• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikatur dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implikatur dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKATUR DALAM IKLAN OPERATOR SELULAR

BERBAHASA INDONESIA PADA MEDIA TELEVISI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Mikael Jati Kurniawan

091224081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

IMPLIKATUR DALAM IKLAN OPERATOR SELULAR

BERBAHASA INDONESIA PADA MEDIA TELEVISI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Mikael Jati Kurniawan

091224081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

ii

SKRIPSI

IMPLIKATUR DALAM IKLAN OPERATOR SELULAR

BERBAHASA INDONESIA PADA MEDIA TELEVISI

Oleh:

Mikael Jati Kurniawan

091224081

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Dr. Y. Karmin, M.Pd. Tanggal 26 Juli 2013

Pembimbing II

(4)

iii

SKRIPSI

IMPLIKATUR DALAM IKLAN OPERATOR SELULAR

BERBAHASA INDONESIA PADA MEDIA TELEVISI

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Mikael Jati Kurniawan

NIM: 091224081

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 31 Juli 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih ……….. Sekretaris : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ………..

Anggota : Dr. Y. Karmin, M.Pd. ………..

Anggota : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ……….. Anggota : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ………..

Yogyakarta, 31 Juli 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Tuhan Yang Maha Esa,

orang tua, Maria Sri Sulasmi dan Agustinus Kuncoro, kakak, Irene Rikardasari,

teman setia, Anastasia Rindi Andhika,

(6)

v

MOTTO

“ Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;

carilah, maka kamu akan

mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap

orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari,

mendapat dan setiap orang yang

mengetok, baginya pintu dibukakan.”

(Mat 7:7-8)

“Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal dalam Tugas”

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Mikael Jati Kurniawan

Nomor Mahasiswa : 091224081

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:

IMPLIKATUR DALAM IKLAN OPERATOR SELULAR

BERBAHASA INDONESIA PADA MEDIA TELEVISI

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 31 Juli 2013 Yang menyatakan,

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implikatur Dalam Iklan Operator Selular Berbahasa Indonesia pada Media Televisi” dengan baik dan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Penelitian ini pun selesai berkat dukungan dari berbgai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi PBSID, dan Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi PBSID, Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan masukan bagi penulis.

3. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan saran, motivasi, dan kritik bagi penulis.

4. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi PBSID yang turut membantu kelancaran skripsi ini.

5. Segenap dosen PBSID yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

6. Kedua orang tua penulis, Agustinus Kuncoro dan Maria Sri Sulasmi yang selalu memberikan motivasi dan dukungan doa bagi penulis agar dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik dan lancar.

7. Kakak penulis, Irine Rikardasari yang selalu memberikan dukungan semangat selama proses penyusunan skripsi ini.

(10)

ix

9. Para sahabat PBSID seperjuangan, Ambrosius Bambang Sumarwanto, Dedi Setyo Herutomo, Nuridang Fitra Nagara, Ade Henta, Valentina Tris Marwati, Clara Dhika Ninda Natalia, Katarina Yulita Simanulang, Agatha Wahyu Wigati, Rosalina Anik Setyorini, Chatarina Erni, Cicillia Verlid Warasinta, Christiana Tri Jatuningsih, Aurelia Rani Wijayanti, Natalia Staffiany Devytasari, Reinardus Aldo Agassi, Igantius Satrio, Romo Eduardus Sateng Tanis, dan Theresia Banik Putriana terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan yang indah selama ini. 10.Sahabat kos Angka Delapan, Leonardus Okta S. dan Saji Prayogo, yang telah

menemani sepanjang waktu dan berjuang bersama dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11.Para sahabat Wadah Arek Garum, Anthonius Wahyu, Yohanes Januadi, dan Romanska terimakasih atas segala penghiburan dan peneguhan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belumlah sempurna. Walaupun demikian, penelitian ini berguna dan menjadi inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis

(11)

x

ABSTRAK

Kurniawan, Mikael Jati. 2013. Implikatur dalam Iklan Operator Selular Berbahasa Indonesia pada Media Televisi. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis dan fungsi implikatur percakapan yang terdapat dalam iklan operator selular. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah adanya keinginan peneliti untuk mengungkapkan maksud-maksud tersirat dalam sebuah percakapan, khususnya percakapan antarpenutur dalam iklan operator selular. Sumber data penelitian ini dari iklan telepon selular berbahasa Indonesia yang disiarkan pada media televisi. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif.

Data penelitian ini dikumpulkan berdasarkan hasil penyimakan pada media televisi yang dilakukan oleh peneliti. Data yang diteliti dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan lisan yang telah ditranskrip dalam bentuk tulisan. Data tersebut secara berturut-turut diidentifikasi, diklasifikasi, dan dideskripsikan berdasarkan teori pragmatik. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, ialah (1) terdapat tiga jenis implikatur yang terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; (2) fungsi implikatur percakapan yang terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi adalah untuk mengajak dan menyuruh para pemirsa televisi supaya membeli dan mengkonsumsi produk operator seluler. Fungsi implikatur dalam penelitian ini terdapat pada bentuk kalimat yang memiliki nilai deklaratif, nilai interogatif, dan nilai imperatif.

(12)

xi ABSTRACT

Kurniawan, Mikael Jati. 2013. The Implicature of The Cellular Phone Advertisement Using Indonesian Language in Television.Thesis. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University.

This research aimed to describe the categories and the functions of the implicature of the conversation in the cellular phone advertisement. The research background was the reseracher’s willingness to reveal the implicit purposes of a conversation, specifically the conversation among the characters in the cellular phone advertisement. The data of this research were gained from the cellular phone advertisement using Indonesian language which were broadcasted in the television. This research was qualitative descriptive research.

The data of this research were collected based on the scrutiny results in television which was done by the researcher. The data researched in this research were the spoken utterances which had been transcribed in the written forms. The data were continuously identified, clasified, and described based on the pragmatics theory. The results were found in this research were (1) there are three types of implicature in the cellular phone advertisement using Indonesian language in television, i.e. the implicature of general conversation, the implicature of specific conversation, and the implicature of the conversation which has scale; (2) the functions of the implicature of the conversation in the cellular phone advertisement using Indonesian language in television were to persuade and influence the television viewers to buy and consume the cellular phone products. The function of the implicature in this research was in the structure of the sentences which have declarative value, interrogative value, and imperative value.

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN SUSUNAN PANITIA PENGUJI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8

B. Kajian Teori ... 10

1. Pragmatik ... 10

(14)

xiii

f. Ketidaksantuan Berbahasa ... 20

3. Konteks ... 21

4. Implikatur Percakapan ... 23

5. Prinsip Kerja Sama ... 26

6. Fungsi Implikatur ... 29

7. Kalimat Berdasarkan Fungsi Komunikatifnya ... 29

8. Iklan ... 31

9. Klasifikasi iklan ... 34

10.Media Televisi ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A.Jenis Penelitian ... 39

(15)

xiv

4. Fungsi Implikatur ... 58

C. Pembahasan ... 64

1. Jenis Implikatur ... 64

2. Fungsi Implikatur ... 71

BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(16)

xv

Daftar Lampiran

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kebutuhan manusia akan komunikasi semakin besar. Kondisi yang demikian, memunculkan peranti-peranti komunikasi canggih dengan berbagai aplikasi untuk mempermudah komunikasi antarsesama manusia. Pameo berbahasa Inggris “One Click, Open The World” (artinya: dengan cukup sekali “klik”, manusia dapat terhubung dengan berbagai hal di seluruh dunia), tampaknya sangat relevan dalam kondisi ini. Kebutuhan akan hal ini dimanfaatkan oleh para pengembang untuk menciptakan alat komunikasi dengan kualitas terbaik. Salah satu peranti atau alat komunikasi canggih saat ini adalah telepon selular (ponsel).

(18)

Iklan merupakan bagian dari proses pemasaran suatu produk barang atau jasa. Melalui iklan yang menarik, orang akan tertarik untuk membeli produk jasa operator selular. Dewasa ini perkembangan iklan tidak lagi menonjolkan pada sisi grafis, melainkan permainan kata dengan menggunakan diksi-diksi yang mudah diingat dan sesuai dengan keseharian calon konsumen. Dengan kata lain, penggunaan bahasa pada iklan sangat menentukan persuasi dan promosi produk jasa operator selular.

Salah satu media penyiaran iklan yang paling banyak adalah televisi. Hampir seluruh masyarakat Indonesia menyaksikan siaran televisi. Acara-acara televisi pun beragam sesuai dengan usia, hobi, dan kepentingan. Program acara yang terkenal pasti akan menyedot banyak pemasang iklan untuk masuk dalam sesi jeda tayangan. Produk operator selular ini merupakan produk yang dibutuhkan oleh siapa pun, sehingga kemunculan iklan operator selular hampir ada pada setiap acara di sebagian besar stasiun televisi.

(19)

kesalahpahaman pesan yang dimaksudkan dalam komunikasi antarpenutur dan pemirsa televisi.

Iklan operator selular kini tidak hanya memaparkan produk secara satu arah kepada pemirsa televisi, tetapi juga menampilkan realitas keseharian masyarakat yang di dalamnya banyak proses percakapan. Percakapan antartokoh kadang memiliki makna yang tersirat dalam rangka memasarkan produk. Pada lingkup yang seperti inilah ilmu pragmatik, khususnya implikatur percakapan, dipakai untuk menjelaskan makna-makna tersirat.

Implikatur sebagai cabang dari ilmu pragmatik dapat dipakai untuk menelaah bahasa iklan. Teori implikatur mempersoalkan ungkapan yang tersirat di balik yang tersurat. Levinson (via Nadar, 2009: 61) mengemukakan bahwa implikatur merupakan gagasan terpenting dalam kajian pragmatik. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Nababan (1987: 28), bahwa konsep yang paling penting dalam ilmu pragmatik adalah implikatur percakapan. Implikatur menjadi bagian yang utama dalam proses pengkajian percakapan-percakapan yang terdapat dalam bahasa iklan.

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Jenis-jenis implikatur percakapan apa sajakah yang terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi?

2. Apa sajakah fungsi implikatur percakapan yang terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah seperti di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut.

1. Bagi pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

a. Menambah wawasan pembaca tentang pragmatik dan implikatur percakapan melalui teori-teori yang dipakai.

b. Mempermudah pemakaian bahasa dan menjalin kerja sama dalam berkomunikasi.

2. Bagi media massa dan produsen iklan

a. Memberikan rekomendasi pada bidang jurnalistik mengenai deskripsi implikatur percakapan sebagai bahasa iklan media massa. b. Memberikan rekomendasi bagi pengelola dan produsen iklan dari sisi kebahasaan, sehingga dapat memaksimalkan strategi komunikasi pemasaran.

3. Bagi peneliti lain yang relevan

a. Menambah referensi melalui teori-teori yang telah dipakai.

(22)

E. Batasan Istilah

1) Pragmatik

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996:1).

2) Implikatur

Implikatur adalah apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harafiah (Brown dan Yule, dalam Abdul Rani, 2006:170).

3) Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan adalah hubungan atau keterkaitan antar tuturan penutur dengan mitra tutur yang maknanya tidak terungkap secara literal pada tuturan itu sendiri (Purwo, 1990:20).

4) Fungsi Implikatur

Implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering terdapat

antara “apa yang diucapkan” dan “apa yang diimplikasi” (Nababan,

1987:28) 5) Iklan

(23)

6) Media

Kata media berasal dari bahasa latin, yakni medius yang secara harafiah

berarti “tengah”, pengantar atau perantara. (Munadhi, 2008: 6) Media

merupakan pengantar yang menghubungkan suatu hal dari satu sisi ke sisi yang lainnya.

7) Televisi

Sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:1162)

F. Sistematika Penyajian

(24)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai implikatur pernah dilakukan oleh Yuliani (2009) dalam skripsi berjudul Implikatur dan Penanda Lingual Kesantunan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) berbahasa Indonesia di Media Luar Ruang

(Outdoor media). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada empat

jenis implikatur dan tujuh jenis penanda lingual kesantunan dalam Iklan Layanan Masyarakat. Empat jenis implikatur tersebut yaitu, tindak tutur langsung, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Sedangkan tujuh jenis penanda lingual yaitu, partikel -lah, pilihan kata berkonotasi positif, pilihan kata denotasi bermakna halus, konjungsi (demi, untuk) yang menyatakan alasan kuat/ tujuan baik, interjeksi (kesyukur-an, peringatan, ajakan), gaya bahasa (epizeuksis, anafora, asonansi, aliterasi, personifikasi, hiperbola), pengungkapan kalimat imperatif secara langsung, dan pilihan kata denotasi yang bermakna kasar.

Windarti (2011) dalam skripsinya yang berjudul Implikatur dalam Pemakaian Bahasa Iklan Jenis Makanan di Televisi menemukan tiga jenis

(25)

literal, dan tindak tutur langsung tidak literal; dan lima macam ilokusi yakni meyakinkan, mempengaruhi, membujuk, menyindir, dan memerintah.

Penelitian mengenai implikatur juga pernah dilakukan oleh Susanti (2011) dalam skripsinya yang berjudul Pemanfaatan Daya Diksi dan Daya Implikatur Dalam Kartun Oom Pasikom. Penelitian tersebut menemukan

daya bahasa dalam diksi dan implikatur tuturan kartun yakni mengkritik, memihak, mendobrak, dan mengejek. Daya kritik disampaikan secara tidak langsung dengan memanfaatkan gaya bahasa berupa ironi, sarkasme, dan retoris. Daya dobrak disampaikan dengan menggunakan majas totem pro parte dan ironi. Sedangkan daya ejek, disampaikan dengan memanfaatkan

gaya bahasa totem pro parte dan humor sarkastis untuk memperkuat daya bahasanya.

(26)

B. Kajian Teori

Penelitian ini merupakan penelitian linguistik pragmatik yang mengkaji tuturan percakapan iklan di media televisi. Ada pun kajian ilmu pragmatik yaitu, dieksis, tindak ujar, praanggapan, dan implikatur. Kajian teori ini memaparkan tentang pengertian pragmatik dan fenomena pragmatik sebagai ilmu dasar untuk mengkaji penelitian ini. Teori implikatur dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui maksud tersirat dan untuk mengetahui fungsi implikatur dari percakapan tersebut. Paparan mengenai teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pragmatik

(27)

pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian atau penggunaan bahasa yang pada dasarnya selalu ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat dan kebudayaan yang melatarbelakanginya.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, pragmatik dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu linguistik yang secara khusus mengkaji makna tuturan antara penutur dan mitra tutur yang dilandasi konteks tuturan. Hal ini dipahami supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam sebuah percakapan.

2. Fenomena Pragmatik

Dalam ilmu pragmatik terdapat enam fenomena pragmatik, yaitu implikatur, tindak tutur, praanggapan, deiksis, kesantunan dan ketidaksantunan. Keenam kajian pragmatik tersebut dipaparkan sebagai berikut.

a. Implikatur

Menurut Mey (dalam Nadar, 2009: 60) implikatur “implicature

berasal dari kata kerja to imply sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa latin plicare yang berarti

to fold “melipat” sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau disimpan

haruslah dilakukan dengan cara membuka. Secara praktis, implikatur merupakan sesuatu yang tersirat di balik yang tersurat.

(28)

menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Implikatur merupakan contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan daripada yang dikatakan (Yule, 1996: 62)

Grice (1975) mengemukakan bahwa implikatur terdiri dari 2 jenis yaitu implikatur konvensional dan implikatur percakapan (Rani, 2006: 171). Implikatur konvensioal adalah implikasi atau pengertian yang bersifat umum dan konvensial. Semua orang pada umumnya telah mengetahui dan memahami maksud atau implikasi suatu hal tertentu. Hal yang serupa diungkapkan Rani (2006: 171) bahwa implikatur konvensional merupakan implikatur yang ditentukan oleh “arti konvensional kata-kata yang dipakai”. Implikatur jenis ini memiliki konteks yang nontemporer, karena bentuk suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena makna “yang tahan lama” dan sudah

diketahui secara umum.

Berbeda dengan implikatur konvensional, implikatur pecakapan merupakan implikatur yang memiliki lingkup konteks komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Menurut Nababan (1987: 39) ciri-ciri implikatur percakapan adalah sebagai berikut.

(29)

2) Biasanya tidak ada cara yang lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan.

3) Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu akan arti konvensional dari kalimat yang dipakai. Oleh karena itu, isi suatu implikatur percakapan tidak termasuk dalam arti suatu kalimat yang dipakai tersebut.

4) Kebenaran suatu implikatur bukanlah tergantung pada apa yang dikatakan (apa yang dikatakan bisa benar, tetapi apa yang diimplikasikan bisa salah). Oleh karena itu, implikatur itu tidak didasarkan atas apa yang dikatakan tetapi atas tindakan mengatakan yang dikatakan tersebut.

b. Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan salah satu bagian dari ilmu pragmatik. Tindak tutur bisa dilihat dari suatu kalimat di mana seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat itu. Di dalam kalimat itu juga menyiratkan sesuatu (Purwo, 1990: 19). Di dalam ilmu pragmatik, ada tiga bagian tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Penjelasan mengenai ketiga jenis tindak tutur sebagai berikut.

(30)

Dalam tindak lokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur.

2) Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Penutur menginginkan si mitra tutur melakukan tindakan tertentu yang bekaitan dengan sesuatu yang dirasakannya. Tindak ilokusi ini menunjukkan fungsi ujaran atau tuturan, biasanya berkaitan dengan bentuk-bentuk kalimat.

3) Perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh kepada diri si mitra tutur.

Contoh:

Iklan operator XL

P1 : “Bonusnya minum aja deh... spageti aja deh... chicken wing... ini juga ya.. ini juga ya...”

P2 : “Mau yang banyak bonusnya?”

P3 : “Isi pulsa XL aja! Isi pulsa langsung bonus gratis pulsa! Bonus langsung hingga 100rb rupiah” Iklan operator XL di atas memiliki lokusi berupa sebuah kalimat imperatif. Ilokusinya adalah iklan berusaha menyuruh pemirsa pemirsa memelalui tuturan “Isi pulsa XL aja! Isi pulsa langsung bonus gratis pulsa! Bonus langsung hingga 100rb rupiah”. Perlokusi dalam iklan XL ini adalah pemirsa tertarik,

(31)

c. Praanggapan

Praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan (Yule, 2006:43-52). Dalam proses percakapan atau berkomunikasi seringkali seorang penutur menganggap informasi yang sekaligus merupakan pesan sudah diketahui oleh mitra tutur. Oleh penutur, anggapan tersebut disampaikan kepada mitra tutur meskipun tidak dikatakan secara langsung. Dapat dikatakan bahwa praanggapan berada dalam pikiran seseorang.

Terdapat 6 jenis presupposisi, yaitu presupposisi faktif, presupposisi non-faktif, presupposisi struktural, presupposisi eksistensial, presupposisi konterfaktual, dan presupposisi leksikal. Keenam presupposisi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Presupposisi Faktif

Presupposisi faktif adalah praanggapan di mana informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan.

Contoh:

“Dia tidak menyadari jika dia sakit.” Praanggapan tuturan

tersebut adalah bahwa dia sakit. 2. Presupposisi Non-faktif

(32)

Contoh:

“Saya bermimpi bahwa saya bekerja di Belanda”.

Praanggapan tuturan tersebut adalah bahwa saya hanya bermimpi (tidak nyata).

3. Presupposisi Struktural

Presupposisi struktural mengacu pada struktur kalimat tertentu. Hal ini tampak dalam kalimat tanya, secara konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya “kapan dan

di mana”

Contoh:

“Kapan dia berangkat?”. Praanggapan tuturan tersebut

adalah bahwa dia berangkat. 4. Presupposisi Eksistensial

Presupposisi eksistensial merupakan praanggapan yang menunjukkan keberadaan atau eksistensi referen yang diungkapkan dengan kata yang definitif.

Contoh:

“Di mana kamu membeli sepeda?”. Praanggapan tuturan

tersebut adalah bahwa kamu membeli sepeda. 5. Presupposisi Konterfaktual

(33)

Contoh:

“Andai anda memakai operator Telkomsel, anda akan

mendapatkan banyak sinyal telepon di seluruh nusantara”. Praanggapan tuturan tersebut adalah bahwa anda bukan pengguna operator Telkomsel.

6. Presupposisi Leksikal

Presupposisi leksikal dapat dipahami sebagai bentuk praanggapan di mana makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lain dipahami.

Contoh:

“Dia berhenti merokok”. Praanggapan tuturan tersebut adalah

bahwa dahulu dia adalah seorang perokok atau sering merokok.

d. Deiksis

Deiksis merupakan hal penunjukan secara langsung menggunakan kata ganti sesuai referen yang dimaksud penutur. Yule (1996) dalam bukunya Pragmatics yang diterjemahkan oleh Wahyuni (2006:13) dengan judul Pragmatik berusaha memberi gambaran, ketika seseorang menunjuk objek asing dan bertanya, “Apa itu?”, maka orang tersebut menggunakan ungkapan deiksis (“itu”) untuk menunjuk sesuatu

(34)

konteks, maksud penutur, dan ungkapan-ungkapan itu mengungkapkan jarak hubungan. Diberikannya ukuran kecil dan rentangan yang sangat luas dari kemungkinan pemakainya, ungkapan-ungkapan deiksis selalu menyampaikan lebih banyak hal daripada yang diucapkan (Yule, 2006:26).

Macam-macam deiksis yaitu, deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, dan deiksis wacana. Deiksis persona ditandai dengan kata ganti orang, misalnya aku, engkau, kamu, anda, ia, dia, dan beliau. Semua kata ganti orang merupakan deiksis persona. Deiksis ruang merupakan ungkapan-ungkapan yang menunjukkan suatu tempat, misalnya kata „itu‟ dan „ini‟. Sedangkan deiksis waktu menggunakan leksem yang mengungkapkan pengertian waktu, seperti kata „depan‟,

„belakang‟, „panjang‟, dan „pendek‟ yang dipakai dalam pengertian

waktu dan memberikan kesan seolah-olah waktu merupakan hal yang akan diungkapkan. Contohnya, “Nama-nama pemenang akan diumumkan minggu minggu depan”. Lain halnya, dengan deiksis wacana yang ditandai dengan kata „ialah‟, „yaitu‟, „sebagai berikut‟, dan „tersebut di atas‟.

e. Kesantunan Berbahasa

(35)

benar, juga diperlukan kesantunan dalam berbahasa. Menurut Pranowo (2009:4) Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur/penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pranowo (2009:76-79) menyampaikan dua aspek penentu kesantunan, yaitu aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi aspek intonasi (keras lembutnya intonasi ketika seseorang berbicara), aspek nada bicara (berkaitan dengan suasana emosi penutur: nada resmi, nada bercanda atau bergurau, nada mengejek, nada menyindir), faktor pilihan kata, dan faktor struktur kalimat. Sedangkan aspek nonkebahasaan berupa pranata sosial budaya masyarakat (misalnya aturan anak kecil yang harus selalu hormat kepada orang yang lebih tua), pranata adat (seperti jarak bicara antara penutur dengan mitra tutur).

(36)

f. Ketidaksantunan Berbahasa

Ketidaksantuan merupakan fenomena baru dalam ilmu pragmatik. Hal ini dipandang sebagai dampak realitas di mana masyarakat seringkali mengesampingkan penggunaan bahasa yang santun dalam berkomunikasi. Dapat dikatakan bahwa ketidaksantunan merupakan penggunaan bahasa yang tidak baik, melanggar tatakrama, dan kerapkali menyinggung perasaan orang lain.

(37)

3. Konteks

Konteks memiliki peran penting dalam ilmu pragmatik karena pada dasarnya pragmatik terikat pada konteks tuturan. Konteks merupakan hal-hal seperti siapa yang diajak berbicara dan dalam situasi yang bagaimana kalimat yang bersangkutan diucapkan (Purwo, 1990: 23). Sedangkan Rahardi (2003:20) mengatakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama

oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur.

Kridalaksana (1993:120) berpendapat bahwa faktor-faktor yang berkaitan dengan konteks komunikasi adalah mitra tutur, situasi, tujuan, dan tempat tuturan. Hal yang senada diungkapkan oleh Leech (via Wijana, 1996:10-13) bahwa aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam kajian pragmatik, yaitu penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tujuan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut sebagai berikut.

1) Penutur dan lawan tutur

(38)

2) Konteks tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

3) Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Di dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities). Ada perbedaan yang mendasar antara pandangan pragmatik yang bersifat fungsional dengan pandangan gramatika yang bersifat formal. Dalam pandangan yang bersifat formal, setiap bentuk lingual yang berbeda tentu memiliki makna yang berbeda.

4) Tujuan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

(39)

5) Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh, kalimat Apakah rambutmu tidak terlalu panjang? dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada perbedaan mendasar antara kalimat (sentence) dengan tuturan (utturance). Kalimat adalah entitas gramatikal sebagai hasil kebahasaan yang diidentifikasikan lewat penggunaannya dalam situasi tertentu.

4. Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan terdiri dari tiga jenis yaitu, implikatur percakapan khusus, implikatur percakapan umum, dan implikatur percakapan berskala. Penjelasan mengenai jenis-jenis implikatur percakapan sebagai berikut.

(40)

Contoh:

Mahasiswi : Saya berapa bu?

Penjual nasi : kamu gratis, like this ya?

(konteks: mahasiswi dan penjual nasi tersebut merupakan teman akrab di Facebook)

Pada contoh di atas mengimplikasikan bahwa mahasiswi tersebut tidak perlu membayar biaya makan di penjual nasi tetapi harus memberikan “like” pada akun Facebook penjual nasi.

Percakapan tersebut juga mengimplikasikan agar pertemanan di Facebook tetap akrab. Tuturan tersebut merupakan implikatur

percakapan khusus. Hal ini ditunjukkan dengan kata “like this” yang

merupakan konteks dan latarbelakang khusus yang hanya diketahui oleh kedua tokoh tersebut.

(41)

Contoh :

Supir : Pake apa tad?? Hape ustad ga abis Pulsanya...

Ustad : Kan pake XL sensasi!

(konteks: Tokoh supir heran karena tokoh ustad telepon lama tetapi pulsanya tidak bahis)

Pada contoh tersebut implikatur secara sekilas dapat ditangkap tanpa harus mengetahui konteks tuturan antarpenutur. Implikatur tersebut ingin mengungkapkan bahwa operator XL adalah produk yang irit biaya pulsa.

3) Implikatur percakapan berskala merupakan bagian dari implikatur percakapan umum yang mengungkapkan kuantitas atau skala nilai. Ciri-ciri untuk mengenali implikatur percakapan berskala dapat ditandai dengan kata misalnya, beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, sering, kadang-kadang, selalu. Namun, berbeda dengan implikatur percakapan khusus dan implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala tidak selalu melanggar maksim.

Contoh :

Ayah : Banyak yang ngira kita ini kakak adik. Anak : Ini bokap gue

Ayah : Dia takut banget ngenalin gue ke temen-temen ceweknya..

banyak yang naksir

(konteks: wajah anak dan ayahnya mirip)

(42)

memfokuskan pada kata „banyak‟. Kata „banyak‟ menyatakan kuantitas „lebih‟ daripada tokoh anak.

Implikatur percakapan secara umum tentu juga membutuhkan konteks dalam tuturannya. Konteks yang dimaksud adalah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan mitra tutur yang membantu untuk menafsirkan makna tuturan (Leech, 1993:20). Purwo (1990:23) menyatakan bahwa konteks merupakan perihal seperti siapa yang diajak berbicara, dalam situasi yang bagaimana kalimat yang bersangkutan diucapkan.

5. Prinsip Kerja Sama

Cummings (2007:18) berpendapat bahwa sejumlah implikatur percakapan dengan sengaja melanggar maksim, ternyata dalam penelitian ini implikatur percakapan umum dengan sengaja melanggar maksim kuantitas, relevansi, dan cara. Grice (1975) menawarkan prinsip kerja sama supaya terealisasi dalam berbagai kaidah percakapan. Prinsip Kerja Sama Grice (dalam Rahardi, 2005:53-59):

1) Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity)

(43)

2) Maksim Kualitas (The Maxim of Quality)

Pada maksim ini, penutur diharapkan mampu menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya yang didukung dengan bukti-bukti yang jelas.

3) Maksim Relevansi (The Maxim of Relevance)

Di dalam maksim relevansi, dinyatakan supaya terjadi kerjasama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang diujarkankan.

4) Maksim cara (The Maxim of Manner)

Maksim pelaksanaan ini mengharuskan peserta bertutur secara langsung, jelas, dan tidak ambigu.

Menurut Leech, Prinsip kerja sama Grice harus berkomplemen (tidak hanya sekedar ditambah) dengan prinsip sopan santun agar prinsip kerja sama terselamatkan dari kesulitan menjelaskan antara makna dan daya (Rani, 2006:172). Leech (dalam Rahardi, 2003: 41-56) melengkapi pendapat Grice dengan mengungkapkan 6 maksim kesantunan berbahasa. Keenam maksim tersebut adalah sebagai berikut.

 Maksim Kebijaksanaan: pada prinsip ini penutur dan mitra tutur

(44)

 Maksim kedermawanan: maksim ini sama dengan maksim

kemurahan hati. Dalam posisi ini penutur diharapkan akan menghormati orang lain dengan baik. Penghormatan terhadap orang lain akan dapat terjadi apabilaorang dapat mengurangi kadar keuntungan pada dirinya sendiri, dan memaksimalkan keuntungan pada pihak lain.

 Maksim Penghargaan: dalam prakter tuturan ini peserta tuturan

selalu berusaha untuk memberikan penghargaan dan penghormatan kepada pihak lain secara optimal.

 Maksim Kesederhaan: peserta tutur diharapkan bersikap rendah

hati dengan cara mengurangi pujian atau penghormatan terhadap terhadap dirinya sendiri dan memaksimalkan penghormatan kepada orang lain.

 Maksim Pemufakatan: maksim ini disebut juga dengan maksim

kecocokan. Penutur dan mitra tutur diharapkan saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.

 Maksim Simpati: pada maksim ini peserta tutur selalu

(45)

6. Fungsi Implikatur

Implikatur memiliki kegunaan dalam proses berkomunikasi. Levinson (via Rani, 2006:173) menjabarkan empat faedah/fungsi konsep implikatur dalam tuturan sebagai berikut.

1) Implikatur dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik.

2) Implikatur dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa.

3) Implikatur dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama.

4) Impikatur dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, justru berlawanan (seperti metafora).

Lebih singkat dijelaskan oleh Rani (2006:178), bahwa masyarakat bahasa sering menggunakan implikatur percakapan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk memperhalus proposisi yang diujarkan dan dalam rangka menyelamatkan muka (saving face).

7. Kalimat Bedasarkan Fungsi Komunikatifnya

(46)

bukunya yang bejudul Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, mengemukakan bahwa kalimat berdasarkan nilai komunikatifnya dapat diklasifikasikan menjadi lima macam, yakni kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif), kalimat tanya (interogatif), kalimat seruan (eksklamatif), dan kalimat penegas (empatik). Fungsi-fungsi komunikatif ini dijabarkan sebagai berikut.

a. Kalimat deklaratif

Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Sesuatu yang diberitakan kepada mitra tutur itu, lazimnya, merupakan pengungkapan suatu peristiwa atau suatu kejadian.

b. Kalimat interogatif

Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada si mitra tutur. Dengan perkataan lain, apabila seorang penutur bermaksud mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau suatu keadaan, penutur akan bertutur dengan menggunakan kalimat interogatif kepada mitra tutur.

c. Kalimat imperatif

(47)

imperatif terdiri dari lima macam, yaitu kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif pemberian ijin, kalimat imperatif ajakan, dan kalimat imperatif suruhan.

d. Kalimat eksklamatif

Kalimat eksklamatif adalah kalimat yang dimaksudkan untuk menyatakan rasa kagum. Karena kalimat eksklamatif menggambarkan suatu keadaan yang mengundang kekaguman, biasanya, kalimat ini disusun dari kalminat deklaratif yang berpredikat adjektiva.

e. Kalimat empatik

Kalimat empatik adalah kalimat yang di dalamnya terkandung maksud memberikan penekanan khusus. Dalam bahasa Indonesia, penekanan khusus itu, biasanya, dikenakan pada bagian subjek kalimat. Penekanan khusus itu dapat dilakukan dengan cara menambah informasi lebih lanjut tentang subjek itu.

8. Iklan

(48)

gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Pengertian tersebut mempunyai dua makna yaitu dipandang sebagai alat pemasaran dan iklan sebagai proses komunikasi yang bersifat persuasif. Hal ini mengindikasikan suatu bentuk paparan yang dimaksudkan untuk mempromosikan produk atau jasa tertentu.

Pengertian mengenai iklan dipertegas oleh Dunn dan Barban (via Widyatama, 2005) yang berpendapat bahwa iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non-personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang pakainya untuk menyampaikan pedan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga komersial, maupun pribadi yang berkepentingan.

Iklan menjadi wacana yang bermuatan ideologis yang membentuk kebiasaan budaya dan perilaku individu. Bahasa iklan cenderung mempengaruhi penggunaan bahasa setiap orang, bahkan ada yang kritis terhadapnya. Twitchel (2000) berpendapat bahwa bahasa tentang bahasa barang dan jasa sudah banyak menggantikan bahasa tentang subyek lainnya (Danesi, 2010: 226).

(49)

menarik perhatian masyarakat. Kata yang dipilih juga mengungkapkan perasaan, sikap, dan gagasanyang ada dalam pikiran.

Kedua, merk dagang dapat berarti denotatif dan konotatif ketika suatu merek ditujukan untuk menamai sebuah produk, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan agar dapat menciptakan makna tertentu. Nama perlu dicantumkan tidak hanya label atau identitas produk saja, tetapi bagaimana agar dapat membawa kesan dan menarik perhatian sehingga penjualan menjadi berhasil.

Ketiga, selain pilihan kata yang dapat menarik perhatian, nada suara juga perlu mendapat pehatian khusus dalam pembuatan iklan. Radio dan televisi mempunyai peranan yang sangat penting yang layak mendapatkan perhatian, sebab pemasangan iklan dapat mengungkapkan suara nyata dalam menciptakan sebuah kesan yang mendalam. Beberapa usaha iklan juga dapat merangsang para peminat produk dengan menggunakan suara secara santai dan efisien namun jelas. Bebrapa suara juga ada yang lantang, mendorong, dan agrasif.

(50)

Kelima, kaligrafi atau seni lukis tangan yang merupakan bagian dari referensi utama di dalam komunikasi. Bahasa berfungsi sebagai isyarat dapat digunakan dengan cara yang sama seperti hal tanda dalam gambar, hal itu dapat terjadi karena orang melihat atau membaca dapat menguraikan dengan bahasanya sendiri. Dalam beberapa bahasa iklan menggunakan tulisan tangan indah. Ini adalah suatu perluasan dalam memperkenalkan produk secara langsung tanpa kata-kata.

9. Klasifikasi Iklan

Iklan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum, iklan terdiri dari dua jenis yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar merupakan iklan yang secara khusus ditata untuk keperluan memperkenalkan barang, dan jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media. Iklan jenis ini bertujuan untuk merangsang motif dan minat pembeli. Salah satu contoh iklan standar adalah iklan niaga. Sedangkan iklan layanan masyarakat, merupakan iklan yang bertujuan memberikan informasi dan penerangan pendidikan kepada masyarakat. Iklan tanggung jawab sosial, iklan bantahan, iklan pembelaan, iklan perbaikan, dan iklan keluarga merupakan contoh iklan layanan masyarakat.

(51)

1) Iklan berdasarkan khalayak sasaran psikografis

Khalayak sasaran iklan dapat digolongkan atas khalayak demografis (usia, jenis kelamin, status sosial, pekerjaan) dan psikografis (gaya hidup, motif membeli). Iklan berdasarkan khalayak sasaran berupa khalayak yang berstatus konsumen dan bisnis. Iklan untuk konsumen disebarluaskan melalui media massa tertentu untuk para pemakai suatu produk (barang/jasa). Sedangkan iklan untuk bisnis, diarahkan khusus kepada mereka yang mempunyai bisnis, usah dagang yang berkaitan dengan produk tersebut. Iklan bisnis terdiri dari iklan bisnis industri, bisnis dagang, dan iklan bisnis profesional. Misalnya pamflet, poster, pameran dagang.

2) Iklan berdasarkan khalayak sasaran geografis

Iklan jenis ini terdiri atas iklan internasional, iklan regional, dan iklan lokal. Iklan internasional mempunyai tujuan untuk menjangkau khalayak apakah pembeli atau konsumen yang terletak dalam wilayah negara lain. Misalnya, iklan penerbangan internasional, belajar dan bisnis di negara lain.

(52)

Sedangkan iklan lokal, mempunyai tujuan menyebarkan pesan-pesan tentang suatu produk terhadap khalayak dalam suatu wilayah yang lebih kecil, seperti iklan pusat perbelanjaan dan informasi tentang perumahan.

3) Iklan berdasarkan penggunaan media

Pilihan terhadap media yang digunakan sebagai penyebar pesan iklan, yaitu melalui media cetak dan media elektronik. Media cetak adalah media massa yang berbentuk seperti surat kabar, majalah, tabloid, sedangkan media elektronik merupakan media massa seperti radio, tv, dan video.

4) Iklan berdasarkan fungsi dan tujuan

Iklan mempunyai fungsi dan tujuan tertentu. Jenis iklan tersebut terdiri atas iklan produk dan iklan bukan produk, iklan komersil dan iklan bukan komersil, dan iklan bedampak langsung dan tidak langsung. Penjelasan masing-masing iklan adalah sebagai berikut.

Iklan produk adalah iklan yang bertujuan memperkenalkan suatu produk tertentu yang benar-benar dihasilkan. Iklan bukan produk adalah iklan yang pesannya berisi ide atau gagasan yang ditawarkan pada pemakai atau pembeli informasi. Sebagai contoh iklan asuransi dan iklan tentang bank.

(53)

iklan yang dipasang meskipun dibayarkan pada media namun, pemasangannya tidak mengharapkan keuntungan komersil. Iklan jenis ini hanya mengharapkan timbal balik berupa keuntungan sosial. Misalnya, iklan donor darah dan iklan anti korupsi.

Iklan berdampak langsung bertujuan memengaruhi khalayak dengan suatu tindakan yang segera. Misalnya, iklan tentang penyimpanan uang di bank dengan mewajibkan konsumen menggunting kupon berhadiah. Iklan berdampak tidak langsung adalah iklan yang memberikan gambaran tentang satu informasi yang membentuk sikap khalayak supaya lebih familiar. Iklan ini terlihat pada bungkusan barang, logo, dan motto yang memberikan kesan khas pada konsumen. Misalnya, XL “Selangkah Lebih Maju!” (Liliweri, 1992:33-45)

10.Media Televisi

Pemasangan iklan selalu mempertimbangkan media publikasi pemasaran. Dewasa ini ada banyak media yang dapat digunakan untuk melakukan pemasangan iklan. Menurut Johnson (2004: 3), periklanan merupakan bentuk komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat masal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan umum. Media-media

(54)

Televisi memiliki posisi penting bagi pemasar karena media tersebut menyajikan program populer yang disukai banyak orang. dengan acara-acara televisi yang beragam dan menarik, iklan mampu masuk dalam segala aspek. Penelitian ini secara khusus mengkaji iklan yang terdapat dalam media televisi.

Tekstualitas iklan merupakan pembentukan iklan dan komersial berdasarkan pada sistem signifikasi khusus yang secara sengaja ditanamkan ke dalam produk. Berikut ini adalah strategi tekstual yang umum dijumpai.

1) Penggunaan jingle yang biasanya menampilkan beberapa aspek dari produk dengan cara yang mudah diingat;

2) Penggunaan genre musik tertentu untuk menekankan gaya hidup tertentu;

(55)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini, peneliti memaparkan: (1) jenis penelitian, (2) sumber data dan data penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, dan (5) teknik analisis data. Kelima hal tersebut diuraikan sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

(56)

B. Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah iklan operator selular yang ditayangkan di 5 stasiun televisi, yaitu SCTV, TRANS TV, TRANS 7, TV ONE, dan RCTI selama bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013.

Secara lebih khusus, data penelitian ini adalah iklan operator selular TELKOMSEL, INDOSAT, XL AXIATA, AXIS, dan SMARTFREN sebagai iklan yang sering muncul di televisi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian, teknik operasional dasar yang dipakai adalah teknik penyimakan. Teknik ini dilakukan sebagai modifikasi atas teknik sadap yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993). Teknik-teknik simak yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Peneliti menyimak iklan operator selular yang tayang di lima stasiun televisi.

2) Peneliti melakukan perekaman data dari televisi. Usaha perekaman data tidak lagi dilakukan secara konvensional menggunakan video recorder, melainkan mengunduh dari situs Youtube sesuai dengan iklan yang disimak. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan pertimbangan kualitas gambar dan suara.

(57)

data untuk kepentingan klasifikasi. Hal ini dilakukan supaya pengkajian secara deskriptif tertulis dapat dilakukan secara obyektif.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Moleong (2008:168) instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif juga sebagai alat pengumpul data. Kriteria umum peneliti sebagai intrumen penelian yaitu, rensponsif, dapat menyesuaikan diri dengan situasi pengumpulan data, memandang diri utuh, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan idiosentrik (Moleong, 2008:172).

E. Teknik Analisis Data

(58)

1. Tahap identifikasi.

Peneliti melakukan identifikasi terhadap data yang telah terkumpul. Identifikasi dilaksanakan dengan mengkaji iklan operator selular menggunakan teori implikatur.

2. Tahap klasifikasi.

Peneliti mengelompokkan data penelitian berdasarkan kesamaan kasus yang mengacu pada teori.

3. Tahap deskripsi.

Peneliti memaparkan hasil kajian yang telah dilakukan.

F. Triangulasi Data

Triangulasi data dalam penelitian ini menggunakan peran penyidik. Penyidik berperan sebagai evaluator dan pengecekan kredibilitas kajian objek penelitian yang berperan sebagai penyidik adalah dosen pembimbing, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd. dan Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

(59)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah tuturan yang berupa percakapan antarpenutur di dalam iklan-iklan operator selular. Data diambil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tentang iklan yang ditayangkan di stasiun televisi swasta nasional selama bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013.

Terdapat 16 iklan operator selular yang dianalisis dalam penelitian ini. Ada 4 iklan di stasiun televisi SCTV, yaitu IM3 versi “Gratis Semuanya Hingga 3 hari 3 malam”, XL versi “Serbu Omesh Donat”, XL versi Serbu “Ciuss Miapa”,

dan XL versi “Xensasi Rochim Mau Manggung”; 3 iklan di TRANS TV, yaitu XL versi “Isi Pulsa Bonus Pulsa”, XL versi “Super Ampuh Ayu Ting-Ting”, dan IM3 versi “Seru Anti Galau Kamseupay”; 3 iklan di TRANS 7,yaitu XL versi “Xensasi Audisi Rocky Xensasional”, IM3 versi “Trio Sahabat IM3 Gratis Terus”, dan XL versi “Blackberry Rp. 49 ribu 3 Bulan”; 2 iklan di TV ONE,

yaitu IM3 versi “Lebaran”, dan XL versi “Mawar Untuk Marwan”; dan 4 iklan di RCTI, yaitu AXISGSM Yang Baik versi “YouTube”, Telkomsel versi “Kartu AS Bebas galau 30 jam”, XL versi “Free Facebook Forever”, dan XL versi “Super Xensasi Konser Amal Rocky”. Dari 16 iklan ini terdapat 20 data yang

(60)

B. Analisis Data

Sesuai dengan teknik analisis data yang dipaparkan pada metodologi penelitian, data yang terkumpul telah diidentifikasi. Dari hasil klasifikasi menunjukkan ada tiga jenis implikatur percakapan dan beberapa fungsi implikatur percakapan dalam iklan operator selular. Jenis implikatur tersebut ialah implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala. Klasifikasi data tersebut telah diidentifikasi berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas dan deskripsi analisis data akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Implikatur Percakapan Umum

Implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Berdasarkan hasil analisis terhadap 20 tuturan iklan yang terkumpul, terdapat sepuluh tuturan iklan yang dikategorikan sebagai iklan berimplikatur percakapan umum. Analisis atas ketegori ini dapat dilihat sebagai berikut.

(1) Percakapan:

P1 : “Dan pemenangnya adalah...”

P2 : “Akan kita umumkan 3 hari 3 malam lagi !!” P3 : “Hah? Trus ngapain dong tiga hari tiga malam?” P2 : “Internetan pake Indosat aja lagi! Sekarang gratis

(61)

keputusan. Ternyata pengumuman disiarkan 3 hari mendatang).

Data (1) merupakan tuturan iklan operator IM3 edisi “Gratis

Semuanya Hingga 3hari 3malam++” yang mengandung implikatur

percakapan umum. Implikatur tampak pada tuturan “Hah? Trus ngapain dong tiga hari tiga malam?”. Dalam konteks tuturan tersebut, penutur

sudah membayangkan betapa bosannya harus menunggu pengumuman tersebut. Tuturan “Internetan pake Indosat aja lagi! Sekarang gratis internetannya makin banyak sampai 3 hari 3 malam”, memiliki implikatur

bahwa produk IM3 tersebut dapat digunakan untuk mengisi waktu luang dengan fasilitas gratis internet dan tidak perlu cemas harus bosan menunggu pengumuman tersebut. Konteks dapat dipahami oleh semua orang bahwa dengan jaringan internet yang disediakan oleh operator IM3 dapat dipakai secara gratis apalagi untuk mengisi waktu luang.

(2) Pecakapan:

P3 : “Kembaliannya..”

P4 : “Kamseupay... Kamseupay...!!!”

P5 : “Makanya, pake IM3 seru anti galau! Seru internetan dan smsan dengan tarif murah!! Makin seru lagi dengn gratis social network sepuasnya... Buruan pake IM3!”

(Konteks: Ada seorang tokoh wanita yang menjadi pusat pehatian tokoh-tokoh yang lain (P3 dan P4). Keseharian tokoh wanita dalam video iklan selalu diejek „kamseupay‟ (kampungan sekali udik payah) oleh orang-orang. Tokoh wanita tersebut menjadi kecil hati dan minder terhadap situasi lingkungan yang menyudutkan dirinya).

(62)

ada maksud lain di balik pada tuturan “Kembaliannya..” yang diungkapkan oleh P1 justru bukan berupa uang, melainkan ujaran “Kamseupay...kamseupay...!!!” (kamseupay= kampungan seudik payah). Ujaran “kamseupay” tersebut mengandung makna untuk menyatakan bahwa

orang yang menjadi objek ujaran merupakan orang yang kurang gaul dalam semua hal. Implikatur tersebut adalah bahwa orang yang “kamseupay”

tersebut secara bertubi-tubi mendapatkan ujaran yang demikian.

(3) Pecakapan:

P4 : “Apa itu?”

P5 : “Internet buk gratis...”

P6 : “Ini yang ada di internet itu kan?” P4 : “Ya... Ya..monggo! Wah, rame...”

P7 : “Serunya liburan pake IM3 gratis nelpon, smsan, dan social network seharian!

(Konteks: Tiga orang sahabat yang sedang berlibur tiba di sebuah warung makan. Mereka memiliki cara khusus dan unik supaya dapat makan gratis, yaitu dengan mengunggah foto tempat mereka makan pada situs internet. Berkat cara tersebut, warung makan menjadi laris dan tiga orang sahabat tersebut mendapatkan makan gratis dari pemilik warung (P4)).

Data (3) merupakan tuturan iklan operator IM3 edisi “trio sahabat IM3 gratis terus-terus” yang mengandung implikatur percakapan umum. Pada konteks, terjadi percakapan antara P4 dan P5. Ketika P4 bertanya “Apa itu?”, kemudian pemuda tersebut menjawab “Internet bu, gratis..”.

(63)

implikasi yang bersifat umum tersebut, akhirnya terjadilah hubungan sosial yang saling menguntungkan.

(4) Pecakapan:

P5 : “Berapa buk?”

P4 : “Gratis dek... kan udah diinternetin!” P1,2,3,4: “Gratis...gratis..gratis...!!”

(Konteks: Tiga orang sahabat yang sedang berlibur tiba di sebuah warung makan. Mereka memiliki cara khusus dan unik supaya dapat makan gratis, yaitu dengan mengunggah foto tempat mereka makan pada situs internet. Berkat cara tersebut, warung makan menjadi laris dan tiga orang sahabat tersebut mendapatkan makan gratis dari pemilik warung (P4)).

Data (4) merupakan tuturan iklan operator IM3 edisi “trio sahabat IM3 gratis terus-terus” yang mengandung implikatur percakapan umum. Data (4) merupakan kelanjuatan dari data (3), dengan sumber iklan yang sama. Implikatur percakapan ini mengandung arti bahwa P4 mengucapkan terimakasih kepada P5. Hal ini terlihat dari bentuk tuturan “Berapa buk?” “Gratis dek... kan udah diinternetin!”.

(5) Percakapan:

P1 : “Ih keren!” P2 : “Harganya juga!”

P3 : “Itu lebih keren... XL Blackberry, tiga bulan cuma empat puluh sembilan ribu. Semakin 49 kan?”

P1,2,3: “Kamu??!!”

(Konteks: Percakapan antara tiga orang wanita (P1, P2, P3) yang sedang berbelanja. Mereka takjub melihat barang-barang di etalase. Salah satu dari mereka (P3) berkata bahwa hanya produk XL yang paling keren).

(64)

yang melingkupinya, tuturan tersebut mengandung implikatur bahwa belum semua orang tahu ada produk keren dari operator XL. Lebih jelas, tuturan tersebut bertanya kepada pemirsa televisi apakah operator selular yang kini sedang dipakai sekeren produk dari XL dan sekaligus menegaskan bahwa

(Konteks: Percakapan antara seorang lelaki yang sedang memesan makanan (P1) dan seorang pelayan rumah makan (P2). Penutur 1 meminta banyak bonus padahal hanya memesan porsi kecil. Penutur 2 menjelaskan kalau hanya operator XL yang banyak bonusnya).

Data (6) merupakan tuturan iklan operator XL edisi “Isi Pulsa Bonus Pulsa” yang mengandung implikatur percakapan umum. Dari tuturan di dalam data tersebut dapat dilihat adanya implikatur percakapan umum. Implikatur percakapan umum ini bisa dilihat dari dengan hanya melihat struktur kalimat yang dituturkan dan tidak perlu melihat konteks tambahan. Percakapan yang terjadi antara pembeli dan penjual makanan cepat saji. Implikatur terjadi ketika pembeli memesan “paket hemat” kemudian seketika si pembeli meminta “Bonusnya minum aja deh.. Spageti aja deh.. Chicken wing.. Ini juga ya.. Ini juga ya...”. Secara sekilas, implikatur dalam

(65)

(7) Percakapan:

P1 : “Pergi kamu! Bawa sejuta tangkai mawar baru saya restui!”

P2 : ”Bantu yok!”

P3 : “Xl hotrod 3G+ internetan lebih cepat dan lebih hemat” P4 : “Mawar! Mawar, kamu mau enggak jadi pacar aku?” P5 : “Mau!”

(Konteks: Marwan (P4) diusir oleh ayah Mawar (P1). Teman Marwan (P2) membantunya dengan melalui Facebook denga jaringan XL. Banyak orang cepat merespon aksi teman Marwan. Akhirnya terkumpul sejuta mawar untuk Mawar , sehingga Mawar menerima ungkapan cinta Marwan).

Data (7) merupakan tuturan iklan operator XL edisi “Mawar Untuk Marwan” yang mengandung implikatur percakapan umum. Konteks percakapan tersebut adalah P4 ingin menyatakan cintanya kepada Mawar. Namun aksinya dihalangi oleh P1. Secara sekilas, implikatur dalam pecakapan (17) ialah bahwa produk XL tersebut dapat membatu P4 dengan lebih cepat dan lebih hemat.

(8) Percakapan:

P1 : “Oji...ji...ji... jangan mau duet ama Ayu Ting-ting” P2 : “Emang kenapa tante?”

P1 : “Ni... Masak orangnya kayak gini...”

P2 : “Hhmmm... salah setting ni. Pake XL hotrod 3G+ biar lebih cepat”

(Konteks: P1 mengeluh kecewa dan menunjukkan foto di ponselnya kepada tokoh Oji karena Ayu Ting-ting (P2) tidak cantik sebagai pasangan duet menyanyi. P2 menyanggah P1 dan kemudian membetulkan pengaturan jaringan internet ponsel tersebut, sehingga tampak jelas foto yang ada dalam internet bahwa P2 cantik).

(66)

P1 kurang benar dan kamudian P2 membetulkannya, sehingga tampak jelas foto yang ada dalam internet. Secara sekilas, implikatur dalam pecakapan (8) adalah P1 terlalu gegabah melarang anaknya duet dengan Ayu Ting-ting. Padahal P1 keliru dalam pengaturan internet, sehingga menimbulkan salah sangka.

(9) Percakapan:

P1 : “Sampai kota Surabaya nih!”

P4 : “Jalan Surabaya di Kota Jakarta ustad!!”

(Konteks: Seorang ustaz (P1) menelepon dan mengabarkan kepada penyelenggara acara (P4) bahwa dirinya sudah sampai di lokasi. Ternyata terjadi kesalahpahaman alamat acara).

Data (9) merupakan tuturan iklan operator XL edisi “Xensasi Rochim Mau Manggung” yang mengandung implikatur percakapan umum. Secara sekilas, implikatur dalam pecakapan (9) ialah bahwa P1 tersebut salah lokasi. Hal ini tampak pada tuturan yang dituturkan oleh P4 yaitu, “Jalan Surabaya di Kota Jakarta ustad!!”.

(10)Percakapan:

P1 : “Ayo??!!”

P3 : “Aku bareng temen Facebook ku yo...”

(Konteks: Percakapan antara dua orang wanita (P1 dan P3). Penutur 1 mengajak penutur 3 supaya pulang bersamanya. Namun, penutur 3 ingin bersama teman-temannya).

(67)

facebook. Implikatur ini dapat dipahami secara sekilas ketika penutur 2 mengatakan “Aku bareng temen facebook ku yo...”, yaitu bahwa penutur 2 menegaskan menolak ajakan penutur 1 untuk pergi bersamanya.

2. Implikatur Percakapan Khusus

Sesuai dengan landasan teori yang telah dipaparkan pada bab II, menyebutkan bahwa implikatur percakapan khusus merupakan percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana penutur dan mitra tutur mengasumsikan informasi secara lokal dalam berkomunikasi. Objek penelitian yang dipilih ialah iklan operator selular. Sesuai dengan data yang telah terkumpul dan terklasifikasikan, ada beberapa iklan yang termasuk dalam implikatur percakapan khusus. Analisis mengenai implikatur percakapan khusus dipaparkan sebagai berikut.

(11)Percakapan:

P1 : “Ada donat nih setengah” P2 : “Mau dong!”

P1 : “Tapi cuciin piringnya ya, gelasnya juga ya,

sendoknya juga, sama itu tuh mobil, baju, celana...” (Konteks: P1 menawarkan setengah donat kepada P2. P2 justru geram setelah mendengar syaratnya sangat banyak tak sebanding dengan donat yang tinggal setengah).

Data (11) merupakan tuturan iklan operator operator XL edisi “Serbu [Serba Seribu] - Omesh [Versi Donat]”. Dalam tuturan tersebut

(68)

gelasnya juga ya, sendoknya juga, sama itu tuh mobil, baju, celana...”. Adanya konteks yang melatarbelakangi ungkapan itu menjadi jelas bahwa percakapan itu mengandung implikatur, P1 semena-mena terhadap P2. Donat yang hanya setengah harus ditebus dengan membersihkan rumah. Implikatur suatu percakapan memang tidak menutup kemungkinan lebih dari satu. Percakapan itu dapat diinterpretasikan bahwa rumah sedang dalam kondisi kotor dan P1 menyuruh P2 untuk membersihkan.

(12)Percakapan:

P2 : “Saya aja.. Rey” P3 : “Nia”

P2 : “Kita makan yuk, besok kita nonton ya, nikah yuk”

(Konteks: Percakapan antara dua orang tokoh yang baru saja bertemu. P2 membantu P3 dengan membayar biaya sebotol air minum. Namun P3 justru menampar P2 karena syarat P3 sangat banyak).

Referensi

Dokumen terkait

5 Hakim Konstitusi yang kemudian pertimbangannya menjadi Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017 tersebut menyatakan bahwa KPK merupakan lembaga eksekutif, yang melaksanakan fungsi-

Pengaruh faktor psikososial terhadap terjadinya postpartum blues pada ibu nifas (Studi di Ruang nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto). Perbedaan Stres Pasca Trauma pada Ibu

Orangtua cenderung memberikan multivitamin pada anaknya walaupun gizinya sudah cukup karena orangtua merasa bahwa zat-zat gizi yang ada pada makanan yang diberikan

matian, secara statistik dapat dilihat bahwa kandungan asam oksalat pada sayur bayam yang didiamkan selama 2 jam sudah memiliki perbedaan yang bermakna dengan kadar

Pengertian keseimbangan pasar adalah tingkat harga maupun jumlah barang yang diminta dalam keadaan seimbang dan tidak ada kekuatan atau kecenderungan untuk

mengekang dalam berperilaku dan berpenampilan. Kesimpulan dari kasus tersebut adalah bahwa feminisme posmodern merupakan usaha dari kaum perempuan untuk keluar dari

Semakin lama waktu fermentasi maka memberi pengaruh nyata yang signifikan terhadap derajat putih tepung MOCAF yang dihasilkan. Semakin lama waktu fermentasi

dapat mempengaruhi pergerakan harga saham (Kritzman,1994). Apabila mengacu pada pernyataan Kritzman tersebut, maka implementasi dari suatu regulasi atau undang-undang