• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Kewirausahaan Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Kewirausahaan Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kewirausahaan

2.1.1.1 Pengertian Kewirausahaan

Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan.

Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya memulai atau melaksanakan. Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata: Wira: utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif. Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan pada prang-orang yang dapat berdiri sendiri. Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan orang-orang yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai usaha sendiri. Wirausahawan adalah orang yang berani membuka kegiatan produktif yang mandiri.

Menurut pendapat Zimmerer dan Scarborough (2004, p3) “wirausahawan adalah orang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.”

(2)

Menurut pendapat Amin (2004, p1) “wirausaha (Entrepreneur) adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk mengorganisasi, mengelola dan menanggung risiko usaha.”

Menurut pendapat Kasmir (2006, p16) “wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.” Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.

Menurut pendapat Peter F. Drucker yang dikutip oleh Kasmir (2006, p17)

”kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.” Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain.

Menurut pendapat Fuad et al (2005, p38) “Kewiraswastaan (Entrepreneurship) adalah kemampuan dan kemauan seseorang untuk berisiko dengan menginvestasikan dan mempertaruhkan waktu, uang, dan usaha, untuk memulai suatu perusahaan dan menjadikannya berhasil.”

Hisrich, Peters, dan Shepherd (2008: p10) mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya

(3)

mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi”.

Kewirausahaan (Suryana: 2006) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan inovatif.

Suryana (2006) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda melalui:

1. Pengembangan teknologi baru 2. Penemuan pengetahuan ilmiah baru

3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada

4. Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya lebih efisien

Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara- cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang. Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang. Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda.

Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai berikut: “Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan

(4)

memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).

Kata kunci dari kewirausahaan adalah;

1. Pengambilan resiko

2. Menjalankan usaha sendiri 3. Memanfaatkan peluang-peluang 4. Menciptakan usaha baru

5. Pendekatan yang inovatif

6. Mandiri (misal; tidak bergantung pada bantuan pemerintah)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses dan kemauan seseorang yang memiliki keberanian dan tanggung jawab dalam mengambil risiko dengan menginvestasikan dan mempertaruhkan waktu, uang dan usaha untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan inovatif.

2.1.1.2 Karakteristik Kewirausahaan

Berikut ini adalah ciri-ciri atau karakteristik wirausahawan yang dikatakan berhasil menurut Kasmir (2006, p27):

(5)

Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan oleh pengusaha tersebut.

2. Inisiatif dan selalu proaktif

Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

3. Berorientasi pada prestasi

Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktivitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

4. Berani mengambil risiko

Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapan pun dan di mana pun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

5. Kerja keras

Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu. Dimana ada peluang di situ ia datang. Kadang-Kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan

(6)

usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

6. Bertanggung jawab

Seorang wirausahawan harus bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang.

Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

7. Komitmen

Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dan direalisasikan.

8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik

Seorang wirausahawan harus mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

(7)

2.1.2 Investasi

2.1.2.1 Pengertian Investasi

Menurut pendapat Basalamah dan Murdifin (2003, p3) “Investasi secara umum diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang.”

Menurut pendapat Halim (2003, p5) ”Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang”

Menurut William F.S yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar (2008, p4)

”Investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan datang.”

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p4) ”Investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah keputusan mengeluarkan sejumlah dana untuk penanaman modal yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai usaha dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

(8)

2.1.2.2 Jenis-Jenis Investasi

Menurut pendapat Kasmir dan Jakfar (2008, p4) investasi dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Investasi nyata (Real Investment)

Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.

b. Investasi finansial (Financial Investment)

Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

Berdasarkan pendapat Halim (2003, p6) usulan investasi dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu:

a. Investasi penggantian

Suatu aktiva yang telah aus atau usang diganti dengan aktiva baru, misalnya investasi pada pembelian mesin-mesin baru untuk menggantikan mesin lama dengan tujuan menghemat biaya agar dapat meningkatkan laba.

b. Investasi penambahan kapasitas

(9)

c. Investasi penambahan jumlah produk baru

Investasi untuk menghasilkan produk baru disamping tetap menghasilkan produk yang telah diproduksi sebelumnya.

d. Investasi lain-lain

Dimisalkan pada pemasangan alat penerangan ruangan.

Dari definisi yang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengelompokkan investasi terdiri dari dua kelompok yaitu:

a. Investasi nyata (Real Investment)

b. Investasi finansial (Financial Investment)

Pengelompokkan investasi menurut Abdul Halim merupakan pengelompokkan investasi yang termasuk ke dalam investasi nyata (Real Investment).

2.1.3 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.3.1 Pengertian Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p5) ”Pengertian bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya.”

Menurut Umar (2007, p4) “Kegiatan bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri di mana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.”

(10)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.

2.1.3.2 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Suryana (2006: p138), Sebelum bisnis baru dimulai atau dikembangkan terlebih dahulu harus diadakan penelitian tentang apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan menguntungkan atau tidak. Secara teknis mungkin saja usaha itu layak dilakukan, tetapi secara ekonomis dan sosial kurang memberikan manfaat. Untuk itu, ada dua studi atau analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis dimulai atau dikembangkan, yaitu:

(1) Studi Kelayakan Usaha (Feasibility Study of Businesses)

(2) Analisis SWOT (SWOT analysis), yaitu kekuatan (Strength), kelemahan (Weak), peluang (Opportunity), ancaman (Threat)

Menurut Suryana (2006: p138) “studi kelayakan usaha / bisnis (business feasibility study) atau disebut juga analisis proyek bisnis ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus-menerus.” Menurut Suryana (2006: p138), hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya bisa digunakan antara lain:

(11)

(1) Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun pabrik, mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.

(2) Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah kapasitas pabrik, untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti peralatan / mesin, untuk menambah mesin baru, untuk memperluas cakupan usaha, dan sebagainya.

(3) Untuk memilih jenis usaha atau investasi / proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau asemblasi, proyek A atau proyek B, dan lain sebagainya.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p6) ”Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.”

Menurut Umar (2007: p8) “Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru.”

(12)

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, tidak hanya menentukan layak atau tidak usaha tersebut dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.

2.1.3.3 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Kasmir dan Jakfar (2008, p12-13) paling tidak ada lima tujuan mengapa perlu dilakukan studi kelayakan sebelum memulai suatu bisnis, yaitu:

1. Menghindari risiko kerugian

Dilakukannya studi kelayakan yaitu untuk meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan, baik risiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan

Jika peramalan apa yang akan terjadi di masa mendatang sudah dilakukan maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.

Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapa-siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara

(13)

menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerja

Setelah perencanaan sudah tersusun dengan baik, maka para pelaku bisnis telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.

4. Memudahkan pengawasan

Pelaksanaan proyek yang sesuai dengan perencanaan akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan perlu dilakukan agar jalannya usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

5. Memudahkan pengendalian

Jika pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut.

2.1.3.4 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Menurut pendapat Kamaluddin (2004, p2) ada tiga manfaat yang ditimbulkan dari adanya studi kelayakan bisnis, yaitu:

1. Manfaat Finansial

(14)

Artinya bisnis sangat menguntungkan bagi pelaku bisnis sendiri, apabila bisnis tersebut dibandingkan dengan risiko yang akan di tanggung.

2. Manfaat Ekonomi Nasional

Artinya jika bisnis tersebut akan di jalankan mampu menunjukan manfaat makro bagi negara, hal ini biasa ditunjukan dengan semakin banyak tenaga kerja yang terserap, GNP (Gross National Product) meningkat, dan lain-lain.

3. Manfaat Sosial

Artinya masyarakat sekitar lokasi bisnis tersebut merasa memperoleh manfaat atas bisnis yang dilakukannya.

2.1.3.5 Pihak-Pihak yang Berkepentingan Terhadap Hasil Studi Kelayakan Adapun pihak-pihak yang berkepentingan atas hasil dari studi kelayakan menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p13-14) adalah:

a. Pemilik usaha

Para pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap hasil dari analisis studi kelayakan yang telah dibuat, hal ini disebabkan para pemilik tidak mau jika sampai dana yang ditanamkan akan mengalami kerugian. Oleh sebab itu, hasil studi kelayakan yang sudah di buat

(15)

benar-benar dipelajari oleh para pemilik, apakah akan memberikan keuntungan atau tidak.

b. Kreditor

Jika uang tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya, maka pihak mereka pun sangat berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan yang telah dibuat. Bank atau lembaga keuangan lainnya tidak mau sampai kreditnya atau pinjaman yang diberikan akan macet, akibat usaha atau proyek tersebut sebenarnya tidak layak untuk dijalankan. Oleh karena itu, untuk usaha-usaha tertentu pihak perbankan akan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum pinjaman diberikan kepada pihak peminjam.

c. Pemerintah

Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adalah untuk meyakinkan apakah bisnis yang akan dijalankan akan memberikan manfaat baik bagi perekonomian secara umum. Pemerintah juga berharap bahwa bisnis yang akan dijalankan dapat memberi manfaat pada masyarakat luas yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan, tidak merusak lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia, binatang, dan tumbuh- tumbuhan.

(16)

d. Masyarakat Luas

Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis, terutama bagi masyarakat sekitarnya akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja, baik bagi pekerja di sekitar lokasi proyek maupun bagi masyarakat lainnya. Manfaat lainnya adalah terbukanya wilayah tersebut dari ketertutupan. Dengan adanya bisnis juga dapat menyebabkan tersedianya sarana dan prasarana seperti tersedianya fasilitas umum seperti jalan, jembatan, listrik, telepon, rumah sakit, sekolah, sarana ibadah, sarana olahraga, taman, dan fasilitas lainnya.

e. Manajemen

Hasil studi kelayakan merupakan ukuran kinerja bagi pihak manajemen perusahaan untuk menjalankan apa-apa yang sudah ditugaskan. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, sehingga terlihat prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan usaha.

Menurut Suryana (2006: p138-139) Adapun pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi kelayakan usaha, di antaranya:

(1) Pihak Wirausaha (Pemilik Perusahaan)

Memulai bisnis atau mengembangkan bisnis yang sudah ada sudah barang tentu memerlukan pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan

(17)

dilakukan supaya kegiatan bisnisnya tidak mengalami kegagalan dan memberi keuntungan sepanjang waktu. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan, pedoman dan sebagai bahan pertimbangan untuk merintis usaha, untuk mengembangkan usaha atau untuk melakukan investasi baru, sehingga bisnis yang akan dilakukan meyakinkan baik bagi wirausaha itu sendiri maupun bagi semua pihak yang berkepentingan.

(2) Pihak Investor dan Penyandang Dana

Bagi investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha penting untuk memilih jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan atas modal yang ditanamkan atau dipinjamkannya.

(3) Pihak Masyarakat dan Pemerintah

Bagi masyarakat studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya atau sebaliknya malah merugikan selama-lamanya.

Menurut Umar (2005, p19-21) Pihak-pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis itu dapat dijelaskan di bawah ini.

1. Pihak Investor. Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai dicari.

2. Pihak Kreditor. Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari bank.

3. Pihak Manajemen Perusahaan. Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan (sendiri).

(18)

4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat, secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan perusahaan.

5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional.

2.1.3.6 Tahap-Tahap Dalam Studi Kelayakan

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p17-18) ada lima tahapan dalam studi kelayakan, yaitu:

1. Pengumpulan data dan informasi

Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

2. Melakukan pengolahan data

Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut.

Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metode- metode dan ukuran-ukuran yang telah lazim digunakan untuk bisnis.

3. Analisis data

(19)

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dalam rangka menentukan kriteria dari seluruh aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria-kriteria yang layak digunakan. Setiap jenis usaha memiliki kriteria sendiri untuk dikatakan layak atau tidak layak untuk dilakukan.

Kriteria kelayakan diukur dari setiap aspek untuk seluruh aspek yang telah dilakukan.

4. Mengambil keputusan

Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil dari pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut. Mengambil keputusan sesuai dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan apakah layak atau tidak dengan ukuran yang telah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. Jika tidak layak sebaiknya dibatalkan dengan menyebutkan alasannya.

5. Memberikan rekomendasi

Langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan rekomendasi diberikan juga saran-saran serta perbaikan yang perlu, jika memang masih dibutuhkan, baik kelengkapan dokumen-dokumen maupun persyaratan-persyaratan lainnya. Rekomendasi diberikan jika hasil studi kelayakan dinyatakan layak untuk dijalankan.

(20)

Menurut Umar (2005: p21-24) Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi yang hendaknya dikerjakan. Tahapan-tahapan yang disajikan di bawah ini bersifat umum.

1. Penemuan Ide. Produk yang akan dibuat haruslah berpotensi untuk laku dijual dan menguntungkan.

2. Tahap Penelitian. Dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah data berdasarkan teori-teori yang relevan, menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data dengan alat-alat analisis yang sesuai, menyimpulkan hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil penelitian tersebut.

3. Tahap Evaluasi. Ada tiga macam evaluasi. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang akan didirikan; kedua, mengevaluasi proyek yang sedang dibangun; dan ketiga, mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan secara rutin.

4. Tahap Pengurutan Urutan yang Layak. Jika terdapat lebih dari satu usulan rencana bisnis yang dianggap layak dan terdapat keterbatasan- keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk merealisasikan semua rencana bisnis tersebut, misalnya keterbatasan dana, maka perlu dilakukan pemilihan rencana bisnis yang dianggap paling penting direalisasikan.

5. Tahap Rencana Pelaksanaan. Setelah rencana bisnis dipilih untuk direalisasikan, perlu dibuat rencana kerja pelaksanaan pembangunan

(21)

untuk tiap jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen, dan lain- lain.

6. Tahap Pelaksanaan. Setelah semuan persiapan yang harus dikerjakan selesai disiapkan, tahap berikutnya adalah merealisasikan pembangunan proyek tersebut. Kegiatan ini membutuhkan manajemen proyek. Jika proyek selesai dikerjakan, tahap berikutnya adalah melaksanakan operasional bisnis ini secara rutin. Dalam operasional ini, perlu kajian- kajian untuk mengevaluasi bisnis, yaitu dari fungsional keuangan, pemasaran, produksi/operasi, SDM dan manajemennya agar selalu bekerja secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.

Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai feedback bagi perusahaan untuk selalu mengkaji ulang proses bisnis ini secara terus-menerus.

Menurut Suryana (2006, p139-140) Berdasarkan tahapannya, studi kelayakan usaha dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Tahap Penemuan Ide atau Perumusan Gagasan

Tahap penemuan ide ialah tahap di mana wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya.

(2) Tahap Memformulasikan Tujuan

Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi bisnis.

(3) Tahapan Analisis

(22)

Tahap penelitian, yaitu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak.

Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu dilaksanakan (go) atau tidak dilaksanakan (no go).

Adapun aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati dalam tahap analisis tersebut meliputi:

a. Aspek Pasar, yaitu mencakup produk yang akan di pasarkan, peluang pasar, permintaan dan penawaran, harga, segmentasi pasar, target pasar, ukuran pasar, perkembangan pasar, struktur pasar dan strategi pesaing.

b. Aspek Teknik Produksi / Operasi, meliputi lokasi, gedung bangunan, mesin dan peralatan, bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja, metode produksi, lokasi dan lay-out pabrik, atau tempat usaha.

c. Aspek Manajemen / Pengelolaan, meliputi organisasi, aspek yuridis, aspek lingkungan, dan sebagainya. Aspek yuridis dan lingkungan perlu menjadi bahan analisis sebab perusahaan harus mendapat pengakuan dari berbagai pihak dan harus ramah lingkungan.

d. Aspek Finansial / Keuangan, meliputi sumber dana, penggunaan dana, proyeksi biaya, proyeksi pendapatan, proyeksi keuntungan dan proyeksi aliran kas (cash flow).

(4) Tahap Keputusan

(23)

Setelah di evaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, maka langkah berikutnya adalah tahapan mengambil keputusan apakah bisnis layak dilaksanakan atau tidak.

2.1.3.7 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Suryana (2006: p141-144), Di bawah ini adalah beberapa kriteria yang dapat dijadikan aspek penilaian.

1. Analisis Aspek Pemasaran

Dalam analisis pasar, bisanya ada beberapa komponen yang harus dianalisis dan dicermati di antaranya:

(1) Kebutuhan dan Keinginan Konsumen.

(2) Segmentasi Pasar. Pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi, misalnya berdasarkan geografi, demografi, dan sosial budaya dan demografis.

(3) Target. Target pasar menyangkut banyaknya konsumen yang dapat diraih.

(4) Nilai Tambah. Wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk dan jasa pada setiap rantai pemasaran mulai dari pemasok, agen, sampai pada konsumen akhir. Nilai tambah barang dan jasa biasanya diukur dengan harga.

(5) Masa Hidup Produk. Harus dianalisis apakah masa hidup produk dan jasa bertahan lama atau tidak.

(24)

(6) Struktur Pasar. Harus dianalisis apakah barang dan jasa yang akan dipasarkan termasuk pasar persaingan tidak sempurna seperti pasar monopoli, oligopoli, dan monopolistic competation ataukah termasuk pasar persaingan sempurna.

(7) Persaingan dan Strategi Pesaing. Harus dianalisis apakah tingkat persaingan tinggi atau rendah.

(8) Ukuran Pasar. Ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan.

(9) Pertumbuhan Pasar. Pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbuhan volume penjualan.

(10) Laba Kotor.

(11) Pangsa Pasar. Pangsa pasar biasa dianalisis dari selisih antara jumlah barang dan jasa yang diminta dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.

2. Analisis Aspek Produksi/Operasi

Beberapa unsur dari aspek produksi/operasi yang harus dianalisis, di antaranya:

(1) Lokasi Operasi. Untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang paling strategis dan paling efisien baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagai pelanggannya.

(25)

(2) Volume Operasi. Volume operasi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan kapasitas.

(3) Mesin dan Peralatan. Mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi masa kini dan yang akan datang, serta harus disesuaikan dengan luas produksi supaya tidak terjadi kelebihan kapasitas.

(4) Bahan Baku dan Bahan Penolong. Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang diperlukan harus cukup tersedia.

Persediaan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan, sehingga persediaan tersebut efisien.

(5) Tenaga Kerja.

(6) Lay-out. Lay-out adalah tata ruang atau tata letak berbagai fasilitas operasi. Lay-out harus tepat dan prosesnya praktis sehingga efisien.

3. Analisis Aspek Manajemen

Dalam menganalisis aspek-aspek manajemen ada beberapa unsur yang harus dinalisis meliputi komponen:

(1) Kepemilikan. Hendaknya dipilih yang tidak berisiko terlalu tinggi dan menguntungkan

(2) Organisasi. Tentukan jenis yang paling tepat dan efisien

(26)

(3) Tim Manajemen. Tergantung pada skala usaha dan kemampuan yang dimiliki wirausaha. Bila bisnisnya besar, buat tim manajemen yang solid

(4) Karyawan. Karyawan harus disesuaikan dengan jumlah, kualifikasi dan kualitas yang diperlukan

4. Analisis Aspek Keuangan

Analisis aspek keuangan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

(1) Kebutuhan Dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan, misalnya berapa besarnya dana untuk aktiva tetap, untuk modal kerja dan pembiayaan awal

(2) Sumber Dana. Ada beberapa sumber dana yang layak digali, yaitu sumber dana internal (misalnya modal yang disetor, laba yang ditahan, penyusutan) dan modal eksternal (misalnya saham-saham, obligasi, dan pinjaman).

(3) Proyeksi Neraca. Sangat penting untuk mengetahui posisi harta dan kekayaan serta untuk mengetahui kondisi keuangan lainnya.

Misalnya posisi aktiva lancar, aktiva tetap, pasiva lancar, kewajiban jangka panjang dan kekayaan bersih.

(4) Proyeksi Rugi & Laba. Proyeksi rugi & laba dari tahun ke tahun menggambarkan perkiraan laba atau rugi di masa yang akan datang.

Komponen rugi & laba meliputi proyeksi penjualan, proyeksi biaya,

(27)

(5) Proyeksi Aliran Kas (Cash Flow). Dari aliran kas dapat dilihat kemampuan perusahaan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban keuangannya. Ada tiga jenis aliran kas, yaitu:

1) Aliran kas masuk (cash in flow), merupakan penerimaan- penerimaan yang berupa hasil penjualan atau pendapatan.

2) Aliran kas keluar (cash out flow), merupakan biaya-biaya termasuk pembayaran bunga dan pajak.

3) Aliran kas masuk bersih (net cash in-flow), merupakan selisih dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar ditambah penyusutan dengan diperhitungkan bunga setelah pajak.

Rumusnya:

Aliran Kas masuk bersih = Laba setelah pajak + penyusutan + (1-tarif pajak) bunga

2.1.3.7.1 Aspek Pemasaran

Pengertian pemasaran menurut Kotler yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar dalam buku Studi Kelayakan Bisnis (2008, p46) ”Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.”

Adapun jenis struktur pasar menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p45-46) yang ada bisa dikelompokkan ke dalam:

(28)

1. Pasar Persaingan Sempurna

Suatu pasar di mana terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli, sehingga tindakan penjual secara individu tidak dapat memengaruhi harga barang di pasar. Produk yang dihasilkan relatif sama, dalam pasar ini perusahaan bebas keluar masuk industri, setiap produsen adalah pengambil harga (Price taker). Promosi tidak terlalu diperlukan.

2. Pasar Persaingan Monopolistis

Suatu pasar di mana terdapat banyak penjual atau perusahaan dan memiliki ukuran-ukuran yang relatif sama besarnya. Produk yang dihasilkan berbeda corak, masuk ke dalam industri ini relatif mudah, perusahaan memiliki sedikit kekuatan dalam menentukan dan mempengaruhi harga. Agar dapat memperoleh tingkat penjualan yang tinggi membutuhkan promosi yang sangat besar.

3. Pasar Oligopoli

Sebuah struktur pasar yang hanya terdapat sedikit penjual. barang yang dihasilkan adalah barang standar dan barang berbeda corak. Perusahaan yang ingin memasuki industri ini sedikit sulit, karena membutuhkan modal yang besar. Peran iklan sangat menentukan tingkat penjualan.

Dalam pasar oligopoli kekuatan menentukan harga sangat tergantung keadaan, adakalanya kuat dan adakalanya lemah.

(29)

4. Pasar Monopoli

Struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual saja. Barang yang dihasilkan tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Perusahaan yang ingin masuk ke dalam industri memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena terdapat hambatan seperti: penguasaan bahan mentah yang strategis oleh pihak tertentu, terdapat skala ekonomi, peraturan pemerintah.

Dalam pemasaran, positioning telah datang berarti proses di mana pemasar mencoba menciptakan citra atau identitas di benak target pasar mereka untuk produk, merek, atau organisasi.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Positioning_%28marketing%29

Bauran pemasaran adalah alat bisnis yang digunakan dalam pemasaran produk.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Marketing_mix

2.1.3.7.1.1 Peramalan Permintaan

Menurut Render dan Heizer (2006, p165) adapun metode analisis yang dapat digunakan untuk meramalkan permintaan yaitu:

(30)

Analisis regresi

Menggabungkan variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan, seperti regresi linear.

Analisis regresi linear merupakan model matematis garis lurus yang menjelaskan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terkait

bx a y= +

n x=

x

2

2 nx

x

y x n b xy

= −

n y

y

=

n b x n

a

y

=

Dimana:

yˆ = nilai variabel terikat

a = perpotongan sumbu y

b = kemiringan garis regresi

x = variabel bebas

(31)

2.1.3.7.2 Aspek Produksi / Operasi

Tujuan dalam melakukan penilaian tentang aspek teknis/ operasi menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p146-147) adalah:

1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat.

2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.

3. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya.

4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.

5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan datang.

2.1.3.7.3 Aspek Manajemen / Pengelolaan

Adapun fungsi-fungsi manajemen menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p161-162) adalah:

1. Perencanaan (Planning)

(32)

Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah proses mengelompokkan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya adalah agar tertata dengan jelas antara tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing- masing.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses untuk menjalankan kegiatan/ pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para pimpinan/ manajer harus menggerakkan bawahannya untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi petunjuk dan memberi motivasi.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan.

(33)

2.1.3.7.4 Kriteria Investasi

Periode payback dalam penganggaran modal merujuk pada periode waktu yang dibutuhkan untuk laba atas investasi untuk "membayar" jumlah dari investasi awal. Payback Period = Amount to be Invested/Estimated Annual Net Cash Flow.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Payback_period

Adapun beberapa kriteria atau metode dalam menentukan kelayakan suatu usaha menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p98-105) adalah:

1. Net Present value (NPV):

Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan NPV.

Rumusan yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah sebagai berikut:

Investasi r

N Bersih Kas

r Bersih Kas

r Bersih Kas

NPV N

+ + + +

+ +

= ... (1 )

) 1 (

2 )

1 (

1

2

Setelah memperoleh hasil-hasil yang dengan:

 NPV positif, maka investasi diterima

 NPV negatif, maka sebaiknya investasi ditolak

(34)

Untuk mencari discount factor (DF) maka digunakan rumus:

(

r

)

X

X tahun

DF = +

1 ) 1 (

2. Internal Rate of Return (IRR):

Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Ada dua rumus dalam mencari IRR:

a. ( 2 1)

2 1

1

1 x i i

NPV NPV

i NPV

IRR

+ −

=

Dimana:

i1= Tingkat bunga 1

i2= Tingakat bunga 2

NPV1= Net Present Value 1

NPV2= Net Present Value 2

b. 2 1

1 1 2

1 C C

P xP

C P

IRR

− −

=

Dimana:

P1= Tingkat bunga 1

P2= Tingkat bunga 2

(35)

C1= NPV1

C2= NPV2

Kesimpulan:

 Jika IRR lebih besar (>) dari bunga pinjaman, maka diterima

 Jika IRR lebih kecil (<) dari bunga pinjaman, maka ditolak.

3. Profitability Index (PI):

Profitability Index (PI) atau Benefit and cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.

Rumusan yang digunakan dalam mencari PI adalah:

% 100 Investasi x PV

bersih Kas

PV

PI

=

Kesimpulannya:

 Apabila PI lebih besar (>) dari 1, maka diterima

 Apabila PI lebih kecil (<) dari 1, maka ditolak

2.1.4 Hasil Kajian Peneliti Terdahulu 2.1.4.1 ANALISIS KEUANGAN

Dalam jurnal Safaa Khoudary (2008) Analisis keuangan dilakukan untuk mengukur profitabilitas pribadi setiap proyek, terlepas dari kepemilikan. Hal

(36)

ini penting untuk menilai apakah petani, perusahaan swasta, instansi

pemerintah, dan entitas peserta lainnya akan memiliki insentif yang cukup dan arus kas yang sesuai untuk memungkinkan mereka untuk berpartisipasi.

Tujuan dari analisis keuangan adalah:

1. Untuk memastikan bahwa ada insentif yang memadai bagi petani dan peserta proyek lainnnya.

2. Untuk menilai dampak keuangan proyek pada petani dan peserta lain 3. Untuk memberikan rencana keuangan yang sehat untuk proyek

4. Untuk menentukan apakah persyaratan keuangan pada peserta individu dikoordinasikan dengan benar

5. Untuk menilai kompetensi manajemen keuangan, terutama dari perusahaan besar dan entitas proyek, untuk membentuk penilaian tentang seberapa baik mereka akan dapat melaksanakan tanggung jawab mereka untuk pelaksanaan proyek.

2.1.4.2 Analisis Kelayakan Usaha (Aspek Ekonomi dan Keuntungan)

Dalam jurnal Henny M Yunanto (2009) Dalam menganalisis kelayakan usaha ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan ialah dengan memperlihatkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan untuk mengoperasikan perusahaan. Untuk membangun dibutuhkan apa yang disebut dengan Modal Tetap yaitu untuk membiayai kegiatan-kegiatan prainvestasi, pengadaan gedung, peralatan- peralatan dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengadaan modal tetap.

(37)

Sedangkan daya yang dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan setelah pembangunan disebut Modal Kerja. Langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan biaya-biaya, laba yang diharapkan dan jangka waktu balik modal/titik impas (break even point).

Faktor-faktor yang dipelajari dalam menganalisis kelayakan usaha 1. Membuat perkiraan hasil penjualan

Hasil penjualan = jumlah pembeli x daya beli a. Memperkirakan jumlah calon pembeli :

- 10% - 20% dari jumlah penduduk (radius 500 – 1000m) - 10% - 20% dari arus lalu lintas/pejalan kaki

b. Memperkirakan daya beli dari calon pembeli : - Rp. 10.000,00 - 25.000,00 untuk kelas bawah - Rp. 25.000,00 - 50.000,00 untuk menengah ke atas - Rp. 50.000,00 - 100.000,00 untuk menengah atas - Di atas Rp. 100.000 untuk kelas atas

2. Membuat perkiraan pencapaian Laba Kotor

- 15% dari hasil penjualan bersih untuk perkiraan optimis - 17 – 18% dari hasil penjualan bersih untuk perkiraan pesimis 3. Membuat perkiraan pencapaian Laba Bersih

- 5% dari hasil penjualan bersih untuk perkiraan optimis - 2-3% dari hasil penjualan bersih untuk perkiraan pesimis 4. Membuat perkiraan modal kerja dan modal investasi

(38)

Modal kerja dibagi 2 yaitu : 1. Modal kerja berputar

Modal kerja berputar yaitu modal kerja berupa barang dagangan yang akan dijual kepada pembeli. Besarnya modal kerja berputar adalah sebesar hasil penjualan yang diharapkan

2. Modal kerja tetap (Fixed Equipment)

Modal kerja tetap yaitu modal kerja yang berupa barang dagangan yang jumlahnya tetap dan harus selalu berada di dalam stok toko. Standar besarnya modal kerja tetap adalah sebesar modal kerja berputar. Sedangkan standar ideal besarnya modal kerja tetap adalah dua kali besarnya modal kerja berputar.

Modal investasi :

a. Standar besarnya modal investasi adalah sebesar modal kerja berputar b. Modal investasi yang lebih besar dari modal kerja berputar akan

memperpanjang pencapaian titik impas (BEP) 5. Menghitung pencapaian titik impas (BEP)

Waktu BEP = x 1 bulan

(39)

2.2 Kerangka Pemikiran

Sumber: Penulis

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Inovasi Produk

Studi Kelayakan Bisnis

Aspek-aspek Kelayakan Bisnis

Aspek Manajemen/

Pengelolaan Aspek

Produksi/

Operasi Aspek

Pasar dan Pemasaran

PT. Karya Setia Lestari

Aspek Finansial/

Keuangan Aspek

Hukum

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang dapat disimpulkan tentang teori iklim kerja sebagai strategi manajemen dalam suatu lingkungan kerja yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

Peneliti dan guru kelas berkolaborasi dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran). Tugas guru dalam pelaksanaan penelitian adalah melaksanakan pembelajaran

KEDUA : Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh Badan Penanggulangan Bencana

Makalah ini akan membahas tentang teknik karakterisasi yang akan digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis nanopartikel, status dari metode analitis saat ini, keuntungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi debu vulkanik dengan pupuk kandang sapi pada media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

Penelitian ini (2014) Studi Empiris Pengaruh Waktu Tunggu Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien Klinik Gigi - Persepsi waktu tunggu - Kepuasan terhadap informasi saat

elektronik terutama Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) sangat penting karena seiring dengan berkembang pesatnya teknologi informasi pengaruh alat pembayaran ini

 berbentuk cairan cairan kental kental berwarna berwarna kehijauan kehijauan sampai sampai kuning, kuning, berbau berbau harum harum tetapi tetapi tidak