Putri Irene Kanny, SP, M.Si
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan nikmat kepada kami, sehingga dengan petunjuk dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Penuntun Praktikum Agroekoteknologi.
Penuntun praktikum ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan penuntun praktikum ini.
Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan penuntun praktikum ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penuntun praktikum ini dapat bermanfaat untuk membantu mahasiswa dalam praktikum Mata Kuliah Agroekoteknologi Program Studi Agroteknologi Universitas Gunadarma.
Depok, Januari 2021 Dosen Pengampu Mata Kuliah Agroekoteknologi
DAFTAR ISI
Praktikum I. Pendahuluan: Pengenalan lahan dan rencana kegiatan praktikum …… 4
Praktikum II-III. Persiapan media tanam dan Teknik persemaian ... 9
Praktikum IV.Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman ... 15
Praktikum V. Penanaman ... 18
Praktikum VI. Pemeliharaan: pemupukan dan penyiangan gulma ……….. 21
Praktikum VII. Panen dan Komponen hasil ………. 25
DAFTAR PUSTAKA ……….. 27
PRAKTIKUM I
PENGENALAN LAHAN DAN RENCANA KEGIATAN PRAKTIKUM
A. Pedahuluan
Mata kuliah Agroekoteknologi merupakan mata kuliah wajib pada program studi Agroteknologi. Mata kuliah ini terdiri dari 14 kali pertemuan kuliah dan 7 kali pertemuan untuk praktikum yang terdiri dari 3 sks. Praktikum ini membahas tentang: Pengertian dan ruang lingkup Agronomi; Ekologi dan Teknologi budidaya, Pengenalan lahan, persiapan media tanam dan teknik persemaian, persentase tumbuh bibit, penanaman, pemeliharaan:
pemupukan dan penyiangan gulma dan, panen dan komponen hasil.
Pengolahan tanah media tanam merupakan tahapan awal yang sangat penting dalam kegiatan penanaman tanaman di dalam pot. Pengolahan media tanam bertujuan untuk memperbaiki struktur media tanam sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar dengan baik. Jika penanaman dilakukan dilahan, pengolahan tanah akan menyebabkan tanah yang berada dibagian bawah terpapar udara dan cahaya matahari sehingga dapat terjadi proses oksidasi unsur mineral yang bersifat toksik bagi akar tanaman.
Populasi tanaman adalah jumlah tanaman persatuan luas (misalnya per hektar).
Populasi tanaman sangat penting dalam produksi pertanian, karena dengan diketahuinya populasi yang diperlukan maka dapat direncanakan kebutuhan benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja secara lebih tepat dan akurat. Dalam menentukan kebutuhan benih, perlu diketahui informasi-informasi penting yang berhubungan dengan populasi tanaman, diantaranya jarak tanam, luas lahan, dan jumlah tanaman perlubang tanam. Selain itu, informasi lain terkait dengan karakteristik benih juga perlu diketahui seperti daya berkecambah, kemurnian, serta bobot benih yang digunakan. Bobot benih diperlukan untuk menghitung kebutuhan benih yang ukurannya kecil seperti bayam, wortel, caisim, dll.
Terdapat beberapa pendekatan di dalam perhitungan populasi tanaman. Berikut dua pendekatan yang umum dilakukan dalam perhitungan populasi tanaman dan kebutuhan benih:
Perhitungan populasi tanaman dan kebutuhan benih
a) Perhitungan populasi tanaman dan kebutuhan benih dengan pendekatan jarak tanam dan luas lahan:
Populasi = (Luas lahan/jarak tanam) x jumlah tanaman per lubang
Kebutuhan Benih = Populasi x (100/daya tumbuh) x (100/daya berkecambah) x (100/kemurnian benih) x bobot 1000 butir/1000
b) Perhitungan populasi tanaman dan kebutuhan benih dengan pendekatan target produksi adalah sebagai berikut:
Populasi = target produksi : potensi per tanaman x jumlah tanaman per lubang
Kebutuhan benih = populasi x (100/daya tumbuh) x (100/daya kecambah) x (100/kemurnian) x bobot 1000 butir/1000
Perhitungan populasi tanaman dan kebutuhan benih produksi benih hibrida
Terdapat beberapa perbedaan perhitungan populasi yang disiapkan dalam produksi benih hibrida dibandingkan non hibrida. Pada produksi benih hibrida selain menyiapkan populasi tanaman betina juga perlu disiapkan pula populasi tanaman jantan. Rekomendasi rasio jumlah jantan dan betina disajikan pada tabel 1.
a) Perhitungan populasi tanaman betina serta jantan dan kebutuhan benih keduanya dengan pendekatan jarak tanam dan luas lahan adalah sebagai berikut:
Populasi Parental Betina = (Luas lahan/jarak tanam) x jumlah tanaman per lubang
Populasi Parental Jantan = (Luas lahan/jarak tanam) x jumlah tanaman per lubang x rasio jantan:betina
Kebutuhan benih parental betina = Populasi x (100/daya tumbuh) x (100/daya berkecambah) x (100/kemurnian benih) x bobot 1000 butir/1000
Kebutuhan benih parental jantan = Populasi x (100/data tubuh) x (100/daya berkecambah) x (100/kemurnian benih) x bobot 1000 butir/1000 x rasio jantan:betina
Tabel 1 Rasio kebutuhan tanaman jantan dan betina pada produksi benih hibrida
Jenis tanaman Rasio
Jantan Betina
Cabe 1 3
Jagung Manis 1 4
Labu 1 3
Mentimun 1 3
Paria 1 3
Semangka 1 3
Tomat 1 2
Terong 1 3
b) Perhitungan populasi tanaman dan kebutuhan benih dengan pendekatan target produksi adalah sebagai berikut:
Populasi parental betina = (target produksi : potensi per tanaman) x jumlah tanaman per lubang
Populasi parental jantan = (target produksi : potensi per tanaman x jumlah tanaman per lubang x rasio jantan:betina
Kebutuhan benih parental betina = Populasi parental betina x (100/daya tumbuh) x (100/daya kecambah) x (100/kemurnian) x bobot 1000 butir/1000
Kebutuhan benih parental jantan = Populasi parental jantan x (100/daya tumbuh) x (100/daya kecambah) x (100/kemurnian) x bobot 1000 butir/1000 x rasio jantan:betina
Pengolahan tanah merupakan proses memodifikasi tanah agar sesuai untuk proses penanaman dan pertumbuhan tanaman sehingga dapat berproduksi dengan optimum. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah memperbaiki struktur tanah sehingga memiliki aerasi yang baik untuk perkembangan akar tanaman.
Dalam pengolahan tanah juga biasanya ditambahkan dolomit dan juga pupuk kandang yang dapat meningkatkan karakter fisik dan kimiawi tanah. Penambahan dolomit bertujuan untuk mingingkatkan pH tanah serta menambahkan unsur mineral Mg dan Ca
dalam tanah. Pupuk kandang merupakan bahan organik ditambahkan pada tanah untuk meningkatkan struktur fisik tanah yang baik untuk tanaman. Tanah yang mengandung bahan organic yang tinggi memiliki aerasi dan kemampuan dalam memegang air yang tinggi.
B. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan persiapan penanam, perhitungan kebutuhan benih, kebutuhan luasan lahan,
C. Metode Praktikum 1. Tempat
Pelaksanaan praktikum Agroekoteknologi di Laboratorium Urban Agriculture kampus F7, Ciracas, Jakarta Timur
2. Bahan dan Alat
Alat tulis, Laptop dan Proyektor 3. Prosedur Pelaksanaan
Pengolahan tanah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pengolahan tanah secara manual menggunakan cangkul. Tanah dicangkul untuk digemburkan dan dibuat bedengan dengan ukuran 1 x 5 m, dan ketinggian bedengan dibuat sekitar 5 cm atau lebih. Pengolahan tanah dilakukan dengan menambahkan pupuk kandang sebanyak 1 karung untuk setiap bedengan. Bedengan yang sudah digemburkan dan dicampur pupuk kandang secara merata selanjutnya ditambahkan dolomit dengan cara disebar secara merata, yaitu sekitar 1 kg dolomit untuk satu bedengan.
Contoh perhitungan kebutuhan benih cabai
Diketahui luas lahan 1000 m2 yang akan digunakan untuk produksi benih cabai besar non hibrida. Jarak tanam yang digunakan 50 cm x 60 cm. Setiap lubang di tanam 1 bibit per lubang dengan daya tumbuh 85%. Daya kecambah benih dan kemurnian benih kelas stock seed yang digunakan sebagai benih sumber masing-masing sebesar 90% dan 98% Diketahui pula bobot 1000 butir cabai besar tersebut 6 g, Hitung populasi tanaman cabai dan jumlah benih yang perlu disiapkan untuk produksi kelas benih sebarnya (ES).
Jawab :
Luas area = 1000 m2
Jarak tanam antar barisan 50 cm = 0.5 m Jarak tanam di dalam barisan 60 cm = 0.6 m
Jumlah benih perlubang = 1 bibit
Daya tumbuh = 85%
Daya berkecambah = 90%
Bobot 1000 butir (TSW) = 6 g
Estimasi Populasi = (Luas lahan/jarak tanam) x jumlah tanaman per lubang
= (1000 m2/ (0.5 x 0.6) m2 ) x (1 bibit)
= 3 333 tanaman
Maka estimasi kebutuhan benih
Kebutuhan benih = populasi x (100/daya tumbuh) x (100/daya berkecambah) x (100/kemurnian benih) x (bobot 1000 butir/1000)
= 3333 tanaman x (100/90) x (100/98) x (6 g/1000)
= 26.68 gram
PRAKTIKUM II - III
PERSIAPAN MEDIA TANAM DAN TEKNIK PERSEMAIAN
A. Pendahuluan
Tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimum jika kondisi media tanam atau tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan melalui pengolahan media tanam atau tanah. Dalam proses pertumbuhannya, akar tanaman sangat membutuhkan udara/oksigen untuk proses respirasi sehingga aerasi media tumbuh harus baik.
Dalam proses pengolahan media tanam/tanah yang memiliki pH rendah biasanya dilakukan penambahan kaptan yang bertujuan untuk meningkatkan pH tanah. Penyesuaian pH media tumbuh sangat penting karena terkait erat dengan ketersediaan unsur hara mikro.
Media tanam/tanah yang memiliki pH yang rendah tidak dapat menyediakan unsur hara- unsur hara tertentu khususnya unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penambahan pupuk kandang, kompos, atau bahan organik lain pada media tanam/tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembapan dan aerasi lebih baik.Setelah media tanam sudah tersedia selanjutnya pemilih Teknik persemaian yang tepat sesuai komoditas tanaman. Setiap kelompok akan ditugaskan untuk menanam satu jenis tumpangsari jagung dengan kacang-kacangan atau dengan umbi-umbian. Pengamatan dilakukan tiap kelompok pada seluruh tumpangsari yang ada.
B. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan persiapan lahan untuk penanaman yang meliputi pengukuran luas lahan, pengolahan tanah, pembuatan petak percobaan, dan pembuatan lubang tanam.
C. Metode Praktikum 1. Tempat
Pelaksanaan praktikum Agroekoteknologi di Kebun Percobaan kampus F7, Ciracas, Jakarta Timur
2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah mulsa 1 roll, benih kedelai; kacang tanah; jagung, kapur pertanian dan ember. Alat yang digunakan adalah alat ukur meteran, ajir, tali plastic,
cangkul, garpu dan tugal.
3. Prosedur Pelaksanaan 1). Pengukuran Luas Lahan
Untuk merencanakan kebutuhan sarana produksi, penggunaan tenaga kerja, target produk yang diinginkan, lahan untuk penanaman perlu diukur secara tepat. Peralatan pengukuran lahan adalah berupa meteran, tali, dan ajir. Terdapat perbedaan cara dalam mengukur dan menghitung luas lahan yang datar dan yang miring. Untuk lahan datar, luas lahan sebagai bidang tanam dapat diukur langsung dari panjang dan lebar. Untuk lahan miring, selain panjang dan lebar dalam penentuan luas bidang tanam juga harus memperhatikan kemiringan lereng atau perbedaan tinggi.
(1) Pengukuran luas lahan datar
Permukaan bidang tanam pada lahan yang datar. Langkah-langkah pengukuran luas bidang tanam untuk lahan datar adalah sebagai berikut:
1) Ambil suatu titik awal dan tandai dengan ajir induk.
2) Dari titik ajir induk tersebut rentangkan tali untuk mengukur panjang lahan 3) Dari titik yang sama rentangkan juga tali untuk mengukur lebar lahan.
4) Kedua tali pada titik ajir induk usahakan membentuk sudut 90o agar diperoleh lahan dengan bentuk pesegi.
5) Hitung luas bidang tanam dengan cara mengalikan nilai panjang lahan (p) dengan nilai lebar lahan (l) untuk memperoleh luas lahan, dengan rumus:
L = p * l dalam satuan m2 atau ha
Contoh: Pengukuran pada lahan datar menghasilkan panjang 7 m dan lebar 2.5 m, berapa luas bidang tanam lahan tersebut dalam hektar (ha).
Diketahui:
p = 7 m l = 2.5 m 1 ha = 10 000 m2 Jawab:
L = p x l
= 7 m x 2.5 m
= 17.5 m2
= 17.5 m2/10 000 m2 x 1 ha
= 0.00175 ha (2) Pengukuran luas lahan miring
Bidang tanam pada lahan miring adalah pada permukaan yang miring ( 2). Langkah-langkah pengukuran luas bidang tanam untuk lahan miring adalah sebagai berikut:
1) Ambil suatu titik awal dan tandai dengan ajir induk di lahan yang tinggi.
2) Dari titik ajir induk tersebut rentangkan tali untuk mengukur panjang lahan (p) secara mendatar ke lahan yang lebih rendah,
3) Dengan bantuan ajir lain yang telah diberi tanda, ukur beda tinggi (h) antara lahan yang rendah dan yang tinggi.
4) Hitung panjang lahan yang miring (r) dengan rumus r = √ (p2+h2).
5) Dari ajir induk di lahan bagian atas dan lahan di bagian bawah, ukurlah lebar lahan (l).
6) Hitung luas bidang tanam dengan cara mengalikan nilai panjang lahan miring (r) dengan nilai lebar lahan (l) untuk memperoleh luas lahan, dengan rumus: L= r * l
= (√ (p2+h2))* l
Contoh:
Pengukuran pada lahan miring menghasilkan panjang 70 m dan lebar 50 m dengan beda ketinggian lahan 10 m. Tentukan luas bidang tanam lahan pada lahan miring tersebut dalam hektar (ha).
Diketahui:
p = 70 m l = 50 m h = 10 m
Jawab: L = (√ (p2+h2))* l
= (√ (702+102))* 50
= 70.7 * 50
= 3 535.5 m2 = 0.3535 ha B. Pengolahan tanah
Kegiatan setelah pembukaan lahan maka diperlukan pengolahan tanah, terutama pada kegiatan budidaya awal. Tanah sebagai media tanam harus gembur agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hampir semua tanaman menyukai tanah yang gembur terutama tanaman yang dipanen pada bagain umbi. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cangkul yang dilakukan secara langsung oleh petani atau secara mekanisasi yaitu dengan alat traktor.
Pada pengolahan dengan traktor, pada tahap awal, tanah diolah dengan bajak singkal untuk membelah dan membalik tanah. Selanjutnya, dengan bajak rotary atau dengan garu untuk menghancurkan bongkahan tanah dan meratakannya. Saat ini kebutuhan mekanisasi semakin dipernuhi atau dapat diajukan kepada pemerintah melalui kelompok tani. Sehingga kegiatan pertanian lebih cepat dan tepat. Petani pun perlu meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan mesin yang digunakan dalam pertanian.
Setelah diolah dengan traktor selanjutnya dapat dibuat petakan atau plot dengan ukuran sesuai kebutuhan dan jenis tanaman yang akan ditanam. Pinggiran lahan yang tidak bisa diolah dengan traktor biasanya digemburkan dengan cangkul oleh tenaga manusia.
Tergantung kebutuhan tanaman, tanah diolah dalam bentuk dilumpurkan dan diratakan seperti untuk tanaman padi sawah atau dalam bentuk bedengan untuk tanaman lain seperti ubijalar, kacang panjang, tomat, cabe, dan lain-lain. Setelah tanah diolah untuk keperluan penanaman komoditas hortikultur, seringkali bedengan ditutup dengan mulsa plastik.
Pada saat pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang dan pengapuran juga mungkin diperlukan terutama untuk lahan dengan tingkat kemasaman tinggi atau pH rendah.
Kapur dapat ditebarkan dalam alur atau ditebar merata dicampur tanah.
C. Pembuatan petak percobaan:
Untuk keperluan percobaan, seringkali perlu dibuat petakan atau plot percobaan dengan ukuran tertentu. Sebagai contoh dalam praktikum Agroekoteknologi tiap petak percobaan yang dikelola oleh satu kelompok kecil adalah berukuran 10 m x 7.5 m dan untuk satu percobaan dengan 3 perlakuan dibutuhkan 3 buah petak percobaan. Ukuran dan petak akan disesuaikan dengan ketersediaan lahan apda kebun percobaan. Petak percobaan tersebut biasanya dibuat setelah tanah diolah dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1) Pada satu titik tertentu, biasanya di batas pinggir lahan, tancapkan ajir induk (I0) sebagai titik awal pengukuran
2) Pada titik ajir induk (I0) tersebut, ikatkan tali rafia dan panjangkan tali tersebut ke arah
timur atau barat sampai 2 m
3) Pada ajir induk yang sama, ikatkan juga tali rafia dan panjangkan tali tersebut ke arah utara atau selatan sampai 2.5 m
4) Pada arah timur-barat berikan tanda dengan ajir bantu pada titik 2 m dari ajir induk sebagai ajir a1, selanjutnya pada jarak 50 cm kemudian berikan tanda ajir b2 sebagai jarak antar petak, dari ajir b2 tarik lagi tali sepanjang 2 m Dan pada titik ini tancapkan ajir induk pertama (I1)
5) Lakukan hal yang sama pada arah utara-selatan, tetapi dengan jarak ajir induk (I0) ke ajir s1 sepanjang 2.5 m, jarak s1 ke s2 adalah 50 cm, dan dari s2 ke ajir induk kedua (I2) 2.5 m.
6) Selanjutnya lakukan pengukuran yang sama pada sisi-sisi yang sejajar arah timur-barat dan arah utara-selatan, setelah itu hubungkan dengan tali semua titik yang telah ditentukan sehingga akan terbentuk 3 petak percobaan berukuran 2 m x 2.5 m.
Gambar 1. Petak percobaan D. Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam yang perlu dibuat tergantung dari jenis tanaman, cara tanam, bahan tanam. Lubang tanam untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan dapat dibuat langsung dengan tugal pada jarak tanam (Tabel 1) dan kedalaman yang telah ditentukan.
Tabel 1. Kebutuhan jarak tanam dan lubang tanam pada berbagai komoditas tanaman Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
2 m 50 cm
2.5 m
NO Komoditas Jarak Tanam (m x m)
Lubang Tanam
1. Padi Sawah 0.25 x 0.25 Dibuat langsung dengan tangan saat menanam
2. Jagung/sorgum 0.80 x 0.20 Dibuat dengan tugal pada kedalaman 3 – 4 cm
3 Hanjeli 0.80 x 0.50 Dibuat dengan tugal pada kedalaman 3 – 4 cm
4. Kacang Tanah 0.50 x 0.20 Dibuat dengan tugal pada kedalaman 3 – 4 cm
5. Kedelai 0.40 x 0.10 Dibuat dengan tugal dengan kedalaman 2 – 3 cm
6. Kacang Hijau 0.40 x 0.20 Dibuat dengan tugal dengan kedalaman 2 – 3 cm
7. Ubijalar 1.00 x 0.25 Dibuat pada tengah bedengan dengan cangkul
8. Ubikayu/talas/porang 1.00 x 1.00 Stek langsung ditanam dengan menancapkan pangkal stek di tengah bedengan
PRAKTIKUM IV
Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
A. Pendahuluan
Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhan dan perkembangan dari luar, meliputi: unsur hara, suhu, cahaya, iklim, radiasi, intensitas cahaya, kelembaban dll. Faktor internal adalah faktor dari dalam tanaman tersebut, meliputi: genentik dan hormon tanaman (fitohormon). Faktor utama yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan adalah intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman, yang menyebabkan etiolasi ketika intensitas cahaya tidak optimum. Etiolasi menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis yang bertujuan untuk menghasilkan karbohidrat yang berperan penting dalam pembentukan klorofil.
Tumbuhan terbagi atas tumbuhan monokotil dan dikotil. Tumbuhan berdasarkan tanaman pangan terdiri dari tumbuhan biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Tumbuhan hortikultura terdir dari tanaman sayuran, buah-buahan, bunga dan tanaman hias dan biofarmaka. Kelompok tanaman tersebut mempunyai perlakukan budidaya yang berbeda, sehingga cara penanaman yang baik dan perawatan yang rutin pada tanaman dapat tumbuh secara optimum
B. Tujuan Praktikum
1. Setelah mengikuti praktikumini mahasiswa dapat menjelaskan cara dan melakukan pengamatan peubah pertumbuhan vegetatif, pertumbuhan generatif, dan produksi tanaman serta menyajikan hasil pengamatan.
2. Setelah mengikuti praktikumini mahasiswa dapat mengenal dan menentukan fase perkembangan tanaman semusim (monokotil dan dikotil)
C. Metode Praktikum 1. Tempat
Pelaksanaan praktikum Agroekoteknologi di Kebun Percobaan kampus F7, Ciracas, Jakarta Timur
2. Bahan dan Alat
Alat tulis, alat ukur : pengaris dan meteran, koran dan kamera 3. Prosedur Pelaksanaan
A. Pengamatan Pertumbuhan a. Pengamatan Pertumbuhan Jagung
Alat yang digunakan dalam pengamatan pertumbuhan adalah meteran. Ketentuan dan langkah-langkah dalam pengamatan pertubuhan jagung adalah sebagai berikut:
(1) Daya tumbuh benih; pada saat 1 MST (Minggu Setelah Tanam) hitunglah jumlah benih yang tumbuh dari seluruh lubang tanam, kemudian presentasekan terhadap seluruh jumlah benih yang ditanam (lihat contoh perhitungan no 1). Amati tipe perkecambahannya (termasuk epigeal atau hypogeal). Epigeal: tipe perkecambahan dimana keping atau kotiledon biji terangkat ke atas permukaan tanah; hipogeal adalah tipe perkecambahan dimana keping atau kotiledon biji tidak terangkat ke atas permukaan tanah.
(2) Pada umur 2 MST, ambil 10 tanaman contoh secara acak yang mewakili seluruh petakan (jangan dari barisan pinggir dan bukan tanaman pinggir). Amatilah tanaman contoh tersebut setiap minggu berikutnya sampai 75% populasi tanaman mengeluarkan bunga jantan (tassel); cara pengamatan sebagai berikut:
a) Tinggi tanaman (cm); diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi, dengan meluruskan daun.
b) Jumlah daun (helai); hitunglah jumlah helaian daun yang telah membuka sempurna, daun di bagian atas yang masih menggulung tidak dihitung.
c) Lingkar batang (cm); ukurlah lingkar batang pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah, pada saat tanaman keluar malai jantan (tasseling).
d) Luas daun per tanaman. Pada 6 MST tentukan luas daun dari 1 tanaman contoh kemudian hitunglah Indeks Luas Daun. Luas daun ditentukan dengan metode gravimetri, yaitu menggambarkan semua daun pada kertas koran kemudian digunting dan ditimbang di laboratorium (misal berbobot total A gram), timbang juga jenis kertas yang sama seluas 20 cm x 20 cm (misal berbobot B gram). Luas daun (LD) dihitung dengan rumus:
LD = A/B * (20 cm x 20 cm) = A/B * 400 cm2.
e) Hitung indeks luas daun (ILD) dengan rumus: ILD = (L*populasi tanaman per petak)/luas petak (lihat contoh perhitungan no (2).
(3) Hitung umur tanaman (hari) pada saat keluar bunga jantan 75% populasi
(taseling).
(4) Hitung umur tanaman (hari) pada saat keluar bunga betina 75% populasi (silking)
B. Pengamatan Perkembangan
Perkembangan tanaman terdiri atas fase kecambah, bibit, fase pertumbuhan vegetatif cepat, fase pembungaan, fase pengisian, dan saat masak atau panen. Beberapa perubahan morfologis dan fisiologis mengikuti fase perkembangan tersebut sehingga menjadi penting untuk dikenali dalam kegiatan budiadaya tanaman.
C. Pengamatan Produksi Tanaman
Pengamatan Produksi Tanaman pada tanaman sorgum (Sorghum bicolor L)
1. Umur berbunga. Umur pembungaan sorgum varietas bioguma 3 pada umur 61 HST dengan persentase bunga mekar sekitar 50%, pengamatan umur berbunga pada persentase sekitar 75% bunga muncul. Pembungaan ditandai dengan sebagian malai sudah mekar dimana kotak sari (anther) keluar dari lemma dan palea dalam waktu 6-9 hari (Vanderlip 1993).
2. Umur panen. Umur panen sorgum varietas bioguma 3 95-105 HST yang ditandai oleh akumulasi bahan kering terhenti dan muncul lapisan hitam (black layer) yang menempel pada tangkai di bagian bawah biji (Gerik et al. 2003).
3. Bobot biji per tanaman (g). Pengukuran bobot malai per tanaman diperoleh dari jumlah bobot malai pada tiap tanaman. Sampel yang akan diamati sebanyak lima tanaman per petak. Ditimbang setelah malai dikeringkan.
4. Bobot biji per malai. Bobot biji yang dihitung adalah biji yang sudah dipisahkan dari malainya.
5. Bobot 100 biji (g). Pengukuran bobot 100 biji diperoleh dari biji bernas yang sudah dikeringanginkan.
6. Indeks Panen (IP). Indeks panen dihitung berdasarkan perbandingan produksi dengan biomassa tanaman.
Pengamatan Produksi Tanaman pada tanaman hanjeli (Coix lacyma-jobi L.)
1. Umur berbunga. Awal pembentukan bunga hanjeli pulut pada umur 12-13 MST (92 HST) (Nurmala dan Irwan 2007)
2. Umur panen. Umur panen hanjeli rata-rata pada umur 22-24 MST (Juhaeti 2015) 3. Bobot malai per tanaman (g). Pengukuran bobot malai per tanaman diperoleh dari
jumlah bobot malai pada tiap tanaman. Sampel yang akan diamati sebanyak lima tanaman per petak. Sampel ditimbang setelah malai dikeringkan.
4. Bobot biji per malai. Bobot biji yang dihitung adalah biji yang sudah dipisahkan dari malainya.
5. Bobot 100 biji (g). Pengukuran bobot 100 biji diperoleh dari biji bernas yang sudah dikeringanginkan.
6. Indeks Panen (IP). Indeks panen dihitung berdasarkan perbandingan produksi dengan biomassa tanaman (Wnuk et al. 2013).
PRAKTIKUM V:
Penanaman
A. Pendahuluan
Penanaman di lahan, penambahan pupuk kandang atau kompos umumnya dilakukan pada jenis tanah yang memiliki struktur tanah yang keras. Selain itu penambahan pupuk kandang juga bertujuan untuk menambahkan kandungan bahan organik tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada penanaman tanaman di dalam pit, pupuk kandang atau kompos juga dapat digunakan atau ditambahkan sebagai campuran media tanam organik atau anorganik dengan media tanam lain misalnya cocopeat, arang sekam, pasir malang, zeolit, dll. Penanaman tanaman didalam pot membutuhkan pemupukan yang lebih intensif dibandingkan dengan penanaman di lapang.
Tahapan selanjutnya setelah pengolahan tanah adalah penanaman.
Kegiatan penanaman dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Penanaman benih secara langsung (tabela) 2. Penanaman bibit tanaman (seedling) di lahan
Cara yang pertama, yaitu penanaman benih secara langsung umumnya dilakukan pada jenis tanaman/komoditas yang memiliki benih dengan ukuran yang relatif besar atau karena pertimbangan teknis tertentu terutama kemudahan penanaman. Penanaman benih secara langsung biasanya dilakukan pada tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dll.
Cara yang kedua adalah penanaman bibit tanaman. Bibit tanaman merupakan tanaman muda yang dihasilkan dari proses pengecambahan/penyemaian benih yang umumnya dilakukan secara terpisah dari lahan. Penyemaian benih dapat dilakukan di dalam trey ataupun polibag. Penyemaian benih umumnya dilakukan untuk tanaman-tanaman yang memiliki ukuran benih yang relatif kecil. Selain itu, pertimbangan lain dari kegiatan penyemaian adalah teknis penanaman dan harga benih yang cukup mahal. Kegiatan penyemaian dimaksudkan untuk mempersiapkan bibit tanaman muda sehingga dapat bertahan dengan baik di lahan. Tanaman yang umumnya ditanam melalui proses pemnyemaian terlebih dahulu adalah padi serta tanaman yang tergolong sebagai komoditas hortikultura seperti cabai, semangka, melon, tomat, dll.
B. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan cara dan melakukan penanaman tanaman semusim dan tanaman tahunan.
C. Metode Praktikum 1. Tempat
Pelaksanaan praktikum Agroekoteknologi di Kebun Percobaan kampus F7, Ciracas, Jakarta Timur
2. Bahan dan Alat
Benih, pupuk (Urea, SP-36, KCl), tali plastic, bambu ajir dan insektisida.
3. Prosedur Pelaksanaan
Praktikum penanaman tanaman terbagi atas beberapa komoditas seperti tanaman tahunan dan semusim.
Jagung/Kacang Hijau/ Kacang Tanah/Kedelai
Bahan dan peralatan untuk penanaman jagung adalah benih jagung, insektisida butiran, pupuk dasar (Urea, SP-36, KCl), tugal dan tali rafia bertanda jarak tanam.
Pada percobaan penanaman jagung dilakukan dengan ketentuan dan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penanaman dilakukan di petakan percobaan (lihat denah) dengan ukuran 2 x 2.5 m dengan jarak tanam jagung adalah 80 x 20 cm (sesuaikan jenis tanaman).
2) Barisan tanaman pertama dimulai setengah jarak tanam antar barisan dari pinggir petakan. Rentangkan dua tali berjarak 80 cm pada sisi barat dan timur, sebagai acuan baris tanaman atau gunakan ajir sebagai acuan.
3) Tali yang telah diberi tanda 20 cm yang diikat pada 2 ajir, digunakan sebagai acuan lubang tanam, digerakkan sesuai jarak antar baris (arah timur – barat).
4) Buat alur pupuk pada jarak 7 cm dari tali; kedalaman alur sekitar 7 cm.
5) Campurkan separoh dosis pupuk Urea, dengan seluruh dosis pupuk SP-36 dan KCl secara merata (lihat dosis pada perlakuan dan hitung kebutuhan per petak terlebih dahulu). Setelah dicampur merata, bagilah menjadi beberapa bagian yang sama sesuai dengan jumlah barisan tanaman.
6) Taburlah pupuk ke dalam alur secara merata dari ujung ke ujung.
7) Buat lubang benih dengan tugal (kedalaman 3 – 4 cm) dan tanamkan 1 butir benih/lubang.
8) Berikan insektisida butiran (misal Furadan) kira-kira 5 – 6 butir ke dalam lubang benih (atau dosis 20 kg ha-1).
9) Setelah semua lubang ditanami benih dan diberi Furadan, tutuplah alur pupuk dan lubang benih dengan baik. Usahakan lubang benih ditutup dengan tanah yang lembut dan gembur.
10) Pasang kode perlakuan (etiket) pada tiap petak percobaan yang sesuai.
11) Siramkan air secukupnya jika tidak hujan.
PRAKTIKUM VI
Pemeliharaan Umum
A. Pendahuluan
Kegiatan pemeliharaan yang rutin dan penting untuk dilakukan adalah penyiangan gulma. Gulma merupakan segala jenis tumbuhan yang tumbuh di areal pertanian dan kehadirannya tidak dinginkan. Penyiangan gulma bertujuan untuk mengeliminasi gulma yang tumbuh di areal pertanaman. Gulma dikelompokan menjadi gulma berdaun lebar (broad leaf), rumput, dan teki. Beberapa contoh gulma berdaun lebar yang sering tumbuh pada areal pertanian adalah Ageratum conyzoides, Amaranthus dubius, Borreria alata, dll.
Gulma yang tergolong sebagai rumput contohnya adalah Axonopus compressus, Brachiaria mutica, Centotheca lappacea, dll. Jenis gulma yang termasuk kedalam golongan teki adalah Cyperus cyperoides, Cyperus rotundus, Cyperus difformis, dll.
Kehadiran gulma pada areal pertanaman akan menyebabkan gangguan pada tanaman budidaya dan menyebabkan kerugian sama halnya hama dan penyakit tanaman. Gulma memiliki pengaruh dalam menurunkan produksi tanaman budidaya melalui tiga cara, yaitu:
1. Kompetisi atau alelospoli, yaitu persaingan terhadap satu atau lebih sumber daya yang terbatas jumlahnya seperti cahaya, air, unsur hara.
2. Alelopati, yaitu gangguan yang disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh gulma baik yang masih hidup ataupun setelah mati, yang mempengaruhi tanaman yang ada disekitarnya.
3. Alelomediasi, yaitu sebagai perantara timbulnya sumber-sumber pengganggu lainnya yang berpengaruh terhadap factor-faktor fisik maupun biologis lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Misalnya gulma yang menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.
B. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan cara dan melakukan pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukkan susulan, dan pengendalian hama penyakit.
C. Metode Praktikum
1. Tempat
Pelaksanaan praktikum Agroekoteknologi di Kebun Percobaan kampus F7, Ciracas, Jakarta Timur
2. Bahan dan Alat
Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, kored, insektisida, fungisida, cangkul, arit, knapsack sprayer, alat pengaduk dan ember
3. Prosedur Pelaksanaan
A. Pemeliharaan Tanaman Semusim
Berikut ini disampaikan pemeliharaan yang perlu dilakukan selama pertumbuhan tanaman pada masing-masing percobaan dalam Praktikum Agroekoteknologi untuk tanaman semusim .
a. Pemeliharaan Tanaman Jagung
Pada percobaan Dosis Pemupukan N pada Jagung Hibrida dan Varietas Bersari Bebas, pemeliharaan yang perlu dilakukan pada tanaman jagung adalah sebagai berikut:
1) Penyulaman ; penyulaman benih yang tidak tumbuh dilakukan pada umur satu minggu setelah tanam. Lubang tanam diperiksa, benih yang tidak tumbuh dibuang, diganti dengan benih yang baru
2) Penyiangan dan penggemburan tanah ; lakukan penyiangan pada gulma yang tumbuh dekat barisan tanaman dan di antar barisan tanaman sekaligus untuk menggemburkan tanah, secara manual dengan cangkul atau kored. Usahakan gulma tercabut sampai ke perakarannya. Bila perlu dilakukan penjarangan tanaman jagung 3) Pemupukan II ; dilakukan pada tanaman berumur 3 MST (minggu setelah tanam), dengan separoh dosis pupuk Urea. Buat alur pupuk ke-2 di sisi yang berbeda dengan alur pupuk sebelumnya.
4) Pembumbunan ; merupakan tindakan menimbuni akar dan bagian batang bawah jagung dengan cara menaikkan tanah di samping kanan dan kiri barisan tanaman (membentuk guludan); dilakukan bersamaan dengan pemupukan Urea kedua.
Pelaksanaan pengendalian gulma sekaligus pembumbunan pada jagung.
5) Pengendalian hama penyakit ; lakukan penyemprotan insektisida dan fungisida apabila diperlukan, sesuai dosis dan volume semprot anjuran yang tertera pada label. Pada 3 atau 4 MST, taburkan insektisida butiran (Furadan) kira-kira 5 butir melalui pucuk tanaman.
6) Pemasukan dan pembuangan air ; bila tanah terlalu kering bagi tanaman, alirkan air masuk ke dalam petakan; sebaliknya, apabila curah hujan tinggi perbaiki saluran air sekeliling petakan sehingga pembuangan air lancar. (Jagung menghendaki tanah lembab, bukan tanah basah atau tergenang).
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PENGAMATAN OPT Nama/NIM :
Hari praktikum/kelompok : Tugas :
HAMA
No. Nama Latin Nama
Indonesia /daerah
Cara menyerang
Bagian yang diserang 1
2 3 4 5 6 7
PENYAKIT
No. Nama Latin Nama
Indonesia /daerah
Gejala serangan
Bagian yang diserang 1
2 3 4 5 6 7 GULMA
No. Nama Latin Nama Indonesia /daerah
Kelompok gulma 1
2 3 4 5
PRAKTIKUM VII Panen dan Komponen Hasil
A. Pendahuluan
Panen merupakan kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya pertanian dalam kegiatan bercocok tanam. Kegiatan panen sering kali menjadi suatu kegiatan yang mengembirakan oleh para petani, sehingga menjadi ajang festival atau syukuran oleh masyarakat tani. Panen dapat dilakukan secara manual seperti menggunakan tangan, gunting, ani-ani atau sabit. Panen masa kini menggunakan mesin panen seperti combine harvester, scythe dan reaper. Perbedaan keduannya adalah pada sumber daya manusia yang digunakan dan waktu panen.
Panen tanaman hortikultura harus memerhatikan beberapa faktor yang dapat mempercepat kebusukan komponen panen. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu perbedaan varietas, keadaan cuaca tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, dan kondisi penyimpanan. Sayuran dan buah-buahan mempunyai kadar air yang tinggi yaitu sekitar 75- 95%, namun umumnya rendah kadar protein dan lemak.
Kerusakan yang terjadi pada sayuran yang telah dipanen, disebabkan karena organ panenan tersebut masih melakukan proses metabolisme dengan menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam sayuran tersebut. Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan, karena sayuran tersebut sudah terpisah dari pohonnya ataupun telah dicabut (untuk bayam, sawi) sehingga mempercepat proses hilangnya nilai gizi sayur dan mempercepat senesen. Sedangkan tingkat kerusakan sayuran dipengaruhi oleh difusi gas ke dalam dan ke luar jaringan yang terjadi melalui lentisel yang tersebar di permukaaan sayur.
Menghambat proses tersebut tentunya secara teoritis dapat pula dilakukan sehingga dapat memperlambat laju perusakan.
B. Tujuan Praktikum
1. Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan menjelaskan cara dan melakukan panen serta pascapanen produk primer tanaman semusim
2. Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan kriteria, komponen dan cara panen tanaman semusim
C. Metode Praktikum 1. Tempat
Pelaksanaan praktikum Agroekoteknologi di Kebun Percobaan kampus F7, Ciracas, Jakarta Timur
2. Bahan dan Alat
Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, kored, insektisida, fungisida, cangkul, arit, knapsack sprayer, alat pengaduk dan ember
3. Prosedur Praktikum
Cara Kerja Panen dan Komponen hasil Tanaman Semusim
Berikut disampaikan beberapa contoh pemanenan dan penanganan pasca panen tanaman semusim dengan produk utama berupa biji, tongkol, polong, dan daun.
(1) Jagung
Panen dan pengananan hasil panen jagung muda atau jagung rebus/sayur dilakukan dengan ketentuan dan prosedur sebagai berikut:
1)
Tongkol untuk jagung muda atau jagung sayur dapat dipanen apabila biji dalam tongkol telah terisi penuh tetapi masih lunak dengan tongkol masih berwarna hijau dan rambut telah mengering (periksa tingkat kemasakan tersebut dengan membuka tongkol).2)
Petiklah dengan tangan tongkol berkelobot yang telah memenuhi kriteria di atas dari tanaman induk.3)
Pisahkan tongkol berkelobot berdasarkan ukuran panjang dan diameternya. Jagung muda dapat dipasarkan sebagai kelas 1 adalah yang berukuran panjang minimal 15 cm dan diameter tongkol 5 cm. Yang kurang dari ukuran itu dikelompokkan ke dalam kelas 2 atau afkir.4)
Tongkol berkelobot dapat dipasarkan langsung atau dengan cara memotong sebagian pada ujung dan pangkal tongkol5)
Untuk tongkol berkelobot yang dipotong pada bagian pangkal dan ujungnya, biasanya dikemas dalam plastik dengan bobot rata-rata 1 kg.DAFTAR PUSTAKA
Chozin MA. 2006. Peran Ekofisiologi Tanaman dalam Pengembangan Teknologi Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gerik T, Bean B, Vanderlip RL. 2003. Sorghum Growth and Development. Texas Cooperative Extension Service.
http://sulbar.litbang.pertanian.go.id. 2016. Teknologi Pembuatan Kompos Jerami Padi.
Juhaeti T. Jali (Coix lacryma-jobi L.; Poaceae) untuk diversifikasi pangan: produktivitas pada berbagai taraf pemupukan. Berita Biologi 14(2): 163-168.
Nurmala T, Irwan AW. 2007. Pangan Alternatif Berbasis Serealia Minor. Giratuna.
Bandung.
Prasad MNV. 2007. Plant-mineral nutrition: macro- and micro nutrients, uptake, functions, deficiency and toxicity symptoms. Department of Plant Sciences School of Life Sciences, University of Hyderabad. Hyderabad.
Tim penyusun. 2017. Pedoman praktikum dasar-dasar hortikultura. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Vanderlip RL. 1993. How a Grain Sorghum Plant Develops. Kansas State University Wnuk A, Górny AG, Bocianowski J, Kozak M. 2013. Visualizing harvest index in crops.
Communication in biometry and crop science 8(2):48-59.