• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SUAMI, ISTERI, DAN ANAK DALAM FILM KELUARGA CEMARA: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLIKATUR PERCAKAPAN SUAMI, ISTERI, DAN ANAK DALAM FILM KELUARGA CEMARA: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SUAMI, ISTERI, DAN ANAK DALAM FILM KELUARGA CEMARA: KAJIAN

PRAGMATIK SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Christin Subiyanto 181224013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(2)

ii

SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SUAMI, ISTERI, DAN ANAK DALAM FILM KELUARGA CEMARA: KAJIAN PRAGMATIK

Oleh:

Christin Subiyanto NIM: 18124013 Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Tanggal: 20 Juni 2022

(3)

iii

SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SUAMI, ISTERI, DAN ANAK DALAM FILM KELUARGA CEMARA : KAJIAN PRAGMATIK

Dipersiapkan dan ditulis oleh Christin Subiyanto

NIM: 181224013

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 25 Juli 2022

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., ……….

Sekretaris : Setya Tri Nugraha S.Pd., M.Pd ……….

Anggota 1 : Dr. B. Widharyanto, M.Pd., ……….

Anggota 2 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., ……….

Anggota 3 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., ……….

Yogyakarta, 25 Juli 2022

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D.

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan berkatnya, saya persembahkan karya ini untuk :

Bunda Maria, Santa Athanasia dan Roh Kudus yang selalu menyertai, menjaga dan membimbing setiap langah hidup

Keluarga tercinta Ayah Anton Subiyanto, Meme Rarik Oktiviana, Adik Rhara Subiyanto, dan Adik Nareswari Subiyanto

Antonius Wahyu Putra Perdana, Tante Rapi Ayu, dan Mama Uti Titik Tri Purnomo yang selalu mendukung dan memberi semangat.

Keluarga besar di Danunegaran dan Suryowijayan yang selalu menemani.

Sahabat-sahabat dimanapun kalian berada yang menjadi tempat cerita.

(5)

v

HALAMAN MOTO

(TB Flp 1:3)

“Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.”

(Amsal 14:23)

"Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja."

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Juni 2022 Penulis

Christin Subiyanto

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma Nama : Christin Subiyanto

NIM : 181224013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, skripsi saya yang berjudul

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SUAMI, ISTERI, DAN ANAK DALAM FILM KELUARGA CEMARA KAJIAN : PRAGMATIK

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminja izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 20 Juni 2022 Yang menyatakan

Christin Subiyanto

(8)

viii

ABSTRAK

Subiyanto, Christin. 2022. “Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara” Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP. USD.

Penelitian ini membahas mengenai implikatur percakapan suami, isteri dan anak dalam film Keluarga Cemara. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud implikatur yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik, (2) mendeskripsikan jenis-jenis implikatur yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik dan (3) mendeskripsikan makna pragmatik implikatur yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik.

Penelitian inimerupakan penelitian deskriptif kualitatif sehingga penelitian ini dimaksudkan untuk memahami maksud dari percakapan antara suami, isteri dan anak dalam film keluarga cemara. Sumber data penelitian ini yaitu naskah percakapan dari film keluaraga cemara. Sumber data tersebut dibagi menjadi dua sumber data sekunder dan sumber data primer. Sumber data sekunder didapat dari buku-buku, sedangkan sumber data primer didapatkan dari rekaman percakapan atau naskah dari film keluarga cemara. Selanjutnya, peneliti menganalisis data yang dikumpulkan dengan mengidentifikasi dan mengkategorikan data-data tersebut menjadi tiga ketegori yaitu wujud, jenis-jenis dan makna pragmatik.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan data berupa wujud, jenis-jenis dan makna sesuai dengan konteksnya. Dalam wujud terdapat dua bentuk yaitu wujud pragmatik imperatif dan wujud formal imperatif. selanjutnya jenis- jenis implikatur berupa implikatur konvensional dan implikatur percakapan.

selanjutnya dalam makna pragmatik peneliti mengambil makna pragmatik imperatif yang terdiri dari tujuh belas makna.

Tujuh belas makna tersebut terdiri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif perintah, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif suruhan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif permintaan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif permohonan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif desakan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif bujukan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif imbauan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif persilaan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif ajakan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif permintaan izin, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif mengizinkan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif larangan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif harapan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif umpatan, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif pemberian ucapan selamat, tuturan yang

(9)

ix

mengandung makna pragmatik impeatif anjuran, tuturan yang mengandung makna pragmatik impeatif “ngelulu”.

Kata Kunci: implikatur, wujud implikatur, jenis-jenis implikatur, makna pragmatik, konteks, pragmatik

(10)

x

ABSTRACT

Subiyanto, Christin. 2022. “Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara” Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP. USD.

This study discusses the of Conversational Implicature of the Husband, Wife, and Child in the Keluarga Cemara Film: A Pragmatic Study.. The purpose of this study is (1) to describe the of Conversational Implicature of the Husband, Wife, and Child in the Keluarga Cemara Film: A Pragmatic Study, (2) describe the types of of Conversational Implicature of the Husband, Wife, and Child in the Keluarga Cemara Film: A Pragmatic Study and (3) describe the meaning of Conversational Implicature of the Husband, Wife, and Child in the Keluarga Cemara Film: A Pragmatic Study.

This research is a qualitative descriptive study so that this study is intended to understand the meaning of the conversation between husband, wife and child in the fir family film. The source of this research data is the script of a conversation from a film. Such data sources are divided into two secondary data sources and primary data sources. Secondary data sources are obtained from books, while primary data sources are obtained from recorded conversations or scripts from fir family films. Furthermore, the researcher analyzed the data collected by identifying and categorizing these data into three categories, namely form, types and meanings of pragmatics.

Based on the results of the study, researchers obtained data in the form of forms, types and meanings according to the context. In form there are two forms, namely the imperative pragmatic form and the formal form of imperative.

furthermore, the types of implicatures are conventional implicatures and conversational implicatures. furthermore in the pragmatic meaningthe research takes the meaning of imperative pragmatics consisting of seventeen meanings.

The seventeen meanings consist of utterances containing the imperative pragmatic meaning of orders, utterances containing the imperative pragmatic meaning of orders, utterances containing the imperative pragmatic meaning of requests, utterances containing the imperative pragmatic meaning of requests, utterances containing the imperative pragmatic meaning of urges, and utterances containing the meaning pragmatic imperative of persuasion, speech that contains the meaning of pragmatic imperative of appeal, speech that contains the meaning of pragmatic imperative of invitation, speech that contains the meaning of pragmatic imperative of invitation, speech that contains the meaning of pragmatic imperative of asking permission, speech containing pragmatic meaning of imperative of permission, speech that contains pragmatic meaning imperative of prohibition, speech that contains pragmatic meaning, imperative of hope, speech that contains pragmatic meaning of imperative of swearing, utterance that contains imperative pragmatic meaning of congratulating, utterance that contains pragmatic meaning of imperative uran, speech that contains the imperative pragmatic meaning of "ngelulu".

(11)

xi

Keywords: implicature, implicature form, types of implicature, pragmatic meaning, context, pragmatic

(12)

xii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara KajianPragmatik.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan bimbingan, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Prof. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi pertama yang sudah mendampingi dari bab 1 hinggaa bab 3.

4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi pengganti yang selalu memberikan bimbingan, nasihat, saran, motivasi dan arahan kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku triangulator yang bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis selama studi sebagai calon pendidik.

7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penyediaan referensi.

8. Keluarga penulis, Ayah Anton Subiyanto, Meme Rarik Oktiviana, kedua Adik Rhara Subiyanto dan Nareswari Subiyanto yang selalu mendoakan dan memberi dukungan selama penulis menyusun hingga terselesaikan.

(13)

xiii

9. Keluarga di Danunegaran, Tante Rapi Ayu , Mama Uti Titik Tri Purnomowati, dan Atung Agus Harjanto yang selalu mendukung dan menemani penulis.

10. Pacar penulis, Antonius Wahyu Putra Perdana yang selalu menemani, memberi masukan, menguatkan, membantu penyusunan dan mendoakan penulis ketika mengerjakan pekerjaan tugas akhir ini.

11. Keluarga pacar penulis di Lampung yang selalu memberi semangat dan mendoakan penulis.

12. Teman-teman seperjuangan di kelas A PBSI 2018 yang selalu memotivasi penulis selama masa perkuliahan.

13. Seluruh staf dan karyawan Universitas Sanata Dharma atas pelayanan yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Yogyakarta, 20 Juni 2022 Penulis

Christin Subiyanto

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR TABEL ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Batasan Istilah ... 4

1.6 Sistematika Penyajian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

(15)

xv

2.1 Penelitian yang Relevan ... 6

2.2 Kajian Teori ... 7

2.2.1 Pragmatik ... 7

2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik ... 8

2.2.2.1Deiksis ... 8

2.2.2.2Praanggapan ... 9

2.2.2.3Implikatur ... 9

2.2.2.4 Tindak tutur ... 10

2.2.3 Fenomena pragmatik ... 10

2.2.3.1 Peraanggapan ... 10

2.2.3.2 Deiksis ... 11

2.2.3.3 Tindak tutur (speech acts) ... 11

2.2.3.5 Fenomena kesantunan ... 12

2.2.4 Implikatur dalam Pragmatik ... 13

2.2.5 Konteks dalam pragmatik ... 22

2.3 Kerangka Berpikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... 25

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.4 Instrumen Penelitian ... 27

3.5 Teknik Analisis Data... 27

3.6 Triangulasi ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Deskripsi Data ... 29

4.2 Hasil Analisis Data ... 30

(16)

xvi

4.2.1 Wujud Implikatur yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik ... 31 4.2.1.1 Wujud Pragmatik Imperatif ... 31 4.2.1.2 Wujud Formal Imperatif ... 33 4.2.2 Jenis-jenis Implikatur yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri

dan Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik ... 35 4.2.2.1 Implikatur konvensional ... 35 4.2.2.2 Implikatur percakapan ... 37 4.2.3 Makna Prgamatik yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri dan

Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik ... 41 4.2.3.1 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

perintah………...41 4.2.3.2 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

suruhan………..…..42 4.2.3.3 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

permintaan..………....43 4.2.3.4 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

permohonan ... 44 4.2.3.5 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

desakan……….………..45 4.2.3.6 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

bujukan……….…………..46 4.2.3.7 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

imbauan………...………… ……….……..48 4.2.3.8 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

persilaan…..………..…..49 4.2.3.9 Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

ajakan…..………..………..50 4.2.3.10Tuturan yang mengandung makna pragmatik permintaan

izin...51 4.2.3.11Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

mengizinkan... 53 4.2.3.12Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

larangan…...………..………...53 4.2.3.13Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

harapan………..55

(17)

xvii

4.2.3.14Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

umpatan……...………...…………..…..56

4.2.3.15Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat ... 57

4.2.3.16Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran……….……….………..58

4.2.3.17Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif “ngelulu”…….………..58

4.3 Pembahasan ... 59

BAB V PENUTUP ... 65

5.1 Simpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 1

BIOGRAFI PENELITI ... 48

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berpikir ... 24

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Tabel data wujud Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalamFilm Keluarga Cemara ... 26 Tabel 3. 2 Tabel data jenis-jenis Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara ... 27 Tabel 3. 3 Tabel data makna Pragmatik Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara ... 27

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab satu merupakan pendahuluan yang membahasa enam subbab. Enam subbab tersebut yakni: 1) latar belakang, 2) rumusan masalah, 3) tujuan penelitian, 4) manfaat penelitian, 5) batasan istilah dan 6) sistematika penyajian.

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari komunikasi. Hubungan sosial yang terjalin antar manusia ditandai adanya interaksi melalui komunikasi dengan orang lain. Interaksi yang baik akan membuat komunikasi yang baik, alat yang digunakan oleh manusia dalam berkomunikasi adalah bahasa. Sudaryono, mengemukakan bahwa Bahasa adalah sarana berkomunikasi secara efektif meskipun tidak sempurna sehingga kesempurnaan bahasa tersebut dapat menjadi suatu sarana komunikasi. Pada saat berkomunikasi pasti ada yang namanya percakapan atau bercakap-cakap. Dalam KBBI percakapan merupakan satuan interaksi bahasa antara dua permbicara atau lebih. Hal tersebut saling berkaitan karena pada saat berkomunikasi ada maksud yang ingin disampaikan kepada lawan tutur.

Pragmatik merupakan cabang linguistik yang berkaitan dengan bahasa.

Penggunaan bahasa bisa melalui media tulis maupun lisan. Salah satunya audio visual, dengan cara menggunakan film, (Barelli et al., 2018) film merupakan hasil budaya dan alat ekspresi kesenian, film juga sebagai komunikasi gabungan dari berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa, seni teater sastra, arsitektur dan seni musik.

Penggunaan bahasa dalam bentuk percakapan audio visual dalam ilmu pragmatik disebut sebagai tindak ujar. Percakapan yang bermakna literal akan mempermudah untuk dipahami. Pada percakapan anatara suami, isteri dan anak merupakan hal yang sering dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam keluarga akan membangun jalan komunikasi terhadap anggota keluarga lainnya. Dalam percakapan yang dilakukan oleh anggota keluarga harus menggunakan tutur kata yang berbeda, antara orangtua dan teman sebaya. Hal tersebut akan menjalin

(21)

komunikasi dengan baik dan konflik-konflik yang terjadi di anggota keluarga dapat diselesaikan baik dengan adanya komunikasi.

Sementara itu, percakapan dalam film keluarga memiliki makna yang ingin disampaikan oleh penonton. Makna yang diucapakan yaitu implikatur percakapan oleh Grice (dalam Mey, 2001). Implikatur percakapan adalah keterkaiatan antara ujaran dari penutur atau lawan tutur (Chaer 2010:33). Pada saat bercakap tidak tampak secara literal namun dapat dipahami secara tersirat. Dalam percakapan sehari-hari penutur dan mitra tutur memiliki pengalaman dan pengetahuan latar belakang yang dinamakan konteks pragmatik sehingga percakapan dapat berjalan dengan lancar (Huang, 2007). Dalam film tersebut terdapat konfik keluarga yang terdapat makna terselubung bisa disebut juga implikatur.

Penulis mengambil film tersebut karena dalam film Keluarga Cemara terdapat konflik antara anggota keluarga yang bisa diselesaikan dengan cara berkomunikasi.

Film tersebut juga memiliki maksud yang terselubung dan dapat dipahami secara tersirat. Dalam keluarga harus menjalin komunikasi dengan baik karena setiap hari bertemu dan saling mengerti latar belakang dari masing-masing anggota keluarga.

Bila dalam keluarga tidak dapat berkomunikasi dengan baik, maka akan banyak konflik yang tidak akan selesai yang mengakibatkan komunikasi antar keluarga tidak lancar. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian mengenai wujud implikatur, jenis-jenis implikatur dan makna pragmatik dalam film Keluarga Cemara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan utama dalam penelitian ini adalah “bagaimana implikatur percakapan suami, isteri dan anak dalam film Keluarga Cemara?”. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja wujud implikatur yang terdapat dalam percakapan suami, isteri dan anak dalam film Keluarga Cemara kajian pragmatik?

2. Apa saja jenis-jenis implikatur yang terdapat dalam percakapan suami, isteri dan anak dalam film Keluarga Cemara kajian pragmatik?

3. Apa saja makna Pragmatik yang terdapat dalam percakapan suami, isteri dan anak dalam film Keluarga Cemara kajian pragmatik?

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan wujud implikatur yang terdapat dalam percakapan suami, isteri dan anak dalam film Keluarga Cemara kajian pragmatik.

b. Mendeskripsikan jenis-jenis implikatur yang terdapat dalam percakapan suami, isteri dan anak dalam film Keluarga Cemara kajian pragmatik.

c. Mendeskripsikan makna pragmatik implikatur yang terdapat dalam percakapan suami, isteri dan anak dalam film Keluarga Cemara kajian pragmatik.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis bagi pembaca.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoreis adalah manfaat yang berkenan dalam ilmu pengetahuan.

Dalam hal tersebut ilmu kebahasaan (linguistik) hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang analisis pragmatik dengan fokus penelitian pada implikatur percakapan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kebahasaan implikatur, terutama wujud implikatur yang terdapat dalam percakapan, jenis-jenis, dan maksud implikatur. Manfaat praktis dibagi menjadi menjadi tiga bagian yakni: bagi pembaca, pembelajar bahasa dan peneliti lain.

1. Manfaat sebagai pembaca untuk tolak ukur dalam memahami dan memaknai sebuah tuturan

2. Manfaat bagi pembelajar bahasa yaitu hasil penelitian diharapkan membantu untuk mempelajari ilmu kenahasaan (pragmatik)

3. Manfaat bagi peneliti yaitu sebagai sumber dasar atau dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian sejenisnya.

(23)

1.5 Batasan Istilah 1) Implikatur

Grace (1975), berpendapat implikasi merupakan makna yang tersirat dalam suatu tuturan yang disertai konteks. Oleh karena, itu implikasi dapat dipahami melalui konteksnya.

2) Percakapan

Percakapan merupakan satuan interaksi bahasa antara dua permbicara atau lebih. (KBBI)

3) Pragmatik

Sperber dan Wilson (2005:468), mengatakan paradikmatik merupakan studi tentang makna yang disapaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar.

4) Wujud

Wujud adalah (1) rupa dan bentuk yang dapat diraba, (2) adanya sesuatu, (3) benda yang nyata (bukan roh dan sebagainya), (4) ada, sifat yang wajib bagi Allah. (KBBI, 2008:1564)

5) Maksud

Maksud adalah (1) yang dikehendaki; tujuan : telah tercapai—nya, (2) niat;

kehendak : kami datang dengan – baik (3) arti; makna (dari suatu perbuatan, perkataan, peristiwa, dan sebagainya):-- kalimat itu sudah jelas. (KBBI, 2008:865)

6) Konteks

Purwo (2001:4), konteks merupakan pijakan utama dalam analisis pragmatik. Konteks meliputi penutur dan petutur, tempat, waktu dan segala sesuatu yang terlibat di ujaran tersebut.

7) Film

(Adam et al., 2020), film merupakan kombinasi untuk penyampaian pesan melalui gambar yang bergerak, pemanfaatan teknologi, warna dan suara.

1.6 Sistematika Penyajian

Pada skripsi ini, terdapat lima bagian yang akan dipaparkan. Bab I menjelaskan mengenai uraian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan

(24)

sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai uraian tinjauan pustaka yang terdiri dari penelitian yang relevan, beberapa teori yang menjadi acuan penelitian, dan kerangka berpikir. Bab III menjelaskan mengenai uraian metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV menjelaskan mengenai uraian deskrpsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Bab V menjelaskan mengenai uraian simpulan dan saran.

(25)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disajikan teori sebagai acuan dalam penelitian. Bab ini meliputi tiga bagian yakni: 1) penelitian yang relevan, 2) kajian teori dan 3) kerangka berpikir.

2.1 Penelitian yang Relevan

Ada beberapa tulisan yang masih relevan dalam penelitian ini. Penelitian tersebut sebagai acuan penelitian dalam merumuskan implikatur percakapan.

Penelitian yang berjudul Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara: Kajian Pragmatik memiliki relevansi dengan tiga penelitian sebelumnya. Penelitian dilakukan oleh Pahriyono Damanhuri dengan judul Implikatur Percakapan dalam Kontak Interpersonal Orang tua terhadap Anak.

Penelitian kedua dilakukan oleh Sulfiana, Cintya Nurika Irma (2019) dengan judul Analisis Fungsi dan Bentuk Implikatur dalam Iklan Sprite: Kenyataan yang Menyegarkan di Televisi. Penelitian ketiga dilakukan oleh Catur Handayani (2014), Sumarwari, Reheni Suhita (2014) dengan judul Implikatur Percakapan dalam Acara Talk Show Mata Njwa di Metro TV. Peneliti meninjau mengenai implikatur percakapan dan fungsi implikatur. Kebahasaan mempunyai fungsi implikatur yang berguna untuk mengetahui maksud tententu dari kebahasaan itu sendiri.

Pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan tringulasi teori.

Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan menggunakan teknik padan pragmatik (Pudyastuti & Zamzani, 2019). Dalam penulisan pragmatik yang berhunungan dengan konteks pemakaian bahasa, seperti halnya manusia berkomunikasi dengan lawan bicaranya dengan jelas maka maksud yang disampaikan. Penelitian ini akan mengandung diksis yang merupakan ungkapan yang terkait pada konteksnya. Penelitian ini mengumpulkan data menggunakan teknik triangulasi dari data sekunder dan primer. Teknik tersebut diimbangi dengan teknik menyimak, catat, dan rekam. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena penelitian ini menggunakan metode dekriptif kualitatif, data yang bersumber dari dokumen.

(26)

2.2 Kajian Teori

Kajian teori ini digunakan sebagai acuan dalam penelitian. Kajian teori ini meliputi pragmatik, lingkup kajian pragmatik, fenomena pragmatik (tindak tutur, deiksis, tindak tutur, fenomena kesantunan), implikatur dalam pragmatik dan konteks dalam pragmatik. Kajian teori tersebut akan dijabarkan di bawah ini.

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik merupakan kajian tentang pemakaian bahasa yang berhubungan dengan konteks pemakaian bahasa (Irma, 2019). Pemakaian bahasa yang dikaji dalam pragmatik berhubungan dengan maksud ujaran yang dituturkan. Pragmatik dapat diketahui dari penggunaan implikatur. Implikatur merukapan tuturan yang sesungguhnya, penurtur dan lawan tutur akan berkomunikasi secara lancar. Kridalaksana (2008: 198), menyebutkan bahwa pragmatik merupakan syarat-syarat yang mengakibatkan pemahaman bahasa dalam berkomunikasi. Hal tersebut dikarenakan setiap percakapan pasti mengandung makna berbeda-beda. Sedangkan Yule (2014: 3), menyatakan bahwa pragmatik merupakan studi tantang makna yang disampaikan oleh penutur dan tafsiran oleh pendengar. Pada makna yang terkandung tidak semua pendengar menafsirkan yang sama, karena makna dalam sebuah implikatur bermacam-macam. Seperti pada contoh berikut

Emak : “kang, ini apa?”

Pak Dedi: ‘Ibu saya minta keluar’

Emak : “boleh dijekaskan baik-baik dahulu, pak?”

Dalam contoh tersbut mempunyai konteks bahwa emak tidak tahu permasalahannya dan ingin dijelaskan terlebih dahulu karena rumah tersebut miliknya. Rahardi (2003: 16), menjelaskan bahwa ilmu pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks lingkungan dan sosial-budaya tertentu. Makna dalam pragmatik bersidat terikat konteks (context dependent). Manfaat dari pragmatik, bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi, maksud atau tujuan, dan

(27)

jenis-jenis tindakan. Pragmatik mengkaji bahasa lebih jauh ke dalam keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi praktis dalam segala situasi antara manusia sebagai anggota masyarakat Nababan (1987: 8).

Yule (2006:3), menelaah ada 4 definisi pragmatik, berupa (1) mengkaji pembicara, (2) mengkaji makna menurut konteks, (3) mengkaji mengenai bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada dituturkan, dan (4) mengkaji mengenai ungkapan dari jarak jauh. Dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan cabang linguistik yang mengkaji penggnaan bahasa yang berkaitan dengan konteks dari penggunaan bahasa.

2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik

Menurut Kaswati Purwo, dalam pragmatik memilikiruang lingkup kajian atau bidang tertentu. Pada lingkup kajian pragmatik akan membahas deiksis, praanggapan, implikatur dan tindak tutur.

2.2.2.1 Deiksis

Deiksis masuk dalam salah satu ruang lingkup pragmatik. Hal tersebut dapat diartikan debagai penunjukan, seperti Yule (2014:13), yang mengatakan bahwa deiksis merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani ‘Penunjukan’. Deiksis memiliki fungsi untuk menunjukkan suatu hal atau fungsi diluar dari bahasa (Yule, Mulyati (2019:76). Arti penunjukkan dapat diartikan sebagaimengidentifikasi suatu hal dalam pembicaraan yang berkaitan dengan konteks.

Deiksis merupakan kata, frasa atau ungkapan yang rujukannya bisa berpindah-pindah dan tergantung dengan lawan tuturnya. Menurut KBBI (dalam Putrayasa 2014:38), deiksis dapat diartikan hal yang menunjuki suatu di luar bahasa; kata yang mengacu pada pesona, waktu dan tempat. Deiksis dapat disimpulan bahwa deiksis merupakan bentuk bahasa kata, frasa dan klausan yang mempunyai fungsi tertentudi luar bahasa. Menurut Nababan (dalam Putrayasa 2014:43), deiksis mempunyai lima jenis yaitu deiksis pesona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis sosial dan deiksis wacana.

(28)

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disintesiskan bahwa deiksis adalah penunjukan. Penunjukan menjelaskan suatu hal di luar bahasa, yang dimaksud dengan tuturan melalui penunjukan tersebut. Hal tersebut menunjukkan kata yang mengacu pada individu, waktu maupun tempat terjadinya penuturan.

2.2.2.2 Praanggapan

Praanggapan merupakan anggapan dari penutur terhadap peristiwa.

Peraanggapan sendiri berasal dari bahasa inggris to pre-suppose yang berarti

‘mengira sebelumnya’. Berarti penutur sudah memiliki dugaan sebelum penutur menyampaikan suatu hal tertentu. Praanggapan muncul dalam gejala yang ada pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut diperkuat oleh Baisu (2015:133), yang menyatakan bahwa gejala tersebut sering tidak disadari oleh manusia. Dikarenakan pranggapan muncul dari penutur, bukan apa yang diucapkan.

Menurut Yule (dalam Baisu, 2015: 135), jenis praanggapan dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis. Diantaranya (1) praanggapan potensial, (2) praanggapan faktif, (3) praanggapan non-faktif, (4) praanggapan leksikal, (5) praanggapan struktural, dan (6) praanggapan konterfaktual.

Berdasarakan uraian tersebut praanggapan merupakan pendapat yang muncul sebelum tuturan. Praanggapan timbul dari penutir dan tidak pasti kebenaranya. Hal tersebut terjadi karena keadaan yang tidak disadari, yangseringmuncul dalam komunikasi pada kehidupan sehari-hari.

2.2.2.3 Implikatur

Implikatur mempunyai makna yang tersembunyi bisa disebut dengan makna tersirat. Menurut Setyorini (2017: 132), makan tersebut muncul karena adanya makna tersurat. Hal tersebut merupakan makna perkataan yang disampaikan dengan terus terang. Dipejelas oleh soeseno (dalam Yuniarti, 2014: 229), yang mengatakan bahwa implikatur merupakan perkataan yang memiliki hal yang tersembunyi dan berbeda dengan yang

(29)

diucapkan. Dengan penjelasan dua ahli tersebut implikatur merupakan makna ucapan penutur yang implisit atau tersembunyi dan disampaikan secara tidak langsung.

2.2.2.4 Tindak tutur

Tindak tutur merupakan perbuatan yang dilakukan melalui tuturan.

Menurut Chaer dan Agustina (dalam Akbar, 2018: 29), tindak tutur merupakan kemampuan orang dalam penggunaan bahasa berdasarkan situasi tertentu. Tindak tutur merupakan gejala individual yang muncul dari penutur.

Hal tersebut bersifat psikologis yang meliputi tiga situasi tertentu yaitu situasi psikologis, situasi sosial, dan situasi perjanjian. Berdasarkan uraian tersebut tindak tutur merupakan komponen bahasa yang berkaitan dengan peserta percakapan. Hal tersebut menyesuaikan dengan situasi atau konteks tuturan dan merupakantuturan yang di dalam tuturan tersebut terdapat suatu tindakan.

2.2.3 Fenomena pragmatik

Menurut Rahardi (2020: 179), fenomena pragmatik merupakan bidang kajian yang dapat dilaksanakan proses penelitian dalam rangka studi pragmatik.

Dalam fenomena pragmatik akan membahas: (1) peraanggapan, (2) deiksis (deixis),(3) tindak tutur (speech acts), (4) fenomena kesantunan (politeness phenomena).

2.2.3.1 Praanggapan

Pranggapan adalah salah satu bagian dari lingkup pragmatik yang membicarakan mengenai kaidah-kaidah bertutur dengan suatu yang diasumsikan atau dipranggapkan (Rahardi, 2020:180). Yule (via wahyunu (2006), peranggapan merupakan suatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Dari kedua ahli menekankan kata “asumsi” yang mengartikan bahwa asumsi tersebut dihasilkan oleh penutur telah diketahui lebih dulu oleh mitra tutur. Hal tersebut berkaitan dengan latar belakang yang dimiliki oleh kedua pelaku komunikasi. Stalnaker (dalam Brown dan Yule, 1996:29), menambahkan bahwa peranggapan digunakan penutur sebagai dasar bersama bagi peserta

(30)

percakapan. Pada kutipan tersebut menggarisbawahi sumber peranggapan merupakan penutur. Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu peranggapan selalu berkaitan dengan suatu yang diucapkan oleh penutur yang sudah diketahui lebih dulu maksudnya oleh mitra tutur, yang berkaitan dengan situasi konteks.

2.2.3.2 Deiksis

Diksis merupakan salah satu fenomena yang membicarakn kaidah penunjukan, yang menyangkut waktu, tempat,orang, masyarakat yang penentunya adalah konteks (Rahardi,2020:180). Purwo (1984), menjelaskan sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah- pindah,tergantung pada siapa yang mejadi pembicara dan pada saat tempat dituturkannya kata itu. Deiksis diartikan sebagai ungkapan yang terkait pada konteksnya. Deiksis adalah kata atau frasa yang menunjukkan kepada kata, frasa atau ungkapan yang telah dipakai (Agustina, 1995).

Contoh: saya pergi sama dia

Pada kata ganti “saya” dan “dia” hanya dapat ditelusuri dari konteks ujarannya, itulah yang disebut deiksis. Deiksis dapat diartikan sebagai lokusi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, saat dituturkan oleh pembicara (Lyons, 1977:637 via Djajasudarma, 1993:43). Dari pendapat ahli deiksis menekankan pada

‘penunjukkan’ serta berpindah tergantung dimensi yang ada. Dapat ditafsirkan berbeda antara penutur dengan mitra tuturnya tergantung pada konteks dan maksud dari penutur.

2.2.3.3 Tindak tutur (speech acts)

Tindak tutur merupakan perilaku berbahasa seseorang yang berupa ujaran dalam sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Berikut penjelasan ketiga tindakan di atas (Widyaningrum & Hasanudin, 2019)

1. Tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan atau suatu ungkapan linguistik yang bermakna.

(31)

2. Tindakan ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan.

3. Tindakan perlokusi memiliki fungi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki akibat.

Tindak tutur jenis pertama yakni tindak tutur lukosi, tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur yang menyatakan sesuatu. Tindak tutur lukosi tidak ada maksud lain selain maksud yang disampaikan oleh penutur.

Misalnya “ Abah jangan lupa. Pokoknya, nanti pukul 16.00. lalu, tiup lilinnya pukul 17.00” dari kalimat tersebut mengandung makna bahwa abah diingatkan untuk datang ke acara ulang tahun.

Tindak tutur jenis kedua yakni tindak tutur ilukosi yang mempunyai fungsi untuk ‘melakukan sesuatu’. Tindak tutur ilukosi tidak semata-mata digunakan untuk memberikan informasi melainkan untuk menangkap makna kebahasaan maka akan dapat bermakna perintah atau permintaan.

Misalnya “Pak, tidak usah ditempeli stiker begitu, pak.” Kalimat tersebut mengandung makna penutur tidak ingin rumah tersebut diberi tanda, kenyataannya rumah tersebut sudah disita. Dalam memaknai bahwa tutiran dalam tindak ilukosi itu dibutuhkan kehadiran konteks. Untuk memaknai pada tuturan ilokusioner seperti di atas hal tersebut harus mempertimbangkan dengan cermat latar waktu dan latar tempatnya.

Tindak tutur jernis ketiga atau terakhir yakni tindak tutur perlokusi merupakan tindakan untuk memperngaruhi mitra tutur atau pihak lain untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh “Rumahnya tidak mau dijual saja?”

kalimat tersebut pasti akan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat jenis tuturan perlukosi.

2.2.3.4 Fenomena kesantunan

Dalam suatu interaksi pastinya mempunyai kesantuan dalam berbahasa, kesantunan adalah berprilaku sedemikian rupa yang sesuai dengan kaidah sosial yang berlaku dalam masyarakat. Fraser (dalam Wadji, 2013), mengatakan kesantunan dimiliki oleh penutur dan pendengar lawan tutur. Bagi penutur dan lawan tutur menggunakan variasi yang sesuai, serta

(32)

mempertimbangkan skala status, skala keakraban penutur dan lawan tutur berdasarkan hak dan kewajiban dengan tujuan hubungan yang harmonis.

Dalam fenomena kesantunan berbahasa lazimnya dipilih menjadi dua yakni kesantunan yang dasarnya adalah konsep muka, dan kesantunan yang dasarnya adalah implikatur. Kesantunan dapat dikatakan sebagai pelengkap dari prinsip kerja sama. Prinsip kerja sama tersebut bisa digunakan untuk entitas pragmatik yang sifatnya tekstual, sedangkan prinsip kesantunan digunakan dengan entitas pragmatik yang sifatnya nontekstual. Prinsip kerja sama terdapat beberapa maksim yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim pelaksaaan (Rahardi, 2009:23).

2.2.3 Implikatur dalam Pragmatik

Implikatur merupakan salah satu gagasan paling penting dalam pragmatik. Implikatur merupakan contoh hakikat dan kekuatan penjelasan pragmatik dari fenomena kebahasaan (Kurniati, 2019). Menurut (Yuniarti, 2014), implikatur percakapan merupakan implikatur yang hanya diketahui oleh sebagian orang yang mengetahui konteks tuturan. Dalam implikatur akan menganalisis suatu percakapan sehingga diperoleh makna yang benar. Maka konsep implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan antara ‘apa yang diungkapan’ dan ‘apa yang dimaksud’.

Pada implikatur mempunyai jenis-jenis, menurut Grice (dalam Leech, 1993: 17), mengatakan ada dua jenis implikatur yaitu conventional implicature (implikatur konvensional) dan conversation implicature (implikatur percakapan). Iimplikatur tersebut mempunyai sifat umum dan konvensional.

Implikatur konvensional bersifat umum yang dimaksud diketahui oleh masyarakat. Implikatur tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh topik atau konteks yang sudah diketahui banyak orang. Dipertegas oleh Mulyana (2001) implikatur konvensional merupakan implikasi yang bersifat umum dan konvensial, semua orang memahami maksud atau implikasi mengenai suatu hal tertentu. Pemahaman tersebut mengandaikan kepada pendengar atau pembaca mengenai pengalaman atau pengetahuan umum.

(33)

Implikatur konvensional mengimplikasikan bahwa suatu konsep atau pengertian sudah bersifat umum dan konvensional. Hal tersebut dapat dikatakan, semua orang umumnya sudah mengetahui dan memahami maksud atau implikasi suatu hal tertentu. Sama seperti Yule (2014:78), mengatakan bahwa implikatur konvensional tidak mengharuskan terjadi pada percakapan dan tidak tergantung pada konteks lokal untuk memahami. Dengan demikian, presuposisi leksikal, implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan mengandung makna tambahan yang disampaikan (Mulyana, 2005:12).

Dalam implikatur konvensional mempunyai makna yang diharapkan pada bentuk-bentuk bahasa tetapi tidak terungkap, menutut Kridalaksana (2008:91). Sedangkan menutut Yule (2006:78), implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata khusus dan mempunyai maksud tambahan yang disampaikan bila kata tersebut digunakan. Menurut Yule (2006:69), implikatur percakapan merupakan asumsi dari percakapan dan mengikuti prinsip kerja sama dan maksim-maksim. Grice menghubungkan konsep implikatur percakapan dengan kaidah prinsip kerja sama. Menurut Levison (dalam Rani, dkk (2006:173), menjabarkan empat fungsi dalam implikatur dan tuturan sebagai berikut.

a. Implikatur menjelaskan makna atau fakta kebebasan yang terjangkau oleh teori- teori lingusitik.

b. Implikatur menegaskan perbedaan lahiriah yang dimaksud si pemakai bahasa.

c. Implikatur memberikan pemerian semantik sederhana mengenai hubungan klausa dengan kata hubung yang sama.

d. Implikatur memberikan fakna secara lahiriah yang tidak berkaitan melainkan berlawanan (seperti metafora).

Fungsi tersebut tidak terlepas dari teori tindak tutur. Tindak tutur merupakan pandangan bahwa ungkapan bahasa dapat dipahami jika dikaitan dengan situasi konteks yang terjadi.

(34)

Menurut Yule (2006:69-8), implikatur dibedakan menjadi lima macam yaitu:

1. Implikatur percakapan

Makna yang disampaikan penutur akan melalui implikatur dan pendengarlah yang mengenali makna yang disampaikan melalui inferensi.

2. Implikatur percakapan umum

Pengetahuan khusus yang tidak dipersyaratkan untuk menghitungkan makna tambahan yang disampaikan, merupakan implikatur percakapan umum.

3. Implikatur berskala

Informasi yang selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata untuk menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Dalam implikatur tersebut semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi akan dilibatkan apabila dalam skala itu dinyatakan.

4. Implikatur percakapan khusus

Percakapan khusus terjadi dalam kontes yang khusu dimana kita bisa mengasumsikan informasi yang diketahui secara lokal.

5. Implikaturl konvensional

Implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim. Implikatur konvensional tidak selalu ada dalam percakapan dan tidak bergantung konteks. Kata yang biasanya digunakan pada implikaturkonvensionalini adalah kata ‘bahkan’

dan ‘tetapi’.

Hal tersebut membuat penutur dapat secara lancar berkomunikasi karena keduanya memiliki kesamaan yang dituturkan. Dengan adanya kontrak percakapan yang tidak tertulis, dan saling memahami satu dengan yang lainnya.

Grice (1974) dalam Rahardi (2003) mengatakan bahwa tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan bagian dari tuturan. Proposisi tersebut disebut implikatur percakapan.

(35)

Implikatur tersebut memiliki makna informasi bersifat kontekstual dan informasi yang bersifat pendek dan terikat oleh konteks menurut Zamzani

& Rahayu (2017:27). Implikatur percakapan berciri sebagai berikut.

1. Implikatur percakapan membutuhkan informasi yang melatarbelakangi pengetahuan dalam konteks.

2. Implikatur berbeda dengan makna kalimat secara harafiah.

3. Implikatur percakapan berada di luar dari isi semantik yang dikatakan.

Implikatur tergantung pada makna pragmatik dan maksud yang tersirat berpengaruh pada konteks.

4. Implikatur percakapan dilatarbelakangi penutur, dan makna konvensional tidak menjadi bagian dari implikatur.

5. Implikatur percakapan tidak tergantung dari kembenaran yang dikatakan (yang dikatakan mungkin benar naumn yangdikatakan secara tersirat mungkin bisa salah), implikatur percakapan tidak berdasarkan yang dikatakan, namun dapat diperhitungkan dalam hal tindakan yang mengatakan hal tersebut.

6. Dalam (Grice, 1975:57-58; Levinson, 1983:114; Yule, 1996: 44-45;

Kroeger, 2018:140-141), mengatakan bahawa implikatur percakapan tidak memiliki penjelasan pasti.

Pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan merupakan suatu yang disampaikan secara implisit dan muncul pada konteks bahasa yang bersifat khusus.

Dalam implikatur mempunyai dua wujud imperatif yakni (1) wujud imperatif formal atau struktural dan (2) wujud imperatif pragmatik atau nonstruktural (Rahardi 2008:87). Wujud formal imperatif merupakan maksud dari imperatif menurut ciri struktur atau ciri formal. Sedangkan wujud imperatif pragmatik merupakan imperatif menurut makna pragmatik.

Menurut Grorys Keraf dalam Rahardi (2005:27), kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia merupakan suruhan yang kasar hingga permohonan yang sangat halus dan santun. Kalimat imperatif dapat diucapkan secara langsung maupun tidak langsung.

(36)

Dalam kajian pragmatik imperatif merupakan cabang ilmu yang berkesinabungan dengan penggunaan bahasa atau kalimat perintah dalam makna kebahasaan serta tuturan yang mempunyai aspek kontekstual. Hal tersebut terkandung selalu berkaitan dengan konteks situasi tutur yang mempunyai latar belakang munculnya tuturan imperatif. Wujud formal imperatif mempunyai dua macam wujud.

(1) Imperatif aktif

Rahardi (2005:88), imperatif aktif dibedakan berdasarkan penggolongan verbanya yang menjadi dua macam, imperatif aktif berciri transitif dan imperatif aktif berciri intransitif. Yang diperkuat menurut Mees dalam Rahardi (2005:23), menyatakan bahwa kata kerja transitif maupun intransitif, keduanya mempunyai fungsi sebagai pembentuk kalimat perintah. imperatif aktif dibedakan berdasarkan penggolongan verbanya yang menjadi dua macam, imperatif aktif berciri transitif dan imperatif aktif berciri intransitif. Yang diperkuat menurut Mees dalam Rahardi (2005:23), menyatakan bahwa kata kerja transitif maupun intransitif, keduanya mempunyai fungsi sebagai pembentuk kalimat perintah. Kedua ahli tersebut menunjukkan bahwa subjek perintah tuturan dalam memberikan penegasan atau penekanan pada maksud perintah tertentu.

(2) Imperatif pasif

Implikatur pasif lazimnya digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Berdasarkan ciri struktural, tuturan tersebut ditandai dengan penggunaan awalan di-, ter-, atau ter-kan. Imperatif pasif mengandung konotasi makna bahwa orang ketigalah yang diminta melakukan sesuatu, bukan orang kedua (kata ganti orang disusul oleh verba yang kehilangan awalan).

(37)

Sedangkan wujud imperatif pragmatik mempunyai tujuh belas macam makna pragmatik imperatif dalam Bahasa Indonesia. Berikut tujuh belas wujud makna pragmatik imperatif (Rahardi 2008:93-117).

(1) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah, Kalimat imperatif perintah terdapat makna yang tidak dapat diwujudkan dengan suatu penanda bahasa. Hal tersebut dibuktikan dengan teknik parafrasa atau ubah wujud. Imperatif perintah memiliki ciri-ciri seperti berintonasi tinggi, diungkapkan dengan bentuk kontruksi nonimperatif yang dituturkan secara tidak langsung atau menggunakan kata kerja dasar, serta partikel –lah.

Makna pragmatik dapat dipahami melalui konteks yang melatarbelakanginya.

(2) Tuturan yang mengandung makna pragmatic imperatif suruhan, Kalimat imperatif secara struktural, makna suruhan ditandai dengan pemkaian kesantunan coba, dalam sebuah kalimat. Tuturan imperatif dapat di parafrasa atau diubah wujud untuk mengetahui secara jelas, jika tuturan mengandungmakna imperatif suruhan.

Namun, makna pragmatik imperatif tidak selalu diungkapkan dengan imperatif yang berarti tuturan disampaikan penutur diikuti dengan bentuk pernyataan. Wujud tuturan yang bermakna suruhan juga dapat diungkapkan berupa kalimat deklaratif maupun kalimat interogatif (tanya).

(3) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan,

Kalimat imperatif permintaan lazimnya ditandai dengan kesantunan tolong atau minta. Tuturan lainnya yang mengandung makna pragmatik imperatif meminta dapat ditandai dengan kesantunanyang lebuh halus seperti mohon.

(38)

(4) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan,

Kalimat imperatif permohonan, secara struktural ditandi dengan penandaan kesantunan seperti mohon. Makna permohonan lazimnya terdapat partikel -lah yang merupakan penanda kesantunan untuk memperhalus tuturan imperatif permohonan.

Namun, imperatif permohonan biasanya digunakan untuk menunjukkan permohonan kepada orang yang lebih tua atau kedudukannya yang tinggi, teman sebaya, atau penggunaan kalimat yang sopan dan halus untuk bertutur. Wujud imperatif tersebut tidak selalu diungkapkan dalam bentuk kontribusi imperatif.

(5) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan, Tuturan imperatif desakan lazimnya menekankan intonasi dalam tuturannya. Intonasi tutuan imperatif desakan cenderung lebih keras dari pada tuturan imperatiflainnya. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan kata ayo atau mari. Adapun penanda lainnya yang digunakan seperti harus atau harap.

(6) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan, Makna imperatif bujukan berbeda dengan lainnya, makna ini diwujudkan dengan tuturan yang berbentuk deklaratif dan interogatif. Penanda imperatif bujukan seperti ayo dan mari. Adapun, penanda yanglainnya seperti kata tolong.

(7) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan, Makna imperatif imbauan diwujudkan dalam bentuk tuturan nonimperatif. Makna tuturan imperatif imbauan salah satu kalimat mengandung intonasi ajakan untuk melakukan sesuatu, dalam bentuk perintah maupun larangan dan bersifat menasehati. Tuturan imperatif imbauan lazimnya digunakan bersama partikel –lah.

Selain itu sering digunakan untuk ungkapan, penanda kesantunannya seperti harap dan mohon. Menurut Hasan dan Dendy (2002:92) kontruksi pasif menggunakan partikel –lah, maksudnya

(39)

lebih memperlunak atau memperhalus tuturan kalimat perintah yang diungkapkan.

(8) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan, Makna imperatif persilaan cenderang digunakan untuk acara formal yang bersifat protokoler. Makna tersebut lazimnya ditandai dengan kesantunan silahkan. Kata lain yang sering digunakan dalam bentuk pasif seperti dipersilahkan, yang menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan. Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan makna persilaan namun dalam bentuk nonimperatif.

(9) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan, Tuturan yang mengandung makna imperatif ini memiliki unsur penanda kesantunan yang ditandai kata mari atau ayo.

Ungkapan imperatif ajakan tidak selalu diwujudkan dengan tuturan dalam bentuk imperatif. Maka, setiap tuturan yang disampaikan penutur biasanya secara tidak langsung tanpa adanya penanda (nonimperatif).

(10) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan izin

Secara pragmatik, makna imperatif permintaan izin lazimnya menggunakan penanda kesantunan yang ditandai kata mari dan boleh. Makna tersebut tidak semua menggunakan makna imperatif, dalam segi tuturan dapat diwujudkan dalam bentuk tuturan nonimperatif.

(11) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif mengizinkan,

Imperatif mengizinkan ditandai dengan kesantunan silahkan.

Selain itu ditandai dengan makna imperatif mengizinkan dapat ditemukan dalam komunikasi sehari-hari, diwujudkan dengan tuturan nonimperatif atau disampaikan secara tidak langsung tanpa adanya penanda imperatif.

(40)

(12) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan, Secara struktural, penggunaan makna imperatif larangan mempunyai wujud yang macam-macam serta pengungkapannya tidak selau berwujud tuturan imperatif. Bentuk pengungkapan makna larangan lazimnya diwujudkan secara pragmatik yang ditandai dengan kesantunan seperti kata jangan.

(13) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan, Tuturan makna pragmatik imperatif harapan memiliki penanda kesantunan yang ditandai dengan kata harap dan semoga.

Kedua penanda tersebut sama-sama mengandung makna harapan didalamnya. Adapun kalimat intransitif harapan yang dituturkan dalam bentuk nonimperatif atau ujaran secara tidak langsung. Dalam Prihatini (2015:71), penanda tambahan yang diungkapkan dalam harapan yaitu hendaknya.

(14) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan, Dalam pemakaian bahasa Indonesia makna umpatan sering kali ditemukan pada saat berkomunikasi sehari-hari dan digunakan banyak orang. Namun, implikatur umpatan jarang sekali muncul di lingkungan sekolah. Makna umpatan ini tidak hanya berwujud imperatif melainkan nonimperatif. Tuturan yang disampaikan tidak ada penanda, namun tuturan tersebut merupakan bagian dari pragmatik imperatif.

(15) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat,

Tuturan yang mengandung imperatif pemberian ucapan selamat menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia, dalam peristiwa tertentu. Pemakaian tuturan ini cukup banyak ditemukan dikehidupan sehari-hari dan seluruh anggota masyarakat menggunakan bahasa tersebut untuk menyampaikan pesan ucapan salam, ucapan selamat kepada mitra tutur. Sama dengan lainnya, makna tuturan tersebut tidak jauh berbeda dengan makna pragmatik

(41)

lainnya untuk menyampaikan ucapan selamat, ucapan salam kepada mitratutur.

(16) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran, dan

Tuturan yang mengandung imperatif anjuran lazimnya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya. Makna tersebut dapat dipahami sebagai kalimat menganjurkan atau memerintah melalui sebuah saran maupun pesan untuk orang lain atau mitra tutur.

(17) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif “ngelulu”.

Makna imperatif ngelulu merupakan bagian dari bahasa Indonesia. Namun kata “ngelulu” berasal dari bahasa jawa yang mempunyai maknamelarang seseorang untuk melakukan sesuatu hal seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat dipahami dengan adanya penanda kesantunan jangan. Selain itu, ungkapan “ngelulu” berbeda dengan makna lainnya, yang tidak diikuti penanda lainnya. Namun menggunakan bentuk tuturan imperatif.

2.2.4 Konteks dalam pragmatik

Menurut Rahardi (2006), konteks merupakan latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tuturuntu mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang disampaikan oleh penutur dalam proses bertentu. Hal tersebut memiliki maksud latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh kedua pihak pelaku komunikasi, baik komunikatir dan komunikan dengan tingat pengetahuan yang sama agar proses komunikasi berjalan dengan lancar, jelas dan tidak ada kesalah pahaman penafsiran suatu tuturan.

Preston (Supardo, 2000:46), menjelaskan bahwa konteks merupakan seluruh informasi yang berada disekitar pemakaian bahasa yang ada disekitar.

Preston juga menyebutkan jenis-jenis konteks dan cara kerjanya. Konteks tersebut dibagi menjadi dua jenis, konteks bahasa dan konteks non bahasa.

(42)

1. Konteks bahasa merupakan unsur yang secara langsung membentuk struktur, yaitu kata, kalimat dan teks.

2. Konteks non bahasa dibagi menjadi tiga yaitu konteks dialektikal, diatipik, dan realisasi.

a. Konteks dialektal merupakan usia, jenis kelamin, daerah dan spesialisasi yang merupakan identitas seseorang atau kelompok yang menunjukkan profesi orang yang bersangkutan.

b. Konteks diatipik merupakan setting (waktu, tempat, panjang dan besar), yaitu konteks berupa tempat, jarak interaksi, topik pembicaraan dan fungsi

Penelitian ini menganalisis mengenai tuturan dalam berkomunikasi antar anggota keluarga yang meliputi suami, isteri, dan anak. Tuturan tersebut berwujud imperatif, baik secara formal maupun imperatif pragmatik. Hal tersebut berhubungan dengan makna pragmatik imperatif yang dikaitakn dengan konteks situasi tuturan yang melatarbelakanginya.

2.3 Kerangka Berpikir

Dari berbagai teori penelitian, implikatur percakapan selalu berdasarkan konteks. Implikatur percakapan harus mengerti kontkes dan maksud supaya menjalin komunikasi dengan baik. Pada pragmatik terdapat ruang lingkup kajian yang merupakan bidang tersendiri dari ilmu bahasa. Ilmu pragmatik yang sering munjul disebut dengan fenomena pragmatik. Fenomena pragmatik mempunyai beberapa pembahasananya diantaranya tindak tutur, deiksis, implikatur dan kesantunan berbahasa, hal tersebut adalah dasar semua konteks. Berikut kerangka berpikir penelitian:

(43)

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berpikir

(44)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

Bagian metodologi penelitian terdiri dari enam hal yang akan diuraikan oleh peneliti. Keenam hal tersebut yaitu (1) jenis penelitian, (2) sumber data dan data penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data dan (6) trianggulasi data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskiptif kualitatif. Zuriah (2015: 14), berpendapat penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan memberikan fakta-fakta aktual.

Manurut Sugiyono (2016:9), metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tringulasi. Maka dalam penelitian ini akan mengamati dan melakukan analisis terhadap percakapan suami, isteri dan anak dalam film Kelurga Cemara melalui pendekatan terhadap percakapan yang ada di dalamnya. Kemudian, peneliti mendeskripsikan wujud implikatur serta jenis-jenis implikatur yang terkandung di dalam percakapan tersebut.

Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong(2007: 4), berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik berupa kata-kata tertulis ataupun lisan. Dalam penelitian ini juga menggunakan model deskriptif kualitatif yang dapat diartikan, penelitian ini terfokus pada dokumen atau data yang berupa film yang berjudul

“Keluarga Cemara”. Pada penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif karena dokumen atau data tersebut mendeskripsikan jenis-jenis implikatur, wujud implikatur dan maksud implikatur pada percakapan suami, isteri dan anak dalam keluarga.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data ada dua macam yaitu sumber data sekunder dan sumber data primer. Sumber data primer yang dipakai dalam penelitian ini adalah film atau rekaman dari percakapan suami, isteri dan anak dalam keluarga. Sumber data sekunder berupa data pendukung. Sumber data sekunder pada penelitian ini seperti

(45)

buku-buku (pragmatik) dan lain sebaginya. Sumber data primer yaitu sumber data yang didapat dari data yang akan diteliti.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu teknik oprasional dasar yang dipakai adalah teknik penyimakan. Teknik yang digunakan sebagai berikut:

1. Penelitian menyimak film atau rekaman percapaan suami, isteri dan anak dalam film keluarga cemara.

2. Peneliti mencatat beberapa bagian percakapan suami, isteri dan anak dalam film keluarga cemara. Pencatatan ditulis untuk kepentingan klarifikasi. Hal tersebut dilakukan supaya penyajian secara deskriptif tertulis secara obyektif.

3. Peneliti memilih bagian percakapan yang mengandung implikatur, jenis- jenis implikatur, dan mengklasifikasi sesuai wujud implikatur.

Untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan tabel seperti berikut:

1. Tabel Wujud implikatur

Tabel 3. 1 Tabel data wujud Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara

No Data dan konteks Wujud Implikatur

Validator Komentar Ya Tidak

(46)

2. Tabel Jenis Implikatur

Tabel 3. 2 Tabel data jenis-jenis Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara

No Data dan konteks Jenis Implikatur

Validator Komentar Ya Tidak

3. Tabel Makna Prgamatik

Tabel 3. 3 Tabel data makna Pragmatik Implikatur Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara

No Data dan konteks Makna Implikatur

Validator Komentar Ya Tidak

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data dengan alat bantu yang digunakan oleh peneliti agar data dan kegiatan menjadi sistematis dan mudah diolah (Arikunto (2010: 265). Teknik penyusunan instrumen penelitian disusun salam bentuk tes maupun nontes untuk mempermudah penyusunan (Widoyoko, 2016). Kriteria dalam instrumen penelitian yaitu responsif, dapat menyesuaikan diri dengan situasi, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi, dan memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang lazim dan idiosentrik (Maleong, 2008:172).

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan kegiatan setelah terkumpul data dan diklasifikasi. Teknik analisis data sebagai puncak penelitian (Sudaryanto, 1993: 18).

Dalam penelitian ini dmenggunakan penelitian deskriptif karena dijabarkan dengan kata-kata. Analisis deskriptif merupakan analisis terperinci dan jelas secara panjang lebar yang berkaitan dengan data peneliti dalam bentuk kalimat.

Langkah-langkah analisis yang digunakan untuk proses pengumpulan data.

(47)

1. Peneliti mengidentifikasi implikatur percakapan suami, isteri dan anak dalam keluarga. Penelitian ini mencangkup wujud implikatur, jenis implikatur dan wujud implikatur.

2. Peneliti mengklasifikasi setiap percakapan yang mengandung wujud implikatur, jenis implikatur dan wujud implikatur.

3. Peneliti mendeskripsikan data sesuai dengan klasifikasi data.

3.6 Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan kebahasaan data yang memanfatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Sesuatu yang lain yang dimaksud untuk keperluan pengecekan sebagai perbandingan terhadap data.

Meleong mempunyai empat pembeda sebagai teknik pemeriksaan yuntuk dimanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

Dalam Triangulasi data mempunyai peran penyidik. Peran penyidik sebagai evaluator dan pengecekan kajian objek peneliti. Peran penyidik adalah dosen triangulator, yaitu Dr. B. Widharyanto, M.Pd.

(48)

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) deskripsi data, (2) hasil analisis data dan (3) pembahasan. Pada bagian pertama, menguraikan data penelitian. Pada bagian kedua, menjelaskan hasil temuan dari analisis data berdasarkan tiga rumusan masalah yaitu (1) Wujud Implikatur yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik, (2) Makna Implikatur yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik, dan (3) Jenis-jenis Implikatur yang terdapat dalam Percakapan Suami, Isteri dan Anak dalam Film Keluarga Cemara Kajian Pragmatik.

Pada bagian ketiga, peneliti membahas mengenai temuan penelitian dalam konteks teori yang dianut dan penelitian yang relevan.

4.1 Deskripsi Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa wujud implikatur, makna implikatur dan jenis-jenis implikatur dalam Film Keluarga Cemara. Film tersebut merupakan drama keluarga Indonesia, yang diadaptasi dari cerita yang dimuat di majalah “Hai” dan kemudian menjadi novel. Film ini berdurasi 110 menit, peneliti akan menyalin dialog-dialog berdasarkan film tersebut. Berdasarkan rumusan masalah percakapan dalam Film Keluarga Cemara akan dibagi menjadi tiga data diantaranya wujud, jenis-jenis dan makna implikatur percakapan.

Keseluruhan data implikatur yang diperoleh berjumlah 77 data dari percakapan pada Film Keluarga Cemara. Data temuan yang berupa wujud implikatur diklasifikasikan menjadi dua yaitu wujud pragmatik imperatif dan wujud formal imperatif. Data yang diperoleh dari wujud pragmatik imperatif ada 6 data pada wujud imperatif pragmatik merupakan imperatif menurut makna prakmatik.

Sedangkan wujud formal imperatif ada 2 data pada wujud formal imperatif merupakan maksud dari imperatif menurut ciri struktur atau ciri formal bila digabungkan kedua data tersebut diperoleh 14 data. Temuan data tersebut berupa data yang disertai konteks percakapannya.

(49)

Data temuan yang kedua berupa makna implikatur yang diklasifikasikan menjadi tujuh belas makna. Data yang diperoleh ada 90 data yang mengandung makna implikatur. Sedangkan temuan yang ketiga berupa jenis-jenis implikatur yang diperoleh ada 42 data. Data tersebut dibagi menjadi dua yaitu implikatur percakapan dan implikatur konvensional. Menutut Yule (2006:78), implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata khusus dan mempunyai maksud tambahan yang disampaikan bila kata tersebut digunakan. Sedangkan implikatur percakapan merupakan asumsi dari percakapan dan mengikuti prinsip kerja sama dan maksim- maksim (Yule (2006:69)). Grice menghubungkan konsep implikatur percakapan dengan kaidah prinsip kerja sama.

Data tersebut selanjutnya dianalisis berdasarkan konteks. Hal tersebut sejalan dengan Purwo (2001:4), konteks adalah pijakan utama dalam analisis pragmatik. Konteks tersebut meliputi penutur dan mitra tutur yang berhubungan dengan ujaran tersebut. Rahardi (2006) menambahkan, konteks adalah latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tuturuntuk mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang disampaikan oleh penutur dalam proses bertutur. Maka, konteks sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses komunikasi.

4.2 Hasil Analisis Data

Bagian ini peneliti memaparkan temuan datapenelitian yang diambil dari hasil analisis data. Peneliti meneliti implikatur percakapan sumai, isteri dan anak dalam Film Keluarga Cemara menggunakan kajian pragmatik. Data tersebut diklasifikasi dalam wujud, jenis-jenis dan makna implikatur. Seluruuh data tersebut dianalisis sesuai dengan kategori yang telah peneliti himpun dengan mengkaitkan teori-teori yang digunakan dalam pengkaji implikatur percakapan. Tuturan tersebut juga dianalisis sesuai dengan konteks pragmatik.

Referensi

Dokumen terkait

Alert for an epidemic of oral cancer due to use of the betel quid substitutes gutkha and pan masala: a review of agent and causative mechanisms. World Health Organization

PENGARUH KUALIFIKASI, KOMPETENSI, DAN RASIO DOSEN DAN MAHASISWA TERHADAP KINERJA DOSEN TETAP PERGURUAN TINGGI PARIWISATA DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

5 Hakim Konstitusi yang kemudian pertimbangannya menjadi Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017 tersebut menyatakan bahwa KPK merupakan lembaga eksekutif, yang melaksanakan fungsi-

Orangtua cenderung memberikan multivitamin pada anaknya walaupun gizinya sudah cukup karena orangtua merasa bahwa zat-zat gizi yang ada pada makanan yang diberikan

M, dalam Bahan dan Praktek Beton, ada banyak cara yang dilakukan untuk menghasilkan beton ringan, tetapi ini semua tergantung adanya rongga udara dalam agregat atau

The effect of ionic imprinted cavity fraction formed as the active sites on adsorption characteristic was studied with interacting the adsorbent containing different ionic

Semakin lama waktu fermentasi maka memberi pengaruh nyata yang signifikan terhadap derajat putih tepung MOCAF yang dihasilkan. Semakin lama waktu fermentasi

Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini ialah latar belakang berdirinya usaha, prosedur pembelian bahan baku, prosedur penjualan, prosedur pemesanan barang