• Tidak ada hasil yang ditemukan

profil dinas tenaga kerja dan mobilitas penduduk aceh tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "profil dinas tenaga kerja dan mobilitas penduduk aceh tahun 2014"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

website : disnakermobduk.acehprov.go.id

email : disnakermobduk@acehprov.go.id

atau : disnakermobdukaceh@yahoo.co.id

Mari Kita Tingkatkan Peran Ketenagakerjaan

dan Ketransmigrasian Untuk Menuju

(2)

K

KATA SAMBUTAN

KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN

MOBILITAS PENDUDUK ACEH

eterbukaan informasi publik sebagaimana yang diamanatkan

oleh Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2008 mewajibkan

institusi pemerintah melakukan publikasi terhadap program-

program pembangunan beserta hasil kinerjanya kepada publik secara

transparan namun tetap proporsional.

Untuk itulah maka Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk

Aceh secara berkala melakukan diseminasi, pencetakan buku data dan

informasi maupun publikasi terhadap hasil pelaksanaan

program-program pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian

melalui berbagai media informasi, baik cetak maupun elektronik. Dengan

adanya keterbukaan informasi publik, maka data dan informasi di bidang

ketenagakerjaan dan ketransmigrasian beserta

perkembangan terbarunya yang dapat diakses

oleh publik bisa terakomodir secara maksimal.

Buku Profil Ketenagakerjaan dan

Ketransmigrasian Aceh Tahun 2014 diharapkan

menjadi salah satu media yang mampu

(3)

Provinsi Aceh di bidang ketenagakerjaan maupun ketransmigrasian

secara detail, utuh dan menyeluruh.

Dalam menjamin akurasi serta validitas data yang disajikan, di

dalam penyusunan buku ini dilibatkan tim dari bidang teknis sebagai

sumber informasi, penyediaan data, maupun sumbang saran yang

sangat penting kontribusinya dalam membantu melengkapi substansi

buku ini. Dengan semakin lengkapnya substansi yang terkandung di

dalamnya, buku ini diharapkan mampu mewakili penjelasan secara

lengkap mengenai perkembangan terakhir kondisi pembangunan

ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Aceh beserta segenap

kebijakan, program kerja dan pengimplementasiannya.

(4)

Harapan kami, Buku Profil Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas

Penduduk Aceh Tahun 2014 ini dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber referensi dan pedoman di bidang ketenagakerjaan dan

ketransmigrasian serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

bagi semua pihak.

Banda Aceh, Oktober 2014

KEPALA DINAS TENAGA KERJA

DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH

Ir. HELVIZAH IBRAHIM, M.Si

(5)

S

KATA PENGANTAR

egenap ungkapan puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat

Tuhan Yang Maha Kuasa berkenaan dengan telah selesainya

penyusunan Buku Profil Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas

Penduduk Aceh Tahun 2014. Buku ini memuat data dan informasi

secara rinci, utuh dan menyeluruh mengenai hasil-hasil kinerja

pembangunan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh di

bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, khususnya yang telah

dilaksanakan di lingkup Pemerintah Aceh.

Berpedoman pada Qanun Aceh Nomor 5 Tahun

2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas,

Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah serta

Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009

Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja UPTD Pada

Lingkup Dinas Tenaga Kerjadan Mobilitas Penduduk, maka

ruang lingkup substansi yang disajikan di dalam buku Profil

Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh ini meliputi

2 (dua) bidang tugas yaitu bidang ketenagakerjaan dan

bidang ketransmigrasian.

(6)

penyempurnaan dari tahun ke tahun. Untuk itu, ucapan terima kasih

dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim dari Bidang Teknis atas

kontribusinya dalam proses perumusan maupun penyempurnaan

subtansi di dalam buku ini.

Namun

bagaimanapun,

kami menyadari

bahwa

dalam

penyajian data dan informasi di dalam buku ini masih terdapat berbagai

kekurangan sehingga belum mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan

berbagai pihak akan ketersediaan data maupun informasi yang aktual,

akurat dan lengkap.

Akhir kata, semoga Buku Data dan Informasi Ketenagakerjaan

dan Ketransmigrasian Aceh Tahun 2014 dapat memberikan manfaat

yang berarti bagi semua pihak dan menjadi salah satu bahan

pertimbangan maupun pedoman bagi perbaikan kinerja dan pelayanan

di masa mendatang.

Banda Aceh, Oktober 2014

KEPALA BIDANG PROGRAM DAN

PELAPORAN

PUTUT RANANGGONO, S.ST, M.Si

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA SAMBUTAN ...

i

KATA PENGANTAR ...

iv

DAFTAR ISI ...

vi

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Perkembangan Situasi Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

Aceh ...

2

1.2.1 Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi ...

5

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI ACEH ...

6

2.1 Luas dan Batas wilayah Administrasi ...

13

2.2 Keadaan Demografi Aceh ...

18

2.3 Ekonomi ...

18

2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh ...

18

BAB III PROFIL DAN SUMBER DAYA ...

17

3.1

Profil Organisasi Dinas Tenaga Kerja Mobilitas & Penduduk Aceh .

27

3.1.1 Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi ...

27

3.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi ...

28

3.1.3 Susunan dan Organisasi Dinas ...

31

3.1.4 Sumber Daya Dinas ...

34

A. Sumber Daya Organisasi ...

34

B.

Sumber Daya Aparatur

...

45

(8)

BAB IV ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG KETENAGAKERJAAN

DAN KETRANSMIGRASIAN ACEH ...

51

4.1

Arah Kebijakan Pemerintah Aceh Tahun 2014-2017 ...

51

4.1.1 Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Aceh ...

52

4.1.2 Strategi Pembangunan Daerah Aceh ...

53

4.2 Prioritas Pembangunan Pemerintah Aceh Di Bidang

Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian ...

55

4.2.1 Bidang Ekonomi ...

55

4.2.2 Bidang Wilayah dan Tata Ruang ...

55

4.3

Bidang Pendukung ...

57

4.4 Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk

Aceh Tahun 2014-2017 ...

58

4.4.1 Latar Belakang Renstra ...

61

4.4.2 Landasan Hukum ...

65

4.4.3 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk

Aceh...

68

A. Visi ...

69

B. Misi...

74

4.4.4 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas ...

78

A. Tujuan Jangka Menengah SKPA ...

78

B. Sasaran Jangka Menengah SKPA ...

81

4.5

Indikator Kinerja, Strategi dan Kebijakan ...

95

4.5.1 Indikator Kinerja ...

95

4.5.2 Strategi ... 101

4.5.3 Kebijakan ... 103

4.6

Program, Kegiatan dan Indikator Kegiatan ... 104

BAB V STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG

KETENAGAKERJAAN ... 112

5.1

Pendahuluan ... 112

(9)

5.3

Kebijakan Umum ... 115

5.4 Arah Kebijakan Yang Mendukung SPM Bidang Ketenagakerjaan 115

5.5

Himbauan Menteri dalam Negeri ... 117

5.6 Standard Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketenagakerjaan... 118

5.6.1 Jenis Pelayanan dasar, Indikator, Nilai dan Target

Pencapaian ... 118

5.6.2 Realisasi Pencapaian ... 119

5.6.3 Permasalahan dan Solusi ... 123

BAB VI KONSTRIBUSI TERHADAP PEMBANGUNAN ... 126

6.1

Pencapaian Terhadap Pembangunan Daerah ... 126

6.1.1 Pembangunan Ketenagakerjaan... 126

6.1.2 Pembangunan Ketransmigrasian ... 143

6.2. Pencapaian Program Terhadap Pelayanan Publik ... 155

(10)

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Penduduk merupakan salah satu modal dasar atau

asset dalam pembangunan. Penduduk tidak hanya sebagai

sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku

pembangunan. Sementara itu

jumlah penduduk yang besar

bukan jaminan keberhasilan suatu pembangunan.

Peningkatan jumlah penduduk yang besar tanpa adanya

peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana

yang pada waktunya dapat menimbulkan gangguan terhadap

program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Selain itu juga akan dapat menimbulkan berbagai kesulitan bagi generasi yang

akan datang.

Pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu indikator pencapaian

kesejahteraan penduduk, namun di dalam perjalanan pemenuhan kebutuhan ini

penduduk mengalami kesulitan karena pada daerah-daerah tertentu, peningkatan

jumlah penduduk yang tinggi tidak diiringi dengan peningkatan sumber daya

manusia sehingga menimbulkan peningkatan angka pengangguran, atau dengan

kata lain di tempat yang jumlah penduduknya tinggi akan lebih sulit untuk

mendapatkan pekerjaan.

Maka dari itu pencapaian kesejahteraan harus diikuti dengan pemerataan

persebaran penduduk, karena dengan pemerataan persebaran penduduk dapat

mempermudah seseorang untuk memperoleh peluang kerja yang

lebih layak dan

memadai.

(11)

1.2.

PERKEMBANGAN SITUASI KETENAGAKERJAAN

DAN KETRANSMIGRASIAN ACEH

Kondisi ketenagakerjaan di Aceh, memasuki Tahun 2013

periode Februari menunjukkan terjadinya perubahan terhadap

jumlah Angkatan Kerja (AK) sebesar 65,85 % atau 2.087.692 jiwa

dari tahun 2011 periode Agustus yaitu 63,78 % atau 2.001.259

jiwa dari total jumlah penduduk usia kerja. Hal ini akan

mempengaruhi angka Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) yang kondisinya saat ini cenderung meningkat

sebesar 0,45 % dari 7.43 % untuk tahun 2011

periode Agustus menjadi 7.88 % untuk tahun

2012 periode 2012.

Keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh

pada triwulan pertama tahun 2013 menunjukkan

adanya peningkatan jumlah angkatan kerja.

(12)

dibanding Februari 2012 sebesar 2,088 juta orang. Penduduk yang bekerja di

Provinsi Aceh pada Februari 2013 mencapai 1,944 juta orang, bertambah sekitar

21 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2012 sebesar 1,923

juta orang. Penganggur pada Februari 2013 mengalami peningkatan sekitar 13

ribu orang dibandingkan keadaan Februari 2012 sebesar 165 ribu orang. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Februari 2013 mencapai 8,38

persen, lebih tinggi 0,50 persen dari TPT bulan Februari 2012 sebesar 7,88

persen. Namun demikian jika dibandingkan dengan keadaan pengangguran

Agustus 2012 menunjukkan penurunan sebesar 0,72 persen atau sekitar 1000

orang.

Fluktuatif TPT terhadap keadaan Februari dan Agustus 2012, sangat

dipengaruhi pengaruh musim, di mana pada bulan Februari aktivitas sektor pertanian

jauh lebih besar dibandingkan pada bulan Agustus di setiap tahunnya, Pada periode

Februari 2012 sampai dengan Februari 2013 peningkatan jumlah angkatan kerja dan

jumlah penduduk yang bekerja juga diimbangi dengan peningkatan jumlah penduduk

yang menganggur. Rasio peningkatan penduduk yang menganggur lebih besar jika

dibandingkan dengan penduduk yang bekerja, akibatnya tingkat pengangguran

(13)

Jika dibandingkan dengan target TPT dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Aceh hingga tahun 2017 adalah sebesar 7,22 % – 6,50 % bukan

menjadi pekerjaan yang mudah bagi Pemerintah Aceh terutama Dinas Tenaga

Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, artinya pada akhir tahun 2013 angka tingkat

pengangguran terbuka harus mampu turun mencapai 7.22 % dan selama periode

5 tahun ke depan diharapkan terjadinya penurunan TPT sebesar 0,93 % dari

kondisi awal periode RPJMA sebesar 7,43 %.

Dalam upaya tersebut di atas juga Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas

Penduduk Aceh melalui program kegiatan bidang ketransmigrasian juga terus

berupaya mendukung program kegiatan ketenagakerjaan untuk mengurangi

penanggulangan

kemiskinan

dengan

pembangunan

kawasan

untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang disertai daya dukung terhadap

pembangunan sosial dan ekonomi serta

terciptanya

peluang untuk

mengembangkan pola kegiatan usaha dan komoditas unggulan sehingga mampu

memberikan kontribusi yang nyata terhadap percepatan pembangunan baik dari

sisi pemerintahan, infrastruktur, pengembangan wilayah, pertanian maupun

perekonomian.

Sekarang program transmigrasi tidak lagi merupakan program pemindahan

penduduk, melainkan upaya untuk pengembangan wilayah dan tidak lagi bersifat

sentralistik dan top down, melainkan memberikan kesempatan besar pada

penduduk setempat untuk menjadi transmigran (TPS). Transmigrasi berkembang

menjadi program pengembangan wilayah dan menjadi salah satu program

integrasi daerah dimana program pembangunan daerah dapat diarahkan kepada

pembangunan pertanian yaitu peningkatan produksi pertanian yang dilakukan

dengan pembukaan lahan-lahan baru atau ekstensifikasi.

Penyelenggaraan dan penempatan transmigrasi di Aceh telah ada sejak

tahun 1975 dengan lokasi pertama di Cot Girek Kabupaten Aceh Utara dan

(14)

tersedianya pencadangan areal yang relatif luas dari pemerintah. Pada unit-unit

permukiman transmigrasi (UPT) yang telah dibangun di lengkapi dengan sarana

fasilitas umum (rumah ibadah, balai desa, gudang unit dan fasilitas umum lainnya)

serta prasarana lainnya seperti jalan desa, jalan poros dan jalan penghubung

sebagai akses menuju lokasi.

1.2.1

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Analisa isu-isu strategis merupakan hal atau bagian yang sangat

menentukan dalam proses penyusunan rencana kegiatan Satuan Kerja

Pemerintah

Aceh

(SKPA)

dalam

mendukung

pembangunan

ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Provinsi Aceh. Perencanaan

pembangunan dilaksanakan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

lingkungan dan aspirasi pengguna layanan sehingga perhatian kepada

masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari

(15)

Isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan

menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya dalam hal tidak

dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan

kepada masyarakat dalam kaitannya dengan eksistensi institusi/organisasi

untuk jangka panjang. Isu strategis bagi Satuan Kerja Pemerintah Aceh

(SKPA) diperoleh berdasarkan identifikasi dan analisis permasalahan

pembangunan baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu

keadaan yang menciptakan peluang dan ancaman bagi SKPA untuk 5

(lima)

tahun

mendatang.

Dari

informasi

yang

dikumpulkan

diidentifikasikan permasalahan yang menghasilkan kesimpulan bahwa

isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPA adalah sebagai berikut :

a)

Masih Banyaknya Penduduk Miskin

Masalah penduduk miskin di Aceh merupakan tantangan yang cukup

berat dalam 5 (lima) tahun ke depan. Penduduk miskin di Aceh pada

tahun 2011 tercatat sebesar 19,48%, masih lebih besar dari penduduk

miskin tingkat nasional yang hanya sebesar 12,36%. Sebaran

penduduk miskin Aceh lebih dominan berada di pedesaan yaitu

80,14%, sedangkan diperkotaan hanya 19,86%. Hal ini mencerminkan

bahwa dampak dari pembangunan belum memberikan pengaruh

signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum,

terutama masyarakat yang tinggal di perdesaan. Oleh karena itu,

program pengentasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja,

peningkatan

ketrampilan

masyarakat

yang

didukung

oleh

pembangunan infrastruktur dasar yang terintegrasi menjadi prioritas

(16)

b)

Rendahnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Berdasarkan data BPS tahun 2011, penduduk yang bekerja masih

didominasi oleh tenaga kerja lulusan SLTA dan setingkatnya, diikuti

lulusan SMP. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang lebih tinggi

menunjukkan peningkatan yang proporsional pada tahun 2011

dibandingkan pada tahun 2009. Bila ditinjau dari tingkat pendidikan

yang ditamatkan oleh pekerja maka kualitas tenaga kerja di Aceh

masih rendah.

Tingginya tenaga kerja yang terserap di sektor informal, bekerja

kurang dari 35 jam seminggu, kurangnya keterampilan & keahlian

mengindikasikan rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja maka

perlu

dilaksanakan

pembinaan

dan

pelatihan

kerja

guna

menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif, terampil,

mandiri dan berdaya saing sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan pasar kerja.

Untuk mendukung hal tersebut maka peningkatan kualitas dan

kuantitas sarana dan prasarana fisik dan non fisik lembaga pelatihan

(17)

c)

Tingginya Angka Pengangguran dan Rendahnya Kualitas Angkatan

Kerja Kerja

Masalah utama yang dihadapi oleh tenaga kerja di Aceh adalah

keterbatasan kesempatan kerja Perkembangan perekonomian di

Aceh masih belum mengubah struktur lapangan kerja yang masih

didominasi oleh sektor informal. Sedangkan untuk sektor formal

kesempatan kerja yang tersedia sangat minim.

Tingginya tingkat pengangguran terbuka di Aceh pada tahun 2013 jika

dibandingkan dengan rata-rata nasional menunjukan bahwa kondisi

perekonomian Aceh belum berjalan seperti yang diharapkan. Artinya

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang telah dan sedang

dilaksanakan oleh pemerintah belum mampu untuk meningkatkan

kesempatan kerja bagi masyarakat. Salah satu faktor yang

menimbulkan hal tersebut adalah belum berkembangnya investasi

baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sehingga penciptaaan

perluasan kerja yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui kegiatan

pembangunan belum efektif karena peran swasta yang belum

signifikan.

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilaksanakan program yang

berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja diantaranya melalui

padat karya produktif, padat karya infrastruktur, tenaga kerja

mandiri, tenaga kerja sukarela, teknologi tepat guna dan lain

sebagainya. Semua kegiatan tersebut bertujuan memberikan

kesempatan kerja kepada penganggur baik melalui kegiatan yang

bersifat kelompok maupun perorangan dengan memanfaatkan

potensi lingkungan sehingga tercipta produksi barang dan jasa yang

mendorong

munculnya

produk

unggulan

di

masing-masing

(18)

d)

Belum Optimalnya Pembinaan Ketenagakerjaan Kerja

Banyaknya perusahaan yang melanggar norma ketenagakerjaan

terutama norma kerja, norma wanita dan anak, norma K3 dan lain

sebagainya mengindikasikan bahwa perlindungan bagi tenaga kerja

yang masih lemah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah kualitas dan kuantitas Pengawas Ketenagakerjaan

yang belum sesuai dengan perkembangan kebutuhan di berbagai

kabupaten/kota di Aceh.

Selain itu rendahnya pemahaman pekerja tentang berbagai aturan

norma ketenagakerjaan telah menyebabkan rendahnya pemenuhan

hak-hak pekerja oleh pengusaha atau pengelola perusahaan. Hal ini

terjadi akibat minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait di

kabupaten/kota yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

lemahnya kualitas dan kuantitas petugas Mediator di berbagai

kabupaten kota dan minimnya anggaran yang tersedia.

Sementara

itu

perkembangan

pasar

kerja

diwarnai

pasar

bebas/liberaliasasi,

artinya

berkembangnya

pemikiran

yang

memanfaatkan lemahnya posisi tawar pekerja akibat berlebihnya

suplai tenaga kerja sehingga mendorong terjadinya pelanggaran

terhadap hak – hak pekerja. Untuk menghadapi hal tersebut maka

pemerintah harus mempersiapkan sumber daya aparatur yang

memiliki kompetensi agar dapat memberikan perlindungan bagi

tenaga kerja dan meningkatkan pemahaman tentang norma-norma

ketenagakerjaan

agar

terpenuhinya

hak-hak

pekerja

untuk

menghindari terjadinya perselisihan hubungan industrial sehingga

(19)

e)

Masih Luasnya Lahan Terlantar yang belum Dimanfaatkan

Luasnya lahan terlantar dikawasan transmigrasi seharusnya dapat

dimanfaatkan oleh petani transmigran karena infrastruktur cukup

memadai dan sumber daya manusia tersedia. Oleh karena itu untuk

mengembangkan lahan ini menjadi perluasan areal tanam, diperlukan

dukungan pemerintah, antara lain berupa modal awal untuk

pembukaan dan pengolahan lahan sampai siap ditanami, benih unggul

spesifik lokasi, alat mesin pertanian (traktor dan pemroses hasil), serta

irigasi suplemen sehingga lahan dapat dimanfaatkan sepanjang tahun.

Untuk meningkatkan pemanfaatan lahan terlantar maka perlu adanya

identifikasi wilayah oleh instansi terkait untuk mendapatkan informasi

yang akurat tentang status kepemilikan lahan, penggunaan lahan saat

(20)

maupun lahan negara yang masih berupa hutan. Sehingga perlu

disusun prioritas pemanfaatannya sesuai dengan kondisi biofisik dan

lahan, serta peruntukannya. Kemudian lahan terlantar milik petani

dan negara dan lahan restan diprioritaskan untuk dimanfaatkan lebih

dulu karena fasilitas infrastruktur dan tenaga kerja cukup memadai.

Untuk melakukan perluasan areal tanam memerlukan dukungan

teknis dan kelembagaan dari pemerintah sehingga perlu adanya pola

transmigrasi dengan model pengembangan pertanian berbasis inovasi

teknologi dan kelembagaan.

f)

Banyaknya Masyarakat yang Belum Mempunyai Tempat Tinggal dan

Lahan Usaha Yang Tetap

Keterbatasan ruang untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan usaha

yang tetap menjadi salah satu hambatan dari pembangunan yang

harus diatasi. Hal ini dapat diatasi dengan cara memukimkan

masyarakat tersebut dan memberikan peluang usaha di kawasan

permukiman transmigrasi, sehingga selain memperoleh tempat

tinggal yang tetap, masyarakat juga diberikan lahan usaha yang dapat

dijadikan sebagai sumber produktivitasnya terutama di sektor

(21)
(22)

GAMBARAN UMUM

KONDISI ACEH

2.1.

LUAS DAN BATAS WILAYAH ADMINISTRASI

Secara geografis Aceh terletak pada 01

o

58’37,2”- 06

o

04’33,6” Lintang Utara

dan 94

o

57’57,6”- 98

o

17’13,2” Bujur Timur. Provinsi Aceh memiliki luas wilayah darat

5.677,081 km

2

, wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.478,80 km

2

dan garis pantai

sepanjang 2.698,89 km atau 1.677,01 mil. Luas hutan sebagai lahan terluas

mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha.

Sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha. Lebih rinci dapat

dilihat pada tabel 2.1.1.

Secara administratif pada tahun 2012, Provinsi Aceh memiliki 23

kabupaten/kota yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 289 kecamatan, 778

mukim dan 6.493 gampong/desa.

(23)

Tabel 2.1.1. Letak Geografis, 2012

Table

Geographical Situation, 2012

Nama Daerah

: Provinsi Aceh

Name of Region

Aceh Province

Status/

Status

:

Otonomi Khusus/

Special Region

Letak/

Location

:

01O 58’ 37,2” - 06 O 04’ 33,6” LU/

NL

94 O 57’ 57,6” – 98 O 17’ 13,2” BT/

EL

Luas Wilayah/A

rea

:

56 770,81 km2

Ketinggian Rata-Rata

: 125 M di Atas Permukaan Laut

Average altitude

: 125 M Above Sea Level

Batas-Batas Wilayah/

Borders:

Sebelah Utara/

North

:

Selat Malaka/

Malacca Strait

Sebelah Selatan/

South

:

Propinsi Sumatera Utara

Sumatera Utara Province

SebelahTimur/

East

:

Selat Malaka/

Malacca Strait

Sebelah Barat/

West

:

Samudera Indonesia

Indonesian Ocean

Cakupan Wilayah

: 119 Pulau/

Islands

Coverage area

:

35 Gunung/

Mountains

73 Sungai Utama/

Rivers

Banyaknya Kabupaten/Kota

: 18 Kabupaten/

Regency

Number of Regency/City

:

5 Kota/

City

Banyaknya Kecamatan/

Sub-District

:

289

Mukim/

Mukim

:

778

Gampong

/Village

:

6.493

Sumber : Sekretariat Daerah Aceh

Source : Regional Secretariat of Aceh

Untuk pemerintahan di bawah kabupaten/kota, selain memiliki kecamatan

dan gampong (wilayah setingkat desa) berdasarkan Qanun Aceh Nomor 4 Tahun

2003 Tentang Pemerintahan Mukim Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Nama-nama Kabupaten/Kota dan Banyaknya Kecamatan, Mukim dan Gampong

(24)

Tabel 2.1.2.

Nama-nama Kabupaten/Kota dan Banyaknya Kecamatan,

Mukim dan Gampong di Aceh Tahun 2013

Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)

(25)

Bila melihat tabel di atas, wilayah dengan jumlah perangkat administratif

paling besar adalah Kabupaten Aceh Utara yang memiliki 27 Kecamatan, 67

Mukim dan 852 Gampong. Selanjutnya wilayah dengan jumlah perangkat

administrative paling kecil adalah Kota Sabang yang memiliki 2 Kecamatan, 7

Mukim dan 18 Gampong.

Luas Provinsi Aceh Menurut Penggunaan Lahan, untuk tahun 2012

ditunjukkan seperti pada tabel 2.1.3. Dari data tersebut, hutan aceh masih sangat

(26)

Tabel 2.1.3.

Luas Provinsi Aceh Menurut Penggunaan Lahan, 2012

Area of Aceh Province by land utilization, 2012

(Ha)

Persentasetage

(%)

(1)

(2)

(3)

1.

Permukiman/

Settlement

125.444

2,21

2.

Industri/

Industry

3 928

0,07

3.

Pertambangan/

Mining

206.049

3,63

4.

Persawahan/

Rice

314.988

5,55

5.

Pertanian tanah kering semusim

Dry land farming season

139.053

2,45

6.

Kebun/

Garden

305.709

5,38

7.

Perkebunan/

Plantation

- Perkebunan besar/

Large plantations

200.710

3,54

- Perkebunan rakyat/

Small plantations

800.553

14,10

8.

Padang/

field

(padang rumput/

meadow

, alangalang/

231.055

4,07

reeds

, semak/

bush

)

9.

Hutan

Forest

2.290.874

40,35

10. Perairan Darat/

Inland waters

(kolam air tawar/

freshwater pond

,

tambak air payau/

brackish pond

,

206.738

3,64

penggaraman/

salting

, waduk/

dam

,

danau/

lake

, rawa/

swamp

)

11. Tanah Terbuka/

Open land

44.418

0,78

(Tandus, rusak/

badland

)

12. Lainnya/

Others

807.562

14,22

Jumlah/

Total

5.677.081 100,00

Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh

(27)

4.100.000

2007-2011 berdasarkan data Sensus Penduduk

keluaran

BPS Aceh, terus terjadi

peningkatan jumlah penduduk dari 4.293.900 Jiwa pada tahun 2008 menjadi

4.693.900 jiwa pada tahun 2012 (2.347.000 jiwa laki-laki dan 2.346.900 jiwa

perempuan). Artinya, dalam kurun waktu 5 tahun tersebut jumlah penduduk Aceh

mengalami peningkatan sebesar 470.067 Jiwa atau 10,95 %. Jumlah Penduduk

Menurut Jenis Kelamin periode tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.2.1.

Tabel. 2.2.1

Jumlah Penduduk Aceh Menurut Jenis Kelamin

Periode Tahun 2007-2012 (Dalam Ribuan)

Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)

Gambar. 2.2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Aceh

(28)

Tabel. 2.2.2

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Aceh

Periode Tahun

2008-2012

Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)

(29)

Distribusi Jumlah Penduduk Selama Periode Tahun 2008-2012 seperti yang

disajikan pada Gambar 2.2.2 menunjukkan bahwa selama periode 5 (lima) tahun

pertumbuhan penduduk di Aceh terus meningkat. Bila dilihat Jumlah Penduduk

Berdasarkan Kabupaten/Kota dari Tahun 2008-2012, paling banyak jumlah

penduduk adalah di Kabupaten Aceh Utara, hingga tahun 2012 mencapai 549.370

jiwa atau sebesar 10.01 % dari total penduduk di Aceh pada 23 Kabupaten/Kota.

Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sabang, yaitu

sebesar 31.782 jiwa atau sebesar 0.68 % dari total penduduk pada tahun 2012.

Apabila pertumbuhan penduduk terus bertambah sementara laju

pertumbuhan ekonomi berjalan lamban maka angka kemiskinan dan

pengangguran akan bertambah yang berdampak pada kehidupan sosial

masyarakat. Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Perkotaan dan

Perdesaan di Provinsi Aceh, dapat dilihat pada tabel 2.2.3.

Persebaran Penduduk merupakan masalah kependudukan yang rumit,

karena persebaran penduduk akan berimbas kepada permasalahan ekonomi dan

sosial. Persebaran penduduk yang merata memberi dampak positif kepada

pertumbuhan ekonomi, sedangkan persebaran penduduk yang timpang dapat

memberikan masalah baik sosial maupun ekonomi pada daerah tersebut.

(30)

Tabel 2.2.3

Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Perkotaan dan

Perdesaan

di Provinsi Aceh, Maret 1999 – Maret 2013

Tahun

Years

Perkotaan

Urban

Perdesaan

Rural

Jumlah

Total

(1)

(2)

(3)

(4)

1999

10,15

16,30

14,75

2000

10,45

16,78

15,20

2001

13,03

20,92

19,20

2002

20,09

33,06

29,83

2003

19,47

33,63

29,76

2004

17,49

32,57

28,37

2005

19,04

32,60

28,69

2006

19,22

31,98

28,28

2007

18,68

29,87

26,65

2008

16,67

26,30

23,53

2009

15,44

24,37

21,80

2010

14,65

23,54

20,98

2011

13,69

21,87

19,57

2012

13,07

21,97

19,46

2013

11,59

19,96

17,60

(31)

2.3.

EKONOMI

Peran

pemerintah

sangat

penting

dalam

meningkatkan

angka

pertumbuhan ekonomi di Aceh melalui penerapan kebijakan pembangunan.

Dengan adanya akumulasi kapital berbentuk investasi untuk semua sektor

diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Aceh baik yang

bersumber dana pemerintah maupun dari pihak swasta, karena selama ini

akumulasi kapital dianggap belum cukup mampu menggerakkan produktivitas

barang dan jasa karena antara keperluan terhadap modal masih mengalami

ketimpangan dengan tingkat ketersediaan investasi. Jika akumulasi kapital semakin

tinggi, maka pertumbuhan ekonomi aceh semakin mengarah positif dimana tingkat

produktivitas barang akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja yang

(32)

Adapun sebagai gambaran, tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh mencapai

5,18 persen (2011). Kemudian pada 2012 meningkat menjadi 5,42 persen. Namun

2013 sampai triwulan II tingkat pertumbuhan ekonomi baru sebesar 4,24 persen.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2013

secara triwulanan (q-to-q) mencapai 1,28 persen dan tanpa migas sebesar 1,76

persen. Secara tahunan (y-on-y), pertumbuhan ekonomi di triwulan ini dengan migas

mencapai 4,18 persen dan tanpa migas sebesar 5,45 persen.

Nilai PDRB Aceh ADHB dengan migas meningkat menjadi Rp26,56 triliun pada triwulan

III-2013 dan tanpa migas meningkat menjadi Rp22,91 triliun. Berdasarkan harga

konstan 2000, PDRB ADHK triwulan III-2013 dengan migas tercatat sebesar Rp9,58

triliun dan tanpa migas menjadi Rp8,67 triliun. Struktur PDRB Aceh baik dengan migas

maupun tanpa migas menunjukkan bahwa dua sektor yang merupakan leading sector

bagi perekonomian Aceh pada triwulan III-2013 masih berada pada sektor pertanian

(26,60 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (17,90 persen) dari sisi

lapangan usaha. Sedangkan dari sisi pengeluaran kontribusi yang terbesar adalah

komponen konsumsi rumah tangga (40,90 persen) dan konsumsi pemerintah (23,44

persen).

Laju pertumbuhan q-to-q pada triwulan III 2013 dari sisi lapangan usaha yang tumbuh

tinggi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (3,09 persen), sektor bangunan

(2,74 persen), dan sektor listrik, gas, dan air bersih (2,36 persen). Sedangkan dari sisi

pengeluaran laju pertumbuhan yang paling tinggi adalah konsumsi pemerintah (3,02

persen) dan PMTB (2,13 persen). (BPS Aceh, Nop 2013)

(33)

migas ini. Salah satunya dengan cara meningkatkan kreativitas masyarakat. Hal ini bisa

menjadi potensi besar sebagai modal bagi kebangkitan ekonomi Aceh.

kondisi keamanan yang sudah baik dan stabil serta perbaikan infrastruktur

berkelanjutan merupakan salah satu pendorong perekonomian Aceh untuk

tumbuh positif. Di samping itu, hambatan-hambatan investasi yang dinilai menjadi

acuan kendala yaitu kepastian hukum, infrastruktur dan keamanan, saat ini secara

perlahan sudah dapat teratasi.

Untuk menunjang keberhasilan perekonomian di Aceh ke depan,

dibutuhkan peran positif dari pemerintah yang bekerjasama dengan masyarakat.

Mendatangkan investasi dengan mengenalkan berbagai keragaman dan hal

spesialis yang dimiliki Aceh untuk dikembangkan tanpa merugikan satu sama lain.

Menghadirkan bisnis environment di Aceh merupakan salah satu tujuan penting

(34)

2.4.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH

(35)
(36)

3

PROFIL & SUMBER DAYA

D I N A S T E N A G A K E R J A D A N

MOBILITAS PENDUDU K ACEH

3.1.

PROFIL ORGANISASI DINAS TENAGA KERJA

DAN TRANSMIGRASI ACEH

Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh

dibentuk berdasarkan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kedudukan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas

Penduduk Aceh adalah sebagai

unsur pelaksana Pemerintah Aceh

di bidang

ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk (Bab III, Pasal 12).

3.1.1

DASAR HUKUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

DAN KETRANSMIGRASIAN

1.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;

2.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

3.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh;

4.

Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian;

5.

Peraturan Pemerintah RI. Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Perencanaan

Ketenagakerjaan;

6.

Permenakertrans Nomor 15 Tahun 2010 sebagaimana diubah dalam

Permenakertrans Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

(37)
(38)

e.

Penyelenggaraan administrasi kependudukan, penyebaran informasi

ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk yang meliputi informasi

perpindahan, pendataan potensi, pengembangan sumberdaya kawasan,

pengerahan penempatan dan penataan penduduk.

f.

Pembinaan hubungan industrial, pengupahan dan syarat kerja,

kelembagaan dan pengawasan norma kerja, norma tenaga kerja dan

anak, norma kesehatan tenaga kerja, dan lingkungan kerja, norma

keselamatan

kerja,

penyidikan

tentang

pelanggaran

norma

ketenagakerjaan dan pemberdayaan transmigran serta masyarakat

sekitar.

g.

Pelatihan dan pengembangan produktivitas tenaga kerja, penduduk yang

dimukimkan, penempatan tenaga kerja serta pemberian izin tenaga kerja

asing: dan,

(39)

Untuk menyelenggarakan fungsi kedinasan seperti tersebut di atas, Dinas Tenaga

Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh mempunyai

kewenangan

sebagai berikut :

(Bab III, pasal 15)

a.

Menyelenggarakan kegiatan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dan

kewenangannya

yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh

Kabupaten/Kota.

b.

Menyusun pedoman penyelenggaraan pembangunan daerah di bidang

ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk.

c.

Menyusun pedoman dan menyelenggarakan kesejahteraan tenaga kerja,

purna karya dan ketransmigrasian.

d.

Melaksanakan

pelatihan,

produktifitas

tenaga

kerja,

administrasi

kependudukan dan penyelenggaraan ketransmigrasian.

e.

Menyiapkan bahan rekomendasi penetapan upah minimum provinsi dan

kabupaten/kota serta mengawasi pelaksanaannya.

f.

Menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, syarat-syarat kerja,

pengawasan

dan

perlindungan

tenaga

kerja

serta

mengawasi

pelaksanaannya.

g.

Merencanakan dan mengendalikan pembangunan lintas kabupaten/kota di

bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk, dan

(40)
(41)
(42)

Gambar.

Susunan dan struktur Organisasi

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Pada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh

PERGUB ACEH

NO. 30 TAHUN 2009 TENTANG

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

(43)

3.1.4

SUMBER DAYA DINAS

A.

SUMBER DAYA ORGANISASI

Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas dan dibantu oleh 7 (tujuh) bidang, 1 (satu) sekretariat dan 3

(tiga) UPTD sesuai dengan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 18 Tahun

2008 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan

Struktural di Lingkungan Dinas-Dinas Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 112 Tahun 2008

Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural Umum di

Lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh serta

Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Susunan

Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Tenaga

Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.

1.

SEKRETARIAT

yang membawahi :

a.

Sub Bagian Umum

Mempunyai

tugas

melaksanakan

urusan

ketatausahaan,

kerumahtanggaan, barang inventaris, aset, perlengkapan, peralatan,

pemeliharaan dan perpustakaan.

b.

Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Laksana

Mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, organisasi,

ketatalaksanaan, hukum dan perundang-undangan, pelaksanaan

hubungan masyarakat dan protokoler.

c.

Sub Bagian Keuangan

(44)

2.

BIDANG PROGRAM DAN PELAPORAN

yang membawahi :

a.

Seksi Data dan Informasi

Mempunyai

tugas

melaksanakan

penelitian,

pengkajian,

pengembangan,

data

dan

informasi

bidang

ketenagakerjaan

dan

mobilitas penduduk.

b.

Seksi Penyusunan Program

Mempunyai

tugas

menyusun

program kerja tahunan, jangka

menengah dan jangka panjang, rencana anggaran yang bersumber

dari APBA, APBN dan sumber dana lainnya serta penyusunan rencana

strategis.

c.

Seksi Evaluasi dan Pelaporan

Mempunyai tugas melaksanakan pemantauan, evaluasi, pelaporan

akuntabilitas kinerja dan rencana kinerja Dinas Tenaga Kerja dan

(45)

3.

BIDANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

yang membawahi :

a.

Seksi Norma Kerja, Tenaga Kerja Wanita dan Anak

Mempunyai tugas menyusun rencana program

pengawasan

ketenagakerjaan,

mengkoordinir

pengawas ketenagakerjaan, melakukan rekapitulasi

wajib lapor perusahaan dan menyusun laporan

bidang pengawasan ketenagakerjaan.

b.

Seksi Kesehatan Tenaga

Kerja dan Lingkungan Kerja

Mempunyai

tugas

membina

dan

mengawasi

pelaksanaan

norma

kesehatan kerja, hiperkes, ergonomi

perusahaan, gizi pekerja dan memeriksa perusahaan - perusahaan

yang memproduksi dan menggunakan bahan berbahaya.

c.

Seksi Keselamatan Kerja

Mempunyai tugas mengawasi dan memeriksa penggunaan mesin

uap, bejana tekan, mekanik, listrik, alat pemadam api ringan,

konstruksi bangunan, alat keselamatan kerja dan pemberian

(46)

4.

BIDANG

HUBUNGAN

INDUSTRIAL

DAN

JAMINAN

SOSIAL

KETENAGAKERJAAN

yang membawahi :

a.

Seksi

Pengupahan,

Jaminan

Sosial

dan

Kesejahteraan Tenaga Kerja

Mempunyai

tugas

merumuskan

bahan standarisasi pengupahan,

jaminan sosial dan kesejahteraan

tenaga

kerja,

penetapan

upah

minimum

provinsi,

pengembangan jaminan sosial

tenaga

kerja,

pembinaan

persyaratan kerja, perjanjian

kerja waktu tertentu, waktu tidak

tertentu, fasilitas peraturan perusahaan, kesepakatan kerja bersama

dan rekomendasi pendirian perusahaan penyediaan tenaga kerja.

b.

Seksi Hubungan Industrial

Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan hubungan industrial,

serikat

pekerja/buruh,

asosiasi

pengusaha,

pemasyarakatan

hubungan

industrial

dan

pemberdayaan

kelembagaan

ketenagakerjaan.

c.

Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Mempunyai tugas melakukan mediasi perselisihan hubungan

industrial, pemutusan hubungan kerja, bantuan hukum, pencegahan

pemogokan, penutupan usaha, deteksi dini dan penyelesaian

(47)

5.

BIDANG

PENGEMBANGAN

SUMBER

DAYA

MANUSIA

DAN

PERLUASAN KESEMPATAN KERJA

yang membawahi :

a.

Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia

Mempunyai tugas merumuskan, merencanakan dan

melaksanakan bimbingan kepada masyarakat, lembaga

swasta, instansi pemerintah, usaha mandiri dan

penerapan teknologi tepat guna.

b.

Seksi Pemagangan, Penempatan dan Izin

Tenaga Kerja Asing

Mempunyai

tugas

merumuskan

dan

mengembangkan program pemagangan,

lembaga pelatihan, perusahaan pelaksana

pemagangan, penempatan tenaga kerja

umum, pemuda, wanita, penyandang cacat, asing,

penempatan tenaga kerja ke luar negeri, rekomendasi dan

pembatasan tenaga kerja asing.

c.

Seksi Peningkatan Instruktur dan Kelembagaan

Mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi instruktur dan lembaga

pelatihan, peningkatan kualitas instruktur dan lembaga pelatihan,

fasilitas standarisasi, informasi pasar kerja, sertifikasi tenaga kerja

(48)

6.

BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA KAWASAN (PSDK)

yang membawahi :

a.

Seksi

Penyediaan

Areal

dan

Pendayagunaan Lahan

Mempunyai tugas menyediakan areal dan

pendayagunaan lahan, melaksanakan

analisis dan penyusunan rencana tata

ruang yang representatif sesuai

peruntukkannya serta pengurusan

hak kepemilikan atas tanah.

b.

Seksi Penyiapan Prasarana dan Sarana Permukiman

Mempunyai tugas menyiapkan prasarana dan sarana permukiman

transmigrasi serta penyiapan lahan permukiman.

c.

Seksi Keserasian Lingkungan dan Layak Huni

Mempunyai tugas menyiapkan lingkungan transmigrasi yang asri, layak

(49)

7.

BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PERPINDAHAN

yang membawahi :

a.

Seksi Identifikasi dan Registrasi

Mempunyai

tugas

melaksanakan

pengumpulan

dan

pengolahan

data

kependudukan, pencatatan dan klasifikasi

perpindahan penduduk antar daerah, desa,

kota dan antar sektor.

b.

Seksi

Penyuluhan

dan

Penataan

Penduduk

Mempunyai tugas melaksanakan

pencatatan, seleksi dan pendaftaran

sesuai

dengan

ketentuan

agar

masyarakat yang dimukimkan tepat sasaran serta menyiapkan

perlengkapan administrasi dalam rangka kelancaran penyuluhan

terhadap masyarakat yang akan dimukimkan.

c.

Seksi Pengerahan dan Penempatan

Mempunyai tugas melaksanakan pengerahan, perpindahan dan

penempatan penduduk ke lokasi transmigrasi yang telah disiapkan

serta menyiapkan sarana angkutan dan pelayanan kesehatan sesuai

dengan

kebutuhan

dalam

rangka

kelancaran

pelaksanaan

(50)

8.

BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAWASAN TRANSMGIRASI

(PMKT)

yang membawahi :

a.

Seksi Sarana Produksi dan Pengolahan Hasil

Mempunyai tugas melakukan penyiapan sarana

produksi, penyuluhan, bimbingan teknis untuk

peningkatan dan pengolahan hasil produksi pertanian

dan

usaha

jasa

kawasan

transmigrasi.

b.

Seksi Pelayanan dan Bina Potensi

Mempunyai tugas melakukan fasilitasi distribusi

bantuan

pangan,

pelayanan

pendidikan,

kesehatan, pembinaan generasi muda, mental

spiritual, syariat Islam, dan seni budaya

serta

peningkatan

pemberdayaan

perempuan di kawasan transmigrasi.

c.

Seksi Kelembagaan dan Kemitraan

Mempunyai tugas melakukan fasilitasi

pembentukan kelembagaan ekonomi

masyarakat transmigran, pemasaran,

pengembangan usaha kemitraan dan

perizinan di Unit Permukiman

(51)

9.

UPTD BALAI PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

yang membawahi :

a.

Sub Bagian Tata Usaha.

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program

kerja UPTD Balai Pengembangan Produktivitas Tenaga Kerja,

pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan,

kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan

administrasi di lingkungan UPTD.

b.

Seksi Pelatihan dan Pengukuran Produktivitas.

Mempunyai tugas melaksanakan pelatihan dan pengukuran

produktivitas tenaga kerja, pengembangan kapasitas kelembagaan,

pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

c.

Seksi Penyuluhan dan Konsultansi Produktivitas

Mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan informasi

dan konsultansi dalam rangka peningkatan produktivitas tenaga kerja,

monitoring, evaluasi dan pelaporan.

10.

UPTD BALAI PENINGKATAN SUMBER DAYA TRANSMIGRAN

yang membawahi :

a.

Sub Bagian Tata Usaha.

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program

kerja UPTD Balai Peningkatan Sumber Daya Transmigran, pengelolaan

urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian,

hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di

lingkungan UPTD.

b.

Seksi Penyediaan Sarana dan Prasarana

(52)

c.

Seksi Penyelenggaraan Pelatihan dan Pendampingan

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan

instansi

terkait

untuk

menyelenggarakan

pelatihan

dan

pendampingan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

11.

UPTD PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

yang membawahi :

a.

Sub Bagian Tata Usaha.

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program

kerja UPTD Pemberdayaan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian,

pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan,

kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan

administrasi UPTD.

b.

Seksi Pemberdayaan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan, pelayanan informasi dan

konsultasi bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dalam

rangka meningkatkan kemandirian tenaga kerja dan transmigrasi.

c.

Seksi Pembinaan Kelembagaan Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan lembaga sosial ekonomi

ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

Selanjutnya, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh sesuai

dengan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 pada pasal 11 juga disebutkan

tentang kelompok jabatan fungsional. Kelompok jabatan fungsional

tersebut terdiri dari sejumlah tenaga yang dalam melaksanakan tugasnya

berada dibawah dan bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala

Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.

Setiap kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga

fungsional senior yang ditunjuk oleh Gubernur dan bertanggungjawab

kepada Kepala Dinas. Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan

kebutuhan dan beban kerja yang diatur sesuai dengan ketentuan

(53)

Adapun kelompok jabatan fungsional tersebut dan aktif di lingkup Dinas

Tenaga Kerja dan Mobilitas Aceh terdiri dari :

d.

Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan

e.

Fungsional Arsiparis

(54)

B.

SUMBER DAYA APARATUR

Hingga 31 Agustus 2013, pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas

Penduduk Aceh berjumlah 249 orang, dengan uraian sebagai berikut :

Berdasarkan Golongan, 2013

Berdasarkan Pendidikan, 2013

SUMBER DAYA APARATUR

(55)

4 3

88

16

120

18

SD

SLTP

SLTA

D3

S1

S2

Berdasarkan Jenis Kelamin, 2013

0

50

100

150

200

Laki-Laki

Perempuan

168

(56)

C.

ASET DAN MODAL

Aset tetap merupakan investasi jangka panjang. Aset mempunyai peranan

yang sangat penting karena mempunyai nilai yang signifikan bila

dibandingkan dengan komponen lainnya. Pengertian aset dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk

digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka Dinas

Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh mencatat aset tetap yang

dimiliki meskipun digunakan oleh orang lain.

Aset tetap digunakan untuk kegiatan operasional Dinas. Aset tetap disatu

sisi merupakan sumberdaya ekonomi, disisi lain merupakan suatu

komitmen, artinya di kemudian hari Dinas wajib memelihara atau

merehabilitasi aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran belanja untuk

aset tetap setelah perolehan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

belanja untuk pemeliharaan dan belanja untuk peningkatan.

Belanja pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset

tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal. Sedangkan belanja untuk

peningkatan adalah belanja yang memberikan manfaat ekonomis dimasa

yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, masa manfaat,

mutu, produksi, atau peningkatan standar kinerja. Pengeluaran yang

dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak berpengaruh pada nilai tetap

yang bersangkutan. Sedangkan pengeluaran yang memberi manfaat

ekonomis di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas,

mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja merupakan belanja

modal harus dikapitalisasi untuk menambah nilai aset tetap tersebut.

Rekapitulasi Kondisi terakhir aset dan modal di lingkup Dinas Tenaga Kerja

dan Mobilitas Penduduk Aceh sebagai sarana penunjang kelancaran

terhadap tugas-tugas dan program/kegiatan kedinasan hingga tahun 2017

(57)

REKAPITULASI KONDISI ASET DISNAKERMOBDUK ACEH TAHUN 2012

(58)

: ACEH

: BANDA ACEH

: DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH

1

2

3

5

6

7

8

9

07

f. Alat-alat Studio dan Komunikasi

453.813.000

20.500.000

-

474.313.000

08

g. Alat-alat Kedokteran

-

-

-

09

h. Alat - Alat Laboratorium

-

-

-

10

i. Alat-alat Keamanan

-

-

-

3

03

GEDUNG DAN BANGUNAN

11

a. Bangunan Gedung

83.471.911.327

347.054.000

-

83.818.965.327

12

-

-

-

123.222.119.731

813.111.000

-

124.035.230.731

Aset S/D Thn 2011

SATKER

: DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK

J U M L A H

REKAPITULASI BARANG PEMERINTAH ACEH PADA DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

(59)

Sengaja

D.

SEJARAH SINGKAT UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS

D.1

UPTD

BALAI PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

D.2 UPTD

BALAI PENINGKATAN SUMBER DAYA TRANSMIGRAN

(60)

Arah Kebijakan

Pembangunan Bidang Ketenagakerjaan

dan Ketransmigrasian Aceh

4.1.

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH ACEH TAHUN 2013-2017

Kebijakan pembangunan Pemerintah Provinsi Aceh yang diwujudkan dalam

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh merupakan salah

satu dokumen perencanaan untuk melaksanakan sinkronisasi kebijakan - kebijakan

pembangunan yang ada di kabupaten/kota seluruh Aceh. Sehingga dengan adanya

kebijakan tersebut akan terjadi integrasi dan sinkronisasi arah pembangunan

antar kota/kabupaten dalam kapasitas dan perannya masing-masing.

Secara umum arah kebijakan Pemerintah Aceh dilaksanakan berdasarkan

UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, penyelenggaraannya

dilaksanakan melalui asas otonomi yang diperluas untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara menyeluruh.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Aceh selama tahun 2013 -

2017 prioritas pembangunan Aceh sesuai dengan RPJM Aceh diarahkan pada

kebijakan dan strategi daerah sebagai berikut :

(61)

4.1.1

Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Aceh

Untuk menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan di Provinsi

Aceh baik saat ini maupun dalam 5 (lima) tahun mendatang, maka arah kebijakan

pembangunan daerah selama tahun 2013 - 2017 akan diprioritaskan untuk

menjamin implementasi dari 10 (sepuluh) program prioritas Pemerintah Aceh yang

terdiri dari :

1.

Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

2.

Keberlanjutan Perdamaian

3.

Dinul Islam, Adat dan Budaya

4.

Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah

5.

Penanggulangan Kemiskinan

6.

Pendidikan

7.

Kesehatan

8.

Infrastruktur yang Terintegrasi

9.

Sumber Daya Alam Berkelanjutan

10.

Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan

Pada Dinas, disesuaikan dengan tugas dan fungsinya. Dinas Tenaga Kerja

dan Mobilitas Penduduk Aceh diamanatkan untuk mendukung 2 (dua) program

prioritas daerah , yaitu Program Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah dan Program

Penanggulangan Kemiskinan yang terbagi kedalam dua bidang yaitu:

(62)

2.

Penanggulangan Kemiskinan

a.

Peningkatan Keahlian dan Daya Saing Tenaga Kerja yang memiliki

Standarisasi

-

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

b.

Peningkatan Akses Kesempatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja

-

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

-

Program Perlindungan dan Pengembangan Ketenagakerjaan

c.

Peningkatan Skala Usaha Komoditas Masyarakat yang Layak dengan

Memanfaatkan Lahan Tidur, Terlantar dan Pengembangan Kawasan

Transmigrasi

-

Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

-

Program Transmigrasi Lokal

4.1.2

Strategi Pembangunan Daerah Aceh

1.

Mengembangkan Keahlian dan Daya Saing Tenaga Kerja yang memiliki

standarisasi dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dan meningkatkan

akses kesempatan kerja serta perlindungan tenaga kerja. Untuk

mendukung hal tersebut Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh

melaksanakannya melalui 3 (tiga) program :

a.

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas tenaga Kerja

Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas dan produktivitas

tenaga kerja.

b.

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatnya pelayanan fasilitasi

penempatan bagi pencari kerja

c.

Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Hasil yang ingin dicapai adalah terwujudnya penerapan prosedur

hubungan industrial dan perlindungan terhadap pekerja melalui

pelaksanaan norma ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan yang

(63)

2.

Mengembangkan

Kawasan

Pertumbuhan

Ekonomi

Baru

Melalui

Pengembangan Wilayah Transmigrasi. Kontribusi Dinas Tenaga Kerja dan

Mobilitas Penduduk Aceh dalam mendukung strategi tersebut melalui

program :

d.

Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Hasil yang ingin dicapai adalah Terwujudnya pembangunan permukiman

transmigrasi lokal dan memperluas kesempatan berusaha.

e.

Program Transmigrasi Lokal

Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatnya pendapatan dan

Gambar

Tabel      2.1.1.      Letak Geografis, 2012
Tabel   2.1.2.
Tabel 2.1.3.
Tabel. 2.2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penanaman modal atau investasi dalam suatu perekonomian sangat. diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian, variabel investasi yang terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) menunjukkan hasil

ubikayu melalui intensifikasi / perluasan areal tanam. Bahwa pelaksanaan ubikayu melalui intensifikasi / PAT untuk peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan

Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh 2020 Anggaran Kegiatan Badan Tahun 2017 Sekretariat Kepala Dinas Soft dan Hard Copy Sesuai dengan mas.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk melakukan pengurusan Kartu Tanda Pencari Kerja (Ak-1) pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk

[r]

Dinas penanaman modal, tenaga kerja dan pelayanan terpadu satu pintu merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah di bidang penanaman modal dan tenaga kerja

Prestasi kerja dalam penelitian ini adalah hasil kerja pegawai secara kuantitas maupun kualitas yang telah dicapai yang juga merupakan suatu sikap unjuk kerja