• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Studi Kasus : Proyek Pembangun Gedung Rumah Sakit Umum Type-C. Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(Studi Kasus : Proyek Pembangun Gedung Rumah Sakit Umum Type-C. Medan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

(Studi Kasus : Proyek Pembangun Gedung Rumah Sakit Umum Type-C. Medan Labuhan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh : Joseph K. David Harianja

12 0404 128

Dosen Pembimbing : Ir. Syahrizal, M.T.

NIP 19611231 198811 1 001

Dosen Co – Pembimbing : Gea Geby Aurora Syafridon

NIP 19901222 201805 2 001

BIDANG MANAJEMEN & REKAYASA KONTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

ABSTRAK

Dalam mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif, pemerintah mewajibkan setiap perusahaan konstruksi menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Menanggapi hal tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan SMK3 dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SMK3 pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C di Medan Labuhan, Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui studi kepustakaan dan penyebaran kuesioner kepada 30 responden lalu dianalisa dengan metode analisis Univariat lalu diolah dengan software SPSS. Berdasarkan hasil penelitian, total keberhasilan penerapan SMK3 di proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C yang mencapai nilai 77,74% tergolong dalam kategori nomor 2 yaitu tingkat pencapaian penerapan 60-84% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera perak.

Berdasarkan evaluasi pelaksanaannya, faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SMK3 adalah sebagai berikut: Dilihat dari segi kesehatan pekerja, tidak adanya pelatihan oleh pihak manajemen sehingga pekerja tidak bisa melakukan pekerjaan secara aman sesuai standar kerja sehingga kecelakaaan kerja bisa terjadi. Dilihat dari segi keselamatan kerja, pekerja kurang menyadari penting alat pelindung diri (APD) karena kurangnya pengawasan oleh pihak manajemen.

Kata Kunci: Evaluasi, Penerapan, Kecelakaan kerja, SMK3,SPSS

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang studi Manejemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul :

“Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C Medan

Labuhan

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu :

1. Terutama kepada kedua orang tua saya, P. Richard Harianja dan Deriana Uli Sitompul serta kepada kakak dan adik saya Maria Desi Harianja, Ruth Valentina Harianja, Pareme Yunita Harianja, dan Benyamin Fernando Harianja yang telah memberikan dukungan penuh, nasehat, motivasi serta mendoakan saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. dan Ibu Gea Geby Syafridon, S.T., M.T. sebagai Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Medis S. Surbakti, S.T., M.T., Ph.D sebagai Plt Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Bapak Ir. M. Ridwan Anas, M.T. sebagai Plt. Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan pengajaran kepada Penulis selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan kepada Penulis selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

7. Terkhusus kepada Rebecca Angela Siregar yang selalu memberikan bantuan, dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis.

8. Kepada adik stambuk 2014 M. Rizky Indrawan yang telah memberikan izin dalam menggunakan data proyek pada tugas akhir ini.

9. Teman – teman seperjuangan dikampus buat Hendra, Saptino, Adi, David, Vince dan seluruh teman - teman stambuk 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu terimah kasih buat kebersamaan yang selama ini baik diperkulihan maupun dipertemanan yang luar biasa, semoga kita semua sukses selalu.

10. Abang dan kakak stambuk 2009, 2010 dan 2011 yang sudah membantu untuk mengenal dunia perkulihan di teknik sipil.

11. Adik adik Stambuk 2013, 2014, dan 2015 yang sudah membantu di perkuliahan maupun tugas-tugas besar lainya.

(5)

12. Seluruh rekan - rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu per satu atas dukungannya yang sangat baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2019 Penulis

(Joseph K. David Harianja) 12 0404 128

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Manfaat Penelitian... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Umum ... 6

2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 6

2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 7

2.2.1.1 Keselamatan Kerja ... 7

2.2.1.2 Kesehatan Kerja ... 8

2.3. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 9

2.4. Kecelakaan Kerja ... 9

2.4.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ... 10

2.5. Alasan Mendasar Perlunya Standar K3 ... 11

2.6. Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)... 12

2.7. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-Undangan ... 14

2.8. Acuan Penerapan SMK3 ... 16

2.8.1 Komitmen dan Kebijakan K3 ... 17

2.8.2 Perencanaan K3 ... 18

2.8.2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR) ... 19

2.8.2.2 Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya ... 20

2.8.2.3 Sasaran dan Program K3 ... 22

2.8.3 Penerapan Kegiatan Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 23

2.8.3.1 Penetapan Kebijakan K3 ... 23

2.8.3.2 Perencanaan K3 ... 24

2.8.3.3 Pengendalian Rencana K3 ... 25

2.8.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 ... 26

2.8.3.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 ... 27

2.9. Pengendalian Risiko ... 28

2.10. Program Kerja ... 30

2.11. Perlengkapan dan Peralatan K3... 32

2.12. Diagram bagan Alir SMK3 ... 38

2.13. Penelitian Terdahulu ... 39

(7)

BAB III METODE PENELITIAN... 43

3.1. Uraian Umum ... 43

3.2. Lokasi Penelitian ... 44

3.3. Tahap dan Prosedur Penelitian ... 44

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Data Primer ... 45

3.4.2 Data Sekunder ... 46

3.5. Teknik Pengolahan Data ... 46

3.5.1 Metode Kuantitatif ... 46

3.5.2 Metode Analisis Univariat ... 48

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

3.6.1 Uji Validitas ... 49

3.6.2 Uji Reliabilitas... 50

3.7. Variabel Penelitian ... 51

3.8. Instrumen Penelitian ... 52

3.9. Hasil Analisis Data ... 53

3.10. Diagram Alir/Flowchart ... 54

BAB IV HASIL DATA DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1. Pelaksanaan Penelitian ... 55

4.2. Hasil Kuesioner ... 55

4.3. Uji Validitas ... 58

4.4. Uji Reliabilitas... 61

4.5. Metode Analisis Univariat ... 62

4.6. Hasil Evaluasi Penerapan SMK3 ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ...

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian ...

Tabel 4.1 Profil Responden ...

Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Kuesioner ...

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas ...

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ...

Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Kuesioner dengan Metode Analisis Univariat ...

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Waktu Rencana Kerja (Kurva S) Lampiran 3 Data Kuesioner dalam SPSS Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 Dokumentasi Proyek

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pekerjaan konstruksi bangunan biasanya tempat yang memiliki kegiatan beresiko yang sangat tinggi. Tingkat kecelakaan berkorelasi erat dengan tingkat kegiatan dalam pekerjaan konstruksi, yang menunjukkan bahwa ketika beban kerja tinggi, keselamatan cenderung kurang diperhatikan. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3) para buruh atau tenaga kerja selama berlangsungnya proyek konstruksi sering kali kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik dari pemerintah ataupun dari kontraktor. Kurangnya akan kesadaran akan pentingnya K3 inilah yang mengakibatkan banyak terjadinya kecelakaan kerja yang serius maupun yang tidak serius dan kematian dalam proses pelaksanaan konstruksi setiap tahunnya. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dalam proses konstruksi dapat menghambat proses konstruksi itu sendiri sehingga tujuan dari Manajemen Proyek tidak tercapai.

Menurut data statistik kecelakaan kerja PT Jamsostek, kasus kecelakaan kerja pada tahun 2006 tercatat sebanyak 95.624 kasus, dan pada tahun 2007 terdapat 83.714 kasus. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kecelakaan akibat kerja pada tahun 2011 sebanyak 57.929 kasus, meningkat pada tahun 2012 sebanyak 60.322 kasus, pada 2013 sebanyak 97.144 kasus, dan mengalami penurunan pada tahun 2014 sebanyak 40.694 kasus. Berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan jumlah kasus kecelakaan kerja terus menurun. Pada tahun 2015 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 110.285 kasus, pada tahun 2016 sejumlah 105.182 kasus, dan pada bulan Agustus tahun 2017 terdapat sebanyak 80.392 kasus. Secara umum masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia. Data- data kecelakaan kerja di atas memperlihatkan bahwa jumlah kecelakaan kerja di Indonesia sudah mencapai 100.000 kecelakaan kerja per tahun.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

(11)

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO, 2005) menekankan pentingnya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, terutama di bidang konstruksi. Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di jasa konstruksi di Indonesia adalah: Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Peraturan Menteri PUPR No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, Peraturan Menteri PUPR02- 2018, Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah, Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Pasal 30 ayat (1), demikian juga dengan Pedoman Teknis K3 Konstruksi Bangunan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1980 dan Pedoman Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi dalam SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986. Meskipun peraturan perundang- undangan, standar nasional maupun internasional tentang K3 telah tersedia, namun kecelakaan di bidang konstruksi tetap tinggi (ILO, 2005).

Pembangunan gedung Rumah Sakit Tipe C Medan Labuhan memiliki potensi kecelakaan kerja yang cukup besar mengingat Rumah sakit ini akan dibangun setinggi 8 lantai, dan melibatkan banyak tenaga kerja. Dalam upaya untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja di proyek pembangunan Rumah Sakit Tipe C Medan Labuhan ini maka dilakukan program Keselamatan dan Kesehatan kerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang evaluasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

(12)

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penilaian keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C?

2. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C.

1.4 BATASAN MASALAH

Agar penelitian ini lebih terarah pada permasalahan yang ada, maka pada skripsi ini akan diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1. Jenis proyek konstruksi ini adalah proyek konstruksi pada pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C, Medan Labuhan.

2. Penelitian ini untuk menilai penerapan dan mencari faktor yang mempengaruhi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

(13)

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dalam penelitian ini adalah manfaat yang diperoleh dari penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C, yaitu :

1. Bagi Mahasiswa, penelitian ini dapat memberi gambaran tentang penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) sehingga dapat mengerti bahwa penerapan SMK3 ini dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja.

2. Bagi Penyedia Jasa Konstruksi, penelitian ini diharapkan akan memberi informasi bagi owner/klien atau pejabat instansi yang terkait dengan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan semakin memahami pengaruh penerapan SMK3 terhadap keberhasilan proyek.

3. Bagi Institusi, penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi suatu institusi, lembaga pendidikan, dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dan pembahasan laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang pemilihan topik penelitian, permasalahan yang ada, pembatasan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai dan sistematika pembahasannya.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diteliti langsung dalam studi kasus pembangunan gedung, serta teori Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut undang-undang.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

(14)

Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara pengumpulan data dalam studi kasus pada proyek pembangunan gedung.

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan berdasarkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada di lapangan, serta memuat perbandingan dan kesimpulan antara studi kasus di lapangan dan penerapan SMK3 menurut undang-undang.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian yang dilaksanakan, serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memiliki peranan penting dan sangat menentukan dalam kegiatan perusahaan. Dalam melaksanakan pekerjaannya, setiap tenaga kerja akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut karena setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih mempunyai potensi bahaya dalam kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, dengan adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) akan membawa iklim keamanan dan ketenagaan kerja, sehingga membantu hubungan tenaga kerja dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi kelsncaran produksi. Begitu juga, sudah saatnya para pelaku insustri jasa konstruksi secara bersama-sama memikirkan penerapan SMK3 konstruksi yang lebih baik dalam pelaksanaan proyek. (Sutarto, 2008)

Dari keinginan tersebut, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang secara berkesinambungan merupakan hal yang perlu didorong agar dapat lebih meyakinkan tercapainya lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera. Penerapan SMK3 merupakan suatu kebijaksanaan yang mempunyai arti penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM maupun perlindungan tenaga kerja dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan politis.

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi atau disingkat dengan K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi (Permen PU No.

05/PRT/M/2014). K3 juga merupakan suatu hal yang penting dalam sektor konstruksi demi kelancaran suatu pembangunan pada proyek maupun dalam

(16)

proses operasionalnya. Perusahaan khususnya di bidang konstruksi harus menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sebelum membahas pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja (k3), disampaikan konsep atau pandangan K3:

1. Konsep lama

a. Kecelakaan merupakan nasib sial dan merupakan risiko yang harus diterima.

b. Tidak perlu berusaha mencegah c. Masih banyak pengganti pekerja d. Membutuhkan biaya yang cukup tinggi e. Menjadi faktor penghambat produksi 2. Konsep masa kini

a. Memandang kecelakaan bukan sebuah nasib.

b. Kecelakaan pasti ada penyebabnya sehingga dapat dicegah c. Penyebab: faktor individu 80-85% dan faktor lingkungan 15-20%

d. Kecelakaan selalu menimbulkan kerugian e. Peran pimpinan sangat penting & menentukan

Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai sebuah pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja dan manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur dansejahtera. Ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya.

2.2.1.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi.

(17)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja:

1. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan

2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko yang tidak bisa diterima

2.2.1.2 Kesehatan Kerja

Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu. Secara umum, pengertian dari kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin berubah, bukan sekadar

“kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya. Keselamatan Kerja memiliki sifat sebagai berikut:

1. Sasarannya adalah manusia 2. Bersifat medis

Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau material-material yang digunakan, memiliki risiko masing-masing terhadap kesehatan pekerja. Karakteristik material yang digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh terhadap material tersebut harus dipahami. Hal ini digunakan untuk meminimalisir risiko material terhadap kesehatan (Ridley,2008). Beberapa jalur substansi berbahaya yang masuk ke tubuh seperti berikut:

1. Asupan makanan; yang masuk melalui mulut, kemudian menuju usus 2. Hirupan pernafasan; yang masuk melalui organ pernafasan menuju

paru-paru

3. Penyerapan; yang masuk melalui pori-pori kulit 4. Masuk melalui luka dan sayatan terbuka

Beberapa contoh tindakan pencegahan sederhana untuk mencegah masuknya substansi berbahaya ke dalam tubuh pekerja:

(18)

1. Asupan makanan; dilarang makan di tempat kerja, menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum makan, dilarang merokok di tempat kerja

2. Hirupan pernafasan; menggunakan pelindung pernafasan yang sesuai untuk substansi-substansi tertentu, menyediakan ventilasi keluar, ekstraksi uap dan debu

3. Penyerapan; menggunakan sarung tangan, membersihkan area terkontaminasi dengan air sabun, menggunakan krim pelindung kulit 4. Masukkan langsung; mengobati seluruh luka dan sayatan, menutupi

seluruh luka dan sayatan ketika bekerja

2.3 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan utama dalam Penerapan SMK3 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu antara lain:

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

2.4 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian (OHSAS 18001:2007)

(19)

2.4.1 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Tujuan dari mengetahui klasifikasi kejadian kecelakaan kerja, salah satunya adalah dasar untuk mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti dimana kecelakaan terjadi, apa yang karyawan lakukan, dan apa peralatan atau material yang digunakan oleh karyawan. Penerapan kode-kode kecelakaan kerja akan sangat membantu proses investigasi dalam meginterpretasikan informasi- informasi yang tersebut diatas. Ada banyak standar yang menjelaskan referensi tentang kode-kode kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1 tahun 1990. Berdasarkan standar tersebut, kode yang digunakan untuk mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagai berikut:

1. Jatuh dari atas ketinggian 2. Jatuh dari ketinggian yang sama 3. Menabrak objek dengan bagian tubuh 4. Terpapar oleh getaran mekanik 5. Tertabrak oleh objek yang bergerak 6. Terpapar oleh suara keras tiba-tiba 7. Terpapar suara yang lama

8. Terpapar tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)

9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah 10. Otot tegang lainnya

11. Kontak dengan listrik

12. Kontak atau terpapar dengan dingin atau panas 13. Terpapar radiasi

14. Kontak tunggal dengan bahan kimia 15. Kontak lainnya dengan bahan kimia

16. Kontak dengan, atau terpapar faktor biologi 17. Terpapar faktor stress mental

18. Longsor atau runtuh

19. Kecelakaan kendaraan/mobil

20. Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak 21. Mekanisme cidera yang tidak spesifik

(20)

2.5 Alasan Mendasar Perlunya Standar K3

Beberapa alasan yang mendasari perlunya standar K3 dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu:

1. Aspek Moral (Kemanusiaan)

Faktor ini sangat penting karena jiwa manusia tidak dapat dihitung secara ekonomi, tetapi dengan menonjolkan faktor ini dan mengabaikan faktor ekonomi adalah kurang bijaksana. Setiap pekerja tidak seharusnya mendapatkan risiko cedera dan sakit di tempat kerja, begitu juga setiap orang yang berhubungan dalam lingkungan kerja. Faktor ini sangat ditonjolkan pemerintah dan organisasi pekerja, sehingga kriteria accident adalah bila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan meninggalnya manusia atau cacat permanen.

2. Aspek Ekonomis

Rendahnya kinerja K3 dengan adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berakibat:

a. Peningkatkan biaya negara dan biaya sosial (melalui pembayaran keamanan sosial, biaya pengobatan, kerugian, hilangnya kesempatan bekerja bagi pekerja, terganggu dan menurunnya produktifitas semua pihak yang terkena dampaknya)

b. Perusahaan pengguna dan organisasi pengerah tenaga kerja juga menanggung biaya atas kejadian kecelakaan (biaya administrasi resmi, denda, kompensasi kerusakan dan kecelakaan, waktu penyelidikan, terhentinya produksi, hilangnya kepercayaan dari tenaga kerja, dari pelanggan dan dari masyarakat luas).

3. Alasan Hukum

Persyaratan K3 harus diperkuat oleh peraturan hukum perdata dan pidana. Karena tanpa dorongan ekstra tindakan pengaturan/penuntutan hukum yang tegas, banyak perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban moralnya (Beesono, 2012). Sesuai ketentuan pada Pasal 1 ayat 5 Permen PUPR No.5 Tahun 2014 Petugas K3 Konstruksi di dalam organisasi Pengguna Jasa dan/atau organisasi Penyedia Jasa telah

(21)

mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU, dibuktikan dengan surat keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan, wajib menyelenggarakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

2.6 Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sistem berasal dari bahasa latin (systema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Musanef dalam bukunya “Manajemen Kepegawaian di Indonesia”

mengartikan sistem merupakan suatu sarana yang menguasai pekerjaan dan keaadaan agar mampu menjalankan tugas dengan teratur.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistim manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. (Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/MEN/1996 Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Pada dasarnya SMK3 merupakan implementasi ilmu dan fungsi manajemen dalam melakukan perencanaan, implementasi, maupun evaluasi program K3 di tempat kerja dalam suatu sistem.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup hal-hal sebagai berikut; struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

(22)

penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Tujuan dan sasaran manajemen k3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman dan efisien, dan produktif (Sastrohadiwiryo, 2003).

Elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam mengembangkan program keselamatan kerja adalah; komitmen perusahaan, kebijakan pemimpin, ketentuan penciptaan lingkungan kerja, ketentuan pengawaasan selama proyek berlangsung, pendelegasian wewenang, penyelidikan pelatihan dan pendidikan, mengukur kinerja program K3 dan pendokumentasian yang memadai secara kontinu (Ervianto, 2009).

Penanggulangan kecelakaan dan penyakit akibat kerja hanya akan berhasil apabila:

1. Manajemen sungguh-sungguh menyadari bahwa akar dari setiap kecelakaan atau penyakit akibat kerja terletak pada manajemen.

2. Manajemen memberi wewenang penuh kepada manajer K3.

3. Kebijakan K3 yang ditetapkan.

4. Perlengkapan kebijkan K3 dimasyarakatkan kepada karyawan.

Pemahaman tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan kecelakaan dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi meningkat dengan meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan kecelakaan.

Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor:

05/MEN/1996 sebagai berikut:

1. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan perundangan (nonconformance) dikenai tindakan hukum.

(23)

2. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera perak.

3. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.

Ditinjau dari segi kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum menurut Permen PU Nomor: 09/PRT/2008 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Baik, bila mencapai hasil penilaian > 85%.

2. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%.

3. Kurang, bila mencapai hasil penilaian < 60%.

2.7 Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan

Prinsip dasar SMK3 yang terdapat dalam perundang-undangan dalam mengatur dan mendefenisikan mengenai K3 sudah ada sejak tahun 1970.

Perlindungan untuk setiap tenaga kerja terlihat dalam Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Sedangkan pada undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya berisi:

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Setelah peraturan SMK3 dalam undang-undang, maka dikeluarkan peraturan pelaksanaan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

(24)

Peraturan pelaksanaan ini ditujukan untuk kegiatan industri yang terdiri dari ayat (b), (c) dan (d) sebagai berikut:

1. Ayat (b) menyatakan bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Ayat (c) menyatakan bahwa dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan.

3. Ayat (d) menyatakan bahwa untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi demi tercapainya keamanan K3, maka ditetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman SMK3 kontruksi bidang Pekerjaan Umum. Dalam komitmen bersama antara kementrian tenaga kerja (Kemenaker) dan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang salah satu diantaranya syarat pekerjaan konstruksi itu adalah “mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi faktor kunci sukses penyelenggaraan konstruksi”. Dengan demikian penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia telah memasuki era baru yang pantas disambut lega oleh para pemerhati masalah keselamatan tenaga kerja konstruksi di Indonesia. Salah satu kendala yang mengganjal penerapan SMK3 pada proyek konstruksi adalah adanya anggapan bahwa penerapan SMK3 di sektor konstruksi memakan biaya tinggi dan pengusaha yang peduli keselamatan kerja para karyawannya jelas tidak akan mungkin jadi pemenang tender apabila memasukkan biaya K3 dalam dokumen penawarannya sebab tawarannya pasti bukanlah tawaran yang terendah. Namun karena adanya yang tertulis dalam Permen PUPR No. 05/PRT/M/2014 tersebut pada pasal 1 butir 10 yang berisi

“Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan untuk menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus diperhitungkan dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa”. Maka salah satu

(25)

kendala yaag ada telah terhapuskan karena semua peserta tender sudah diwajibkan memasukkan biaya penyelenggaraan K3 dalam dokumen.

2.8 Acuan Penerapan SMK3

Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor: 05/PRT/M/2014 tentang pedoman SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum tercantum elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sebagai berikut:

1. Berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Risiko K3 Konstruksi termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum batas akhir pemasukan penawaran

2. Menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran

3. Apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka:

(26)

a. Menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan yang akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau disebut Pre Construction Meeting (PCM)

b. Menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan yang mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3 Konstruksi untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi Bahaya K3 Rendah

4. Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari biaya umum;

5. Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Kegiatan pada akhir kegiatan

6. Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan

7. Menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK

8. Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai dengan RK3K

9. Mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga kerja selama kegiatan pekerjaan konstruksi

10. Melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang meliputi:

a. Tempat kerja b. Peralatan kerja c. Cara kerja

d. Alat pelindung kerja e. Alat pelindung diri f. Rambu-rambu

(27)

g. Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K

2.8.1 Komitmen dan Kebijakan K3

Pengurus dan pengusaha menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga mengeluarkan suatu kebijakan K3 demi memulai sebuah aturan terhadap pelaksanaan SMK3 di proyek konstruksi.

Kebijakan K3 suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasinal (Permenaker, 1996).

Adapun persyaratan kebijakan K3 yang diatur dalam permen Nomor:

05/PRT/M/2014 adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan.

2. Pimpinan Penyedia Jasa harus mengesahkan Kebijakan K3.

3. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Sesuai dengan sifat dan kategori resiko K3 bagi Penyedia Jasa.

b. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3.

c. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang- undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3.

d. Sebagai kerangka untuk menyusun dan mengkaji sasaran K3.

e. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.

f. Dikomunikasikan kepada semua personil yang bekerja di bawah pengendalian Penyedia Jasa agar peduli K3.

g. Dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan.

h. Dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan K3 masih relevan dan sesuai.

2.8.2 Perencanaan K3

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan

(28)

dapat diukur. Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya penilaian dan pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (Sastrohadiwiryo, 2003).

2.8.2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR)

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan produk, barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus diterapkan dan dipelihara prosedurnya sebagai berikut yang diatur dalam Permen Nomor: 05/PRT/M/2014 berikut:

1. Penyedia Jasa harus menetapkan Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

2. Prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya harus mempertimbangkan:

a. Mengakomodasi kegiatan rutin.

b. Mengakomodasi kegiatan non rutin.

c. Kegiatan semua orang yang memiliki akses di tempat kerja.

d. Perilaku manusia, kemampuan dan factor manusia lainnya.

e. Mengidentifkasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat

f. mempengaruhi kesehatan dan krselamatan personil di tempat kerja.

g. Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan kerja penyedia jasa.

h. Sarana dan prasarana, peralatan dan bahan di tempat kerja yang disediakan oleh penyedia jasa atau pihak lain.

i. Modifikasi pada SMK3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya pada operasi, proses dan kegiatannya.

(29)

j. Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan penilaian

k. Resiko dan penerapan dan pengendaliannya.

l. Desain lokasi kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan instruksi kerja termasuk penyesuaian terhadap kemampuan manusia.

3. Penyedia Jasa harus menerapkan prosedur untuk identifkasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

4. Penyedia Jasa harus memelihara prosedur untuk identifkasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

5. Penyedia Jasa harus mendokumentasikan dan menjaga rekaman hasil identifkasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

2.8.2.2 Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman pemenuhan perundangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja. (Sastrohadiwiryo, 2003).

Dalam hal ini, Penyedia Jasa wajib melaksanakan peraturan sebagaimana yang terdapat dalam permen Nomor: 05/PRT/M/2014 berikut:

1. Membuat prosedur K3 dimana bertujuan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.

2. Membuat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disingkat menjadi SMK3 sebagai bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

(30)

3. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan elektrikal serta jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu.

4. Memiliki Ahli K3 Kontruksi yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang.

5. Memiliki petugas K3 konstruksi yang merupakan kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang.

6. Harus dapat mengidentifikasi potensi bahaya atau kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja.

7. Memiliki peraturan penyakit akibat kerja dimana penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.

8. Menyusun tingkat Risiko K3 Konstruksi yang merupakan ukuran kemungkinan kerugian terhadap keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.

9. Mempunyai proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko.

10. Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan untuk menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang

(31)

harus diperhitungkan dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.

11. Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.

12. Monitoring dan Evaluasi K3 Konstruksi yang selanjutnya disingkat Monev K3 Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Penyelenggaraan K3 Konstruksi yang meliputi pengumpulan data, analisa, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan penerapan K3 Konstruksi.

13. Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang selanjutnya disingkat Pokja ULP adalah perangkat dari ULP yang berfungsi melaksanakan pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

14. Menteri dalam kegiatan pekerjaan umum adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

2.8.2.3 Sasaran dan Program K3

Penetapan sasaran dan program kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan wakil tenaga kerja, Ahli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait.

Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan. (Permenaker, 1996)

Sasaran dan program kebijakan K3 yang ditetapkan oleh perusahaan setidaknya harus memenuhi kualifikasi oleh Penyedia Jasa sebagaimana yang tercantum dalam permen Nomor: 05/PRT/M/2014 sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.

2. Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini agar SMK3 konstruksi Bidang PU dapat diterapkan secara konsisten untuk:

(32)

a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;

b. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;

c.menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk mendorong produktifitas.

3. Instansi di luar Kementerian Pekerjaan Umum dapat menggunakan pedoman ini.

2.8.3 Penerapan Kegiatan Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam mencapai tujuan K3 di Indonesia, perusahaan harus menerapkan SMK3 Konstruksi Bidang PU. Adapun SMK3 Konstruksi Bidang PU tersebut yang tercantum dalam PP. No. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 meliputi:

1. Penetapan Kebijakan K3 2. Perencanaan K3

3. Pengendalian Rencana K3

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

2.8.3.1 Penetapan Kebijakan K3

Dalam menyusun kebijakan K3, pengusaha paling sedikit harus:

1. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :

a. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

b. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik.

c. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.

d. Kompensasi dan gangguan serta penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan.

e. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

2. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus- menerus.

(33)

3. Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

Kebijakan K3 yang telah tertuang tersebut paling sedikit harus memuat:

1. Visi

2. Tujuan perusahaan

3. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan

4. Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional

2.8.3.2 Perencanaan K3

Perencanaan K3 dilakukan untuk menghasilkan rencana K3. Rencana K3 disusun dan ditetapkan dengan mengacu pada kebijakan K3 yang telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 PP. No. 50 tahun 2012.

Dalam menyusun rencana K3 pihak manajemen K3 harus mempertimbangkan:

1. Hasil penelaah awal

2. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko 3. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya 4. Sumber daya yang dimiliki

Rencana K3 juga harus memiliki:

1. Tujuan dan sasaran 2. Skala prioritas

3. Upaya pengendalian bahaya 4. Penetapan sumber daya 5. Jangka waktu pelaksanaan 6. Indikator pencapaian

7. Sistem pertanggungjawaban

Dalam melaksanakan rencana K3 harus didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasana, dan sarana. Sumber daya manusia yang dimaksud harus memiliki:

1. Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat.

(34)

2. Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.

Prasarana dan sarana yang dimaksud terdiri dari:

1. Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3 2. Anggaran yang memadai

3. Prosedur kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian 4. Instruksi kerja

2.8.3.3 Pengendalian Rencana K3

Sistim manajemen konstruksi yang melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3. Adapun kegiatan yang dimaksud meliputi:

1. Tindakan pengendalian

2. Perancangan dan rekayasa (design) 3. Prosedur dan instruksi kerja

4. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan 5. Pembelian atau pengadaan barang dan jasa 6. Produk akhir

7. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri 8. Rencana dan pemulihan keadaan darurat

Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksakan berdasarkan:

1. Identifikasi bahaya

2. Penilaian dan pengendalian risiko 3. Potensi bahaya

4. Investigasi

5. Analisa kecelakaan

Dalam melaksanakan kegiatan sistem manajemen K3 harus:

1. Menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan kewenangan di bidang K3

2. Melibatkan seluruh pekerja/buruh

3. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait

(35)

4. Membuat prosedur informasi: a. Harus menjamin bahwa informasi K3 dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan.

5. Membuat prosedur pelaporan yang meliputi : a. Terjadinya kecelakaan di tempat kerja

b. Ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan/atau standar

c. Kinerja K3

d. Identifikasi sumber bahaya

e. Yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan

6. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang meliputi:

a. Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3

b. Indikator kinerja K3 c. Izin kerja

d. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko e. Kegiatan pelatihan K3

f. Kegiatan inspeksi; kalibrasi, dan pemeliharaan g. Catatan pemantauan data

h. Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut i. Identifikasi produk termasuk komposisinya

j. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor k. Audit dan peninjauan ulang SMK3

2.8.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Dalam kegiatan konstruksi, pihak manajemen K3 wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3. Dalam arti yang sederhana, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 membantu perusahaan konstruksi mencapai kinerja pembangunan berkesinambungan yang baik dengan memastikan bahwa proses dan prosedur ada di tempat dan kegiatan penerapan sistem manajemen K3 sudah

(36)

sesuai perundang-undangan dan untuk memverifikasi bahwa proses-proses dan prosedur berfungsi secara efektif. Dalam arti luas, ini dapat melibatkan penelusuran kemajuan dari waktu ke waktu, menentukan apakah tujuan atau standar yang disepakati telah terpenuhi, dan memberikan tolok ukur (benchmarking) prosedur dan kinerja atas pembangunan konstruksi Gedung Rumah Sakit Tipe C Medan Labuhan.

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan melalui:

1. Pemeriksaan 2. Pengujian 3. Pengukuran

4. Audit internal SMK3

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 harus dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten. Apabila pihak manajemen tidak memiliki sumber daya manusia yang kompeten maka pihak manajemen dapat menggunakan jasa pihak luar. Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar tersebut harus dilaporkan ke pihak manajemen agar pihak manajemen dapat mengetahui kinerja K3 konstruksi yang sedang dilaksanakan sehingga apabila terdapat kekurangan maka kekurangan tersebut bisa segera diperbaiki. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 harus dilakukan sesuai perundang-undangan yang berlaku.

2.8.3.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

OHSAS (Occupational Health and Safety Assestment Series)-18001 merupakan standar internasional untuk penerapan SMK3. Komponen utama standar OHSAS 18001 dalam penerapannya terhadap SMK3 di perusahaan meliputi:

1. Adanya komitmen perusahaan tentang K3

2. Adanya perencanaan tentang program-program K3 3. Operasi dan implementasi K3

4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan K3 di perusahaan

5. Pengkajian manajemen perusahaan tentang kebijakan K3 untuk pelaksanaan berkesinambungan

Gambar

Tabel 3.1 Variabel Penelitian  No  Nomor  Variabel  Variabel  1  X1  Performance  2 X2  Kesehatan  Pekerja  3  X3  Keselamatan Kerja  4 X4  Fasilitas/Pekerjaan  5  X5  Lingkungan  3.8    Instrumen Penelitian
Tabel 4.1 Profil Responden
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas   Item pertanyaan  r- hitung validitas
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan percepatan pertumbuhan pada tulang tibia dan femur dimungkinkan pada umur 3 minggu karena bobot ayam broiler semakin meningkat sehingga mengakibatkan broiler

Kondisi ini bisa muncul jika kurang benar dalam merawatnya,seperti kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila saat pemotongan tali pusat bayi menggunakan

Hasil yang dicapai dari kegiatan pembersihan bak aerasi adalah pengurasan bak aerasi dari adanya penumpukan lumpur yang terbawa limbah cair akibat dari tidak

Jika wanita itu perempuan bikr (perawan), dia harus bisa menunjukkan bukti pendarahannya sebagai bukti bahwa dia telah diperkosa untuk bisa dibebaskan dari hukuman hadd.

Tujuan akhir dari pendampingan berbasis among ini adalah (1) model yang good and fit, (2) model efektif, (3) trend perilaku tenant dalam peningkatan mental wirausaha, (4) uji

Untuk mengatasi dua permasalahan di atas yaitu penumpukan pengajuan pinjaman yang seharusnya segera direalisasi pemilik koperasi dan penilaian pinjaman yang

Achmad Baihaqi: Teknik Aplikasi Trichoderma Sp... b) Jumlah daun, penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah membuka sempurna di tiap tanaman

Hal ini berarti bahwa awal waktu Asar dimulai ketika bayangan Matahari sama dengan benda tegaknya, artinya apabila pada saat Matahari berkulminasi atas membuat bayangan