website : disnakermobduk.acehprov.go.id
email : disnakermobduk@acehprov.go.id
atau : disnakermobdukaceh@yahoo.co.id
Mari Kita Tingkatkan Peran Ketenagakerjaan
dan Ketransmigrasian Untuk Menuju
K
KATA SAMBUTAN
KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN
MOBILITAS PENDUDUK ACEH
eterbukaan informasi publik sebagaimana yang diamanatkan
oleh Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2008 mewajibkan
institusi pemerintah melakukan publikasi terhadap program-
program pembangunan beserta hasil kinerjanya kepada publik secara
transparan namun tetap proporsional.
Untuk itulah maka Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk
Aceh secara berkala melakukan diseminasi, pencetakan buku data dan
informasi maupun publikasi terhadap hasil pelaksanaan
program-program pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian
melalui berbagai media informasi, baik cetak maupun elektronik. Dengan
adanya keterbukaan informasi publik, maka data dan informasi di bidang
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian beserta
perkembangan terbarunya yang dapat diakses
oleh publik bisa terakomodir secara maksimal.
Buku Profil Ketenagakerjaan dan
Ketransmigrasian Aceh Tahun 2014 diharapkan
menjadi salah satu media yang mampu
Provinsi Aceh di bidang ketenagakerjaan maupun ketransmigrasian
secara detail, utuh dan menyeluruh.
Dalam menjamin akurasi serta validitas data yang disajikan, di
dalam penyusunan buku ini dilibatkan tim dari bidang teknis sebagai
sumber informasi, penyediaan data, maupun sumbang saran yang
sangat penting kontribusinya dalam membantu melengkapi substansi
buku ini. Dengan semakin lengkapnya substansi yang terkandung di
dalamnya, buku ini diharapkan mampu mewakili penjelasan secara
lengkap mengenai perkembangan terakhir kondisi pembangunan
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Aceh beserta segenap
kebijakan, program kerja dan pengimplementasiannya.
Harapan kami, Buku Profil Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas
Penduduk Aceh Tahun 2014 ini dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber referensi dan pedoman di bidang ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi semua pihak.
Banda Aceh, Oktober 2014
KEPALA DINAS TENAGA KERJA
DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH
Ir. HELVIZAH IBRAHIM, M.Si
S
KATA PENGANTAR
egenap ungkapan puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa berkenaan dengan telah selesainya
penyusunan Buku Profil Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas
Penduduk Aceh Tahun 2014. Buku ini memuat data dan informasi
secara rinci, utuh dan menyeluruh mengenai hasil-hasil kinerja
pembangunan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh di
bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, khususnya yang telah
dilaksanakan di lingkup Pemerintah Aceh.
Berpedoman pada Qanun Aceh Nomor 5 Tahun
2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas,
Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah serta
Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja UPTD Pada
Lingkup Dinas Tenaga Kerjadan Mobilitas Penduduk, maka
ruang lingkup substansi yang disajikan di dalam buku Profil
Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh ini meliputi
2 (dua) bidang tugas yaitu bidang ketenagakerjaan dan
bidang ketransmigrasian.
penyempurnaan dari tahun ke tahun. Untuk itu, ucapan terima kasih
dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim dari Bidang Teknis atas
kontribusinya dalam proses perumusan maupun penyempurnaan
subtansi di dalam buku ini.
Namun
bagaimanapun,
kami menyadari
bahwa
dalam
penyajian data dan informasi di dalam buku ini masih terdapat berbagai
kekurangan sehingga belum mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan
berbagai pihak akan ketersediaan data maupun informasi yang aktual,
akurat dan lengkap.
Akhir kata, semoga Buku Data dan Informasi Ketenagakerjaan
dan Ketransmigrasian Aceh Tahun 2014 dapat memberikan manfaat
yang berarti bagi semua pihak dan menjadi salah satu bahan
pertimbangan maupun pedoman bagi perbaikan kinerja dan pelayanan
di masa mendatang.
Banda Aceh, Oktober 2014
KEPALA BIDANG PROGRAM DAN
PELAPORAN
PUTUT RANANGGONO, S.ST, M.Si
DAFTAR ISI
Halaman
KATA SAMBUTAN ...
i
KATA PENGANTAR ...
iv
DAFTAR ISI ...
vi
BAB I
PENDAHULUAN ...
1
1.1 Latar Belakang ...
1
1.2 Perkembangan Situasi Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian
Aceh ...
2
1.2.1 Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi ...
5
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI ACEH ...
6
2.1 Luas dan Batas wilayah Administrasi ...
13
2.2 Keadaan Demografi Aceh ...
18
2.3 Ekonomi ...
18
2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh ...
18
BAB III PROFIL DAN SUMBER DAYA ...
17
3.1
Profil Organisasi Dinas Tenaga Kerja Mobilitas & Penduduk Aceh .
27
3.1.1 Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi ...
27
3.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi ...
28
3.1.3 Susunan dan Organisasi Dinas ...
31
3.1.4 Sumber Daya Dinas ...
34
A. Sumber Daya Organisasi ...
34
B.
Sumber Daya Aparatur
...
45
BAB IV ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG KETENAGAKERJAAN
DAN KETRANSMIGRASIAN ACEH ...
51
4.1
Arah Kebijakan Pemerintah Aceh Tahun 2014-2017 ...
51
4.1.1 Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Aceh ...
52
4.1.2 Strategi Pembangunan Daerah Aceh ...
53
4.2 Prioritas Pembangunan Pemerintah Aceh Di Bidang
Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian ...
55
4.2.1 Bidang Ekonomi ...
55
4.2.2 Bidang Wilayah dan Tata Ruang ...
55
4.3
Bidang Pendukung ...
57
4.4 Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk
Aceh Tahun 2014-2017 ...
58
4.4.1 Latar Belakang Renstra ...
61
4.4.2 Landasan Hukum ...
65
4.4.3 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk
Aceh...
68
A. Visi ...
69
B. Misi...
74
4.4.4 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas ...
78
A. Tujuan Jangka Menengah SKPA ...
78
B. Sasaran Jangka Menengah SKPA ...
81
4.5
Indikator Kinerja, Strategi dan Kebijakan ...
95
4.5.1 Indikator Kinerja ...
95
4.5.2 Strategi ... 101
4.5.3 Kebijakan ... 103
4.6
Program, Kegiatan dan Indikator Kegiatan ... 104
BAB V STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG
KETENAGAKERJAAN ... 112
5.1
Pendahuluan ... 112
5.3
Kebijakan Umum ... 115
5.4 Arah Kebijakan Yang Mendukung SPM Bidang Ketenagakerjaan 115
5.5
Himbauan Menteri dalam Negeri ... 117
5.6 Standard Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketenagakerjaan... 118
5.6.1 Jenis Pelayanan dasar, Indikator, Nilai dan Target
Pencapaian ... 118
5.6.2 Realisasi Pencapaian ... 119
5.6.3 Permasalahan dan Solusi ... 123
BAB VI KONSTRIBUSI TERHADAP PEMBANGUNAN ... 126
6.1
Pencapaian Terhadap Pembangunan Daerah ... 126
6.1.1 Pembangunan Ketenagakerjaan... 126
6.1.2 Pembangunan Ketransmigrasian ... 143
6.2. Pencapaian Program Terhadap Pelayanan Publik ... 155
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Penduduk merupakan salah satu modal dasar atau
asset dalam pembangunan. Penduduk tidak hanya sebagai
sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku
pembangunan. Sementara itu
jumlah penduduk yang besar
bukan jaminan keberhasilan suatu pembangunan.
Peningkatan jumlah penduduk yang besar tanpa adanya
peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana
yang pada waktunya dapat menimbulkan gangguan terhadap
program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan.
Selain itu juga akan dapat menimbulkan berbagai kesulitan bagi generasi yang
akan datang.
Pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu indikator pencapaian
kesejahteraan penduduk, namun di dalam perjalanan pemenuhan kebutuhan ini
penduduk mengalami kesulitan karena pada daerah-daerah tertentu, peningkatan
jumlah penduduk yang tinggi tidak diiringi dengan peningkatan sumber daya
manusia sehingga menimbulkan peningkatan angka pengangguran, atau dengan
kata lain di tempat yang jumlah penduduknya tinggi akan lebih sulit untuk
mendapatkan pekerjaan.
Maka dari itu pencapaian kesejahteraan harus diikuti dengan pemerataan
persebaran penduduk, karena dengan pemerataan persebaran penduduk dapat
mempermudah seseorang untuk memperoleh peluang kerja yang
lebih layak dan
memadai.
1.2.
PERKEMBANGAN SITUASI KETENAGAKERJAAN
DAN KETRANSMIGRASIAN ACEH
Kondisi ketenagakerjaan di Aceh, memasuki Tahun 2013
periode Februari menunjukkan terjadinya perubahan terhadap
jumlah Angkatan Kerja (AK) sebesar 65,85 % atau 2.087.692 jiwa
dari tahun 2011 periode Agustus yaitu 63,78 % atau 2.001.259
jiwa dari total jumlah penduduk usia kerja. Hal ini akan
mempengaruhi angka Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) yang kondisinya saat ini cenderung meningkat
sebesar 0,45 % dari 7.43 % untuk tahun 2011
periode Agustus menjadi 7.88 % untuk tahun
2012 periode 2012.
Keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh
pada triwulan pertama tahun 2013 menunjukkan
adanya peningkatan jumlah angkatan kerja.
dibanding Februari 2012 sebesar 2,088 juta orang. Penduduk yang bekerja di
Provinsi Aceh pada Februari 2013 mencapai 1,944 juta orang, bertambah sekitar
21 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2012 sebesar 1,923
juta orang. Penganggur pada Februari 2013 mengalami peningkatan sekitar 13
ribu orang dibandingkan keadaan Februari 2012 sebesar 165 ribu orang. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Februari 2013 mencapai 8,38
persen, lebih tinggi 0,50 persen dari TPT bulan Februari 2012 sebesar 7,88
persen. Namun demikian jika dibandingkan dengan keadaan pengangguran
Agustus 2012 menunjukkan penurunan sebesar 0,72 persen atau sekitar 1000
orang.
Fluktuatif TPT terhadap keadaan Februari dan Agustus 2012, sangat
dipengaruhi pengaruh musim, di mana pada bulan Februari aktivitas sektor pertanian
jauh lebih besar dibandingkan pada bulan Agustus di setiap tahunnya, Pada periode
Februari 2012 sampai dengan Februari 2013 peningkatan jumlah angkatan kerja dan
jumlah penduduk yang bekerja juga diimbangi dengan peningkatan jumlah penduduk
yang menganggur. Rasio peningkatan penduduk yang menganggur lebih besar jika
dibandingkan dengan penduduk yang bekerja, akibatnya tingkat pengangguran
Jika dibandingkan dengan target TPT dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Aceh hingga tahun 2017 adalah sebesar 7,22 % – 6,50 % bukan
menjadi pekerjaan yang mudah bagi Pemerintah Aceh terutama Dinas Tenaga
Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, artinya pada akhir tahun 2013 angka tingkat
pengangguran terbuka harus mampu turun mencapai 7.22 % dan selama periode
5 tahun ke depan diharapkan terjadinya penurunan TPT sebesar 0,93 % dari
kondisi awal periode RPJMA sebesar 7,43 %.
Dalam upaya tersebut di atas juga Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas
Penduduk Aceh melalui program kegiatan bidang ketransmigrasian juga terus
berupaya mendukung program kegiatan ketenagakerjaan untuk mengurangi
penanggulangan
kemiskinan
dengan
pembangunan
kawasan
untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang disertai daya dukung terhadap
pembangunan sosial dan ekonomi serta
terciptanya
peluang untuk
mengembangkan pola kegiatan usaha dan komoditas unggulan sehingga mampu
memberikan kontribusi yang nyata terhadap percepatan pembangunan baik dari
sisi pemerintahan, infrastruktur, pengembangan wilayah, pertanian maupun
perekonomian.
Sekarang program transmigrasi tidak lagi merupakan program pemindahan
penduduk, melainkan upaya untuk pengembangan wilayah dan tidak lagi bersifat
sentralistik dan top down, melainkan memberikan kesempatan besar pada
penduduk setempat untuk menjadi transmigran (TPS). Transmigrasi berkembang
menjadi program pengembangan wilayah dan menjadi salah satu program
integrasi daerah dimana program pembangunan daerah dapat diarahkan kepada
pembangunan pertanian yaitu peningkatan produksi pertanian yang dilakukan
dengan pembukaan lahan-lahan baru atau ekstensifikasi.
Penyelenggaraan dan penempatan transmigrasi di Aceh telah ada sejak
tahun 1975 dengan lokasi pertama di Cot Girek Kabupaten Aceh Utara dan
tersedianya pencadangan areal yang relatif luas dari pemerintah. Pada unit-unit
permukiman transmigrasi (UPT) yang telah dibangun di lengkapi dengan sarana
fasilitas umum (rumah ibadah, balai desa, gudang unit dan fasilitas umum lainnya)
serta prasarana lainnya seperti jalan desa, jalan poros dan jalan penghubung
sebagai akses menuju lokasi.
1.2.1
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
Analisa isu-isu strategis merupakan hal atau bagian yang sangat
menentukan dalam proses penyusunan rencana kegiatan Satuan Kerja
Pemerintah
Aceh
(SKPA)
dalam
mendukung
pembangunan
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Provinsi Aceh. Perencanaan
pembangunan dilaksanakan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan dan aspirasi pengguna layanan sehingga perhatian kepada
masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari
Isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya dalam hal tidak
dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan
kepada masyarakat dalam kaitannya dengan eksistensi institusi/organisasi
untuk jangka panjang. Isu strategis bagi Satuan Kerja Pemerintah Aceh
(SKPA) diperoleh berdasarkan identifikasi dan analisis permasalahan
pembangunan baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu
keadaan yang menciptakan peluang dan ancaman bagi SKPA untuk 5
(lima)
tahun
mendatang.
Dari
informasi
yang
dikumpulkan
diidentifikasikan permasalahan yang menghasilkan kesimpulan bahwa
isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPA adalah sebagai berikut :
a)
Masih Banyaknya Penduduk Miskin
Masalah penduduk miskin di Aceh merupakan tantangan yang cukup
berat dalam 5 (lima) tahun ke depan. Penduduk miskin di Aceh pada
tahun 2011 tercatat sebesar 19,48%, masih lebih besar dari penduduk
miskin tingkat nasional yang hanya sebesar 12,36%. Sebaran
penduduk miskin Aceh lebih dominan berada di pedesaan yaitu
80,14%, sedangkan diperkotaan hanya 19,86%. Hal ini mencerminkan
bahwa dampak dari pembangunan belum memberikan pengaruh
signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum,
terutama masyarakat yang tinggal di perdesaan. Oleh karena itu,
program pengentasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja,
peningkatan
ketrampilan
masyarakat
yang
didukung
oleh
pembangunan infrastruktur dasar yang terintegrasi menjadi prioritas
b)
Rendahnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Berdasarkan data BPS tahun 2011, penduduk yang bekerja masih
didominasi oleh tenaga kerja lulusan SLTA dan setingkatnya, diikuti
lulusan SMP. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang lebih tinggi
menunjukkan peningkatan yang proporsional pada tahun 2011
dibandingkan pada tahun 2009. Bila ditinjau dari tingkat pendidikan
yang ditamatkan oleh pekerja maka kualitas tenaga kerja di Aceh
masih rendah.
Tingginya tenaga kerja yang terserap di sektor informal, bekerja
kurang dari 35 jam seminggu, kurangnya keterampilan & keahlian
mengindikasikan rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja maka
perlu
dilaksanakan
pembinaan
dan
pelatihan
kerja
guna
menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif, terampil,
mandiri dan berdaya saing sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan pasar kerja.
Untuk mendukung hal tersebut maka peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana fisik dan non fisik lembaga pelatihan
c)
Tingginya Angka Pengangguran dan Rendahnya Kualitas Angkatan
Kerja Kerja
Masalah utama yang dihadapi oleh tenaga kerja di Aceh adalah
keterbatasan kesempatan kerja Perkembangan perekonomian di
Aceh masih belum mengubah struktur lapangan kerja yang masih
didominasi oleh sektor informal. Sedangkan untuk sektor formal
kesempatan kerja yang tersedia sangat minim.
Tingginya tingkat pengangguran terbuka di Aceh pada tahun 2013 jika
dibandingkan dengan rata-rata nasional menunjukan bahwa kondisi
perekonomian Aceh belum berjalan seperti yang diharapkan. Artinya
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang telah dan sedang
dilaksanakan oleh pemerintah belum mampu untuk meningkatkan
kesempatan kerja bagi masyarakat. Salah satu faktor yang
menimbulkan hal tersebut adalah belum berkembangnya investasi
baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sehingga penciptaaan
perluasan kerja yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui kegiatan
pembangunan belum efektif karena peran swasta yang belum
signifikan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilaksanakan program yang
berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja diantaranya melalui
padat karya produktif, padat karya infrastruktur, tenaga kerja
mandiri, tenaga kerja sukarela, teknologi tepat guna dan lain
sebagainya. Semua kegiatan tersebut bertujuan memberikan
kesempatan kerja kepada penganggur baik melalui kegiatan yang
bersifat kelompok maupun perorangan dengan memanfaatkan
potensi lingkungan sehingga tercipta produksi barang dan jasa yang
mendorong
munculnya
produk
unggulan
di
masing-masing
d)
Belum Optimalnya Pembinaan Ketenagakerjaan Kerja
Banyaknya perusahaan yang melanggar norma ketenagakerjaan
terutama norma kerja, norma wanita dan anak, norma K3 dan lain
sebagainya mengindikasikan bahwa perlindungan bagi tenaga kerja
yang masih lemah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah kualitas dan kuantitas Pengawas Ketenagakerjaan
yang belum sesuai dengan perkembangan kebutuhan di berbagai
kabupaten/kota di Aceh.
Selain itu rendahnya pemahaman pekerja tentang berbagai aturan
norma ketenagakerjaan telah menyebabkan rendahnya pemenuhan
hak-hak pekerja oleh pengusaha atau pengelola perusahaan. Hal ini
terjadi akibat minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait di
kabupaten/kota yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
lemahnya kualitas dan kuantitas petugas Mediator di berbagai
kabupaten kota dan minimnya anggaran yang tersedia.
Sementara
itu
perkembangan
pasar
kerja
diwarnai
pasar
bebas/liberaliasasi,
artinya
berkembangnya
pemikiran
yang
memanfaatkan lemahnya posisi tawar pekerja akibat berlebihnya
suplai tenaga kerja sehingga mendorong terjadinya pelanggaran
terhadap hak – hak pekerja. Untuk menghadapi hal tersebut maka
pemerintah harus mempersiapkan sumber daya aparatur yang
memiliki kompetensi agar dapat memberikan perlindungan bagi
tenaga kerja dan meningkatkan pemahaman tentang norma-norma
ketenagakerjaan
agar
terpenuhinya
hak-hak
pekerja
untuk
menghindari terjadinya perselisihan hubungan industrial sehingga
e)
Masih Luasnya Lahan Terlantar yang belum Dimanfaatkan
Luasnya lahan terlantar dikawasan transmigrasi seharusnya dapat
dimanfaatkan oleh petani transmigran karena infrastruktur cukup
memadai dan sumber daya manusia tersedia. Oleh karena itu untuk
mengembangkan lahan ini menjadi perluasan areal tanam, diperlukan
dukungan pemerintah, antara lain berupa modal awal untuk
pembukaan dan pengolahan lahan sampai siap ditanami, benih unggul
spesifik lokasi, alat mesin pertanian (traktor dan pemroses hasil), serta
irigasi suplemen sehingga lahan dapat dimanfaatkan sepanjang tahun.
Untuk meningkatkan pemanfaatan lahan terlantar maka perlu adanya
identifikasi wilayah oleh instansi terkait untuk mendapatkan informasi
yang akurat tentang status kepemilikan lahan, penggunaan lahan saat
maupun lahan negara yang masih berupa hutan. Sehingga perlu
disusun prioritas pemanfaatannya sesuai dengan kondisi biofisik dan
lahan, serta peruntukannya. Kemudian lahan terlantar milik petani
dan negara dan lahan restan diprioritaskan untuk dimanfaatkan lebih
dulu karena fasilitas infrastruktur dan tenaga kerja cukup memadai.
Untuk melakukan perluasan areal tanam memerlukan dukungan
teknis dan kelembagaan dari pemerintah sehingga perlu adanya pola
transmigrasi dengan model pengembangan pertanian berbasis inovasi
teknologi dan kelembagaan.
f)
Banyaknya Masyarakat yang Belum Mempunyai Tempat Tinggal dan
Lahan Usaha Yang Tetap
Keterbatasan ruang untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan usaha
yang tetap menjadi salah satu hambatan dari pembangunan yang
harus diatasi. Hal ini dapat diatasi dengan cara memukimkan
masyarakat tersebut dan memberikan peluang usaha di kawasan
permukiman transmigrasi, sehingga selain memperoleh tempat
tinggal yang tetap, masyarakat juga diberikan lahan usaha yang dapat
dijadikan sebagai sumber produktivitasnya terutama di sektor
GAMBARAN UMUM
KONDISI ACEH
2.1.
LUAS DAN BATAS WILAYAH ADMINISTRASI
Secara geografis Aceh terletak pada 01
o
58’37,2”- 06
o
04’33,6” Lintang Utara
dan 94
o
57’57,6”- 98
o
17’13,2” Bujur Timur. Provinsi Aceh memiliki luas wilayah darat
5.677,081 km
2
, wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.478,80 km
2
dan garis pantai
sepanjang 2.698,89 km atau 1.677,01 mil. Luas hutan sebagai lahan terluas
mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha.
Sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha. Lebih rinci dapat
dilihat pada tabel 2.1.1.
Secara administratif pada tahun 2012, Provinsi Aceh memiliki 23
kabupaten/kota yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 289 kecamatan, 778
mukim dan 6.493 gampong/desa.
Tabel 2.1.1. Letak Geografis, 2012
Table
Geographical Situation, 2012
Nama Daerah
: Provinsi Aceh
Name of Region
Aceh Province
Status/
Status
:
Otonomi Khusus/
Special Region
Letak/
Location
:
01O 58’ 37,2” - 06 O 04’ 33,6” LU/
NL
94 O 57’ 57,6” – 98 O 17’ 13,2” BT/
EL
Luas Wilayah/A
rea
:
56 770,81 km2
Ketinggian Rata-Rata
: 125 M di Atas Permukaan Laut
Average altitude
: 125 M Above Sea Level
Batas-Batas Wilayah/
Borders:
Sebelah Utara/
North
:
Selat Malaka/
Malacca Strait
Sebelah Selatan/
South
:
Propinsi Sumatera Utara
Sumatera Utara Province
SebelahTimur/
East
:
Selat Malaka/
Malacca Strait
Sebelah Barat/
West
:
Samudera Indonesia
Indonesian Ocean
Cakupan Wilayah
: 119 Pulau/
Islands
Coverage area
:
35 Gunung/
Mountains
73 Sungai Utama/
Rivers
Banyaknya Kabupaten/Kota
: 18 Kabupaten/
Regency
Number of Regency/City
:
5 Kota/
City
Banyaknya Kecamatan/
Sub-District
:
289
Mukim/
Mukim
:
778
Gampong
/Village
:
6.493
Sumber : Sekretariat Daerah Aceh
Source : Regional Secretariat of Aceh