PROGRAM PEDULI MAHAKAM UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN DI SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR
ADHI WIBOWO DAN RETNO DAMAYANTI
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Email: [email protected], [email protected]
Naskah masuk : 21 Juni 2007, revisi pertama : 08 Januari 2008, revisi kedua : 27 Januari 2008, revisi terakhir : 29 Januari 2008
SARI
Sungai Mahakam di Kalimantan Timur merupakan salah satu sungai terpanjang dan terpenting di Indonesia untuk dijaga kelestarian lingkungannya karena memiliki keunikan berupa delta kaki-burungnya (bird-foot delta) dan berpuluh danau dengan berbagai macam spesies yang dilindungi, seperti pesut Mahakam (Irrawaddy dolphin). Alasan lainnya karena berbagai kegiatan industri sangat bergantung pada Sungai Mahakam seperti transportasi, industri kayu, air minum, perkebunan, maupun pertambangan.
Berdasarkan kondisi tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumberdaya Mineral (Balitbang ESDM) mencanangkan Program Peduli Mahakam guna mengurangi kemungkinan pencemaran Sungai Mahakam dari masuknya limbah batubara halus dari aktivitas pertambangan ke badan sungai. Batubara halus yang terbentuk dari proses pencucian batubara sangat mudah terbawa air limbah pencucian. Dengan proses pengendapan melalui kolam pengendap, batubara halus ini dapat ditangkap, namun masih memiliki kandungan air yang tinggi, dan dikenal sebagai sludge batubara (slime). Sludge yang terakumulasi dari beberapa tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara pada saat ini diperkirakan mencapai tidak kurang dari 250.000 ton/tahun dengan nilai kalor antara 3400 – 5500 kal/gr air dried basis (adb). Boiler khusus untuk pembangkit listrik sampai sebesar 50MW dirancang dapat memakai sludge yang dicampur dengan batubara reject yang lebih kasar. Teknologi yang digunakan adalah pembakaran dengan sistem fluidized bed yang didesain dengan pencampuran kapur untuk penyerapan belerang. Dengan demikian, limbah sludge dengan kalori rendah, total moisture antara 23-29% as received (ar) serta kandungan abu antara 13-39% ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan, sekaligus mengurangi dampak pencemaran dari proses pencucian batubara, dalam rangka mendukung Program Peduli Mahakam.
Kata kunci: Sungai Mahakam, sludge batubara, fluidized bed, Peduli Mahakam
ABSTRACT
Mahakam River in East Kalimantan is one of the longest and the most important river in Indonesia should be protected due to its uniqueness in bird-foot delta and the numerous lakes with various endangered species such as Irrawaddy dolphin (local name: pesut). Other important reasons are that many industries rely on Mahakam River for their daily activities, such as transportation, logging industry, water drinking supply, crop estate, and mining.
Pemanfaatan Sludge Batubara dari Tambang Batubara ... Adhi Wibowo dan Retno Damayanti 17
Based on those conditions, the Agency for R&D of Energy and Mineral Resources (Balitbang ESDM) has declared Mahakam Care Program to decrease the possibility of polluting water in Mahakam River caused by fine coal discharging into the river. Fine coal comes from coal washing process is very easy transported by water during this process. By gravitation process in settling pond, fine coal can be trapped but most of them still have high moisture content, known as coal sludge (slime). The accumulated sludge from some coal mining industries reaches up to 250.000 ton/year with its calorific value of 3.400-5.500 cal/gr (adb). Special boiler for generating electricity up to 50 MW is designed to use the sludge that will be blended by coarse reject coal. The electricity is generated through fluidized bed combustion technology with inclusion of lime for sulphur absorption. So, coal sludge with low calorific value, total moisture content of 23-29% (ar) and ash content of 13-39%, can be utilized as an environmental friendly energy source, as well as its possibility in decreasing pollution in Mahakam River caused by coal washing process with the purpose in supporting Mahakam Care Program.
Keywords: Mahakam River, coal sludge, fluidized bed, Mahakam Care
1. PENDAHULUAN
Sungai Mahakam, yang mengalir di bagian tengah Propinsi Kalimantan Timur, adalah sungai yang sangat vital bagi kehidupan ekonomi di propinsi tersebut.
Selain keunikannya berupa delta berbentuk cakar ayam, berbagai industri seperti industri perkayuan, perkebunan, transportasi barang komoditas dan manusia, serta pertambangan batubara, semuanya menggunakan Sungai Mahakam untuk mendukung aktivitas mereka. Mahakam juga merupakan tempat pembuangan berbagai limbah industri, demikian pula rumah tangga yang memanfaatkan air Mahakam untuk air minum, mandi, cuci, sekaligus tempat pembuangan segala limbah rumah tangga.
Buangan limbah ini apabila tidak terkontrol, akan menurunkan daya dukung Sungai Mahakam, dan konsekuensinya adalah Sungai Mahakam tidak dapat mendukung terlaksananya berbagai aktivitas dan industri di perairan tersebut. Secara lebih luas, hal ini akan berdampak pada kegiatan ekonomi di wilayah cepat tumbuh tersebut khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara (Brookfield, dkk., 1995) tempat mengalirnya sebagian besar Sungai Mahakam, serta di Propinsi Kalimantan Timur pada umumnya.
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara telah diketahui kaya akan cadangan batubara. Pada saat ini berbagai macam perusahaan batubara, dari KUD, perusahaan nasional, sampai perusahaan multinasional, telah melakukan eksplorasi sampai pada eksploitasi batubara. Hasilnya juga telah dipasarkan baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk pasar ekspor.
Beberapa tambang besar dan telah beroperasi sejak lama diantaranya adalah tambang batubara PT Kitadin, PT Fajar Bumi Sakti, PT Bukit Baiduri En- terprise, PT Tanito Harum, dan PT Multi Harapan Utama (Gambar 1).
Tambang-tambang batubara tersebut, dalam proses operasinya menerapkan pencucian untuk memisahkan pengotornya. Dari proses pencucian ini akan terkumpul batubara halus dan partikel halus lainnya yang terbawa oleh air cucian dan terendapkan di kolam pengendap. Partikel halus lainnya yang sulit dikomersialkan karena kandungan air dan lumpur yang tinggi, dikenal sebagai sludge batubara atau slime.
Sludge umumnya hanya ditimbun di tempat terbuka di sekitar area pencucian batubara. Pada musim penghujan, sebagian dari sludge ini berpotensi terbawa kembali ke Sungai Mahakam dan akan mencemari air Mahakam, sehingga menurunkan kualitas lingkungan Sungai Mahakam. Pemikiran untuk mengurangi potensi pencemaran ini perlu dilakukan sejak awal, terlebih lagi dalam masa mendatang produksi batubara akan semakin meningkat. Salah satunya adalah memanfaatkan sludge batubara ini menjadi bahan baku bagi pembangkit listrik dengan teknologi fluidized bed boiler, karena dengan boiler jenis ini memungkinkan untuk membakar sludge yang berkalori rendah dan untuk mencampurkan batu gamping ke dalam ruang bakarnya. Batu gamping akan bereaksi dengan SO2 hasil pembakaran batubara, dan karena suhu pembakaran yang tidak terlalu tinggi mengurangi terbentuknya senyawa NOx. Dengan demikian, pembakaran pada fluidized bed boiler memung- kinkan untuk menggunakan sludge batubara dan batubara dengan kandungan belerang yang tinggi, namun relatif tidak menghasilkan gas-gas penyebab hujan asam.
Pemanfaatan sludge batubara untuk pembangkit listrik ini adalah salah satu upaya mengurangi potensi pencemaran Sungai Mahakam dari kegiatan pencucian batubara. Seperti diketahui, potensi pencemar Sungai Mahakam tidak hanya dari kegiatan
18 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 42, Tahun 16, Januari 2008 : 17 – 27
PT Kitadin
PT Tanito Harum PT Fajar Bumi Sakti
PT Multi Harapan Utama
PT Bukit Baiduri Ent.
SAMARINDA
Gambar 1. Lokasi beberapa tambang batubara di Kab. Kutai Kartanegara (JCOAL-Sojitz- Nippon Koei, 2004)
pertambangan, berbagai kegiatan seperti telah diuraikan di atas juga berperan mencemari Sungai Mahakam apabila tidak dikontrol lim bah buangannya. Di bagian hulu, terjadi penebangan hutan secara besar-besaran sehingga menimbulkan erosi dan sedimentasi dengan volume lumpur sekitar 400 ton setiap tahun yang mengalir ke arah muara (WRI, 2003). Sedimentasi yang terus berlangsung di Sungai Mahakam menyebabkan air laut berbalik ke arah hulu sungai sehingga menyebabkan intrusi air laut sepanjang 120 kilometer dari arah muara atau delta Mahakam. Sedimentasi di bagian muara telah menyebabkan intrusi air laut ke arah Sungai Mahakam, dengan kadar garam mencapai 3.150 ppm, sehingga mengancam kebutuhan air bersih bagi sebagian penduduk Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kondisi lingkungan Sungai Mahakam yang baik, dalam arti kualitas air yang cukup bersih serta debit air yang memadai merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas dapat terlaksana untuk mendukung bermacam kegiatan ekonomi.
Mengingat pentingnya kondisi lingkungan Sungai Mahakam untuk dijaga dengan baik, Balitbang ESDM
belum lama ini melalui Puslitbang Teknologi Min- eral dan Batubara (tekMIRA) telah mencanangkan Program Peduli Mahakam. Melalui program ini, sektor energi dan sumberdaya mineral mengajak sektor lain untuk mengupayakan kegiatan yang dapat mengurangi potensi masuknya limbah ke Sungai Mahakam. Selain program pemanfaatan sludge batubara, berbagai kegiatan penelitian akan dilakukan untuk mendukung suksesnya Program Peduli Mahakam.
2. PROGRAM PEDULI MAHAKAM
2.1 Kualitas Air Mahakam dan Buangan Limbah Kegiatan Pertambangan
Sungai Mahakam yang merupakan salah satu sungai terpanjang di Indonesia (± 920 km), terletak di Kalimantan Timur dan menerima air dari daerah tangkapan sekira 77.700 km2. Di aliran Mahakam khususnya di bagian tengah wilayah Mahakam terdapat tidak kurang dari 32 danau yang luasnya berukuran mulai dari 1,2 ha sampai dengan danau
Pemanfaatan Sludge Batubara dari Tambang Batubara ... Adhi Wibowo dan Retno Damayanti 19
besar seluas 15.000 ha, yaitu Danau Jempang. Di danau inilah tempat habitat ikan pesut Mahakam (Irrawaddy dolphin) yang setempat dikenal dengan nama lain Orcaella brevirostris (Reeves, dkk., 2001).
Penelitian oleh para pecinta pesut Mahakam menunjukkan bahwa semakin lama ikan pesut makin terdesak karena berbagai kegiatan manusia, mulai dari penebangan hutan dan pembukaan lahan, aktivitas transportasi berbagai komoditas dengan kapal-kapal besar, buangan limbah, sampai pada proses akumulasi tumbuhan mati (eutrophication) karena berbagai aktivitas manusia yang saling mempengaruhi (Living Lakes Partnership, 2004).
Berbagai macam aktivitas manusia tersebut apabila tidak menganut prinsip berkelanjutan, akan berdampak buruk terhadap Sungai Mahakam, mengakibatkan daya dukung Mahakam akan menurun. Dalam sektor pertambangan batubara yang banyak terdapat di sepanjang aliran Sungai Mahakam selama ini telah diupayakan teknik penambangan yang baik (good mining practices), dengan melaksanakan operasinya sesuai dengan dokumen AMDAL serta RKL/RPL. Hal ini dilaksanakan antara lain agar buangan air limbah proses pencucian yang dialirkan ke Sungai Mahakam, tidak menambah buruk kualitas air Mahakam.
Dari data kualitas buangan air limbah beberapa perusahaan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara selama periode 2000 – 2003 dapat dilihat kecenderungan perubahan kualitas air dan air limbah di daerah bersangkutan. Pemantauan dilakukan pada lima perusahaan batubara yaitu PT Kitadin/Embalut (KE), PT Fajar Bumi Sakti (FBS), PT Multi Harapan Utama (MHU), PT Tanito Harum (TH) dan PT Bukit Baiduri Enterprise (BBE).
Hasil analisis contoh air yang diambil menunjukkan bahwa pH buangan dari outlet industri-industri tambang batubara yang terdapat di sekitar Sungai Mahakam ke arah hulu berada dalam kondisi netral yaitu antara 4 – 7. Di daerah sekitar washing plant (WP), pH air pencuciannya juga dalam kondisi netral yaitu pada nilai 6. Data pemantauan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pemantauan pH air limbah pada kurun waktu 2000 – 2003 di tiga perusahaan pertambangan batubara (PT Fajar Bumi Sakti, PT Kitadin Embalut dan PT Multi Harapan Utama) dapat dilihat pada Gambar 2. Nilai pH ini tidak jauh berbeda yaitu antara 6 – 8. Namun demikian di Sungai Mahakam di sekitar loading port kegiatan pertambangan tersebut pH sedikit mengalami penurunan yakni menjadi sekitar 5 – 6. Penurunan kondisi pH yang
demikian harus dikaji lebih dalam mengingat buangan dari kegiatan tambang berada pada kondisi netral. Pertimbangan adanya kegiatan lain di daerah hulu tidak menutup kemungkinan menimbulkan masalah penurunan pH tersebut. Data sekunder pemantauan pH di perairan Sungai Mahakam di sekitar loading port pada bulan Januari – Desember 2003 dapat dilihat pada Gambar 3, dengan rata-rata pH di perairan Mahakam yang melewati perusahaan pertambangan batubara berkisar antara 5 – 8.
Pemantauan lingkungan di sekitar Sungai Mahakam yang dilakukan oleh industri tambang batubara sendiri menunjukkan kisaran pH yang cukup baik yaitu antara 6 – 8 (Tabel 2). Satu lokasi di daerah WP3 (PT Kitadin) diindikasikan sangat asam (pH <
4) sehingga perlu adanya pengecekan kembali pada pemantauan berikutnya tentang kondisi ini. Kondisi lokasi pemantauan di daerah tersebut juga perlu diteliti lebih lanjut untuk mencari penyebab terjadinya penurunan pH yang cukup drastis.
Pemantauan parameter lingkungan lainnya adalah padatan tersuspensi dalam air (Total Suspended Sol- ids/TSS). TSS biasanya terbentuk dari partikel senyawa inorganik dan organik yang berasal dari pengikisan tebing atau dasar aliran sungai, buangan kegiatan industri, buangan rumah tangga dan lahan pertanian.
Padatan tersuspensi merupakan pencemaran alami yang umum terjadi. Padatan tersuspensi ini umum terjadi akibat kegiatan pembukaan lahan sehingga tanah akan menjadi lebih mudah tererosi terutama pada musim hujan. Perairan dengan nilai TSS yang tinggi menyebabkan gangguan terhadap penetrasi cahaya matahari sehingga aktivitas fotosintesis terganggu dan mengakibatkan produktivitas perairan tersebut menurun.
Berdasarkan data dari Tabel 1, nilai TSS contoh air dari outlet industri pertambangan batubara yang diteliti berkisar antara 8,5 – 2550 mg/l. Air limbah dari kegiatan tersebut pada umumnya tidak melebihi Baku Mutu Lingkungan air limbah gol II, yaitu sebesar 400mg/l, kecuali contoh air limbah dari outlet PT BBE (2.550 mg/l) dan PT TH (248 mg/l). Kondisi ini diperkirakan akibat kurang efektifnya sistem pengolahan air limbahnya. Pada saat ini nilai 400 mg/l rencananya akan diubah menjadi 200 mg/l.
Nilai TSS yang diperoleh dari lokasi washing plant (WP) ini sangat tinggi karena belum melalui tahapan pengolahan di settling pond, sedangkan di Sungai Mahakam di sekitar loading port nilai TSS-nya cukup rendah yaitu antara 6 – 39 mg/l. Pemantauan ini perlu dilakukan pada musim penghujan, mengingat
20 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 42, Tahun 16, Januari 2008 : 17 – 27
TSSTS STSS pHpHpH 120
100 80 60 40 20 0
Pemantauan TSS tahun 2000 - 2003 PT. Fajar Bumi Sakti
2000 200 1 2002 200 3
Tahun
P1 P2 P3 P4 P5 KB 6 WT M LM SM
Pemantauan pH tahun 2000 - 2003 PT. Fajar Bumi Sakti
10 9 8 7 6 5
200 0 200 1 2002 200 3 Tahun
P1 P2 P3 P4 P5 KB6 WT M LM SM
Pemantauan TSS tahun 2000 - 2003 PT. Kitadin Embalut
Pemantauan pH tahun 2000 - 2003 PT. Kitadin Embalut
4000 3000
2000 1000 0
200 0 2001 2002 200 3
Tahun
SW P1 WP1 WP2 WP3
8
7
6
5
4
3
2000 2001 2002 2003
Tahun
SWP1 WP1 WP2 WP3
330
230
130
30
Pemantauan TSS tahun 2000 - 2003 PT. Multi Harapan Utama
P1 B C D E F G
20 00 20 01 2002 20 03 S1
Tah un S2
SB
8 7.5 7 6.5 6 5.5
Pemantauan pH tahun 2000 - 2003 PT. Multi Harapan Utama P1
A B C D E F G
200 0 200 1 2002 2003 S1
Tahun S2
SB
Gambar 2. Pemantauan pH dan TSS dari air limbah pertambangan batubara di sekitar Sungai Mahakam
Pemanfaatan Sludge Batubara dari Tambang Batubara ... Adhi Wibowo dan Retno Damayanti 21
Parameter Satuan
Kode Contoh BML
Kep. MenLH 51/
MenLH/10/1995
FBSO KTDO BBEO MHUO THO1 THO2 THSBL BBEWP MHUWP KTDWP
pH DHL T BOD COD
Padatan Tersuspensi Padatan Terlarut
2-
Fe Mn Cu Pb Zn Cd As
mhos
°C mg/l mg
O2/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
6 – 7 28,6 2,43 20,4 63 1.136 921 0,34 0,0003 0,004 0,02 0,02 0,004 0,41
6 752 30,5 0,87 684 8,5 528 221 18,53 0,09 0,001 0,05 0,07 0,004 1,93
4 74,4 25 0,51 140 2.550 620 883 1,31 1,11 0,003 0,03 0,33 0,002 tt
6 345,7 25 0,52 18,7 30 278 280 1,18 0,09 0,01 0,11 0,2 0,002 0,55
6 – 7 35 0,07 116 248 950 967 0,49 0,07 0,02 0,07 0,09 0,003 0,2
6 – 7 34 0,53 24,3 95 494 615 1,9 0,32 0,01 0,09 0,1 0,002 tt
6 28,4 0,57 95,5 58 472 507 1,33 0,05 0,01 0,11 0,05 0,003 0,23
6 139 0,67 18.351 1.194 394 195 236 0,27 4,63 2,04 1,37 0,08 2,16
6 210,4 30,5 0,15 65.007 6.510 306 374 1.059 7,42 0,74 1,87 15 0,15 tt
6 1.527 31,9 1,53 33.903 9.236 1.208 1.800 72,4 0,45 0,23 0,84 4,97 0,07 1,7
6 – 9*
400*
7*
4*
3**
1**
10**
0,1**
0,5**
22Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 42, Tahun 16, Januari 2008 : 17 – 27
Ke Daftar Isi
Tabel 1. Hasil analisis air limbah dari beberapa lokasi pertambangan batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara
SO4
Keterangan:
FBS : Fajar Bumi Sakti O : Outlet * : Kep. MenLH No. 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
KTD : Kitadin Embalut WP : Washing Plant Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara BBE : Bukit Baiduri Enterprise SM : Sungai Mahakam
M H U : Multi Harapan Utama ** : Kep. MenLH No. Kep-03/MENKLH/II/1991 tanggal
T H : Tanito Harum 1 Februari 1991 tentang Baku Mutu Air Limbah Gol. III
Ke Daftar Isi Gambar 3. Pemantauan kualitas air Sungai Mahakam di sekitar loading port pertambangan batubara
proses erosi terbesar akan terjadi pada musim ini, sehingga kondisi nyata pemantauan dapat dijelaskan dengan baik. Hasil pemantauan menunjukkan nilai TSS di Sungai Mahakam di sekitar loading port perusahaan pertambangan batubara pada musim penghujan tahun 2003 (Gambar 3) relatif agak tinggi (terutama di daerah yang melewati PT Kitadin dan PT Bukit Baiduri Enterprise). Hal ini perlu pengkajian lebih rinci apakah TSS ini berasal dari aktivitas pertambangan tersebut atau akibat proses erosi dan sedimentasi yang tinggi di bagian hulu sungai.
2.2 Menjaga Lingkungan Sungai Mahakam Melalui Program Peduli Mahakam
Dari hasil diskusi dengan Badan Pengawasan dan Pengendalian Daerah (Bapedalda) Kabupaten Kutai Kartanegara (Juni 2004), dapat disimpulkan bahwa berbagai faktor alam (curah hujan, proses eutrophi- cation, kondisi geografis) serta berbagai aktivitas manusia merupakan faktor penyebab menurunnya kualitas lingkungan air Sungai Mahakam, khususnya dari pembukaan lahan. Hal ini menyebabkan tingginya nilai TSS pada air Sungai Mahakam.
Pembukaan lahan dapat disebabkan karena berbagai aktivitas, mulai dari pembuatan jalan, pembabatan hutan semena-mena (illegal logging), konstruksi pabrik, sampai pada kegiatan pertambangan. Untuk itu kegiatan berbagai sektor ini memang dituntut untuk m enerapkan prinsip pem bangunan berkelanjutan dengan meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi terhadap lingkungan.
Untuk meminimalkan dampak negatif ini, Balitbang ESDM mencanangkan Program Peduli Mahakam, yang intinya mengajak segenap stakeholder untuk peduli terhadap kualitas lingkungan perairan Sungai Mahakam. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Sungai Mahakam ini sangat penting bagi perekonomian di Propinsi Kalimantan Timur karena sektor-sektor industri penting menggunakan badan perairan Sungai Mahakam untuk melakukan aktivitasnya.
Dari sektor energi dan sumberdaya mineral, memperbaiki kondisi Sungai Mahakam diupayakan melalui pemanfaatan limbah sludge batubara yang selama ini ditumpuk di sekitar kolam pengendap.
Pemanfaatan Sludge Batubara dari Tambang Batubara ... Adhi Wibowo dan Retno Damayanti 23
Ke Daftar Isi
Parameter Unit Tanda Contoh BMA
Gol, II
FBSSM THSM TGSM BBESM MHUSM KTDSM
pH DHL T BOD COD Padatan Tersuspensi Padatan Terlarut
2-
Fe Mn Cu Pb Zn Cd As
mhos
°C mg/l mg
O2/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
6 28,2 0,61 24,1 33 54 1,63 1,34 0,04 0,02 0,02 0,15 0,002 0,19
5 28,2 0,42 55,8 35 101 6,07 0,88 0,05 0,01 0,13 0,07 0,003 0,26
5-6 28,5 2,03 27,4 13 80 tt 1,69 0,02 0,003 0,17 0,1 0,003 0,49
5 85,9 30,5 0,35 60,3 39 69 6,07 1,96 0,02 0,04 0,08 0,06 0,002 0,28
5
1,02 5,83 6 78 tt 0,96 0,01 0,002 0,04 0,003 0,001 0,33
5 – 6 95,5 31,2 3,71 31,7 25 80 6,45 0,88 0,09 tt tt 0,08 0,001 0,11
6-9
3 25 50 1.000 - - - 0,02 0,03 0,05 0,01 1 Tabel 2. Analisis kualitas air Sungai Mahakam di sekitar outlet pertambangan batubara, Kabupaten
Kutai Kartanegara
SO4
Keterangan:
FBS : Fajar Bumi Sakti T H : Tanito Harum
KTD : Kitadin Embalut SM : Sungai Mahakam
BBE : Bukit Baiduri Enterprise BMA Gol II dari PP Nomor 82 Tahun 2001
M H U : Multi Harapan Utama tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Apabila tidak dikelola dengan baik, butiran sangat halus dari sludge tersebut akan terbawa kembali ke perairan Sungai Mahakam, khususnya pada musim penghujan pada saat limpasan permukaan (run-off) cukup tinggi. Pemanfaatan sludge batubara ini m erupakan salah satu upa ya m engurangi kemungkinan tercemarnya Sungai Mahakam dari butiran halus batubara dan lumpur pengotor.
Pemanfaatan sludge ini dimungkinkan dengan adanya teknologi fluidized bed boiler yang telah sukses digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap di Jepang. Boiler jenis ini memungkinkan untuk mencampurkan batugamping ke dalam ruang bakarnya pada proses pembakaran. Batu gamping akan menyerap belerang yang ada dalam batubara, dan dengan suhu pembakaran yang tidak terlalu tinggi (sekitar 600-700°C) pada proses fluidized bed, maka mengurangi terbentuknya senyawa NOx.
Selain penggunaan teknologi fluidized bed, berbagai upaya penelitian penunjang juga akan dilakukan untuk mendukung Program Peduli Mahakam, baik dilakukan sendiri oleh Balitbang ESDM maupun secara kerjasama dengan pihak Jepang, yang
bertujuan untuk turut menggugah kepedulian para stakeholder yang berkepentingan terhadap Sungai Mahakam.
3. KARAKTERISTIK SLUDGE BATUBARA Tambang batubara di sekitar Sungai Mahakam hampir semuanya menggunakan proses pencucian batubara untuk mendapatkan batubara yang bersih dari pengotor. Pencucian menggunakan air yang diambil dari Sungai Mahakam, dan melalui proses aliran sirkuasi tertutup (closed circulation), air ini didaur ulang untuk terus menerus digunakan sebagai pembilas batubara kotor. Air limbah yang terbentuk merupakan suspensi padatan campuran dari lumpur/
abu serta batubara berukuran sangat halus, dan kemudian dialirkan ke kolam pengendap. Hal ini dilakukan agar padatannya mengendap di kolam.
Air yang telah bebas dari suspensi padat ini kemudian dialirkan ke perairan bebas. Ada pula perusahaan tambang yang memanfaatkan kembali air ini untuk tambahan air pencuci. Demikian proses ini dilakukan, sehingga makin lama terakumulasi suspensi padat di kolam pengendap. Pada saat-saat
24 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 42, Tahun 16, Januari 2008 : 17 – 27
Ke Daftar Isi tertentu suspensi padat ini harus dikuras dari kolam
karena telah penuh dan dikeluarkan serta dikumpulkan di sekitar kolam pengendap. Pada beberapa perusahaan, dari suspensi padat ini masih dapat dipisahkan batubara halus yang bernilai ekonomis.
Namun kebanyakan dari suspensi padat ini tidak bernilai ekonomis, karena susah dimanfaatkan disebabkan kandungan air dan lumpur yang tinggi, oleh karenanya dianggap sebagai limbah. Pada musim penghujan, tumpukan limbah ini berpotensi masuk kembali ke perairan Sungai Mahakam melalui proses run-off. Limbah hasil pencucian ini dikenal sebagai sludge batubara, dan beberapa menyebutnya pula sebagai slime yang dari namanya memang mengindikasikan tidak ekonomisnya sludge ini.
Gambar 4 menunjukkan tumpukan sludge di lokasi tambang PT Bukit Baiduri Enterprise, sedangkan Gambar 5 memperlihatkan proses pengurasan sludge
dari kolam pengendap di daerah Loa Tebu-2, PT Tanito Harum.
Banyaknya tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara ini mengindikasikan bahwa sludge yang akan terakumulasi ini cukup untuk membangkitkan listrik pada PLTU fluidized bed boiler dengan kapasitas 50 MW. Sludge dengan nilai kalori yang relatif rendah ini akan dicampur dengan batubara yang berukuran lebih kasar, yaitu batubara reject yang juga dihasilkan dari kegiatan pertambangan.
Hasil perhitungan nilai kalori sludge batubara menunjukkan bahwa nilainya berkisar antara 3.432 kal/gr (dari tambang PT Kitadin) sampai nilai tertinggi 5.590 kal/gr (dari Loa Tebu-2, PT Tanito Harum).
Sedangkan total moisture berada pada kisaran rendah (22,96% di Loa Tebu-2, PT Tanito Harum) ke tinggi
Gambar 4. Tumpukan sludge di lokasi PT Bukit Baiduri Enterprise
Gambar 5. Proses pengambilan sludge di lokasi PT Tanito Harum
Tabel 3. Hasil analisis sludge dari beberapa lokasi tambang di Kab. Kutai Kartanegara
Parameter Analisis
Kode Contoh
Unit Basis
Standar Acuan:
Internasional Standar/ASTM Loa
Tebu I Loa
Tebu II Kitadin Kitadin
I F B S BBE BBE-2
Kelembaban Total
Moisture in air dried sample Abu
Total Sulfur Nilai Kalori
25,92 9,08 20,52 0,3 5.087
22,96 8,84 12,77 0,94 5.590
28,55 7,72 30,32 1,01 4.381
* 8,71 38,92 0,56 3.432
25,06 6,01 23,58 1,44 5.078
28,56 11,17 17,39 1,18 4.656
27,87 9,81 29,74 1,14 3.906
%
%
%
% kal/gr
ar adb adb adb adb
ASTM 3302 ISO 331 ISO 1171 ASTM D, 4239 ASTM D, 3286
*) kelembaban total tak dapat diukur karena contoh telah kering ar : as received
adb : air dried basis
Pemanfaatan Sludge Batubara dari Tambang Batubara ... Adhi Wibowo dan Retno Damayanti 25
Ke Daftar Isi (28,56% di PT Bukit Baiduri Enterprise). Beberapa
parameter kualitas sludge dari beberapa lokasi tambang di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat pada Tabel 3.
4. PENUTUP
Air memang merupakan sumber bagi kehidupan, tidak saja pemanfaatannya secara langsung untuk diminum maupun secara tidak langsung antara lain untuk sarana transportasi serta bahan baku berbagai industri. Khususnya untuk daerah Kalimantan yang jaringan transportasi daratnya masih kurang baik, transportasi sungai merupakan andalan. Hal itu juga yang menyebabkan Sungai Mahakam merupakan sungai yang tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas perekonomian di Kalimantan Timur. Menjaga daya dukung Sungai Mahakam berarti juga menjaga kelangsungan berbagai aktivitas ini. Menjaga kualitas lingkungan Sungai Mahakam adalah sangat penting dilakukan, dan hal ini dapat dimulai dari pelaksanaan kegiatan yang berprinsip berkelanjutan pada berbagai sektor di sekitar aliran Sungai Mahakam.
Dari sektor pertambangan batubara yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Mahakam, kepedulian akan kualitas lingkungan Sungai Mahakam yang baik dapat dilakukan dengan memanfaatkan sludge batubara yang terakumulasi dari proses pencucian. Sludge batubara, dengan kalori antara 3.400 – 5.500 kal/gr (adb) setelah dicampur dengan batubara reject yang lebih kasar, dapat dipakai untuk membangkitkan listrik dengan teknologi pembakaran fluidized bed boiler. Jumlah sludge yang terakumulasi sebanyak 250.000 ton/tahun ini cukup untuk membangkitkan listrik sampai sebesar 50 MW . Keuntungan penggunaan fluidized bed boiler adalah dimungkinkannya penyerapan belerang yang terdapat pada sludge m elalui pencam puran dengan batugamping pada ruang bakarnya. Keuntungan lainn ya adalah terhindarn ya kem ungkinan terbentuknya senyawa NOx karena suhu pada ruang bakar boilernya tidak terlampau tinggi.
Dengan prinsip berkelanjutan ini, Balitbang ESDM melalui Puslitbang tekMIRA beberapa waktu yang lalu telah mencanangkan Program Peduli Mahakam.
Program ini pada prinsipnya mengajak semua stake- holder yang terkait dengan pemanfaatan Sungai Mahakam untuk memiliki rasa peduli terhadap
kebersihan serta kualitas lingkungan perairan Sungai Mahakam. Beberapa penelitian pendukung akan dilakukan pula untuk menjamin suksesnya program ini, baik penelitian mandiri maupun kemungkinan bekerjasama dengan peneliti dari Jepang.
Suksesnya Program Peduli Mahakam ini akan bergantung pada kepedulian stakeholder itu sendiri, serta bagaimana nantinya keterpaduan antar-sektor dapat dilakukan. Oleh karenanya, perlu dipikirkan pembentukan semacam badan otorita Sungai Mahakam, yang menyatukan kepentingan berbagai sektor pengguna Mahakam. Program terpadu semacam integrated watershed management program yang mencakup di dalamnya program pemantauan/
pemulihan kualitas lingkungan sangat penting untuk segera dilakukan sebelum daya dukung Mahakam makin menurun. Badan otorita yang akan dibentuk ini nantinya juga dapat melakukan pencarian dana atau sponsor (fund raising) baik dari sumber-sumber dalam negeri maupun luar negeri untuk pelaksanaan program-program dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA
Brookfield, H., Potter, L. dan Byron, Y., 1995. In Place of the Forest: Environmental and Socio- economic Transformation in Borneo and the Eastern Malay Peninsula, dalam UNU Studies on Critical Environmental Regions, United Na- tions University Press, New York, http://
www.unu.edu/unupress/unupbooks/80893e/
80893E0i.htm.
Fluidized Bed Boilers, http://www.cogeneration.net/
FluidizedBedBoilers.htm.
JCOAL, Sojitz, Nippon Koei, 2004. Japan Coal En- ergy Center (JCOAL) Mission: Preliminary Study
& Site Survey on Sustainable Coal-Mine Activi- ties for Environmental Protection Along Mahakam River, tdk diterbitkan.
Keputusan Menteri Negara Negara Lingkungan Hidup No, Kep-51/MenLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Living Lakes Partnership, 2004. Mahakam Lakes, Indonesia, www.livinglakes.org/mahakam/
index.html.
26 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 42, Tahun 16, Januari 2008 : 17 – 27
Ke Daftar Isi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82/
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Reeves, R.R., Smith, B.D., Crespo, E.A., dan di Sciara, G.N., 2001. Dolphins, Whales and Por- poises: 2002–2010 Conservation Action Plan for the World’s Cetaceans, The World Conser- vation Union.
Wibowo, A., Lutfi, M., Setiawan, A., dan Sahminan, S., 2003. Penelitian Perhitungan BOD Menggunakan Inderaja pada Limbah Cair Penambangan Batubara di Sekitar Sungai Mahakam, Kalimatan Timur, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.
World Resources Institute (WRI), 2003. Watersheds of Asia and Oceania: AS17 Mahakam.