• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF. Edisi 8 Th. 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF. Edisi 8 Th. 2020"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Edisi 8 Th. 2020

POLICY

BRIEF

(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Mendulang Kesetaraan di Pertambangan Emas Skala Kecil

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Sektor pertambangan diidentikkan sebagai wilayah kerja laki-laki. Namun realitanya jumlah perempuan yang bekerja di sektor pertambangan tidaklah sedikit, terutama di Sektor Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Keterlibatan perempuan di wilayah kerja yang didominasi laki-laki menjadikan isu gender menjadi sangat penting untuk dicarikan solusinya seperti ketidakadilan gender dalam pekerjaan dan pendapatan, keterbatasan akses ke sumber daya keuangan, kekerasan berbasis gender, dampak limbah terhadap kesehatan kelompok rentan, dan sebagainya.   ini bertujuan memaparkan isu gender apa saja yang muncul dalam PESK dan strategi apa yang bisa diterapkan Ditjen PSLB3 untuk mewujudkan pengarusutamaan gender di sektor PESK.

Edisi 8 Th. 2020

POLICY

BRIEF

Foto: Proses pendulangan emas di PESK

(3)

Mengapa Gender Menjadi Isu Penting

di Sektor Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) ?

Isu gender dalam pertambangan dapat dilihat dari kesenjangan partisipasi antara laki-laki dan perempuan sebagai tenaga kerja sektor pertambangan. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2019, proporsi pekerja perempuan di industri tambang Indonesia tidak mencapai 10% dari jumlah keseluruhan tenaga kerja di sektor tersebut. Persentase ini tidak jauh berbeda dengan data di tingkat global. Sektor pertambangan skala besar secara tradisional didominasi laki-laki, jumlah pekerja perempuan di pertambangan, hanya mencakup 5-10% dari angkatan kerja global.

Sektor pertambangan resmi berskala besar mempunyai tingkat keterlibatan perempuan yang rendah disebabkan oleh lokasi kerja dan jam kerja yang mengabaikan kepentingan keluarga, perilaku diskriminatif, kondisi kerja dan upah yang tidak adil. Sebaliknya, sektor informal Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) menyerap lebih banyak tenaga kerja perempuan karena umumnya dikerjakan paruh waktu, memberikan penghasilan tambahan dan musiman sehingga sektor ini menjadi sandaran hidup mereka. Peluang kerja yang diberikan PESK kepada perempuan tidak hanya penting bagi perempuan miskin tetapi juga keluarga mereka, karena perempuan cenderung menggunakan pendapatan yang diperoleh dari PESK untuk menghidupi anak-anak mereka atau berinvestasi dalam kegiatan penambah pendapatan lainnya.

PESK kebanyakan dilakukan secara informal, tanpa izin resmi atas tanah yang ditambang maka status hukum dan posisi ekonomi penambang skala kecil sangat lemah. Setiap saat terjadi konflik dengan penambang skala besar yang memiliki ijin resmi, PESK terancam dilarang atau direlokasi. Konflik antara PESK dan penambang skala besar apabila tidak bisa dicarikan solusi yang saling menguntungkan akan menimbulkan masalah sosial yang berdampak pada kesejahteraan komunitas setempat dan juga kelestarian lingkungan.

Berbagai riset melaporkan bahwa dampak paling umum dari pertambangan terhadap perempuan di komunitas yang terkena dampak adalah memperdalam diskriminasi, marginalisasi, dan kemiskinan, dengan kata lain, memperdalam disparitas gender.

Karena itu, pemerintah dan industri pertambangan harus menjamin bahwa seluruh proyek peka gender dan menjamin partisipasi aktif dalam pembuatan keputusan dari perempuan lokal yang terkena dampak proyek pertambangan. Industri pertambangan harus mendapat izin dari perempuan pemilik lahan dan perempuan adat setempat untuk setiap eksplorasi pertambangan, dan memastikan bahwa pandangan mereka didengar Partisipasi Perempuan di Sektor Pertambangan Besar Masih Rendah

Perempuan Lebih Banyak Bekerja di Sektor PESK

Status Hukum PESK Rawan Memicu Konflik

1

2

3

(4)

PESK dalam kegiatan penambangan banyak menggunakan merkuri.

Berdasarkan data dari UNDP, setiap tahun sektor penambangan emas skala kecil (PESK) di seluruh dunia melepaskan 195 ton merkuri ke lingkungan dimana 60% akan terlepas ke udara, 20% terlepas ke air dan 20% terlepas ke tanah.

Pencemaran merkuri ini bersifat persisten/menetap karena merkuri tidak dapat terurai, dapat berpindah dari satu ekosistem ke ekosistem lain serta dapat terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup. Penghapusan penggunaan merkuri pada sektor PESK menjadi tantangan besar besar bagi pemerintah Indonesia mengingat sektor PESK menjadi sumber penghasilan bagi 300.000 – 500.000 orang, termasuk di dalamnya perempuan. Sementara itu, Indonesia telah menandatangani Konvensi Minamata tentang Merkuri dan meratifikasinya melalui Undang–

Undang No. 11 Tahun 2017 tentang Pengesahan Minamata Convention on Mercury (Konvensi Minamata Mengenai Merkuri).

Tujuan Konvensi Minamata adalah melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari emisi dan lepasan merkuri maupun senyawa-senyawa merkuri yang bersifat antropogenik. Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Minamata wajib memfasilitasi pelaksanaaan peningkatan pemahaman masyarakat, melalui pendidikan dan/atau pelatihan terkait dengan dampak merkuri dan senyawa merkuri pada kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Untuk mewujudkan tujuan ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) didukung oleh United Nations Development Programs (UNDP) melaksanakan Proyek Global Opportunities for Long-Term Development of Artisanal Small-Scale Gold Mining sector-Integrated Sound Management of Mercury in Indonesia’s Artisanal and Small-scale Gold Mining (GOLD-ISMIA) yang bertujuan untuk mengurangi/

menghilangkan penggunaan merkuri di PESK dengan cara memberikan bantuan teknis, transfer teknologi, pembentukan kemitraan antara swasta-publik dan akses terhadap pendanaan untuk pembelian peralatan pengolahan emas tanpa Aktivitas PESK Bisa Menimbulkan Dampak yang Membahayakan Kesehatan dan Lingkungan

4

Foto: Ibu-ibu dengan mata pencaharian pendulang emas di Sektor Pertambangan Emas Sekala Kecil (PESK)

(5)

Apa itu Proyek GOLD-ISMIA?

GOLD-ISMIA adalah suatu proyek kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan United Nations Development Programs - Global Environment Facility (UNDP-GEF). Proyek ini bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan pelepasan merkuri dari Artisanal dan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) dengan cara memberikan bantuan teknis, transfer teknologi, pembentukan kemitraan antara swasta – publik dan akses pendanaan untuk pembelian peralatan pengolahan emas tanpa merkuri. Kegiatan GOLD – ISMIA di Indonesia akan difokuskan pada enam lokasi yaitu di Gorontalo, Sulawesi Utara, Riau, NTB, Maluku Utara dan DIY.

Tujuan proyek GOLD ISMIA akan dicapai melalui:

• Memperkuat kelembagaan dan kerangka kebijakan/peraturan untuk PESK bebas merkuri.

• Meningkatkan akses masyarakat pertambangan ke pembiayaan untuk memungkinkan pengadaan teknologi pemrosesan bebas merkuri.

• Meningkatkan kapasitas masyarakat pertambangan untuk PESK bebas merkuri melalui pemberian bantuan teknis, transfer teknologi dan dukungan untuk formalisasi.

• Meningkatkan kesadaran dan menyebarluaskan praktik terbaik dan pembelajaran tentang penghapusan merkuri di sektor PESK.

(6)

Target dari Proyek GOLD – ISMIA tidak hanya berorientasi pada proses penambangan tanpa merkuri, namun juga formalisasi dan kesejahteraan bagi para penambang, baik laki-laki maupun perempuan.

Proyek GOLD-ISMIA menempatkan kesetaraan gender sebagai hal penting, agar memberikan manfaat yang sama bagi perempuan dan laki-laki. GOLD-ISMIA juga mendorong pemangku kebijakan untuk berkomitmen dalam melaksanakan strategi PUG dan pengakuan yang tepat terhadap peran penambang perempuan dalam kerangka kebijakan.

Sumber : dlhk.jogjaprov.go.id

Strategi PUG dalam Proyek GOLD-ISMIA

(7)

Berikut strategi PUG yang ditempuh Ditjen PSLB3 melalui kerjasama dalam Proyek GOLD-ISMIA dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di sektor PESK:

1. Penghapusan merkuri pada pertambangan emas skala kecil menggunakan peralatan pengolahan emas bebas merkuri.

2. Transformasi sosial untuk mengalihkan mata pencaharian masyarakat di sekitarnya.

3. Bekerjasama dengan GOLD-ISMIA dan UNDP melakukan kegiatan pengarusutamaan gender dengan mengajak penambang perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam koperasi serta memberikan pendampingan agar mendapatkan akses setara terhadap jasa layanan keuangan, sehingga perempuan memiliki peranan dalam keuangan rumah tangga.

4. Membantu penambang melalui pelatihan teknis, akses untuk produk keuangan dan inovasi peralatan bebas merkuri dengan harga terjangkau.

Strategi PUG ini telah menimbulkan dampak positif yaitu:

1. Dengan beralih menggunakan peralatan pengolahan emas bebas merkuri telah menyelamatkan ibu hamil, anak-anak dan masyarakat yang tinggal di lokasi PESK.

2. Mengolah emas tanpa merkuri tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tapi juga melindungi keluarga dan lingkungan.

Foto: Pemberdayaan Pendulang Perempuan Pada PESK

(8)

Akses dan partisipasi perempuan di sektor pertambangan masih menghadapi banyak hambatan mengingat sektor ini masih dipersepsikan sebagai wilayah kerja laki-laki.

Untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender di sektor pertambangan khususnya PESK, selain ditempuh strategi PUG dalam Proyek GOLD-ISMIA, perlu juga dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Penguatan kapasitas masyarakat (laki-laki dan perempuan) melalui kegiatan pelatihan untuk memberikan penyadaran tentang konsep kesetaraan gender di sektor PESK dan ketrampilan pemetaan gender untuk mengenali peran, tanggungjawab serta akses, partisipasi dan kontrol berbasis gender di sektor PESK.

2. Menyediakan fasilitas yang mendukung integrasi perempuan di sektor pertambangan seperti alat keselamatan kerja atau pelindung diri serta jam kerja yang sensitif dengan peran gender perempuan agar perempuan merasa aman dan nyaman bekerja

di lapangan.

3. Penguatan kapasitas bagi aparatur di Ditjen PSLB3 akan pentingnya kesetaraan gender di sektor PESK dan penghargaan pada kearifan dan budaya lokal.

1. Amor, B., Susanti, H., & Herlusia, S.I. (2020). Pengarusutamaan gender di industri tambang di Indonesia. World Bank Blogs. Diakses dari : https://blogs. worldbank.org/

id/eastasiapacific/pengarusutamaan-gender-di-industri-tambang-di indonesia

2. Stark, K.F., Couto, V., dan Bamber, P. (2019). Industry 4.0 in Developing Countries: The Mine of the Future and the Role of Women. New York: World Bank

3. Down to Earth. (2004). Konferensi perempuan dan pertambangan. Down to Earth. Diakses dari: https://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/

konferensi-perempuan-dan-pertambangan

4. Miranda, M., Chambers, D., dan Coumans, C. (2005). Framework for Responsible Mining: A Guide to Evolving Standards. Center for Science in Public Participation.

Diakses dari: http://www.csp2.org/files/reports/Framework%20for%20Responsi- ble%20Mining%20Executive%20Summary.pdf.

5. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2019).

Upaya Penghapusan Penggunaan Merkuri di Sektor Penambangan Emas Skala Kecil. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY. Diakses dari : https://dlhk.

jogjaprov.go.id/gold-ismia-upaya-penghapusan- penggunaan-merkuri-di-sektor- penambangan-emas-skala-kecil

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pengesahan Minamata Convention on Mercury (Konvensi Minamata Mengenai Merkuri)

7. Planet Gold Indonesia. (2019). Gender Mainstreaming. National Project Manager GOLD-ISMIA. Diakses dari : https://www.goldismia.org/about/gender-mainstreaming 8. Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan. (2020). Implementasi Pengarusutamaan Gender (PUG) Lingkup

Rekomendasi

Referensi

@gender_klhk

@gender_klhk

@gender.klhk Pengarusutamaan Gender KLHK

(9)

@gender_klhk

@gender_klhk

@gender.klhk Pengarusutamaan Gender KLHK

Referensi

Dokumen terkait

Daerah dengan kapital awal yang sama namun rasio investasi lebih tinggi akan memiliki steady state pendapatan per kapita lebih tinggi (Grafik 6) sehingga ketimpangan

Siswa menyusun hal-hal- atau masalah-masalah mengenai topic yang telah diberikan oleh guru kedalam bentuk deskriptif essay6. Siswa mengajukan hasil kerja

Sementara menurut Hasbullah (2007: 93), Komite Sekolah juga berfungsi dalam hal: (1) mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat untuk berpartisipasi

Ditjen KSDAE berperan penting dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia melalui sasaran strategis yaitu memanfaatkan potensi sumber daya hutan dan

Tujuan dari kegiatan-kegiatan terkait dengan pengarusutamaan gender yang dilakukan oleh BLI antara lain meningkatkan akses dan pengetahuan atas pengelolaan lingkungan hidup dan

Pilihan kegiatan KBR dengan pelibatan penyandang difable merupakan bukti adanya pengakuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal PDASHL

Ditjen PKTL telah berkomitmen untuk mengintegrasikan gender dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, sesuai dengan Bab III RENSTRA PKTL 2020-2024, dimana peran Ditjen PKTL

Gagal jantung kanan lebih sering terjadi pada stenosis mitral berat dan hipertensi pulmonal yang signifikan, dimana dapat menyebabkan mortalitas sebanyak 60%-70% bila