• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang beragam dan bagian dari budaya yang integral. Itulah sebabnya seni pertunjukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang beragam dan bagian dari budaya yang integral. Itulah sebabnya seni pertunjukan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 1.1 Konsep Ludruk

Ludruk atau yang disebut juga dengan teater tradisional merupakan budaya yang mengalir dalam kehidupan masyarakat dengan ciri khas sesuai dengan kemunculnya, baik bahasa yang digunakan dan cerita yang dipertunjukan. Seni pertunjukan tradisional merupakan tradisi yang muncul dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam dan bagian dari budaya yang integral. Itulah sebabnya seni pertunjukan tradisional sangatlah melekat dalam hati masyarakat meskipun kemunculannya sudah berkurang.

Ludruk mengalami banyak pasang surut dalam berbagai era saat ini. Saat pasca merdeka, ludruk sering kali menjadi sumber informasi yang paling ditunggu oleh masyarakat pinggiran selain keutamaannya sebagai media penghibur. Hal tersebut membuat pementasan ludruk sangat dinantikan oleh masyarakat. Penerapan sistem nobong pun dilakukan agar masyarakat dapat menyaksikan pementasan ludruk.

Tokoh lawak yang sangat terkenal pada masa pertama kali muncul ludruk adalah Cak Durasim, beliau terkenal dengan lawakannya yang berisi sindiran-sindiran untuk pemerintah Jepang. Sindiran yang lontarkan Cak Durasim berisi umpatan-umpatan mengenai aktivitas pemerintah Jepang yang sering kali memantau seluruh gerak gerik masyarakat pribumi. Ludruk yang merupakan satu-satunya simbol budaya tradisi pada masa itu tidak dapat lepas dari pengawasan pemerintah Jepang. Cerita yang

(2)

dipentaskan tidak lepas dari kehidupan sosial budaya yang menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia ketika terjajah oleh Jepang.

2.2 Konsep Seni Pertunjukan Tradisional

Seni pertunjukan tradisional sangatlah beragam, yang muncul karena dapat muncul karena kebiasaan masyarakat maupun karya cipta dari masyarakat. Sependapat dengan Yoeti (1985: 2) menyatakan bahwa seni pertunjukan yang berada pada suatu daerah dengan pelestarian secara turun temurun akan menjadi kesenian khas daerah tersebut. Beberapa jenis kesenian tradisional Jawa antara lain: bentuk kesenian tradisi Jawa antara lain: wayang dengan beragam jenis wayang (wayang kulit, wayang orang), pertunjukan tradisional (ludruk, dagelan, ketoprak), tari-tarian dan masih banyak lagi.

Dengan demikian, seni pertunjukan tradisi, kesenian daerah atau rakyat merupakan suatu hasil karya cipta budaya. Media utamanya musik, seni suara (karawitan), dan cerita yang diperagakan dengan beberapa bagian pendukung yang lain seperti properti, musik, dan sebagainya

Seni pertunjukan tradisional mempunyai keistimewaan tersendiri, antara lain: 1) masyarakat pendukung mayoritas menengah ke bawah, 2) seni yang merupakan bagian yang sangat melekat dengan suatu daerah, 3) seni yang muncul karena kolektivitas masyarakat yang mendukungnya (Kayam, 1981: 60). Salah satunya yakni seni pertunjukan ludruk yang memiliki keistimewaan tersebut. Seiring berjalannya waktu ludruk diresahkan dengan berbagai perubahan masyarakat yang harus disesuaikan.

2.3 Konsep Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan Tradisional

Manajemen merupakan upaya untuk mencapai suatu hal secara teratur dan tertata. Menurut Permas (2003: 19) menyatakan bahwa manajemen diartikan sebagai

(3)

kegiatan-kegiatan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Tidak hanya manajemen waktu, manajemen uang, tetapi dalam suatu organisasi juga sangat diperlukan manajemen untuk memaksimalkan kinerja seseorang dalam menyelesaikan tugas.

Manajemen organisasi terutama dalam seni pertunjukan tradisional memerlukan adanya pengarahan, pembagian, dan perencanaan yang baik. Oleh karena itu, dalam seni pertunjukan tradisional minimal memiliki pimpinan. Pimpinan seni pertunjukan tradisional harus mengelola anggota dalam organisasinya agar pementasan dalam berjalan efektif dan efisien. Efektif dalam artian yakni menghasilkan sebuah pementasan sesuai dengan keinginan para anggota dan penonton dan efisien berarti memanfaatkan logistik sesuai dengan kebutuhan tanpa adanya pemborosan. Dalam manajemen organisasi seni pertunjukan terdapat beberapa proses yang menjadi acuan agar pementasan dapat berjalan dengan maksimal, antara lain:

2.3.1 Perencanaan

Perencanaan yaitu patokan untuk dijadikan ukuran keberhasilan dan mengetahui perbandingan keberhasilan pementasan dengan rencana, sehingga pementasan selanjutnya sudah diketahui hal-hal yang harus diperbaiki atau disiasati.

Hal tersebut sependapat dengan dengan cara membandingkan hasil/realisasi dengan rencana. Permas (2003: 11 ) mengatakan bahwa perencanaan adalah kegiatan menentukan sasaran yang akan dicapai di masa depan dan cara yang akan ditempuh untuk mencapainya.

(4)

2.3.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pembagian tugas sesuai dengan bidang yang ada dalam organisasi pertunjukan. Proses pelaksanaan tugas akan diawasi langsung oleh manajer atau pimpinan organsasi. dimanfaatkan secara optimal. Menurut Permas (2003: 16),pengorganisasian diwujudkan dalam bentuk struktur organisasi yang dilengkapi dengan uraian pekerjaan yang berisi tugas dan wewenangsetiap anggota organisasi serta mekanisme kerja antarbagian organisasi. Maka dari itu, pengorganisasian wajib dilakukan dalam manajemen organisasi agar pemanfaatan kompetensi yang dimiliki anggota dapat memberikan hasil yang maksimal.

2.3.3 Pengarahan

Pengarahan merupakan wewenang pimpinan atau manajer untuk menggerakan anggotanya agar bekerja sesuai dengan tugas dan memberikan hasil yang maksimal. Dalam hal ini yang paling dibutuhkan yaitu komunikasi yang baik. Seluruh anggota dalam suatu organisasi harus memiliki sikap dan moralitas yang baik karena cara berkomunikasi akan memengaruhi kekompakkan dan hubungan yang baik antar anggota.

2.3.4 Pengawasan

Pengawasan merupakan aspek terakhir dalam manajemen organisasi.

Pengawasan atau pengendalian akan dilakukan ketika seni pertunjukan atau pementasan sedang berlangsung. Pengawasan dilakukan untuk mengetahui ukuran keberhasilan suatu pementasan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan.

Pengawasan akan dilakukan pada bidang artistik maupun non-artistik. Selain itu,

(5)

pengawasan dilakukan untuk mengurangi kesalahan teknis dan memperbaiki kesalahan pada pementasan sebelumnya.

2.4 Konsep Revitalisasi

Revitalisasi merupakan bentuk upaya menghidupkan kembali sesuatu yang dianggap penting. Adanya revitalisasi akan memberikan upaya teoritis maupun praktis untuk menguatkan kembali suatu hal yang pernah ada dan dianggap penting pada masanya tetapi mulai mati atau keberadaannya melemah. Keterkaitan revitalisasi dengan budaya tradisional merupakan dua hal yang harus selalu berdampingan, karena budaya tradisional memerlukan inovasi agar tidak melemah tergerus jaman atau perkembangan teknologi.

Seperti halnya seni pertunjukan tradisional ludruk yang berangkat dari menurunnya manajemen organisasi di dalamnya. Padahal, Ludruk merupakan budaya tradisional Jawa Timur yang pernah naik daun pada masanya. Seni pertunjukan tradisional ludruk sudah ada sebelum Indonesia merdeka dan sangat banyak diminati oleh masyarakat pada saat itu

Adapun konsep pemertahanan dan pengembangan yang dikemukakan oleh Igama (2009) antara lain: (1) Seniman meningkatkan pengetahuan atau pemahaman mengenai manajemen organisasi dan model pementasan seni pertunjukan yang berkualitas; (2) mengadakan pelatihan manajemen organisasi dan teknik pertunjukan tradisional pada kelompok seni; (3) mengembangkan kesenian tradisional yang berkelanjutan serta mempertimbangkan kesejahteraan, meningkatkan kualitas seni, dan meningkatkan jumlah kegiatan; (4) memiliki strategi untuk meningkatkan apresiasi

(6)

masyarakat baik melalui publikasi individu, publikasi jalur pemerintah, politik, maupun jalur pendidikan formal dan nonformal.

2.5 Bentuk-bentuk Revitalisasi

Bentuk revitalisasi berkaitan erat dengan faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni orang yang ada dalam pengorganisasian seni pertunjukan Ludruk Karya Budaya. Faktor eksternal berkaitan dengan orang-orang di luar organisasi atau masyarakat yang mendukung budaya tradisional ludruk. Bentuk yang paling penting adalah revitalisasi internal yang dibagi menjadi dua bagian yakni kinerja pemimpin ludruk dan seluruh anggotanya, sedangkan revitalisasi eksternal yakni dukungan dan antusias masyarakat seluruh kalangan. Berikut penjelasannya:

2.5.1 Revitalisasi Internal

Revitalisasi internal Ludruk Karya Budaya dapat diketahui dari permasalahan yang muncul dari Ludruk itu sendiri. Ludruk merupakan seni pertunjukan tradisional yang masih menjunjung tinggi makna seni tradisional. Hal tersebut membuat Ludruk Karya Budaya kesulitan menemukan inovasi baru tanpa menghilangkan budaya tradisi yang sudah melekat. Munculnya suatu inovasi tentu tidak akan lepas dari pengorganisasian, model manajemen organisasi Ludruk tentu akan sangat berbeda dengan manajemen organisasi teater modern. Hal tersebut dapat diketahui melalui keefektifan kerja, sistem pengorganisasian, dan tingkat perkembangan.

Ketidakefektifan organisasi akan menjadi masalah yang besar bagi Ludruk Karya Budaya sebab akan memengaruhi banyak aspek.

Teater modern lebih efektif, efisien, dan tertata. Manajemen organisasi teater modern juga memiliki strategi yang efektif untuk menjunjung tinggi solidaritas dan

(7)

kekompakkan antar anggota. Teater modern yang selalu berusaha untuk berinovasi, sedangkan teater tradisional seperti halnya ludruk lebih konvensional karena tidak ingin banyak melakukan perubahan pada bentuk aslinya. Oleh karena itu, diperlukan penengah untuk memadukan keduanya dalam seni pertunjukan tradisional. Tiga aspek yang paling berpengaruh adalah sastrawan tradisional, modern, dan juga campur tangan mahasiswa sebagai perwakilan generasi muda.

Pengorganisasian memiliki peran penting dalam pertunjukan.Wiyanto (2002) menyampaikan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam pementasan yaitu (1) naskah drama, (2) sutradara, (3) tata arias, (4) pemain, (5) tata busana, (6) tata panggung, (7) tata lampu, (8) tata suara, dan (9) penonton.Keseluruhan unsur tersebut akan menjadi alasan sebuah pengorganisasian dalam pementasan memerlukan revitalisasi.

2.5.2 Revitalisasi Eksternal

Revitalisasi eksternal berkaitan dengan orang-orang berada di luar kelompok seni yaitu masyarakat yang mendukung seni pertunjukan tradisional ludruk. Budaya tradisional akan tetap hidup apabila faktor penyangganya kuat. Permasalahan yang dapat dilihat yakni mengenai minat dan selera masyarakat terhadap pementasan yang disuguhkan oleh Ludruk Karya Budaya. Faktor yang paling umum tentu globalisasi

(8)

yang selalu mengubah daya tarik masyarakat. Hal tersebut sebenarnya petunjuk bagi masyarakat mengenai seberapa pentingnya budaya tradisional, sebab saat ini masyarakat hampir kehilangan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Globalisasi akan terus berkembang dan tidak dapat ditolak keberadaannya, namun yang menjadi persoalan bisakah masyarakat antara arus globalisasi yang terus meningkat dengan mempertahankan posisi kebudayaan tradisional, Ludruk Karya Budaya salah satunya. Posisi masyarakat sebagai pendukung menjadi faktor paling penting bagi keberlangsungan budaya tradisional. Semakin meningkat respon dan dukungan masyarakat, maka semakin berkembang eksistensi budaya tradisional.

Masyarakat selaku pendukung bagi keberlangsungan budaya tradisional memerlukan refleksi diri untuk mengetahui seberapa pentingnya budaya tradisional dan memposisikan budaya tradisional untuk selalu diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2.6 Aspek Aspek Revitalisasi

Manajemen organisasi dan manajemen pementasan sangat berpengaruh terhadap kelancaran pementasan, apabila dalam proses manajemen tidak sesuai perencanaan maka akan timbul persoalan yang akan memengaruhi kelancaran pementasan.

Beberapa aspek diantaranya adalah:

2.6.1 Cerita yang Dipentaskan

Lakon atau cerita dalam pertunjukan ludruk adalah salah satu dari bagian pementasan. Cerita atau lakon biasanya dipentaskan setelah penampilan kidungan dan tari remo. Cerita yang dipentaskan oleh ludruk memang berasal dari naskah yang tertulis. Namun, ciri khas dari seni pertunjukan ludruk adalah mementaskan cerita

(9)

tanpa berpegang teguh dengan naskah. Sehingga pemeran atau pemain akan sekreatif mungkin melakukan improvisasi. Meskipun sebenarnya dalam sebuah naskah cerita terdapat petunjuk keterangan seperti keterangan perlengkan, lighting¸ dan juga ilustrasi musik.

Cerita yang dipentaskan oleh seni pertunjukan ludruk tidak akan terlepas dari kehidupan sehari-hari. Sehingga di dalamnya selalu terdapat pesan moral yang paling ditunggu oleh masyarakat. Hal tersebut sependapat dengan Geertz (2000) yang menyatakan bahwa cerita yang dibawakan oleh kelompok ludruk merupakan konflik antargenerasi, konflik antara keterikatan pada tradisi generasi tua, menyangkut kawin paksa dan keinginan generasi muda yang dibatasi

2.6.2 Pemain Ludruk

Pemain dalan seni pertunjukan tradisional disebut lakon. Jumlah pemain akan biasanya disesuaikan dengan tokoh yang ada dalam cerita, namun bisa dikurangi atau ditambah apabila terdapat improvisasi, penambahan dan pengurangan babak. Dalam seni pertunjukan ludruk, pemain harus bisa menjadi seorang tokoh yang dimainkan.

Mulai dari tingkah laku, watak, cara bicara, dan lain sebagainya. Dalam seni pertunjukan ludruk terbiasa dengan tradisi lepas naskah, maka pemain harus sepandai mungkin memerankan tokohnya dengan berbagai improvisasi.

Ludruk merupakan seni pertunjukan tradisional yang memiliki ciri khas dan tidak ditemukan pada seni pertunjukan di daerah lain. karakteristik yang tidak ditemukan dalam seni tradisional yang lain. Sedyawati (dalam Supriyanto, 1992: 23- 24) menyatakan bahwa ludruk sebagai drama tradisional, memiliki ciri khas, antara lain, (1) pertunjukan ludruk dilakukan secara improvisatoris, tanpa persiapan naskah;

(10)

(2) memiliki pakem/ konvensi: (a) terdapat pemeran wanita yang diperankan oleh laki- laki; (b) memiliki lagu khas, berupa kidungan jula-juli; (c) iringan musik berupa gamelan berlaras slendro, pelog, laras slendro dan pelog; (d) pertunjukan dibuka dengan tari ngremo; (e) terdapat adegan bedayan; (f) terdapat sajian/adegan lawak/dagelan; (g) terdapat selingan travesti; (h) lakon diambil dari cerita rakyat, cerita sejarah, dan kehidupan sehari-hari; (i) terdapat kidungan, baik kidungan tari ngremo, kidungan bedayan, kidungan lawak, dan kidungan adegan.

2.6.3 Tata Panggung

Panggung seni pertunjukan ludruk yaitu panggung bingkai yang memiliki lengkungan, biasanya memiliki baground untuk cerita yang biasa dipentaskan. Depan panggung dipasang gorden sebagai penutup ketika pergantian babak agar tidak terlihat oleh penonton. Seluruh grup ludruk akan memberikan baground yang sama, belum terlihat adanya inovasi untuk memperindah dan mempertajam tata panggungnya.

2.6.4 Administrasi Organisasi

Administrasi organisasi adalah bagian dari organisasi atau bidang yang tidak berhubungan langsung dengan seni, namun bidang ini memiliki pengaruh yang sangat besar untuk kelancaran pementasan. Pada umumnya, bidang administrasi berhubungan dengan perkantoran, keuangan, pemasaran, dan kehumasan. Beberapa aspek tersebut harus dipersiapkan secara legal akan pementasan dapat dilakukan dengan baik.

Sumber daya manusia dalam bidang tersebut harus memiliki kreativitas yang tinggi dan terus berinovasi untuk perkembangan ludruk. Amstrong dan Baron (2006, 16) mengemukakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu faktor personal (yang meliputi keterampilan individu, kompetensi, motivasi, dan rekrutmen).

(11)

Kemampuan dan keahlian setiap individu akan memengaruhi hasil pementasan. Tugas yang dimiliki oleh bidang administrasi harus memiliki perencanaan dan standart yang baik agar tidak terjadi penyelewengan atau kerugian dalam pelaksanaan pementasan

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas guru ketika proses pembeljaran menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

3.2 Menelaah makna, kedudukan dan fungsi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta peratuan perundangan-undangan lainnya dalam sistem hukum nasional. 4.2

Bapak Tatag Muttaqin S.Hut selaku pembimbing skripsi pendamping yang telah memberikan saran, arahan yang tak henti-hentinya dan masukan- masukannya, sehingga

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Rincian Kewenangan klinik untuk Radiografer dalam menjalankan prosedur tindakan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Mitra Sehat diajukan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan

a) Berdasarkan Rajah di atas, huraikan langkah-langkah kultur tisu mengikut urutan yang betul. Beliau mempunyai dua pilihan kaedah sama ada untuk memperbanyakkan anak

St esso psikososial pada lansia me pakan masalah an san at membebani kehid pan an dapat men ebabkan an an isik sosial dan mentaln a3. 4 an an dep esi demensia

Namun demikian untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang taraf penggunaan limbah udang dalam ransum supaya dapat dimanfaatkan pada ternak yang bernilai