• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya adalah usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

Usaha ini banyak terdapat di kota-kota besar terutama di kota yang banyak terdapat mahasiswa. Kehadiran usaha jasa laundry memberikan dampak positif bagi mahasiswa, salah satunya dapat meringankan beban pekerjaan rumah mahasiswa yang semula mencuci pakaikan dikerjakan sendiri menjadi tidak dengan adanya jasa laundry, selain itu juga lebih efisien waktu dan tenaga. Banyaknya pembisnis yang bermunculan ditambah dengan minat daya masyarakat yang tinggi akan kebutuhannya saat ini.

Pemilik usaha harus melihat dari pesaing/kompetitor dalam bentuk hal apa saja, misalnya mengetahui serviceyang diberikan para pesaing itu apa saja dan seperti apa, sehingga memiliki pandangan ke depan untuk tidak melakukan hal yang tidak sama dengan pesaing/kompetitor lainnya. Pelaku usaha laundry selalu berinovasi serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sehingga mampu bersaing dengan pesaing/kompetitor yang ada di lingkungan bisnis laundry.Hal terpenting lainnya, yaitu dalam menjalankan bisnisnya pelaku usaha memiliki harga jual yang relatif dan dapat dijangkau untuk semua golongan (baik golongan keatas atau menengah) dan berkualitas yang unggul.

(2)

Pelaku usaha laundry dalam menjalankan bisnisnya, menggunakan mesin yang mahal dan berkualitas dengan harga yang terjangkau, maka upaya yang dilakukan dengan meningkatkan teknologi yang tinggi dengan mesin cuci yang berkualitas dimana menggunakan teknologi yang canggih dimana terdapat sebuah program tersendiri di dalamnya untuk mencuci pakaian dengan melihat dari jenis-jenis bahannya, oleh karena pihak pengusaha menyediakan tempat yang nyaman bagi konsumen dan memiliki fasilitas yang unggul dalam kenyamanan dan pelayanannya di sisi lain dalam penggunaan bahan-bahan baku tidak sembarangan jenis detergen, pewangi dan bahan baku pendukung merupakan pilihan yang terbaik dan berkualitas, tidak akan membuat baju konsumen menjadi rusak dan lesu ataupun luntur.

Dalam menjalankan bisnisnya seringkali pelaku usaha laundry menerapkan perjanjian baku secara sepihak. Perjanjian baku adalah perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan pengusaha yang distandarisasikan atau dibakukan adalah model, rumusan, dan ukuran.

Ciri-ciri perjanjian baku adalah sebagai berikut: (Abdulkadir, 2002: 6)

1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif lebih kuat dari debitur;

2. Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian tersebut;

3. Terdorong oleh kebutuhan,debitur terpaksa menerima perjanjian tersebut;

4. Bentuknya tertulis.

(3)

Ciri-ciri tersebut mencerminkan prinsip ekonomi dan kepastian hukum yang berlaku di Negara-negara yang bersangkutan. Prinsip ekonomi dan kepastian hukum dalam perjanjian baku dilihat dari kepentingan pengusaha bukan dari kepentingan konsumen. Dengan pembakuan syarat-syarat perjanjian, maka kepentingan ekonomi pengusaha lebih terjamin karena konsumen hanya menyetujui syarat-syarat yang ditawarkan oleh pengusaha.

Perjanjian baku itu sendiri biasanya dibuat secara tertulis oleh pelaku usaha laundry pada nota pembayaran yang isinya antara lain:

1. Order laundry tidak diambil dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal selesai diluar tanggungjawab kami;

2. Kerusakan/luntur pakaian dalam proses pencucian adalah resiko konsumen;

3. Pengaduan dapat diterima maksimal 24 jam sejak cucian diserahkan ke konsumen;

4. Bila terjadi kehilangan setelah meninggalkan outlet bukan tanggungjawab kami.

Perjanjian baku digunakan dalam perjanjian laundry di atas dimana pihak pelaku usaha laundry telah menyiapkan terlebih dahulu klausula- klausula dalam perjanjian dan pihak konsumen hanya bisa menyetujuinya tanpa memiliki kesempatan untuk bernegosiasi mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh pihak pelaku usaha laundry. Perjanjian terjadi berlandaskan asas kebebasan berkontrak diantara para pihak yang mempunyai kedudukan seimbang, sedangkan dalam perjanjian baku, kebebasan berkontrak tersebut patut dipertanyakan karena dapat dikatakan bahwa dalam perjanjian

(4)

baku tidak ada kesetaraan kedudukan yang seimbang antara para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Adanya perjanjian laundry, maka muncullah perikatan antara para pihak. Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Namun praktek dilapangan sangat berbeda, fungsi perjanjian jasa laundry dan penggunaan klausula baku semata ditujukan untuk keuntungan pihak pelaku usaha saja. Sekadar contoh dalam jasalaundry terdapat klausula baku itu, misalnya; “…pelaku usaha jasa laundry tidak bertanggung jawab atas segala kerusakan barang akibat proses pencucian adalah risiko konsumen, setelah barang di terima oleh pihak penerima…”.

Atau “ perusahaan tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul akibat proses pencucian” (Subekti, 1997: 1).

Sebaliknya peraturan bagi pihak pelaku usaha jasa laundry, “apabila anda tidak mengambil barang pada waktu dan tujuan yang telah disepakati, maka pelaku usaha jasa laundrytidak bertanggungjawab atas segala kerusakan barang yang timbul karena hal tersebut”.Seperti halnya yang konsumen pengguna jasa laundry di Kelurahan Grendeng yang banyak terdapat pelaku usaha laundry dan sangat diminati oleh pengguna jasa laundry baik dari mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tuanya maupun masyarakat disekitarnya.Isi perjanjian demikian sudah tergolong merugikan pihak pengguna jasa laundry, sebab terdapat klausula pengurangan atau penghapusan tanggungjawab terhadap akibat hukum.Pembatasan atau

(5)

penghapusan kewajiban-kewajiban sendiri, kemudian penciptaan kewajiban yang kemudian dibebankan kepada pihak pengguna jasalaundry.

Maka, segala bentuk potensi rugi mungkin dialami pengguna jasa laundry, meski itu nyata-nyata merupakan kesalahan/kelalaian pelaku usaha

jasa laundry.Pengguna jasa laundry seakan tidak memiliki hak untuk mendapat/melakukan tuntutan ganti rugi, misalnya soal kerusakan akibat proses pencucian . Menurut Happy Susanto, sehubungan dengan perlindungan terhadap konsumen, yang perlu mendapat perhatian utama dalam perjanjian baku adalah mengenai klausula eksonerasi (exoneratie klausule exemption clausule). Klausula yang berisi pembebasan atau pembatasan

pertanggungjawaban dari pihak pelaku usaha jasalaundry yang lazimnya terdapat dalam jenis perjanjian tersebut, yang mengakibatkan:

1. Pengalihan tanggung jawab oleh pelaku usaha jasa laundry.

2. Menyatakan bahwa pelaku usaha jasa laundry berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas jasa yang dibeli oleh pengguna jasa jasa laundry.

3. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau jasa yang dibeli oleh pengguna jasalaundry.

4. Menyatakan tunduknya pengguna jasa laundry kepada peraturan yang berupa peraturan baru, tambahan, pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha jasa laundry dalam masa pengguna jasa memanfaatkan jasa yang dibelinya (Happy Susanto, 2008: 3).

(6)

Perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi inilah yang dilarang oleh Undang-undang, karena merugikan pihak pengguna jasa jasa laundry. Dengan melihat kenyataan bahwa bargaining position konsumen

pada praktiknya jauh di bawah pelaku usaha, maka Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai ketentuan perjanjian baku atau pencantuman klausula baku dalam setiap dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha. Dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen ketentuan mengenai klausula baku ini diatur dalam Bab V tentang ketentuan pencantuman klausula baku yang hanya terdiri dari satu pasal, yaitu Pasal 18.

Pasal 18 tersebut secara prinsip mengatur dua macam larangan yang diberlakukan bagi para pelaku usaha yang mencantumkan klausula baku dalam perjanjian yang dibuat olehnya. Para pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dikumen atau perjanjian, yang mana klausula baku yang dilarang tersebut telah di atur dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a sampai dengan h. selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (2) dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letaknya atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau pengungkapannya sulit dimengerti.

Adanya undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Undang-undang Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong iklim usaha yang sehat serta mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan

(7)

umum Undang-undang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa dalam pelaksanaannya akan tetap memerhatikan hak dan kepentingan pelaku usaha kecil dan menengah(Happy Susanto, 2008: 4).

Namun, kenyataannya yang terjadi di pasaran masih banyak terdapat pelanggaran terhadap ketentuan yang terdapat di dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen tersebut. Untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar- besarnya, seringkali pelaku usaha mengenyampingkan hak-hak konsumen serta larangan yang telah diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Akibat Hukum dari Penggunaan Klausul Baku Dalam Usaha Jasa Laundry”

(Studi pada Usaha Jasa Laundry di Kelurahan Grendeng Purwokerto).

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana akibat hukum penggunaan klausul baku dalam usaha jasa laundry di Kelurahan Grendeng Purwokerto?

2. Bagaimanakah tanggungjawab pelaku usaha jasa laundryterhadap konsumen pengguna jasa laundry yang telah dirugikan di Kelurahan Grendeng Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui akibat hukum penggunaan klausul baku dalam usaha jasa laundry di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

(8)

2. Untuk mengetahui tanggungjawab pelaku usaha jasa laundry terhadap konsumen pengguna jasa laundry telah dirugikan di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum perjanjian dan hukum perlindungan konsumen.

b. Memberikan bahan perbandingan dan atau menambah kepustakaan dalambidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum perlindungan konsumen pada khususnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat akan hak-haknya selaku konsumen dalam menggunakan jasa laundry.

b. Untuk memberikan gambaran kepada pengusaha laundryakan tanggungjawabnya.

c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa tentang pentingnya pemahaman perlindungan konsumen.

Referensi

Dokumen terkait

Profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dengan biaya total dinyatakan dalam bentuk persentase Nilai profitabilitas usaha agroindustri tape singkong di

Hal ini diperkuat oleh banyak pendapat masyarakat daerah tersebut yang mengatakan bahwa seorang pemuda desa Lelea dianggap telah de- wasa jika telah memiliki pengalaman me-

Said Ibn Ali Ibn Wahf Al-Qahthani, Memahami Makna dan Kandungan Asma’ul Husna Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Semarang: Pustaka Nuun, 2009), h.2.. Jika dikaitkan

Dilihat dari segi teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien, karena memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan bobot harian,

Data yang dibutuhkan bersumber dari Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Kabanjahe berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh bank. HASIL

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dekokta benalu teh ( Scurulla atropurpurea ) pada dosis terapi, MATC, dan LC50 terhadap kelengkungan tulang

hand rail dapat dilihat pada Tabel 5 s.d. Jadi biaya pengobatan pekerja akibat kecelakaan yang diakibatkan oleh lantai plat dan hand rail lebih besar daripada biaya

Antena phased array merupakan sebuah antenna yang terdiri dari elemen yang identik dengan susunan yang teratur dan diberikan arus catuan dengan pola bobot