 2 balita (20%) mengalami gizi kurang, 7 balita (70%) mengalami gizi baik, sedangkan 1 balita (10%) mengalami gizi lebih. Dan dari hasil wawancara dengan 10 ibu yang mempunyai bayi hanya 30%(3 ibu) yang memberikan ASI ekslusif dan 70% (7 ibu) yang tidak memberikan ASI ekslusif.

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6  

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Status gizi pada balita usia 7 sampai 24 bulan berdasarkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) ekslusif di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana gambaran status gizi pada balita usia 7 sampai 24 bulan berdasarkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) ekslusif di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran status gizi pada balita usia 7 sampai 24 bulan berdasarkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat diketahui cakupan riwayat pemberian ASI di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul.

b. Dapat diketahui status gizi balita usia 7-24 bulan yang tidak diberikan ASI Ekslusif dan yang diberikan ASI ekslusif di Desa Bejiharjo.

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7  

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan, terutama tentang gizi balita yang tidak diberikan ASI ekslusif dan yang diberikan ASI ekslusif.

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 7-24 bulan.

Diharapkan dapat menambah informasi untuk ibu tentang status gizi balita yang baik sesuai dengan pertumbuhan dan umurnya sehingga ibu lebih memperhatikan pertumbuhan, gizi dan makanan untuk anaknya.

b. Bagi tenaga kesehatan terutama Bidan di Puskesmas Karangmojo.

Diharapkan dapat menambah informasi tentang status gizi balita sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan KIE tentang gizi balita di wilayah kerja Karangmojo.

c. Bagi Mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau informasi untuk menambah ilmu kebidanan, terutama tentang gambaran status gizi pada bayi yang diberikan ASI ekslusif dan yang tidak diberikan ASI ekslusif.

d. Bagi peneliti lain.

Dapat menambah informasi tentang gambaran status gizi pada balita sehingga dapat melakukan penelitian lain tentang status gizi.

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

8  

E. Keaslian Penelitian.

a. Ficha (2012), melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dengan Status Gizi Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring Klaten”.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik proposional random sampling. Hasil penelitian status gizi balita usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen sebagian besar termasuk dalam gizi baik (77,03%).

Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul, tempat penelitian, dan waktu penelitian, metode penelitian dan teknik mengambilan sampel.

Persamaan dengan penelitian ini adalah responden balita usia 7-24 bulan.

b. Wargiana (2013), melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi Umur 7-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember ”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik.

Pengambilan sampel menggunakan pendekatan teknik non probability sampling yaitu seluruh bayi umur 7-24 bulan yang terdapat di Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pemberian MP-ASI sejak dini pada bayi sehingga didapatkan balita yang jarang diberikan MP-ASI menjadikan status gizinya baik dan balita yang diberikan MP-ASI menjadikan status gizinya kurang.

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

9  

Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian dan pengambilan sample. Persamaan dengan penelitiaan ini adalah judul tentang status gizi bayi umur 7-24 bulan.

c. Rika (2010), melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Pola Pemberian MP-ASI dan ASI dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gedongtengah Yogyakarta”. Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain cross-sectional, teknik penggambilan sampel pada penelitian ini adalah Probability Sampling/random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi

balita yang diberikan ASI mayoritas berstatus gizi baik.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul, metode penelitian dan teknik pengambilan sampel, persamaan dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti status gizi pada bayi usia 7-24 bulan.

 

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49  

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil dan pembahasa  

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Wilayah Penelitian

Desa Bejiharjo merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul. Seluruh wilayahnya wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan sebagian besar bebatuan. Desa Bejiharjo terdiri dari 6 dusun, batas-batas wilayah Desa Bejiharjo meliputi sebelah timur berbatasan dengan Desa Kelor, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karangmojo, sebelah barat berbatasan dengan Desa Bendungan dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Wiladeg. Luas wilayah Desa Bejiharjo 376 Ha dan terletak ± 2 km dari fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas Karangmojo. Di Desa ini jumlah penduduknya 2170 jiwa, jumlah balita terdapat 100 balita.

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Bejiharjo diantaranya terdapat , 6 posyandu balita dan 1 posyandu lansia. Sedangkan tenaga kesehatan terdapat 1 bidan, dan 1 dokter umum. Jarak tempuh dari Desa Bejiharjo ke RSUD Wonosari yaitu 5 km.

Pelayanan posyandu di Desa Bejiharjo ini antara lain timbang berat badan, ukur tinggi badan, pemberian vitamin A, pemberian nutrisi, dan juga ada pemantauan tumbuh kembang balita, di posyandu Desa Bejiharjo ini juga ada pemantauan status gizi pada balita dari puskesmas yang di adakan setiap 1 bulan sekali oleh petugas gizi.

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50  

2. Karakteristik Subjek penelitian

a. Karakteristik orang tua responden didistribusikan menggunakan analisis univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian pada umumnya, dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari setiap karakteristik.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Orang tua

Variabel Frekuensi Prosentase

Umur

< 20 tahun 20-35 tahun

>35 tahun

4 28

3

11,5 % 80 % 8,5 % Pendidikan

Tidak sekolah SD

SMP SMA PT

0 5 13 17 0

14,3 % 37,2 % 48,5 % Pekerjaan

Bekerja Tidak Bekerja

15 20

42,8 % 57,2 % Data tabel 4.1, diketahui bahwa mayoritas orang tua responden berusia 20- 35 tahun yaitu sebanyak 28 orang (80%), berpendidikan SMA yaitu 17 orang (48,5%), dan tidak bekerja yaitu sebanyak 20 orang (57,2%).

b. Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Usia.

Karakteristik responden berdasarkan usia pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Balita

Usia (Bulan) Frekuensi Prosentase

7-11 bulan 12-16 bulan 17-24 bulan

Total

19 balita 9 balita 7 balita 35 balita

54,3 25,7 20 100

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51  

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa responden terbanyak adalah balita berusia 7-11 bulan dengan jumlah 19 balita (54,3%), dan terendah adalah balita berusia 17-24 bulan dengan jumlah 7 balita (20%).

c. Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

Laki-laki Perempuan Total

19 balita 16 balita 35 balita

54,3%

45,7%

100

Pada tabel 4.3 di atas diketahui bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 19 balita (54,3%), sedangkan yang terendah adalah yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 16 balita (45,7%).

3. Analisa Hasil Penelitian a. Riwayat Pemberian ASI

Riwayat pemberian ASI pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karangmojo II, Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Riwayat Pemberian ASI

Riwayat pemberian Frekuensi Presentase (%)

ASI Ekslusif Tidak ASI Ekslusif Total

15 20 35

42,9 57,1 100

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52  

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa balita yang diberikan ASI ekslusif sebanyak 20 balita (57,1%) dan yang tidak diberikan ASI ekslusif sebanyak 15 balita (42,9%).

b. Status Gizi Balita yang tidak diberikan ASI ekslusif.

Status gizi balita yang tidak diberikanAS ekslusif dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6 Status Gizi Balita Yang Tidak Diberikan ASI Eksluisf

Status Gizi Frekuensi Prosentase

Lebih Baik Kurang Buruk Total

0 17 3 0 20

0 48,5 8,5 0 57

Berdasarkan tabel 4.6 balita yang tidak diberikan ASI ekslusif sebanyak 20 balita (57%) dan mayoritas berstatus gizi baik dengan jumlah 17 balita (48,5%) sedangkan terendah pada status gizi buruk dan status gizi lebih dengan jumlah 0 balita (0%).

c. Status gizi balita yang diberikan ASI ekslusif.

Status gizi balita dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7 Status Gizi Balita Yang Diberikan ASI Ekslusif

Status Gizi Frekuensi Prosentase

Lebih Baik Kurang Buruk Total

2 13

0 0 15

5,8 37,2

0 0 43

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53  

Berdasarkan tabel 4.7 balita yang diberikan ASI ekslusif sebanyak 15 balita (43%) dan mayoritas berstatus gizi baik dengan jumlah 13 balita (37,2%) sedangkan terendah pada status gizi buruk dan status gizi kurang dengan jumlah 0 balita (0%).

B. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul menunjukkan bahwa status gizi balita dari 35 responden terdapat 3 balita (8,5%) yang tidak diberikan ASI ekslusif dan berstatus gizi kurang. Sedangkan balita yang tidak diberikan ASI Ekslusif 20 balita (57%), balita yang diberikan ASI Ekslusif sebanyak 15 balita (43%).

Sedangkan dari jumlah balita yang diberikan ASI ekslusif terdapat 2 balita (5,8%) yang berstatus gizi lebih. Jika dilihat dari tujuan khusus balita yang mengalami gizi lebih dan gizi kurang tersebut dikarenakan berat badan tidak sesuai dengan umur dan juga tidak sesuai dengan acuhan penilaian status gizi yang ada.

Status gizi pada balita dapat dipengaruhi dari beberapa faktor diantaranya adalah pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, penyediaan pangan, informasi, lingkungan, pengalaman, sosial, budaya dan ekonomi, serta usia. Untuk faktor usia dimana usia dimana usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker seseorang, semakin bertambahnya usia semakin berkembang pola pikir seseorang, semakin bertambahnya usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya dan pengetahuan semakin membaik (Budiman, 2013), pada penelitian ini sesuai dengan teori karena hasil penelitian ini mayoritas usia responden 20-35

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54  

tahun sebanyak 28 orang (80%) tentunya pola pikir dan daya tangkap sudah baik, sedangkan faktor lain adalah pendidikan dimana pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan semakin mudah orang menerima informasi (Budiman, 2013) dalam penelitian ini mempunyai kesamaan dengan teori karena didapatkan mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 17 (48,5%) tentunya sudah dapat menerima informasi dengan baik.

Faktor lain yang mempengaruhi status gizi balita adalah pekerjaan atau sosial ekonomi, pekerjaan merupakan variabel yang sulit digolongkan namun berguna bukan saja sebagai demografi juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kejadian tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Budiman,2013), dalam penelitian ini apabila responden tidak bekerja sebanyak 20 orang (57,2%) maka menjadikan ibu cenderung lebih memperhatikan kebutuhan keluarga sehingga ibu dapat mengurus dan memberikan ASI untuk anaknya secara langsung, ibu juga lebih banyak memperoleh informasi dan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi terutama tentang gizi bayi dari ASI Ekslusif.

Faktor lain dari responden antara lain usia. Untuk faktor usia mempengaruhi pemberian makanan atau penyediaan makanan sehingga semakin bertambahnya usia maka makanan yang diberikan semakin bermacam-macam dan berfariasi (Sri Meiyenti, 2006). Pada penelitian ini usia anak terbanyak adalah 7- 11 bulan sebanyak 19 balita (54,3%) dan berstatus gizi baik, sedangka faktor lain adalah jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan adalah sesuatu yang sudah wajar, pola pemenuhan makanan antara laki-laki dan

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55  

perempuan juga berbeda dikarenakan laki-laki lebih banyak beraktifitas dibandingkan dengan perempuan (Zulfito, 2007). Pada penelitian ini sejalan dengan teori dikarenakan jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 19 balita (54,3%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wargianan tahun 2013 bahwa Pola pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) sejak dini yang sering akan menjadikan status gizi balita kurang.

Status Gizi adalah salah satu derajat kesehatan masyarakat dan balita merupakan indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses tumbuh kembang. Masa tumbuh kembang bayi 0-6 bulan membutuhkan asupan gizi yang diperoleh dari ASI ekslusif (Ayu, 2012). Sebagian responden beranggapan bahwa pemberian ASI itu tidak mempengaruhi status gizi untuk bayinya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari 35 balita yang dijadikan responden terdapat 3 balita yang tidak diberikan ASI ekslusif dan berstatus gizi kurang dan terdapat 2 balita yang diberikan ASI ekslusif dan berstatus gizi lebih, secara teori status gizi yang baik dipengaruhi oleh pemberian ASI Ekslusif pada penelitian ini sejalan dengan teori dikarenakan terdapat 3 balita yang tidak diberikan ASI ekslusif dan berstatus gizi kurang, dan 2 balita yang diberikan ASI ekslusif dan mengalami gizi lebih faktor lain yang mempengaruhi status gizi balita adalah faktor lingkungan, sosial budaya, usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua. ASI adalah asupan gizi yang baik bagi balita dan dapat membantu proses tumbuh kembang balita.

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56  

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan, yaitu pada saat dilakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan dacin peneliti kurang dapat mengkondisikan suasana, karena peneliti tidak mampu menenangkan anak apabila anak tersebut menangis pada saat akan ditimbang berat badannya dengan cara digantung.

 

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57   

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan  

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Cakupan pemberian ASI mayoritas pada balita yang tidak diberikan ASI ekslusif sebanyak 20 balita (57,2%) dan yang diberikan ASI ekslusif sebanyak 15 balita (42,8%).

2. Status gizi balita yang tidak diberikan ASI ekslusif mayoritas dalam kategri status gizi baik dengan jumlah 17 balita (48,5%) dan kategori gizi kurang sebanyak 3 balita (8,5%).

3. Status gizi balita yang diberikan ASI ekslusif mayoritas dalam kategri status gizi baik dengan jumlah 13 balita (37,2%) dan kategori gizi lebih sebanyak 2 balita (5,8%).

B. Saran

Dari kesimpulan tersebut penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi ibu-ibu yang mempunyai balita usia 7-24 bulan

Diharapkan kepada masyarakat terutama ibu-ibu untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang serta memperhatikan gizi balitanya agar tidak terjadi gizi kurang ataupun gizi buruk.

2. Kepada Tenaga Kesehatan Puskesmas Karangmojo.

Berdasarkan penelitian ini tenaga kesehatan terutama Bidan di Puskesmas Karangmojo yang berinteraksi langsung dengan kader kesehatan di Posyandu

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

58  

dapat mempertahankan dan meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang gizi pada balita yang telah terlakana dan juga tentang pemeberian ASI Ekslusif.

Selain itu, kegiatan komunikasi informasi dan edukasi juga dapat disarankan kepada kader untuk dilaksanakan dan diinformasikan kepada masyarakat saat posyandu dilaksanakan, supaya masyarakat khususnya ibu-ibu mengutamakan

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

59  

kebutuhan gizi balitanya sehingga dapat meningkatkan status gizinya, serta masyarakat juga dapat mengetahui betapa pentingnya pentingnya pemberian ASI Ekslusif untuk bayinya.

3. Bagi Mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disarankan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi , dan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

4. Kepada peneliti selanjutnya

Disarankan agar peneliti selanjutnya mampu mengkondisikan suasana jika anak menangis dan agar melakukan penelitian lain seperti faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi balita.

 

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Aeda, Ernawati. 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Hygiene Sanitasi Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak di Kabupaten Semarang Tahun 2003. Tesis. Universitas Diponegoro.

Almaitser, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama . (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Ariana. (2014). Prosedur Penelitian Untuk Kebidanan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta

Arisman. (2007). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ayu. (2013). Hubungan Pola Pemberian MP-ASI dan ASI dengan Status Gizi Anak Usia 7-24 bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013. Jurnal Pustaka Kesehatan vol 2 (no 1).

BKKBN.(2008) Buku Panduan ASI Ekslusif Bagi Petugas. Jakarta

Budiman. (2013). Pengetahuan dan Sikap Dalam penelitian Kesehatan: Jakarta.

Salemba Medika

Depkes RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.

DepKes RI.(2005) Hanya 3,7% Bayi Memperoleh ASI. Jakarta . (2010). Pedoman Pemantauan Status gizi. Jakarta

.(2013).Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Depkes RI.

Jakarta

Dinas Kesehatan DIY.(2013). Profil Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2013.

Ficha. (2012). Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dengan Status Gizi Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring Klaten. Jurnal Pustaka Kesehatan vol 1 (no. 2).

Hidayat. (2008). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Ibnu Fajar. (2012). Cara Tepat Menggunakan Alat Ukur Timbangan. Jakarta:

Rosdakarya.

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Kementerian Kesehatan RI, (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010.

http://www.depkes.go.id. Di unduh pada tanggal 17 Januari 2015.

Kristiyanasari. (2009). Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maritalia. (2012). Diet Untuk Bayi dan Balita. Jakata: Pustaka Utama.

Marmi. (2012). Panduan Lengkap Manajemen Laktasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Meiyenti, S. (2006). Gizi Dalam Perspektif Sosial Budaya. Padang

Nirwana. (2014). Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Notoadmodjo. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Prawirohardjo. (2010). Pentingya ASI bagi Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Proverawati, A. (2010). Gizi Untuk Kebianan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Puspitawati. (2013). Diet seimbang untuk anak.Jakarta

Riyanto.(2013) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi. Bandung

Rika. (2010). Hubungan Antara Pola Pemberian MP-ASI dan ASI dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gedongtengah Yogyakarta. Jurnal Kesehatan vol.4 no. 2

Rusilanti. (2014). Prinsip Gizi Terapan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

SDKI. (2012). Cakupan Pemberian ASI Ekslusif. Diunduh pada tanggal 8 Desember pukul 11.00 WIB dari http://www.cakupan.co.id/cakupan.

Soekirman. (2005).Ilmu Gizi Dan Aplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

.(2006). Ilmu Gizi Dan Aplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Supariasa,Dkk. (2012). Penilaian Status Gizi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wargiana, S. (2013). Hubungan Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi bayi usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember tahun 2013. Jurnal Pustaka Kesehatan vol 1 (no. 1).

WHO, (2011). Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010. Diuduh pada tanggal 12 Desember 2014 pukul 13.30 WIB. http://www.who.int.

Wong, D. (2005). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Yuliarti. (2010). Panduan Pemberian ASI Ekslusif untuk Tenaga Kesehatan.

Jakarta

Zulfito, M. (2007). Buku Pintar Menu Bayi. Jakarta: Nuha Medika

Referensi

Dokumen terkait

Laurens &gt;&gt; Bahwa memang skenario yang dipakai hari ini adalah latihan dalam melihat tentang lahan dan isu karbon.. Rodd &gt;&gt; memang data sangat penting dan

Karyawan yang kadang-kadang membuat kesalahan tata bahasa tetapi tidak mempengaruhi makna, maka diberi skor empat.. Mereka yang tidak ada atau sedikit kesalahan tata bahasa, maka

Dapat dipertimbangkan penggunaan pondasi Tiang Pancang dengan kedalaman pondasi yang disesuaikan dengan beban struktur bangunan atau hingga mencapai pondasi yang

Para ahli hukum Indonesia, umumnya berpendapat syarat subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari pihak yang berjanji dan kecakapan dari pihak yang

Pada pengujian kedua di lokasi kedua yaitu di taman sampangan semarang, saat 30 menit pertama setelah alat dinyalakan, data yang didapat adalah sebagai berikut,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Profesi

terutama bahan dokumen tercetak merupakan dasar dalam membangun suatu koleksi digital yang nantinya akan dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan akses informasi

Pulau Sumatra, Jawa dan Borneo yang merupakan bagian dari craton China Utara, yang kemudian akibat pergerakan kulit bumi membentuk daratan Asia, dan pada