LAPORAN AKHIR TAHUN 2010
PENINGKATAN PADI IP 400 MENGGUNAKAN VARIETAS DODOKAN DAN INPARI-1 SERTA PUPUK ORGANIK 2 TON/HEKTAR
PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS SPESIFIK BENGKULU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI 28 TON/HEKTAR/TAHUN DAN
EFISIENSI PUPUK AN-ORGANIK 20%
Oleh:
Sri Suryani M.Rambe Wahyu Wibawa Umi Pudji Astuti Ahmad Damiri
Yahumri Johan Safri
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2010
NOMOR : 26.3.RPTP.00323.A
LAPORAN AKHIR TAHUN 2010
PENINGKATAN PADI IP 400 MENGGUNAKAN VARIETAS DODOKAN DAN INPARI-1 SERTA PUPUK ORGANIK 2 TON/HEKTAR PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS SPESIFIK BENGKULU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI 28
TON/HEKTAR/TAHUN DAN EFISIENSI PUPUK AN-ORGANIK 20%
Oleh:
Sri Suryani M.Rambe Wahyu Wibawa Umi Pudji Astuti Ahmad Damiri
Yahumri Johan Safri
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Peningkatan IP padi 400 menggunakan varietas Dodokan dan Inpari-1 serta pupuk organik 2 ton/ha pada lahan sawah irigasi teknis spesifik Bengkulu untuk mencapai produksi 28 ton/ha/tahun dan efisiensi pupuk an-organik 20%
2. Unit kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : Jln Irian km. 6,5 Bengkulu 30119 PO Box 1010 Bkl. 38001
4. Penanggung Jawab Kegiatan
a. Nama : Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr.
b. Pangkat / Golongan : Pembina Tk.I ( IV/b ) c. Jabatan
c1. Struktural : -
c2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya
5. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara 6. Status Kegiatan : Lanjutan
7. Tahun Dimulai : 2009
8. Tahun ke : I. 2009
II. 2010
9. Biaya : Rp. 123.585.000,- (Seratus dua puluh tiga juta lima ratus delapan puluh lima ribu rupiah) 10. Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, TA. 2010
Mengetahui;
Kepala BPTP Bengkulu, Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Tri Sudaryono, MS Nip. 19580820 198303 1 002
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr Nip. 19630805 198703 2 007
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan atas rahmat dan karunia-Nya, Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pengkajian IP padi 400 dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2010. Laporan ini meliputi kegiatan pengkajian yang dilaksanakan di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara. Dari rencana tanam 4 kali setahun, baru dapat dilaporkan data dari pelaksanaan dua kali tanam padi dan panen (pertengahan Mei hingga akhir Desember 2010).
Pelaksanaan akan dilanjutkan hingga pertanaman keempat).
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini. Saran dan masukan kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini.
Bengkulu, Desember 2010 Penanggung Jawab,
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr Nip. 19630805 198705 2 007
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan... 2
1.3. Keluaran... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
III. METODE PELAKSANAAN ... 7
3.1. Lokasi Kegiatan... 7
3.2. Cakupan Kegiatan... 7
3.3. Metode Pengkajian... 7
3.4. Pengumpulan Data... 8
3.5. Metode Analisis ... 8
3.6. Parameter Yang Diukur... 9
3.7. Bahan dan Alat yang dibutuhkan... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 10
4.1. HASIL... 10
4.1.1. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk Pergiliran varietas………... 10
4.1.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)………... 10
4.1.3. Peningkatan efisiensi pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik ………... 12
4.1.4. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani………. 14
4.2. PEMBAHASAN... 15
4.2.1. Karakteristik petani dan usahatani padi... 15
4.2.2. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk Pergiliran varietas………... 16
4.2.3. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)………... 17
4.2.4. Peningkatan efisiensi pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik ………... 18
4.2.5. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani………. 20
4.2.6. Paket Teknologi Budidaya padi Menuju IP 400... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 21
VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN... 23
VII.DAFTAR PUSTAKA... 24
LAMPIRAN... 26
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komponen teknologi PTT padi sawah dengan IP padi 400 yang
diterapkan di lokasi pengkajian... 8 2. Pergiliran varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran
varietas ... 10 3. Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Kerkap pada tahun
2010... 11 4. Serangan hama penyakit pada pertanaman padi sawah di lokasi
pengkajian... 11 5. Status hara tanah sawah berdasarkan PUTS di Kab. Seluma dan
Bengkulu Utara... 12 6. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum pada pertanaman padi
sawah varietas Inpari 1 di Kab.bengkulu Utara
dan Seluma... 12 7. Komponen hasil padi sawah Inpari 1, Dodokan dan Cigeulis di
Kab. Seluma dan Bengkulu Utara... 13 8. Efisiensi pupuk kimia dengan pemberian pupuk organik pada lahan
sawah lokasi pengkajian di Kab. Bengkulu Utara dan Seluma... 13 9. Analisis usaha tani padi sawah pengkajian IP padi 400 di
Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan Kab.
Seluma Tahun 2010... 14 10. Analisis usaha tani padi sawah pengkajian IP padi 400 di
Desa Talang Pasak, Kecamatan Kerkap, Kab. Bengkulu Utara ... 14 11. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kooperator
di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara ... 15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rangkaian foto kegiatan Pengkajian IP Padi 400 di Kabupaten
Seluma... 26 2. Rangkaian foto kegiatan Pengkajian IP Padi 400 di Kabupaten
Bengkulu Utara... 27 3. Diskripsi varietas padi sawah Tahun 2006 sampai 2009
(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi)... 28
ABSTRAK
Komoditas padi merupakan komoditas tanaman pangan utama di Provinsi Bengkulu, akan tetapi tetapi produktivitasnya belum optimal. Permasalahannya antara lain penerapan teknologi yang belum sesuai amjuran dan pemanfaatan lahan yang belum optimal. Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dapat dilakukan antara lain melalui intensifikasi (penerapan teknologi budidaya padi sawah melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu) dan ekstensifikasi (peningkatan indeks pertanaman padi). Tujuan pengkajian ini adalah mengintroduksikan varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas mendukung pengembangan IP padi 400 pada lahan sawah irigasi teknis, mengkaji efisiensi penggunaan pupuk an-organik dan meningkatkan pendapatan petani. Pengkajian dilaksanakan tahun 2009 s/d 2010 di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma dan di Desa Talang Pasak dan Desa Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara masing-masing seluas 1 ha. Pendekatan yang digunakan melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah. Pergiliran varietas yang dilakukan yaitu varietas genjah 3 kali dan varietas super genjah 1 kali. Varietas yang digunakan adalah Inpari 1, Cigeulis, Inpari 7 dan Dodokan. Pada tahun 2010 penanaman ke-1 pertengahan Mei 2010 dan pada akhir Desember 2010 sudah melaksanakan tanam ke-3. Masalah yang ditemui dalam penerapan IP padi 400 antara lain benih genjah/super genjah tidak selalu tersedia, tenaga kerja terbatas, tingginya intensitas hujan (anomali iklim) dan tingginya tingkat serangan hama penyakit, terutama tungro. Dari hasil pelaksanaan dua kali panen, perlu di perkenalkan varietas-varietas lain terutama yang tahan terhadap curah hujan yang tinggi dan tahan penyakit tungro. Efisiensi pupuk kimia dilakukan dengan aplikasi pupuk organik 2 ton GKP/ha dan pengurangan dosis pupuk kimia. Produktivitas padi berkisar 3,65 s/d 5,07 pada pertanaman tanpa pupuk organik dan 4,20 s/d 5,93 t GKP/ha pada pertanaman dengan aplikasi pupuk organik. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik mampu mengurangi dosis pupuk kimia NPK dan Urea hingga 4 s/d 16,7% dan meningkatkan produktivitas padi sawah hingga 13,1 s/d 26,98% serta pendapatan 12,92 s/d 44,11%. Paket teknologi budidaya padi menuju IP 400 masih dalam proses, khususnya mengenai pergiliran varietas.
Kata kunci: IP padi 400, PTT padi sawah, varietas genjah, varietas super genjah
EXECUTIVE SUMMARY
Paddy is the main food crops in the province of Bengkulu, however the productivity has not optimal yet. The problems are technology application which is not suitable and land uses of rice fields that has not been optimal. Efforts to increase productivity and incomes of farmers can be done through the intensification (the application of wetland rice cultivation technology through integrated crop management approach) and extension (increasing rice cropping index.). The purpose of this study is (1) to introduce very-early and early maturing rice varieties for the rotation of rice to support the development of IP 400 in irrigated land, (2) to assess the efficiency of the use of inorganic fertilizer and (3) to improve farmer incomes. The assessment has been conducted from 2009 until 2010 in Rimbo Kedui village, South Seluma District and the Village of Talang Pasak and Salam Harjo, North Bengkulu District. The approach is used through integrated crop management (ICM) of rice. The varieties used were Inpari 1, Cigeulis, Inpari 7 and Dodokan. The first planting on May 2010 and at the end of December 2010 had been carrying out the 3
rdplanting. Problems encountered in implementation of rice planting index 400, are unavailable early maturing seed / very-early maturity, limited manpower, the high intensity of rainfall (climate change) and the high intensity of pest attack, especially tungro. From the results of two times planting, it seems that introducing other varieties, especially resistant varieties for high rain and tungro disease is needed. The efficiency of chemical fertilizers assessment consists of 2 treatments : 1) application of 2 tons per ha of organic fertilizer with reduction of chemical fertilizer and 2) application of chemical fertilizers without organic fertilizer. The productivity of paddy ranged 3.65 to 5.07 with no organic fertilizer application and 4.20 to 5.93 t GKP / ha with organic fertilizer application. The assessment indicated that the application of organic fertilizers can reduce the dose of chemical fertilizers (NPK and urea) in the range of 4 to 16, 7% and increase the productivity of paddy 13.1 up to 26.98% and increase farmer income 12.92% up to 44.11%.
Keywords: Rice planting index 400, PTT rice, early maturing varieties, very early maturing varieties.
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang tinggi untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas yang relatif rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2009). Permasalahannya adalah adanya senjang hasil (yield gap) ditingkat petani yang cukup besar. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan varietas unggul dan benih bersertifikat di tingkat petani masih relatif rendah, penggunaan pupuk yang belum berimbang dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer dan budidaya spesifik lokasi masih belum terdifusi secara baik.
Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilaksanakan dengan penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Teknologi yang disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan (Dirjen Tanaman Pangan, 2008) . Komponen teknologi PTT adalah: penggunaaan varietas unggul, benih bermutu, bibit muda, tanam dengan sisitem jajar legowo, jumlah bibit 1-3 batang/lubang tanam, pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD), pemupukan spesifik lokasi, penggunaan bahan organik, pengairan berselang, pengendalian gulma terpadu, pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dan panen beregu atau penggunaan alat perontok (Sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Hasil penelitian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menunjukkan bahwa dengan teknologi PTT hasil padi dapat ditingkatkan sebesar 7-38% (Balasubramaniam et al., 2006). Penggunaan varietas unggul merupakan komponen yang paling penting dalam penerapan PTT padi sawah. Umur panen, potensi hasil, dan keinginan pasar merupakan aspek yang penting dalam penentuan varietas. Varietas super dan ultra genjah dengan potensi hasil yang tinggi merupakan tuntutan yang mendesak bagi pengembangan padi sawah. Saat ini tersedia berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar.
Penggunaan bahan organik merupakan komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Kelangkaan pupuk bersubsidi di sentra produksi padi merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi.
Ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik perlu dikurangi. Salah satu caranya adalah memanfaatkan jerami yang melimpah sebagai sumber pupuk organik.
Peningkatan produktivitas padi secara parsial, dengan pendekatan PTT, belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas produksi padi nasional, sehingga diperlukan terobosan dalam peningkatan produksi padi. Salah satu terobosannya adalah dengan meningkatkan IP dari IP 200 ke IP 300-400. IP 400 merupakan implementasi dari efisiensi penggunaan lahan (Balai Besar Padi, 2009).
1.2. TUJUAN a. Tujuan Umum
1. Memperoleh paket teknologi budidaya padi menuju IP 400 2. Meningkatkan pendapatan petani
b. Tujuan Tahunan
1. Mengintroduksikan Varietas padi super genjah dan genjah (Dodokan dan Inpari- 1) untuk pergiliran varietas mendukung pengembangan IP padi 400 pada lahan sawah irigasi teknis spesifik Bengkulu
2. Mengkaji efisiensi penggunaan pupuk an-organik 20%.
3. Memperoleh produksi padi 28 t/ha/th
1.3. KELUARAN
1. Rekomendasi varietas padi Dodokan dan Inpari -1 mendukung pengembangan IP padi 400 pada lahan sawah irigasi spesifik Bengkulu
2. Tercapainya efisiensi penggunaan pupuk an-organik hingga 20 % 3. Tercapainya produksi 28 ton/ha/tahun
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ketahanan pangan mempunyai fungsi yang sangat penting dan strategis, karena ketahanan pangan adalah martabat suatu bangsa (Darmadjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Sub sektor tanaman pangan tetap mendapat perhatian besar dan merupakan kegiatan utama dalam pembangunan perekonomian Provinsi Bengkulu. Kontribusi subsektor tanaman dan bahan makanan terhadap PDRB sektor pertanian sebesar 47,59%, sedangkan terhadap total PDRB Provinsi Bengkulu kontribusinya sebesar 19,44%.
Produksi padi sawah di Provinsi Bengkulu tahun 2008 adalah 484.900 ton dengan produktivitas 3,8 ton/ha (BPS, 2009). Produksi padi dapat ditingkatkan melalui peningkatan produktivitas dan luas panen. Peningkatan produktivitas padi secara parsial dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) mampu meningkatkan produksi secara signifikan (Fagi, 2003; Balasubramaniam et al., 2006), tetapi belum mampu menjamin stabilitas produksi padi nasional (Simatupang, 2001).
Peningkatan indeks pertanaman (IP) merupakan salah satu cara yang efisien untuk meningkatkan luas panen jika dibandingkan dengan pencetakan sawah baru.
PTT adalah model atau pendekatan dalam budidaya yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) secara terpadu. Hasil penelitian (Las et al., 2003) menyimpulkan bahwa terdapat lima pilihan komponen teknologi budidaya untuk meningkatkan produktivitas padi sawah, yaitu: (1) penanaman bibit muda, (2) pemberian pupuk organik pada saat pengolahan tanah, (3) irigasi berselang, (4) pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, dan (5) pemupukan N menurut tingkat kehijauan daun tanaman dengan mengacu kepada bagan warna daun (BWD). Untuk mencerminkan kebutuhan alternatif paket teknologi spesifik lokasi, teknologi budi daya tersebut dilengkapi dengan delapan komponen teknologi lainnya, yaitu: (1) penggunaan varietas unggul baru, (2) penggunaan benih bermutu dengan daya tumbuh tinggi, (3) penanaman 1-3 bibit per lubang, (4) peningkatan populasi tanaman melalui sistem tanam tegel 20 cm x 20 cm atau sistem tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1, (5) penyiangan menggunakan rotary weeder atau landak, (6) pengendalian OPT berdasarkan pendekatan PHT, (7) panen tepat waktu, dan (8) perontokan gabah menggunakan thresher (Las et al., 2003; Zaini et al., 2003).
Teknologi yang disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan (Sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Penggunaan varietas unggul merupakan komponen yang paling penting dalam penerapan PTT padi sawah. Umur panen, potensi hasil, dan keinginan pasar merupakan aspek yang penting dalam penentuan varietas (Balasubramaniam et al., 2006). Varietas super dan ultra genjah dengan potensi hasil yang tinggi merupakan tuntutan yang mendesak bagi pengembangan padi sawah. Saat ini tersedia berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar.
Terdapat beberapa komponen teknologi dalam PTT yang bersifat sinergis satu dengan lainnya. Selain sebagai penciri PTT, teknologi tersebut mudah diterapkan, beradaptasi luas, dan besar pengaruhnya terhadap kenaikan hasil dan pendapatan petani. Evaluasi terhadap implementasi model PTT di 26 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa inovasi teknologi yang dikembangkan dengan model PTT mampu meningkatkan produktivitas padi rata-rata 1 t/ha. Hasil penelitian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menunjukkan bahwa dengan teknologi PTT hasil padi dapat ditingkatkan sebesar 7-38%.
Selain meningkatkan hasil, model PTT juga hemat dalam penggunaan benih, pupuk, dan air irigasi. Dalam model PTT, benih yang diperlukan hanya 24 kg, sedangkan dalam usaha tani padi non-PTT 40 kg/ha (Puslitbangtan, 2006). Takaran pupuk N, P, dan K dalam model PTT masing-masing 15%, 5%, dan 75% lebih efisien daripada usaha tani padi non-PTT. Meskipun biaya produksi padi 8% lebih besar, keuntungan yang diperoleh dari penerapan model PTT 35% lebih tinggi daripada usaha tani padi non-PTT (Puslitbangtan, 2006). Pemberian pupuk N yang didasarkan pada skala BWD dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N 10−53% dibanding takaran rekomendasi (Wahid, 2003).
Pelaksanaan PTT dalam pengelolaan hara spesifik lokasi untuk tanaman padi, selain penggunaan pupuk kimia juga mengikutsertakan pupuk organik dari kompos jerami sebagai sumber K dan bahan organik dari pupuk kandang sebagai sumber N, P, K, dan Ca. Hal ini dipertegas dengan SK Mentan No.40/Permentan/OT.140/4/2007 mengenai rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi. Konsep revolusi hijau lestari, agroekoteknologi, pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT), dan
ecofarming yang diketengahkan akhir-akhir ini semuanya menekankan pentingnya penggunaan bahan organik di samping pupuk anorganik dalam usaha tani padi (Zaini dan Las, 2004).
Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/OT.140/4/2007 sebagai perbaikan dari Keputusan Menteri Pertanian No.01/Kpts/SR.130/1/2006. Dalam rekomendasi tersebut dinyatakan perlunya penggunaan bahan organik 2 t/ha di samping pupuk anorganik untuk padi sawah. Penggunaan bahan organik/pupuk organik akan menghemat pemakaian urea, SP36, dan KCl masing-masing 25-50 kg/ha (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).
Penggunaan bahan organik melalui PTT di tingkat petani di 26 provinsi mampu meningkatkan hasil rata-rata 1 t GKG/ha. Di lahan sawah irigasi pada jenis tanah hidromorf kelabu, pemberian bahan organik melalui pendekatan PTT meningkatkan hasil padi 14,8% (Pirngadi et all., 2002a). Pemberian pupuk kandang 5 t/ha di lahan sawah Alluvial serta 250 kg N/ha meningkatkan hasil padi walik jerami 7,3% (Pirngadi et et al., 2002b).
Teknologi yang dikembangkan untuk mengendalikan hama dan pertanaman padi didasarkan kepada konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dengan mempertimbangkan ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai dengan tuntutan praktek pertanian yang baik (Departemen Pertanian, 2003). Hama tanaman padi tidak akan meledak sepanjang musim dan peningkatan populasinya hanya terjadi pada musim hujan (Baehaki, 1992).
Meningkatnya produktivitas padi melalui pendekatan PTT pada berbagai agroekologi tersebut menunjukkan adanya pengaruh sinergis antar komponen teknologi yang dianjurkan dalam PTT yang berakibat pada meningkatnya efisiensi pemupukan (Zaini dan Las, 2004). PTT dengan teknologi hemat benih, hemat pupuk kimia, hemat air, dan hemat pestisida akan menurunkan biaya produksi per satuan luas. Dengan menurunnya biaya produksi maka pendapatan petani akan meningkat. Dari hasil evaluasi di tingkat petani di 26 provinsi, melalui model PTT produktivitas padi meningkat rata-rata 1 t GKG/ha atau Rp. 2000.000. Tambahan biaya untuk pembelian bahan organik (2 ton/ha) dan aplikasinya sebesar Rp1.060.000 sehingga pendapatan meningkat Rp. 940.000/ha dibanding menggunakan teknologi non-PTT (Pirngadi, 2009).
Rekayasa teknologi pada IP padi 400 difokuskan pada varietas unggul yang berumur sangat genjah (90 – 104 hari), teknologi pengairan yang efisien, pesemaian dapok atau culikan, dan pengembangan sistem monitoring dini baik sebelum tanam, persemaian, pertanaman dan sesudah panen (BB Padi, 2009).
IP padi 400 perlu dikelola dengan baik karena rawan terhadap ledakan hama dan penyakit, kekurangan air, dan kekurangan oksigen karena tanah melumpur sepanjang tahun. Penyerapan hara yang berasal dari tanah meningkat dan dapat mempercepat terjadinya ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Untuk meningkatkan keberhasilan IP padi 400, maka persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya adalah: (a) Waktu yang tersedia harus sama atau kurang dari 12 bulan untuk 4 musim tanam atau kurang dari 3 bulan/musim, (b) Persediaan air ada sepanjang tahun, (c) Semua kegiatan perlu dilaksanakan secara cepat bahkan ada kegiatan yang bersifat tumpang tindih, misalnya penyemaian benih dilakukan sebelum panen, (d) Padi ditanam dalam satu hamparan secara serentak, karena jika tidak demikian jenis dan intensitas serangan hama dan penyakit akan meningkat (BB Padi, 2009).
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. LOKASI PENGKAJIAN
Pada tahun 2009, lokasi pengkajian di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Pada tahun 2010 dilakukan pengembangan IP-400 di Desa Rimbo Kedui. Selain itu juga dilakukan pengkajian IP 400 di di Desa Talang Pasak dan Salam Harjo, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara.
3.2. CAKUPAN KEGIATAN
Pengkajian ini dilakukan dalam bentuk percobaan lapangan, analisis laboratorium dan survei terhadap petani di lokasi pengkajian. Percobaan di lapangan dilaksanakan di lahan milik petani kooperator. Kegiatan lapangan terdiri dari 3 unit yaitu 1) Kegiatan
pada lokasi lanjutan tahun 2009 (Desa Rimbo Kedui, 1 kelompok tani);
2) Pengembangan IP padi 400 di Desa Rimbo Kedui seluas 1 ha, dan 3) pengembangan IP padi 400 di Desa Talang Pasak dan Salam Harjo, Kabupaten Bengkulu Utara seluas 2 ha.
3.3. METODE PENGKAJIAN
Tahapan kegiatan diawali dengan kegiatan desk study dan koordinasi dengan Dinas dan Institusi terkait yang berhubungan dengan sumber–sumber teknologi (BB Padi, BBSDLP dan BPSB) dan stakeholders di lokasi pengkajian. Percobaan lapangan dilaksanakan oleh 10 orang petani kooperator. Rencana pola tanam/pergiliran varietas ada dua yaitu: 1) Inpari – Inpari – Dodokan - Inpari dan 2) Dodokan - Inpari – Inpari - Inpari. Realisasinya terjadi penambahan varietas selain Inpari 1 dan Dodokan, yaitu Cigeulis dan Inpari 7. Komponen teknologi yang dilakukan berdasarkan pendekatan PTT (Tabel 1). Untuk mengetahui kandungan unsur hara dilakukan analisis status hara dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Untuk mengkaji efisiensi
pemupukan dilakukan 2 kombinasi perlakuan pupuk organik dan an-organik yaitu 1) dosis rekomendasi lengkap tanpa pupuk organik dan 2) pengurangan dosis pupuk
kimia dengan aplikasi pupuk organik 2 t/ha (disesuaikan dengan hasil analisis tanah dan varietas yang digunakan.
Tabel 1. Komponen teknologi PTT dengan IP 400 yang diterapkan dilokasi pengkajian.
Komponen
Teknologi Teknologi PTT dengan
Pola Tanam/Pergiliran Varietas IP 400*
Genjah-Genjah-
Super Genjah -Genjah Super Genjah-Genjah- Genjah-Genjah 1. Varietas
2. Pengolahan tanah 3. Sistem tanam 4. Jarak tanam (cm) 5. Umur bibit (HSS)
6. Jumlah bibit per rumpun(btg) 7. Pemupukan (kg/ha)**
- N, P, K
- Pupuk Organik/Kompos jerami (ton/ha)
8. Cara Pemupukan 9. Penyiangan
10.Pengendalian hama penyakit 11.Sistem panen
Inpari1 - Inpari1 - Dodokan - Inpari1
Sempurna Jajar legowo 4:1
20x20x10 18-21
2-3 Rekomendasi
2 tebar 2 kali PHT Sabit bergerigi
Dodokan - Inpari1 - Inpari1 - Inpari1
Sempurna Jajar legowo 4:1
20x20x10 18-21
2-3 Rekomendasi
2 tebar 2 kali PHT Sabit bergerigi Sumber: Badan Litbang Pertanian (2007)
*: Pertanaman ke-3 menggunakan varietas Inpari 7.
**: Pengkajian efisiensi pemupukan terdiri dari 2 perlakuan, tanpa dan dengan kompos jerami/pupuk kandang dengan dosis pupuk kimia disesuaikan hasil analisis tanah.
3.4. PENGUMPULAN DATA
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi teknologi petani, data agronomis (vegetatif dan generatif), perkembangan hama & penyakit padi, produktivitas tanaman, serta data sosial ekonomi (input-output usahatani, prilaku dan sikap dan pengetahuan petani, kelembagaan sosial dan usahatani yang ada, harga saprodi dan harga gabah).
3.5. METODE ANALISIS
Data primer (komponen pertumbuhan, komponen hasil dan produktivitas) dianalisis secara statistik. Selama pengkajian dilakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan, komponen hasil dan produktivitas tanaman padi. Analisis status hara tanah dilaksanakan secara periodik selama pengkajian. Pengisian form Farm Record Keeping (FRK) dilakukan untuk penyusunan keragaan finansial.
3.6. BAHAN DAN ALAT YANG DIBUTUHKAN
Bahan pengkajian yang digunakan adalah benih padi varietas Inpari, Cigeulis dan Dodokan, Urea dan NPK, pupuk organik (kompos jerami, pupuk kandang), aktivator mikroba, dolomit, herbisida, pestisida dan lain-lain. Alat-alat yang dibutuhkan meliputi hand sprayer, Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), karung, jaring dan lain-lain.
3.7. PARAMETER YANG DIUKUR
Parameter yang diukur adalah keragaan agronomis (vegetatif dan generatif/komponen hasil), hasil riil dan hasil ubinan, kesuburan lahan, perkembangan hama dan penyakit padi, input produksi, harga output saat pengkajian berlangsung.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
4.1.1. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas
Pergiliran varietas yang dilaksanakan pada kegiatan IP padi 400 dan produktivitas padi genjah dan super genjah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pergiliran varietas dalam pelaksanaan IP padi 400 di Kab. Bengkulu Utara dan Seluma
Desa/Kabupaten Varietas padi (Produktivitas, ton GKP/ha)
Tanam 1 Tanam 2 Tanam 3 Tanam 4
Desa Rimbo Kedui
Kab. Seluma Inpari 1
(5,93) Inpari 1
(4,09) Inpari 7 Dodokan*
Desa Talang Pasak (1)
Kab.Bengkulu Utara Inpari 1
(5,27) Inpari 1 Inpari 7* Dodokan*
Desa Talang Pasak (2)
Kab.Bengkulu Utara Dodokan
(4,3) Inpari 1 Inpari 7* Dodokan*
Desa Salam Harjo(1)
Kab.Bengkulu Utara Cigeulis
(4,2) Inpari 1 Inpari 7* Dodokan*
Desa Salam Harjo(2)
Kab.Bengkulu Utara Dodokan
(puso) Inpari 1 Inpari 7* Dodokan*
Ket: * belum tanam
4.1.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara selama 1 tahun (2010) disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Kerkap pada tahun 2010
Bulan Seluma Kerkap
CH HH CH HH
1 234 14 283 16
2 195 13 511 21
3 179 14 609 20
4 111 11 317 12
5 166 10 245 14
6 287 15 288 15
7 357 14 544 16
8 356 12 429 13
9 256 15 565 16
10 357 18 361 15
11 225 20 555 19
12 186 19 250 10
Jumlah 2809 175 1941 91
Sumber: BP3KP Kab. Seluma, 2010; BP3KP Kab. Bengkulu Utara, 2010
Pada pertanaman ke-1 dan ke-2, OPT yang menganggu pertanaman pada awal pertumbuhan vegetatif adalah hama adalah wereng hijau, keong mas, ulat grayak, kepinding tanah. Penyakit yang intensitas serangannya tinggi adalah penyakit tungro.
Saat fase generatif, hama utama yang menyerang adalah walang sangit dan burung (Tabel 4).
Tabel 4. Serangan hama penyakit pada pertanaman padi sawah di lokasi pengkajian
Lokasi Pengkajian Serangan hama penyakit
Pertanaman ke-1 Pertanaman ke-2 Desa Rimbo Kedui
Kab. Seluma wereng hijau/tungro, hama putih, ulat grayak, walang sangit, burung
wereng hijau/tungro, hama putih, kepinding tanah, walang sangit, burung Desa Talang Pasak (1)
Kab.Bengkulu Utara wereng hijau/tungro, hama putih, penggerek batang, walang sangit, burung
blas leher malai, hawar daun, tungro, hama putih, walang sangit, burung
Desa Talang Pasak (2)
Kab.Bengkulu Utara wereng hijau/tungro, hama putih, penggerek batang, walang sangit, burung
hama putih, tungro, walang sangit, burung
Desa Salam Harjo(1)
Kab.Bengkulu Utara keong mas, tungro, walang sangit, burung
Desa Salam Harjo(2)
Kab.Bengkulu Utara wereng hijau/tungro, keong mas
4.1.3. Peningkatan Efisiensi Pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik Tingkat Kesuburan Lahan
Hasil analisis tanah dengan PUTS memperlihatkan bahwa di Desa Talang Pasak dan Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tingkat kesuburan lahannya relatif rendah, sedangkan di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma tingkat kesuburan lahannya termasuk sedang.
Tabel 5. Status hara tanah sawah berdasarkan PUTS di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara.
Unsur Hara Status hara tanah
Desa Rimbo Kedui Desa Talang Pasak Desa Salam Harjo Nitrogen
Phosfor Kalium pH tanah
ST S S AM
ST R R-S AM
ST R R-S
AM Ket: R= rendah S=sedang ST=sangat tinggi AM-agakmasam Hasil Pengamatan Vegetatif dan Generatif
Pertanaman pertama dimulai pada pertengahan Mei 2010 di Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma. Benih ditanam pada umur 18 – 21 hari setelah semai (HSS). Tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum merupakan parameter pertumbuhan vegetatif yang diamati (Tabel 6).
Tabel 6. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum pada pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (tanam ke-1) di Kab.Seluma dan Bengkulu Utara
Desa/Kab. Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan maks./
rumpun Kab. Seluma
Desa Rimbo Kedui (Inpari 1) -Tanpa pupuk organik
-Dengan pupuk organik 92,5
94,4 14,9
17,8 Kab. Bengkulu Utara
Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 84,9
87,4 14,1
15,6 Desa Talang Pasak (Dodokan)
-Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 95
101,5 16,7
16,7 Desa Salam Harjo (Cigeulis)
-Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 98,3
100,2 16,7
21,5
Pada Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata komponen hasil padi sawah pada berbagai varietas menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik memberikan hasil yang relatif lebih baik dari pada tanpa pemberian pupuk organik.
Tabel 7. Komponen hasil padi sawah varietas Inpari 1, Dodokan dan Cigeulis (tanam ke-1) di Kab.Seluma dan Bengkulu Utara tahun 2010
Desa/Kab. Panjang
Malai Gabah Isi Gabah
Hampa Berat 100 Butir Kab. Seluma
Desa Rimbo Kedui (Inpari 1) -Tanpa pupuk organik
-Dengan pupuk organik 20,6
22,0 62,6
74,8 37,4
25,2 2,6
2,7 Kab. Bengkulu Utara
Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 16,5
21,7 45,0
51,6 16,8
22,2 2,4
2,5 Desa Talang Pasak (Dodokan)
-Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 23,0
24,6 59,3
107,7 35,3
15,3 2,3
2,4 Desa Salam Harjo (Cigeulis)
-Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 19,4
20,6 63,4
76,9 36,6
23,1 2,5
2,6
Efisiensi pupuk kimia dengan aplikasi bahan organik ke lahan sawah di Kabupaten Bengkulu Utara dan Seluma disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Efisiensi pupuk kimia dengan pemberian pupuk organik pada lahan sawah di lokasi Pengkajian IP Padi 400 di Kab.Bengkulu Utara dan Seluma.
Petani/Teknologi Produktivitas
(t GKP/ha) Efisiensi pupuk (%) Jumlah
pupuk Biaya pupuk Kab. Seluma
Desa Rimbo Kedui (Inpari) -Tanpa pupuk organik
-Dengan pupuk organik 5,07
5,93 4 5,3
Kab. Bengkulu Utara Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 3,87
5,30
10 7
Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 3,65
4,30
16,7 12
Desa Salam Harjo -Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 3,65
4,20 11 12
4.1.4. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani
Analisia usahatani padi sawah di Desa Rimbo Kedui Tahun 2010 disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisa Usahatani Padi Sawah Pengkajian IP Padi 400 di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan Kabupaten Seluma Tahun 2010.
URAIAN Tek petani Komponen tek. PTT
Aplikasi kompos Tanpa kompos A. Biaya Produksi (Rp)
Bibit 100.000 100.000 100.000
Pupuk 940.000 824.000 870.000
Pestisida 184.000 262.500 262.500
Tenaga Kerja 3.350.000 3.350.000 3.350.000
Total Biaya Produksi 4.574.000 4.536.500 4.582.500
B. Penerimaan (Rp)
Produksi (kg/ha) 4.000 5.620 5.210
Harga Jual 2.000 2.000 2.000
Total Penerimaan 8.000.000 11.240.000 10.420.000
C. Pendapatan (Rp)
Penerimaan-Biaya Produksi
(B-A) 3.426.000 6.703.500 5.837.500
Analisa usahatani padi sawah di lokasi pengkajian Desa Talang Pasak, Kab.
Bengkulu Utara Tahun 2010 disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisa Usahatani Padi Sawah Pengkajian IP Padi 400 di Kab. Bengkulu Utara Tahun 2010.
URAIAN Tek petani Komponen tek. PTT
Aplikasi kompos Tanpa kompos
A. Biaya Produksi (Rp)
Bibit 100.000 100.000 100.000
Pupuk 660.000 824.000 870.000
Pestisida 184.000 262.500 262.500
Tenaga Kerja 3.350.000 3.350.000 3.350.000
Total Biaya Produksi 4.294.000 4.536.500 4.582.500
B. Penerimaan (Rp)
Produksi (kg/ha) 4.000 5.300 3870
Harga Jual 2.000 2.000 2.000
Total Penerimaan 8.000.000 10.600.000 7.740.000
C. Pendapatan (Rp)
Penerimaan-Biaya Produksi
(B-A) 3.706.000 6.063.500 3.157.500
Persentase peningkatan produktivitas padi sawah dan pendapatan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kooperator di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara.
Petani/Teknologi Produktivitas
(t GKP/ha) Peningkatan Produktivitas
(%)
Pendapatan
(Rp/ha) Peningkatan Pendapatan
(%) Kab. Seluma
Desa Rimbo Kedui (Inpari1)
-Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik
5,07
5,93 14,5 5.837.500 12,92
Kab. Bengkulu Utara Desa Talang Pasak (Inpari 1)
-Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
3,87
5,3 26,98 3.556.000
6.370.000 44,11 Desa Talang Pasak
(Dodokan)
-Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
3,65
4,30 15,12 3.356.000
4.570.000 26,56 Desa Salam Harjo
-Tanpa pupuk organilk
-Dengan pupuk organik 3,65
4,20 13,10 3.285.000
5.335.000 38,43
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Karakteristik petani dan usahatani padi
Pada ketiga lokasi pengkajian di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara, sebagian besar petani telah berpengalaman menanam padi secara semi intensif dan intensif. Teknologi yang diterapkan selama ini adalah panca usaha tani dan hanya 30%
petani mengenal teknologi baru. Dari aspek pembibitan, petani biasa menanam pada usia bibit 21 s/d 30 hari dengan jumlah bibit 3 – 7 tanaman/lubang. Cara tanam menggunakan cara tegel dan sudah ada yang menggunakan tandur jajar legowo tetapi tidak dilakukan penyisipan sehingga jumlah populasi tanaman setiap hektar berkurang.
Penggunaan pupuk sebagian besar belum sesuai anjuran baik dosis pupuk mapupun waktu pemupukannya. Pengendalian hama penyakit belum nenerapkan konsep PHT.
Produksi yang dihasilkan 3 – 4 ton/ha, gabah langsung dijemur dan dijual dalam bentuk gabah.
Dalam pelaksanaan inovasi kegiatan pengkajian IP padi 400 dilakukan 2 aspek inovasi yaitu dari aspek teknologi diinovasikan budidaya padi sawah melalui pendekatan PTT (penggunaan bibit unggul baru Inpari 1 dan Dodokan, penanaman bibit muda (umur 18 – 20 hari), penanaman 1 – 2 bibit /lubang, tandur jajar legowo dan pemupukan spesifik lokasi serta penggunaan bahan organik) serta peningkatan indeks pertanaman. Dari aspek kelembagaan/sosial diinovasikan kerjasama kelompok dan tanam/panen serentak mendukung peningkatan IP padi menuju IP 400.
4.2.2. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas
Introduksi varietas padi genjah dan super genjah telah dilaksanakan selama 3 musim tanam yaitu varietas Inpari 7, Cigeulis, Inpari 1 dan Dodokan. Pemilihan varietas merupakan aspek yang sangat penting dalam peningkatan IP padi karena umur tanaman serta ketahanan terhadap penyakit pada saat musim hujan dan musim kering serta penyakit endemik akan sangat mempengaruhi hasil. Varietas IR-64, Ciherang dan Inpari 1 di Provinsi Bengkulu umumnya terkena serangan tungro. Varietas Cigeulis juga terkena serangan tetapi masih mendapatkan hasil. Varietas-varietas tahan tungro yang bisa ditanam antara lain Tukad unda, Kalimas, Bondoyudo, Inpari 6,7, 8, terutama Inpari 13.
Ketersediaan benih menjadi masalah dalam peningkatan IP padi karena sering tidak tersedia pada saat yang dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan penumbuhan penangkar-penangkar padi varietas-varietas unggul baru yang berumur genjah dan super genjah.
Pergiliran varietas yang dilaksanakan pada kegiatan IP padi 400 dan produktivitas padi genjah dan super genjah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan diskripsi varietas padi sawah, varietas Inpari 1 berumur 108 hari setelah semai dengan potensi hasil 10 ton GKP/ha. Padi varietas Inpari 1 di Desa Rimbo Kedui dipanen saat berumur 109 hari atau 91 hari setelah semai dengan produktivitas 5,93 ton GKP/ha (hasil riil). Umur panen melebihi diskripsi varietas karena pada minggu pertama dan kedua bulan Agustus tersebut turun hujan terus menerus sehingga menyulitkan petani untuk melaksanakan panen padi.
Berdasarkan diskripsi varietas, varietas padi sangat genjah Dodokan dengan umur 100 hari setelah semai (potensi hasil 5,1 ton GKP/ha) mencapai produktivitas 4,3 ton
GKP/ha di Desa Talang Pasak, sedangkan di Desa Salam Harjo Kec. Kerkap terserang penyakit tungro yang cukup parah sehingga gagal panen (puso). Berdasarkan diskripsi varietas padi sawah, varietas cigeulis berumur 115-125 hari setelah semai dan mempunyai potensi hasil 8 ton GKP/ha. Pertanaman padi varietas Cigeulis pada hamparan sawah yang sama di Desa Salam Harjo terserang penyakit tungro tetapi masih dapat dikendalikan sehingga masih mencapai produktivitas 4,2 ton/ha.
Penggunaan varietas Cigeulis sebagai pengganti varietas Inpari 1 karena benih tidak tersedia baik di Balai Besar Padi Sukamandi maupun di Provinsi Bengkulu.
4.2.3. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Kondisi iklim yang tidak menentu dan tingginya curah hujan serta distribusinya yang tidak teratur mendukung perkembangan hama dan penyakit tanaman padi (Tabel 3).
Serangan OPT pada kedua kabupaten relatif sama. Pada pertanaman ke-1 dan ke-2, OPT yang menganggu pertanaman pada awal pertumbuhan vegetatif adalah hama adalah wereng hijau, keong mas, ulat grayak, kepinding tanah.
Penyakit yang intensitas serangannya tinggi saat fase vegetatif adalah penyakit tungro. Pada tanaman padi varietas Dodokan di desa Salam Harjo, serangan penyakit tungro menyebabkan gagal panen. Untuk pertanaman selanjutnya, varietas Inpari 1 yang selalu terrserang penyakit tungro diganti dengan varietas lainnya yang lebih tahan. Varietas Inpari 13 yang direkomendasikan, tetapi karena benihnya tidak terrsedia di Balai Besar Padi Sukamandi, maka digunakan varietas Inpari 7 yang relatif agak tahan penyakit tungro strain tertentu.
Saat fase generatif, hama utama yang menyerang adalah walang sangit dan burung (Tabel 4). Kegiatan tanam 4 kali setahun belum diikuti oleh petani sekitarnya sehingga seranngan kedua hama tersebut menuju pada pertanaman di lokasi pengkajian. Jumlah burung hingga ratusan ekor dan dikendalikan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan jaring. Serangan hama walang sangit juga luar biasa. Salah satu upaya pengendaliannya dengan penyemprotan pestisida.
Untuk memperoleh tingkat produktivitas yang optimal diupayakan agar tidak hanya memilih varietas dengan potensi hasil tinggi, tetapi yang lebih penting adalah
pemilihan varietas yang tahan terhadap hama penyakit yang endemik di daerah tersebut.
4.2.4 Peningkatan Efisiensi Pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik a. Tingkat Kesuburan Lahan
Hasil analisis tanah dengan PUTS memperlihatkan bahwa di Desa Talang Pasak dan Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tingkat kesuburan lahannya relatif rendah, sedangkan di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma tingkat kesuburan lahannya termasuk sedang (Tabel 5). Penggunaan pupuk kimia masih belum berimbang dan pemanfaatan bahan organik belum banyak dilakukan petani di ketiga desa tersebut. Limbah dan sisa hasil panen biasanya dibakar.
Secara umum petani di ketiga desa tersebut mengaplikasikan pupuk 2 kali, yaitu pada saat tanam dan pada saat anakan aktif. Pada pengkajian ini dilakukan pemberian pupuk NPK 2 kali, yaitu pupuk dasar pada umur 7-14 hari setelah tanam (HST) dan pada saat inisiasi primordia bunga (40 – 45 HST). Untuk pupuk Urea diberikan 2-3 kali tergantung dari hasil pengamatan dengan menggunakan Bagan warna Daun. Sebagai pupuk dasar digunakan Urea 50-75 kg/ha tergantung potensi hasil dari varietas yang ditanam,
Pemupukan pada pertanaman padi sawah diberikan dengan 2 perlakuan yaitu: 1) dengan pemberian 2 t/ha pupuk organik (pupuk kandang/kompos jerami) dan 2) tanpa pupuk organik. Dosis pupuk kimia yang digunakan menjadi lebih rendah dengan aplikasi bahan organik. Untuk pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (target hasil > 6 t GKP/ha) di Desa Rimbo Kedui dengan tingkat kesuburan lahan sedang, dosis pupuk yang digunakan ada dua yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi BWD), NPK 280 kg/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200 kg/ha (aplikasi BWD) dan NPK 300 kg/ha.
Untuk pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (target hasil > 6 t GKP/ha) di Desa Talang Pasak dengan tingkat kesuburan lahan rendah, dosis pupuk yang digunakan ada dua yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi BWD), NPK 280 kg/ha dan pupuk kandang 2 t/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200 kg/ha (aplikasi BWD) dan NPK 300 kg/ha. Dosis pupuk untuk pertanaman padi varietas Dodokan di Desa Talang Pasak lebih rendah disesuaikan dengan target hasilnya (<6 t
GKP/ha), dosis pupuk yang digunakan yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 100 kg/ha (aplikasi BWD), NPK 200 kg/ha dan kompos jerami 2 t/ha, dan 2) Tanpa pupuk organik:
Urea 170 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) dan NPK 250 kg/ha.
Untuk pertanaman padi sawah varietas Cigeulis (target hasil > 6 t GKP/ha) di Desa Salam Harjo dengan tingkat kesuburan lahan rendah, dosis pupuk yang digunakan yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun), NPK 250 kg/ha dan kompos jerami 2 t/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200 kg/ha, (aplikasi Bagan Warna Daun) dan NPK 250 kg/ha.
b. Efisiensi pemupukan dengan aplikasi pupuk organik
Pertanaman pertama dimulai pada pertengahan Mei 2010 di Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma. Benih ditanam pada umur 18 – 21 hari setelah semai (HSS). Tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum merupakan parameter pertumbuhan vegetatif yang diamati disajikan pada Tabel 6. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman padi Inpari pada tiga petani kooperator cukup baik melalui pendekatan PTT. Pemupukan yang tepat dan pengendalian OPT secara terpadu berperan terhadap komponen pertumbuhan tanaman. Berdasarkan data tinggi tanaman dan jumlah anakan/rumpun diharapkan akan dicapai potensi genetik dari varietas Inpari 1 (10 t GKP/ha) (BB Padi, 2006). Pada Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata komponen hasil padi sawah pada berbagai varietas menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik memberikan hasil yang relatif lebih baik dari pada tanpa pemberian pupuk organik.
Produktivitas padi sawah dengan aplikasi pupuk organik pada ketiga desa dan pada ketiga varietas yang ditanam mencapai hasil yang lebih tinggi (Tabel 8). Tabel tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik pada varietas Inpari 1 di Desa Rimbo Kedui menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 4%, dan meningkatkan hasil 13%. Pemberian kompos jerami pada varietas Inpari 1 di Desa Talang Pasak menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 10%, dan meningkatkan hasil 26%. Pemberian kompos jerami pada varietas Dodokan di Desa Talang Pasak menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 16,7%, dan meningkatkan hasil 15%. Pemberian kompos jerami pada varietas Cigeulis di Desa Salam Harjo menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 11%, dan
meningkatkan hasil 12%. Pada seluruh lokasi pengkajian, pemberian bahan organik dapat meingkatkan hasil dan menghemat biaya pengeluaran pupuk kimia.
Peningkatan produktivitas dengan penggunaan pupuk organik berkisar 13,15 s/d 26,98 dibandingkan tanpa pupuk organik. Peningkatan pendapatan dengan penggunaan pupuk organik sebesar 5-48% dibandingkan dengan teknologi petani.
4.2.5. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani
Dari hasil analisa usahatani padi sawah terlihat bahwa terjadi peningkatan pendapatan petani dengan melakukan perbaikan teknologi petani menjadi teknologi introduksi melalui pendekatan PTT ((Tabel 9 dan 10). Peningkatan pendapatan petani dari hasil padi sawah pada satu kali musim tanam tercapai di lokasi pengkajian baik di Kabupaten Seluma maupun Kabupaten Bengkulu Utara. Peningkatan pendapatan yang cukup besar di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan , Kab. Seluma dari Rp.
3.426.000 menjadi Rp. 5.837.500 s/d Rp. 6.703.500.
Produktivitas padi sawah varietas Inpari 1 di Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma berkisar antara 5,07 s/d 5,93 ton GKP/ha. Produktivitas padi sawah dengan aplikasi teknologi petani umumnya berkisar 4-5 ton GKP/ha. Produktivitas padi sawah varietas Inpari 1 di Desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara berkisar antara 3,87 s/d 5,30 ton GKP/ha dan pada varietas Dodokan 3,65 s/d 4,30 ton GKP/ha. Produktivitas padi varietas Cigeulis di desa Salam Harjo berkisar 3,65 s/d 4,20 ton GKP/ha. Produktivitas padi sawah dengan aplikasi teknologi petani di lokasi pengkajian di Desa Talang Pasak Dan Salam Harjo, Kecamatan Kerkap, Kab. Bengkulu Utara umumnya relatif rendah yaitu 3-4 ton GKP/ha.
Kegiatan pengkajian IP padi tahun 2010 diperkirakan akan dapat mencapai IP padi 350-400 karena dari pertengahan Mei 2010 hingga Desember 2010 sudah terlaksana panen 2 x dan tanam 3 x di Kab. Seluma, sedangkan pelaksanaan pengkajian baru pada tahapan pertanaman ke-2 dan panen ke-2 di Kab. Bengkulu Utara
.
4.2.6. Paket Teknologi Budidaya Padi Menuju IP 400
Dari hasil pelaksanaan kegiatan pengkajian mulai tahun 2009 s/d 2010 diperoleh paket teknologi budidaya padi sawah menuju IP 400. Paket teknologi ini disesuaikan dengan kondisi lapangan baik dari segi teknis maupun dari segi sosial dan ekomoni.
Aspek-aspek yang dperlu diperhatikan dalam pelaksanaan IP padi menuju 400 adalah pengaturan jadwal tanam, pergiliran varietas, pengolahan lahan, persemaian, pembuatan kompos, tanam, pemupukan, pengairan, penyiangan, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. Uraian secara rinci disajikan pada Lampiran 4.
Paket teknologi ini akan terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan hama penyakit tanaman maupun distribusi curah hujan selama 4 kali tanam.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengkajian peningkatan IP padi di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan sejak tahun 2009 di Kecamatan seluma Selatan Kabupaten Seluma dan pada tahun 2010 dikembangkan ke Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Dari hasil pelaksanaan pengkajian diperoleh hasil sementara bahwa :
1. Introduksi varietas padi genjah dan super genjah untuk pergiliran varietas dalam mendukung IP padi 400 telah dilaksanakan selama 2 tahun (2009 dan 2010) yaitu varietas Ciherang, Mekongga, Cigeulis, Inpari 1, Inpari 7, Silugonggo dan Dodokan.
Varietas Ciherang dan Inpari 1 umumnya terkena serangan tungro. Varietas Cigeulis.
terkena serangan lebih ringan.
2. Pemberian pupuk organik meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga mengurangi dosis pupuk kimia sebesar 4% s/d 16,7% dan mengurangi biaya pupuk sebesar 5,29%. Peningkatan pendapatan petani dari aplikasi pupuk organik berkisar 12,92 s/d 44,11%.
3. Dosis pupuk spesifik lokasi dengan penggunaan bahan organik/kompos jerami/pupuk kandang di lokasi pengkajian yang dapat disarankan untuk digunakan petani yaitu NPK 280 kg/ha dan Urea 200 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) untuk varietas dengan potensi hasil lebih besar dari 5 ton GKP/ha dan dosis NPK 250 kg/ha dan Urea 100 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) untuk varietas dengan potensi hasil lebih kecil dari 5 ton GKP/ha.
4. Produktivitas padi sawah varietas Inpari 1 berkisar antara 4,84 s/d 5,93 ton GKP/ha, varietas Dodokan 4,30 ton GKP/ha dan Cigeulis 4,20 ton GKP/ha. Peningkatan pendapatan petani meningkat berkisar dari 12,92% s/d 38,43%.
5. Peningkatan pendapatan petani selama satu tahun melalui peningkatan IP diperkirakan meningkat, namun belum dapat diukur peningkatannya karena pelaksanaan tanam baru 6,5 bulan ( tiga kali tanam dan 2 kali panen). Peluang untuk mencapai IP 350-400 cukup tinggi, tetapi produktivitas lahan sawah/tahun belum optimal karena keterbatasan persediaan benih dan tenaga kerja, tingginya intensitas hujan (anomali iklim) dan tingginya tingkat serangan hama penyakit.
6. Paket teknologi budidaya padi menuju IP 400 telah diperoleh, kecuali mengenai pergiliran varietas. Perkiraan pergiliran varietas yang memberikan hasil optimal adalah penanaman varietas super genjah saat bukan musim tanam raya atau saat perkembangan hama penyakit tinggi dan penanaman varietas dengan potensi hasil tinggi saat musim tanam raya.
5.2. Saran
1. Untuk pergiliran varietas dalam mendukung tercapainya IP padi 400 perlu diintroduksikan varietas-varietas yang lebih tahan terhadap curah hujan tinggi dan tahan terhadap penyakit khususnya (tungro) seperti Inpari 13.
2. Untuk pengembangan IP padi 400, peranan pemda diperlukan untuk mengawali gerakan dengan memberi subsidi saprodi ke petani dalam hamparan yang cukup luas (minimal 25 ha) sehingga pengendalian hama penyakit lebih mudah dilakukan.
VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN
Pengkajian IP Padi 400 merupakan impementasi dari upaya untuk meningkatkan luas panen melalui efisiensi penggunaan lahan dan sumberdaya yang tersedia.
Teknologi budidaya yang diimplementasikan pada pengkajian IP Padi 400 adalah pendekatan PTT padi sawah irigasi.
Teknologi introduksi mampu meningkatkan produktivitas padi pada kisaran 13,1% – 26,98%. Hal ini membuktikan bahwa teknologi yang diintroduksikan mampu
meningkatkan produktivitas yang cukup tinggi. Peningkatan produktivitas ternyata juga diikuti dengan peningkatan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan petani yang melaksanakan PTT padi sawah berkisar antara 12,92% – 44,11% dibandingkan teknologi petani.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengkajian ini adalah meningkatnya pengetahuan dan kesadaran petani untuk memanfaatkan limbah tanaman padi yang berupa jerami sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Petani yang mempunyai ternak memanfaatkan je\rami sebagai pakan ternak dan pupuk kandang untuk menyuburkan lahan. Hal ini mendukung berkembangnya sistem integrasi antara sapi dengan tanaman padi.
Dampak positif dari kegiatan ini adalah meningkatnya motivasi para petani di Desa Rimbo Kedui dan sekitarnya untuk meningkatkan produktivitas dan IP padi mereka. Dampak lain dalam jangka panjang adalah dapat menekan alih fungsi lahan dari lahan sawah ke lahan sawit.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Baehaki, S.E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices).
Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 65-78.
Balasubramaniam V., Rajendra, R., Ravi, V dan Las, I. 2006. Integrated Crop Management (ICM): Field Evaluation and Lesson Learn. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR. ICFORD, IAARD. Jakarta.
BB Padi. 2009. Peningkatan Produksi Padi Melalui Pelaksanaan IP Padi 400. Pedum IP.Padi 400. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.
BPS Provinsi Bengkulu. 2009. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badann Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.
Damardjati, J.S. 2006. Learning form Indonesia Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Enviroment. ICCR, ICFORD, IAARD.
Jakarta.
Departemen Pertanian. 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional Perlindungan Tanaman dan Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian, Jakarta. 140 hlm.
Dirjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.
Fagi, A.M., I. Las, M. Syam, A.K. Makarim dan A. Hasanuddin. 2002. Penelitian padi menuju revolusi hijau lestari. Balitpa, Sukamandi. 68. hlm.
Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane, dan S. Abdulrachman. 2003.
Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian, Jakarta. 30 hlm.
Pirngadi, K., O. Syahromi, dan T.S. Kadir. 2002a. Model pengelolaan tanaman padi pada lahan sawah beririgasi. J. Agrivigor 2 (2): 84-96.
Pirngadi, K., A. Guswara, K. Permadi, dan H. Pane. 2002b. Pengaruh persiapan lahan dan pemupukan terhadap hasil padi walik jerami pada sawah tadah hujan. hlm.
217-224. Dalam J. Soejitno, Hermanto, dan Sunihardi (Ed.). Sistem Produksi Pertanian Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Pirngadi, K. 2009. Peran Bahan Organik Dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 48-64.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2006. Sistem Produksi Padi Hemat Input. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 2.
Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi Sawah. Sukamandi.
Simatupang, P. 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya
Mengatasinya. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke Depan. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. hlm 119-146.
Wahid, A. S. 2003. Peningkatan Efisiensi Pupuk Nitrogen Pada Padi Sawah Dengan Metode Bagan Warna Daun. Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003.
Zaini, Z., I. Las, Suwarno, B. Haryanto, Suntoro, dan E.E. Ananto. 2003. Pedoman Umum Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu 2003.
Departemen Pertanian, Jakarta. 25 hlm.
Zaini, Z. and I. Las. 2004. Development of integrated crop and resources management options for higher yield and profit in rice farming in Indonesia. p.252-257. Proc.
Training on Agricultural Technology Tranfer and Training. APEC, Bandung- Indonesia, 18-22 July 2004.
Lampiran 1. Rangkaian foto-foto Kegiatan pengkajian IP padi 400 di Desa Rimbo Kedui, Kabupaten Seluma
Gambar 2. Keragaan pertanamanpadi tanam ke-4 di desa Rimbo Kedui Kab.
Seluma (kegiatan lanjutan 2009).
Gambar 1. Panen padi tanam ke-3 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma (kegiatan lanjutan 2009).
Gambar 6. Pertanaman padi
menjelang panen ke-2 di Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.
Gambar 5. Serangan hama putih pada pertanaman padi sawah ke-1 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.
Gambar 5. Pemberian pupuk dasari desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.
Gambar 3. Serangan penyakit tungro di Kab. Seluma.
Lampiran 2. Rangkaian foto-foto Kegiatan pengkajian IP padi 400 di Kabupaten Bengkulu Utara
Gambar 2. Pengumpulan bahan kompos tanam di desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara
Bengkulu . Gambar 1. Penyemaian benih padi
varietas Inpari I tanam ke-1 di desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara
Gambar 3. Pembuatan kompos untuk pertanaman ke-1 di desa Salam Harjo Kab. Bengkulu Utara
Gambar 4. Keragaan pertanaman ke-1 padi sawah di desa Salam Harjo Kab. Bengkulu Utara
Gambar 6. Pertanaman padi sawah menjelang panen ke-2 di Desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara Gambar 5. Pertanaman ke-2 padi
sawah di Desa Salam Harjo Kab.
Bengkulu Utara
Lampiran 3. Diskripsi varietas padi sawah Tahun 2006 sampai 2009 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi).
VARIETAS CIHERANG Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1
Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1- 3//4*IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 116 -125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107 -115 cm
Anakan produktif : 14-17 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23 %
Indek glikemik : 54
Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha
Potensi hasil : 8,5 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, dan agak tahan biotipe 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III dan IV
Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 meter diatas permukaan laut
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Draradjat
Dilepas tahun : 2000
VARIETAS CIGEULIS Nomor seleksi : S3429-4D-PN-1-1-2
Asal persilangan : Ciliwung/Cikapundung/IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 115 -125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 100 -110 cm
Anakan produktif : 14-16 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Agak kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23 %
Indek glikemik : 64
Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 5,0 t/ha
Potensi hasil : 8,0 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, dan rentan biotipe 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain IV,
Anjuran tanam : Baik ditanam pada musim hujan dan kemarau, cocok ditanam pada lokasi di bawah 600 meter di atas permukaan laut
Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, dan N.
Yunani
Tim Peneliti : B. Suprihatno, M.D. Muntono, Ismail B.P., Atito., Baehaki S.E., Triny S. Kadir dan W. S.
Ardjasa
Teknisi : Toyib S. M., Edi Suwandi M. K., M. Suherman dan Sail Hanafi
Institusi Pengusul : BALITPA dan BPTP Lampung
Dilepas tahun : 2002
VARIETAS MEKONGGA
Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3 Asal persilangan : A2790/2*/IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 116 -125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 91 – 106 cm Anakan produktif : 13-16 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Agak kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping panjang
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23 %
Indeks glikemik : 88
Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha
Potensi hasil : 8,4 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2, dan biotipe 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di atas
prmukaan laut
Pemulia : Z.A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A.
Daradjat, dan Sahardi
Tim Peneliti : B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS., Ismail B.P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki
Teknisi : M. Suherman, Abd. Rauf Sery, Uan D., S.Toyib S. M., Edi S. MK., M. Sailan, Sail Hanafi, Z.
Arifin, Suryono, Didi dan Neneng S.
Institusi Pengusuul : BALITPA dan BPTP Sultra
Dilepas tahun : 2004
VARIETAS SILUGONGGO Nomor seleksi : IR39357-71-1-1-2-2
Asal persilangan : IR9129-209-2-2-2/IR19774-23-2-2/IR9729-67- 3
Golongan : Cere
Umur tanaman : 85 – 90 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 80 – 85 cm Anakan produktif : 9 – 11 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau
Muka daun : Bagian atas kasar, bawah permukaan daun halus
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Agak pulen
Kadar amilosa : 23 %
Bobot 1000 butir : 25 g Rata-rata hasil : 4,5 t/ha
Potensi hasil : 5,5 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2
Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan penyakit blas, tidak tahan hawar daun bakteri
Anjuran tanam : Dapat dikembangkan sebagai padi sawah atau gogo. Beradaptasi baik untuk lingkungan tumbuh rawan kekeringan. Dapat tumbuh baik pada tanah regosol, mideteran dengan kahat Kalium dan Fosfat. Cocok di tanam pada daerah di bawah 500 m di atas permukaan laut
Pemulia : Ismail BP., B Suripto, ZA. Simanullang, Y.
Samaullah, Atito DS., Hadis S., E. Sumadi, Aan A. Daradjat, Poniman, Taryat T.
Tim Peneliti : D. Suardi, Rasyid M., A. Ichwan, H. Toha, M.
Amir, H. Pane dan Irsal L.
Dilepas tahun : 2001
VARIETAS DODOKAN Nomor seleksi : Ir28128-45-3-3-2
Asal persilangan : IR36/IR10154-2-3-3-3-//IR9129-209-2-2-2-1
Golongan : Cere
Umur tanaman : 100 -105 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 80 -95 cm
Anakan produktif : sedang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Miring
Daun bendera : Miring
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Warna Jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan hingga sedang
Rasa nasi : enak
Kadar amilosa : 23 %
Bobot 1000 butir : 23,3 gr
Potensi hasil : 5,1 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Cukup tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2 Ketahanan terhadap Penyakit : Cukup tahan terhadap blas (Pyricularia oryzae)
Dilepas tahun : 1987