• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan I."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA

KELAS V DI SEKOLAH DASAR KANISIUS WIROBRAJAN I Antonius Wahyu Budi Santosa

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Kanisius Wirobrajan 1 pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I dan siklus II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Pembelajaran dilaksanakan dalam 4 pertemuan, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Data dikumpulkan menggunakan hasil tes evaluasi pada akhir siklus dan pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan presasi belajar IPS siswa kelas V di SD Wirobrajan 1 tahun pelajaran 2010/2011, khususnya pada materi peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dengan persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal 50% dan meningkat pada akhir siklus II yaitu menjadi 80 %. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu sebanyak 4,17%, pada akhir siklus I sebesar 72%, dan pada akhir siklus II adalah sebesar 90%.

(2)

ABSTRACT

IMPROVEMENT OF MOTIVATION AND LEARNING INTELLIGENCE OF SOCIAL SUBJECT WITH PROBLEM BASED LEARNING STUDENT GRADE V OF ELEMENTARY SCHOOL WIROBRAJAN 1

Antonius Wahyu Budi Santosa Sanata Dharma University

2013

This research aimed to determine whether the use of problem based learning can improve motivation and learning intelligence student of grade V Elementary School Plaosan 1 Mlati for Social subject in second semester school year 2010/2011.

This research is a class act who carried on with two cycles. In the first and second cycle are done by problem based learning in dividing student into groups and problem distributed. Learning is doing in four meeting, each cycle consist of two meeting. Data collected to use instrument of written test in last cycle and observation.

Result of research which show that problem based learning method can improve motivation and learning intelligence student of grade IV Elementary School Plaosan 1 in school year 2010/2011 in Social subject especially in material of communication of technology development and transportation. Improvement learn motivation of student can show with rate of learn motivation of student in first condition 78% and improve in the end of cycle II to be 83,33%. While improvement of learning intelligence can show from first condition which minimal criteria complete (KKM) reach as many as 4,17%, in the end of cycle I 72%, and in the end of cycle II amounting to 90%.

(3)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA

KELAS V DI SEKOLAH DASAR KANISIUS WIROBRAJAN I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

ANTONIUS WAHYU BUDI SANTOSA NIM: 091134164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“M em

bangun mimpi untuk menyongsong hidup yang lebih cerah, tetapi

jangan terlena dengan mimpi tersebut karena mimipi selalu menyajikan

keindahan oleh sebab itu mari kita bangkit dari mimpi-mimpi untuk

menyongsong kenyataan di dunia ini penuh dengan semangat motivasi“

Skripsi ini kupersembahkan untuk : 1. Bapak Wignyo Sumarto dan Ibu Lucia

Suyati yang senantiasa mendukung dan mendoakanku.

2. Budiyati yang selalu memberikan dukungan.

3. Suster Clarista Yang telah meberikan motivasi dan mendoakanku.

4. Maria Wuriusadani yang telah memberikan dukungannya.

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Mei 2013 Penulis

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Antonius Wahyu Budi Santosa

NIM : 091134164

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan 1

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 3 Mei 2013 Yang menyatakan

(9)

vii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA

KELAS V DI SEKOLAH DASAR KANISIUS WIROBRAJAN I Antonius Wahyu Budi Santosa

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Kanisius Wirobrajan 1 pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I dan siklus II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Pembelajaran dilaksanakan dalam 4 pertemuan, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Data dikumpulkan menggunakan hasil tes evaluasi pada akhir siklus dan pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan presasi belajar IPS siswa kelas V di SD Wirobrajan 1 tahun pelajaran 2010/2011, khususnya pada materi peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dengan persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal 50% dan meningkat pada akhir siklus II yaitu menjadi 80 %. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu sebanyak 4,17%, pada akhir siklus I sebesar 72%, dan pada akhir siklus II adalah sebesar 90%.

(10)

viii

ABSTRACT

IMPROVEMENT OF MOTIVATION AND LEARNING INTELLIGENCE OF SOCIAL SUBJECT WITH PROBLEM BASED LEARNING STUDENT GRADE V OF ELEMENTARY SCHOOL WIROBRAJAN 1

Antonius Wahyu Budi Santosa Sanata Dharma University

2013

This research aimed to determine whether the use of problem based learning can improve motivation and learning intelligence student of grade V Elementary School Plaosan 1 Mlati for Social subject in second semester school year 2010/2011.

This research is a class act who carried on with two cycles. In the first and second cycle are done by problem based learning in dividing student into groups and problem distributed. Learning is doing in four meeting, each cycle consist of two meeting. Data collected to use instrument of written test in last cycle and observation.

Result of research which show that problem based learning method can improve motivation and learning intelligence student of grade IV Elementary School Plaosan 1 in school year 2010/2011 in Social subject especially in material of communication of technology development and transportation. Improvement learn motivation of student can show with rate of learn motivation of student in first condition 78% and improve in the end of cycle II to be 83,33%. While improvement of learning intelligence can show from first condition which minimal criteria complete (KKM) reach as many as 4,17%, in the end of cycle I 72%, and in the end of cycle II amounting to 90%.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kasih, karena berkat kemurahan rahmat dan kasih-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Terutama tugas ini dibuat sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi guru berupa kemampuan penguasaan bidang studi, memahami siswa, pembelajaran siswa dan pengembangan kepribadian.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan, bimbingan, dan keterlibatan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

2. G. Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,BST., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma,

3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran yang sangat berguna bagi penulis,

4. Christina Tri Lestari, S.Pd selaku Guru Model yang telah bersedia untuk membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini,

5. Petugas Perpustakaan,

6. Kepala Sekolah, Dewan Guru, beserta siswa dan siswi kelas V SD Kanisius Wirobrajan I yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini,

(12)

x

yang selalu mendampingi dan mendukungku setiap saat, Kakakku Budi Yati, Kus Miyati, Suster Clarista dan Adik tersayangku Ria dan Ririn yang selalu memberi semangat dan menghiburku, terima kasih atas semua doa dan dorongannya,

8. Teman-teman seperjuanganku, Mbak Dini, Mbak Dewi, Mbak Agnes, Pur, Mbak Betris, Bu Erna, Mbak Desi, Mbak Liya, Mbak Ratih, Mbak Rita, terima kasih atas kebersamaannya melalui suka duka dalam menyelesaikan skripsi ini,

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

Atas semua itu, penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis berharap dengan adanya skripsi ini semoga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Akhirnya penulis akan selalu menerima dengan senang hati apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 3 Mei 2013 Penulis

(13)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto dan Persembahan ... iv

Pernyataan Keaslian Karya ... v

Persetujuan Publikasi ... vi

Abstrak ...vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah... 4

D. Batasan Pengertian ... 4

E. Tujuan ... 5

(14)

xii

BAB II. KAJIAN TEORI ... 8

A. Pembelajaran IPS ... 8

B. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ...14

C. Motivasi ...20

D. Belajar ...23

E. Hubungan mata pelajaran IPS dengan PBM ...37

F. Kerangka Berpikir ...38

G. Hipotesis ...38

BAB III. METODE PENELITIAN ...39

A. Setting Penelitian ...39

B. Desain Penelitian ...41

C. Rencana Tindakan ...42

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...46

BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...57

A. Diskripsi data ...57

B. Komparasi ...88

C. Pembahasan ...89

BAB V. PENUTUP ...92

A. Kesimpulan ...91

B. Saran ...93

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Jumlah Soal Menurut Tipe Dalam Kisi-Kisi

perencanaan penyusunan Soal ...55

Tabel 2 Waktu Penelitian ...56

Tabel 3 Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa ...58

Tabel 4. Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ...59

Tabel 5 Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ...61

Tabel 6 Prosentase keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ...61

Tabel 7. Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I ...69

Tabel 8. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ...71

Tabel 9. prestasi belajar siswa pada siklus I ...73

Tabel 10 Frekuensi prestasi Belajar Siswa Siklus I ...74

Tabel 11. Analisis Data Siklus I ...75

Tabel 12. Keterlibatan Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II ...79

Tabel 13. prestasi belajar siswa Pada Siklus II...81

Tabel 14. Frekuensi prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II ...82

Tabel 15 Kenaikan Nilai Rata- Rata ...83

Tabel 16 Hasil Pengisian Kuisioner Motivasi Setelah Penelitian ...84

Tabel 17 Frekuensi hasil Pengisian Kuisioner Motivasi ...85

Tabel 18 Hasil Evaluasi Belajar sebelum penelitian, Setelah penelitian Siklus I, dan Siklus II ...85

Tabel 19. Rubrik penilaian kinerja saat diskusi kelompok ...86

(16)

xiv

Tabel 21 Komparasi Hasil Penelitian Prestasi ...88 Tabel 22. Pencapaian KKM pada Kondisi Awal, Akhir Siklus I,

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR DIAGRAM

Gambar 1 Diagram 1 Motivasi Belajar Siswa Pada Keadaan Awal ...60

Gambar 2 Diagram 2 Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ...62

Gambar 3 Diagram 3 Keterlibatan Siswa Selama Siklus I ...70

Gambar 4 Diagram 4 Prestasi Belajar Siswa Siklus I ...75

Gambar 5 Diagram 5 Keterlibatan Siswa Dalam Siklus II ...80

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah Dasar merupakan tahap awal dari tingkatan pendidikan yang ada di Indonesia. Ada dua macam sekolah yang ada di Indonesia yaitu sekolah Negeri dan sekolah Swasta. Sekolah Negeri merupakan sekolah yang dikelola oleh pemerintah sendiri, sedangkan sekolah Swasta adalah sekolahan yang dikelola oleh suatu lembaga diluar tanggung jawab pemerintah. Banyak sekali sekolah swasta yang ada di Indonesia, khususnya di Yogyakarta ada salah satu lembaga swasta yang menangani sekolah swasta yaitu Yayasan Kanisius. Ada banyak sekali sekolah yang tergabung dalam Yayasan Kanisius. Salah satunya yaitu SD Kanisius Wirobrajan I. Letak SD ini tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta. SD Kanisius wirobrajan I terdapat di jalan HOS Cokroaminoto No. 8 Yogyakarta.

(19)

yang menyebabkan banyak anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Salah satu kelas yang mengalami kesulitan belajar yaitu siswa kelas V.

(20)

motivasi untuk belajar atau masih bermalas-malasan dalam menerima informasi dari guru tersebut.

SD Kanisius Wirobrajan I sudah menerapkan beberapa strategi untuk mengatasi hal ini seperti guru mengajar diwajibkan memakai media. Strategi seperti ini tidak dapat mengatasi masalah yang terjadi pada anak, khususnya masalah mata pelajaran IPS tentang peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia melalui Pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Oleh sebab itu, penulis ingin mencoba meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan mata pelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBM) ini siswa diharapkan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia karena siswa dapat bertukar pikiran dengan teman sebaya. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993).

B. Pembatasan Masalah

(21)

tentang peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan dari segi variabelnya dibatasi pada motivasi dan prestasi belajar.

C. Perumusan Masalah

Masalah-masalah penelitian ini secara spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ?

2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ?

D. Batasan Pengertian

Agar tidak mengalami penafsiran yang berbeda maka penulis menulis batasan pengertian sebagai berikut:

1 Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Motivasi belajar adalah Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan.

(22)

4. PBM adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993).

5. Mengajar berarti memberikan pengajaran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

E. Pemecahan Masalah

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan tersirat dalam rumusan masalah, permasalahan pada siswa Sekolah Dasar untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dapat diatasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang diusahakan agar siswa dapat mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

F. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

(23)

G. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang salah satu pendekatan yang dipakai untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang berkaitan dengan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2. Bagi guru

Bagi rekan-rekan guru merupakan salah satu contoh model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain, mata pelajaran lain, dan kelas lain.

3. Bagi sekolah

Laporan penelitian dapat menambah satu bacaan yang ada dalam perpustakaan program studi, yang dapat dimanfaatkan untuk teman-teman mahasiswa.

4. Bagi siswa

(24)

5. Bagi Universitas

Sebagai pedoman bagi mahasiswa terutama PGSD pada saat melaksanakan praktik pembelajaran / pemantapan kemampuan mengajar khususnya pada saat melaksanakan pembelajaran IPS.

6. Bagi pembaca

Sabagai salah satu informasi mengenai dunia pendidikan serta perkembangan terutama pada waktu menyampaikan pembelajarn dan metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai wacana untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik. Apabila akan melaksanakan penelitian, diharapkan penelitiannya juga akan lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan

(25)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian IPS

1. Pembelajaran IPS SD

a. Hakekat Pembelajaran IPS di SD

Hakekat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.

Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya.

(26)

disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.

IPS dapat diartikan dengan “Kajian tentang masyarakat”. Selain itu, Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah.

(27)

politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.

b. Tujuan dan karakteristik pembelajaran IPS SD

Berdasarkan kurikulum 2004 untuk tingkat SD dinyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:

1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social.

3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

Tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).

(28)

a. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari . b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

Selain itu ,karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Salah satunya adalah karakteristik IPS dilihat dari materi. Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.

c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,

(29)

Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.

Dengan bertolak dari uraian diatas, kegiatan pembelajaran IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami bidang studi IPS dan mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.

c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

(30)

dapat lagi dibedakan berdasarkan bidang kajian masing-masing. Semakin tinggi kompleksitas kedalaman ilmu maka semakin sempit ruang lingkup yang dikaji. Sedangkan untuk sekolah dasar pokok - pokok materi mengambil kepada 3 bidang tersebut yang terkadang diberikan secara terintegrasi.

Pengenalan bidang geografi di SD lebih banyak menyajikan fenomena alam baik di Indonesia maupun di luar negeri yang akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Sehingga siswa yang kreatif akan secara aktif mencari literatur-literatur tambahan selain buku yang direkomendasikan oleh sekolah. Bidang sejarah dikenalkan kepada anak SD lebih banyak menguraikan cerita-cerita kepahlawanan dengan batas pemahaman baik dan buruk. Dengan pengembangan aspek sesungguhnya di antara baik dan buruk tersebut terdapat daerah pertanyaan dari siswa yang memerlukan kesabaran guru untuk menjelaskannya berdasarkan fakta dan landasan psikologis suatu peristiwa. Dalam hal ini akan memancing peluang diskusi yang lebih banyak, sehingga peran serta siswa dalam kegiatan ini akan lebih besar.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(31)

dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty(1997) menyatakan bahwa PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Tan, 2003 dalam Taufiq (2009:22) mengungkapkan ciri – ciri atau karakteristik proses Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM ) adalah sebagai berikut :

1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran

2. Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang.

3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk, solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari ilmu ke bidang lainnya.

4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran yang baru.

5. Sangat mengutamakan belajar mandiri

(32)

7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Siswa diharapkan bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan melakukan presentasi.

Selain karakteristik diatas, PBM juga memiliki karakteristik yang lain diantaranya sebagai berikut :

1. Belajar dimulai dengan suatu masalah.

2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.

3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu.

4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.

5. Menggunakan kelompok kecil.

6. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

c. Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Sanjaya dalam Fitriyanti, 2009 menjelaskan enam langkah model pembelajaran PBL yang kemudian dinamakan metode pemecahan masalah, antara lain :

(33)

2. Menganalisis masalah yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4. Mengumpulkan data yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan 6. Merumuskan alternatif pemecahan masalah yaitu langkah siswa

menggambarkan alternatif yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

d. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Smith, 2005 dalam Taufiq (2009:27-28) mengungkapkan manfaat proses pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah sebagai berikut :

1. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar. Dengan mendapatkan pengetahuan yang lebih erat kaitannya dengan konteks praktiknya, maka selain dapat memahami materi yang diajarkan siswa juga akan mudah mengingat akan pengetahuan tersebut.

(34)

3. Mendorong untuk berfikir Dalam hal ini, siswa diminta untuk menyelesaikan soal yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah, maka secara tidak langsung siswa akan lebih terdorong untuk semakin kritis dan reflektif, dan juga mengasah kemampuan berfikir siswa, akan tetapi diharapkan siswa tersebut tidak boleh terburu – buru dalam menyimpulkan soal tersebut, akan tetapi siswa harus menemukan fakta – fakta yang dapat memperkuat jawaban tersebut.

4. Membangun kerja tim, kepemimpinan dan ketrampilan social

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan sosial. Siswa diharapkan dapat memahami perannya dalam kelompok dan menerima pendapat orang lain.

5. Membangun kecakapan belajar (Life – long learning skills) Dengan model

pembelajaran berbasis masalah para siswa diharapkan lebih banyak belajar, sehingga ilmu yang nantinya akan mereka butuhkan dapat terus berkembang sehingga siswa harus dapat lebih mengembangkan kemampuannya.

6. Memotivasi siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) siswa dapat lebih termotivasi dan tertantang untuk belajar menyelesaikan masalah dalam materi tersebut, sehingga secara tidak langsung motivasi dalam diri siswa meningkat sehingga mempunyai pengaruh baik terhadap prestasi belajar mereka.

(35)

guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan.

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBM dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBM dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar yang diperoleh siswa yang diajar dengan PBM yaitu:

1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah. 2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors). 3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

Berdasarkan uraian diatas, maka kelebihan PBM dapat disimpulkan sebagai berikut :

(36)

2. Siswa menjadi lebih peka terhadap situasi atau masalah disekitarnya. 3. siswa terbiasa untuk menghargai pendapat orang lain dengan lapang dada. 4. siswa dapat mengambil suatu kebijaksanaan dengan tepat berdasarkan

masalah yang sedang dihadapinya.

5. siswa dapat mengembangkan kemapuannya dalam memecahkan masalah. 6. siswa dapat menghargai perbedaan yang dimiliki oleh teman lainnya. 7. mempunyai keberanian untuk berbicara didepan umum.

8. siswa terlatih menghadapi kehidupan yang banyak masalah.

Selain memiliki keunggulan, dalam model pembelajaran berbasis masalah terdapat pula beberapa kekurangan antara lain :

1. Siswa akan merasa malas untuk mencoba jika tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan. 2. Keberhasilan penerapan model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu

untuk persiapan.

3. Tanpa pemahaman pada siswa mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

3. Hakekat Motivasi Belajar a. Motivasi

(37)

sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.” M. Alisuf Sabri (2001:90) mengatakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. WS Winkel (1986:71) motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati.

Menurut M. Ngalim Purwanto (1998:71) mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M (1990:73) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.

Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004 : 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

(38)

suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu:

1. kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang.

2. keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

3. Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan.

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan

motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri

untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi

yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan

(39)

Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks.

Motivasi memuat tiga unsur esensial, yakni :

1. faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, 2. tujuan yang ingin dicapai,

3. strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.

Hasil belajar akan menjadi optimal karena adanya motivasi, oleh karena itu makin tepat motivasi yang diberikan maka akan makin berhasil pula pelajaran tersebut, sehingga motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Berikut ini merupakan fungsi motivasi yang dikemukakan menurut sardiman (2008:85) ada tiga fungsi motivasi yaitu :

1. Mendorong manusia untuk berbuat sesuatu. Motivasi dalam hal ini menjadi motor penggerak setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2. Menentukan arah tujuan yang hendakdicapai oleh seseorang.

(40)

b. Belajar

Belajar adalah usaha mencari, menambah, dan mengumpulkan pengetahuan di sekolah itu merupakan pandangan masyarakat pada umumnya. Selain itu Cronbach memberikan definisi :“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Pengertian belajar yang lebih modern diungkapkan oleh Morgan dkk. (1986), yaitu belajar sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Sumantri, 2001:13).

Winkel berpendapat bahwa belajar merupakan aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas (Winkel, 2004). Perubahan yang telah terjadi akan memberi bekal kepada seorang anak untuk menghadapi lingkungan yang ada di sekitarnya.

(41)

proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat.

Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden:1994). Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper: 1988). Menurut Hermine Marshall istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Hermine Marshall menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

(42)

1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor kondisional yang ada (Hamalik 2007:32-33). Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar tersebut yaitu:

a) Faktor kegiatan

Siswa melakukan banyak kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, maka dengan sendirinya siswa tersebut terbawa dalam suasana belajar yang lebih baik dan kondusif.

b) Belajar memerlukan latihan

Dalam hal ini belajar memerlukan reviewing, tujuannya agar pelajaran yang

tadinya sudah terlupakan dapat dikuasai kembali, dan apabila pelajaran tersebut belum dikuasai, akan dapat lebih mudah dipahami.

c) Pengalaman masa lampau

Pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa sebelumnya, dengan adanya pengalaman sebelumnya diharapkan dapat menerima pengetahuan yang baru. d) Faktor kesiapan belajar

Siswa yang telah siap belajar akan dapat lebih mudah melakukan kegiatan belajar sehingga akan lebih berhasil.

e) Faktor minat dan usaha

(43)

yang akan dipelajarinya bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.

f) Faktor inteligensi

Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, karena siswa tersebut akan lebih mudah untuk menangkap dan memahami pelajaran, sehingga siswa tersebut lebih dapat berfikir kreatif dalam belajar.

Selain itu ada juga faktor yang mempengaruhi proses belajar (Singgih 1984:30-33) yaitu :

1) Keadaan khusus seseorang / bersifat pribadi a. Kemampuan

b. Kehendak / kemauan

2) Keadaan dari bahan yang akan dipelajari

3) Faktor – faktor yang berhubungan dengan cara belajar

(44)

secara optimal, demikian sebaliknya apabila tidak ada faktor psikologis akan dapat menghambat pencapaian tujuan belajar secara optimal.

Dari definisi - definisi diatas dapat dikemukakan tentang faktor yang menghambat belajar yaitu :

a) Bila siswa tersebut diberi waktu yang cukup namun tidak bias memanfaatkan waktu tersebut dengan baik, maka ia akan mengalami hambatan dalam belajar.

b) Pengajaran klasikal yang dilakukan kurang memperhatikan perbedaan individu siswa, karena besarnya jumlah penduduk ( peserta didik ).

c) Kelemahan pengajaran ialah kurangnya usaha guru memberi perhatian kepada perubahan individual, sehingga selalu banyak jumlah dari murid - murid yang tak mencapai penguasaan penuh. Kurangnya alat – alat pelajaran, laboratorium yang tidak memadai, kelas yang kurang nyaman, buku – buku pelajaran yang kurang mendukung.

2. Jenis – jenis Belajar

Menurut Robert M. Gagne ada delapan jenis belajar yaitu : a) Belajar arti kata – kata

Belajar dengan cara menangkap arti yang terkandung dalam kata – kata yang digunakan.

(45)

Belajar dengan cara mengamati objek – objek, kemudian dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan dan sesuatu bersifat mental.

c) Belajar menghafal

Belajar yang merupakan aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan.

d) Belajar teoritis

Belajar dalam hal ini bertujuan menempatkan semua data, fakta / pengetahuan sehingga mudah dipahami lalu agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

e) Belajar kaedah

Belajar menggabungkan beberapa konsep yang ada f) Belajar konsep / pengertian

Belajar menempatkan objek ke dalam golongan tertentu g) Belajar Berfikir

Belajar dengan cara dihadapkan pada sebuah masalah kemudian masalah

tersebut dipecahkan tetapi tidak melalui pengamatan. 3. Unsur – unsur Belajar

Menurut Wens T. (2007:10), ada empat unsur – unsur pokok siswa belajar, yaitu :

(46)

b. Tujuan belajar, tujuannya berupa kemampuan yang hendak dicapai oleh siswa.

c. Kegiatan belajar

d. Hasil belajar, berupa pencapaian tujuan belajar oleh siswa dan terlihat pada perubahan perubahan kemampuan siswa.

4. Prestasi

(47)

Gagne dalam Mulyati (2005:93) mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah :

1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.

2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Informasi yang diperoleh sebagai hasil belajar dari perkataan orang, membaca, radio, TV, dan lain-lain.

4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.

5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimilki seseorang, sebagai mana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian.

(48)

menggunakan pengetahuan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu wawasan yang bermakna. Menurut Tim Pengembang PGSD (2001:3), ada tiga elemen penting dalam belajar untuk pemahaman, yaitu :

a. Pengembangan topik generatif yang bisa mendorong anak untuk

secara mendalam dan bergairah melakukan connection making.

b. Pengajaran ditekankan kepada pembentukaan pemahaman dan

kebermaknaan.

c. Assessment dalam konteks, dimana testing bukan bagian terpisah

yang berdiri sendiri melainkan terpadu di dalam pengjaran dan tugas-tugas yang dihadapkan kepada anak bersifat otentik (Tim Pengembang PGSD, 2001: 3).

(49)

Ingatan sendiri dapat dibedakan berdasarkan waktu, yaitu ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendek yaitu ingatan yang menyimpan materi dalam jangka waktu yang pendek saja. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilaku, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik.

Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka atau huruf, seperti angka 0 – 10 pada pendidikan dasar atau menengah.

(50)

Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh tenaga pendidikan professional, yang memiliki kompetensi dengan kemajuan yang dapat diandalkan, berdaya guna, dan berhasil guna untuk melayani dan membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Karena tuntutan profesi, maka tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti memberi bimbingan kepada anak agar dapat berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan serta mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti memberikan pengajaran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti memberikan diri untuk menjadi fasilitator bagi anak untuk berlatih. Dan faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah bagimana guru dapat menciptakan situasi belajar yang membuat anak menjadi merasa nyaman dan bahagia dalam menjalani proses belajar di sekolah. Pengukuran penguasaan hasil belajar atau prestasi belajar selalu dikaitkan dengan test prestasi atau test hasil belajar.

Metode dan alat evaluasi harus menentukan baik jenis perilaku maupun materi (terhadap materi siswa berbuat sesuatu, sesuai dengan aspek isi dalam tujuan instruksional), sehingga prestasi yang diberikan oleh siswa benar-benar mencakup hasil belajar yang harus dicapainya (Winkel, 2004. 620-621).

(51)

a. Unit pelajaran, yang belum selesai dipelajari seutuhnya, akan dilanjutkan, misalnya pada pelajaran berikutnya.

b. Hasil belajar akan diterapkan di luar lingkup bidang studi yang bersangkutan.

c. Harus memberikan prestasi pada akhir proses belajar, yang membuktikan bahwa belajar memang diperoleh atau tujuan instruksional telah tercapai.

Menurut pandangan Woodworth ( Winkel, 2004 ), gejala lupa disebabkan bekas-bekas ingatan yang tidak digunakan, lama kelamaan terhapus dengan berlangsungnya waktu, terjadi proses penghapusan yang mengakibatkan suatu bekas ingatan menjadi kabur dan lama kelamaan hilang sendiri. Pandangan ini dikaitkan dengan proses fisiologis yang berlangsung dalam sel-sel otak. Dalam sel otak ini terus menerus terjadi proses pertukaran zat. Apabila suatu kesan ingatan sama sekali tidak digunakan dan kadang-kadang tidak diperbarui, sisa/ bekas ingatan itu lambat laun akan terhapus.

(52)

Menurut Syaiful (2008:176-205) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1) Faktor internal siswa a) Kondisi fisik

Kondisi fisik pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

b) Kondisi psikologis

Kondisi psikologis dapat mempengaruhi hasil belajar ada 5 yaitu: (1) Minat

Menurut Slameto dalam Syaifull (2008:191) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpaada yang memerintah

(2) Kecerdasan

Kecerdasan menurut Ruber dalam Muhibin Syah (2008:147) menyatakan bahwa kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

(3) Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan yang masih perlu dikembangkan lagi.

(4) Motivasi

(53)

(5) Kemampuan kognitif

Ada 3 kemampuan yang harus dikuasai yaitu: persepsi, mengingat dan berfikir.

2) Faktor Eksternal Siswa a) Faktor lingkungan (1) Lingkungan alam

Lingkungan alam dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena suhu udara yang tercemar oleh polusi, udara yang panas siswa menjadi kepanasan dan pengap sehingga kegiatan belajar dapat terganggu.

(2) Lingkungan sosial dan budaya

Lingkungan sosial dan budaya dari luar sekolah ternyat membawa pengaruh terhadap kehidupan anak di lingkungan sekolah.

3) Faktor instrumental a) Kurikulum

Setiap guru harus mempelajari kurikulum dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang rinci dan jelas sasarannya, sehingga dapat diukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

b) Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program itu dijalankan dan berguna bagi kemajuan pendidikan.

c) Sarana dan fasilitas

(54)

Guru merupakan unsure manusiawi dalam pendidikan. Tanpa guru proses belajar dan mengajar tidak akan terjadi sehingga guru dalam hal ini diperlukan.

B. Hubungan Mata Pelajaran IPS dengan PBM

IPS merupakan pelajaran yang dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Materi yang dipelajari dalam IPS sebagian besar merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyaakat di sekitar siswa, bahkan masalah-masalah yang dipelajari dalam IPS merupakan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dalam kehidupna sehari-hari.

Materi-materi yang dipelajari siswa akan lebih baik apabila disampaikan oleh guru dengan model pembelajaran yang tepat. PBM adalah model pembelajaran yang mengutamakan pada penyajian masalah kepada siswa. Model penyajian masalah sangat cocok digunakan dalam mata pelajaran IPS karena IPS juga membahas masalh-masalah yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

(55)

C. Kerangka berfikir

Siswa melakukan proses kegiatan belajar dalam suatu mata pelajaran yaitu IPS. Penguasaan mata pelajaran ditunjukkan siswa melalui nilai dan prestasi sebagai tolok ukur dalam keberhasilan siswa dalam mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V Semester II SD Kanisius Wirobrajan Tahun Ajaran 2010 / 2011.

Dalam kegiatan siswa pada mata pelajaran IPS seharusnya dirancang sedemikian rupa agar pembelajaran IPS menjadi lebih menarik terutama model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran berbasis masalah, sehingga diharapkan dengan model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa Kelas V semester II SD Kanisius Wirobrajan Tahun Ajaran 2010 / 2011 khususnya pada pembelajaran IPS pada materi peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

D. Hipotesis

(56)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting

Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di SD Kanisius Wirobrajan I yang berada di jalan Hos Cokriaminoto 8 Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Sekolah ini berada di tengah kota. Secara umum sekolah ini sudah mempunyai fasilitas dan media pembelajaran yang cukup baik. Hal terlihat dari laboratorium komputer, laboratoium IPA dan ruang media yang dimiliki sekolah ini. Selain itu banyak terdapat media pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa melalui pembelajarn berbasis masalah.

2. Subyek Penelitian

(57)

3. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa jauh hasil belajar siswa SD Kanisius Wirobrajan I tahun pelajaran 2010/2011 dalam peningkatan motivasi dan prestasi belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dilihat dari indikator nilai rata-rata ulangan.

4. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah 5 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2011. 5. Sasaran yang Ingin Dicapai

(58)

B. Desain Penelitian

Gambar 1. Gambar alur Model penelitian

Sumber Arikunto (2007: 16) Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya Pengamatan

Siklus II

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

(59)

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai penelitian

memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuannya adalah untuk memperbaiki dan meningkatakan kualitas pembelajaran (Kasihani Kasbolah, 2001:11).

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam menyeleaikan masalah yang berkaitan dengan menghargai peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan dengan menggunakan model pembelajaran berbasisi masalah (PBM) bagi siswa SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta dengan memberi tindakan-tindakan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil dua siklus dengan rencana sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Melakukan observasi pada siswa kelas V untuk mengetahui kemampuan siswa .

b. Identifikasi masalah c. Perumusan masalah.

d. Penyusunan rencana penelitian dan siklus-siklus. e. Penyusunan silabus dan RPP.

(60)

g. Membuat soal untuk siklus I dan siklus II.

h. Membuat instrumen penelitian yaitu format observasi dan format evaluasi.

2. Rencana tindakan setiap siklus Siklus Pertama:

a. Rencana Tindakan

1. Mengidentifikasi masalah dan menetapkan alternative pemecahan masalah.

2. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM. 3. Menentukan materi pokok pembelajaran.

4. Mengembangkan skenario pembelajaran. 5. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran. 6. Mengembangkan format penilaian.

7. Menyiapkan media. b. Pelaksanaan Tindakan

1. Mengorganisasikan siswa di kelas.

2. Kelas V yang terdiri dari 36 siswa dibagi ke dalam enam kelompok, jadi masing-masing kelompok terdiri dari enam siswa.

3. Guru membagi soal tentang suatu persoalan yang berhubungan dengan peranan tokoh perjuangan

(61)

5. Siswa berdiskusi tentang cara menyelesaikan permasalahan dalam bacaan berkaitan dengan menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan.

6. Siswa dan guru membahas hasil diskusi siswa dalam kelompok 7. Guru memberikan soal evaluasi secara individu tentang peranan

tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan. c. Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan alat yang digunakan adalah lembar observasi.

d. Refleksi

1. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi hasil observasi tindakan I. 2. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan dan memperbaiki

pelaksanaan tindakan pada siklus II. Siklus kedua:

a. Rencana Tindakan

• Identifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahannya berdasarkan hasil evaluasi pada siklus ke-1.

b. Pelaksanaan Tindakan

1. Mengorganisasikan siswa di kelas.

(62)

4. Guru membagi soal kepada siswa, setiap siswa menganalisis masalah yang muncul dalam film.

5. Siswa saling bertukar pikiran tentang cara menyelesaikan msalah yang ada dalam film berkaitan dengan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

6. Siswa dan guru membahas bersama hasil pekerjaan siswa dalam kelompok.

7. Guru membagikan LKS yang berisi 2 soal cerita tentang peranann tokoh perjuangan. Soal dikerjakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

8. Siswa membaca soal cerita yang dibagi oleh guru dan berdiskusi dalam menyelesaiakan soal cerita.

9. Setiap anak yang sudah menemukan jawaban dan cara menyelesaiakan soal cerita, menganalisis persoalan yang ada dalam bacaan.

10. Kemudian siswa dan guru membahas secara bersama-sama hasil diskusi siswa.

11. Siswa mengerjakan soal evaluasi tentang peranan tokoh perjuangan yang dikerjakan secara individu.

c. Observasi

(63)

d. Refleksi

1. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi hasil observasi tindakan II. 2. Hasil refleksi digunakan untuk menganalisis data.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus dikenai materi dan tindakan yang berbeda. Pada siklus I materinya tentang soal yang berkaitan dengan menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan pada siklus II materinya tentang soal yang berkaitan dengan menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

(64)

1. Pengumpulan Data

Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumennya

Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen

Motivasi

Non tes Lembar kuesioner dengan pilihan setuju,

Test tertulis Lembar Evaluasi

2. Instrumen Motivasi Belajar a. Instrument Motivasi Belajar

Alat penilaian motivasi belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes. Tehnik nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.

(65)

Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Tujuan penggunaan kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.

Kuesioner sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila kuesioner itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila kuesioner diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertutup adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner secara langsung dan tertutup.

(66)

misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.

b. Instrumen Prestasi Belajar

Dalam penilaian hasil seorang guru menggunakan alat ukur yang disebut tes. Alat ukur tersebut dibedakan atas dua jenis yaitu tes dan non tes. Berdasarkan masalah penelitian, jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis tes yang dilakukan peneliti yaitu tes prestasi belajar. Bentuk instrumen yang digunakan yaitu tes pilihan ganda dan tes uraian

(essay test)

Dalam Masidjo (1995: 38), Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu yang distandarisasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Tes uraian (essay test) adalah suatu tes yang

member kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuannya dengan bahasanya sendiri atas sejumlah item yang relatife kecil dan tuntutan jawaban yang benar relevan, lengkap, berstruktur, jelas. Sedangkan semi objektif atau semi karangan adalah tes yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan jawabannya sendiri secara singkat sesuai dengan kemampuan dan bahasanya sendiri atas sejumlah item yang relative agak besar sehingga jawaban dapat benar atau salah atau agak benar atau agak salah. Jenis instrument yang digunakan antara lain:

(67)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) merupakan pedoman atau panduan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3. Lembar Kerja Siswa ( LKS ) berfungsi sebagai tempat untuk siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

4. Lembar observasi merupakan alat untuk pengamatan aktivitas siswa pada saat kegiatan pemebelajaran.

5. Tes dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa.

6. Produk untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pengetahuan yang diperoleh siswa.

c. Validitas Instument

Penelitian ini akan menggunaklan vaiditas isi supaya intrument yang akan digunakan sesuai dengan yang akan diukur. Dalam validitas isi, semua instrument akan diuji menurut standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikatornya. Dalam validasi isi, semua instrument akan dikonsultasikan dengan orang yang kompeten dibidang itu. Dalam hal ini adalah guru kelas dan dosen pembimbing sehingga instrument yang akan digunakan sesuai dengan yang diukur.

E. Teknik Analisis Data

(68)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis persentase, yaitu data-data yang diperoleh di bawa ke dalam bentuk persentase sehingga mempermudah membacanya (Kountur, 2004:169).

Dalam penelitian kualitatif sering kali dikuantifikasikan (dalam bentuk persentase) atau diangkakan sekedar untuk mempermudah dalam penggabungan dua atau lebih dari dua variabel (Arikunto,1998 : 246 ).

1. Indikator keberhasilan

NO. Indikator Kondisi Awal Kondisi akhir siklus (yang diharapkan)

I II

1. Jumlah siswa yang telah memenuhi target KKM 40% 55 % 63%

2. Motivasi 50% - 65%

3. Nilai rata-rata 57 60 68

2. Langkah - langkah menganalisis data untuk motivasi belajar adalah : a. Pemberian skor

Dalam penelitian ini kuesioner berisi empat tingkatan jawaban mengenai tingkat kesetujuan responden terhadap pertanyaan yang dikemukakan.

Jawaban

Sangat setuju diberi skor 4

Setuju diberi skor 3

(69)

b. Menentukan indeks presentase

Selanjutnya dalam menentukan indeks persentase dihitung dangan menggunakan rumus sebagai berikut :

% = N n

X 100 Keterangan :

n : nilai yang diperoleh

N : jumlah seluruh nilai atau nilai total ( skor ideal ) (Moh Ali, 1987 : 184)3.

c. Pedoman pengkategorisasikan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah:

• Kategori I = Sangat tinggi

• Kategori II = Tinggi

• Kategori III = Rendah

• Kategori IV = Sangat sangat rendah

Dari langkah tersebut, dapat dibuat tabel klasifikasi kategori tingkatan dalam bentuk presentase sesuai dengan PAP II sebagai berikut :

d. Tabel Klasifikasi Kategori Tingkatan dalam Bentuk Presentase NO Skor nilai motivasi

belajar Presentase ( % ) Kreteria

1. 75 – 92 81% - 100 % Sangat tinggi

2. 66 – 74 66% - 80 % Tinggi

3. 56- 66 56% - 65% Cukup

4. 46- 55 46% - 55% Rendah

(70)

3. Langkah-langkah analisis data untuk prestasi belajar

Untuk menegtahui pretasi belajar siswa digunakan pedoman Pedoman Acuan Patokan (PAP) II yaitu nilai tertinggi dari prestasi belajar siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 0. Maka dengan menggunakan PAP II skor yang menjadi batas untuk masing-masing kategori adalah sebagi berikut :

Sangat tinggi = 81% x 100 = 81 Tinggi = 66% x 100 = 66 Cukup = 56% x 100 = 56\ Rendah = 46% x 100 = 46 Sangat rendah = < 46 % x 100 = < 46 Tabel 4. Tingkat penguasaan kompetensi dalam PAP II

Presentase ( % ) Kreteria

81% - 100 % Sangat tinggi

66% - 80 % Tinggi

56% - 65% Cukup

46% - 55% Rendah

< 46% Sangat rendah

(71)

a) Pensekoran Tabel 5. Pensekoran

Tipe Jumlah soal Skor maksimal setiap nomor

Skor maksimal setiap tipe (X)

Pilihan ganda 20 1 20

Isian singkat 10 2 20

Uraian 5 4 20

Jumlah total 35 - 60

Kriteria pensekoran : * Pilihan ganda :

1. Jawaban bersifat mutlak sehingga hanya 1 (satu) jawaban yang benar. 2. Jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. 3. Jika semua jawaban benar maka skor maksimal 20.

* Isian singkat :

1. Jawaban bersifat mutlak sehingga hanya 1 (satu) jawaban yang benar. 2. Jika jawaban benar maka diberi skor 2 dan jika salah diberi skor 0 3. Jika semua jawaban benar maka skor maksimal 20

* Uraian :

1. Jika jawaban benar dan tepat maka diberi skor 4.

2. Jika jawaban benar tetapi kurang tepat maka diberi skor 3. 3. Jika kurang benar atau salah maka diberi skor 2

b). Penilaian

Gambar

Tabel 22. Pencapaian KKM pada Kondisi Awal, Akhir Siklus I,
Gambar 2  Diagram 2 Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ...............................62
Gambar 1. Gambar alur Model penelitian
Tabel 4. Tingkat penguasaan kompetensi dalam PAP II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Identitas social FN dalam pemilu kali ini adalah hasil pemilu, yang menyatakan bahwa FN merupakan partai l’extrême droite yang memiliki dukungan terbanyak dari kelompok

Pengendalian biaya yang dimaksud adalah biaya pemasaran yang meliputi biayabiaya yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi pemasaran yaitu : biaya menurut fungsi penjualan,

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Agen pendidikan politik inilah yang seharusnya diberi peran dan tanggung jawab untuk memberi pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman menyangkut nilai-nilai pemilu

Dari suatu barisan aritmatika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144.. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur komunitas makroinvertebrata bentos pada stasiun dua hingga lima didominasi oleh jenis yang intoleran terhadap pencemaran

[r]

Seperti yang telah dituliskan pada penjelasan sebelumnya, bahwasanya ilmu tauhid adalah ilmu ketuhanan yang mengupayakan menyediakan penjelasan yang