ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “A” GIIIP10011 UK 42 MINGGU POST DATE DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG POLI
KANDUNGAN RSUD NGIMBANG LAMONGAN Nurul Hilmi1, Iis Maria2, Ardiyanti Hidayah3
123STIKes Husada Jombang
ABSTRAK
Masa kehamilan dimulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu / 9 bulan 7 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawiroharjo 2010:89). Kehamilan adalah dimana seorang wanita membawa embrio di tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh yang akan membuat terjadinya konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin. Kehamilan post date adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih. Istilah lainnya yaitu serotinus. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010; 224). Kehamilan post date merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu (trauma langsung persalinan pada jalan lahir, infeksi dan perdarahan) dan janin (infeksi, asfiksia, trauma langsung dan perdarahan). Ketuban pecah dini salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini sebelum aterm dikarenakan selaput ketuban tipis, kontraksi berlebihan misalnya setelah coitus karena sperma mengandung prostaglandin sehingga menyebabkan kontraksi uterus. Faktor gizi juga mempengaruhi dalam hal ini.
PENDAHULUAN
Masa kehamilan dimulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu / 9 bulan 7 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawiroharjo 2010:89). Kehamilan adalah dimana seorang wanita membawa embrio di tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh yang akan membuat terjadinya konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin. Kehamilan post date adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih. Istilah lainnya yaitu serotinus. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010; 224). Kehamilan post date merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu (trauma langsung persalinan pada jalan lahir, infeksi dan perdarahan) dan janin (infeksi, asfiksia, trauma langsung dan perdarahan). Ketuban pecah dini salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini sebelum aterm dikarenakan selaput ketuban tipis, kontraksi berlebihan misalnya setelah coitus karena sperma mengandung prostaglandin sehingga menyebabkan kontraksi uterus. Faktor gizi juga mempengaruhi dalam hal ini.
Menurut laporan WHO tahun 2015, insidensi ketuban pecah dini
terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (WHO, 2015). Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.(WHO, 2016) Di Indonesia angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 10,4 – 12 % apabila diambil batas waktu 42 minggu dan 3,4 – 4 % apabila diambil batas waktu 43 minggu. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terjadi penurunan sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228/ 100.000 kelahiran hidup. Namun demikian, SDKI tahun 2012
menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Kesepakatan global Millennium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, karena tidak mencapai target maka pada 25 September 2015 di Markas Besar PBB, para pemimpin 193 negara anggota PBB mengadopsi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sebagai agenda pembangunan global yang baru untuk periode 2016-2030. 17 tujuan SDGs tersebut antara lain : 1) Menghapuskan kemiskinan, 2) Menghapuskan kelaparan, 3) Hidup sehat, 4) Pendidikan berkualitas, 5) Kesetaraan gender, 6) Air bersih dan sanitasi, 7) Energi yang bisa diperbarui dan terjangkau, 8) Ekonomi dan pekerjaan yang baik, 9) Inovasi dan infrastruktur yang baik, 10) Mengurangi kesenjangan, 11) Kota dan komunitas yang berkesinambungan, 12) Penggunaan sumber-sumber daya yang bertanggung jawab, 13) Tindakan iklim, 14) Lautan yang berkesinambungan, 15) Penggunaan tanah yang berkesinambungan, 16) Kedamaian dan keadilan, dan 17) Kemitraan untuk pengembangan yang lestari. Tapi, Indonesia akan menggunakan tiga indikator terkait dengan dokumen SDGs, yaitu pembangunan manusia atau human development yang meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan dalam skala kecil atau social economic development dan lingkungan yang besar atau environmental development berupa
ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik. PBB kini menetapkan target mengurangi angka kematian ibu global hingga kurang dari 70 per 100 ribu kelahiran pada 2030. (WHO, 2015). Pada tahun 2015, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 89,6 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 93,52 per 100.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Jatim, 2016). Data Dinkes Lamongan, sepanjang 2015 rasio kematian ibu di Lamongan sebesar 75 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan rasio kematian bayi sebesar 6,22 per 1.000 kelahiran bayi hidup. Angka itu sudah melebihi target keempat Millenium Develeopment Goal’s (MDGs) tahun 2015 yang sebesar 23 per 1.000 kelahiran bayi hidup. Rasio kematian ibu di Lamongan juga sudah melampaui target MDGs tahun 2015 yang diharapkan bisa mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. (Dinkes Lamongan, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh di Poli Kandungan RSUD Ngimbang Lamongan pada periode bulan Januari – Maret 2016 terjadi 190 kasus kehamilan dengan rincian sebagai berikut : kehamilan fisiologis sebanyak 87 kasus (45,8%), kehamilan dengan post SC sebanyak 23 kasus (12,1%), kehamilan dengan jahitan perineum sebanyak 22 kasus (11,6%), kehamilan dengan CPD sebanyak 16 kasus (8,4%), kehamilan dengan letak sungsang sebanyak 14 kasus (7,4%), kehamilan dengan keputihan sebanyak 8 kasus (4,2%), kehamilan dengan ketuban pecah dini sebanyak 6 kasus (3,2%) dan kehamilan dengan oligohidramnion sebanyak 3 kasus (1,6%). (Rekam Medik Poli Kandungan RSUD Ngimbang
Lamongan Periode Maret s/d April 2017)
Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi persalinan. Kejadian kehamilan lewat waktu berkisar antara 10%. Perlu diperhatikan bahwa sebagian besar ibu di daerah pedesaan tidak mengetahui dengan pasti tanggal haid terakhir, sehingga sulit melakukan evaluasi. Padahal kehamilan postterm sangat berpengaruh, terutama terhadap janin, meskipun hal ini masih banyak diperdebatkan dan sampai sekarang masih belum ada persesuaian paham. Sementara itu,resiko bagi ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetrik yang meningkat. (Sarwono, 2010; 685-686). Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ ketuban yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam (Sualman, 2009). Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti, tetapi ada faktor-faktor yang berhubungan erat dengan kejadian
KPD yaitu infeksi. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asendren dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban, tekan intrauterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya : trauma, hidramnion, gemelli, trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam maupun amnosintesis. (Sujiyatini, 2009). Kalau KPD tidak segera ditangani bisa terjadi ketubannya habis dan berakibat seperti kompresi tali pusat, asfiksia, infeksi dan persalinan prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. (Manuaba, 2010)
Untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia, Departemen Kesehatan melakukan strategi agar semua asuhan antenatal dan sekitar 90% dari keseluruhan persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan trampil. Strategi ini dilaksanakan untuk mengenali dan menanggulangi gangguan kehamilan dan persalinan sedini mungkin. Langkah di atas diharapkan dapat pula menekan AKI dan AKB yang diakibatkan oleh post date. Bidan diharuskan teliti dalam mengkaji HPHT pada ibu hamil karena kesalahan menentukan HPHT dapat pula menyebabkan kegawatan pada janin maupun ibu. Selain itu bidan seharusnya memberikan konseling kepada ibu tentang pentingnya mengingat tanggal pertama pada setiap haid serta berapa hari sekali siklus ibu haid, terutama jika ibu memiliki program untuk hamil. Diharapkan setelah mendapatkan konseling ini, setiap ibu benar-benar memperhatikan siklus haidnya sehingga jika konseling dari bidan benar-benar
dilakukan, jumlah AKI dan AKB yang disebabkan oleh postdate dapat ditekan. Ketuban pecah dini sebagian besar kasus ini terjadi pada waktu mendekati kelahiran, tetapi saat ketuban pecah sebelum masa gestasi 37 minggu, maka disebut preterm PROM atau ketuban pecah dini preterm. Ketuban pecah dini merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010). Berdasarkan permasalahan di atas, peran petugas kesehatan dalam upaya mendukung kesehatan ibu hamil adalah meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan selama antenatal dan melakukan kunjungan sedikitnya empat kali kunjungan yaitu : satu kali kunjungan selama TM I (sebelum 14 minggu), satu kali kunjungan selama TM II (antara minggu 14–28 minggu), dua kali kunjungan selama TM III (antara minggu 28–36 dan sesudah minggu 36). Bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa, melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/ infeksi, maupun deteksi dan penanganan awal terhadap anemia. (Sarwono, 2010: N2). Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood“. Yaitu : Keluarga Berencana, Pelayanan Antenatal, Persalinan Yang Bersih dan Aman, Pelayanan Obstetri Esensial. Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruan meliputi hal – hal sebagai berikut : Memberi pelayanan
dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlansung sehat, Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/ komplikasi kehamilan, Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman, Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit /
komplikasi, Melakukan
penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan, Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit / komplikasi. (Depkes RI, 2014). Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal. Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Penggunaan Buku KIA diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta gizi sehingga salah satu tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu penurunan AKI dan AKB dapat tercapai. Penyebarluasan penggunaan Buku KIA dilakukan melalui Puskesmas, Rumah Sakit, kegiatan Posyandu dan lain-lain dengan tujuan agar terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari para petugas Kesehatan serta adanya peningkatan kualitas pelayanan. Selain itu Buku KIA dapat pula dipakai sebagai alat pemantau kesehatan Ibu dan Anak, serta pendidikan dan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat khususnya ibu-ibu. Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar
bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran. Mengingat pentingnya pemeriksaan pada kehamilan, maka penulis tertarik mengangkat studi kasus dengan judul ”Asuhan Kebidanan Pada Ny. “A” GIIIP20011
UK 42 Minggu 1 hari Post Date Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang Poli Kandungan RSUD Ngimbang Lamongan”.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. “A” GIIIP20011
UK 42 Minggu 1 hari Post Date Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang Poli Kandungan RSUD Ngimbang Lamongan?”
Mengembangkan pola pikir ilmiah dan menerapkan asuhan kebidanan dengan menggunakan menejemen kebidanan SOAP pada kehamilan post date dengan KPD. Sebagai sarana penerapan kaidah-kaidah penulisan Karya Tulis Ilmiah (studi kasus) serta sebagai penerapan teori tentang Asuhan Kebidanan pada kehamilan post date dengan KPD. Dengan diberikan Asuhan Kebidanan maka klien akan lebih memahami keadaan dirinya dan kehamilannya saat ini, sehingga klien dapat menerima kehamilan post date dengan KPD. Sebagai tambahan informasi atau masukan bagi tenaga kesehatan lain dalam usaha meningkatkan kulitas pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil post date dengan KPD. Sebagai salah satu karya tulis ilmiah yang dapat
menambah bacaan semua pihak serta
dapat menambah bahan
kepusatakaan pada penanganan ibu hamil post date dengan KPD. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan secara langsung pada ibu hamil post date dengan KPD.sehingga dapat digunakan sebagai bekal penulis di dalam melasanakan tugas sebagai seorang bidan.
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah secara deskriptif yaitu metode penulisan dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas data, menganalisa dan kemudian di tulis dalam bentuk narasi (Hidayat, Aziz Alimul. 2009 : 2) yang dibuat berdasarkan keadaan situasi yang nyata dengan tujuan pemecahan masalah.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : Wawancara, Pemeriksaan fisik, Observasi, Studi kepustakaan, Studi dokumentasi
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini pengambilan kasus dilakukan di Ruang Poli Kandungan RSUD Ngimbang Lamongan pada tanggal 08 April 2017 jam 09.30 WIB.
Secara garis besar sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN, BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, BAB III TINJAUAN KASUS, BAB IV
PEMBAHASAN, BAB V
PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA, LAMPIRAN-LAMPIRAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin yang
lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Syaifudin, 2010; 89)
Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan (lunar months). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester): Kehamilan triwulan I antara 0 – 12 minggu, Kehamilan triwulan II antara 12 – 28 minggu, kehamilan triwulan III antara 28 – 40 minggu. Tanda-tanda dugaan hamil :
Amenorhoe (tidak dapat haid), Mual
dan muntah (Nausea dan emesis), Mengidam (ingin makanan khusus), Tidak tahan suatu bau-bau, Pingsan, Tidak ada selera makan (anoreksia), Lelah (fatigue), Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara, kelenjar montgomery
terlihat lebih membesar. Sering miksi, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir triwulan, gejala ini kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. Konstipasi/ obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid. Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kartikosteroid plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra = grisea). Epulis : Hipertrofi dari papil gusi (papilla
ginggivae) sering terjadi pada triwulan pertama. Penekanan vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir, kadang-kadang timbulnya varices merupakan gejala pertama kehamilan muda. Tanda-tanda kemungkinan hamil : Perut membesar, Uterus membesar : terjadi perubahan dalam
bentuk , besar dan konsistensi dari rahim. Tanda hegar, konsistensi rahim yang lunak terutama di daerah isthmus uteri, jika VT sampai fernix anterior dan tangan satunya pada dinding perut, seolah-olah isthmus (-). Tanda chadwick : Pada tulang vagina terlihat daerah livido dan keunguan karena kongesti vena. Teraba piscaseck : Pembesaran dan perubahan bentuk rahim, lebih besar di tempat nidasi. Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang =
Braxton hicks. Teraba ballotement,
Reaksi kehamilan positif. Tanda pasti (tanda positif) : Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin. Denyut jantung janin Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen. Keluhan-keluhan yang sering didapatkan pada wanita hamil : Mual dan muntah Sakit pinggang, Varices, Haemorrhoird (bawasir), Sakit kepala, Oedema, Sesak nafas dan Fluor albus (Darah putih, keputihan)
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Semua ibu hamil ditargetkan menjadi sasaran pelayanan antenatal terpadu. Indikator ANC terpadu : Kunjungan pertama (K1), Kunjungan ke-4 (K4), Penanganan Komplikasi (PK). Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari : Timbang Berat Badan, Ukur lingkar lengan atas (LILA), Ukur Tekanan Darah, Ukur Tinggi Fundus Uteri,
Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ), Tentukan Presentasi Janin, Beri Imunisasi Tetanus Toksoid (TT), Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi), Periksa Laboratorium (Rutin Dan Khusus), Penanganan dan Tindak Lanjut kasus. KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu. (Wiknjosastro, 2010: 73). Indikasi : Indikasi janin (Kehamilan lewat waktu, Ketuban pecah dini. Janin mati) dan Indikasi Ibu (Kehamilan dengan hipertensi dan Kehamilan dengan diabetes mellitus)
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, posdate/pos datisme atau pascamaturitas, adalah: kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (WHO 1997, FIGO 1986)2. (Prawirohardjo, 2010; 686)
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan posterm belum jelas. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm
sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut : Pengaruh progesteron, Teori oksitosin, Teori Kortisol/ ACTH janin, Saraf uterus, Heriditer
Ketuban pecah dini atau
spontaneous/ early/ premature
rupture of the membrane (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu; yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Amru Sofian, 2013; 177). Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah : Infeksi, Keadaan sosial ekonomi dan Faktor resiko dari KPD. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya ”mengganjal” atau ”menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Sujiyatini, 2009 : 14). Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktifitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan.
Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian disebut solusio plasenta parsialis. Dan bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut ruptura sinus marignalis. Perdarahan yang terjadi pada solusio tidak terlalu terlihat dari luar. Pada kasus yang jarang, darah dapat tidak mengalir, tetapi tertahan di antara bagian plasenta yang lepas dan uterus sehingga terjadi perdarahan tersembunyi.
TINJAUAN KASUS
Ny. “A” umur 29 tahun mengatakan merasakan kenceng-kenceng tapi jarang. Ibu mengatakan tanggal 07 April 2017 jam 23.55 WIB datang ke rumah bidan, dan mengeluh keluar cairan jernih dari alat kemaluan dan oleh bidan dilakukan pemeriksaan dan bidan menganjurkan ibu untuk dibawa ke Puskesmas. Pada tanggal 08 April 2017 jam 02.00 WIB untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan pembukaan tidak ada, tensi: 120/90 mmHg, suhu : 36,5C, ketuban pecah jernih, kenceng-kenceng (jarang). Pada jam 09.00 WIB ibu dirujuk ke RSUD Ngimbang Lamongan untuk dilakukan pemeriksaan di Poli Kandungan. Pada jam 11.00 WIB dilakukan pemeriksaan USG ditemukan air ketuban kurang dan oleh Dokter disarankan untuk dilakukan SC, kemudian pada jam 12.00 WIB ibu dibawa ke Ruang VK untuk tindakan lebih lanjut. Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Composmentis, BB saat hamil : 72 kg, LILA : 26 cm, Tanda-tanda Vital (Tensi : 120/90 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,5C, RR : 20 x/menit). Pemeriksaan fisik :
Abdomen : membesar sesuai umur kehamilan, strie lividae, linia nigra, tidak ada luka bekas operasi. Eksteremitas atas : Simetris, tidak ada kelainan gerak dan jumlah jari, tidak ada lesi, tidak ada varises, terpasang infus RL di tangan kiri. Abdomen : Leopold I : TFU 2 jari bawah px (32 cm) Bagian fundus uteri teraba bulat, lunak tidak ada lentingan (bokong) TBJ : 32-12x155 = 3100 gram. Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba keras panjang seperti papan (puki), bagian perut kanan ibu teraba bagian terkecil janin (ekstremitas). Leopold III : Bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting (kepala). Leopold IV :Kepala belum masuk pintu atas panggul
Ny. “A” GIIIP10011 UK 42
minggu 1 hari, hidup, tunggal, letkep, intra uterin, keadaan jalan lahir/ kesan panggul normal, keadaan umum ibu dan bayi baik post date dengan ketuban pecah dini.
Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga untuk menjalin kerjasama yang baik, supaya mempermudah petugas dalam memberikan/ melakukan intervensi. Beritahu ibu dan keluaga tindakan yang kan dilakukan. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien. Menjelaskan tanda tanda persalinan seperti keluar cairan dari vagina, tekanan anus dan perineum menonjol dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda persalinan pada ibu. Menjelaskan kepada ibu bahwa kehamilannya sudah lewat bulan dan harus segera dilahirkan akan tetapi tidak bisa secara normal sehingga harus dilakukan operasi SC. Memotivasi ibu agar tidak cemas dalam menghadapi SC. Konsultasi dengan dokter SpOG untuk melakukan tindakan SC. Menganjurkan ibu untuk puasa
selama 3 jam. Melakukan informed consent untuk dilakukan operasi SC. Memindahkan ibu ke ruang OK untuk dilakukan SC. Membantu persiapan pasien pindah ke ruang Melati untuk mendapatkan perawatan masa nifas dan post SC. PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari Karya Tulis Ilmiah yang membahas tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yang terjadi selama penulis melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. “A” GIIIP20011 UK 42
Minggu 1 hari Post Date Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang Poli Kandungan RSUD Ngimbang Lamongan. Setelah penulis menyusun dan mempelajari tinjauan pustaka tentang Asuhan Kebidanan Pada Ny. “A” GIIIP20011
UK 42 Minggu 1 hari Post Date Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD), dan melakukan asuhan kebidanan pada kasus nyata dengan pendekatan manajemen kebidanan SOAP, maka ditemukan kesenjangan sebagai berikut : Pada pengkajian data subyektif tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena mengeluarkan cairan jernih dari vagina. Pada data obyektif tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena pada genetalia terdapat pengeluaran cairan ketuban berwarna jernih, merembes. Dari analisa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada penatalaksanaan tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
PENUTUP
Pada data subyektif didapatkan ibu mengatakan tanggal
07 April 2017 jam 23.55 WIB datang ke rumah bidan, dan mengeluh keluar cairan jernih dari alat kemaluan dan oleh bidan dilakukan pemeriksaan dan bidan menganjurkan ibu untuk dibawa ke Puskesmas. Pada tanggal 08 April 2017 jam 02.00 WIB untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan pembukaan tidak ada, tensi: 120/90 mmHg, suhu : 36,5C, ketuban pecah jernih, kenceng-kenceng (jarang). Pada jam 09.00 WIB ibu dirujuk ke RSUD Ngimbang Lamongan untuk dilakukan pemeriksaan di Poli Kandungan. Pada jam 11.00 WIB dilakukan pemeriksaan USG ditemukan air ketuban kurang dan oleh Dokter disarankan untuk dilakukan SC, kemudian pada jam 12.00 WIB ibu dibawa ke Ruang VK untuk tindakan lebih lanjut.
Pada data obyektif didapatkan Keadaan umum : baik, Kesadaran : Composmentis, Postur tubuh : Lordosis, Cara berjalan : Tegak, TB : 150 cm, BB saat hamil : 72 kg, BB sebelum hamil : 59 kg, Kenaikan BB : 12 kg, LILA : 26 cm, Tanda-tanda Vital (Tensi : 120/90 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,5C, RR : 20 x/menit). Pemeriksaan fisik abdomen : Leopold I : TFU 2 jari bawah px (32 cm), Bagian fundus uteri teraba bulat, lunak tidak ada lentingan (bokong), TBJ : 32-12x155 = 3100 gram, Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba keras panjang seperti papan (puki), bagian perut kanan ibu teraba bagian terkecil janin (ekstremitas). Leopold III : Bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting (kepala), Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas panggul, Genetalia : Keluar lendir
Pada tinjauan kasus berdasarkan data subyektif dan data
obyektif ditemukan identifikasi diagnosa yaitu Ny. “A” GIIIP10011 UK
42 minggu 1 hari, hidup, tunggal, letkep, intra uterin, keadaan jalan lahir/ kesan panggul normal, keadaan umum ibu dan bayi baik post date dengan ketuban pecah dini.
Pada penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yaitu Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga untuk menjalin kerjasama yang baik, supaya mempermudah petugas dalam memberikan/ melakukan intervensi. Beritahu ibu dan keluaga tindakan yang kan dilakukan. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien. Menjelaskan tanda tanda persalinan. Menjelaskan kepada ibu bahwa kehamilannya sudah lewat bulan dan harus segera dilahirkan akan tetapi tidak bisa secara normal sehingga harus dilakukan operasi SC. Konsultasi dengan dokter SpOG untuk melakukan tindakan SC. Menganjurkan ibu untuk puasa selama 3 jam. Melakukan informed consent untuk dilakukan operasi SC. Memindahkan ibu ke ruang OK untuk dilakukan SC. Membantu persiapan pasien pindah ke ruang Melati untuk mendapatkan perawatan masa nifas dan post SC..
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan, dalam hal ini penulis menyampaikan pemikiran sebagai berikut : Mengikut sertakan suami dan keluarga dalam melakukan perawatan pada klien hamil, sehingga suami dan keluarga tentu berpartisipasi dan bersikap kooperatif. Selain itu mengikutsertakan suami dalam perawatan yaitu diharapkan dapat membantu memberikan dukungan emosional pada klien. Komuniksi terapeutik antara petugas kesehatan dan pasien serta keluarga pasien
sangat menunjang keberhasilan dalam setiap langkah asuhan kebidanan yang akan diberikan. Oleh karena itu hendaknya bagi semua petugas kesehatan juga mengutamakan terjalinnya komunikasi terapeutik disamping penentuan diagnosa, pemberian perawatan. Diharapkan instansi pendidikan dapat menambah sarana dan prasarana yang lebih memadai agar proses belajar mengajar lebih efektif, menambah lebih banyak buku di perpustakaan sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa. Mahasiswa hendaknya selalu berupaya memberikan asuhan kebidanan yang terbaik bagi klien dan keluarga dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia menuju bidan profesional. Dan sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan kebidanan hendaknya mahasiswa terus menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan secara optimal, berorientasi pada kepuasan klien dan sesuai dengan prosedur.
DAFTAR PUSTAKA Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and
Jensen. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC
Cunningham, dkk. (2012). Obstetri
Williams Vol 1 & 2. Edisi 23.
Jakarta : EGC
Eni Nur Rahmawati. (2011). Ilmu
Praktis Kebidanan. Surabaya
: Victory Inti Cipta
Fadlun, Achmad Feryanto. (2011).
Asuhan Kebidanan Patologis.
Muslihatun, Wafi Nur. (2010).
Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. (2014).
Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. (2010).
Asuhan Kebidanan I
(Kehamilan). Jakarta : Trans
Info Media
Saifuddin, Abdul Bari. (2010). Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sofian Amru. (2013). Sinopsis
Obstetri. Jakarta : EGC
Sujiyatini, dkk. (2009). Asuhan
Patologi Kebidanan. Jakarta :
Nuha Medika
Varney, Hellen. (2011). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan. Edisi Empat, Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. (2010). Ilmu
Bedah Kebidanan. Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
World Health Organization (2015).
Managing Newborn Problems : A Guide For Doctors, Nurses, And Midwifes. Jakarta : EGC