• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF. Edisi 12 Th. 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF. Edisi 12 Th. 2020"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Edisi 12 Th. 2020

POLICY

BRIEF

(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Bersenyawa dalam Integrasi Membangun Diklat Responsif Gender

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Edisi 12 Th. 2020

POLICY

BRIEF

Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) adalah institusi utama pengembangan SDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan peran vital sebagai

  pada rantai nilai pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan. BP2SDM berperan penting dalam menumbuhkembangkan SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang kompeten, tidak hanya dalam menunjang tugas dan fungsi organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tetapi juga bagi instansi di tingkat pemerintahan daerah yang menangani urusan lingkungan hidup dan kehutanan. BP2SDM merupakan unsur pendukung Kementerian LHK dengan tugas menyelenggarakan penyuluhan kehutanan dan pengembangan SDM lingkungan hidup dan kehutanan. Pengarusutamaan gender di BP2SDM diimplementasikan melalui pengembangan Lembaga Diklat Responsif Gender. Upaya BP2SDM mengimplementasikan pengarusutamaan gender melalui pengembangan Lembaga Diklat Responsif Gender mendapat apresiasi dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa penghargaan kategori utama (terbaik) dalam Lomba PUG Lingkup Eselon I Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.   ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana BP2SDM merancang Lembaga Diklat Responsif Gender.

Foto: Tari Budaya (Kegiatan Wisuda)

(3)

Pengarusutamaan

Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.31/MENLHK/SETJEN/SET.1/5/

2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BP2SDM melakukan kegiatan-kegiatan Inovasi yang mendukung percepatan pelaksanaan PUG lingkup BP2SDM yaitu Penyusunan Kriteria dan Indikator Lembaga Diklat Responsif Gender, Penyusunan Kurikulum dan Silabus Diklat yang Responsif Gender, Pengembangan Modul Pelatihan PUG melalui Metode e-Learning, dan Penyusunan Kriteria dan Indikator Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan (SMKK) Responsif Gender. Atas upaya

tersebut, BP2SDM berhasil memenangkan Lomba PUG unit Eselon I

KLHK tingkat utama.

Dalam menyiapkan SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang kompeten, tidak hanya dalam menunjang tugas dan fungsi organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tetapi juga bagi instansi di tingkat pemerintahan daerah yang menangani urusan lingkungan hidup dan kehutanan.

Pada pasal 70 disebutkan bahwa setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.

Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran.

Gender

Supporting system pada KLHK

BP2SDM

Pengembangan SDM Melalui Diklat

UU No 5 Tahun

2014

Foto: Penyusunan Kriteria dan Indikator Lembaga Diklat yang Responsif Gender.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Bersenyawa dalam Integrasi Membangun Diklat Responsif Gender

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Edisi 12 Th. 2020

POLICY

BRIEF

Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) adalah institusi utama pengembangan SDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan peran vital sebagai

  pada rantai nilai pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan. BP2SDM berperan penting dalam menumbuhkembangkan SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang kompeten, tidak hanya dalam menunjang tugas dan fungsi organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tetapi juga bagi instansi di tingkat pemerintahan daerah yang menangani urusan lingkungan hidup dan kehutanan. BP2SDM merupakan unsur pendukung Kementerian LHK dengan tugas menyelenggarakan penyuluhan kehutanan dan pengembangan SDM lingkungan hidup dan kehutanan. Pengarusutamaan gender di BP2SDM diimplementasikan melalui pengembangan Lembaga Diklat Responsif Gender. Upaya BP2SDM mengimplementasikan pengarusutamaan gender melalui pengembangan Lembaga Diklat Responsif Gender mendapat apresiasi dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa penghargaan kategori utama (terbaik) dalam Lomba PUG Lingkup Eselon I Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.   ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana BP2SDM merancang Lembaga Diklat Responsif Gender.

Foto: Tari Budaya (Kegiatan Wisuda)

(4)

Tim Kerja Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG)

Aspek Kelembagaan

Kriteria dan Indikator Lembaga Diklat yang Responsif Gender

Lembaga Diklat Responsif Gender adalah lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan SDM pada KLHK yang mengintegrasikan perspektif gender dalam semua komponen penyelenggaraan diklat.

Integrasi PUG dalam visi dan misi Lembaga diklat Integrasi PUG dalam Renstra satker

Integrasi PUG dalam Renja satker

Tersedianya dokumen perencanaan Anggaran Responsif Gender (ARG) Tersedianya anggaran untuk pemenuhan kebutuhan spesifik gender Jumlah diklat tentang PUG yang direncanakan dalam rencana tahunan

Jumlah diklat teknis yang mengintegrasikan PUG, yang tertuang dalam rencana tahunan.

Adanya kesamaan akses dan par�sipasi perempuan dan laki-laki dalam penyusunan anggaran lembaga pela�han

Tim Kriteria dan Indikator Lembaga Diklat Responsif Gender

Tim 

untuk

Pengarusutamaan Gender (PUG)

Tim Manajemen Desain dan Penyiapan Konten Diklat

Tim Kriteria dan Indikator SMKK Responsif Gender

Integrasi Gender dalam Perencanaaan dan Penganggaran

Lembaga mengintegrasikan kesetaraan gender dalam aturan-aturan di lembaga diklat Tersedianya mekanisme penanganan komplain soal ke�dakadilan gender

Internalisasi Kesetaraan Gender dalam Aturan dan Norma

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam formasi jabatan struktural.

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam pengembangan kapasitas.

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam pengembangan karir dan promosi.

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam penugasan .

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam rapat internal lembaga yang strategis.

Proporsi jumlah widyaiswara laki-laki dan perempuan pada setiap jenjang dan bidang keahlian.

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan sebagai tenaga kediklatan.

Jumlah karyawan yang telah mengikuti pelatihan gender.

Jumlah widyaiswara yang sudah mengikuti ToT PUG.

Penempatan posisi karyawan yang tidak diskriminatif gender.

Manajemen SDM Responsif Gender

Tersedianya SK tentang Sub Pokja PUG.

Struktur kepengurusan Pokja terisi dan berfungsi secara optimal.

Tersedianya alokasi anggaran untuk operasionalisasi Pokja PUG.

Tersedianya rencana tahunan Sub Pokja PUG.

Tersedianya laporan  dan evaluasi kegiatan PUG di tingkat satker.

Operasionalisasi Sub Pokja PUG

Tersedianya data pilah ada penyenggaraan diklat.

Data pilah SDM karyawan satker.

Pengelolaan Data Pilah

(5)

Tim Kerja Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG)

Aspek Kelembagaan

Kriteria dan Indikator Lembaga Diklat yang Responsif Gender

Lembaga Diklat Responsif Gender adalah lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan SDM pada KLHK yang mengintegrasikan perspektif gender dalam semua komponen penyelenggaraan diklat.

Integrasi PUG dalam visi dan misi Lembaga diklat Integrasi PUG dalam Renstra satker

Integrasi PUG dalam Renja satker

Tersedianya dokumen perencanaan Anggaran Responsif Gender (ARG) Tersedianya anggaran untuk pemenuhan kebutuhan spesifik gender Jumlah diklat tentang PUG yang direncanakan dalam rencana tahunan

Jumlah diklat teknis yang mengintegrasikan PUG, yang tertuang dalam rencana tahunan.

Adanya kesamaan akses dan par�sipasi perempuan dan laki-laki dalam penyusunan anggaran lembaga pela�han

Tim Kriteria dan Indikator Lembaga Diklat Responsif Gender

Tim 

untuk

Pengarusutamaan Gender (PUG)

Tim Manajemen Desain dan Penyiapan Konten Diklat

Tim Kriteria dan Indikator SMKK Responsif Gender

Integrasi Gender dalam Perencanaaan dan Penganggaran

Lembaga mengintegrasikan kesetaraan gender dalam aturan-aturan di lembaga diklat Tersedianya mekanisme penanganan komplain soal ke�dakadilan gender

Internalisasi Kesetaraan Gender dalam Aturan dan Norma

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam formasi jabatan struktural.

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam pengembangan kapasitas.

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam pengembangan karir dan promosi.

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam penugasan .

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan dalam rapat internal lembaga yang strategis.

Proporsi jumlah widyaiswara laki-laki dan perempuan pada setiap jenjang dan bidang keahlian.

Proporsi karyawan laki-laki dan perempuan sebagai tenaga kediklatan.

Jumlah karyawan yang telah mengikuti pelatihan gender.

Jumlah widyaiswara yang sudah mengikuti ToT PUG.

Penempatan posisi karyawan yang tidak diskriminatif gender.

Manajemen SDM Responsif Gender

Tersedianya SK tentang Sub Pokja PUG.

Struktur kepengurusan Pokja terisi dan berfungsi secara optimal.

Tersedianya alokasi anggaran untuk operasionalisasi Pokja PUG.

Tersedianya rencana tahunan Sub Pokja PUG.

Tersedianya laporan  dan evaluasi kegiatan PUG di tingkat satker.

Operasionalisasi Sub Pokja PUG

Tersedianya data pilah ada penyenggaraan diklat.

Data pilah SDM karyawan satker.

Pengelolaan Data Pilah

Foto: Lokakarya Pengembangan Diklat Responsif Gender

(6)

Tersedianya ruang pengasuhan balita dan fasilitas mini .

Tersedianya fasilitas ruang tertutup dan ruang ganti yang mengakomodir gender.

Tersedianya fasilitas P3K dan kebutuhan pribadi perempuan.

Tersedianya ruang ibadah yang mendukung kekhusyukan beribadah bagi laki dan perempuan.

Tersedianya fasilitas olahraga yang memperhatikan aspek gender.

Tersedianya fasilitas hiburan/rekreasi yang memperhatikan aspek gender.

Tersedianya sarana transportasi peserta diklat yang responsif gender.

Tersedianya fasilitas khusus 

Tersedianya rencana pengelolaan hutan diklat yang mengintegrasi PUG.

Sarana pendukung di hutan diklat dibangun dengan mempertimbangkan aspek gender.

Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan diklat telah memperhatikan aspek kesetaraan gender.

Pengelolaan Hutan Diklat yang Responsif Gender

Tersedianya fasilitas sarana kesehatan dan ruang laktasi bagi wanita/ ibu menyusui.

Tersedianya fasilitas khusus yang dibutuhkan untuk peserta ibu hamil.

Tersedianya fasilitas parkir yang mudah diakses perempuan dan difabel.

Tersedianya fasilitas kelengkapan sarana kamar yang responsif gender yang memadai.

Tersedianya sistem pengamanan lingkungan yang memberikan kenyamanan dan perlindungan yang memadai.

Toilet terpisah dalam jumlah proporsional bagi laki-laki dan perempuan.

Fasilitas kursi dan meja di ruang kelas nyaman bagi peserta laki-laki dan perempuan.

Kelengkapan aksesoris seperti gambar- gambar di kelas (poster, banner dll) menampilkan laki dan perempuan secara proporsional.

Tersedianya fasilitas kamar pengasuh bagi peserta diklat yang membawa pengasuh anak.

Sarana Prasarana Penunjang Diklat Mengakomodir Gender

(7)

Tersedianya ruang pengasuhan balita dan fasilitas mini .

Tersedianya fasilitas ruang tertutup dan ruang ganti yang mengakomodir gender.

Tersedianya fasilitas P3K dan kebutuhan pribadi perempuan.

Tersedianya ruang ibadah yang mendukung kekhusyukan beribadah bagi laki dan perempuan.

Tersedianya fasilitas olahraga yang memperhatikan aspek gender.

Tersedianya fasilitas hiburan/rekreasi yang memperhatikan aspek gender.

Tersedianya sarana transportasi peserta diklat yang responsif gender.

Tersedianya fasilitas khusus 

Tersedianya rencana pengelolaan hutan diklat yang mengintegrasi PUG.

Sarana pendukung di hutan diklat dibangun dengan mempertimbangkan aspek gender.

Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan diklat telah memperhatikan aspek kesetaraan gender.

Pengelolaan Hutan Diklat yang Responsif Gender

Tersedianya fasilitas sarana kesehatan dan ruang laktasi bagi wanita/ ibu menyusui.

Tersedianya fasilitas khusus yang dibutuhkan untuk peserta ibu hamil.

Tersedianya fasilitas parkir yang mudah diakses perempuan dan difabel.

Tersedianya fasilitas kelengkapan sarana kamar yang responsif gender yang memadai.

Tersedianya sistem pengamanan lingkungan yang memberikan kenyamanan dan perlindungan yang memadai.

Toilet terpisah dalam jumlah proporsional bagi laki-laki dan perempuan.

Fasilitas kursi dan meja di ruang kelas nyaman bagi peserta laki-laki dan perempuan.

Kelengkapan aksesoris seperti gambar- gambar di kelas (poster, banner dll) menampilkan laki dan perempuan secara proporsional.

Tersedianya fasilitas kamar pengasuh bagi peserta diklat yang membawa pengasuh anak.

Sarana Prasarana Penunjang Diklat Mengakomodir Gender

Aspek Manajemen Diklat

Proses IKD dilakukan dengan melibatkan target grup laki-laki dan perempuan secara proporsional.

Desain Metode dan Instrumen IKD telah mempertimbangkan aspek kebutuhan dan kesetaraan gender .

Identifikasi Kebutuhan Diklat (IKD) yang Responsif Gender

Penyusunan kurikulum dan silabus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kebutuhan dan kesetaraan gender.

Bahan ajar dirancang berisi materi yang mengintegrasikan gender dan relevan dengan mata pelajaran.

Perencanaan Diklat yang Berbasis Keadilan Gender

Terbukanya akses bagi semua calon peserta untuk mengikuti diklat dalam surat panggilan.

Kecukupan waktu antara surat panggilan dan pelaksanaan pelatihan untuk peserta dapat mempersiapkan diri.

Lamanya diklat tidak mengabaikan kewajiban yang harus dipenuhi oleh peserta bagi keluarganya.

Pelayanan kediklatan sesuai dengan kebutuhan peserta laki-laki dan perempuan.

Metode pembelajaran yang digunakan dapat mendorong partisipasi peserta laki-laki dan perempuan secara setara dalam pembelajaran.

Widyaiswara memfasilitasi cara belajar peserta laki-laki dan perempuan secara beragam.

Peserta laki-laki dan perempuan mendapat kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran.

Widyaiswara memberikan contoh-contoh keberhasilan, prestasi yang sama antara peserta perempuan dan laki-laki.

Pelaksanaan Pelatihan Memperhatikan Kebutuhan Peserta Laki dan Perempuan

Standar penilaian memperhatikan perbedaan kodrat perempuan dan laki-laki.

Proses penilaian dilakukan secara obyektif bagi peserta laki-laki maupun perempuan.

Evaluasi Paska Diklat (EPD) perlu dirancang dengan memperhatikan aspek gender agar bisa mendapatkan data yang berimbang dan detail dari sisi gender.

Instrumen EPD dan analisisnya dirancang untuk menggali informasi yang detail termasuk kebutuhan khusus dari sisi gender.

Penilaian/ Evaluasi Diklat

(8)

Pembinaan/Sosialisasi PUG

Lokakarya Pengembangan Diklat Responsif Gender

Lingkup BP2SDM

Proses Penyusunan

Lembaga Diklat Responsif Gender

Penyusunan Kriteria dan Indikator Lembaga Diklat Responsif Gender dihasilkan melalui proses yang panjang, antara lain:

Workshop PPRG dan Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan PUG (Penyusunan GAP dan GBS lingkup

BP2SDM)

Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Menengah

Kejuruan Kehutanan (SMKK) Responsif Gender Koordinasi Pelaksanaan

Percepatan PUG BP2SDM Implementasi PUG

dalam Perhutanan Sosial

Foto: Sekretaris BP2SDM memberikan arahan dalam acara Lokakarya Pengembangan Diklat Responsif Gender lingkup BP2SDM

(9)

Pembinaan/Sosialisasi PUG

Lokakarya Pengembangan Diklat Responsif Gender

Lingkup BP2SDM

Proses Penyusunan

Lembaga Diklat Responsif Gender

Penyusunan Kriteria dan Indikator Lembaga Diklat Responsif Gender dihasilkan melalui proses yang panjang, antara lain:

Workshop PPRG dan Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan PUG (Penyusunan GAP dan GBS lingkup

BP2SDM)

Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Menengah

Kejuruan Kehutanan (SMKK) Responsif Gender Koordinasi Pelaksanaan

Percepatan PUG BP2SDM Implementasi PUG

dalam Perhutanan

Sosial Lembaga Diklat Responsif Gender

telah menyusun draf kurikulum yang dituangkan dalam Keputusan Kepala Pusat Diklat SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun hingga saat ini draf kurikulum tersebut sedang dibahas untuk mendapatkan pengesahan Kepala Pusdiklat.

Badan diklat telah menyusun modul pelatihan PUG melalui metode e-learning.

Metode ini memiliki kelebihan karena bisa mencakup sasaran dalam jumlah banyak tanpa terkendala oleh jarak, ataupun jenis kelamin. Penggunaan e-learning membuka kesempatan belajar yang lebih luas karena tidak dibatasi keterbatasan ruang, waktu dan tempat untuk belajar, kelas e-learning bisa melibatkan siswa dalam jumlah lebih besar.

Penyusunan Kurikulum dan Silabus Diklat yang Responsif Gender

Pengembangan Modul Pelatihan PUG melalui Metode E-learning

Foto: Palang Merah Remaja SMKK Kadipaten

(10)

Penilaian Penyelenggaraan Pendidikan Responsif Gender

Integrasi gender dalam seleksi penerimaan peserta

didik baru (PPDB)

Kriteria

SK. pengumuman penerimaan siswa

Verifier

Jumlah siswa baru perempuan 20-25 % dari

total siswa

Integrasi gender dalam pembinaan sikap, mental

dan disiplin siswa

- Buku saku siswa - Perkabadan Tersedianya aturan

pembinaan sikap dan mental siswa

Integrasi gender dalam pelaksanaan upacara bendera dan baris berbaris

Dokumen foto kegiatan Keterlibatan peran siswa

perempuan sebagai petugas pelaksana upacara, komandan kompi dan pleton

Integrasi gender dalam

organisasi kesiswaan Keterwakilan peran siswa SK pengurus OSIS perempuan pada

kepengurusan OSIS

Indikator

Sumber: BP2SDM, 2020

Foto: Bakti Sosial Hari Sumpah Pemuda

(11)

Penilaian Penyelenggaraan Pendidikan Responsif Gender

Integrasi gender dalam seleksi penerimaan peserta

didik baru (PPDB)

Kriteria

SK. pengumuman penerimaan siswa

Verifier

Jumlah siswa baru perempuan 20-25 % dari

total siswa

Integrasi gender dalam pembinaan sikap, mental

dan disiplin siswa

- Buku saku siswa - Perkabadan Tersedianya aturan

pembinaan sikap dan mental siswa

Integrasi gender dalam pelaksanaan upacara bendera dan baris berbaris

Dokumen foto kegiatan Keterlibatan peran siswa

perempuan sebagai petugas pelaksana upacara, komandan kompi dan pleton

Integrasi gender dalam

organisasi kesiswaan Keterwakilan peran siswa SK pengurus OSIS perempuan pada

kepengurusan OSIS

Indikator

Sumber: BP2SDM, 2020

Lembaga diklat perlu mengembangkan berbagai aspek dalam penyelenggaraan diklat responsif gender, antara lain:

1. Perlunya SDM penyelenggara pelatihan serta guru maupun widyaiswara yang sensitif gender.

2. Perlunya dukungan modul yang sudah mengintegrasikan gender.

3. Perlunya proses pembelajaran yang memperhatikan perbedaan kebutuhan antara peserta perempuan dan laki-laki.

4. Perlu dukungan sarana dan prasarana yang mempertimbangkan perbedaan kebutuhan antara laki-laki dan perempuan.

1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.31/

MENLHK/SETJEN/SET.1/5/2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2. Badan P2SDM, 2020. Pengarusutamaan Gender pada Badan P2SDM. Bahan presentasi Lomba PUG unit Eselon I.

Rekomendasi

Referensi

(12)

Pokja Pengarusutamaan Gender Biro Perencanaan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2020

Referensi

Dokumen terkait

Gagal jantung kanan lebih sering terjadi pada stenosis mitral berat dan hipertensi pulmonal yang signifikan, dimana dapat menyebabkan mortalitas sebanyak 60%-70% bila

Sementara menurut Hasbullah (2007: 93), Komite Sekolah juga berfungsi dalam hal: (1) mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat untuk berpartisipasi

Siswa menyusun hal-hal- atau masalah-masalah mengenai topic yang telah diberikan oleh guru kedalam bentuk deskriptif essay6. Siswa mengajukan hasil kerja

Ditjen KSDAE berperan penting dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia melalui sasaran strategis yaitu memanfaatkan potensi sumber daya hutan dan

Tujuan dari kegiatan-kegiatan terkait dengan pengarusutamaan gender yang dilakukan oleh BLI antara lain meningkatkan akses dan pengetahuan atas pengelolaan lingkungan hidup dan

Pilihan kegiatan KBR dengan pelibatan penyandang difable merupakan bukti adanya pengakuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal PDASHL

Beliau mengatakan sendiri kepada saya, ‘Ketika saya ingin mengajukan satu pertanyaan yang dapat mempermalukan Maulwi Muhammad Husain Sahib, Hadhrat Masih Mau’ud as

Belum maksimalnya hasil belajar siswa khususnya untuk jurusan Akuntansi kemungkinan dikarenakan pengelolaan metodologi pembelajaran yang belum di kelola dengan baik