• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

75 BAB V PEMBAHASAN

A. Tempat Kerja

Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train 1), Area 2 (Train 2), Area 3 (Train 3), Area 6 (Addictive Palletezing Unit (APU)), Area 7 (Utility), Area 0 (Catalyst Activation Unit (CAU), Catalyst Preparation Unit (CPU), Feed Purification Unit (FPU), Storage Reagent Unit (SRU)), Area 8 (Utility), Jetty Area. Bangunan gedung yang berada di area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah dilengkapi dengan sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran. Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dalam Pasal 17 Ayat (1) “Persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.”

B. Potensi Bahaya

Hasil penelitian di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, area kerja di perusahaan tersebut memiliki potensi bahaya yang paling tinggi yaitu kebakaran. Bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi di perusahaan ini merupakan bahan kimia yang mudah terbakar, yaitu Ethylene, Pentane, Triethylamine (TEA), dan Butane.

(2)

76

Berdasarkan pada Kepmenaker No. 187/MEN/1999 Pasal 11, Ayat 2(a) cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala >21°C dan <55°C pada tekanan 1 (satu) atmosfir, Ayat 2(b) cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala

<21°C dan titik didih >20°C pada tekanan 1 (satu) atmosfir.

Ethylene, Butane, Pentane dan TEA merupakan cairan bahan kimia yang sangat mudah terbakar tercantum dalam Tabel 3. Bahan kimia tersebut disimpan serta digunakan dalam kebutuhan proses produksi, untuk Eyhylene memiliki kapasitas 12.000 ton namun hanya terisi biasanya 8.000 ton, Butane disimpan dalam Butane Storage Tank dengan kapasitas 4.250 m3 sedangkan TEA disimpan dalam isocontainer yang berisi 1,2 ton dan Pentane disimpan dalam pressure vessel yang memiliki kapasitas 150 ton. Hal ini melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK), dimana berdasarkan Kepmenaker RI No.

187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja Pasal 14 bahwa, “Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia cairan mudah terbakar sebanyak 200 ton dan cairan sangat mudah terbakar sebanyak 100 ton”. Kepmenaker No. 187/MEN/1999 Pasal 15 menyatakan bahwa,

“Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya besar”. Dapat disimpulkan bahwa PT. Lotte Chemical Titan Nusantara memiliki potensi bahaya yang besar terutama potensi bahaya kebakaran.

(3)

77

C. Kebakaran

PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah mengklarifikasikan potensi bahaya kebakaran termasuk di kelas A, B dan C dan hal ini menjadi pertimbangan untuk perusahaan dalam menetapkan sistem pemadam kebakaran yang bagaimana saja yang akan dipasang di perusahaan tersebut.

Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR Pasal 2 mengenai penyesuaian antara klarifikasi kebakaran dengan jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

D. Fire Safety Managemet

Adanya implementasi Fire Safety Management di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Bab I Bagian 2 Pasal 2 Ayat (1) dan Ayat (2).

Ayat (1) “Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan dimaksudkan untuk mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya kebakaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai pada tahap pemanfaatan sehingga bangunan gedung senantiasa andal dan berkualitas sesuai dengan fungsinya”.

(4)

78

Ayat (2) “Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan bertujuan terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan yang aman bagi manusia, harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan proses produksi atau distribusi barang dan jasa, dan bahkan dari gangguan kesejahteraan sosial”.

1. Pra Fire Control a. Identifikasi Bahaya

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pasal 7 Ayat (2) point a.1. “melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko”. PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah melakukan identifikasi potensi bahaya kebakaran di area kerja melalui Incident Action Plan.

b. Sarana Proteksi Kebakaran

Adanya sistem proteksi kebakaran yang ada di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah sesuai Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Bab II Bagian 1 Pasal 3 Ayat(1): Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi:

(5)

79

a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran b. Sarana Penyelamatan

c. Sistem proteksi pasif d. Sistem proteksi aktif

e. Pengawasan dan pengendalian

Untuk sarana proteksi kebakaran aktif terkhusus APAR dalam pemasangannya tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR Pasal 4, yaitu:

1) Tinggi pemberian tanda “APAR” bukan 125 cm, seharusnya tinggi tanda “APAR” 125 cm dari tanah/permukaan lantai.

2) APAR seharusnya menggantung ± 15 cm dari permukaan lantai tetapi di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara APAR tidak menggantung, langsung menyentuh permukaan tanah.

3) APAR pemasangannya tidak tepat di bawah dengan tanda

“APAR”.

Untuk gambar pemasangan APAR yang sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR terlampir dalam Lampiran 10.

Cara pemeliharaan sarana proteksi aktif maupun pasif yaitu dengan inspeksi. Inspeksi sarana proteksi kebakaran aktif maupun pasif dilakukan oleh Pertugas Fireman di PT. Lotte Chemical Titan

(6)

80

Nusantara. Inspeksi dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah tertera dalam Bab IV Tabel 6. Pendokumentasian dan pelaksanaan kegiatan inspeksi yang dilakukan oleh petugas Fireman apabila menemukan suatu temuan pada sarana proteksi aktif maupun pasif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pasal 7 Ayat (3) poin f yaitu “pendokumentasian terhadap kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan”.

Di dalam daftar periksa atau checklist serta laporan pemeriksaan atau inspeksi masih menggunakan logo nama perusahaan yang lama yaitu Titan Petrokimia.

c. Fire Emergency Plan

PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah terdapat struktur organisasi mengenai tim penanggulangan kebakaran. Adanya struktur organisasi dan regu atau tim penanggulangan kebakaran ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja dalam Bab II mengenai Pembentukan Unit Penanggulangan Kebakaran.

Tugas pokok dari Emergency Respons Team dan peran atau job description dari masing-masing anggota Emergency Respons Team (ERT) telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di

(7)

81

Tempat Kerja dalam Bab III mengenai Tugas dan Syarat Unit Penanggulangan Kebakaran.

Adanya sistem tanggap darurat di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara ini telah sesuai dengan Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 6 poin 6.7. mengenai Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat.

d. Pembinaan dan Pelatihan

Diadakannya pelatihan atau training kepada tim tanggap darurat telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 yaitu “Pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja”. Dan hal ini telah sesuai dengan Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 6 poin 6.7.4 yang menyatakan bahwa “Petugas penanganan keadaan darurat ditetapkan dan diberikan pelatihan khusus serta diinformasikan kepada seluruh orang yang ada di tempat kerja”.

Pelatihan mengenai simulasi kejadian berbahaya di tempat kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara sudah sangat baik tetapi untuk menjamin setiap pekerja lebih mengingat prosedur kejadian kebakaran dengan baik, sebaiknya dilakukan pembuatan prosedur secara singkat

(8)

82

yang disertai gambar supaya lebih mudah untuk diingat. Langkah tersebut bisa diterapkan dengan memakai Kartu Smart, yang mana di kartu ini akan dicantumkan prosedur-prosedur di dalamnya berupa gambar-gambar yang bersangkutan dengan prosedur saat terjadinya kebakaran. Hal ini dibandingkan dengan Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 6 poin 6.7.5 yang menyatakan bahwa “instruksi/prosedur keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperlihatkan secara jelas dan menyolok serta diketahui oleh seluruh tenaga kerja di perusahaan”.

2. Fire Control

Adanya prosedur tentang penanggulangan pada saat kebakaran telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 11 Ayat (2) yang menyatakan bahwa “apabila suatu perusahaan dalam melaksanakan rencana K3 harus memiliki prosedur atau instruksi kerja mengenai rencana tersebut” dan sesuai dengan Lampiran II Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 6 mengenai Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat, poin 6.7.1. yang menyatakan bahwa

“keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan

(9)

83

dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang ada di tempat kerja”.

3. Pasca Fire Control

a. Penyelidikan dan Pelaporan

Penyelidikan terhadap terjadinya bahaya kebakaran di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara diupayakan oleh tim investigasi.

Pelaksanaan investigasi untuk kecelakaan kerja terkhusus kejadian kebakaran telah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 11 Ayat (1) dinyatakan bahwa,

“Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja”.

Pelaporan di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara dilakukan terhadap semua kecelakaan ringan maupun kecelakaan yang berat. Hal ini dilakukan oleh Departemen HSE&S yang mana telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan dalam Pasal 2 Ayat (1) dinyatakan bahwa, “pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya”.

Selanjutnya pada ayat (2) dinyatakan bahwa “kecelakaan yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a) Kecelakaan kerja

b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah

(10)

84

c) Kejadian bahaya lainnya”

b. Evaluasi

Kejadian berbahaya maupun kecelakaan kerja yang terjadi di PT.

Lotte Chemical Titan Nusantara baik ringan maupun berat akan dilakukan evaluasi oleh Departemen HSE&S yang bertujuan agar tidak terulangnya kejadian tersebut dan pekerja lebih berhati-hati saat bekerja. Tindakan evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 14 Ayat (1) yang menyatakan bahwa, “Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3” dan Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 8 poin 8.3.4- 8.3.7 yang menyatakan bahwa, “perusahaan menunjuk penanggung jawab dalam melaksanakan tindakan evaluasi yang berupa tindakan perbaikan atas laporan kecelakaan atau kejadian berbahaya yang lain dan kemudian akan didokumentasikan dan diinformasikan kepada seluruh tenaga kerja”.

Referensi

Dokumen terkait

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tepat di UD. Sejati Plywood berdasarkan PP RI No 50 Tahun 2012. Menyusun rancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan. Kesehatan Kerja

Suharda Tiga Putra yang dipekerjakan di Unika Soegijapranata Semarang ditinjau dari PP no 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.. Hasil

1) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan menteri nomor PER 05/MEN/1996.

Menurut PP No.50 tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Pasal 11 ayat 4 potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik

tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Lampiran II bagian 6.2.1 yang menyatakan bahwa “Dilakukan pengawasan untuk menjamin

(Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/MEN/1996 Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Penerapan Peraturan dan Prosedur K3 PT Delta Dunia Sandang Tekstil belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 tentang

Dalam Peraturan Pemerintah PP No.62 Tahun 2012 yang berisi tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 mengatur setiap perusahaan dengan syarat tertentu