• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Berikut adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Berikut adalah"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

100 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Proses Pengembangan

Perangkat pembelajaran matematika berbasis Teori Kecerdasan Majemuk dan Learning Trajectory ini dikembangkan dengan menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Berikut adalah tahap-tahap pengembangan yang telah dilakukan:

a. Tahap Analisis (Analysis) 1) Hasil Analisis Kebutuhan

Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran matematika SMP kelas VIII di Indonesia yaitu dengan menganalisis hasil-hasil studi internasional yang diikuti oleh Indonesia, yaitu TIMSS dan PISA. Berdasarkan analisis peneliti terhadap hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011, diperoleh fakta bahwa capaian Indonesia yang diwakili oleh siswa- siswa kelas VIII masih sangat jauh dari skor maksimal yang ditetapkan, bahkan masih jauh pula dari rata-rata internasional yang ditetapkan. Secara lebih rinci, capaian Indonesia untuk domain kognitif pada TIMSS tahun 2007 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan capaian Indonesia untuk domain konten pada TIMSS tahun 2007 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Selain menganalisis hasil TIMSS, peneliti juga melakukan analisis terhadap hasil PISA. Senada dengan hasil TIMSS, berdasarkan analisis peneliti terhadap hasil PISA tahun 2012 dan 2015, diperoleh fakta bahwa capaian Indonesia pun

(2)

101

masih berada jauh di bawah rata-rata internasional. Hasil-hasil analisis pencapaian Indonesia dalam TIMSS dan PISA ini menjadi salah satu indikasi bahwa pemahaman konsep siswa-siswa Indonesia masih kurang sehingga dibutuhkan suatu alternatif baru dalam pembelajaran.

Selain melakukan analisis secara keseluruhan, peneliti juga melakukan analisis terhadap topik-topik matematika yang diukur dalam TIMSS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui topik apa yang termasuk sulit bagi siswa. Berdasarkan analisis terhadap capaian Indonesia pada TIMSS tahun 2007 dan 2011 dalam domain konten, diperoleh fakta bahwa penguasaan konsep siswa-siswa pada setiap topik, yakni: bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang masih sangat rendah.

Diantara topik-topik tersebut, topik data dan peluang termasuk dalam topik dengan penguasaan paling rendah. Secara lebih rinci, hasil capaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Selain hasil studi internasional, peneliti juga melakukan analisis terhadap hasil UN matematika SMP tahun 2016, khususnya di SMP N 1 Prambanan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh fakta bahwa penguasaan materi UN pada topik statistika dan peluang menempati urutan terbawah. Secara lebih rinci, penguasaan materi UN matematika di SMP N 1 Prambanan dapat dilihat pada Gambar 1. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa statistika dan peluang termasuk materi yang sulit bagi siswa.

Berdasarkan analisis-analisis tersebut, diperoleh hasil bahwa penguasaan konsep-konsep matematika siswa Indonesia masih rendah. Peluang menjadi salah satu materi dengan penguasaan paling rendah. Oleh karena itu diperlukan strategi-

(3)

102

strategi tertentu untuk mengatasi hal tersebut. Untuk menentukan strategi apa yang dapat digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam memahami konsep-konsep peluang, peneliti melakukan analisis terhadap hasil-hasil penelitian para ahli terkait penguasaan konsep siswa pada topik peluang. Dari analisis peneliti terhadap penelitian para ahli diperoleh hasil bahwa materi peluang memang tergolong sulit bagi siswa, namun guru tetap dapat membantu siswa untuk memahami konsep- konsep peluang melalui berbagai cara. Salah satu cara yang dapat digunakan yakni dengan merumuskan pembelajaran berbasis teori kecerdasan majemuk dan learning trajectory.

Selain dari studi literatur, peneliti juga melakukan observasi di SMP N 1 Prambanan. Berdasarkan analisis diperoleh fakta bahwa perangkat pembelajaran matematika belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran matematika di SMP N 1 Prambanan. Proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Prambanan menggunakan Buku Siswa terbitan Kemendikbud dan modul. Sampul Buku Siswa dan sampul modul yang digunakan di SMP N 1 Prambanan dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut.

(4)

103

Gambar 4. Sampul Buku Siswa Gambar 5. Sampul Modul

Modul tersebut berisi ringkasan materi disertai kumpulan soal-soal latihan. Contoh ringkasan materi pada modul dapat dilihat pada Gambar 6, dan contoh latihan soal pada modul dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 6. Contoh Ringkasan Materi dalam Modul Siswa

Gambar 7. Contoh Soal Latihan dalam Modul Siswa

(5)

104

SMP N 1 Prambanan memang sudah menerapkan Kurikulum 2013, namun pada pelaksanaannya, pembelajaran di kelas masih tetap berpusat pada guru. Guru menjelaskan materi seperti dalam Buku Siswa dan modul lalu memberikan soal- soal latihan terkait materi yang diajarkan. Hal ini membuktikan bahwa guru hanya terfokus pada satu alur belajar yang ada dalam fikiran guru dan kurang memfasilitasi keanekaragaman kecenderungan kecerdasan siswa. Padahal, karakteristik siswa di dalam kelas, kecenderungan kecerdasan siswa di dalam kelas, serta alur belajar siswa di dalam kelas sangat mungkin berbeda. Selain itu, pemberian materi secara langsung dan utuh kepada siswa menyebabkan siswa kurang memiliki kesempatan untuk membangun dan menemukan konsep-konsep baru secara mandiri sehingga siswa menjadi pasif dan kurang berkembang. Guru juga hanya menggunakan satu RPP untuk beberapa kelas yang berbeda dan untuk beberapa tahun ajaran.

Berdasarkan analisis-analisis tersebut, perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS berbasis teori kecerdasan majemuk dan learning trajectory yang dapat memfasilitasi siswa kelas VIII dalam memahami konsep-konsep peluang.

2) Hasil Analisis Karakteristik Siswa

Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Prambanan menunjukkan bahwa siswa belum berpartisipasi aktif dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri karena konsep- konsep matematika disampaikan secara langsung dan utuh kepada siswa. Selama pembelajaran, siswa hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru

(6)

105

kemudian mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Selain itu, hanya sedikit siswa yang mau bertanya ketika ada materi yang tidak dipahami.

Selain pengamatan selama proses pembelajaran, peneliti juga melakukan studi literatur untuk mengetahui karakteristik siswa kelas VIII SMP. Berdasarkan hasil studi literatur, siswa kelas VIII SMP seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal menurut teori perkembangan kognitif Piaget, akan tetapi kenyataannya masih ada siswa yang berada pada tahap operasional konkret atau baru mulai memasuki tahap operasional formal (Santrock, 2008: 58). Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran sebaiknya guru menggunakan konteks-konteks konkret dan secara bertahap siswa diarahkan menuju konsep yang lebih abstrak.

Siswa dalam satu kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk dalam hal kecenderungan kecerdasan. Menurut Gardner (dalam Widjajanti, 2012:

2), hingga saat ini terdapat 9 tipe kecerdasan yang mungkin dimiliki oleh manusia, yaitu: linguistics intelligence (kecerdasan linguistik), logical-mathematical intelligence (kecerdasan logis-matematis), visual-spatial intelligence (kecerdasan

visual spasial), bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan jasmaniah-kinestetik), musical intelligence (kecerdasan musikal), interpersonal intelligence (kecerdasan

interpersonal), intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal), naturalist intelligence (kecerdasan naturalis), existential intelligence (kecerdasan esistensial).

3) Hasil Analisis Materi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa kurikulum yang digunakan di SMP N 1 Prambanan adalah Kurikulum 2013.

Dalam Kurikulum 2013, materi peluang merupakan salah satu materi yang

(7)

106

diajarkan di kelas VIII. KI dan KD untuk materi peluang dapat dilihat pada Tabel 9.

4) Hasil Analisis Situasi

Berdasarkan hasil observasi, SMP N 1 Prambanan kondusif untuk dijadikan tempat penelitian. Meskipun SMP N 1 Prambanan berada di tepi jalan raya, namun ruang kelas VIII tidak terlalu bising. Di dalam kelas juga terdapat papan tulis yang mendukung penelitian.

b. Tahap Perancangan (Design) 1) Penyusunan Rancangan RPP

Hasil dari tahap ini adalah:

a) Kolom identitas

Kolom identitas meliputi: nama sekolah, mata pelajaran, dan kelas/ semester.

b) Rumusan KI dan KD yang akan dikembangkan

Rumusan KI yang akan dikembangkan mencakup rumusan KI 3 dan KI 4 untuk mata pelajaran matematika kelas VIII SMP sesuai dengan Kurikulum 2013.

Sedangkan KD yang akan dikembangkan yaitu KD untuk materi peluang yang diturunkan dari KI 3 dan KI 4. Rumusan KI dan KD tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

c) Rumusan indikator

Rumusan indikator yang akan dikembangkan mengacu pada KD.

d) Rumusan tujuan pembelajaran

(8)

107

Rumusan tujuan pembelajaran yang akan dikembangkan mengacu pada indikator.

e) Pendekatan pembelajaran yang digunakan

Pendekatan pembelajaran yang akan digunakan yaitu saintifik mengacu pada teori kecerdasan majemuk dan learning trajectory. Pada tahap ini ditentukan pula jenis kecerdasan yang akan difasilitasi pada setiap pertemuan. Jenis kecerdasan yang akan difasilitasi pada setiap pertemuan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Jenis Kecerdasan yang Difasilitasi pada Setiap Pertemuan

Pertemuan ke- Jenis Kecerdasan

1 Existential, musical, naturalist, visual-spatial, logical- mathematical, bodily-kinesthetics, interpersonal.

2 Linguistics, visual-spatial, bodily-kinesthetics, logical- mathematical, interpersonal.

3 Visual-spatial, logical-mathematical, interpersonal.

4 Linguistics, bodily-kinesthetics, logical-mathematical, interpersonal.

5 Logical-mathematical, bodily-kinesthetics, interpersonal.

6 Linguistics, logical-mathematical, interpersonal, naturalist. .

f) Kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan

Rancangan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan disesuaikan dengan langkah-langkah metode saintifik berbasis teori kecerdasan majemuk dan learning trajectory. Rancangan kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan dapat dilihat

pada Tabel 15 berikut.

(9)

108

Tabel 15. Rancangan Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke- Kegiatan Pembelajaran

1 Memahami Istilah Peluang

2 Menentukan Ruang Sampel dan Titik Sampel 3 Menentukan Interval Nilai Peluang

4 Menentukan Nilai Peluang Secara Empirik dan Teoritik 5 Membandingkan Peluang Teoritik dan Peluang Empirik 6 Menentukan Nilai Peluang Kejadian Majemuk

Secara lengkap, kegiatan pembelajaran berbasis teori kecerdasan majemuk dan learning trajectory dapat dilihat pada RPP yang terdapat pada Lampiran G1.

g) Teknik penilaian yang digunakan

Teknik penilaian yang digunakan yaitu menggunakan tes. Menurut Arikunto (2012: 67) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur sesuatu dengan aturan-aturan tertentu. Pada penelitian ini, bentuk tes yang digunakan adalah tes subjektif atau uraian. Tes berbentuk uraian memiliki beberapa kelebihan.

Menurut Arikunto (2012: 178), beberapa kelebihan tes berbentuk uraian yaitu:

(1) Mudah dalam hal penyusunan

(2) Tidak memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk berspekulasi (3) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat

(4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri

(5) Dapat mengukur sejauh mana siswa mendalami masalah yang diujikan.

(10)

109 h) Alokasi waktu

Alokasi waktu yang digunakan mengacu pada silabus, yaitu 10 jam pelajaran.

i) Menentukan bahan dan sumber belajar yang akan digunakan

Salah satu ciri Kurikulum 2013 yaitu menggunakan sumber belajar yang beragam. Oleh karena itu, selain merancang kegiatan pembelajaran yang beragam, diperlukan pula sumber-sumber lain seperti bahan cetak maupun elektronik.

Berikut merupakan beberapa sumber belajar yang digunakan:

(1) Buku siswa Kurikulum 2013

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Matematika SMP/ MTs Kelas VIII semester 2. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

(2) Djumanta, W. & Susanti D. (2008). Belajar Matematika Aktif dan Menyenangkan. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

(3) Sultan, A. & Artzt, A. F. (2011). The Mathematics that Every Secondary School Math Teacher Needs to Know. New York: Routledge.

2) Penyusunan Rancangan LKS

Hasil dari tahap ini adalah sebagai berikut:

a) Referensi yang digunakan

Dalam pegembangan LKS berbasis teori kecerdasan majemuk dan learning trajectory, peneliti melakukan pengkajian ulang dan pendalaman materi melalui

berbagai sumber terkait materi peluang. Berikut adalah daftar referensi yang digunakan:

(1) Adinawan, M. C. & Sugijono. (2008). SeribuPena Matematika Jilid 3 untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

(11)

110

(2) Gregersen, Erik. (2011). The Britannica Guide to Statistics and Probability.

New York: Britannica Educational Publishing.

(3) R. Sulaiman, dkk. (2008). Contextual Teaching & Learning Matematika.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

(4) Sultan, A. & Artzt, A. F. (2011). The Mathematics that Every Secondary School Math Teacher Needs to Know. New York: Routledge

(5) Van de Walle, John A. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2. Erlangga: Jakarta.

(6) Wagiyo, A., Mulyono, S., Susanto. (2008). Pegangan Belajar Matematika.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

b) Kerangka LKS

Kerangka LKS terdiri dari 3 bagian, yaitu:

(1) Bagian awal

Bagian awal berisi sampul, halaman judul, kata pengantar, dan daftar isi.

Untuk LKS guru, bagian awal dilengkapi dengan petunjuk penggunaan LKS untuk guru.

(2) Bagian isi

Bagian isi berisi pendahuluan, kegiatan sesuai dengan metode saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan) pada setiap sub bab, menyimpulkan, uji kompetensi, dan tugas proyek.

(3) Bagian akhir

Bagian akhir LKS berisi daftar pustaka dan uraian singkat tentang penulis.

(12)

111 c) Desain dan fitur LKS

Desain dan fitur LKS adalah sebagai berikut:

(1) Sampul

(2) Halaman Judul (3) Kata Pengantar (4) Daftar Isi (5) Pendahuluan (6) Kegiatan Inti

(7) Uji Kompetensi atau Tugas Proyek (8) Daftar Pustaka

(9) Tentang Penulis

d) Penulisan kemungkinan respon siswa dan petunjuk untuk guru

Untuk LKS Guru, selain dilengkapi dengan jawaban benar, juga dilengkapi dengan kemungkinan-kemungkinan respon siswa. Untuk setiap kemungkinan respon siswa yang kurang tepat terdapat contoh respon atau contoh petunjuk yang dapat dilakukan oleh guru jika menjumpai hal tersebut.

3) Penyusunan Lembar Penilaian Instrumen

Hasil pada tahap ini meliputi kisi-kisi dan komponen penilaian untuk masing- masing lembar penilaian instrumen pembelajaran. Lembar penilaian instrumen pembelajaran meliputi: lembar penilaian RPP, lembar penilaian LKS, angket respon siswa, soal tes pemahaman konsep, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

(13)

112 a) Lembar Penilaian RPP

Komponen dan banyaknya butir pernyataan pada lembar penilaian RPP tertera pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Komponen Lembar Penilaian RPP

No. Aspek yang Diamati Banyaknya Butir

1 Identitas RPP 3

2 Indikator dan Tujuan Pembelajaran 4

3 Pemilihan Materi 5

4 Pemilihan Metode Pembelajaran 3

5 Kegiatan Pembelajaran 10

6 Pemilihan Sumber Belajar/ Media Pembelajaran 3

7 Penilaian Hasil Belajar 4

8 Kebahasaan 2

Jumlah 34

Kisi-kisi penilaian RPP terdapat pada Lampiran A3, lembar penilaian RPP terdapat dalam Lampiran A4, dan deskripsi butir-butir penilaian RPP terdapat pada Lampiran A5.

b) Lembar Penilaian LKS

Komponen dan banyaknya butir pernyataan pada lembar penilaian RPP tertera pada Tabel 17 berikut.

(14)

113

Tabel 17. Komponen Lembar Penilaian RPP

No. Komponen Banyaknya Butir

1 Kesesuaian dengan materi/ isi 8

2 Kesesuaian dengan syarat didaktik 9

3 Kesesuaian dengan syarat konstruksi 7

4 Kesesuaian dengan syarat teknis 11

Jumlah 35

Kisi-kisi penilaian LKS terdapat pada Lampiran A6, lembar penilaian LKS terdapat dalam Lampiran A7, dan deskripsi butir-butir penilaian LKS terdapat pada Lampiran A8.

c) Angket Respon Siswa

Komponen dan banyaknya butir pernyataan pada angket respon siswa tertera pada Tabel 18 berikut.

Tabel 18. Komponen Angket Respon Siswa

No. Komponen Banyaknya Butir

1 Keterbantuan 4

2 Kemudahan 7

3 Kemenarikan 3

Jumlah 14

Kisi-kisi angket respon siswa dapat dilihat pada Lampiran A9, sedangkan angket respon siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A10.

d) Soal Tes Pemahaman Konsep

(1) Penyusunan kisi-kisi soal tes pemahaman konsep

Kisi-kisi soal memuat KI, KD, indikator pemahaman konsep, indikator soal, dan nomor soal. Indikator soal dibuat mengacu pada KD dan indikator pemahaman

(15)

114

konsep. Secara lengkap kisi-kisi soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada lampiran B1.

(2) Pembuatan soal, kunci jawaban, dan pedoman penilaian

Soal tes pemahaman konsep dibuat berdasarkan indikator soal yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Setiap soal dilengkapi dengan kunci jawaban, skor maksimal, dan pedoman penilaian yang digunakan. Setelah itu, soal dibuat pada lembar tersendiri yang dilengkapi dengan petunjuk penyelesaian. Soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Lampiran B2, kunci jawaban tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Lampiran B3, dan pedoman penilaian dapat dilihat pada Lampiran B4.

e) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran memuat bagian pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran A11.

c. Tahap Development (Development)

Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah pembuatan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS, validasi oleh dosen ahli dan guru matematika, serta revisi.

1) Pengembangan RPP

Pengembangan RPP dilakukan sesuai dengan hasil desain pada tahap sebelumnya. RPP ditulis dengan menggunakan Microsoft Word 2013. Dari tahap

(16)

115

ini telah dihasilkan RPP materi peluang untuk 6 kali pertemuan. Secara lebih rinci, RPP yang telah dikembangkan dapat di lihat pada Lampiran G1.

2) Pengembangan LKS

LKS dikembangkan dengan bantuan software Adobe InDesign CS6, Microsoft Word 2013, dan CorelDraw X7. LKS yang dikembangkan meliputi LKS

Siswa dan LKS Guru.

a) LKS Siswa

LKS Siswa memuat komponen sebagai berikut:

(1) Sampul

Sampul LKS didesain dengan ilustrasi yang mencerminkan materi yang akan dipelajari, yaitu materi Peluang. Selain itu, sampul LKS juga dilengkapi dengan judul LKS, kurikulum yang digunakan, kelas, kolom identitas pemilik, dan nama penyusun. Tampilan sampul LKS dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sampul LKS Gambar 9. Halaman Judul LKS

(17)

116 (2) Halaman Judul

Halaman judul berisi judul LKS, kepada siapa LKS ditujukan (untuk guru atau untuk siswa), nama penulis, nama dosen pembimbing, nama editor, nama pendesain sampul, ukuran LKS, dan tahun penyusunan LKS. Tampilan halaman judul LKS dapat dilihat pada Gambar 9.

(3) Kata Pengantar

Halaman kata pengantar berisi ucapan syukur penulis, tujuan penyusunan LKS, gambaran umum isi LKS, permohonan maaf, dan ucapan terima kasih dari penulis. Gambar 10 berikut adalah tampilan halaman kata pengantar.

Gambar 10. Halaman Kata Pengantar

Gambar 11. Halaman Daftar Isi

(4) Daftar Isi

Untuk memudahkan pengguna dalam mencari bagian atau materi tertentu dalam LKS, LKS dilengkapi dengan daftar isi. Daftar isi memuat informasi

(18)

117

mengenai tata letak halaman untuk setiap bagian dari LKS. Tampilan daftar isi dapat dilihat pada Gambar 11.

(5) Sejarah Peluang

Sebelum memasuki aktivitas pembelajaran terkait peluang, LKS menyajikan uraian singkat sejarah munculnya peluang. Halaman yang berisi sejarah peluang ini bertujuan untuk memotivasi siswa dalam belajar peluang sekaligus untuk memfasilitasi siswa dengan kecenderungan kecerdasan eksistensial. Tampilan halaman sejarah peluang dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Halaman Sejarah Peluang

Gambar 13. Contoh Halaman Pengantar

(6) Halaman Pengantar

Halaman pengantar berisi Judul Subbab, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa dalam mempelajari materi peluang.

Selain itu, halaman pengantar juga berisi petunjuk umum penggunaan LKS.

(19)

118

Halaman pengantar ada pada setiap awal subbab. Contoh tampilan halaman pengantar dapat dilihat pada Gambar 13.

(7) Pendahuluan

Halaman pendahuluan berisi aktivitas awal yang mengenalkan siswa pada topik peluang. Halaman pendahuluan hanya ada pada subbab pertama dalam LKS.

Tampilan halaman pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Halaman Pendahuluan (8) Aktivitas Pembelajaran

LKS memuat 6 subbab dengan masing-masing subbab berisi aktivitas- aktivitas pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah metode saintifik, yaitu:

(a) Mengamati

Kegiatan mengamati dalam LKS diberi judul “Mari Mengamati”. Objek yang diamati dalam LKS dapat berupa aturan permainan, uraian singkat tentang suatu

(20)

119

informasi, cerita, artikel berita, puisi, atau contoh uraian masalah terkait konteks.

Contoh tampilan kegiatan mengamati dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Contoh Kegiatan Mengamati

Gambar 16. Contoh Kegiatan Menanya

(b) Menanya

Kegiatan menanya dalam LKS diberi judul “Menanya”. Dalam kegiatan menanya, ada beberapa bagian yang diberi contoh pertanyaan, namun ada pula yang tidak diberi contoh pertanyaan. Adanya contoh pertanyaan dalam LKS bertujuan untuk memancing siswa dalam memunculkan pertanyaan. Contoh tampilan kegiatan menanya dapat dilihat pada Gambar 16.

(c) Mengumpulkan Informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi dalam LKS diberi judul “Mari Mengumpulkan Informasi”. Kegiatan mengumpulkan informasi dapat melalui diskusi kelompok atau mencoba memainkan suatu permainan. Pada beberapa subbab dalam LKS, sebelum mengumpulkan informasi, siswa diminta membuat dugaan jawaban terlebih dahulu. Hal itu dilakukan untuk mengetaui apakah

(21)

120

sebelum kegiatan pembelajaran, siswa telah memiliki gagasan yang benar tentang peluang atau belum. Contoh tampilan kegiatan mengumpulkan informasi dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Contoh Kegiatan Mengumpulkan Informasi (d) Mengasosiasikan/ Menalar

Kegiatan mengasosiasikan atau menalar dalam LKS diberi judul “Ayo Menalar”. Pada bagian ini disajikan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengolah informasi sehingga siswa mampu menyimpulkannya. Contoh tampilan kegiatan mengasosiasikan atau menalar dapat dilihat pada Gambar 18.

(e) Mengomunikasikan

Kegiatan mengomunikasikan dalam LKS diberi judul “Mengomunikasikan”.

Pada bagian ini berisi instruksi agar siswa membuat sajian dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan. Contoh tampilan kegiatan mengomunikasikan dapat dilihat pada Gambar 19.

(22)

121 (9) Kolom Menyimpulkan

Kolom menyimpulkan dalam LKS diberi judul “Menyimpulkan”. Kolom menyimpulkan bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam menuliskan kesimpulan- kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Contoh tampilan kegiatan menyimpulkan dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 18. Contoh Kegiatan Menalar

Gambar 19. Contoh Kegiatan Mengomunikasikan

Gambar 20. Contoh Kolom Menyimpulkan

(10) Uji Kompetensi

Pada bagian penutup setiap subbab terdapat halaman yang berisi soal-soal latihan untuk memperdalam pemahaman siswa. Soal-soal latihan tersebut diberi judul “Uji Kompetensi”. Contoh tampilan halaman uji kompetensi disajikan pada Gambar 21.

(23)

122 (11) Tugas Proyek

Selain halaman uji kompetensi, LKS juga dilengkapi dengan tugas proyek.

Tugas proyek bertujuan untuk memfasilitasi siswa mengembangkan keterampilan dalam menghasilkan suatu produk berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya. Tampilan halaman tugas proyek dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 21. Contoh Halaman Uji Kompetensi

Gambar 22. Halaman Tugas Proyek

(12) Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalam penyusunan LKS.

Tampilan halaman daftar pustaka disajikan pada Gambar 23.

(13) Tentang Penulis

Halaman tentang penulis berisi uraian singkat biografi penulis. Tampilan halaman tentang penulis dapat dilihat pada Gambar 24.

(24)

123 Gambar 23. Halaman Daftar

Pustaka

Gambar 24. Halaman Tentang Penulis

b) LKS Guru

Pada dasarnya, LKS Guru mempunyai komponen yang sama dengan LKS siswa, namun pada LKS Guru dilengkapi dengan halaman petunjuk untuk guru, petunjuk teknis bagi guru, keterangan terkait jenis kecenderungan kecerdasan yang difasilitasi, kemungkinan jawaban siswa, dan contoh respon guru. Secara lebih rinci, penjelasan untuk masing-masing komponen tambahan dalam LKS Guru adalah sebagai berikut:

(1) Halaman Petunjuk untuk Guru

Halaman petunjuk untuk guru berisi poin-poin tentang kandungan isi LKS guru secara umum. Tampilan halaman petunjuk untuk guru dapat dilihat pada Gambar 25.

(25)

124 (2) Petunjuk Teknis bagi Guru

Petunjuk teknis bagi guru berupa kolom berwarna hijau yang berisi petunjuk pelaksanaan kegiatan dalam LKS. Petunjuk teknis ini terdapat dalam setiap subbab dalam LKS. Contoh tampilan petunjuk teknis bagi guru dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 25. Halaman Petunjuk untuk Guru

Gambar 26. Contoh Kolom Keterangan Jenis Kecerdasan yang

Difasilitasi

Gambar 27. Contoh Kemungkinan Jawaban Siswa

Gambar 28. Contoh Respon Guru Gambar 29. Contoh Petunjuk

Teknis bagi Guru

(3) Keterangan Jenis Kecenderungan Kecerdasan yang Difasilitasi

LKS dikembangkan berbasis teori Kecerdasan Majemuk, sehingga terdapat jenis kecerdasan-kecerdasan tertentu yang difasilitasi selama kegiatan

(26)

125

pembelajaran. Informasi terkait kecenderungan jenis kecerdasan apa saja yang difasilitasi selama kegiatan pembelajaran tercantum dalam kolom keterangan jenis kecerdasan yang difasilitasi. Kolom tersebut diberi warna pink. Contoh kolom keterangan jenis kecerdasan yang difasilitasi dapat dilihat pada Gambar 26.

(4) Kemungkinan Jawaban Siswa

LKS Guru dilengkapi dengan jawaban benar dan kemungkinan-kemungkinan jawaban siswa. Jawaban-jawaban tersebut dituliskan pada kolom jawaban. Contoh tampilan kemungkinan jawaban siswa dapat dilihat pada Gambar 27.

(5) Contoh Respon Guru

Selain dilengkapi dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban siswa, LKS Guru juga dilengkapi dengan contoh respon guru yang dapat dilakukan oleh guru jika menjumpai kejadian tersebut. Contoh respon guru menyertai setiap jawaban yang kurang tepat. Contoh tampilan contoh respon guru dapat dilihat pada Gambar 28.

3) Validasi

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan beserta instrumen-instrumennya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk memperoleh masukan dan saran. Kemudian perangkat pembelajaran tersebut diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan dari dosen pembimbing. Perangkat pembelajaran yang telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran dari dosen pembimbing kemudian divalidasi oleh dua dosen ahli, yaitu Ibu Rosita

(27)

126

Kusumawati, M. Sc. dan Ibu Nila Mareta M., M. Sc., serta satu guru matematika yaitu Ibu Franciska Elly Suryani, S. Pd..

Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kevalidan dan kelayakan perangkat yang dikembangkan untuk diujicobakan di sekolah. Data hasil validasi perangkat pembelajaran terdiri dari lima macam, yaitu data hasil validasi RPP, data hasil validasi LKS, data hasil validasi soal tes pemahaman konsep, angket respon siswa, dan lembar keterlaksanaan pembelajaran. Hasil penilaian RPP, LKS, angket respon siswa, soal tes pemahaman konsep, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diberikan oleh validator masing-masing dapat dilihat pada Lampiran C1, C2, C3, C4, dan C5.

Hasil validasi perangkat pembelajaran oleh tiga validator menunjukkan bahwa RPP dan LKS beserta instrumen-instrumen yang dikembangkan layak diujicobakan di sekolah dengan revisi sesuai saran dan komentar yang diberikan.

Hasil validasi kemudian ditindaklanjuti dengan revisi sesuai saran dan komentar dari dosen ahli dan guru matematika sebelum dilakukannya uji coba di sekolah.

4) Revisi

Revisi yang dilakukan pada tahap ini memperhatikan saran dan masukan dari validator. Berikut merupakan saran dan masukan dari validator beserta revisi yang dilakukan oleh peneliti.

(28)

127 a) Revisi LKS

(1) Sumber sejarah peluang cari dari buku probability theory atau ensiklopedia.

Awalnya, sejarah peluang diambil dari website www.kanalinfo.web.id, kemudian direvisi kembali dengan mengambil sumber dari buku berjudul “The Britannica Guide to Statistics and Probability” karya Erik Gregersen. Tampilan

halaman sejarah peluang sebelum dan setelah direvisi dapat dilihat pada Gambar 30.

(Sebelum direvisi) (Setelah direvisi) Gambar 30. Revisi Halaman Sejarah Peluang

(2) Pada kegiatan merancang kantong ajaib, urutan penyajian sebaiknya disajikan sesuai dengan petunjuk merancang kantong ajaib, yaitu nilai peluangnya disajikan lebih dulu, baru diikuti dengan aturan kantong.

Awalnya, pada kegiatan merancang kantong ajaib, urutan penyajian kantong ajaib 1 sudah sesuai yaitu nilai peluangnya disajikan lebih dulu dan diikuti dengan aturan kantong, namun pada kantong ajaib 2 sampai kantong ajaib 6 urutan tersebut

(29)

128

disajikan terbalik. Urutan penyajian kantong ajaib 2 sampai 6 kemudian direvisi seperti kantong ajaib 1. Contoh tampilan kegiatan merancang kantong ajaib sebelum dan sesudah direvisi dapat dilihat pada Gambar 31.

(Sebelum direvisi) (Setelah direvisi) Gambar 31. Contoh Revisi Kegiatan Merancang Kantong Ajaib (3) Untuk kantong ajaib 5 dan kantong ajaib 6, aturan kantongnya kurang jelas.

Aturan kantong yang ditunjukkan oleh garis peluang untuk kantong ajaib 5 dan kantong ajaib 6 dirasa kurang jelas dan membingungkan siswa. Oleh karena itu dilakukan revisi dengan memperbaiki nilai peluang yang ditunjukkan oleh garis peluang. Contoh tampilan kegiatan merancang kantong ajaib 5 sebelum dan sesudah revisi dapat dilihat pada Gambar 32.

(30)

129

(Sebelum direvisi) (Setelah direvisi) Gambar 32. Contoh Revisi Kegiatan Merancang Kantong Ajaib 5

(4) Untuk subbab peluang kejadian majemuk, soal-soal dan kegiatannya lebih diperjelas.

Awalnya pada subbab peluang kejadian majemuk, kegiatan pembelajaran direncanakan menggunakan metode Problem Based Learning, namun siswa dirasa kesulitan dengan masalah yang disajikan dan konsep yang hendak dicapai tampak kurang jelas, sehingga kegiatan pada subbab peluang kejadian majemuk direvisi.

Contoh tampilan subbab peluang kejadian majemuk sebelum dan sesudah direvisi dapat dilihat pada Gambar 33.

(Sebelum direvisi) (Setelah direvisi)

Gambar 33. Contoh Revisi dalam Subbab Peluang Kejadian Majemuk

(31)

130

(5) Pada soal pengambilan uang kertas dari dalam saku, apakah lebar kertas pada masing-masing uang sama atau tidak.

Dalam uji kompetensi subbab peluang kejadian majemuk, ada soal yang kurang valid. Soal tersebut terkait peluang dalam pengambilan uang kertas dari dalam saku. Karena soal dirasa kurang valid maka soal tersebut dihilangkan.

Tampilan soal tersebut dapat dilihat pada Gambar 34.

(Sebelum direvisi)

(Setelah direvisi soal tersebut dihilangkan)

Gambar 34. Revisi Soal dalam Subbab Peluang Kejadian Majemuk (6) Perhatikan definisi peluang teoritis dan peluang empirik.

Tidak ada revisi dalam LKS terkait definisi peluang teoritis dan peluang empirik, namun pada pembelajaran, setelah siswa melakukan kegiatan dalam LKS guru akan lebih membimbing siswa dan memberi penegasan kembali agar siswa lebih memahami definisi serta perbedaan antara peluang teoritis dan peluang empirik.

(7) Indikator pada subbab memahami istilah peluang, kata “mereka” sebaiknya diganti dengan “siswa”.

Revisi pada indikator pertama subbab memahami istilah peluang dapat dilihat pada Gambar 35.

(32)

131

(Sebelum direvisi) (Setelah direvisi)

Gambar 35. Revisi Indikator pada Subbab Memahami Istilah Peluang (8) Penggunaan ukuran huruf dalam LKS ada huruf yang terlalu besar dan ada

yang terlalu kecil.

Beberapa ukuran huruf disesuaikan kembali agar terlihat proporsional.

(9) Pada halaman petunjuk untuk guru dan kolom petunjuk teknis bagi guru terdapat salah ketik.

Dilakukan revisi terhadap beberapa tulisan yang salah ketik pada halaman petunjuk untuk guru dan kolom petunjuk teknis bagi guru.

(10) Bahasa yang digunakan, struktur kaliamat bagi anak masih terlalu abstrak, kurang jelas, masih perlu diperjelas lagi.

Menurut guru, struktur kalimat dalam LKS kurang jelas dan terlalu abstrak, namun setelah peneliti menanyakan kembali kepada guru bagian mana yang kurang jelas, guru menjawab bahwa keseluruhan isi LKS berbeda dari pembelajaran yang biasa diterapkan, sehingga kemungkinan siswa akan merasa asing dan kurang jelas.

Menanggapi hal tersebut, peneliti memberi penjelasan kepada guru bahwa memang peneliti mengembangkan LKS yang baru sehingga memang berbeda dari biasanya.

Pada akhirnya guru mau menerima dan tidak ada revisi terkait komentar ini.

b) Revisi RPP

(1) Definisi peluang teoritis dan peluang empirik dalam suatu kejadian, contoh masalah lebih baik dilakukan, perdalam penjelasannya oleh guru.

(33)

132

Tidak ada revisi pada RPP, catatan ini sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran ketika uji coba.

(2) Contoh masalah kejadian saling bebas dan kejadian saling lepas, guru perlu memberi beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada revisi pada RPP, catatan ini sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran ketika uji coba.

(3) Ada sumber belajar yang belum dicantumkan.

Materi pembelajaran untuk pertemuan pertama merujuk pada buku yang berjudul “The Mathematics that Every Secondary School Math Teacher Needs to Know” karya Sultan & Artzt, namun buku tersebut belum dicantumkan dalam

sumber belajar. Oleh karena itu revisi dilakukan dengan mencantumkan buku tersebut ke dalam daftar sumber belajar.

(4) Contoh soal dan soal yang ditampilkan masih membingungkan siswa karena tidak sering dijumpai seperti pada soal-soal ulangan atau ujian.

Peneliti memberi penjelasan kepada guru bahwa memang peneliti mengembangkan RPP dan LKS yang baru sehingga memang berbeda dari biasanya.

Termasuk pula soal-soal di dalamnya, karena soal-soal tersebut untuk mengukur pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan perangkat yang dikembangkan. Pada akhirnya guru mau menerima dan tidak ada revisi terkait komentar ini.

(34)

133 c) Revisi Soal Tes Pemahaman Konsep

(1) Terdapat salah ketik untuk kunci jawaban soal nomor 5b.

Dilakukan revisi terhadap tulisan yang salah ketik dalam kunci jawaban soal nomor 5b.

(2) Perhatikan pedoman penilaian. Usaha siswa memahami soal dan identifikasi masalah perlu dihargai.

Pada mulanya, setiap jawaban siswa yang salah maupun tidak dijawab diberi skor 0. Kemudian direvisi menjadi soal yang tidak dijawab diberi skor 0, sedangkan jawaban salah tetap mendapat skor untuk menghargai siswa dalam usaha memahami soal dan mengidentifikasi masalah. Secara lebih rinci, pedoman penilaian tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Lampiran B4.

(3) Untuk soal nomor 2 mohon direvisi lagi. Soal kurang biasa ditemui anak karena mata dadu biasanya 1, 2, 3, 4, 5, 6.

Soal nomor 2 tidak direvisi meskipun validator menyarankan untuk revisi, karena akhirnya validator memperbolehkan soal tersebut tetap digunakan setelah peneliti menjelaskan bahwa soal nomor 2 memang jarang ditemui pada soal-soal ujian pada umumnya, namun pada pembelajaran dengan LKS yang dikembangkan, dadu bermata bukan 1, 2, 3, 4, 5, 6 sudah dikenalkan kepada siswa.

d) Revisi Angket Respon Siswa

(1) Butir pernyataan nomor 7 diganti dengan pernyataan negatif.

Dilakukan revisi sesuai saran dari validator.

(35)

134

(2) Butir pernyataan nomor 13 diganti dengan pernyataan negatif.

Dilakukan revisi sesuai saran dari validator.

(3) Pernyataan positif dan negatif perlu dibuat dalam jumlah berimbang, pertimbangan konsistensi siswa dalam menilai LKS.

Angket respon siswa direvisi dengan mengganti beberapa pernyataan positif menjadi pernyataan negatif.

e) Revisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran (1) Guru atau siswa yang melakukan apersepsi?

Bunyi pernyataan terkait apersepsi dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yaitu “Siswa melakukan apersepsi”. Yang melakukan apersepsi adalah siswa dengan panduan guru, sehingga tidak ada revisi terkait pernyataan ini.

(2) Bagaimana cara mengukur bahwa 75% siswa melakukan kegiatan 5M?

Beberapa pernyataan terkait kegiatan inti dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran menyatakan bahwa pembelajaran berjalan sesuai dengan perangkat yang dikembangkan jika 75% siswa melakukan kegiatan 5M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Menalar, Mengomunikasikan).

Cara mengukur bahwa 75% siswa melakukan kegiatan 5M yakni dengan pengamatan yang dilakukan oleh observer. Dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran tidak ada revisi terkait komentar ini.

(3) Apakah fasilitas terhadap kecenderungan jenis kecerdasan tertentu harus ada?

Difasilitasi dalam bentuk apa?

(36)

135

Fasilitas terhadap kecenderungan jenis kecerdasan tertentu memang harus ada dalam setiap pembelajaran, karena peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis teori kecerdasan majemuk. Fasilitas terhadap kecenderungan jenis kecerdasan tertentu misalnya dilakukan melalui penyajian konteks-konteks masalah, tampilan LKS, dan kegiatan kelompok selama pembelajaran. Secara lebih rinci, fasilitas terhadap kecenderungan jenis kecenderungan tertentu dapat dilihat pada RPP dan LKS. Dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran tidak ada revisi terkait komentar ini.

(4) Dalam melakukan refleksi dilakukan secara lisan atau tertulis?

Refleksi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Namun dalam perencanaan yang tertulis dalam RPP, refleksi dilakukan secara tertulis. Dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran tidak ada revisi terkait komentar ini.

d. Tahap Implementasi (Implementation)

Pada tahap ini dilakukan uji coba perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi dan direvisi sesuai saran dan komentar dari validator kemudian diujicobakan di SMP N 1 Prambanan.

Uji coba perangkat pembelajaran dilakukan terhadap siswa kelas VIII E SMP N 1 Prambanan yang berjumlah 36 siswa. Pemilihan kelas ini dilakukan secara acak dengan undian. Dari 7 kelas regular yang terdapat di SMP N 1 Prambanan yaitu kelas VIII B sampai kelas VIII H, terpilihlah kelas VIII E. Dalam penelitian ini, peneliti perperan sebagai guru. Sedangkan yang berperan sebagai observer adalah teman sejawat peneliti dari jurusan Pendidikan Matematika UNY.

(37)

136

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS berbasis teori Kecerdasan Majemuk dan Learning Trajectory disusun untuk enam kali pertemuan dengan total alokasi waktu 10 jam pelajaran. Implementasi perangkat pembelajaran diawali dengan perkenalan dan pengisian angket identifikasi kecenderungan kecerdasan majemuk untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan masing-masing siswa.

Pengisian angket identifikasi kecenderungan kecerdasan majemuk dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 April 2017. Lembar angket identifikasi kecenderungan kecerdasan majemuk siswa dapat dilihat pada Lampiran A2. Contoh pengisian angket identifikasi kecenderungan kecerdasan majemuk siswa dapat dilihat pada Lampiran C6. Sedangkan data hasil pengisian angket identifikasi kecenderungan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa terdapat pada Tabel 19. Satu siswa dapat memiliki lebih dari satu kecenderungan kecerdasan. Identifikasi kecenderungan kecerdasan siswa digunakan dalam menentukan kelompok.

Tabel 19. Hasil Identifikasi Kecenderungan Kecerdasan Siswa

No. Jenis Kecerdasan Banyak Siswa

1 Linguistics 1

2 Logical-Mathematical 1

3 Visual-Spatial 6

4 Bodily-Kinesthetics 3

5 Musical 5

6 Interpersonal 12

7 Intrapersonal 1

8 Naturalist 7

9 Existential 7

Selanjutnya, jadwal pelaksanaan uji coba perangkat pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 20.

(38)

137

Tabel 20. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba

No. Hari/ Tanggal Waktu Materi/ Kegiatan Sabtu, 15 April 2017 Pengisian Angket

Kecenderungan Kecerdasan Majemuk

1 Selasa, 25 April 2017 09.55 - 11.15 (80 menit)

- Memahami Istilah Peluang - Pengisian Lembar Observasi

Keterlaksanaan Pembelajaran 2 Jumat, 28 April 2017 10.25 – 10.55

(30 menit)

- Memahami Istilah Peluang (Presentasi)

- Pengisian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 3 Sabtu, 29 April 2017 08.20 – 09.00

(40 menit)

- Ruang Sampel & Titik Sampel

- Pengisian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 4 Jumat, 05 Mei 2017 09.55 – 10.25

(30 menit)

- Ruang Sampel & Titik Sampel (Presentasi)

- Pengisian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 5 Sabtu, 06 Mei 2017 10.00 - 11.20

(80 menit)

- Interval Nilai Peluang, Peluang Teoritik, & Peluang Empirik

- Pengisian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 6 Selasa, 09 Mei 2017 09.55 - 11.15

(80 menit)

- Peluang Kejadian Majemuk - Pengisian Lembar Observasi

Keterlaksanaan Pembelajaran 7 Jumat, 12 Mei 2017 10.10 – 10.45

(35 menit)

- Membandingkan Peluang Empirik & Teoritik (Presentasi)

- Pengisian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 8 Sabtu, 13 Mei 2017 10.00 - 11.20

(80 menit)

- Tes Pemahaman Konsep - Pengisian Angket Respon

Siswa

(39)

138

Secara umum proses pembelajaran yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup sesuai dengan yang tercantum dalam RPP. Dalam kegiatan pendahuluan, guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, memimpin berdoa, dan mengecek kehadiran siswa.

Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang akan dipelajari. Selain itu, guru juga memberikan apersepsi dan motivasi.

Untuk kegiatan inti dilakukan sesuai dengan langkah-langkah metode saintifik berbasis teori kecerdasan majemuk agar dapat memfasilitasi kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Kegiatan mengamati dilakukan dengan mengamati konteks masalah di dalam LKS. Lalu pada kegiatan menanya, siswa diminta membuat pertanyaan berdasarkan apa yang telah mereka amati, seperti yang terlihat pada Gambar 36.

Gambar 36. Siswa Melakukan Kegiatan Mengamati dan Menanya

Gambar 37. Siswa Mengumpulkan Informasi melalui Permainan Setelah menanya, siswa diminta mengumpulkan informasi agar dapat menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Kegiatan

(40)

139

mengumpulkan informasi dapat diwujudkan melalui kegiatan diskusi kelompok atau mencoba memainkan suatu permainan, seperti yang terlihat pada Gambar 37.

Memasuki kegiatan mengasosiasikan, siswa diminta menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam LKS. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengolah informasi sehingga siswa mampu menyimpulkan inti dari kegiatan pembelajaran. Selanjutnya siswa diminta mengomunikasikan hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan mengomunikasikan diwujudkan dalam bentuk presentasi maupun membuat sajian secara tertulis, seperti tampak pada Gambar 38 dan Gambar 39.

Gambar 38. Siswa

Mengomunikasikan Hasil Diskusi secara Tertulis

Gambar 39. Siswa

Mengomunikasikan Hasil Diskusi secara Lisan

Dalam kegiatan penutup, siswa bersama guru membuat kesimpulan dan membuat refleksi, seperti terlihat pada Gambar 40. Selain itu siswa juga mengerjakan soal secara individu untuk mengecek pemahaman siswa, seperti tampak dalam Gambar 41.

(41)

140 Gambar 40. Guru Membimbing Siswa untuk Membuat Kesimpulan

Gambar 41. Siswa Mengerjakan Soal Secara Individu untuk

Mengecek Pemahaman

Kemudian guru juga memberikan tugas atau informasi terkait pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Terakhir guru menutup kegiatan pembelajaran dengan do’a dan mengucapkan salam.

Secara lebih rinci, deskripsi kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama berlangsung pada hari Selasa, 25 April 2017 tepatnya pukul 09.55 WIB – 11.15 WIB (Jam pelajaran ke-5 sampai ke-6). Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa sesuai dengan kegiatan pendahuluan dalam RPP. Pada pertemuan pertama ini, 1 siswa yang tidak hadir, sehingga ada 35 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang akan dipelajari yaitu menjelaskan pengertian peluang dengan kalimat sendiri dan membandingkan peluang beberapa kejadian yang berbeda. Siswa tampak cukup antusias dalam menyimak. Sebelum masuk ke kegiatan inti, sebagai apersepsi, guru meminta siswa

(42)

141

untuk mengerjakan soal terkait membandingkan pecahan. Ada 5 soal yang diberikan oleh guru. Alokasi waktu untuk kegiatan apersepsi yaitu 5 menit, akan tetapi ternyata banyak siswa yang kesulitan atau lupa terkait konsep membandingkan pecahan, sehingga kegiatan apersepsi melebihi alokasi waktu yang telah direncanakan.

Setelah apersepsi, guru membagikan LKS kepada siswa. Setiap siswa mendapatkan 1 buah LKS. Siswa tampak senang dan sangat antusias menerima LKS dari guru.

Sebagai motivasi secara umum, sekaligus memfasilitasi kecenderungan tipe kecerdasan eksistensial, guru meminta siswa untuk membaca sejarah peluang dalam LKS halaman 1. Dari sejaran peluang dalam LKS, diketahui bahwa peluang muncul dari pertanyaan atau rasa ingin tahu seorang pejudi terkait suatu permainan judi. Bermula dari rasa ingin tahu tersebut, berkembanglah ilmu peluang yang kini banyak diterapkan dalam kehidupan. Dari sejarah tersebut, guru memberi penjelasan dan motivasi kepada siswa agar siswa dapat megembangkan rasa ingin tahunya dan tidak malu untuk bertanya.

Selain dari sejarah peluang, pemberian fasilitas bagi siswa agar termotivasi untuk mempelajari materi peluang juga dilakukan oleh guru seperti dalam kegiatan pendahuluan (LKS halaman 3). Kegiatan pendahuluan diawali dengan sebuah lirik lagu “what’s the weather like today” untuk memfasilitasi kecenderungan tipe kecerdasan musikal. Mula-mula guru memberi contoh cara menyanyikan lagu tersebut kemudian mengajak siswa untuk bernyanyi bersama.

(43)

142

Setelah menyanyikan lagu “what’s the weather like today”, guru menanyakan kepada siswa tentang bagaimana cuaca hari ini. Sebagian besar siswa menjawab bahwa cuaca hari ini panas. Guru meminta siswa untuk mengamati lingkungan dari jendela kelas dan menjawab pertanyaan dalam LKS halaman 3 (memfasilitasi kecenderungan tipe kecerdasan naturalis). Jawaban siswa yang muncul dari pertanyaan “Apakah mungkin hari ini akan turun hujan?” yaitu:

mungkin, bisa jadi, dan tidak tahu. Kemudian jawaban siswa yang muncul dari pertanyaan “Seberapa yakin kamu bahwa hari ini akan turun hujan?” yaitu sangat yakin karena kalau sangat panas biasanya nanti turun hujan. Jawaban lain yang muncul yaitu tidak tahu karena hujan adalah kuasa Tuhan.

Setelah berdiskusi bersama siswa secara klasikal, guru menegaskan bahwa istilah mungkin, bisa jadi, pasti, tidak mungkin, merupakan bagian dari peluang.

Istilah-istilah tersebut sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari dan kita sering kali menggunakan istilah-istilah tersebut, sehingga mempelajari peluang akan sangat bermanfaat bagi kita.

Memasuki kegiatan inti, guru membagi siswa ke dalam 9 kelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa (ada 1 kelompok yang hanya terdiri dari 3 siswa karena 1 siswa tidak masuk). Dari 9 kelompok tersebut, 4 kelompok (kelompok 2, 4, 6, 8) mengerjakan kegiatan “Berlomba Sampai Finish” dan 5 kelompok lainnya (kelompok 1, 3, 5, 7, 9) mengerjakan kegiatan “Dadu Kemenangan”. Guru meminta siswa untuk duduk melingkar dalam kelompok masing-masing kemudian meminta siswa untuk membaca dan mengikuti setiap langkah dalam LKS.

(44)

143

Setelah guru memberi instruksi, siswa tampak masih agak bingung dan masih duduk dalam posisinya masing-masing. Kemudian guru berkeliling kelas dan meminta siswa untuk memutar kursi tempat duduknya agar dapat melingkar atau saling berhadapan antar siswa dalam 1 kelompok. Setelah guru berkeliling, baru siswa mulai memutar kursi.

Guru meminta siswa untuk mulai membaca, mencermati, dan mengikuti kegiatan sesuai langkah-langkah dalam LKS secara berkelompok, akan tetapi banyak siswa yang masih terkesima dengan LKS yang diberikan, banyak siswa yang masih melihat-lihat LKS secara keseluruhan, dan melihat-lihat isinya secara keseluruhan. Menanggapi hal tersebut, guru berkeliling dan meminta siswa untuk mencermati kegiatan yang harus mereka lakukan saat ini dan memberi pengertian bahwa LKS itu boleh dibawa pulang, sehingga siswa dapat membaca-baca dan melihat-lihatnya nanti ketika di rumah.

LKS yang digunakan berisi kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah- langkah metode saintifik yaitu Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasikan, dan Mengomunikasikan. Siswa-siswa tampak belum familiar dengan langkah-langkah kegiatan 5M tersebut, sehingga siswa-siswa terus bertanya tentang apa yang harus mereka lakukan, meskipun apa yang harus mereka lakukan itu sebenarnya telah tertulis dengan jelas dalam LKS. Menanggapi pertanyaan tentang apa yang harus mereka lakukan, pada mulanya guru tetap teguh menjawab bahwa apa yang harus siswa kerjakan telah tertulis dengan jelas dalam LKS dan meminta siswa untuk membaca serta mencermati semua yang tertulis secara runtut.

Hal ini dilakukan oleh guru karena ingin mengajarkan siswa agar lebih mandiri dan

(45)

144

tidak selalu bergantung pada guru, akan tetapi tetap masih banyak siswa yang bingung dan terkesan enggan membaca dan mencermati LKS, bahkan ada beberapa siswa yang hanya diam atau justru berdiskusi di luar topik. Menanggapi hal ini, guru terus berkeliling dan berusaha membawa siswa kembali ke topik dan berusaha mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi kelompok.

Dalam mengisi LKS, siswa juga tampak hanya fokus untuk menjawab atau mengisi kolom-kolom yang disediakan tanpa mencermati konteks masalah maupun perintah soal. Hal ini sangat terlihat ketika dalam tahap menanya, banyak siswa yang justru menjawab contoh-contoh pertanyaan yang diberikan, padahal seharusnya siswa membuat pertanyaan (siswa seharusnya mengisi kolom yang disediakan dengan pertanyaan terkait apa yang telah mereka cermati dalam tahap mengamati). Kegiatan menanya atau membuat pertanyaan tampak masih sangat asing bagi siswa, sehingga guru masih harus terus memandu siswa dalam tahap ini.

Memasuki tahap mengumpulkan informasi, guru membagikan 1 buah spinner untuk setiap kelompok yang mengerjakan kegiatan “Berlomba Sampai Finish” dan membagikan 2 buah dadu untuk setiap kelompok yang mengerjakan kegiatan

“Dadu Kemenangan”. Siswa tampak sangat antusias menerima alat peraga yang diberikan oleh guru. Lalu siswa mulai menggunakan alat peraga tersebut. Siswa memang aktif melakukan percobaan dengan alat peraga tersebut, namun tak sedikit pula siswa yang justru menggunakan alat peraga tersebut untuk bermain-main, sehingga guru harus terus berkeliling untuk memastikan bahwa siswa tetap mengerjakan kegiatan seperti dalam LKS.

(46)

145

Dalam tahap mengasosiasikan, siswa mulai berdiskusi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Kendala yang muncul dalam tahap ini adalah siswa terus-terusan bertanya apakah jawaban yang mereka tuliskan benar atau salah. Menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru tidak membenarkan atau menyalahkan, akan tetapi meminta siswa untuk berdiskusi dan menuliskan apapun hasil dari diskusi kelompok.

Memasuki tahap mengkomunikasikan, guru membagikan spidol dan kertas kepada masing-masing kelompok untuk membuat sajian yang menarik berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan. Guru menjelaskan bahwa dengan kertas dan spidol yang diberikan siswa diminta menuliskan hasil diskusi yang telah mereka lakukan untuk nantinya dipresentasikan di depan kelas. Lagi-lagi siswa kebingungan dan bertanya-tanya bagian mana saja yang harus dituliskan. Bahkan ada pula kelompok yang justru menuliskan hasil diskusi berupa “sikap”, misalnya: kerja sama, kekompakan, dan semangat. Selain itu, pemberian spidol dengan warna yang berbeda-beda pada setiap kelompok juga membuat kegiatan pembelajaran kurang kondusif, karena siswa ingin mendapatkan spidol dengan warna lain atau ingin saling meminjam spidol dengan kelompok lain.

Oleh karena siswa kebingungan dan selalu bertanya kepada guru tentang apa yang harus dilakukan dan terus bertanya apakah jawaban mereka benar atau salah, maka kegiatan inti menghabiskan banyak waktu dan tidak berjalan sesuai alokasi waktu yang telah direncanakan. Selain itu, karena siswa belum selesai menuliskan jawaban, maka kegiatan diskusi klasikal belum dapat terlaksana. Penarikan

(47)

146

kesimpulan, refleksi, dan mengerjakan soal kuis juga belum terlaksana karena kehabisan waktu.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua berlangsung pada hari Jumat, 28 April 2017 tepatnya pukul 10.25 WIB – 10.55 WIB (Jam pelajaran ke-5). Jam pelajaran hari ini hanya 30 menit per jam pelajaran, karena diadakan apel pagi dalam rangka doa bersama untuk UN kelas 9 sebelum pelajaran dimulai, sehingga jam pelajaran pertama yang harusnya dimulai pukul 07.00 WIB, menjadi mulai pukul 08.10 WIB. Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Pada pertemuan kedua, seluruh siswa hadir dan mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang akan dipelajari yaitu melanjutkan kegiatan pada pertemuan lalu tentang menjelaskan pengertian peluang dengan kalimat sendiri dan membandingkan peluang beberapa kejadian yang berbeda. Pembelajaran hari ini difokuskan untuk presentasi dan diskusi klasikal yang belum sempat dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Sebelum masuk ke kegiatan inti, sebagai apersepsi, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal terkait membandingkan pecahan. Ada 3 soal yang diberikan oleh guru. Siswa dapat mengerjakan soal apersepsi dengan baik dan benar.

Setelah apersepsi, guru memotivasi siswa agar siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahunya, mau berusaha memunculkan pertanyaan-pertanyaan terkait konteks, dan tidak malu untuk mengemukakan alasan-alasan atau pendapat- pendapat dari masalah yang disajikan. Hal ini dilakukan oleh guru mengingat pada

(48)

147

pertemuan sebelumnya, siswa terlihat kurang terbiasa dengan pembelajaran 5M yang disajikan, terutama dalam kegiatan menanya, dan siswa juga terlihat hanya terbiasa menyelesaikan soal-soal perhitungan.

Selanjutnya, guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerja kelompok (hasil diskusi pertemuan sebelumnya) yang telah mereka buat. Mengingat keterbatasan waktu, guru hanya memilih 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya (1 dari kelompok “Berlomba Sampai Finish” dan 1 dari kelompok

“Dadu Kemenangan”). Sebelum presentasi dimulai, guru meminta siswa yang kemarin mengerjakan kegiatan “Berlomba Sampai Finish” untuk membaca, mencermati, dan mengamati kegiatan “Dadu Kemenangan” terlebih dahulu. Begitu pula sebaliknya. Hal ini dilakukan agar ketika ada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan, semua siswa telah mengetahui konteks masalah yang dibahas.

Kegiatan presentasi berjalan dengan lancar. Untuk kegiatan “Berlomba Sampai Finish”, semua siswa telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam LKS dengan baik dan benar. Sedangkan untuk kegiatan “Dadu Kemenangan”, masih ada 1 kelompok yang kurang tepat dalam menjawab (jawaban benar: dari dadu dengan sisi bertuliskan angka 1, 1, 2, 3, 3, 3, hasil jumlahan yang mempunyai peluang paling besar untuk terjadi yaitu 4, karena angka 4 dapat berasal dari penjumlahan angka 1 dan 3, maupun angka 2 dan 2, sehingga hasil jumlahan 4 memiliki cara paling banyak untuk terjadi. Jawaban lain yang muncul dari siswa:

hasil jumlahan yang mempunyai peluang paling besar untuk muncul adalah 6, karena angka 3 lebih banyak daripada angka yang lain). Menanggapi hal ini, guru

(49)

148

meminta forum kelas untuk menanggapi, dan akhirnya semua siswa sepakat bahwa hasil jumlahan 4 memiliki peluang lebih besar untuk terjadi dari pada hasil jumlahan 6. Untuk semakin meyakinkan siswa, sebenarnya guru hendak meminta siswa untuk mendaftar semua cara yang mungkin untuk mendapatkan hasil jumlahan-hasil jumlahan dari angka-angka pada sisi dadu tersebut. Namun mengingat keterbatasan waktu, pembahasan terkait mendaftar semua cara yang mungkin tersebut akan dilakukan pada pembahasan ruang sampel (pertemuan berikutnya).

Dalam pembahasan “Dadu Kemenangan”, banyak siswa yang telah menggunakan istilah-istilah titik sampel dalam menjawab pertanyaan. Jawaban tersebut misalnya: “hasil jumlahan 4 yang paling sering mucul/ paling sering menang karena titik sampelnya yang paling banyak adalah 3 dan 1 yang jika dijumlahkan hasilnya sama dengan 4”. Jawaban siswa tersebut benar, namun sebenarnya kurang lengkap, karena siswa belum mencantumkan bahwa angka 4 dapat pula berasal dari penjumlahan angka 2 dan 2. Sama seperti pembahasan sebelumnya, mengingat keterbatasan waktu, maka hal ini akan ditegaskan kembali pada pembahasan terkait ruang sampel.

Setelah siswa mempresentasikan hasil jawaban menggunakan istilah titik sampel, ketika siswa lain diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi, muncul 1 pertanyaan yang menarik dari siswa, yaitu: “apakah titik sampel akan berpengaruh terhadap peluangnya?”. Pertanyaan ini dapat dijawab dengan baik oleh siswa yang presentasi. Jawaban siswa dari pertanyaan tersebut yaitu: “angka yang jumlahnya banyak (titik sampelnya banyak) mendapat peluang yang besar untuk

(50)

149

menang. Sedangkan angka yang jumlahnya sedikit (titik sampelnya sedikit) mendapat peluang yang kecil untuk menang. Jadi semakin jumlahnya banyak maka peluang yang didapatkan pun juga besar dan semakin jumlahnya sedikit maka peluang yang didapatkan pun akan sedikit atau kecil juga”. Dari jawaban tersebut, meskipun kalimat yang digunakan kurang sempurna, namun dapat diterima dengan baik oleh siswa-siswa lain. Dari jawaban itu pula, tampak bahwa siswa telah mempunyai gagasan yang benar terkait peluang.

Setelah 2 kelompok melakukan presentasi, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.

Guru : “Dari kegiatan yang telah kalian lakukan, kalian dapat menjawab bahwa Upin (warna biru) mempunyai peluang yang paling besar untuk menang, kalian juga dapat menjawab bahwa hasil jumlahan 4 mempunyai peluang yang paling besar untuk menang atau muncul, lalu sebenarnya apa itu peluang?”

Siswa A : “Peluang itu kesempatan”.

Guru : “Ya, peluang itu kesempatan, jawaban yang bagus. Adakah jawaban lain? Atau ada yang mau melengkapi?”

Siswa B : “Peluang itu kesempatan untuk terjadi”.

Guru : ”Ya, peluang itu kesempatan untuk terjadi, jawaban yang sangat bagus. Ayo jawaban yang lain”.

Siswa C : “Peluang itu kemungkinan”.

Siswa D : “Peluang itu kemungkinan terjadinya suatu kejadian”.

(51)

150

Siswa E : “Peluang suatu kejadian adalah angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian”.

Guru : “Benar. Semua jawaban kalian tadi merupakan jawaban-jawaban yang bagus dan benar. Peluang bisa diartikan sebagai kesempatan untuk terjadi, peluang dapat pula diartikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Nah, nilai suatu peluang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka. Apakah masih ada jawaban lain lagi?”

(tidak ada jawaban dari siswa)

Guru : “Lalu, tadi kalian dapat menyebutkan bahwa peluang Upin (warna biru) lebih besar dari pada peluang Ipin (warna merah) dan peluang hasil jumlahan 4 juga lebih besar dari pada hasil jumlahan lainnya, artinya suatu kejadian akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk terjadi jika … ?”

Siswa E : “Titik sampelnya lebih besar atau lebih banyak”.

Siswa F : “Perbandingannya lebih besar”.

Guru : “Bagus. Benar sekali. Suatu kejadian akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk terjadi jika perbandingannya lebih besar atau boleh juga kalian menggunakan istilah titik sampel, titik sampel yang dimaksud lebih besar atau lebih banyak dari pada titik sampel lainnya, atau kejadian yang dimaksud lebih besar daripada kejadian-kejadian lainnya”.

(52)

151

Setelah membuat kesimpulan, guru memberikan 1 soal kuis untuk mengecek pemahaman siswa. Dari soal kuis yang diberikan, 100% siswa telah menjawab soal dengan benar. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh siswa cukup beragam dan tepat.

Selanjutnya guru memberi penjelasan bahwa pada pertemuan berikutnya kita akan belajar tentang ruang sampel dan titik sampel. Guru memberi tugas kepada siswa untuk belajar lebih dulu di rumah tentang ruang sampel dan titik sampel. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa.

Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran terlaksana dengan baik, namun ada beberapa tahapan yang belum terlaksana, misalnya refleksi dan penegasan ulang tentang kegiatan “Dadu Kemenangan” seperti yang telah dijelaskan di atas.

Hal tersebut terjadi karena jam pelajaran yang seharusnya 40 menit ternyata dipotong menjadi 30 menit. Selain itu selama pembelajaran berlangsung ada 3 kali pengumuman melalui pengeras suara dan 1 kali guru masuk kelas untuk memanggil beberapa siswa, secara otomatis kegiatan pembelajaran harus dihentikan sejenak, sehingga semakin menguragi jam pembelajaran.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga berlangsung pada hari Sabtu, 29 April 2017 tepatnya pukul 08.20 WIB – 09.00 WIB (Jam pelajaran ke-3). Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Pada pertemuan ketiga, seluruh siswa hadir dan mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang akan dipelajari yaitu

(53)

152

menentukan ruang sampel dari suatu percobaan melalui berbagai cara. Sebelum masuk ke kegiatan inti, guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan bahwa pada pertemuan sebelumnya, siswa sudah tau apa itu peluang dan siswa juga telah mampu menentukan kejadian apa yang mempunyai peluang lebih besar untuk terjadi, serta ada pula beberapa siswa yang telah menggunakan istilah titik sampel.

Guru memberi penjelasan bahwa titik sampel merupakan bagian dari ruang sampel.

Ruang sampel adalah himpunan semua hasil percobaan yang mungkin terjadi. Ada beberapa cara untuk menentukan ruang sampel dari suatu percobaan. Menentukan ruang sampel sangat penting untuk menentukan nilai peluang suatu kejadian. Oleh karena itu sangat penting bagi siswa untuk dapat menentukan ruang sampel suatu percobaan melalui beberapa cara.

Selanjutnya, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal apersepsi tentang menyatakan himpunan dengan cara mendaftar dan menentukan banyaknya anggota dari himpunan yang dimaksud. Ada 2 soal apersepsi yang diberikan. Guru meminta seluruh siswa untuk mengerjakan soal tersebut di buku tulis mereka masing-masing.

Lalu guru memilih 2 siswa secara acak untuk mengerjakan soal tersebut di papan tulis. Siswa dapat mengerjakan soal yang diberikan dengan baik dan benar.

Setelah apersepsi, guru membagi siswa menjadi 9 kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa. Rencananya, dari 9 kelompok tersebut, 5 kelompok mengerjakan kegiatan “Permainan Batu-Gunting-Kertas” dan 4 kelompok lainnya mengerjakan kegiatan “Password HP”, akan tetapi mengingat siswa belum terbiasa dengan kegiatan 5M dan siswa masih sangat membutuhkan pendampingan dari guru, maka guru memutuskan untuk meminta seluruh kelompok

(54)

153

mengerjakan kegiatan “Permainan Batu-Gunting-Kertas”. Sedangkan untuk kegiatan “Password HP” akan digunakan sebagai PR.

Guru meminta siswa untuk duduk melingkar bersama kelompoknya masing- masing dan segera mengerjakan kegiatan sesuai dengan langkah-langkah dalam LKS secara berkelompok, akan tetapi sama seperti pertemuan pertama, siswa kurang sigap dalam menanggapi instruksi dari guru. Guru masih harus berkeliling menghampiri setiap kelompok dan meminta siswa untuk duduk melingkar atau saling berhadapan dalam setiap kelompok.

Guru meminta siswa untuk mulai membaca, mencermati, dan mengikuti kegiatan sesuai langkah-langkah dalam LKS secara berkelompok. Dalam diskusi kelompok ini, beberapa kelompok mulai mampu mengikuti alur LKS dengan baik, meskipun seringkali tetap memanggil guru untuk sekedar bertanya apakah yang mereka kerjakan sudah benar atau belum. Menanggapi pertanyaan siswa apakah jawaban mereka sudah benar atau belum, guru tidak menanggapi dengan menjawab

“ya ini benar” atau “ini salah”, tetapi guru menjawab: “benar atau salah, silahkan diskusikan bersama teman sekelompokmu. Silahkan masing-masing berpendapat, lalu jawaban yang kalian sepakati silahkan ditulis di kolom jawaban. Nanti jawaban-jawaban ini akan kita diskusikan bersama kalau seluruh kelompok telah selesai berdiskusi dan telah selesai menjawab”. Hal ini dilakukan oleh guru agar siswa tidak selalu bergantung pada guru dan siswa mampu berpikir ulang apakah jawaban mereka benar atau salah, secara mandiri.

Gambar

Gambar 7. Contoh Soal Latihan  dalam Modul Siswa
Tabel 14. Jenis Kecerdasan yang Difasilitasi pada Setiap Pertemuan
Tabel 15. Rancangan Kegiatan Pembelajaran  Pertemuan ke-  Kegiatan Pembelajaran
Tabel 16. Komponen Lembar Penilaian RPP
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD sebagaimana

Dilihat dari hasil tes (lampiran 28 dan 29) ataupun hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII (lampiran 32) kemampuan menyelesaikan operasi hitung bilangan

menggunakan pendekatan desain nonequivalent control group design. Penelitian ini adalah penelitian hubungan sebab akibat atas perlakuan yang diberikan kepada salah satu atau

· Lepaskan selalu daya listrik AC dengan mencabut kabel daya dari colokan daya sebelum menginstal atau melepaskan motherboard atau komponen perangkat keras lainnya.. ·

Beberapa rekomendasi dalam keselarasan KEN dengan RUEN dan RUED adalah : penentuan roadmap yang jelas dalam penyelesaian KEN, RUEN dan RUED, penentuan roadmap

Ia tampak terbuai oleh aliran strukturalis yang menekankan kesejarahan makna kebenaran serta kognitas suatu pemikiran pada komunitas sosial atau budaya

dokumentasi. Sebelumnya angket telah diuji cobakan dan diuji validitas serta diuji reliabilitas.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier

Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut