• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF. Edisi 5 Th. 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF. Edisi 5 Th. 2020"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Edisi 5 Th. 2020

POLICY

BRIEF

(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berkarya dalam Keterbatasan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Orang dengan  pada hakekatnya adalah mahluk sosial yang memiliki potensi sehingga berpeluang untuk berkontribusi dan berperan secara optimal dalam segala aspek kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Karena itu, dalam menjawab isu persamaan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi penyandang , Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal PDASHL (Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung) memberikan peluang bagi penyandang  dalam kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR).

Aktivitas-aktivitas orang dengan  dalam kegiatan KBR memberi bukti bahwa adanya mandatory pelibatan orang dengan  melalui kolaborasi efektif dengan berbagai lembaga sosial masyarakat dan pemerintah daerah dapat mengatasi pengabaian masyarakat terhadap penyandang . Oleh karena itu kebijakan non diskriminatif bagi orang dengan 

dengan cara menyediakan lingkungan yang memberikan kesamaan akses dan menjadi inklusi perlu dilembagakan. Pelibatan penyandang  dalam kegiatan KBR menunjukkan bukti bahwa penyandang berkontribusi sebagai agen Penyelamat Lingkungan.

Edisi 5 Th. 2020

POLICY

BRIEF

Pemberdayaan Difable sebagai Agen Penyelamat Lingkungan

melalui Kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR)

(3)

Apa itu Kebun Bibit Rakyat (KBR)?

Kebun Bibit Rakyat yang selanjutnya disingkat KBR adalah kebun bibit yang dikelola oleh kelompok masyarakat baik laki-laki maupun perempuan melalui pembuatan bibit berbagai jenis tanaman hutan dan/atau tanaman serbaguna (MPTS) yang pembiayaannya bersumber dari dana pemerintah. KBR merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal PDASHL (Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung) pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program ini dikembangkan untuk mendorong agar masyarakat gemar menanam secara mandiri melalui fasilitasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program ini dikembangkan untuk mewujudkan sasaran program yaitu meningkatnya luas tutupan vegetasi dengan IKP

“luas tutupan hutan dan lahan hasil rehabilitasi” setiap tahun ditargetkan seluas 90.000 Ha pada tahun 2020, 220.000 Ha pada tahun 2021, dan 230.000 Ha pada tahun 2022, 2023 dan 2024.

Berdasarkan Renstra Ditjen PDASHL 2020-2024 disebutkan bahwa Sasaran Program

“Meningkatnya luas tutupan vegetasi” akan dicapai melalui dua kegiatan, yaitu

(1) Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, Rehabilitasi Lahan serta Konservasi Tanah dan Air; dan (2) Pengembangan Pembenihan Tanaman Hutan.

Kegiatan untuk pencapaian IKP “luas tutupan lahan dan lahan hasil rehabilitasi” dipenuhi melalui RHL intensif yang dilakukan pada lahan kritis/DTA Waduk/Danau/Rawan Bencana, RHL Insentif dari penanaman bibit KBR dan persemaian yang dilakukan oleh kelompok masyarakat baik laki-laki dan perempuan, serta RHL yang dibiayai oleh APBD/swasta, dll.

Kegiatan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, Rehabilitasi Lahan serta Konservasi Tanah dan Air dilaksanakan oleh Direktorat Konservasi Tanah dan Air, sedangkan kegiatan pengembangan Pembenihan Tanaman Hutan dilaksanakan oleh Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan (Renstra Ditjen PDASHL 2020-2024) (Sumber: Lomba PUG).

Foto: Lokasi persemaian permanen Balai Pengelolaan DASHL Brantas Sampean, lokasi pemberdayaan penyandang difable dalam KBR

(4)

Pengarusutamaan Gender dalam Penyelamatan Lingkungan

Pengarusutamaan gender (PUG) merupakan strategi untuk mengintegrasikan perspektif gender dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan, program ataupun kegiatan. PUG dalam penyelamatan lingkungan salah satunya dilakukan oleh Direktorat Jenderal PDASHL melalui pelibatan penyandang difable dalam kegiatan KBR.

Kegiatan ini dilakukan atas kerjasama antara Balai PDASHL Brantas Sampean dengan Yayasan Gunung Kebo Desa Sambirejo Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Implementasi program PUG melalui pemberdayaan masyarakat penyandang difable, khususnya di wilayah Kabupaten Trenggalek Jawa Timur didasarkan atas asumsi bahwa “difable adalah masalah sosial, merupakan tanggung jawab bersama, dan perlu perhatian khusus”. Pemberdayaan terhadap penyandang difable melalui kegiatan KBR merupakan manifestasi dari komitmen pimpinan (dalam hal ini Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia) yang memandang bahwa penyandang difable memiliki potensi dan harus mendapat ruang agar berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan, khususnya rehabilitasi lahan. Kegiatan ini sekaligus merupakan bentuk dari rehabilitasi sosial. Pilihan kegiatan KBR dengan pelibatan penyandang difable merupakan bukti adanya pengakuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal PDASHL bahwa orang dengan difable pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang memiliki potensi sehingga berpeluang untuk berkontribusi dan berperan secara optimal dalam kegiatan penyelamatan lingkungan.

Pelibatan orang dengan penyandang difable telah menjawab isu persamaan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi penyandang difable.

Landasan hukum formal keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam kegiatan KBR tertuang secara eksplisit dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.49/MENLHK/SETJEN/DAS.2/5/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat. Pada Bab II, Bagian kesatu persyaratan calon kelompok masyarakat Pasal (3) poin a disebutkan bahwa calon kelompok masyarakat pelaksana KBR harus memenuhi persyaratan antara lain jumlah anggota calon kelompok masyarakat pelaksana KBR paling sedikit 15 (lima belas) orang baik laki-laki maupun perempuan yang berdomisili di desa setempat, antara lain petani, mahasiswa maupun anggota organisasi masyarakat lainnya.

Sebagai perluasan dari persyaratan ini, Direktorat Jenderal PDASHL memberi peluang kepada orang dengan penyandang difable, khususnya orang dengan gangguan jiwa untuk terlibat aktif dalam kegiatan KBR.

Foto: Dokumentasi penyandang difable yang ikut berpartisipasi dalam program KBR

(5)

3.242

Orang 2.114 Orang Penyandang Difable

di Kabupaten Trenggalek pada tahun 2018

Data penyandang disabilitas dilihat menurut jenisnya

Fisik Sensorik Ganda Mental Intelektual

1.498

2.252

1.049

375 672

Total 5.356 orang

Kegiatan Penyandang Difable dalam KBR

1. Tahap perencanaan, meliputi pemilihan jenis bibit.

2. Tahap penyusunan rantek, meliputi pengukuran di lapangan dan penyusunan naskah rantek.

3. Tahap pelaksanaan pembuatan bibit, mencakup:

a. Pengisian polybag

b. Membersihkan gulma di polybag c. Memindahkan benih

d. Menggemburkan media dalam polybag

4. Tahap evaluasi, yaitu evaluasi terhadap keberhasilan tanaman.

(Sumber: Paparan pada lomba PUG)

Pada kegiatan KBR, para penyandang difable diberdayakan untuk membuat bibit sejumlah 30.000 batang. Mereka dibimbing tentang kegiatan pembibitan, mulai pengisian polybag, penyiraman, pemeliharaan sampai dengan distribusi bibit. Kegiatan bimbingan dilakukan para santri pondok pesantren dan diarahkan oleh petugas terkait.

1. Mengembalikan fungsi lahan secara optimal

2. Pemberdayaan masyarakat khususnya penyandang difable mental

3. Meningkatkan keterampilan dan kesejahteraan masyarakat khususnya penyandang difable mental.

Pelibatan Orang dengan Penyandang Difable dalam Implementasi PUG dalam Kegiatan KBR Mencakup:

Tujuan Kegiatan KBR dengan Pelibatan Penyandang Difable

(6)

Pokmas Gunung Kebo beranggotakan para Penyandang Difable Mental atau orang dengan gangguan jiwa yang berada di Desa Sambirejo Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Pokmas ini dikelola oleh Yayasan Gunung Kebo berdasarkan MoU Bupati Trenggalek dan Ketua Yayasan Gunung Kebo sebagai tempat penampungan dan rehabilitasi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Kolaborasi antar Stakeholders dalam Pemberdayaan Difable pada KBR

Foto: Dokumentasi penyandang difable yang ikut berpartisipasi dalam program KBR, yaitu mengisi polybag

Stakeholders yang Terlibat dalam Kegiatan Pemberdayaan Difable dalam Kegiatan KBR

BPDASHL Brantas Sampean

Yayasan Gunung Kebo

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur melalui

CDK Trenggalek

Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak.

(7)

Pelibatan penyandang difable dalam kegiatan KBR baru melibatkan laki-laki saja, dan belum ada perempuannya. Menurut hasil wawancara diperoleh hasil bahwa para penyandang difable yang tergabung dalam lembaga mitra hanyalah laki-laki. Oleh karena itu, perlu dirancang desain lain agar penyandang difable perempuan bisa terlibat dalam kegiatan KBR minimal 30 persen. Pendekatan ke orangtua dari orang dengan difable perlu dilakukan secara intensif disertai dengan pelibatan tokoh masyarakat setempat, serta pemerintah daerah sehingga representasi perempuan dengan penyandang difable dapat terwakili dalam kegiatan KBR.

Kalau bisa memilih, rasanya tidak ada orang yang ingin menjadi kami, Terbelenggu pasung karena suatu hal yang tak kami mengerti, Kami dianggap jadi beban, Kami dianggap aib memalukan, Kami dianggap kerasukan setan hingga dipermainkan dan dijadikan bahan candaan. Secercah harapan itu akhirnya datang; Benar, kami tak akan menyangkal. Kami memang tak secekatan orang normal, Namun ucapan terima kasih rasanya tak akan pernah cukup berarti untuk kalian yang berkenan memberi kami kesempatan. Kami pernah terpasung, tetapi lihatlah, kini bahagia kami tak terbendung! Kami bisa menghasilkan, kami tak melulu hanya jadi beban. Dan menatap masa depan yang belum tentu, dengan yakin kami berani berkata:

kami mampu.”

Terdapat Catatan Penting dari Penyandang Difable yang Selama Ini Seringkali Tersisihkan

Foto: Keterlibatan wanita dalam kegiatan KBR

(8)

Hingga saat ini telah terjadi pergeseran paradigma pelayanan kepada penyandang difable dari pendekatan “Traditional Model” ke pendekatan “Medical Model” dan kemudian ke “Social Model”. Perbedaan mendasar dari ketiga pendekatan tersebut adalah cara memperlakukan orang dengan difable. Pada pendekatan model tradisional, kegiatan utama yang dilakukan terhadap orang dengan difable adalah bersifat sukarela (charity). Pada pendekatan “Medical Model”, kegiatan utama yang dilakukan pada orang dengan difable adalah pendekatan individu berupa rehabilitasi kepada orang-orang dengan difable. Sedangkan pada pendekatan “Model Social”, fokus pelayanan lebih ditujukan kepada terjadinya perubahan sosial, perubahan masyarakat dengan pendekatan inklusi. Pendekatan inklusif dilakukan dengan cara menghadirkan orang-orang dengan difable dalam kehidupan bermasyarakat sehingga lebih mengakomodir hak asasi orang dengan difable (Santoso & Apsari, 2017).

Pemberdayaan difable dalam kegiatan KBR merupakan manifestasi dari model inklusi sosial, dimana orang dengan difable diberi kesempatan berinteraksi dengan masyarakat lainnya dalam melakukan aktivitas-aktivitas terkait kegiatan KBR. Cara ini menempatkan difable tidak sekedar sebagai obyek pemberdayaan saja, tetapi sekaligus juga sebagai penggerak utama dalam kegiatan pemberdayaan. Dengan demikian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah mendukung aktualisasi potensi penyandang difable dalam penyelamatan lingkungan melalui kegiatan KBR.

Pemberdayaan Difable melalui Pendekatan Inklusi dalam Program KBR

Pokja Pengarusutamaan Gender Biro Perencanaan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2020

(9)

Pengakuan atas hak penyandang difable untuk terlibat aktif dalam program KBR yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal PDASHL menjadi sumberdaya penting dalam meningkatkan moral para penyandang difable untuk menjalani kehidupan pribadi dan kehidupan sosial yang lebih bermakna. Dengan cara ini, Direktorat Jenderal PDASHL telah mampu memodifikasi lingkungan sehingga hambatan-hambatan fisik maupun sosial yang dihadapi oleh orang dengan difable menjadi minimal. Selanjutnya fasilitasi dan pendampingan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal PDASHL melalui kemitraan dengan Yayasan Gunung Kebo Desa Sambirejo Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek telah meningkatkan kapasitas para penyandang difable dalam mengatasi keterbatasan kondisi anatomis dan fungsionalnya sehingga mampu mengerjakan kegiatan KBR.

Pemberdayaan bagi kelompok penyandang difable yang telah dilakukan Direktorat Jenderal PDASHL dalam kegiatan KBR ikut berkontribusi dalam memecahkan masalah ketergantungan para penyandang difable, dan meningkatkan derajat keberfungsian sosial dari individu-individu dalam masyarakat. Ketika para penyandang difable tidak bergantung terhadap pihak lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya, maka kesempatan bagi pihak-pihak lain untuk menjalankan fungsi-fungsi lain yang lebih produktif semakin terbuka.

Selain itu, keikutsertaan kelompok penyandang difable dalam berbagai aktifitas produktif akan secara langsung mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Pokja Pengarusutamaan GenderBiro PerencanaanKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan2020

@gender_klhk@gender.klhkPengarusutamaan Gender KLHK

(10)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Edisi 5 Th. 2020

POLICY

BRIEF

Pelibatan orang dengan difable pada kegiatan KBR yang dilakukan oleh DASHL pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merupakan bukti adanya persamaan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi penyandang difable. Mandatory pelibatan orang dengan difable melalui kolaborasi efektif antara DASHL dengan berbagai lembaga sosial masyarakat dan pemerintah daerah dapat mengatasi pengabaian masyarakat terhadap penyandang difable.

Oleh karena itu, kebijakan non diskriminatif bagi orang dengan difable dengan cara menyediakan lingkungan yang memberikan kesamaan akses dan menjadi inklusi perlu dilembagakan. Pelibatan Penyandang Difable dalam kegiatan KBR menunjukkan bukti bahwa penyandang difable berkontribusi sebagai agen Penyelamat Lingkungan. Mengingat belum adanya keterlibatan perempuan penyandang difable dalam kegiatan KBR, maka perlu dirancang desain lain agar penyandang difable perempuan bisa terlibat dalam kegiatan KBR minimal 30 persen. Pendekatan ke orangtua dari orang dengan difable perlu dilakukan secara intensif disertai dengan pelibatan tokoh masyarakat setempat, serta pemerintah daerah sehingga representasi perempuan dengan penyandang difable dapat terwakili dalam kegiatan KBR.

1. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Renstra Ditjen PDASHL 2020-2024. Jakarta:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.49/

MENLHK/SETJEN/DAS.2/5/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat.

3. Santoso, M.B. & Apsari,C. (2017). Pergeseran Paradigma Dalam Disabilitas. Intermestic:

Journal of International Studies. 1 (2). Halaman 166-176.

Rekomendasi

Referensi

(11)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Edisi 5 Th. 2020

POLICY

BRIEF

Pokja Pengarusutamaan Gender Biro Perencanaan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2020

Referensi

Dokumen terkait

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN. NOMOR :

Proyek ini bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan pelepasan merkuri dari Artisanal dan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) dengan cara memberikan bantuan teknis, transfer

Untuk emisi yang sifatnya langsung, aksi mitigasi dilakukan melalui penghentian atau pengurangan penggunaan bahan bakar fosil (BBM, LPG, dan briket batubara) menggantikannya

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan khususnya Direktorat Pengendalian Pencemaran

Sementara menurut Hasbullah (2007: 93), Komite Sekolah juga berfungsi dalam hal: (1) mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat untuk berpartisipasi

Ditjen KSDAE berperan penting dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia melalui sasaran strategis yaitu memanfaatkan potensi sumber daya hutan dan

Tujuan dari kegiatan-kegiatan terkait dengan pengarusutamaan gender yang dilakukan oleh BLI antara lain meningkatkan akses dan pengetahuan atas pengelolaan lingkungan hidup dan

Ditjen PKTL telah berkomitmen untuk mengintegrasikan gender dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, sesuai dengan Bab III RENSTRA PKTL 2020-2024, dimana peran Ditjen PKTL