• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Hasil Belajar Sumber Daya Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Hasil Belajar Sumber Daya Alam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Hasil Belajar Sumber Daya Alam

2.1.1. Hakikat Hasil Belajar

Purwanto (2008:54) mengemukakan hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat didik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku domain-domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam kognitif, afektif dan psikomotrik.

Merujuk pemikiran Gagne (dalam Suprijono 2009:5-6), hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. (3) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasamani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

Pendapat lain Bloom (dalam Suprijono 2009:6-7) mengemukakan hasil belajar mencakup enam bentuk dimensi perilaku proses kognitif, yaitu (1) Pengetahuan, yaitu berkenaan dengan pengenalan dan pengulangan inforrmasi; (2) Pemahaman, yaitu berkenaan dengan pengertian tentang sesuatu yang menjadi pokok bahasan yang diajarkan; (3) penerapan, yaitu berkenaan dengan penggunaan konsep atau penerapan konsep; (4) analisisi, yaitu berkenaan dengan pembentukan atau menyimpilkan beberapa hal yang terkait dengan materi; dan (6) evaluasi, yaitu berkenaan dengan penggunaan kriteria dalam mengkaji sesuatu.

Dilihat dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk megetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan.

(2)

2.1.2. Hakikat Materi Sumber Daya Alam Di Sekolah Dasar Kelas IV

Sumber daya alam merupakan salah satu materi pelajaran IPA di kelas IV SD. Sejalan dengan ini Wahyono (2008: 134) mengemukakan bahwa sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia. Dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, materi- materi yang terdapat dalam dalam buku Ilmu Pengetahuan Alam seperti sumber daya alam telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 penetapan buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunaka dalam proses pembelajaan. KTSP terdiri dari silabus dan RPP (Standar Kompotensi, Kompotensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran ).

Sumber daya alam ini merupakan salah satu materi pelajaran IPA di kelas IV SD. Setiap guru ingin materi tercapai dan di kuasai oleh siswa agar nilai siswa sesuai dengan KKM. Dalam meningkatkan penguasaan materi khususnya sumber daya alam maka peneliti menerapkan salah satu model pembelajaran make a match. Agar keberhasilan siswa pada materi akan meningkat dan tujuan pembelajaran akan tercapai.

2.2. Hakikat model Pembelajaran Kooperatif Materi Sumber Daya Alam

Hanafiah (2009:41) mengemukakan “model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adatif maupun generatif. Sejalan dengan ini Arends (dalam Suprijono 2009:46), bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Pendapat ini oleh Cooper (dalam Asma:

2006:11-12) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan

(3)

kolaboratif sosial”. Sejalan dengan ini Roger dan David Johnson (dalam Suprijono 2009:58) mengatakan bahwa “tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif”. Menurut lie (dalam Suprijono 2009:56) ,

“model pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo mini socius”. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Sejalan dengan ini Hanafiah (2009) mengatakan dalam

“model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa model yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas yaitu: (1) Cooperatif Script, (2) Make a Match, (3) Number Head Together, (4) Jigsaw”.

Dari uraian diatas jelaslah pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok, bekerja dan belajar, sehingga suasana pembelajaran lebih berorientasi pada siswa sedangkan tugas guru hanyalah sebatas mengawasi dan menfasilitasi bila ada siswa yang membutuhkan bantuan. Dari beberapa model yang disebutkan oleh Hanafiah di atas peniliti memilih salah satu model pembelajaran make a match untuk dijadikan penelitian.

(4)

2.2.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Materi Sumber Daya Alam

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah model pembelajaran dengan cara mencari pasangan soal / jawaban yang tepat, siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat poin.

Aqip (2013:23). Pembelajaran make a match merupakan pmbelajaran kooperatif yang diterapkan guna meningkatkan partisipasi dan keakifan siswa dalam kelas, dengan pembelajaran ini siswa dituntut untuk bekerja sama. Kegiatan yang dilakukan merupakan upaya untuk menarik perhatian siswa sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran make a match juga mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan, sehingga pengetahuan siswa dalam belajar semakin bertambah.

Sejalan dengan ini Rusman (2012:223) mengemukakan bahwa “metode make a match merupakan salah satu jenis dari metode pembelajaran kooperatif

metode ini dikembangkan oleh Lorna curran.Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suatu yang menyenangkan.Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/pertanyaan sebelum batas waktunya siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin”.

(5)

Dari pengertian model make a match ini peneliti menyimpulkan bahwa model make a match dapat memupuk kerja sama siswa terutama dalam mencari pasangan jawaban atau soal yang cocok dengan kartu mereka masing-masing serta dapat menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan.

2.2.2. Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Make a Match Materi Sumber Daya Alam

Ulfah (2011) meyebutkan tujuan model pembelajaran kooperatif Tipe make a match adalaha sebagai berikut:

1. Pendalaman materi, pengembangan model tipe make a match pada mulanya merancang metode ini untuk pendalaman materi. Peserta didik melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan kartu antara pertanyaan dengan jawaban.

2. Menggali materi, guru tidak prlu membekali peserta didik dengan materi, karena peserta didik akan membekali dirinya sendiri.

3. Untuk selingan, metode make a match juga dapata dipakai sebagai metode selingan. Apabila selingan yang menjadi tujuan, maka guru cukup melakukannya sekali saja. Teknik yang harus dipakai sama dengan teknik mencari pasangan untuk medalami materi.

Dari tujuan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini peneliti dapat menyimpulkan agar peserta didik dapat menguasai materi dengan cara memasangkan kartu antara pertanyaan dengan jawaban.

(6)

2.2.3 Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match Materi Sumber Daya Alam

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:46) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe make a match (Mencari Pasangan) ini sebagai berikut :

1. Guru meyiapkan beberapa kartu yang berisis beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu.

3. Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang.

Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) .

4. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

5. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

Dilihat dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan langkah-langkah dalam model make a match yaitu membagi siswa dalam kelompok dan membagi kartu soal atau kartu jawaban untuk di cocokkan kartunya.

Setiap model pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan karena tidak ada metode pembelajaran yang terbaik. Suatu metode pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi belum tentu cocok untuk materi atau

(7)

tujuan lainnya. Demikian juga dengan model make a match yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.

2.2.4 kelebihan dan kekurangan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Materi Sumber Daya Alam

Lie (2003:30) mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran make a match

1) Kekurangan model make a match :

1. Di perlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan

2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran

3. Guru perlu persiapan bahan alat yang memadai

2) Kelebihan model make a match :

1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan

2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa 3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf keuntasan

belajar

4. Suasana kgembiraan akan tumbuh dalam pross pembelajaran 5. Kerja sama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis

6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa

(8)

2.2.5 Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Materi Sumber Daya Alam

Pada penelitian ini akan digunakan atau diterapkan model make a match pada materi sumber daya alam dengan melaksanakan setiap langkah dari model make a match . Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan

bahwa metode ini dapat memupuk kerja sama dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka masing-masing. Petunjuk model make a match, potongan soal-soal dan jawaban lalu pisahkan keduanya dan bagikan kepada peserta didik. Contoh penerapan model make a match yaitu Soal (1) Sumber daya alam yang terdiri dari berbagai makhluk hidup disebut., Jawaban (-) Sumber daya alam hayati.

2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan

Taufik S. Djuna (2010) dengan judul penerapan model pembelajaran kooperatif tipa make a match pada materi indera manusia di kelas IV SD Inp.

Boidu. Berdasarkan penelitiannya diperoleh bahwa model pembelajran koopertip tipe make a match dapat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berdasarkan yang diperoleh pada proses kegiatan belajar mengajar yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sistem indera pada manusia.

Dari dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa maka telah terjadi peningkatan ketiga unsur tersebut pada siswa kelas IV SD INP.Buidu tahun pelajaran 2009-2010 melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match khususnya konsep indera pada manusia peningkatan hasil belajar ini disebabkan oleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

(9)

make a match lebih tertuju kepada penggalian potensi diri anak untuk

berpatisipasi aktif dan lebih kreatif dalam memecahkan, mencari, menemukan serta mengungkapkan dalam pembelajaran. Penggalian potensi itu berupa : (1) pemberdayaan potensi intelektual, (2) pengembangan motivasi intrinsik, (3) belajar tingkat atau tahapan dari discoveri, (4) konversi ingatan (memory). Dalam arti siswa belajar dengan cara menggunakan dan mengembangkan pikirannya sendiri walaupun panduan potongan. Potongan kartu yang berisi materi berupa soal dan jawaban. Potongan kartu ini digunakan pada pembelajaran yang memanfaatkan kesempatan untuk menemukan sendiri.

Endah Sry Wulandari. (2009). dalam penelitiannya “Pengaruh Model Make-A Match Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Sub Pokok Bahasan Struktur

dan Bagian-Bagian Telinga. Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Kesepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora”.

Dalam hasil penelitianya menyimpulkan bahwa pembelajaran model Make- A Match dapat meningkatkan keaktifan serta semangat siswa di dalam kelas

dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran model Make-A Match juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Struktur dan Bagian-Bagian Telinga siswa kelas IV SD Negeri Kesepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Rata – rata hasil belajar pada pelkasanaan siklus 1 sebesar 70 dengan KKM yang ditentukan yaitu 65, dan pada pelaksanaan siklus 2 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu dengan rata – rata sebesar 85 dengan ketuntasan sebesar 95%. Dengan demikian siswa kelas IV SD Negeri Kesepuhan 05 mengalami peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA tentang Struktur dan Bagian-Bagian Telinga. Simpulan penelitian ini adalah

(10)

bahwa penerapan model pembelajaran Make-A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas IV semester 2 di SD Negeri Kesepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.

2.4 Hipotetis Tindakan

Hipotetis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. “Jika dalam materi sumber daya alam digunakan model pembelajaran make a match, maka hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”.

2.5 Indikator Kinerja

Adapun yang menjadi indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian ini adalah “meningkatkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango”. Pembalajaran dianggap tuntas apabila minimal 75% atau 21 orang siswa dari 26 jumlah siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 75 ke atas, dengan daya serap yang diperoleh siswa minimal 75 %.

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dalam tahap point (a) dan (b) merupakan langkah untuk menentukan desain awal atau gambaran yang akan dilakukan pada lokasi tambang, dengan cara melakukan

- Hasil pengujian pada masing-masing kanal diperoleh yaitu untuk semua jenis kanal dengan penerima 802.MHz SIG Error Ra te yang rendah lebih cepat tercapai sedangkan dengan

Hasil belajar mata pelajaran Matematika yang dimaksud adalah seberapa tinggi nilai yang didapat siswa kelas XI MAN Rejotangan setelah dilakukan proses

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1997 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Bio Farma menjadi Perusahaan Perseroan

kerja juga dapat menyebabkan stres kerja pada karyawan yang berada

Impor daging dan bakalan masih tinggi yang mencapai 70 ribu ton daging dan sapi bakalan yang setara 250,8 ribu ton daging selama tahun 2009 (sekitar 30% dari kebutuan

www.qantara.de.. نُواَعَت يماسإا ملاعلا عم راوحا لجأ نم عورشما لمع ذختي اننإ .نلعافلاو عيضاوماو قطانما ددعتل ارظن ايبيرج اعباط اينامأ نم سانلا نب يقاتلا ةصاخ

Berdasarkan perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian secara umum adalah perbaikan mutu pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui mendeskripsikan