KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Edisi 13 Th. 2020
POLICY
BRIEF
RINGKASAN EKSEKUTIF
Elaborasi Kesetaraan Gender dalam Kegiatan Penelitian
Pengembangan dan Inovasi bidang LHK
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Pengarusutamaan gender (PUG) dalam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah diintegrasikan ke setiap Unit Eselon melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.31/MENLHK/SETJEN/SET.1/5/2017, tidak terkecuali Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi (BLI). Tugas dari BLI adalah menyelenggarakan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Dari tugas tersebut, BLI dituntut untuk dapat mengimplementasikan PUG dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan penelitian, pengembangan, dan inovasi pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan. ini menggambarkan kegiatan-kegiatan integrasi gender yang dilakukan BLI, isu-isu gender yang ditemukan oleh BLI pada saat melakukan pengintegrasian gender, dan upaya BLI dalam melaksanakan PUG.
Edisi 13 Th. 2020
POLICY
BRIEF
Latar Belakang
MENYELENGGARAKAN FUNGSI
Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi (BLI) mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan termasuk penyebarluasan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada pengguna baik internal maupun eksternal KLHK.
BLI mendukung 1 Prioritas Nasional yaitu Pembangunan Laboratorium Riset Merkuri dan Metrologi Lingkungan (PN4). BLI mengintegrasikan pembangunan dalam rencana kerja Pemerintah Tahun 2020, dimana posisi pembangunan BLI diintegrasikan dalam 1 dari 5 prioritas
nasional. Pembangunan tematik BLI tahun 2020 mendukung RKP 2020 meliputi Kesetaraan Gender, Tata Kelola, Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim, Media Sosial Budaya, dan Transformasi Digital.
Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan
oleh Menteri Pelaksanaan administrasi
Badan Penelitian, Pengembangan, dan
Inovasi
Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan,
dan inovasi di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan Pelaksanaan
penelitian, pengembangan, dan
inovasi di bidang
lingkungan hidup dan kehutanan
Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian, pengembangan
dan inovasi di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan
Foto: Pengarusutamaan Gender dalam Kegiatan Penelitian Tumbuhan Berkhasiat Obat Balitek KSDAE Samboja
RINGKASAN EKSEKUTIF
Elaborasi Kesetaraan Gender dalam Kegiatan Penelitian
Pengembangan dan Inovasi bidang LHK
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Pengarusutamaan gender (PUG) dalam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah diintegrasikan ke setiap Unit Eselon melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.31/MENLHK/SETJEN/SET.1/5/2017, tidak terkecuali Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi (BLI). Tugas dari BLI adalah menyelenggarakan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Dari tugas tersebut, BLI dituntut untuk dapat mengimplementasikan PUG dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan penelitian, pengembangan, dan inovasi pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan. ini menggambarkan kegiatan-kegiatan integrasi gender yang dilakukan BLI, isu-isu gender yang ditemukan oleh BLI pada saat melakukan pengintegrasian gender, dan upaya BLI dalam melaksanakan PUG.
Edisi 13 Th. 2020
POLICY
BRIEF
IMPLEMENTASI PUG YANG TELAH DILAKUKAN
BLI TELAH MENDUKUNG PELAKSANAAN PUG
PUG BLI melekat pada proses kegiatan dan proses penelitian dan pengembangan, tim terdiri dari 13 laki-laki dan 7 perempuan
Penyusunan (GAP) dan
(GBS)
Membentuk kelompok kerja PUG
Melaksanakan perencanaan dan penganggaran responsif gender
Menyediakan fasilitas gender untuk tempat ibadah, toilet, tempat parkir, inisiatif khusus, dan data terpilah
Penelitian dan pengembangan pengelolaan hutan.
Penelitian dan pengembangan peningkatan nilai tambah hasil hutan.
Penelitian dan pengembangan kualitas lingkungan dan pengelolaan laboratorium lingkungan.
Penelitian dan pengembangan sosial ekonomi, kebijakan, dan perubahan iklim.
Pelaksanaan penelitian tematik unit litbang LHK di daerah (15 satker).
Dukungan manajemen litbang.
Foto: Pengambilan Sampel Pengujian Parameter Biologi
IMPLEMENTASI PUG YANG TELAH DILAKUKAN
BLI TELAH MENDUKUNG PELAKSANAAN PUG
PUG BLI melekat pada proses kegiatan dan proses penelitian dan pengembangan, tim terdiri dari 13 laki-laki dan 7 perempuan
Penyusunan (GAP) dan
(GBS)
Membentuk kelompok kerja PUG
Melaksanakan perencanaan dan penganggaran responsif gender
Menyediakan fasilitas gender untuk tempat ibadah, toilet, tempat parkir, inisiatif khusus, dan data terpilah
Penelitian dan pengembangan pengelolaan hutan.
Penelitian dan pengembangan peningkatan nilai tambah hasil hutan.
Penelitian dan pengembangan kualitas lingkungan dan pengelolaan laboratorium lingkungan.
Penelitian dan pengembangan sosial ekonomi, kebijakan, dan perubahan iklim.
Pelaksanaan penelitian tematik unit litbang LHK di daerah (15 satker).
Dukungan manajemen litbang.
Persutraan Alam
Pengelolaan Jasa Lingkungan di KPH Yogyakarta
PUG dalam Sosialisasi pada Masyarakat tentang Penelitian di KHDTK –
BBPPBTH Yogyakarta
Pilot IPTEK Arang Terpadu – P3HH
Pengelolaan Persemaian – B2P2EHD Samarinda Sosialisasi dan aplikasi teknologi
arang terpadu berupa pembuatan arang kompos, asap
cair dan arkoba Kegiatan agroindustri dengan hasil
kokon atau benang sutra.
Peneliti sutra terdiri dari
Masyarakat yang terlibat
Pengarusutamaan gender dalam pengelolaan persemaian di B2P2EHD diwujudkan dalam berbagai kegiatan antara lain pengumpulan buah/ materi genetik, penyiapan media, penyapihan,
pemeliharaan, serta pemberian materi edukasi wisata ilmiah tentang persemaian dan Green House
pada pelajar.
Akses dan pengetahuan atas pengelolaan KHDTK untuk
masyarakat meningkat.
7 Orang
10 Orang
12 Orang
16 Orang 8 Orang
5 Orang
25 Orang
33 Orang
22 Orang 25 Orang
Pengintegrasian Gender dalam Kegiatan BLI
Pelaksanaan Pengembangan Metode untuk Pengujian Kualitas Lingkungan –
P3KLL Serpong
Pelaksanaan Pengembangan Metode untuk Pengujian Kualitas Lingkungan
yang Responsif Gender ini dilakukan oleh 12 Analis.
2 Orang 6 Orang
4 Orang 6 Orang
Kegiatan-kegiatan integrasi gender yang dilakukan oleh BLI. Meskipun demikian, integrasi gender baru terlihat pada proporsi pelaku riset dan sasaran program menurut jenis kelamin, serta penerima manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Sedangkan penggunaan tools penelitian (seperti instrumen penelitian hingga alat analisis hasil penelitian) belum menggunakan teknik analisis gender. Selain itu, terdapat kegiatan yang belum maksimal dalam pengintegrasian PUG. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan pembagian peran gender dalam teknik konservasi tanah dan air untuk mitigasi bencana tanah longsor. Kegiatan ini dilakukan oleh BPPTPDAS Kota Solo. Meskipun kegiatan tersebut sudah melibatkan peran gender (misal melibatkan laki-laki dan perempuan sebagai anggota tim kegiatan, anggota BPBD yang terlibat, anggota Tim Perhutani, dan Tim Pengamat Lapangan), namun hasil dari kegiatan tersebut belum maksimal. Masyarakat belum menerapkan teknologi yang diujicobakan dari BPPTPDAS.
Pembagian Difusi Teknologi Budidaya dan Pascapanen Bambu di Priangan
Timur Jawa Barat – BP2TPTA
Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Resolusi Konflik –
BP2LHK Makassar
Riset Sinergi Pusat Unggulan IPTEK (PUI): Pengelolaan Lahan Tumpangsari
(BP2TPTH Bogor dengan P2P)
Alih Teknologi Hasil Litbang
“Pemanfaatan Limbah dan Produk Turunan Bambu – BPPTHHBK Mataram
Penelitian mengenai pengelolaan lahan tumpangsari di KHDTK Parungpanjang
dari persepektif gender dengan menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion), wawancara, dan observasi dengan responden rumah tangga petani penggarap di dua desa di
sekitar KHDTK Parungpanjang.
Keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan pascapanen
bambu
Penyelenggaraan pelatihan bekerja sama dengan Yayasan KEHATI Indonesia. Bertempat di KHDTK Rarung Kabupaten Lombok. Peserta berasal dari
Kelompok Tani Wanita (KWT) Penandatanganan naskah
kesepakatan kemitraan kehutanan antara BP2LHK Makassar selaku pengelola KHDTK dengan masyarakat
selaku penggarap lahan.
Sumber: BLI, 2020 11 Orang
7 Orang 30 Orang
30 Orang 19 Orang
8 Orang
32 Orang
Terdapat pembagian peran antara perempuan dan laki-laki dalam kegiatan BLI di lapangan. Misalnya dalam kegiatan Konservasi Exsitu Anoa melalui Anoa Breeding Centre yang dilakukan oleh BP2LHK Manado. Keterlibatan laki-laki dalam kegiatan tersebut antara lain: mengambil dan memberikan pakan, membersihkan kandang, serta melakukan penangkapan Anoa untuk mengecek kesehatan. Sedangkan perempuan berperan sebagai dokter hewan dan peneliti.
Pada pengelolaan KHDTK atau Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus, kelompok tani laki-laki diberikan tugas untuk mengelola lahan sebelum panen, seperti mengolah tanah, pengairan, membeli bibit, menanam bibit, memberi pupuk, dan mengusir hama. Sedangkan perempuan, diberi tugas saat panen dan sesudah panen berlangsung, seperti memanen, menjemur hasil panen, menjual hasil panen, dan melakukan pemeliharaan.
Foto: Pelatihan Ahli Teknologi Hasil Litbang: Pembuatan Arang, Cuka Bumbu, Sabun Madu, dan Sabun Propolis – BPPTHHBK Mataram
Pembagian Peran
Antara Perempuan dan Laki-Laki
dalam Kegiatan BLI di Lapangan
1. Tahap perencanaan berupa kegiatan penyusunan rencana teknis.
2. Tahap pelaksanaan berupa kegiatan penyiapan air, penyiapan lahan, penanaman pohon, penanaman tanaman bawah, penyiangan, dan penyulaman.
3. Tahap pemanfaatan pemanenan berupa pemasaran hasil.
Tujuan dari kegiatan-kegiatan terkait dengan pengarusutamaan gender yang dilakukan oleh BLI antara lain meningkatkan akses dan pengetahuan atas pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan untuk masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.
1. Melibatkan peran laki-laki dan perempuan dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan sosialisasi baik konsep maupun teknis pelaksanaan.
2. Memperhatikan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam undangan, kehadiran, tempat duduk dan pengaturan waktu pelaksanaan kegiatan.
3. Pembuatan kelompok diskusi, baik laki-laki maupun perempuan untuk menggali informasi lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan kegiatan.
4. Pertemuan melibatkan peran serta masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan metode Focus Group Discussion (FDG) dan memberikan kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapat antara laki-laki dan perempuan.
PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI BENTUK PENGINTEGRASIAN GENDER YANG DILAKUKAN OLEH BLI DALAM MELAKUKAN PENELITIAN PENGEM- BANGAN DAN INOVASI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, JUGA DITEMUKAN DALAM BEBERAPA KEGIATAN
METODE BLI DALAM MENGINTEGRASIKAN GENDER PADA PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI YANG MELIBATKAN MASYARAKAT
Keterlibatan dalam pelaksanaan pengelolaan KHDTK.
Akses mendapatkan informasi hasil litbang LHK.
Keterlibatan dalam pemanfaatan limbah serasah pinus sebagai bahan baku minyak atsiri.
Keterlibatan dalam pengelolaan sumber benih.
• Tingkat pendidikan keluarga masyarakat sekitar KHDTK masih rendah
• Tingkat pengetahuan masyarakat tentang KHDTK dan kegiatan penelitian di dalam KHDTK masih rendah
• Aturan adat sekitar belum mengadopsi peran perempuan dalam pengelolaan KHDTK
• Perempuan kurang terlibat dalam proses transfer ilmu dan pengetahuan tentang LHK
• Iptek hasil litbang belum dimanfaatkan oleh laki-laki dan perempuan secara optimal
• Perempuan kesulitan akses dalam penelitian pemanfaatan limbah serasah pinus mekusi sebagai bahan baku minyak atsiri.
• Peran perempuan masih rendah dalam pemanfaatan limbah serasah pinus merkusi sebagai bahan baku minyak atsiri.
• Budaya masyarakat di lokus penelitian tidak melibatkan perempuan dalam pengelolaan sumber benih dan pemilihan jenis
• Hukum adat sekitar belum diterapkan sepenuhnya
25%
21,68%
10%
4 Orang
75%
78,32%
90%
6 Orang
KESENJANGAN GENDER FAKTOR PENYEBAB KESENJANGAN GENDER
Kesenjangan Gender
dan Faktor Penyebab
Keterlibatan dalam pola pengelolaan/ budidaya HHBK maupun pengelolaan
konservasi jenis.
Partisipasi kelompok tani
perempuan dalam pengelolaan KHDTK lebih
rendah
Keterlibatan dalam pengelolaan KHDTK
Penguasaan lahan dan sumber ekonomi keluarga masih didominasi oleh laki-laki
• Tingkat pendidikan keluarga masyarakat sekitar KPHL Rinjani Barat masih rendah
• Tingkat pengetahuan masyarakat tentang hutan lindung masih rendah
• Aturan adat sekitar belum mengadopsi peran perempuan dalam pengelolaan hutan lindung
• Aturan pengelolaan kawasan konservasi yang ketat/
mengikat
• Proses pengolahan suatu bahan menjadi produk komoditi belum memperhatikan isu gender dalam perencanaan, pengemasan, dan pemasaran
• Jumlah tenaga perempuan yang memiliki kapasitas diskusi dalam proses perencanaan belum diketahui
• Jumlah tenaga perempuan yang memiliki ketrampilan dan keahlian dalam pengelolaan bahan menjadi sebuah produk komiditi belum terdata dengan baik
• Jumlah tenaga perempuan yang mampu menjadi pemasar suatu produk belum teridentifikasi dengan baik
• Kurangnya peran aktif perempuan dalam pengelolaan KHDTK
• Masih kuatnya persepsi yang bias gender di kalangan masyarakat yang menganggap bahwa kepala rumah tangga itu adalah laki-laki dan perempuan hanya berperan dalam urusan rumah tangga
• Motivasi perempuan untuk mengikuti kegiatan pemeliharaan KHDTK kurang karena lebih fokus kepada urusan rumah tangga
• Adanya pola pikir yang terbentuk bahwa perempuan hanya cocok mengerjakan pekerjaan ringan atau kegiatan dalam ruangan
• Adanya budaya bahwa pekerjaan terkait dengan hutan dengan medan yang berat hanya bisa dikerjakan oleh laki-laki
• Adanya anggapan bahwa perempuan kurang mampu sebagai pemimpin, sehingga tidak bisa berperan sebagai ketua tim
• Jumlah tenaga perempuan yang memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk kegiatan terkait pengelolaan KHDTK belum terdata dengan baik
• Faktor sosial budaya yang menganggap perempuan seharusnya tinggal dirumah untuk mengurus keluarga
30%
20 Orang 70%
40 Orang
KESENJANGAN GENDER FAKTOR PENYEBAB KESENJANGAN GENDER
1. Mengelaborasi keterlibatan perempuan dan laki-laki, baik dari segi peneliti yang ada di lapangan, maupun dari segi masyarakat sebagai bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh BLI. Misal, pada saat melakukan pendekatan kepada masyarakat, bila laki-laki dan perempuan digabungkan, perempuan cenderung lebih diam dan tidak memberikan pendapat. Oleh karena itu BLI berinisiatif memisahkan pendampingan antara laki-laki dengan perempuan.
2. Tim peneliti yang dikirimkan ke lapangan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Apabila dimungkinkan, maka akan dikirim tim perempuan dan laki-laki ke lapangan. Namun, apabila medan penelitian dirasa tidak kondusif untuk perempuan, maka peneliti semuanya laki-laki.
3. Apabila pada saat melakukan kegiatan pengintegrasian gender ditemukan masalah, maka BLI akan menganalisisnya dari budaya yang ada di masyarakat.
4. Meskipun belum memiliki kebijakan teknis khusus yang dikeluarkan oleh BLI terkait pengintegrasian gender, namun sesuai arahan Menteri LHK, BLI sudah mengintegrasikan gender dalam kegiatan penelitian pengembangan dan inovasi.
BLI telah berupaya untuk mengintegrasikan gender dalam setiap kegiatan yang dilakukan, khususnya yang terkait dengan penelitian, pengembangan, dan inovasi, antara lain:
Foto: Edukasi Ilmiah tentang Persemaian dan Greenhouse – BBPPEHD Samarinda
Upaya BLI dalam
Mengintegrasikan
Gender
1. Perlu peningkatan kapasitas peneliti pada BLI agar memahami berbagai macam teknik analisis gender.
2. Perlu peningkatan sensitivitas gender pada peneliti pada BLI sehingga mereka dapat menemukenali isu gender mulai dari indentifikasi masalah, menyusun desain penelitian, melakukan analisis hingga membuat kesimpulan hasil penelitian yang responsif gender.
1. Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Buku Rencana Kerja Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi (BLI).
Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
2. Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Gender Analysis Pathway (GAP) Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi (BLI).
3. Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Pengarusutamaan Gender Badan Litbang dan Inovasi. Paparan Lomba PUG Lingkup Eselon 1 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.15/MENLHK/SETJEN/
KUM.1.5 Tahun 2018 tentang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus.
5. Yeny, I., Murniati, & Suharti, S. (2018). Community Participation in the Development of Agroforestry at Gedong Wani Forest. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 17(1), 49-66.
Foto: Pengarusutamaan Gender dalam Kegiatan Penelitian Tumbuhan Berkhasi- at Obat Balitek KSDAE Samboja
Rekomendasi
Referensi
@gender_klhk
@gender_klhk
@gender.klhk Pokja Pengarusutamaan Gender
Biro Perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2020