• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PESANTREN DAN MADRASAH HUBUNGANNYA DENGAN LAPANGAN KERJA DI DUSUN LEDAN DESA BANTI KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PESANTREN DAN MADRASAH HUBUNGANNYA DENGAN LAPANGAN KERJA DI DUSUN LEDAN DESA BANTI KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada prodi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

KASIM 105190140211

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436 H/2015 M

(2)

Nim : 105190 1402 11

Judul :“ PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PESANTREN DAN MADRASAH HUBUNGANNYA DENGAN LAPANGAN KERJA DI DUSUN LEDAN DESA BANTI KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG ” Prodi : Pendidikan Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka proposal ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Proposal Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 28 Dzulhijah 1436 H 11 Oktober 2015 M

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rusli Malli M,Ag Drs. Mutakallim Sijal M,Pd

(3)

iii

ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil tulisan penulis sendiri, jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan atau dibuat dan dibantu orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Makassar, Oktober 2015 Penulis

Kasim

(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

ْهِمََ بَىِسُفْوَأ ِرَُْرُش ْهِم ِلِلّبِب ُذُُعَوََ ْيُرِفْغَتْسَوََ ًُُىْيِعَتْسَوََ ُيُدَمْحَو ِ َّ ِلِلّ َدْمَحْلا َّنِإ

َل ْنَأ ُدٍَْشَأََ .ًَُل َيِدبٌَ َلاَف ْلِلْضُي ْهَمََ ًَُل َّلِضُم َلاَف ُالله ِيِدٍَْي ْهَم ،بَىِلبَمْعَأ ِتبَئِّيَس

.ًُُل ُُْسَرََ ُيُدْبَع اًدَّمَحُم َّنَأ ُدٍَْشَأََ ًَُل َكْيِرَش َل ُيَدْحََ ُالله َّلِإ ًََلِإ

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala oleh karena rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun bentuknya sangat sederhana. Selanjutnya Salawat dan Salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi

Wassalam beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah memberikan

petunjuk kepada umat manusia.

Sejak awal penyusun skripsi ini, sungguh amat banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, baik dalam proses pengumpulan data maupun dalam penulisannya. Namun berkat bantuan dan pertolongan Allah

Subhana Wata’ala dan usaha maksimal penulis serta dorongan moril maupun

materil dari berbagai pihak sehingga kesulitan dan hambatan tersebut dapat teratasi dengan izin-Nya.

Menyadari hal tersebut di atas dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak.

(7)

Untuk itu dengan sangat hormat penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Orang tua penulis yang tercinta Ayahanda Salika Bin Leccen (almarhum) dan Ibunda Hanipa Binti Jalamma dimana secara tulus dan ikhlas serta penuh ketabahan mendidik dan membiayai penulis sejak kecil demi keberhasilan penulis dikemudian hari.

2. Bapak Dr.H.Irwan Akib, M.Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Drs H. Mawardi Pewangi,M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag, M.Si Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis

5. Bapak Dr Rusli Malli M,Ag dosen pembimbing 1 dan Drs. Mutakallim Sijal M,Pd dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 6. Saudara kandung penulis yang merupakan inspirasi dan senantiasa

memberikan bantuan kepada penulis demi terwujudnya cita-cita penulis. 7. Rekan- rekan di kelas E PAI, kepada kalian semua penulis ucapkan

banyak terima kasih..

Akhirnya hanya Allah jualah, penulis berdoa dan menyerahkan segala urusan. Semoga bantuan bapak/ibu serta rekan-rekan sekalian senantiasa

(8)

mendapat pahala yang berlipat ganda disisinya. Insya Allah kehadiran skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat kepada pembaca, terkhusus bagi penulis. Amin .

Makassar, Oktober 2015 Penyusun

(9)

Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang (Dibimbing oleh

Rusli Malli dan Mutakallim Sijal).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang Pesantren dan Madrasah Hubungannya Dengan Lapangan Kerja Di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Jadi penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research) dengan pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif

yang bertujuan memberikan gambaran tentang persepsi masyarakat tentang Pesantren dan Madrasah hubungannya dengan lapangan kerja Di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Adapun Variabel bebasnya (Independent Variabel) adalah Persepsi Masyarakat tentang Pesantren Dan Madrasah dan variabel terikatnya (Dependent Variabel) adalah hubungannya dengan lapangan kerja. Seluruh data primer yang perlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen pokok berupa kuesioner (angket), sedangkan observasi dan wawancara digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Seluruh data yang terkumpul selanjutnya di olah dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Hasil dari penelitian ini, bahwa masyarakat yang berada di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka kabupaten Enrekang beranggapan dengan adanya Pesantren Dan Madrasah maka akan lebih terbukanya lapangan kerja, karena Pesantren Dan Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang lebih menekankan pada aspek keagamaan dan dapat meningkatkan kualitas alumni atau sumber daya manusia, adapun harapan masyarakat adalah agar para pengelolah Pesantren Dan Madrasah dapat memperbaiki sistem pendidikan kedepannya dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga nampak jelas terlihat cerminan optimisme umat Islam di Desa Banti akan berkembangnya Pesantren dan Madrasah di masa depan.

(10)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masaalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pesantren dan Madrasah ... 8

1. Pengertian Pesantren ... 8

2. Pengertian Madrasah... 10

B. Peranan Pesantren dan Madrasah dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia ... 18

1. Peningkatan kualitas pendidikan ... 19

2. Peningkatan kualitas Madrasah melaui peningkatan profesional dan disiplin guru ... 24

3. Manajemen pengelolaan pesantren dan madrasah ... 29

(11)

C. Variabel Penelitian ... 36

D. Devenisi Operasional Variabel ... 37

E. Populasi dan Sampel ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

H Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Selayang Pandang Desa Banti ... 45

1. Keaaadaan geografis ... 45

2. Keaadaan Demografis ... 46

B. Persepsi masyarakat tentang Pesantren dan Madrasah hubungannya dengan lapangan kerja di Dusun Ledan Desa Banti ... 52

C. Minat orang tua menyekolahkan anaknya di Pesantrendan Madrasah hubungannya dengan lapangan kerja ... 60

D. Peranan Pesantren dan Madrasah dalam meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia hubungannya dengan lapangan kerja ... 62

(12)

B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN

(13)

Baraka Kabupaten Enrekang ... 40 Tabel 3: Keadaan jumlah dan kepadatan Penduduk Dusun Ledan Desa

Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 46 Tabel 4: Keadaan agama masyarakat Penduduk Dusun Ledan Desa Banti

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 47 Tabel 5: Keadaan banyak sekolah Penduduk Dusun Ledan Desa Banti

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 50 Tabel 6: Banyak penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2015 ... 50 Tabel 7: Frekuensi dan persentase tentang simpatik masyarakat terhadap

Pesantren dan Madrasah hubungannya dengan lapangan kerja .. 53 Tabel 8: Frekuensi dan persentase tentang pertimbangan biaya

pendidikan dalam melanjutkan pendidikan ... 55 Tabel 9: Frekuensi dan persentase tentang Pesantren dan Madrasah

menjanjikan lapangan kerja ... 58 Tabel 10: Frekuensi dan persentase tentang harapan masyarakat

terhadap Perguruan Tinggi Islam kedepan ... 61 Tabel 11: Frekuensi dan persentase tentang pandangan masyarakat

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diakui bahwa, kemajuan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan dewasa ini menuntut sebuah kualitas Pesantren dan Madrasah yang semakin baik. Oleh sebab itu, dalam menghadapi hal tersebut, pemerintah memandang perlu untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan mulai jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Lebih dari itu, keberadaan Pesantren dan Madrasah di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah pembangunan bangsa kedepan. Betapa tidak, kedua lembaga itu telah dianggap cukup signifikan dengan kultur masyarakat. Bahkan Nurcholis Madjid menilai pesantren dan madrasah sebagai satu-satunya lembaga yang indegenpous, orisinal, tertua dan tumbuh dari budaya tradisional masyarakat kita.

Oleh karena itu, keadaan Pesantren dan Madrasah yang demikian itu sungguh memungkinkan untuk menjadi sebuah lembaga pendidikan terfavorit dan tetap diminati oleh masyarakat, sebab biasanya lembaga-lembaga itu tumbuh dan berkembang atau bahkan di kembangkan oleh masyarakat itu sendiri yang notabene sebagai pengguna. Bahkan mereka mewarnainya dengan nilai-nilai yang tumbuh di tengah-tengah mereka, hingga tak jarang kalau kemudian lembaga Pesantren dan Madrasah

(15)

memiliki ciri khas (kekhususan) dibanding lembaga yang sama di daerah lainnya karena perbedaan pola hidup dan tata nilai yang mengintari kehidupan dalam masyarakat.

Dengan demikian, tumbuh dan berkembangnya suatu Pesantren, diminati atau ditinggalkan suatu lembaga pendidikan, boleh jadi karena kurang memiliki kemampuan didalam menumbuhkan dan menyerap budaya lokal, kemajuan kultur dan perkembangan masyarakat yang melingkupinya. Di samping itu, kurang tertariknya masyarakat untuk memilih Pesantren dan Madrasah sebenarnya bukan karena telah terjadi pergeseran nilai atau ikatan keagamaannya yang mulai memudar melainkan karena sebagian besar kurang menjanjikan, kurang responsive terhadap tuntutan, permintaan saat ini maupun mendatang dan kemerosotan Pesantren dan Madrasah tertentu pada khususnya karena telah hilangnya dukungan masyarakat sebagai akibat ketidak percayaan pada mekanis pendidikan yang diterapkan dan kualitas moralitas pendidikan yang bertugas di dalamnya.

Dalam konteks inilah kemudian, Pesantren dan Madrasah yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah perkembangan arus modernitas selama ini masih memerlukan introspeksi dan pengkajian secara khusus. Terutama menyangkut kondisi dan kemampuannya menyerap aspirasi, kebutuhan, dan perkembangan dalam berbagai bidang, baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun keamanan.

(16)

Dalam kerangka itu, Pesantren dan Madrasah yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan baik oleh pemerintah maupun masyarakat Kabupaten Enrekang Kecamatan Baraka di Desa Banti Dusun Ledan, dari waktu kewaktu makin bervariasi dan beragam pada taraf pola pengembangan kualitas pendidikannya, seperti dalam orientasi pendiri, tujuan, muatan program, bentuk jenis pengajaran, cara pembinaan dan pengelolaan, tingkat mobilitas serta kualitas sumber daya manusia dan penerimaan masyarakat.

Berkaitan dengan keberadaan dan peran Pesantren dan Madrasah di Kabupaten Enrekang tersebut, tidak memungkinkan bahwa masyarakat disatu sisi telah memberikan respon yang cukup baik, tetapi pada sisi lain masih dinilai minim dan konstribusi bagi pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat umum. Penelitian ini paling tidak akan mencoba menggali informasi sejauh mungkin terhadap cita-cita dan tujuan Pesantren dan Madrasah yang telah diletakkan oleh pemerintah dan masyarakat banyak di Kabupaten Enrekang. Khususnya menyangkut pandangan masyarakat terhadap kiprah Pesantren dan Madrasah itu kini dan kedepan. Termasuk dalam rangka mencermati masalah Pesantren dan Madrasah yang berkembang sejak lama secara berkesinambungan.

Lebih dari itu, didalam rumusan-rumusan peraturan perundang-undangan seperti undang-undang sistem pendidikan nasional tampak sejumlah konsep mengedepankan landasan keimanan dan ketaqwaan sebagai idealisme nasional yang hendak diwujudkan melalui

(17)

lembaga-lembaga Pendidikan. Ide ini adalah yang luhur dan mulia, dan karena itu harus diwujud nyatakan dengan cara-cara yang benar dan lebih strategis hal itu pula menunjukkan program-program pemerintah bidang pendidikan dan antusias masyarakat dalam mengelolah dan memberdayakan Pesantren dan Madrasah atau lembaga pendidkan lainnya. Hanya saja yang menjadi pokok persoalan adalah apakah cita-cita pemerintah dan masyarakat banyak tersebut telah terlaksana dengan baik di lapangan? Hal ini akan terbukti setelah di adakan penelitian lapangan menyangkut persepsi masyarakat tentang Pesantren dan Madrasah hubungannya dengan lapangan kerja.

Dari pernyataan di atas, sekali lagi keberadaan Pesantren dan Madrasah merupakan bagian dari sejarah kebangkitan bangsa Indonesia sejak kemerdekaan hingga dewasa ini yang tetap relevan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional, lebih dari itu pondok pesantren dan madrasah didirikan atas inisiatif masyarakat Islam yang tujuan utamanya adalah mendidik peserta didik memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik.

Sebagaimana pengamatan peneliti di lapangan mengenai ”Persepsi Masyarakat Tentang pesantren dan madrasah hubungannya dengan Lapangan Kerja di Dusun Ledan Desa Banti” bahwa sebagian dari masyarakat beranggapan bahwa pesantren dan madrasah kurang menjamin kualitas Sumber Daya Manusia dan ada pula yang beranggapan bahwa Pesantren dan Madrasah ini baik untuk membentuk

(18)

generasi yang berakhlak, maka dari itu pemerintah harus memperhatikan Sumber Daya Manusia dari pesantren dan madrasah agar dapat memenuhi tuntutan zaman sehingga masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan yang diinginkannya.

Sangat pentingnya lembaga-lembaga keagamaan ini pada saat sekarang ini tidak lagi sekedar pemenuhan aspek-aspek religius semata bagi masyarakat. Tetapi juga untuk membangun keberdayaan masyarakat dari sisi yang luas, termasuk dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan tuntutan zaman, yang dilandasi tuntutan di bidang ekonomi, politik, sosial, hukum dan rasa aman. Aspek-aspek ini kemudian mengubah pola pikir masyarakat dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan lembaga pendidikan seperti Pesantren dan Madrasah. Bila lembaga itu sanggup memenuhi harapan masyarakat, maka lembaga-lembaga pendidikan itu akan tetap mendapat respon dan perhatian yang positif, tetapi jika sebaliknya ternyata tidak sanggup memenuhi tuntutan itu bahkan bertolak belakang dengan kondisi masyarakatnya, maka otomatis Pesantren dan Madrasah itu akan mengalami stagnasi dan vakum karena ditinggalkan oleh lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat mengangkat beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

(19)

1. Bagaimana persepsi masyarakat tentang Pesantren dan Madrasah hubungannya dengan lapangan kerja di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?

2. Bagaimana peranan Pesantren dan Madrasah Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia hubungannya dengan lapangan kerja di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai dalam pembahasan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang Pesantren dan Madrasah hubungannya dengan lapangan kerja di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

2. Untuk mengetahui peranan Pesantren dan Madrasah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia hubungannya dengan lapangan kerja di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

1. Dengan mengetahui pandangan yang menunjukkan respon masyarakat Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang terhadap Pesantren dan Madrasah maka paling tidak pihak-pihak tertentu dalam hal ini, pengelola, pendiri,

(20)

pemerintah dan masyarakat dengan mudah melakukan langkah-langkah konkrit untuk mengembangkan pendidikan Islam.

2. Bahwa dimungkinkan semua pihak akan lebih mudah menciptakan format yang baru dan mencari model pendidikan yang cocok diterapkan ditengah masyarakat yang tentunya menekankan pada aspek pengembangan iman dan taqwa (IMTAQ) serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

3. Paling tidak penelitian ini berguna bagi peneliti serta untuk lebih mengembangkan pemikiran dan konsep yang lebih sempurna lagi bagi kemajuan pendidikan ditanah air khususnya di dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pesantren dan Madrasah a. Pengertian Pesantren

Menurut Mastuhu (1994 : 6) mengemukakan bahwa :

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.

Zamakhsyari Dhofier (1983 : 18)

Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” mungkin berasal dari bahasa Arab “funduq” yang berarti hotel atau asrama.

Pondok pesantren yang merupakan “bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia , didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat dari perjalanan historinya, bahwa sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader Ulama dan Dai.

Sebagai suatu lembaga pendidikan Islam, Pesantren dari sudut historis kultural dapat dikatakan sebagai “training center“ yang otomatis menjadi “cultur central“ yang disahkan atau dilembagakan oleh

(22)

masyarakat, setidak-tidaknya oleh masyarakat Islam sendiri yang secara defacto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.

Depertemen Agama RI (1994/1995:10) mengemukakan bahwa Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kalinya, dimana dan siapa pendirinya, tidak dapat diperoleh keterangan yang pasti. Berdasarkan hasil pendataan hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun 1062 di pamekasan madura, dengan nama pesantren Jan Tampes II.

Akan tetapi hal ini juga diragukan, karena tentunya ada pesantren Jan Tampes I yang lebih tua. Kendatipun demikian, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang peran sertanya tidak diragukan lagi, adalah sangat besar bagi perkembangan Islam di Nusantara.

Kehadiran pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Dengan sifatnya yang lentur sejak awal kehadirannya, Pesantren ternyata mampu mengadaptasikan diri dengan masyarakat serta memenuhi tuntutan masyarakat.

Zamakhasyari Dhofier (1982:17-18) Pesantren berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat gerakan pengembangan Islam, hal ini seperti yang diakui oleh Dr. Soebardi dan Prof. Jhons.

Lembaga-lembaga pesantren itulah yang paling menentukan watak keislaman dari kerajaan-kerajaan Islam, dan yang paling memegang peranan paling penting bagi penyebaran Islam sampai

(23)

kepelosok-pelosok. Dari lembaga-lembaga pesantren itulah asal usul manuskrip tentang pengajaran Islam di Asia Tenggara yang tersedia secara terbatas, yang dikumpulkan oleh pengembara-pengembara pertama dari perusahaan-perusahaan dagang Belanda dan Inggris sejak akhir abad ke-16. Untuk dapat betul-betul memahami sejarah Islamisasi diwilayah ini, kita harus mulai mempelajari lembaga-lembaga pesantren tersebut, karena lembaga inilah menjadi anak panah penyebaran Islam diwilayah ini.

Walaupun pada masa penjajahan, pondok pesantren mendapat tekanan dari pemerintah Kolonial Belanda, pondok pesantren masih bertahan terus dan tetap tegak berdiri, walaupun sebagian besar berada didaerah pedesaan.

Dalam perkembangannya, pondok pesantren memang sangat pesat, pada zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesia besar kecil tercatat sebanyak 20.000 buah. Perkembangan selanjutnya mengalami pasang surut, ada daerah tertentu yang membuka pesantren baru, ada pula pesantren di daerah yang lain bubar karena tidak begitu terawat lagi. Tetapi perkembangan yang paling akhir, dunia pesantren menampakkan tren lain. Di samping masih ada yang mempertahankan sistem “ tradisionalnya “, sebagian pesantren telah membuka sistem madrasah, sekolah umum, bahkan di antaranya yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, pertukangan, teknik dan sebagainya.

b. Pengertian Madrasah

(24)

Madrasah merupakan “isim makan“ kata “darasa“ dalam bahasa Arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar“ atau populer dengan sekolah. Lembaga pendidikan Islam ini mulai tumbuh di Indonesia pada awal abad ke-20.

Kelahiran madrasah ini tidak terlepas dari ketidakpuasan terhadap sistem pesantren yang semata-mata menitiberatkan agama, dilain pihak sistem pendidikan umum justru ketika itu tidak menghiraukan agama.

Dengan demikian, kehadiran madrasah dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberlakukan secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum dalam kegiatan pendidikan dikalangan ummat Islam. Atau dengan kata lain madrasah merupakan perpaduan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan kolonial.

Abd Mujib Muhaimin (1993 : 305) Dengan demikian, setidak-tidaknya kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai beberapa latar belakang, yaitu :

a. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan pendidikan Islam b. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren kerah suatu

sistem pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperolah kesempatan yang sama dengan sekolah umum. c. Adanya sikap mental pada sementara golongan ummat Islam,

khususnya santri yang terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka

d. Sebagai untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional yang dilaksanakan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi

Diketahui bahwa permulaan abad ke-20, merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan madrasah hampir di seluruh indonesia

(25)

madrasah-madrasah tersebut, pada awal perkembangannya, masih bersifat diniyah semata-mata. baru sekitar tahun 1930, sedikit demi sedikit, akan tetapi bertambah cepat, dilakukan pembaharuan terhadap madrasah dalam rangka memantapkan keberadaannya khususnya dengan penambahan pengetahuan umum.

Diakui bahwa hasil penelitian yang bertemakan tentang persepsi tentang lembaga-lembaga pendidikan Islam pada prinsipnya telah banyak ditemukan dalam berbagai karya atau tulisan-tulisan ilmiah namun dalam perspektif yang berbeda adanya.

Dalam bukunya Nurcholis Madjid (1976 :11) mengemukakan bahwa

Pesantren tidak saja merupakan lembaga pendidikan tertua, tetapi lebih dari itu merupakan satu-satunya yang mewakili ciri-ciri dan keaslian dari budaya religius masyarakat islam dan nusantara. Sedangkan Karel A. Steenbrink (1976:7) yang dalam karya tulisannya yang sangat terkenal “Pesantren Madrasah Sekolah“.

Disitu steenbrink banyak mengulas tentang pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tertua yang terdiri atas tradisi dan budaya asli orang Indonesia.

Lebih dari itu dengan melihat pendapat kedua tokoh di atas, maka A. Malik Fadjar mencoba membandingkan eksistensi keduanya bahwa :

Bilamana menyimak pranata pendidikan Islam formal, maka madrasah bukanlah sesuatu yang berwatak indegenious. Sehingga kalau kita mengkaji pranata pendidikan Islam, mestilah kita menatap pondok

(26)

pesantren. Lembaga inilah yang oleh banyak peneliti, ilmuan, ataupun budayawan dipandang sebagai lembaga pendidkan Islam yang mewakili watak indegenious jadi sebab pondok pesantren dipandang sebagai perangkat sosialisasi dan ekulturasi yang telah lama berakar. Dimana bahwa pola pembelajaran pondok pesantren tidak jauh berbeda dengan sistem yang berlaku pada lembaga pendidikan “Asli“ tersebut.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dikembangkan secara indegenious oleh masyarakat Indonesia sangatlah tidak berlebihan. Karena sebenarnya pesantren merupakan produk budaya masyarakat Indonesia yang sadar sepenuhnya akan pentingnya arti sebuah pendidikan bagi pribumi yang tumbuh secara natural. Terlepas dari mana tradisi dan sistem tersebut diadopsi, tidak akan mempengaruhi pola yang unik (khas) dan telah mengakar serta hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat indonesia.

Perspektif historis menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khazana perkembangan sosial-budaya masyarakat Indonesia. Abdurahman Wahid menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam masyarakat indonesia. Menurutnya, lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai subkultur (Abdurrahman Wahid, dalam Marzuki Wahid dkk, 1999).

Bertolak dari pandangan Wahid di atas, tidak terlalu berlebihan apabila pesantren di posisi sebagai satu elemen determinan dalam

(27)

struktur piramida sosial masyarakat Indonesia. Adanya posisi penting yang disandang pesantren menuntunnya untuk memainkan peran penting pula dalam setiap proses-proses pembangunan sosial baik melalui potensi pendidikan maupun potensi pembangunan masyarakat yang dimilikinya. Seperti dimaklumi, pesantren selama ini dikenal dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki misi untuk membebaskan peserta didiknya (santri) dari belenggu kebodohan yang selama ini menjadi musuh dari dunia pendidikan secara umum. Pada tataran berikutnya, keberdayaan akan menjadi bekal mereka dalam berperan serta dalam proses pembangunan yang pada intinya tiada lain adalah perubahan sosial menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sempurna (Tampubolon, 1973).

Secara mendasar dapat dikatakan bahwa, madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat.

Berdasarkan realitas tersebut, pesantren sampai saat ini memiliki pengaruh cukup kuat pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan masyarakat muslim pedesaan yang taat. Kuatnya pengaruh pesantren membuat setiap pengembangan pemikiran dan interpretasi yang berasal dari luas kaum elit pesantren tidak akan memiliki dampak signifikan terhadap way of life dan sikap masyarakat Islam di daerah pedesaan-pedesaan.

(28)

Pada awal berdirinya, pengabdian pesantren terhadap masyarakat, sesuai zamannya, berbentuk sangat sederhana dan biasa dibilang sangat alami pengabdian tersebut diwujudkan misalnya, dengan “pelayanan keagamaan“ kepada masyarakat menyediakan wadah bagi sosialisasi anak-anak dan sebagai tempat bagi remaja yang datang dari berbagai daerah yang sangat jauh untuk menjalani semacam “ritus peralihan“ dari fase remaja ke fase selanjutnya. Dalam bentuk seperti itu, pesantren terlibat aktif dalam pengkajian keagamaan dan pola-pola sejenis yang dikembangkan di masyarakat luas.

Pengabdian masyarakat yang dilakukan pesantren itu merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dianut pesantren. Nilai pokok yang selama ini berkembang dalam komonitas santri (lebih tepatnya lagi, dunia pesantren) adalah: seluruh kehidupan ini diyakini sebagai ibadah. Maksudnya, kehidupan duniawi disubordinasikan dalam rangkuman nilai-nilai ilahi yang telah mereka peluk sebagai sumber nilai-nilai tertinggi.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, Pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sarat nilai dan tradisi luhur yang telah menjadi karakteristik pesantren pada hampir seluruh perjalanan sejarahnya. secara potensial, karakteristik tersebut memiliki peluang cukup besar untuk dijadikan dasar pijakan dalam rangka menyikapi globalisasi dan persoalan-persoalan lain yang menghadang pesantren, secara khusus dan masyarakat luas, secara umum.

(29)

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam merupakan realitas yang tak dapat dipungkiri sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus menekuni pendidikan tersebut dan menjadikannya fokus kegiatan

Oleh Zarkowi soejoeti (1998 : 2) berpendapat bahwa:

Keberadaan pendidikan Islam sesungguhnya tidak sekedar memperhatikan ciri khas yang islami saja melainkan dapat mewujudkan tujuan yang diidamkan dan diyakini sebagai yang paling ideal.

Dengan demikian tujuan ini sekaligus mempertegas bahwa misi dan tanggung jawab yang diemban pendidikan Islam lebih berat lagi. Dimana dalam pandangan Waskito Tjiptosaswito bahwasanya berdasarkan kenyataan, ada tiga hal yang cukup berpengaruh dalam penilaian maupun penerimaan masyarakat terhadap pendidikan yaitu:

a. Sistem pendidikan dan kelembagaan lebih merupakan cerminan keadaan masyarakat. Dalam hal ini, keadaan masyarakat yang berlapis-berlapis menentukan kenyataan pendidikan sebagai sebuah sistem.

b. Lembaga sekolah dan perguruan tinggi mempunyai kemampuan besar dalam menyalurkan lulusan sesuai harapan masyarakat akan dikukuhkan kedudukannya. Sejalan dengan hal itu akan berlaku suatu dalil bahwa semakin besar kemungkinan suatu sekolah mengantarkan anak didiknya keposisi masyarakat yang terpandang, maka semakin besar pula arus anak didik untuk masuk kedalam lembaga pendidikan tersebut.

(30)

c. Orientasi alokasi possisional akan berdampak pada munculnya dorongan yang kuat dikalangan anggota masyarakat untuk mencapai tingkatan pendidikan setinggi-tingginya.

Kehadiran pesantren dan madrasah yang berkualitas dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan itu sesungguhnya sangat diharapkan oleh berbagai pihak, terutama umat Islam.

Kurang tertariknya masyarakat untuk memilih pesantren dan madrasah sebenarnya bukan hanya terjadi pergeseran nilai atau ikatan keagamaan yang mulai memudar, melainkan karena sebagian besar lembaga tersebut kurang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, Malik Fajar berpendapat bahwa:

Pengembangan pendidikan bukanlah pekerjaan sederhana karena upaya tersebut memerlukan perencanaan yang terpadu dan menyeluruh. Dalam hal ini perencanaan berfungsi membantu memfokuskan kepada sasaran, pengalokasian dan kontunuitas, sebagai suatu proses berfikir untuk menentukan apa yang akan dicapai.

Jadi kesimpulannya, persepsi tentang Kreadibilitas lembaga-lembaga itu di zaman sekarang diakui telah banyak mengalami pasang surut. Hal itu setelah melihat kiprah sebagian Pesantren dan Madrasah yang juga kian beragam. Ada yang senantiasa untuk tetap mendukung sebagai yang tetap mempertahankan karakter ke Islaman. Namun adapula yang memberikan penilaian sebaliknya, lalu kemudian mengkritisnya sebagai lembaga tidak lagi mampu memenuhi tuntutan

(31)

zaman, yang karenanya perlu untuk dibenahi secara terus menerus. Pernyatan-pernyataan yang cenderung mendukung dan mengkritisi tersebut dalam pengamatan penulis telah banyak ditemui dalam tulisan-tulisan Ilmiah.

2. Peranan Pesantren dan Madrasah dalam meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

Era globalisasi dewasa ini dan dimasa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat Islam Indonesia umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pesantren khususnya. Pesantren perlu mengkaji ulang secara cermat dan hati-hati berbagai gagasan untuk mengorientasikan pesantren pada tantangan sebab, bukan tidak mungkin orientasi semacam itu akan menimbulkan implikasi negatif terhadap eksistensi dan fungsi pokok pesantren itu sendiri. Harus dipahami bahwa dengan menyatakan terhadap perkembangan diluar dunianya. Sebaliknya pesantren harus menumbuhkan apresiasi yang sepatutnya terhadap semua perkembangannya yang terjadi dimasa kini dan mendatang, sehingga dapat memproduksi (calon) ulama yang berwawasan luas dikarenakan pesantren sebagai salah satu lembaga Islam terpenting yang berfungsi sebagai “guardian of islamic faith“ yang artinya jilbab kebesaran Islam. Allah SWT Berfirman dalam Surah Al-Ra’ad (13): 11

(32)









































































Terjemahnya

:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(Depertemen Agama R.I, 2004: 250)

Jadi peranan pesantren dan madrasah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yakni harus banyak memperhatikan sebagai berikut :

1. ) Peningkatan Kualitas Pendidikan.

Dalam konteks pendidikan pengertian kualitas mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.

Dalam proses pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input, seperti :bahan ajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik), metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi, sarana dan prasarana, sumber daya lainnya, dan penciptaan yang kondusif.

Kualitas dalam konteks “hasil“ pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurung waktu tertentu.

(33)

Pengertian kualitas secara umum adalah gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari barang-barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang di tentukan dalam konteks kualitas pendidikan. Pengertian kualitas mencakup sesuatu input, proses dan output pendidikan.

Depdiknas Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001:768). kualitas adalah berkaitan dengan baik buruk suatu benda, kadar, atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya. Depdiknas, manajemen peningkatan mutu basis sekolah, konsep dasar (2002 : 7).

Secara umum kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat.

Pengertian kualitas dapat dilihat juga dari konsep absolut dan relatif (Edward dan Sallis1993:24). Dalam konsep absolut (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang akan mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya.

Dalam konsep relatif, kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan. Edward dan Sallis (1993:24)

(34)

dalam Nurkholis, mengemukakan dalam konsep relative berhubungan dengan produsen, maka kualitas berarti sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pelanggan. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksudkan adalah konsep relatif, terutama berhubungan dengan kepuasan pelanggan.

Peningkatan kualitas sangat menekankan pentingnya peranan sekolah sebagai pelaku dasar utama yang otonom, dan peranan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan pendidikan. Sekolah perlu diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan pelanggan.sekolah sebagai institut otonom diberikan peluang untuk mengelolah dalam proses koordinasi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui beberapa cara,seperti :

a. Meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional atau ujian daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat, sertifikasi dan kompetensi dan profil portofolio.

b. Membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar secara kooperatif.

c. Menciptakan kesempatan baru di sekolah dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari.

(35)

d. Meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui pengasaan materi dan penghargaan atas pencapaian prestasi akademik.

e. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kursus-kursus yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh keterampilan pekerjaan (Jhon Bioshop, dalam Nurkholis).

Melalui surat keputusan bersama 3 Mentri (Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Agama serta Mentri dalam Negeri) tentang peningkatan kualitas pendidikan pada Madrasah, diharapkan agar :

a. Ijazah Madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang sederajat.

b. Lulusan Madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang setingkat lebih atas.

c. Siswa Madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.

Prinsip peningkatan kualitas pendidikan adalah : a. Kepemimpinan profesional.

b. Membantu siswa mengembangkan kemampuan. c. Kerjasama.

d. Komitmen pada perubahan. e. Sistem pengukuran.

f. Program berkelanjutan.

(36)

h. Pelatihan staf.

Pendekatan pengembangan kurikulum dengan menyusun pedoman kurikulum dan pedoman instruksional bertujuan untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan Islam pesantren dan madrasah dengan meningkatkan efektifitas mengajar melalui sejumlah kegiatan berikut :

a. Menentukan kerangka umum kurikulum yang dapat disetujui bersama.

b. Menetapkan standar minimal untuk tiap mata pelajaran atas persetujuan bersama, agar tiap guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sama akan berusaha mencapai standar minimal itu, bahkan bila mungkin melebihinya.

c. Menyediakan sumber belajar dan memanfaatkannya sepenuhnya. d. Membantu agar pengajar mudah dalam merencankan pelajaran

dalam proses belajar mengajar agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan.

e. Menjamin diadakannya revisi kurikulum secara teratur.

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa perguruan Islam khususnya Madrasah yang juga memiliki tujuan menghasilkan muslim yang menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, dapat menjadikan semua mata pelajaran sebagai wahana untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan agama. Sehingga dituntut kemampuan setiap guru yang mengajar di Madrasah agar dapat memanfaatkan setiap mata pelajaran

(37)

yang diberikan kepada siswa yang mengarah pada penekanan keyakinan dan kebenaran ajaran agama.

2.)Peningkatan Kualitas Madrasah Melalui Peningkatan Profesionalisme dan Disiplin Guru.

Madrasah merupakan institusi yang harus mampu bersaing dengan sekolah-sekolah umum terutama dalam peningkatan kualitas pendidikan. Berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan di Madrasah, peneliti menyampaikan upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga tersebut sebagai berikut :

a. Menyusun rencana proses pembelajaran dengan baik

Memperhatikan aspek kemampuan yang harus dimiliki dalam meningkatkan hasil balajar siswa, maka diharapkan dalam melakukan pembelajaran guru senantiasa membuat program pembelajaran dengan baik, karena kesuksesan guru didalam melakukan proses pembelajaran ditentukan pula oleh kemampuan guru dalam melakukan perencanaan program pembelajaran dengan memperhatikan kompetensi dan kemampuan dasar yang dikuasai siswa , memilih pendekatan dan metode yang sesuai untuk digunakan, dan melalui penilaian hasil belajar siswa

(38)

Kinerja guru merupakan bagian dari kesuksesan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di Madrasah. Oleh sebab itu, kinarja seorang guru yang ada di madrasah senantiasa dapat dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dilaksanakannya.

Guru telah diberikan tanggung jawab yang sangat besar untuk bertanggung jawab pada tugas dan kewajibannya sesuai dengan profesinya dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran.

Dalam upaya yang dilaksanakan oleh pihak madrasah dalam meningkatkan profesionalisme dan kedisiplinan guru diantaranya mereka harus mampu tampil didalam kelas melaksanakan proses pembelajaran secara aktif dan efektif.

Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru yang berkualitas adalah mereka yang mampu membelajarkan siswanya secara efektif, sesuai dengan kendala, sumber daya, dan lingkungannya.

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surah Al Qalam (68):1-4













































Terjamahnya :

Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,-Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.-Dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang

(39)

tidak putus-putusnya.-Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Depertemen Agama R.I, 2004:564)

Dengan demikian guru yang berkualitas adalah guru yang mempunyai kemampuan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik secara optimal.

c. Mengembangkan silabus

Salah satu tugas guru yang menentukan keberhasilannya dalam membelajarkan siswa adalah kemampuannya dalam mengembangkan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber,bahan, alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

d. Penataan kelembagaan

Menurut komite bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan, perlu diadakan perangkat yang membantu penyelenggaraan pembelajaran.

Undang-undang RI tentang sistem pendidikan Nasional No. 20/2003 Pasal 45 ayat (1) berbunyi, setiap satuan pendidikan menyediakan saran dan prasarana yang memenuhi keperluan

(40)

pendidkan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik.

Pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal mutlak harus ada dalam batasan-batasan tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan kualitas pendidikan.

e. Optimalisasi peran kepala madrasah

sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas madrasah maka kepala madrasah memiliki peran penting yang cukup signifikan serta berfungsi untuk mendorong tenaga guru untuk lebih disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran.

Karena itu posisi kepala sebagai pemegang kendali madrasah diarahkan sebagai berikut :

a) Kepala madrasah menjadi supervisor

Supervisi yang dilaksanakan oleh madrasah, maka ia melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di madrasah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga berfungsi sebagai tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga

(41)

kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.

b) Kepala madrasah menjadi leader

Kepala madrasah sebagai leader memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas.

Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemampuannya untuk mengambil keputusan untuk kepentingan internal madrasah, dan mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal madrasah.

c) Kepala madrasah menjadi motivator

Sebagai motivator, kepala madrasah diharapkan menerapkan strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui penghargaan secara efektif, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pembangunan Pusat Sumber Belajar (PSB).

Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan harus dimulai dengan sikap demokratis, oleh karena itu, dalam membina disiplin para tenaga kependidikan, kepala madrasah harus berpedoman dalam filnar demokratis, yakni dari, oleh dan untuk tenaga kependidikan. Keberhasilan

(42)

suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun datang dari lingkungan.

Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang berbeda satu sama lain, sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan profesionalismenya.

3.) Manajemen Pengelolaan Pesantren dan Madrasah a. Manajemen Madrasah

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan madrasah, tidak bisa terlepas dari upaya perbaikan manajemennya. Sebagai salah satu komponen penting dalam proses pendidikan, manajemen madrasah memang masih tampak kelemahan-kelemahan. Selama ini manajemen sekolah terlihat kurang mampu menciptakan produk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi. Karena disamping dipengaruhi oleh banyak faktor, baik kondisi sosial budaya, internal sekolah, kemampuan SDM, anak didik sendiri atau peran masyarakat pada umumnya. Namun setelah diberlakukannya disentralisasi pengelolaan pendidikan, madrasah diberikan keleluasaan dalam mengembangkan diri sebagai lembaga yang memiliki kekuatan menciptakan SDM yang berkulitas. Sehingga pola manajemen madrasah diarahkan kepada sistem

School Based Manajemen (SBM), yaitu manajemen yang berbasis

sekolah. Dimana konsep SBM merupakan alternatif sekolah dalam program desentralisasi pendidikan yang ditandai adanya otonomi luas

(43)

ditingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara umum.

Oleh karena itu, lahirnya konsep SBM telah memberikan harapan positif bagi masyarakat sebagai konsumen pendidikan dan guru-guru untuk mengelolah pendidikan secara mandiri. Dengan kata lain SBM menuntut semua guru untuk terlibat dalam sebuah proses pendidikan baik yang berhubungan dengan program pendidikan, menetapkan visi dan misi, menentukan kesejahteraan sendiri dan menentukan anggaran pendapatan dan biaya sekolah, bahkan memilih siapa saja yang duduk sebagai pengurus sekolah.

Lebih dari itu, konsep SBM juga mengarahkan madrasah agar mempunyai kemandirian dalam menyusun program, menetapkan program dan melaksanakan program yang diputuskan oleh seluruh komponen sekolah yaitu kepala sekolah, guru-guru, karyawan dan masyarakat umum (umumnya orang tua anak didik), kepala sekolah harus bertindak demokratis dan aspiratif dalam menentukan kebijakan, guru harus proaktif, disiplin, kreatif, inovatif, dan produktif, karyawan harus bertindak profesional sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, serta masyarakat harus merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab, terhadap eksistensi dan perjalanan program-program sekolah.

Dengan demikian dapat dipahami, bahwa perubahan paradigma saat ini sedang dilakukan dan disosialisasikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Karena manajemen

(44)

pendidikan tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan suatu proses pendidikan dan penciptaan SDM untuk menjawab tantangan masa depan Indonesia.

b. Manajemen Pesantren

Secara historis Pesantren telah hadir ditengah masyarakat indonesia sejak sebelum masa penjajahan dan senantiasa memberikan andilnya dalam mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat. Peran ini kemudian berkelanjutan sampai pada proses merebut dan mempertahankan kemerdekaan, serta kemudian mengisi dan membangun bangsa. Untuk mempertahankan eksistensinya ini, maka pesantren harus dapat mengadakan pembaharuan dalam pengelolaan pendidikan.

Menurut H. A. R. Tilaar( 2003 : 105 ) mengemukakan bahwa dalam Manajemen Pendidikan Nasional, terdapat tiga faktor dalam sistem manajemen yaitu :

a. Manajemen sebagai faktor upaya. b. Organisasi sebagai faktor upaya. c. Administrasi sebagai faktor kasra.

Ketiga faktor diatas, paling tidak dapat memberikan arah dan perpaduan dalam merumuskan, mengendalikan pelaksanaan, mengawasi serta menilai pelaksanaan kebijakan-kebijakan dalam upaya mencapai suatu tujuan. Dimana, kebutuhan pesantren-pesantren yang besar dan memiliki jenis dan jenjang pendidikan yang beragam dengan jumlah santri yang besar pula.

(45)

Lebih dari itu, diakui bahwa gerak dan perubahan adalah sesuatu yang mutlak adanya. Maka pondok pesantren sebagai institusi kultural telah sejak semula memiliki kaidah pembaharuan, rujukan dan landasan yang jelas tentang manajemen dan kualitas pendidikan yaitu memelihara nilai-nilai lama (konvensional) yang baik dan mengadopsi tradisi baru (kontemporer) yang lebih baik.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surah Al-Nashr (110);3.

















Terjamahnya :

Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat. (Depertemen Agama R.I, 2004: 603)

Ayat di atas berkaitan dengan direbutnya kembali kota Makkah oleh Rasulullah SAW bersama pasukannya. permasalahannya kemudian adalah bagaimana melakukan pembaharuan itu yang sesuai dengan prinsip diatas khususnya dengan pembaharuan sistem manajemen yang ada di pesantren. Dan paling tidak pertimbangan-pertimbangan inilah yang selama ini membuat pembaharuan di dunia pesantren dilakukan secara hati-hati dan bahkan lamban adanya.

(46)

Pendidikan Life Skill merupakan jenis pendidikan yang menjadi andalan bagi pesantren. Pendekatan pendidikan model Life Skill ini juga cocok diterapkan di madrasah. Pendidikan kecakapan hidup ini yang secara umum bertujuan untuk membantu siswa atau santri mengembangkan kemampuan berfikir dan potensi dirinya agar dapat memecahkan masalah kehidupan secara konstruktif, inovatif, dan kreatif sehingga dapat menghadapi realitas kehidupan dengan cepat dan tepat sehingga tercapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia.

Hal tersebut dapat dilakukan baik pada pesantren, madrasah maupun sekolah dengan syarat Life Skill tersebut harus akrab dengan lingkungan dan fungsional. Dengan kata lain, pelaksanaan pendidikan Life

Skill harus disesuaikan dengan kondisi siswa atau santri dan

lingkungannya serta memenuhi prinsip-prinsip umum pendidikan.

Adapun pendidikan pendidikan Life Skill tersebut adalah,

pertama, Life Skill hendaknya tidak mengubah sistem pendidikan yang

telah berlaku. Kedua, Life Skill tidak harus mengubah kurikulum, tetapi yang diperlukan adalah penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan pada kecakapan hidup. Ketiga, etika sosio religius bangsa tidak boleh dikorbankan dalam pendidikan Life Skill , melainkan justru sedapat mungkin diintegrasikan dalam proses pendidikan. Keempat, pembelajaran

Life Skill menggunakan learning to know, learning to do, learning to be, learning to life together. Kelima, pelaksanaan pendidikan Life Skill di

(47)

Keenam, potensi daerah sekitar madrasah dapat direfleksikan dalam

penyelenggaraan pendidikan Life Skill di madrasah, sesuai dengan pendidikan kontekstual dan pendidikan berbasis luas. Ketujuh, paradigma

learning to life dan laerning to work dapat dijadikan sebagai dasar

pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dengan kebutuhan nyata para peserta didik. Kedelapan, penyelenggaraan pendidikan Life Skill diarahkan agar peserta didik menuju hidup sehat dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan yang luas serta memiliki akses untuk memenuhi standar hidup secara layak.

Orientasi pelaksanaan pendidikan Life Skill di madrasah menurut Sulthon, Dkk. (2003) dapat difokuskan pada beberapa keterampilan dan kemampuan. Di antara keterampilan dan kemampuan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kecakapan personal, terdiri dari kesadaran diri sendiri dan kesadaran akan potensi yang ada pada dirinya sendiri.

b. Kecakapan berfikir rasional, yang terdiri dari kecakapan menggali dan mengelolah informasi, kecakapan mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah.

c. Kecakapan sosial, yang terdiri dari kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan akan bekerjasama.

d. Kecakapan par-vokasional, yang terdiri dari koordinasi mata tangan dan mata kaki, dan keterampilan lokomotor serta non lokomotor.

(48)

e. Keterampilan keahlian khusus yaitu keterampilan dalam pendalaman satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu yang nantinya akan menjadi keterampilan siap pakai dalam kehidupan dalam masyarakat.

Program life skill ini adalah salah satu upaya untuk memberikan kecakapan hidup bagi lulusan sekolah di semua jenjang pendidikan.Maka sebagai pendidik harus dapat memberikan kemampuan life skill sebagimana perintah Allah SWT dalam Al qur’an surah An-Nisa (4);9 sebagai berikut :

































Terjamahnya:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap ( kesejahteraan ) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Depertemen Agama R.I, 2004: 78)

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif survey lapangan dengan pendekatan kualitatif dan dianalisis secara deskriptif yang berusaha meneliti bagaimana presepsi masyarakat tentang lembaga Pendidikan Islam hubungannya dengan lapangan kerja di Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

Burhan Bungin (2007:6)

Dalam tradisi penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahap penelitian kualitatif melampaui berbagai tahap berfikir kritis ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena sosial, melalui pengamatan dilapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya, melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu.

B. Lokasi dan Objek Penelitian.

Lokasi penelitian yaitu Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

C. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2005:19) bahwa:

(50)

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel juga didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi pusat perhatian.

Berdasarkan teori tersebut, maka penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (Independent variable) dan variabel terikat (Dependent

Variable). Dan yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Persepsi Masyarakat tentang Pesantren dan Madrasah. Adapun variabel terikatnya yaitu Hubungannya Dengan Lapangan Kerja Di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

D. Devenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalah pahaman tentang maksud yang terkandung dalam pembahasan ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan pengertian yang terkandung dalam judul ini, yaitu Persepsi Masyarakat Tentang Pesantren dan Madrasah Hubungannya dengan Lapangan Kerja di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, sebagai berikut:

1. Persepsi masyarakat yaitu sudut pandang atau tanggapan masyarakat terhadap suatu masalah yang dihadapkan kepadanya. Pesantren dan Madrasah yaitu wadah penyelenggra kegiatan pendidikan bagi orang-orang Islam.

2. Lapangan kerja yang dimaksud peneliti yaitu suatu tempat kerja dimana seseorang menyalurkan keahliannya, bakat atau kemampuan yang dimilikinya dan digaji atau diberikan upah.

(51)

Berdasarkan defenisi operasional variabel di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat merupakan sudut pandang atau tanggapan masyarakat terhadap Pesantren dan Madrasah hubungnnya dengan lapangan kerja di Dusun Ledan Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

E. Populasi dan Sampel. 1. Populasi

Suharsimi Arikunto (1998 : 15) menjelaskan bahwa :

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Pengertian populasi yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (1982: 5) sebagai berikut:

Populasi adalah semua nilai yang mungkin hasil dari dan menghitung ataupun pengukuran kuantitatif tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Sedangkan populasi menurut Sugiono yakni sebagai berikut: Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas oleh karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.

Dari keseluruhan penelitian yang telah dikemukakan pakar adanya kesamaan bahwa populasi itu merupakan keseluruhan obyek/subyek yang dipelajari, tapi meliputi karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

(52)

Karena itu dalam penelitian ini yang dijadikan populasi penelitian adalah seluruh masyarakat yang ada di Ledan Desa Banti Kec. Baraka Kab. Enrekang. Untuk lebih jelasnya keadaan populasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Keadaan Populasi

Dusun Ledan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Masyarakat 101 160 261

Sumber Data : Desa Banti Kec Baraka Kab Enrekang.

2. Sampel

Untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan dalam penelitian ini maka seharusnya populasi diteliti secara keseluruhan akan tetapi keterbatasan dan kemampuan penulis dalam meneliti, sehingga pada umumnya penelitian cenderung menarik suatu sampel yang dapat mewakili dari keseluruhan populasi.

Dalam hal ini Djarwanto(1994 : 43) menjelaskan bahwa :

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.

Pada dasarnya sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi bersangkutan atau dapat pula dikatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sumbernya dalam penelitian.

(53)

Sejalan itu, Sutrisno hadi (1998 : 100)

Mengemukakan bahwa sebagian dari individu yang diselidiki itu yang disebut sampel.

Sedangkan menurut Arikunto (1998: 120) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10- 15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa sampel adalah sejumlah sasaran penelitian. karena sampel merupakan sebagian dari populasi, maka sampel yang diambil haruslah representatif atau mencerminkan populasi yaitu menyelidiki sebagian individu, situasi atau peristiwa. Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Dusun Ledan yang terdiri dari 261 masyarakat yang diambil secara purposive sampling karena peneliti menganggap bahwa masyarakat Dusun Ledan jumlah masyarakatnya tidak terlalu banyak dan mudah untuk diteliti. Maka dari jumlah populasi yakni 261 × 10%=26 orang yang akan ditarik peneliti menjadi sampel

Tabel 2 Keadaan Sampel

No Masyarakat dan Jenis Kelamin Sampel

1 Laki-Laki 10 orang

2 Perempuan 16 0rang

(54)

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 26 orang yang terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 16 orang.

F. Instrumen Penelitian 1. Pedoman observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan sistematis terhadap suatu objek dengan menggunakan indra yang dilakukan secara langsung. Peneliti mengamati secara langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisikan item-item tentang objek yang sedang diamati. Adapun data yang dikumpulkan dengan tekhnik ini adalah tentang bagaimana aktivitas masyarakat setempat.

2. Pedoman wawancara atau interview.

Wawancara dapat diartikan sebagai sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk mendapatkan informasi dari responden yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

3. Angket

Angket dapat diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan maksud orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan respon sesuai permintaan pengguna.

G.Teknik Pengumpulan Data.

Dalam upaya pengumpulan data peneliti menggunakan 2 cara yaitu riset kepustakaan dan riset lapangan, yang akan dibahas sebagai berikut:

(55)

1. Riset kepustakaan yaitu suatu cara dalam pengumpulan data dengan jalan membaca literatur ilmiah yang ada kaitannya dengan penulisan draf ini, adapun tekhnik yang digunakan dalam riset kepustakaan ini adalah :

a. Kutipan langsung yaitu mengutip secara langsung teks dari sebuah buku atau karya ilmiah tanpa merubah atau kata-kata teks asli.

b. Kutipan tidak langsung yaitu mengutip suatu teks dengan mengubah sebahagian redaksinya namun maksudnya tetap sama dengan redaksi aslinya.

2. Riset Lapangan yaitu cara yang digunakan untuk memproleh informasi dengan jalan terjun langsung dengan objek yang akan diteliti untuk memperoleh data lapangan. Peneliti menggunakan beberapa tekhnik diantaranya :

a. Observasi yaitu mengadakan pengamatan terhadap objek penelitian secara langsung.

b. Wawancara/interview yaitu peneliti mengadakan Tanya Jawab dengan responden. Adapun menjadi responden adalah beberapa tokoh masyarakat, orang tua dan remaja.

c. Dokumentasi yaitu tehnik pengumpulan data dengan jalan mencatat dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam draf ini.

(56)

d. Angket yaitu daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden sumber data dalam hal ini ada orang tua dan remaja.

H. Teknik Analisis Data.

Oleh karena itu penelitian ini berbentuk deskriktif, dalam artian menggambarkan apa adanya tentang persepsi masyarakat tentang Pesantren dan Madrasah hubungannya dengan lapangan kerja di Dusun Ledan Desa Banti, maka semua data yang terkumpul dianalis secara deskriktif dengan panduan analisis kualitatif dan kuantutatif.

Untuk menganilis data yang menggunakan metode observasi, wawancara serta dokumentasi, maka teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Membuat daftar masalah atau semacam rincian pertanyaan yang disusun menurut sistematika kerangka pikir (dalam hal ini kerangka pikir menjadi acuan pokok).

2. Menjabarkan beberapa atau sebagian item masalah/ pertanyaan untuk selanjutnya disusun menurut kebutuhan data dan berbagai perkiraan jawaban yang mungkin akan diberikan para informan. 3. Memberi kode pada setiap item pertanyaan bersama dengan

jawaban dan informasi yang dilontarkan atau diberikan oleh para informan. Kode tersebut dapat berupa nama, status informan atau jawaban singkat. Ini dimaksudkan untuk memudahkan pelacakannya, termasuk untuk keperluan interpretasinya kemudian.

(57)

4. Mengkaji setiap pertanyaan berikut kode dan keterangan jawabannya untuk diinterpretasikan.

5. Selanjutnya dituangkan dalam rangkaian pernyataan baku yang siap disajikan dalam pembahasan ini.

Sedangkan untuk menganalisis data dari instrumen angket digunakan rumus analis frekuensi tabulasi.

P = × 100% Dimana :

N = Jumlah total informan F = Frekuensi jawaban

P = Jumlah informan yang menjawab untuk setiap item sesuatu.

Gambar

Tabel 2  Keadaan Sampel
Tabel 3  Rumah tangga  (kk)  Banyak penduduk (jiwa)  Kepadatan (per km²)  539  1.998  200

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua saluran pemasaran bawang merah didesa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yaitu: Saluran I : Petani ke

Data yang diperoleh di anlisis secara tabulasi dengan analisis finansial yang menyangkut dengan pendapatan usahatani salak di Desa Bantongan Kecamatan

Disamping pemilihan logam untuk bagian sisi bilah yang tajam, hal lain yang sangat penting diperhatikan adalah memilih bahan logam yang baik untuk membuat pamor

Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat empat faktor yang menentukan produksi dangke sapi di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yaitu Ketersediaan Bahan Baku

Proses seleksi terdiri dari paling sedikit 8 ( delapan ) langkah yang dapat ditempuh, perlu ditekankan bahwa dalam hal orang yang diseleksi adalah dalam rangka alih tugas

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kemampuan Pengantar Dasar Matematika (PDM), Kalkulus I dan Analisis Real I serta ada atau tidaknya hubungan yang

Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah produksi dan pendapatan yang diperoleh petani bawang merah di Kelurahan Balla, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang yaitu

Sesuai dengan indikator berpikir kritis, pada tampilan video pembelajaran Gambar 4, terlihat bahwa mahasiswa mampu memberikan penjelasan sederhana (PS),