TUGAS AKHIR
AKUNTANSI ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN SUMATERA BAGIAN
UTARA
OLEH:
REVO CHANDRA 162102047
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : REVO CHANDRA
NIM : 162102047
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL : AKUNTANSI ATAS PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI PADA PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN SUMATERA BAGIAN UTARA
Medan, 24 April 2019
Revo Chandra
NIM. 162102047
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kharunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis ucapkan kepada baginda Rasullulah, Muhammad SAW yang telah diutus kebumi dan telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan seperti saat ini.
Tugas Akhir ini disusun penulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar ahli madya pada jurusan Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtas Sumatera Utara. Dalam Tugas Akhir ini penulis mengambil judul “Akuntansi Atas Pajak Pertambahan Nilai Pada PT PLN (PERSERO) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara”.
Dalam Penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik bantuan berupa dukungan moril, materi, saran maupun bimbingan.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang tidak terkira nilainya karena tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Adhe Chandra dan Ibu Poppy Rostizar. Serta Kakak Laras Kemala, SE, Adik Dhio Chandra dan Ezhy Chandra dan Seluruh Keluarga tercinta
untuk segala dukungan, bantuan, dorongan dan motivasi yang senantiasa diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Mutia Ismail, SE., MM., Ak. CA, selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Abdillah Arif Nasution, selaku Sekertaris Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Abdillah Arif Nasution, SE., M.Si. Ak selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waku dan tenaga serta memberi petunjuk, saran-saran, dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
6. Bapak Rasdianto, SE., M.Si., Ak. Selaku Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji hasil Tugas Akhir penulis
7. Seluruh staff pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mengajarkan banyak ilmu selama perkuliahan.
8. Saya ucapkan terimakasih kepada staff PT PLN (PERSERO) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara yang telah memberikan data-data yang diperlukan dalam penyusunan Tugas Akhir.
9. Semua teman D3 Akuntansi Stambuk 2016 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Grup A dan B, Terima kasih untuk semua, yang terbaik untuk kita semua dan semoga kita semua berhasil kedepannya.
Penulis menyadari Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Medan, 24 April 2019 Penulis,
REVO CHANDRA NIM. 1621020247
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
1. Tujuan penelitian ... 3
2. Manfaat Penelitian ... 3
1.4. Rencana Penulisan ... 4
1. Jadwal Survey/Observasi ... .. 4
2. Sistematika Penelitian ... .. 4
BAB II PT PLN (PERSERO) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara ... 6
2.1. Sejarah Singkat ... 6
2.2. Visi dan Misi PT PLN ... 7
2.2.1. Visi PT PLN ... 7
2.2.2. Misi PT PLN ... 8
2.3. Logo PT PLN ... 8
2.4. Struktur Organisasi ... 10
2.5. Uraian Pekerjaan ... 12
2.6. Unit Pelaksana Proyek ... 16
2.7. Arah Pembangunan PT PLN ... 17
BAB III PEMBAHASAN ... 19
3.1. Pengertian Akuntansi ... 19
3.2. Pengertian Pajak ... 19
3.3. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ... 20
3.3.1. Dasar Hukum PPN ... 20
3.3.2. Objek PPN ... 20
3.3.3. Tarif PPN ... 22
3.3.4. Subjek PPN ... 22
3.3.5. Jenis-Jenis PPN ... 23
3.3.6. Dasar Pengenaan Pajak ... 23
3.4. Pengertian Wajib Pungut ... 24
3.5. Pembahasan ... 30
3.5.1. PPN Masukan ... 30
3.5.2. PPN Keluaran ... 31
3.5.2.1. Pengkreditan PPN ... 32
BABIV KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
A. Kesimpulan ... 36
B. Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
LAMPIRAN 1 ... 39
LAMPIRAN 2 ... 40
LAMPIRAN 3 ... 41
LAMPIRAN 4 ... 42
LAMPIRAN 5 ... 43
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 PPN Masukan ... 31
Tabel 3.2 PPN Keluaran ... 32
Tabel 3.3 Piutang Dagang ... 34
Tabel 3.4 Utang Usaha ... 34
Tabel 3.5 PPN Masukan ... 34
Tabel 3.6 PPN Keluaran ... .... 35
Tabel 3.7 Vendor ... .... 35
Tabel 3.8 Penjualan ... .... 35
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Logo PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan
Sumatera Bagian Utara ...8 Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Induk
Pembangunan Sumatera Bagian Utara ...12
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pada masa modern mobilitas tinggi ini banyak sekali perusahaan yang saling bersaing untuk mencapai target dan keuntungan yang diinginkan. Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis ini dalam prosesnya tidak luput dari pembayaran pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, baik perusahaan jasa maupun dagang.
Dengan membayar pajak pembangunan dan kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat disuatu negara, karena pajak termasuk dari pendapatan untuk negara atau sumber dana yang paling utama untuk berputarnya roda pembangunan dan perekonomian suatu negara.
Contoh dari pajak harus dibayarkan oleh perusahaan atau pengusaha kena pajak yaitu PPN (Pajak pertambahan nilai). Pajak Pertambahan Nilai (PPN), keberadaannya secara tidak langsung diketahui oleh masyarakat umum, dimana sebagian besar transaksi yang dilakukan pasti akan terkena PPN, baik itu jasa maupun barang.
PPN atau Pajak pertambahan nilai ialah pajak yang kena atau dikenakan atas penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak didalam peredarannya dari produsen kepada konsumen. Didaerah pabean yang dilakukan dari perusahaan yang mencukupi kriteria dan juga melaporkan kegiatan usahanya untuk diakui sebagai Perusahan kena pajak (PKP) Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar atau lebih
bayar dihitung sendiri oleh PKP dengan mekanisme pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran. Pajak Masukan merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang sudah dibayar dari PKP karena perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak didalam daerah pabean dan atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean. Sedangkan pajak keluaran adalah pajak pertambahan nilai yang terutang yang wajib dipungut oleh perusahaan kena pajak yang telah melakukan penyerahan berupa BKP atau JKP atau ekspor BKP
PT PLN (Persero) Kantor Pusat sudah dikukuhkan sebagai Perusahaan Kena Pajak, sedangkan PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT merupakan salah satu wajib pungut didalam daerah pabean berdasarkan undang-undang dari pajak pertambahan nilai, PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT Sebagai Wajib Pungut akan melakukan transaksi pemungutan yang berkaitan dengan PPN sehingga membutuhkan pencatatan dan perhitungan untuk mengetahui berapa PPN yang dibayar dan berapa PPN yang diterima, perlu diketahui PPN Untuk PT PLN sebesar 10%.
Berdasarkan uraian tersebut maka dipilihlah judul dari tugas akhir yaitu
“Akuntansi PPN (Pajak pertambahan nilai) dikantor PT PLN UIP SUMBAGUT”
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas sudah dapat kita kemukakan rumusan masalah didalam penelitian tersebut adalah Bagaimana cara Pencatatan Akuntansi atas Pajak Pertambahan Nilai pada PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT dimana PT PN (Persero) UIP SUMBAGUT Sebagai wajib pungut ?
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini agar mengetahui cara pencatatan atas pajak pertambahan nilai (PPN) PT PLN UIP SUMBAGUT Sebagai Wajib Pungut?
2. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
a. Bagi Perusahaan
1) Agar dapat membantu memberi saran dan masukan bagi perusahaan agar mampu menaikan kinerja dalam pemungutan hasil PPN
2) Dapat memberi saran dan masukan pada perusahaan dalam perhitungan Pajak pertambahan nilai sesuai dengan peraturan perpajak
b. Bagi Penulis
1) Untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan tentang cara perhitungan Pajak Pertambahan Nilai.
2) Guna memenuhi syarat kelulusan pada progam studi D-III Akuntansi di USU (Universitas sumatera utara)
c. Bagi Pembaca
Diharapkan agar menambah informasi, memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai cara pencatatan Pajak Pertambahan Nilai.
1.4. Rencana Penulisan
1. Jadwal Survey/ Observasi
Penelitian ini dilaksanakan dikantor PT PLN UIP SUMBAGUT. Penelitian ini dilakukan sesuai jadwal yang terdiri dari kegiatan dimulai dari persiapan bimbingan, persiapan melaksanakan penelitian di kantor PLN, pelaporan bimbingan ketika penulisan tugas akhir, dan penyempurnaan.
2. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian perincian yang berisi mengenai isi dari masing-masing bab dalam tugas akhir yang dibuat sesederhana dan juga disusun dengan cara yang sistematis sehingga dapat diuraikan dan lebih terarah. Maka dari itu peneliti mengklasifikasikan dan membagi kedalam pokok pembahasan yang terdiri dari empat bab, dimana tiap bab-bab saling berkaitan. Sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pembuatan tugas akhir yang ditetapkan bahwa susunan tugas akhir harus sistematis dan juga praktis. Maka dari itu laporan tugas akhir ini disusun dengan cara berikut ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas tentang Latar belakang, Rumusan masalah, manfaat dan tujuan penulisan, dan juga rencana dalam penulisan.
BAB II : PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN SUMATERA BAGIAN UTARA
Dalam bab ini juga membahas tentang sejarah dari perusahaan, misi dan visi, logo dan lambang PLN, struktur organisasi, uraian pekerjaan, Unit Pelaksanaan Proyek, Arah Pembangunan pada PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT
BAB III : AKUNTANSI ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT
Dalam bab tersebut, peneliti menguraikan hasil daripada penelitian sesuai dengan apa yang diteliti oleh penulis dan berdasarkan bidang studi penulis mengenai pajak. Penulis mencoba untuk menguraikan tiap tiap bab dan juga pengertian Akuntansi, Pengertian Pajak, Pengertian PPN, maksud daripada Wajib Pungut, Pembahasan Pengakuntansian PPN dalam perusahaan PLN.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang apa kesimpulan dari seluruh pembahasan dari tiap bab yang sudah diteliti dan juga dapat dijadikan sebagai evaluasi dan juga pertimbangan bagi perusahaan tersebut dan dapat memberikan saran masukan untuk perusahaan agar dapat dipertimbangkan untuk masa yang akan datang nanti.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara 2.1. Sejarah Perusahaan
PLN UIP SUMBAGUT adalah organisasi yang memiliki pengalaman menangani pembangunan kelistrikan sejak tahun 1976 untuk wilayah Sumatera Utara.
Kemudian wilayah kerja PLN UIP SUMBAGUT semakin berkembang, meliputi Aceh pada tahun 1998, wilayah Riau dan Kepri pada tahun 2008 serta wilayah Sumatera Barat pada tahun 2013. Berdasarkan SK DIR nomor 211.K/DIR/2014 tanggal 28 Mei 2014 ditetapkan organisasi PLN UIP SUMBAGUT sebagai salah satu unit bisnis dari PT PLN (Persero) yang melakukan kegiatan penglolaan pembangunan jaringan listrik serta melakukan administrasi konstruksi sebagai wakil pemilik. Sejak tahun 2016 Wilayah usaha PLN UIP SUMBAGUT tidak lagi meliputi provinsi seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat. Disetujui oleh direksi sesuai dengan peraturan PT PLN (Persero) No.0044.P/DIR/2016 tentang organisasi PT PLN UIP SUMBAGUT, wilayah kerja di unit induk pembangunan Sumatera bagian utara meliputi wilayah Aceh juga Sumatera Utara. Produk utama PT PLN Unit Induk Pembangunan SUMBAGUT adalah jasa pengelolaan pembangunan Gardu Induk (GI) dan jaringan transmisi (TL) dan pengendalian konstruksi didalam wilayah kerjanya,
dengan rincian sebagai berikut:
1. Gardu Induk (GI) 70 kV, 150 kV, 275 kV dan 500 kV
2. Jaringan Transmisi 70 kV, 150 kV, 275 kV, 500 kV AC dan 500 kV DC Hal yang penting dari keberhasilan produk adalah ketepatan waktu penyelesaian, kualitas, dan kuantitas hasil akhir yang andal, yang akan berdampak pada keandalan pasokan sistem kelistrikan diwilayah aceh maupun sumatera utara. Hasil produk PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT diserah terimakan pada P3BS dan PLN Wilayah sebagai user, sebagaimana diatur dari surat yang diedarkan direksi dari PT PLN No.018.E/026/DIR/1996. Serah terima produk ini dilakukan melalui rapat koordinasi, pengecekan fisik produk, dan pengukuran kualitas produk untuk memastikan kelayakan dari produk yang akan diserahterimakan (STP). Sebagai pedoman pelaksanaan dan tindak lanjut Undang-undang tahun 2009 No.30 pada tahun 2012 tanggal 24 januari sudah di terbitkan PP No.14 Tahun 2012 tentang kegiatan usaha pennyedia tenaga listrik, perjanjian kerja sama serta harga sewa bisnis usaha penyedian tenaga listrik tenaga listrik diatur dengan persetujuan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang tergantung dari cakupan wilayahnya
2.2. Visi dan Misi PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT
Dalam rangka menunaikan amanat dan memenuhi harapan-harapan stakeholder utama, PT PLN (Persro) UIP SUMBAGUT mengesahkan visi dan misi organisasi sebagai berikut ini :
2.2.1. Visi PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT:
“Menjadi Unit Induk Pembangunan Kelas Dunia”
PT PLN (Persero) umumnya, mampu memberikan kepuasan kepada berbagai
stakeholder inti-nya karena kerja dan kinerja yang telah dilakukan dalam menyiapkan dan mengelola infrastruktur kelistrikan di tanah air. Rumusan visi PLN UIP SUMBAGUT ini, tetap selaras dengan rumusan visi PT PLN (Persero) yang tercantum dalam RJP PLN (Persero) 2019-2023 untuk diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbah dan berkembang, terpercaya dan unggul dengan berpatokan terhadap potensi insani dan selaras terhadap salah satu tujuan strategis PLN pada RJP PT PLN (Persero) tahun 2019 – 2023
2.2.2. Misi PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT:
1. Menjalankan bisnis manajemen konstruksi infrastruktur ketenagalistrikan yang berorientasi pada Biaya, Mutu, Waktu.
2. Menciptakan pemimpin yang berintegritas, berkarakter, dan layak dipercaya untuk negara indonesia.
2.3. Logo PT PLN (Persero) UIP Sumbagut
Lambang perusahaan, warna, bentuk resmi yang digunakan sesuai yang tercantum di lampiran surat keputusan direksi perusahaan listrik umum negara No.031/DIR/76 tahun 1976, tentang pembukuan lambang dan logo perusahaan umum listrik negara.
Gambar 2.1 Logo PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara Sumber : Bagian SDM PT PLN (Persero) Unit Induk Pembagian Sumatera Bagian Utara
PT PLN (Persero) mempunyai logo yang dijadikannya sebagai identitas perusahaan
dengan tujuan agar pelanggan, konsumen atau publiknya pada umumnya dapat mengenal dan mengetahui perusahaan. Adapun makna dari logo ini adalah:
1. Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah yang terorganisir dengan sempurna.
Warna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
2. Petir dan Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu, petir mengartikan kerja cepat untuk para insan PT PLN dalam memberikan solusi terbaik untuk para pelanggannya.
Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PT PLN sebagai perusahaan listrik pertama di indonesia. Dan bersiap untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tig bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi yang sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN guna memberikan pelayanaan terbaik bagi para pelangannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu, biru
juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat indonesia.
2.4. Struktur Organisasi PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT
Struktur organisasi diperlukan untuk membedakan batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukan adanya hubungan antara setiap bagian untuk mencapai apa yang telah ditetapkan
Demi mencapai tujuan umum suatu instansi dibutuhkan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktifitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini di hubungkan dengan pencapaian instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam satu struktur organisasi dalam instansi. Melalui struktur yang baik pengaturan dapat diterapkan, sehingga efisien dan efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik agar tujuan perusahaan tercapai.
Struktur organisasi PLN UIP SUMBAGUT dirancang sedemikian rupa agar mampu menjalankan misi, tugas pokok dan fungsi organisasi. Pada tahun 2018 terdapat perubahan susunan organisasi dan formasi jabatan yang sebelumnya mengacu pada peraturan yang dibuat direksi PT PLN No.0051.P/DIR/2016 tahun 2016 tanggal 22 februari, sekarang mengacu kepada peraturan direksi PT PLN (Persero) No. 0109.P/DIR/2018 Tahun 2018 tanggal 29 juni ,dengan peratuan baru ini struktur organisasi PLN UIP SUMBAGUT tidak berubah banyak yaitu masih terdiri dari 1 Kantor Induk dan 3 Unit Pelaksana Proyek (UPP) yaitu:
1. Unit Pelaksana Proyek (UPP) Jaringan Aceh yang bertempat di Kota Banda Aceh
2. Unit Pelaksana Proyek (UPP) Jaringan Sumatera 1 yang bertempat di Kota Medan
3. Unit Pelaksana Proyek (UPP) Jaringan Sumatera 2 yang bertempat di Kota Padang Sidempuan
Struktur organisasi PLN UIP Sumbagut untuk kantor induk mengacu kepada peraturan yang dibuat direksi PT PLN (Persero) No. 0109.P/DIR/2018. Formasi jabatan UPP Jaringan Aceh mengacu kepada Peraturan yang dibuat Direksi PT PLN (Persero) No. 0306.P/DIR/2018, Formasi jabatan UPP Jaringan Sumatera Utara 1 mengacu kepada peraturan direksi) No. 0307.P/DIR/2018, dan Formasi jabatan UPP Jaringan Sumatera Utara 2 mengacu kepada Perdir PT PLN No.0308.P/DIR/2018.
UPP dipimpin oleh Manager Unit Pelaksana Proyek, dibantu oleh Supervisor Keuangan dan Administrasi, Manager Bagian Teknik, Supervisor Pengelolaan PMIS, Manager Bagian Pertanahan, Pejabat Pelaksana K3L, dan Pejabat Pelaksana Pengadaan.
Adapun susunan struktur bagian organisasi PT PLN UIP SUMBAGUT sebagai berikut ini :
Gambar2.2 struktur bagian organisasi PT PLN UIP SUMBAGUT Sumber dari. PT PLN UIP SUMBAGUT
2.5.Uraian Pekerjaan
Organisasi PT PLN (Peresero) UIP SUMBAGUT umumnya merupakan paduan beberapa unit organisasi. Adapun uraian pekerjaan dan masing-masing tanggung jawab pada bagian di PT PLN UIP SUMBAGUT menurut bagian yang memang berhubungan dengan fungsi PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT yaitu :
1. General Manager
General Manager memiliki tangung jawab untuk memastikan
GENERAL MANAGER PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT
BIDANG PERENCANAA N
BIDANG KONSTRUKSI
BIIDANG SDM DAN
KEUANGAN
BIDANG PERTANAHAN,KO
MUNIKASI,DAN
HUKUM BIRO PERENCANA PENGADAAN
BIRO PERENCANA PENGADAAN
BIRO PERENCANA PENGADAAN UNIT
PELAKSANA PROYEK
terselenggaranya kegiatan pembangunan dan pengelolaan jaringan listrik yang ada didalam daftar isian proyek, petunjuk operasional, dan anggaran investasi, dan harus bertannggung jawab pada jadwal, biaya, dan mutu sesuai dengan target unit induk pembangunan (UIP) yang dipilih oleh direksi, memiliki tugas pokok yaitu :
a. Mengembangkan kebijakan dan strategi kerja untuk meningkatkan kinerja dalam bekerja
b. Mempastikan kelancaran untuk koordinasi dan service level agreement kepada bagian supervise desain perusahaan.
c. Menetapkan RKAP (rencana kerja anggaran perusahaan) di unit induk pembanguna
d. Mengelola kegiatan pembangunan dan bertindak juga sebagai wakil
e. Menetapkan sistem manajemen kinerja dan sistem manajemen mutu Unit Induk Pembangunan serta pengendaliannya.
f. Mengembangkan tingkat kerja sama dengan perusahaan lain untuk keberhasilan pembangunan agar selesai
g. Memelihara kompentensi kompentensi dan organisasi unit induk pembangunan h. Mentetapkan laporan manajeman unit induk pembangunan
2. Bidang Perencanaan
Bertugas untuk memastikan perencanaan kerja terealisasi atau pelaksana kegiatan lingkungan hidup serta perencanaan umum dan perencanaan konstruksi pembangunan penetapan kebijakan manajemen strategis dalam upaya pencapaian terget kerja unit induk pembangunan, juga memaksimakan restrukturisasi unit induk pembangunan
pertahun :
a. Menyiapkan rencana kerja anggaran di unit induk pembangunan pertahun.
b. Menlaksanakan survei dan soil investigation
c. Menganalisa dampak lingkungan, pengelolaan lingkungan serta perizinan yang berhubungan dengan pertanahan dan proyek
d. Merencanakan, mengevaluasi dan memonitor pembebasan lahan
e. Melakukan koordinasi perencanaan pembangunanbersama pihak supervise konstruksi dan supervise desain
f. Mengelola sistem teknologi informasi perusahaan
3. Bidang Operasi Konstruksi
Bidang ini bertugas untuk memastikan dan bertanggung jawab agar pekerjaan konstruksi pembangunan dan konsolidasi unit pelaksanaan konstruksi sesuai jadwal, kualitas dan biaya pekerjaan melalui pemantauan hasil kerja, untuk mencapai target UIP, meliputi tugas sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan keseluruhan pengedali pembangunan agar dapat dilaksanakan sesuai dengan waktunya
b. Menyiapkan proses basic communication ekstern dan intern dengan pihak luar terkait kelancaran pembangunan
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan administrasi meliputi tenaga keja asinga dan juga administrasi kontrak dan pengendalianTKDN
4. Bidang keuangan dan sumber daya manusia
Bertugas untuk memastikan terselenggaranya pengelolaan SDM dan keuangan untuk mendukung pelaksanaan dalam kegiatan pekerjaan unit induk pembangunan guna mencapai kinerja sesuai dengan ketetapan direksi dengan tugas berikut :
a. Menyiapkan alokasi dan realisasi pembayaran berhubungan dengan pembangunan
b. Membayarkan upah sesuai dengan kewajiban dan komitmen kerja c. Mengelola kegiatan akuntansi, asuransi dan pajak
d. Menyiapkan perkembangan karir pada SDM e. Mengelola administrasi pada SDM
f. Penglolaan manajemen dan mutu
5. Bidang Hukum, komunikasi dan pertanahan
Bertugas untuk bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dan proses hukum dan pertanahan dalam konstruksi atas seluruh proses komunikasi dengan pihak eksternal untuk meningkatkan keberhasilan konstruksi dengan tugas yaitu :
a. Menyiapkan program untuk menyelesaikan masalah perizinan dan juga administrasi terkait fasilitas proyek
b. Melaksanakan penanganan, penyelesaian dan konsultasi masalah hukum.
c. Melakukan kegiatan kehumasan terkait pembebasan dan pelepasan lahan d. Menyusun laporan basic communication ekstern dan juga intern terhadap
pihak luar
e. Merencanakan dan melakukan penyiapan dokumen serta persiapan untuk melaksanakan pembebasan terhadap lahan
f. Melakukan penglolaan administrasi g. Melakukan pembebasan lahan
h. Mengevaluasi, memonitor juga menyelesaikan pembebasan lahan i. Menyusun syarat untuk pembebasan lahan dan dibuat laporan
2.6 Unit Pelaksana Proyek
Ketika kegiatan pelaksanaan konstruksi pembangunan dibutuhkan pelaksanaan proyek supaya mudah terselesaikan dengan benar, baik dan teratur. Adapun tugas dan kewajiban pelaksanaan proyrk meliputi:
a. Mengetahui desain gambar dan spesifikasi teknis sebagai pegangan saat melaksanakan pekerjaan di lapangan
b. Menyusun kembali pelaksanaan konstruksi bersama dengan bagian engineering dan jadwal pekerjaan
c. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan mutu, biaya yang sudah ditetapkan dan waktu
d. Mengadakan pengarahan kegiatan harian kepada pelaksana pekerjaan untuk dibuat program kerja mingguan
e. Membuat laporan hasil pekerjaan dan evaluasi pekerjaan lapangan
f. Apabila terjadi keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan dilapangan maka dibuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan
g. Melakukan pemeriksaan dan memproses berita acara bersama kemajuan pekerjaan lapangan
h. Melakukan pekerjaan sesuai pada metode kerja, gambar kerja, program kerja mingguan dan juga spesifikasi teknik
i. Menyiapkan tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek sesuai dengan jadwal
2.7 Arah Pembangunan PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT
Luasnya wilayah kerja PLN UIP SUMBAGUT yang meliputi 2 (dua) provinsi memerlukan dukungan kekuatan mutu kelembagaan dan daya dukung organisasi guna mampu menghasilkan gardu induk dan transmisi yang andal, sehingga pasokan listrik yang dihasilkan juga berkualitas. Untuk itu, PLN UIP SUMBAGUT harus terus berbenah diri untuk memperkuat kemampuan organisasinya dalam setiap rantai nilai usahanya (proses bisnis), termasuk di dalamnya kompetensi organisasi dan pegawainya, terutama dibidang supervisi konstruksi dan manajemen proyek. PLN UIP SUMBAGUT harus mampu menjadi model acuan suatu unit induk di Indonesia atau bahkan benchmark suatu unit PLN dalam menghasilkan future leader PLN, yang dikarakteristikan oleh pegawainya yang sudah teruji dalam menangani berbagai proyek, sudah terlatih dalam membangun human relation dengan berbagai stakeholder, dan sudah terbiasa dalam
mengambil keputusan yang kompleks. Penguatan organisasi yang dibutuhkan PLN UIP SUMBAGUT tersebut melingkupi juga penguatan kematangan proses bisnisnya sehingga jika PLN Pusat memutuskan untuk memperbesar organisasi UIP SUMBAGUT, maka perangkat organisasi sudah siap dan tinggal direplikasi.
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Akuntansi
Pengertian Akuntansi menurut Erhans (2010:8) mengatakan bahwa Akuntasi adalah seni dalam mencatat, mengikhtisarkan, mengelompokkan, dinyatakan dalam nilai uang menurut cara yang berarti, kejadian sedikit-dikitnya serta semua transaksi besifat finansial catatan itu dapat ditafsirkan hasilnyaa. Sedangkan menurut Jusuf (2011:5) menyatakan bahwa Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data keuangan suatu entitas. Sedangkan menurut Hery (2012:1) menyatakan bahwa Akuntansi adalah aktivitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalam mengambil keputusan ekonomi (dalam membuat pilihan di antara berbagai alternatif yang ada).
3.2. Pengerian pajak
Pengetian pajak menurut Rochmat S dalam buku mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksa) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sedangkan menurut Djajadiningrat (Halim dkk., 2014:2) menyatakan bahwa pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagaian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang diterapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum. Dari beberapa menurut para ahli dapat disimpulkan sebagai pajak adalah iuran yang dibayar kepada kas negara yang tidak mendapat timbal balik atas jasa secara lagsung tetapi dapat dirasakan dan sifat pemungutannya dapat dipaksa.
3.3. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Supramono dan Theresia (2010:126) menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (daerah pabean), baik konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) maupun konsumsi Jasa Kena Pajak (JKP).
3.3.1. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
Dasar hukum pajak pertambahan nilai menurut Mardiasmo (2011:274) ialah Undang-Undang yang mengatur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
3.3.2. Objek Pajak Pertambahan Nilai
Objek Pajak Pertambahan Nilai menurut Halim dkk. (2014:358) menyatakan bahwa objek PPN (pajak pertambahan nilai) dikenakan atas hal – hal berikut:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha yang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Barang yang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak.
2) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
3) Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean.
4) Penyerahaan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor Barang Kena Pajak
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah yang dilakukan oleh pengusaha, yang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.
2) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
3) Penyerahaan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
d. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
e. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
f. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
g. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
h. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tingkat dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pri badi atau badan yang dihasilkan digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
i. Penyerahan Barang Kena Pajak berupa aset yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahaan aset yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.
3.3.3. Tarif Pajak Pertambahan nilai
Tarif pajak pertambahan nilai menurut Halim dkk. (2014:360) adalah sebagai berikut:
a. Tarif pajak pertambahan nilai adalah 10 % diterapkan atas : 1. Penyerahan BKP didalam daerah pabean.
2. Impor BKP.
3. Penyerahan JKP didalam daerah pabean.
4. Pemanfaatan BKP dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.
b. Tarif pajak pertambahan nilai adalah 0% , diterapkan atas : 1) Ekspor BKP berwujud.
2) Ekspor BKP tidak berwujud.
3) Ekspor JKP.
c. Tarif pajak PPN 10% dapat diubah menjadi paling rendah 5 % dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan peraturan pemerintah.
3.3.4. Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Subjek Pajak Pertambahan Nilai menurut Mardiasmo (2011:280) ialah Pengusaha kena pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang PPN Nomor 42 Tahun 2009
3.3.5. Jenis–jenis Pajak Pertambahan Nilai
Jenis–jenis pajak pertambahan nilai menurut Halim dkk. (2014:365) adalah sebagai berikut:
a. Pajak Masukan
Pajak masukan ialah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha kena pajak karena memperoleh BKP atau JKP dan pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean atau impor BKP.
b. Pajak keluaran
Pajak keluaran adalah PPN yang wajib dipungut Pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahaan BKP atau ekspor JKP.
3.3.6. Dasar Pengenaan Pajak
Menurut dari Mardiasmo (2011:285) untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya dasar pengenaan pajak (DPP), yang menjadi DPP yaitu :
a. Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut menurut UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
b. Penggantian adalah berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP tidak berwujud, tetapi tidak termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut
menurut undang-undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak atau berupa uang yang dibayar.
c. Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan yang mengatur bea dan cukai.
d. Nilai ekspor adalah nilai yang berupa uang termasuk biaya yang diminta.
e. Nilai lain yang diatur peraturan menteri keuangan.
3.4 Pengertian Wajib Pungut (WAPU)
Wapu atau bias disebut wajib pungut merupakan perusahaan seharusnya dipungut biaya pajak pertambahan nilai (PPN) tetapi menjadi perusahaan yang memungut pajak, termasuk pajak pertambahan nilai. Artinya sebagai wapu justru tidak dipungut namun memungut PPN.
Wapu juga ditujukan kepada bendaharawan pemerintahan, instansi atau badan juga ditugaskan melakukan penyetoran, pelaporan dan juga pemungutan pajak pertambahan nilai terutang dari PKP (pengusaha kena pajak) pada saat menyerahkan BKP atau JKP pada badan atau instansi pemerintah.
Terdapat empat ketentuan pada badan atau instansi yang termasuk kategori Wapu yaitu :
1. Bendaharawan pemerintahan dan juga kantor pembendaharaan dan kas negara (KPKN).
2. KKKS (Kontraktor kontrak kerja sama).
3. (BUMN) badan usaha milik negara.
4. Badan usaha lainnya
1. Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara (KPKN)
Landasan hukum penunjukan bendaharawan pemerintah dan KPKN sebagai Wapu ialah, KMK (Keputusan Menteri Keuangan) Nomor.563/KMK.03/2003 didalam KMK berikut, disebutkan bahwa yang dimaksud sebagai bendahara pemerintah ialah bendahara, pejabat yang membayar yang mendapatkan dananya berasal dari Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) atau APBD (Anggaran pendapatan dan belanja daerah). KMK Nomor 563 /KMK.03/2003 Pasal 2 secara jelas menyebutkan bahwa, Bendahara pemerintah dan kantor KPKN yang sudah melakukan kegiatan membayar pada penyerahan BKP atau JKP kepada rekanan pemerintah berdasarkan nama PKP dari pemerintah, wajib memungut, menyetor, dan juga melakukan pelaporan pada PPN dan juga PPnBM (Pajak penjualan atas barang mewah) terutang.
Bendaharawan pemerintah sebagai Wapu ini meliputi:
1. Direktorat Jenderal Perbendaharaan
2. Ditunjuk dari ketua lembaga atau menteri, pejabat sebagai bendahara 3. Bendahara untuk pemerintah pusat dan daerah.
Pengecualian terkait Wapu ini diterapkan pada:
1. Pembayaran yang sejumlah paling banyak Rp.1 juta dan tidak termasuk dalam pembayaran yang terpecah atau terpisah
2. Pembayaran untuk kegiatan pembebasan tanah.
3. Pembayaran terhadap penyerahan BKP atau JKP yang menurut dari ketentuan undang-undang yang telah berlaku, tidak dipungut PPN berdasarakan peraturan
4. Pembayaran pada penyerahan untuk bahan bakar bukan minyak dan bahan bakar minyak pada PT Pertamina (Persero).
5. Pembayaran untuk rekening lainya dan telepon
6. Pembayaran dan juga pembiayaan oleh perusahaan penerbangan untuk jasa angkutan udara
7. Pembayaran lainya untuk dilakukan seserahan jasa atau barang yang menurut dari ketentuan yang telah berlaku tidak dikenakan PPN
Terkait kegiatan dari pemungutan yang dilakukan oleh Wapu ini, terkadang bendaharawan tetap melakukan pemungutan PPN pada transaksi yang sifat PPN-nya dibebaskan.
Atas transaksi tersbeut, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui Direktur Peraturan Perpajakan I memberikan solusi berupa Surat Direktur Terkait S-630/PJ.02/2013, yang berisikan sebagai berikut:
1. PPnBM atau PPN yang sudah dipungut dari badan usaha milik negara atau bendaharawan pemeritah selaku pihak yang memungut PPN termasuk pajak keluaran terhadap PKP badan usaha milik negara atau rekanan pemerintah, maka dari itu kelebihan pajak berikut tidak diajukan untuk memohon pengembalian lebih pembayaran pajak yang tidak terutang seharusnya pada PKP.
2. Kelebihan saat pemungutan pajak yang dapat juga diajukan permohonan untuk pengembalian pajak yang tidak seharusnya terutang pada PKP badan usaha milik negara atau rekanan pemerintah pada saat melakukan pembelian barang dari pihak yang lainya
3. Dikarenakan saat ketika terjadi penyerahan barang atau jasa yang dari rekanan terhadap pemerintah atau juga pada badan usaha milik negara yang langsung dipungut dari bendaharawan maka dapat juga diajukan permohonan untuk pengambilan kelebihan pembayaran pajak yang tidak terutang seharusnya untuk badan usaha milik negara atau pemerintah yang juga selaku pihak yang termasuk dipungut ke KPP tempat PKP yang terdaftar.
2. Kontraktor Kontrak Kerja Sama
Landasan hukum kontraktor kontrak kerja sama yang ditetapkan sebagi Wapu berdasarkan peraturan PMK Nomor.73/PMK.03/2010. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud sebagai kontraktor kontrak kerja sama adalah
1. Kontraktror membuat kontrak untuk bekerja sama pengusaha MIGAS.
2. Pemegang izin atau kontraktor pengusaha sumber daya panas bumi yang meliputi kantor cabang, unit dan juga pusat.
PMK yang Nomor 73/PMK.03/2010 menyatakan bahwa PPN atau PPnBM yang tertanggung utang dari penyerahan BKP atau JKP dari partner atau rekanan terhadap kontraktor dan terhadap pemegang izin, dipungut, dilaporkan, dan disetor dari pemegang izin atau kontraktor. Yang dimaksud dengan partner atau rekanan dalam PMK ini adalah melakukan penyerahan dari PKP kepada BKP atau JKP kepada
kontraktor dan pemegang izin. Atas transaksi penyerahan BKP/JKP, dengan kontraktor atau pemegang izin, rekanan wajib membuat faktur pajak, yang harus disertakan ketika diserahkan BKP atau JKP , penerimaan dan pemberian pembayaran (jika sudah diterima pembayaran lebih dulu sebelum BKP atau JKP diserahkan) dan termin (jika penyerahan baru sebagian tahap pekerjaan).
Adapun faktur pajak yang diterbitkan oleh rekanan ini menggunakan kode faktur 030, yang merupakan kode faktur pajak yang dikhususkan bagi transaksi penyerahan BKP/JKP kepada Wapu.
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Landasan hukum penetapan BUMN sebagai Wapu adalah, PMK tersebut yaitu Nomor 85/PMK.03/2012 dimana dalam PMK ini disebutkan bahwa, Pajak pertambahan nilai (PPN) dan Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) terutang kepada penyerahan BKP atau JKP dari pemerintah dan rekanan pada badan usaha milik negara (BUMN) wajib dan harus dipungut,dilaporkan dan diserahkan atau disetor oleh Badan usaha milik negara.
Yang masuk dalam kategori BUMN sebagai Wapu adalah, BUMN yang telah memenuhi syarat dan kriteria yaitu, paling sedikit 51% sahamnya dimiliki pemerintah dari badan usaha, tidak termasuk anak usaha atau usaha patungan.
Terkait transaksi antara rekanan BUMN dengan BUMN ini, rekanan tersebut wajib menerbitkan faktur pajak dengan kode faktur 030.
BUMN bisa kehilangan status sebagai Wapu apabila mengalami perubahan kepemilikan saham, sehingga tidak lagi memenuhi syarat sebagai BUMN. Sehingga,
sudah tehitung mulai dari tanggal pernyataan untuk perubahan dari kepemilikannya tersebut, status Wapu tidak lagi disematkan pada BUMN tersebut. tetap wajib menyetor dan membayar PPN dan PPnBM yang telah dipungut pada saat masa pajak saat perubahan kepemilikan terjadi. Artinya, kewajiban sebagai Wapu tidak dijalankan terhitung pada masa pajak berikutnya.
4. Badan Usaha Tertentu
Menurut PMK Nomor 37/PMK.03.2015, yang dimaksud sebagai badan usaha yang memiliki hak sebagai wajib pungut (WAPU) adalah:
1. Pengalihan saham milik negara pada BUMN yang telah dilakukan restrukturisasi oleh pemerintah sesudah berlakunya PMK
2. Badan usaha tertentu yang bergerak pada bidang pupuk yang sudah dilakukan restrukturisasi pemerintah
3. Badan usaha milik negara yang memiliki badan usaha tertentu
PKP yang menjadi rekanan badan usaha tertentu ini dalam transaksi dari penyerahan BKP/JKP, wajib memakai faktur pajak dengan kode faktur 030.
Pengecualian diberikan atas beberapa transaksi kepada kontraktor kontrak kerja sama, BUMN dan badan usaha tertentu ini. Berikut ini pengecualian tersebut :
1. Jumlah pembayaran sebanyak Rp. 10 juta tidak termasuk pembayar yang terpisah
2. Pembayaran pada penyerahan BKP/JKP yang menurut ketentuan undang-undang yang berlaku, mendapat hak tidak dipungut pengenaan
PPN
3. Pembiayaan atau pembayaran rekening telepon
4. Pembiayaan jasa angkutan udara yang diserahkan pada perusahaan penerbangan
5. Untuk penyerahan barang dan jasa yang menurut ketentuan pembayaran yang berlaku tidak kena PPN
3.5. Pembahasan
PPN (Pajak pertambahan nilai) adalah pajak pungut dari PKP (Perusahaan kena pajak) yang dipungut atas penyerahaan BKP atau JKP. PPN terdiri dari PPN Masukan dan PPN Keluaran. PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT, merupakan Wajib Pungut memiliki tugas untuk membayar dan memungut pajak pada Pajak pertambahan nilai, WAPU juga harus mengeluarkan faktur jika perusahaan tersebut memiliki penghasilan lebih dari Rp.4.5 M, PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT merupakan wajib pungut yang memiliki penghasilan Rp.4.8 M maka harus mengeluarkan Faktur.
Berikut PPN yang dibayar dan dipungut oleh PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT selama bulan maret sebagai berikut:
3.5.1. PPN Masukan
Pajak pertambahan nilai yang harusnya dibayar oleh PKP yang memperoleh BKP dan JKP atau pemanfaatan BKP dari luar daerah pabean atau dari JKP dari luar daerah pabean itu merupakan pengertian PPN masukan.
Di bawah ini data PPN Masukan Bulan Maret 2019 pada PT PLN (Persero)
UIP SUMBAGUT :
Tabel 3.1 PPN Masukan
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh PPN Masukan sebesar Rp. 15.026.800 maka jurnal yang harus dibuat perusahaan untuk mencatat transaksi berikut ialah :
Central Wire Industrial Rp. 78.268.800
Matahari Rp. 72.000.000
PPN Masukan Rp. 15.026.800
Utang Usaha Rp. 165.295.600
3.5.2. Pajak keluaran
Pajak pertambahan nilai terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang sudah melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor JKP,dan ekspor BKP berwujud dan tidak berwujud. Itu merupakan pengertian dari pajak keluaran. PT PLN Mencatat jurnal PPn Keluaran dengan Kas Negara.
Berikut ini data pajak PPN Keluaran Bulan Maret 2019 pada PT PLN
NO VENDOR NPWP
TANGGAL FAKTUR
DPP (Rupiah)
PPN 10%
(Rupiah) 1 Central Wire
Industrial
0220772266150 00
21 Maret 2019 78.268.800 7.826.800
2 Matahari 74047720312100 0
22 Maret 2019 72.000.000 7.200.000
150.268.800 15.026.800
(Persero) UIP SUMBAGUT sebagai berikut :
Tabel 3.2 PPN Keluaran
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh PPN Keluaran sebesar Rp.22.294.000 maka jurnal yang dibuat perusahaan untuk mencatat transaksi berikut ialah :
Piutang dagang Rp. 245.234.000
Penjualan Rp. 222.294.000
PPN keluaran Rp. 22.294.000
3.5.2.1. Pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai
Cara mengkreditkan PPN masukan pada PPN keluaran dilakukan pada waktu pajak yang sama. Berikut pengkreditan PPN yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT
a) Pengkreditan PPN masa Maret 2019
Berdasarkan data Tabel diperoleh PPN Masukan untuk masa Maret 2019 sebesar Rp.
15.026.800 dan bedasarkan data Tabel diperoleh PPN Keluaran untuk masa
NO VENDOR NPWP
TANGGAL FAKTUR
DPP (Rupiah)
PPN 10%
(Rupiah) 1 Central Wire
Industrial
0220772266150 00
21 Maret 2019 172.640.000 17.264.000
2 Matahari 74047720312100 0
22 Maret 2019 50.300.000 5.030.000
222.940.000 22.294.000
Maret 2019 sebesar Rp. 22.294.000 lebih jelasnya dapat dilihat perhitungan di bawah ini:
PPN Keluaran masa Maret 2019 = Rp. 22.294.000 PPN Masukan masa Maret 2019= Rp. 15.026.800 Kurang bayar/(lebih bayar) masa Maret 2019 = (Rp. 7.267.200 ) Lebih bayar dari masa Februari 2019 = (Rp. 17.264.000)+
Lebih bayar sampai dengan masa Maret 2019= (Rp. 24.531.200)
Berdasarkan Perhitungan diatas ini dapat, diperoleh data PPN lebih bayar sejumlah Rp. 24.531.200 Pengkreditan PPN Keluaran terhadap PPN Masukan dengan dijurnal sebagai berikut:
PPn Keluaran Rp. 22.294.000
PPn Masukan Rp. 22.294.000
4. Rekapitulasi Pajak Pertambahan Nilai
Dari data diatas transaski terkait dengan PPN untuk PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT transaksi pada bulan Maret ditahun 2019, maka rekapitulasi dari transaksi tersebut dapat dilihat dari buku besar perusahaan dari akun-akun yang dipengaruhinya. maka ini akun yang terkait dengan PPN di PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT
Tabel 3.3 Piutang Dagang
Tanggal Ket Debit Kredit
Saldo
Debit Kredit
Maret 2019
Maret 2019 Rp. 245.234.000 Rp. 245.234.000
Tabel 3.4 Utang Usaha
Tanggal Ket Debit Kredit
Saldo
Debit Kredit Maret
2019
Maret 2019 Rp. 165.295.600 Rp. 165.295.600
Tabel 3.5 PPN Masukan
Tanggal Ket Debit Kredit
Saldo
Debit Kredit
Feb 2019 Feb 2019 17.264.000
Maret 2019
Maret 2019 15.026.800 32.290.800
Maret 2019
Maret 2019 22.294.000 9.996.800
Tabel 3.6 PPN Keluaran
Tanggal Ket Debit Kredit
Saldo
Debit Kredit
Maret 2019
Maret 2019 22.294.000 22.294.000
Tabel 3.7 Vendor
Tanggal Ket Debit Kredit
Saldo
Debit Kredit
Maret 2019
Maret 2019 78.268.800 78.268.800
Maret 20149
Maret 2019 72.000.000 150.268.000
Tabel 3.8 Penjualan
Tanggal Ket Debit Kredit
Saldo
Debit Kredit
Maret 2019
Maret 2019 222.940.000 222.940.000
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan
Bedasarkan seluruh pembahasan dari sub bab tersebut, maka dapat dirangkum bahwa :
1. PT PLN Merupakan perusahaan BUMN Kena Pajak dimana tiap Unit dari PT PLN merupakan Wajib Pungut seperti PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT.
2. PT PLN Mencatat Jurnal untuk PPn Keluaran dicatat dengan Kas Negara.
3. Pada masa Maret 2019 PT PLN (Persero) UIP SUMABGUT mencatat lebih bayar sejumlah Rp. 17.264.000 lebih bayar ini dikompensasikan ke masa April 2019.
4.2. Saran
Bedasarkan kesimpulan dari pembahasan diatas, penulis memberikan masukan untuk PT PLN UIP SUMBAGUT (Persero) yaitu diharapkan agar perusahaan mampu konsisten dalam proses pencatatan dan perhitungan pada pajak pertambahan nilai yang telah dijalankan perusahaan sesuai peraturan perpajakan, karena masih terdapat lebih bayar yang dikompensasikan untuk masa April 2019. Itu berdampak keperusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Erhans, A. 2010. Akuntansi 1. Jakarta Pusat: PT. Ercontara Rajawali.
Halim, A., I.R. Bawono dan A. Dara. 2014. Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Hery. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Edisi 1. Jakarta: PT.Bumi Aksara .
Jusuf, H. 2011. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi 7. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta
Supramono, W. dan T. Damayanti. 2010. Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan. PT. PLN (Persero) Kantor Pusat
Pengertian Wajib Pungut https://www.online-pajak.com/wapu Log In data perusahaan pembayaran pajak
https://ibank.bri.co.id/cms/Logon.aspx
Keputusan Mentri Keuangan Nomor. 563/KMK.03/2003.
http://jdih.bpk.go.id/?p=21655
Surat Direktur Terkait S-630/PJ.02/2013.
http://www.bprosearch.com/regulasi/getfile/view/id/pdf/2f2b3ed501a91ae16f7c1 3b2a4e142fc7a8eda8877bf28ed9e12d86a7fcc9dd199e8beb484837121ef586b6eb d2b5fac3e98446a5fdec760065d175a6cf8b339qN0mGpgZeRlImn1BNJCTDo4M B6Te8glmG5AtkpyVFzo-/?offset=338&source=related
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 73/PMK.03/2010.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2010/73~PMK.03~2010Per.htm Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012
http://ketentuan.pajak.go.id/aturan/asli/85.PMK03.2012.pdf Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 37/PMK.03/2015
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2015/37~PMK.03~2015Per.HTM
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5