• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802010715 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802010715 Full text"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumsi pada remaja konsmumen barang-barang distro di kota Salatiga. Adapun penelitian ini merupakan studi kasus yang menggambil sampel 3 orang remaja yang merupakan konsumen produk distro di kota Salatiga. Hasil penelitian menemukan bahwa perilaku konsumsi remaja terhadap produk distro dipengaruhi oleh aspek motif, aspek mode dan aspek harga diri. Aspek Motif konsumsi remaja terhadap produk distro merupakan pengaruh dari lingkungan sosial (trend yang berlaku di masyarakat), menjadi sama dengan teman sebaya, dan keinginan untuk memperoleh penerimaan diri (self acceptance). Aspek Mode terkait dengan cocok atau tidaknya penampilannya. Selnajutnya, aspek harga diri mencakup konsep diri (self concept), saat seseorang menganggap sebuah perilaku yang dapat membantunya untuk mengekspresikan citra apa yang ingin dipancarkan.

(5)

Abstract

The objective of study is to observe consumption behavior among adolescent toward distro products in Salatiga. The research is case study whcih used 3 adolescent who are distro consumer as the sample of the research. The result of the study indicates that consumption behavior among adolescent are influenced by Motivation Aspect, Model Aspect, Self-concept Aspect. Motivation aspect refers to drive from social environment ( to adjust society trend), become similar to peers, and willing to reach self acceptance). Model aspect related to willing to match the appearance. Furthermore, self concept related to behavior in expressing someone image.

(6)

1 Pendahuluan

Perkembangan mode dan gaya pergaulan sudah sangat cepat pada beberapa dekade terakhir ini. Hal tersebut terbukti dengan maraknya distro yang bermunculan di Indonesia. Kata ”Distro” merupakan singkatan dari Distribution Outlet atau Distribution Store, yang berfungsi menerima titipan beberapa jenis barang dari berbagai macam merek

atau clothing company lokal yang memproduksi sendiri produknya dengan produk terbatas dan harganya terjangkau oleh remaja (Granito, 2008).

Perkembangan distro ini bukan hanya di kota besar, tetapi di daerah-daerah juga. Pada awalnya distro merupakan tempat pendistribusian barang-barang merchandise band lokal. Barang tesebut biasanya adalah barang yang hanya dibuat dalam jumlah terbatas. Pendistribusiannya pun masih terbatas pada daerah tertentu. Bandung adalah kota yang

bisa dibilang menjadi cikal bakal munculnya distro (Granito, 2008).

Sekarang ini, distro sudah berkembang pesat mengikuti perkembangan jaman. Hasil produk dari distro tersebut berupa merek pakaian yang pada umumnya disebut clothing dan sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini berbeda dengan awal

kemunculan distro yang barang-barangnya sangat sedikit jumlah dan jenisnya. Bukan hal yang sulit untuk mencari distro, baik di kota besar maupun daerah-daerah yang terpencil. Perubahan yang sangat pesat ini tidak lepas dari pengaruh pasar konsumen barang-barang distro. Pasar utama konsumen barang-barang distro adalah remaja, namun seiring dengan era perkembangan jaman orang tua dan anak kecil pun mengkonsumsi produk distro tersebut. Banyak barang pilihan yang tersedia antara lain t-shirt, celana, topi, dompet dan aksesoris lainnya seperti gelang, sabuk, dll. Perilaku membeli berlebihan biasanya disebut perilaku konsumtif (The- Marketeers, 2013).

Berdasarkan pada hasil penelitian Demangeot, C. & Sankaran, K. (2012) terkait dengan pola konsumsi masyarakat multi kultural diketahui bahwa produk yang sesuai dengan kebudayaan yang berkembang (baik dalam strategi serta karakteristiknya) dapat menarik minat konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk. Sementara menurut Rijanta (2008) terkait dengan perkembangan distribusi outlet di wilayah perkotaan Yogyakarta, diketahui bahwa perkembangan distro terus mengalami peningkatan.Penempatan lokasinya banyak dipengaruhi oleh karena pasarnya sudah terbentuk.

Agar dapat mengembangkan usaha secara maksimal maka pelaku usaha distro

(7)

2 menjadikan konsumen memiliki posisi yang sangat berpengaruh dalam tawar-menawar (Sumarwan, 2003).

Menurut Simamora (2002), perilaku konsumsi merupakan tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa. Perilaku ini mencakup proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan. Selanjutnya, Kotler (2005) secara umum perilaku konsumsi di pengaruhi oleh empat faktor budaya, yaitu: budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Dari berbagai faktor tersebut di atas akan diteliti tentang sikap konsumen terhadap pembelian berbagai produk Distro.

Beranjak dari keempat faktor tersebut maka terbentuklah kecendrungan perilaku konsumsi para remaja terhadap produk distro. Berdasarkan hasil pengamatan awal penulis pada periode tahun 2013 akhir diketahui bahwa ada beberapa distro di kota Salatiga

rata-rata dalam sehari mereka bisa meraup omset tiga hingga tiga juta lima ratus ribu rupiah. Adapun target mereka kebanyakan berasal dari kalangan remaja awal, remaja menengah, dan remaja akhir. Mulai dari pelajar SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Dengan ini tingkat konsumsi terhadap barang distro cukup tinggi. Hal tersebut tentunya dipengaruhi

oleh faktor psikologis konsumen yang sedang mencari jadi diri (Hurlock, 2008). Melalui produk distro yang konsumen gunakan maka, individu yang bersangkutan seolah menemukan identitas mereka sebagai remaja yang muda dan dianggap keren karena selalu mengikuti trend atau sering disebut gaul. Pada penelitian Hidayat (2010 ) terkait dengan perilaku konsumen maka diketahui bahwa pada hakikatnya perilaku konsumsi pada remaja terhadap produk distro lebih dipengaruhi oleh citra toko. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebuah pergerakan komunitas – komunitas tertentu yang mendukung perkembangan distro dan produknya sejak awal kemunculannya. Anak muda apabila ingin membangun suatu usaha maka citra yang melekat pada komunitas remaja terasa turut mendukung perkembangan komunitasnya.

(8)

3 Tinjauan Pustaka

Perilaku Konsumsi

Menurut Simamora (2002) perilaku konsumsi adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa. Perilaku ini mencakup proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

Selanjutnya Kotler (2005) mendefinisikan perilaku konsumsi sebagai suatu proses teratur ketika individu-individu berintegrasi dengan lingkungannya untuk tujuan mengambil keputusan di pasar berkaitan dengan pembelian barang atau jasa. Pada kesempatan lain, Simamora (2002), mengemukakan bahwa perilaku konsumsi adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

Perilaku konsumsi juga memiliki pengertian sebagai perilaku seseorang konsumen baik secara individu atau masyarakat luas untuk melakukan tindak konsumsi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Menurut Peter dan Olson (1999) perilaku Konsumsi adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di

sekitar kita, di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Sedangkan menurut Engel (1994), Perilaku Konsumsi adalah tindakan yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini.

Jadi kesimpulan perilaku konsumsi untuk penelitian ini merupakan tindakan untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa sebagai suatu interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi.

Aspek-aspek Dalam Perilaku Konsumsi

Menurut Assuari (1987) keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa dapat terjadi karena pembeli ingin tampak berbeda dengan yang lain, kebanggaan karena penampilannya, dan pencapaian status sosial.

Sementara, Rasimin (dalam Lidyawati, 1998) perilaku konsumsi memiliki beberapa aspek yang di antaranya, yaitu:

1. Aspek Motif

Meliputi dorongan-dorongan yang bersifat irasional maupun emosional. Pada

(9)

4 bukan hanya pertimbangan kualitas atau harga saja, tetapi ada dorongan-dorongan lain yang menimbulkan keputusan dalam pembelian. Keputusan konsumen untuk membeli barang juga sering didasarkan atas pertimbangan yang irasional, dalam pengertian karena barang tersebut akan dapat meningkatkan harga dirinya, dikagumi, dan dianggap sebagai kelas sosial tertentu.

2. Aspek Mode

Mencakup macam-macam barang yang sedang popular dan digemari banyak orang. Misalnya jika saat ini lagi model barang yang bermotif garis-garis, maka para remaja membeli barang yang bermotif garis-garis.

3. Masalah Harga Diri

Biasanya berhubungan dengan percaya diri yang kurang dan gengsi. Konsumen yang

tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang rendah, maka ia akan membeli produk dengan tujuan agar mendapat symbol status pribadi. Misalnya, seseorang yang tidak percaya diri dengan dirinya dia akan membeli barang yang ber-merk dengan tujuan untuk menambah kepercayaan dirinya, karena dia memakai

pakaian yang ber-merk.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Seseorang

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang (Setiadi,2003) yaitu: 1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.

2. Tingkat Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer dibandingkan seseorang lulusan sekolah dasar.

3. Tingkat Kebutuhan

Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya belinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.

4. Kebiasaan Masyarakat

(10)

5 yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan kesejahteraan hidup.

5. Harga Barang

Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan jika harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan.

6. Mode

Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku keras di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat mempengaruhi konsumsi.Manusia senantiasa berusaha untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dengan memenuhi berbagai macam

kebutuhannya.Usaha itu dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan. Tujuan konsumsi antara lain seperti; menciptakan tingkat permintaan masyarakat, memenuhi kebutuhan nilai ganda pada seseorang, memenuhi kepuasan seseorang.

Selanjutnya Asseal (1987) ada tiga faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen yaitu:

1. Faktor individual konsumen yang meliputi pendidikan dan penghasilan konsumen 2. Pengaruh lingkungan

3. Strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh pemasar dalam usaha memberi informasi dan mempengaruhi konsumen. Variabel ini adalah produk, harga, distribusi dan promosi.

Selanjutnya, Kotler (2005) menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi yang di antaranya adalah:

1. Faktor Kebudayaan (kebudayaan memiliki peran yang penting dalam pembentukan perilaku seseorang)

a. Sub-budaya. Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka.” Subbudaya yang terdiri dari kelompok kebangsaan, keagamaan, ras, dan wilayah geografis. Adanpun sub-budaya dari seorang individu turut membentuk sikap dan perilaku konsumsi individu yang bersangkutan.

(11)

6 paling mendasar yang terdiri dari sekumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku. Kebudayaan yang berkembang di masyarakat merefleksikan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Budaya, bersama dengan unsur-unsur lain dari lingkungan, memberi dampak pada semua tahap pengambilan keputusan konsumen.

c. Kelas Sosial merupakan strata lapisan masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial yang memengaruhi gaya hidup individu yang bersangkutan. 2. Faktor Sosial

a. Kelompok Referensi adalah kelompok yang menjadi acuan bagi seorang individu dalam mengkonsumsi suatu produk atau jasa layanan.

b. Keluarga merupakan faktor lingkungan sosial terkecil yang menjadi sumber

refernsi dan membentuk habituasi serta pola konsumsi sorang individu.

c. Peran & Status seorang individu membentuk preferensi dan pola konsumsi individu yang bersangkutan.

3. Faktor Pribadi

a. Usia dan tahap siklus hidup

b. Pekerjaan jenis pekerjaan serta segala hal yang terkait dengan pekerjaan (pendukung) memengaruhi pola konsumsi seorang individu

c. Keadaan ekonomi

d. Gaya hidup merupakan pola hidup dari seorang individu

e. Konsep diri adalah gambaran serta penilaian akan diri sendiri yang dimiliki seorang individu

4. Faktor Psikologis

a. Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong serta mengarahkan perilaku konsumsi seorang individu.

b. Persepsi yang dimiliki seorang individu akan memotivasi indivudu yang bersangkutan untuk membuat keputusan dalam membeli suatu produk atau layanan jasa.

c. Pengetahuan

d. Kepercayaan dan sikap

Distro

(12)

7 perguruan tinggi. Distro memiliki sifat eksklusif atau cenderung tidak menjual banyak produk untuk setiap desainnya. Clothing company memang membatasi kuantitas produknya, dan hanya sekali produksi untuk setiap desain. Distro juga kebanyakan menjual produk dalam negeri. Keberanian distro yang menjual produk terbatas sehingga menjadi eksklusif (Wahyuni, 2008)

Jenis barang yang dijual di distro pada dasarnya sama hanya berbeda dari segi desain dan produsen, yaitu kaos, gelang dan sabuk spike, tas, jaket, topi, pin, newsletter underground serta tidak ketinggalan kaset musisi underground local (Marketeers, 2013).

Biasanya harga barang distro jauh lebih mahal karena desain dan kuantitas yang terbatas jumlahnya. Harga dari berbagai macam barang tersebut di seluruh distro berkisar antara 15 ribu sampai 50 ribu rupiah untuk aksesoris seperti gelang dan ikat pinggang,

sedangkan untuk kaos antara 50 ribu sampai 250 ribu rupiah. Salah satu yang terasa khas di distro adalah suasana berbelanja untuk pengunjung yang lebih menyenangkan karena suasana yang akrab.

Meski banyak nilai positif dalam perkembangan distro dewasa ini tetap saja ada

kekhawatiran yang berkembang yaitu para remaja aka menjadi sedikit konsumtif dalam berbelanja sebuah produk yang mereka suka. Mungkin sebagian di antara mereka akan terlalu fokus untuk mendandani fisik mereka semata dengan keinginan bisa tampil beda dengan orang lain.

Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa dan

pertumbuhan tersebut mencakup mental, emosi, sosial, dan fisik.(Hurlock, 2002). Masa remaja terbagi menjadi masa awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum (Hurlock, 2002).

Selanjutnya, penelitian ini lebih memfokuskan pada ciri masa remaja, yaitu masa mencari identitas yang juga merupakan salah satu tugas perkembangan masa remaja. Sesuai dengan pendapat Erikson, jika seseorang gagal dalam menemukan identitas dirinya pada masa ini, maka akan berdampak pada tahapan perkembangan yang

(13)

8 Metode Penelitian

Subyek Penelitian

Subyek penelitian terdiri dari remaja usia 15-17 tahun yang merupakan pelajar yang juga individu yang berada dalam masa transisi yang sedang mencari jati diri. Ketiga subyek penelitian merupakan remaja yang suka mengkongusmi produk Distro guna menunjang penampilannya. Sementara, meskipun ketiga partisipan merupakan konsumen produk distro, namun masing-masing partisipan memiliki pola kebiasaan dan hidup di lingkungan sosial yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Adapun pada kalangan remaja faktor lingkungan juga menjadi pertimbangan bagi individu yang bersangkutan dalam bersikap dan berperilaku (termasuk dalam melakukan pembelian produk distro). Jenis data yang digunakan adalah data primer, data yang bersumber dari wawancara dan

observasi yang terkait dengan perilaku konsusi produk distro.

Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskripsi analitik yang berupa

uraian naratif mengenai suatu proses tingkah laku subjek sesuai dengan masalah yang diteliti. Data hasil observasi dan dokumen diperlukan sebagai data untuk memperoleh gambaran umum tentang subjek penelitian dalam perilaku konsumsi produk distro.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis

Pengambilan data dalam penelitian ini terjadi sekali saja pada subjek 1, dan dua kali masing-masing pada subjek 2 dan 3. pada subjek pertama, wawancara dilakukan tanggal 5 Februari 2015. pada subjek kedua dilakukan dua kali wawancara. Wawancara pertama tanggal 5 Februari 2015 dan yang kedua tanggal 6 Februari 2015. Pada subjek ketiga juga dilakukan 2 kali wawancara, yang pertama tanggal 5 Februari 2015 dan yang kedua dilakukan pada tanggal 7 februari 2015. Penetapan jumlah wawancara sebanyak 2 kali pada subjek 2 dan 3 didasari pada pertimbangan keterbatasan sesi wawancara pada pertemuan pertama untuk melengkapi pertanyaan karena data yang diperoleh belum lengkap dan kurang mendalam, sedangkan untuk subjek 1 hanya dilakukan sekali wawancara karena subjek 1 mendapat giliran wawancara pertama, maka penulis langsung

melakukan sekali wawancara saja langsung secara mendalam.

(14)

9 terhadap masing-masing subjek. Dalam tiap sesi wawancara peneliti memerlukan waktu kurang lebih 30 menit sampai 1 jam 30 menit, dikarenakan waktu yang dimiliki para subjek tidak menentu.

Proses wawancara subjek 1 berlangsung di lokasi outlet distro, untuk subjek 2 dua kali dilakukan di outlet distro dan untuk subjek 3 dilakukan di outlet distro dan Warung Makan Ayam Geprak yang semuanya terletak di Jalan Kemiri Raya. Sedangkan untuk pengamatan berlangsung ketika penulis berinteraksi langsung dengan subjek selama proses wawancara berlangsung.

Analisa Perilaku Konsumsi 1. Subjek I

a. Aktivitas

Subjek OD merupakan siswa kelas 11 di SMU Kristen 1 Salatiga, subyek merupakan seorang siswa dengan kemampuan akademis rata-rata. Subjek seorang anak yang suka balap motor liar sejak duduk di kelas 2 SMP. Walaupun suka beraktivitas di

jalan yang berdebu dan penuh resiko namun subyek merupakan individu yang juga memperhtaikan penampilannya. Hal ini terbukti dari kebiasaannya untuk merapikan rambut di salon setiap satu bulan sekali. Subyek juga suka menggunakan produk perawatan tubuh , subjek menggunakan krim Gatsby gel untuk penata rambut , sabun muka agar muka terhindar dari jerawat. Untuk pemilihan pakaian subjek termasuk individu yang selektif dalam memilih model serta mengutamakan penampilan fashion yang dipergunakannya. Kebiasaan subyek dalam merawat diri dan memilih produk fashion, mendapat dukungan finansial dari kedua orang tuanya. Hal tersebut terbukti dengan kemudahan dalam mendapatkan dana untuk membeli produk fashion, perawatan. Subyek memiliki kebiasaan mengunjungi dan membeli produk fashion 2 sampai 4 kali dalam sebulan dengan anggaran mencapai Rp 1.000.000,00 perbulan. Yang diutamakan oleh subjek dalam memilih produk distro adalah model dan rasa cocok atau tidaknya subyek menggunakan produk tersebut. Subjek juga lebih mementingkan kualitas produk dan harga tidak menjadi masalah Subjek mengaku lebih percaya pada produk dengan harga yang mahal dibanding dengan produk dengan harga yang relatif murah.

1) Aspek Motif

(15)

10 wawancara maka diketahui bahwa Subjek I suka memadupadankan fashion misalnya kemeja, celana, sepatu, dan berbagai macam aksesorinya, menyukai baju yang bergaya sporty dan kasual tetapi lebih mementingkan kenyamanan baju saat dipakai. Subjek mengaku brand minded dan jika merasa sudah cocok dengan merek tertentu, keluaran suatu outlet Distro. Budget dalam sebulan untuk membeli pakaian subjek sekitar Rp 1.000.000,00.

Subjek cukup sering mengunjungi bengkel, kafe steak dan restoran untuk kongkow bersama teman-temanya dan kadang subjek juga berkunjung ke outlet Distro saat memerlukan pakaian pada waktu senggang. Untuk selera makanan dan tempat hang out, subjek tidak terlalu selektif dalam memilih. Sejak SMP subjek sudah senang

menjaga penampilan dan ingin tampil keren untuk mendapat pengakuan dan

perhatian dari teman- teman wanitanya.. Menurut subjek itu hal yang wajar saja bagi para pria. Pada dasarnya sebagian besar pria suka dipuji dan senang bersaing untuk menjadi ”yang paling”, paling tampan, keren, dan lain lain. Sehingga mau tidak mau mereka harus bersolek dan merawat diri. Apalagi di bidang hiburan, subjek

menjelaskan memang sangat penting untuk menjaga penampilan sebagai individu yang berbeda oleh kaum wanita. Subjek melakukan diet dan berpantang beberapa jenis makanan hanya mengimbangi masuknya asupan makanan. Subjek menyebutkan pria yang macho, berotot, proporsional, & mampu memilih pakaian yang menunjuang penampilannya sebagai kriteria pria oke. Menurut subjek I, produk fashion yang menampilkan bentuk tubuh dan membantu memberi nilai tambah pada penampilan serta memberikan kenyamanan dan menimbulkan rasa percaya diri, sehingga subyek memutuskan untukmengkonsumsi produk distro. Adapun pendapat subyek terlihat pada pernyataanya berikut:

“Kalo menurut aku produk distro kuwi cocok buat anak muda kaya aku mas...”

“Harganya tidak terlalu mahal tapi bahane juga ora sembarangan...trus modelnya up to date...”

“Selain itu produk distro pas di badan dan nyaman tidak kedombrongan...kya pakaian jaman jadul mas....”

“Model baju, celana ma sepatu yang di distro iku biasnya lagi in....klo gak in i ora payu menurutku...daripada tuku nang mol larang...tobat mas....”

(16)

11 baik atau mungkin paling murah harganya. Namun kenyataannya seringkali pertimbangan itu bukan hanya pertimbangan kualitas atau harga saja, tetapi ada dorongan-dorongan lain yang menimbulkan keputusan dalam pembelian. Keputusan konsumen untuk membeli barang juga sering didasarkan atas pertimbangan yang irasional, dalam pengertian karena barang tersebut akan dapat meningkatkan harga dirinya, dikagumi, dan dianggap sebagai kelas sosial tertentu.

“Kadang kalo di luar toko rasanya sayang beli baju, celana ato sepatu...tapi habis masuk rasane pengin tak tuku kabeh..., rasane apik kabeh mas....”

“Biasanya q beli produk distro sing pas karo aku..., kadang ono distro sing mbake ayu...lumayan karo kenalan..., tapi kalo produknya bagus kenapa tidak...”

”Kalo aku tampil rapi, berarti aku merasa nyaman, kalo di luarnya nyaman berarti akan keluar energi positif dari dalam diriku...jadi good mood, bawaan percaya diri.cieee .”

2) Aspek Mode

Mencakup macam-macam barang yang sedang popular dan digemari banyak orang. Menurut subjek, laki-laki yang modis adalah laki-laki yang sangat menjaga penampilan supaya nyaman untuk dilihat.Pandangan masyarakat tentang adanya pria

modis ada yang pro dan ada yang kontra. Namun tidak menjadi masalah buat subjek selama ia nyaman dengan apa yang dilakukan. Subjek tidak ambil pusing dengan pendapat masyarakat. Menurutnya, sekarang hampir di setiap pekerjaan baik pria maupun wanita dituntut untuk tampil rapi dan menarik. Subjek mengaku memiliki

banyak role model salah satunya Pasha Ungu, penyanyi yang tampil modis, karena menurutnya Pasha memiliki bentuk badan yang proporsional , tinggi, berwajah mulus dan sehat, tatanan rambutnya bagus dan memiliki gaya yang selalu asyik dilihat. Selanjutnya ada beberapa pernyataan subyek terkait dengan mode fashion Distro yang menimbulkan keputusan membeli produk distro, yaitu:

“Produk distro desainnya menyesuaikan tuntutan zaman dan pasar...jadi menurut ku gx akan ketinggalan zaman...., kalau ada yang gak sesuai modelnya biasnya ora laku mas....”

“Distro di kota-kota di Indonesia setahu ku...mulai nyebar...njamur...kaya pisang gorang mas...”

(17)

12 “kalau aku sendiri udah sreg di hati..jadi rasanya pilihan pakaian yang pasti ya distro...”

“kalo produk distro itu bisa menyesuaikan pasar...motifnya bisa garis...kotak ato Cuma gambar ada semua...”

3) Masalah Harga Diri

Pada pola konsumsi produk distro biasanya berhubungan dengan percaya diri dan gengsi. Konsumen yang tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang rendah, maka ia akan membeli produk dengan tujuan agar mendapat symbol status pribadi. Subjek menyatakan menjadi konsumen Distro untuk mendapat pengakuan dari orang lain karena di dalam dunia remaha memang sangat penting untuk menjaga penampilan agar laku.

“Ada juga, apalagi di dunia remaja mas, bener-bener harus jaga penampilan, kalo ora, ya nggak laku, kan biar dapet kecengan yang cakep, nahh kan diliat juga penampilan nya..trus kalo aku tampil jadul orang jadi bosan....m ya harus jaga penampilan untuk lawan jenis. Pastinya di depan cewe hahaha.Musti pinter ambil hati....”.

Subjek merasa tidak ada masalah jika ada pro dan kontra di masyarakat.

”Masyarakat jadi punya sebutan buat cowo yang dandan itu, dikatain sok modis anak distro ...lueh...soalnya mereka anggep tu yang dandan , perawatan, tampil maksimal tu cuma cewe.makanya yang cowo dikasi julukan, hahaha”

“No problem.hahahaha biasa aja lah ya, selama aku nyaman sama apa yang gue lakuin.Toh sekarang, cowo pun dituntut menjaga penampilan diri...”

“Selain itu kalau aku pakai produk distro orang akan tahu kalo aku termasuk anak gaul...ora kuno”

“Pastinya produk distro bikin puas..bangga...dan percaya diri...”

Selain ditinjau dari ketiga aspek tersebut, pola perilaku konsumsi subyek juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang di antaranya yaitu: Pendapatan. Namun pada penelitian ini pendapatan mengacu pada uang yang diperoleh dari orang tua subyek yang

(18)

13 2. Subjek II

a. Aktivitas

SP merupakan Subjek 2 yang merupakan teman dari subyek 1. Subyek adalah seorang pelajar kelas 10 di SMU 1Tengaran. Subyek suka menggunakan produk perawatan rambut dan kulit untuk mendukung penampilannya. Subjek tidak terpaku pada satu merk parfum namun subyek memilih memakai parfum yang aromanya sesuai dengan seleranya guna mendukung penampilanya. Untuk perawatan wajah subjek menggunakan produk Biore. Sekalipun subyek juga merupakan anak motor namun pada dasarnya subyek merupakan anak dengan karakter yang lebih lembut dibandingkan dengan teman-temannya. Subjek suka mengunjungi salon untuk merawat rambutnya. Dalam pemilihan outlet distro subjek memiliki langganan tetap. Sedangkan untuk fashion tergantung oleh

event, karena masing-masing event punya gaya serta karakter sendiri-sendiri.

1) Aspek Motif

Subyek terkadang memiliki dorongan-dorongan yang bersifat irasional maupun

emosional. Pada awalnya dorongan seorang konsumen untuk melakukan tindakan pemilihan di antara jenis barang karena kualitas barang yang dipilihnya tersebut diaggap paling baik atau mungkin paling murah harganya. Namun kenyataannya seringkali pertimbangan itu bukan hanya pertimbangan kualitas atau harga saja, tetapi ada dorongan-dorongan akan gambaran bahwa produk distro dapat meningkatkan harga dirinya, dikagumi, dan dianggap sebagai kelas sosial tertentu. Dalam urusan berpakaian subjek sangat senang memadupadankan sendiri kemeja, celana dan asesoris yang ia kenakan, namun terkadang pada acara tertentu subjek dibantu oleh orang tua untuk me-mix and match kan baju dan asesorisnya. Berikut adalah pernyataan subyek terkait dengan motif pembelian produk Distro:

“Prouk distro adalah produk berkualitas yang hadir di tengah masyarakat dengan kualitas handal...”

“Jika dicermati harga produk distro relatif kompetitif jika dilihat dari sisi moel yang ditawarkan serta pilihan jenis produk yang disajikan bagi konsumen”

“Kalau saya lihat produk distro modelnya bagus, banyak digunakan anak muda...dan pastinya harganya pas...dan tidak terlalu mahal.”Apakah yang memotivasi anda untuk membeli barang distro?

(19)

14 Siapakah yang memengaruhi anda untuk memutuskan membeli produk distro?

Apakah harga produk distro relatif terjangkau?

Hal-hal apakah yang menarik anda untuk mengunjungi distro?

Apakah anda tertarik mengunjungi outlet distro karena tampilan toko yang menarik?

Apakah program promosi yang diselenggarakan outlet distro memotivasi anda untuk membeli produk distro?

2) Aspek Mode

Mencakup macam-macam barang yang sedang popular dan digemari banyak orang. Subjek senang bersolek dan tampil rapi karena menurutnya dengan tampil rapi , orang akan punya kesan pertama yang positif. Sejak SMP subjek memang sudah senang menjaga penampilan termasuk dalam berpakaian. Subjek melakukan itu atas dasar kemauannya sendiri dan mencontoh model-model yang ada di majalah. Alasan lain dari tampil rapi dan merawat diri adalah karena subjek ingin mendapat pengakuan dari orang lain. Subjek menganggap Kaka pemain sepak bola Brazil sebagai model pria yang menurutnya ideal, karena menurutnya, Kaka memiliki gaya berdandan yang cuek namun tetap rapi dan memiliki badan yang agak proporsional tetapi berperut sixpack. merasa tidak ada masalah dan memang ada pro dan kontra di masyarakat.

”Yaaa di kalangan teman-teman rasanya mereka menerima, tapi sejauh ini sih kayaknya masyarakat fine fine aja tuh..ngga ada yang sampe demo melarang cowo tampil modis... ”

Selain itu dari beberapa pernyataan subyek, diketahui bahwa faktor mode berperan

penting bagi subyek untuk memutuskan membeli produk distro. Adapun pernyataan tersebut adalah:

“Menurut saya sejak produk distro muncul sampai sekarang...maka mereka dapat menguasai pasara fashion...menurut saya kuncinya adalah....menresponi permintaan dan keinginan pasar....”

“Kalau untuk saat ini tidak terlampau populer...., namun sejak ada di Salatiga saya lebih cocok memakai produk distro”

“Produk distro relatif banyak penggemarnya...bahkan bisa melampaui batasan usia..”

(20)

15 “pemilihan model merupakan salah satu pertimbangan saya membeli produk distro....namun ada pertimbangan lain, seperti kenyamanan dan harga..”

3) Masalah Harga Diri

Biasanya berhubungan dengan percaya diri yang kurang dan gengsi. Konsumen yang tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang rendah, maka ia akan membeli produk dengan tujuan agar mendapat symbol status pribadi. Misalnya, seseorang yang tidak percaya diri dengan dirinya dia akan membeli barang yang

ber-merk dengan tujuan untuk menambah kepercayaan dirinya, karena dia memakai pakaian yang ber-merk. Subjek tidak keberatan jika disebut sebagai metroseksual, namun subjek lebih senang jika disebut fashionable karena konotasi metroseksual lebih buruk. Menurut subjek, metroseksual adalah pria yang memperhatikan penampilannya agar terlihat baik. Fenomena ini sudah terjadi sejak jaman dulu, hanya saja sekarang lebih tersedia fasilitas yang lebih lengkapoleh karena itu guna mendukung penampilannya, maka subyeksuka membeli baju di dsitro. Subjek merasa wajib untuk tampil all out dimanapun mengingat dirinya adalah masih single , jadi harus menjaga image. Subjek memilih baju – baju distro dengan model-model baju global yang update. Jadi tidak takut ketinggalan jaman atau salah mode. Subjek menganggap memkai baju bermerk merupakan kabanggaan tersendiri. Selain itu, baju-baju bermerk internasional memiliki ukuran yang relatif besar , dapat dipakai untuk menyembunyikan timbunan lemak di perut subjek. Subjek juga senang memakai baju produksi distro, karena meskipun bukan import dan bermerk, namun baju distro nyaman dipakai dan memiliki design yang ekslusif dan tidak pasaran.

“Saya anak muda yang energik dan gaul makanya saya pilih produk fashion yang berkwalitas di Distro...”

“Saya merasa puas dengan produk yang sering saya beli di outlet distro, selain tidak mhal, barnag berkualitas dan desainnyapun menarik”

“Karena saya merasa nyaman dengan produk distro yang saya beli maka saya rasanya dapat tampil dengan lebih percaya diri...”

“teman-teman saya banyak yang menggunakan produk distro , makanya kita jadi lebih kompak dengan identitas yang kita miliki...”

(21)

16 memberi informasi dan mempengaruhi konsumen. Selanjutnya yang menjadi pertimbangan lainnya dalam membeli produk distro adalah harga, distribusi dan promosi.

3. Subjek III a. Aktivitas

Subjek III inisialnya adalah YS merupakan pelajar SMU Kristen Satya wacana kelas 11. Subyek pada awalnya sekolah di wilayah Sulawesi Selatan, dan selanjutnya pindah ke Salatiga bersama keluarganya. Subyek adalah seorang pelajar yang sealu menjaga penampilannya. Hal tersebut terllihat pada kebiasaan subyek dalam melakukan

perawatan rambut berupa shampoo , kondisioner, hair spray, hair wax, dan gel. Untuk produk perawatan tubuh subjek memakai parfum, deodoran, hal tersebut dilakukan agar penampilannya tetap terlihat segar. Subyek merupakan individu yang suka berolah raga (basket). Untuk perawatan rambut, subjek menggunakan shampoo Clear for men ,

conditioner . Alasan memilih produk tersebut karena menurut subjek keduanya cocok dan

bagus untuk mencegah ketombe dan mencegah kekeringan. Subjek tidak mementingkan harga dalam memilih produk perawatan, yang penting cocok. Subjek memiliki banyak minyak wangi bermerk terkenal dan digunakan sesuai mood nya yang diperoleh dari orang tuanya yang sering berpergian ke luar kota dan luar negeri. Saat pergi ke tempat ibadah, mall atau nongkrong, subjek tetap tampil maksimal. Namun subjek berpendapat untuk menjaga penampilan subyek lebih suka menggunakan fashion produk dari outlet distro yang dapat menyesuaikan selera konsumen.

1) Aspek Motif

Subyek dalam mengkonsumsi produk Distro memperoleh dorongan-dorongan yang bersifat irasional maupun emosional. Pada awalnya dorongan seorang konsumen untuk melakukan tindakan pemilihan di antara jenis barang karena kualitas barang yang dipilihnya tersebut diaggap paling baik atau mungkin paling murah harganya. Subjek menganggap memadupadankan fashion yang dipakainya merupakan hal yang wajib. Jika ada acara, subjek biasanya melakukan persiapan selama 45 menit hingga

(22)

17 pada kenyataannya seringkali bukan hanya mempertimbangkan kualitas atau harga saja, tetapi ada dorongan-dorongan lain yang menimbulkan keputusan dalam pembelian. Hal tersebut terlihat pada pernyatan berikut:

“Saya rasa senang dan nyaman saat memakai produk distro...”

“Produk distro lengkap dan sesuai sudah dengan keingnan saya....masalah harga ...murah....model yang pastinya up to date....trus variannya banyak juga...”

“Karena kualitasnya terjamin biasnya produk distro yang saya beli awet...” “saya beli pakaian atau aksesoris di distro untuk mendapatkan barang yang berkualitas dengan harga yang pas di kantong....”

“saya [ertamakali lihat produk distro dengan kawan sekelas...samapi akhirnya saya berani masuk, melihat dan membeli produk distro yang saya ingnkan..”

Keputusan konsumen untuk membeli barang juga sering didasarkan atas pertimbangan yang irasional, dalam pengertian karena barang tersebut akan dapat meningkatkan harga dirinya, dikagumi, dan dianggap sebagai kelas sosial tertentu. Hal tersebut terlihat dari pernyataan subyek, sebagai berikut:

“Menurut saya kalau belanja di Distro lebih nyaman...karna gak perlu berdesak-desakan memilih baju...”

“Produk Distro biasanya tidak banyak yang sama jadi gak seperti anak panti asuhan juga...ha...ha....”

“Kalau cari baju, celana dan sepatu ma aksesoris saya rasa udah lengkap di distro...tidak perlu pergi ke luar kota seperti Semarang dan Solo....” “tampilan outlet produk Distro di Salatiga cukup menarik....dan bervariatif....mengerti yang dimau anak muda...”

“Awalnya kawan-kawan sekolah ajak saya lhat pakaian trus saya suka dan saya coba cari yang paling cocok aja....”

“Paling heboh kalau ada promo distro di GPD...dekat Ramayana...saya biasanya gak pernah terlewat...macam-macam produk..harganya juga bersahabat...”

2) Aspek Mode

Menurut subjek III pria yang modis adalah pria yang memperhatikan penampilannya.

Metroseksual bukan berarti waria.

“Ya label masyarakat aja tentang gaya hidup cowok-cowok di kota-kota seneng dandan, bersolek gitu, yang Fashionable.”

(23)

18 yang modis itu seneng jaga penampilan. Trus tentang modis bukan berarti glamor, menjaga penampilan kan ngga musti glamor yang mahal-mahal en buang duit banyak”

“Mmm fashionable adalah pria yang concern sama penampilannya, dan hampir setiap pria akan melakukan apa saja untuk terlihat baik agar bisa mendapatkan pasangannya, dan ini sudah terjadi dari jaman bahulak kalee, cuman sekarang segala fasilitasnya lebih lengkap dan biasanya untuk cewek, jadi kadang aneh aja cowok ke salon atau ketempat tempat yang serupa..hehehe..makanya ada julukannya. ”

Selain itu, subyek juga memiliki pandangan bahwa produk distro memiliki Mode yang up to date dan hal tersebut terlihat dari pernyataan subyek sebagai berikut:

“Berbicara masalah produk fashion maka tidak ada yang lebih tepat lagi selain di distro yang selalu memproduksi produk yang up to date”

“meski masa kejayaan distro telah berlalu, namun produk distro tetap dicari di pasar...”

3) Masalah Harga Diri

Salah satu hal yang turut memengaruhi minat subyek membeli produk distro adalah berhubungan dengan percaya diri yang kurang dan gengsi. Konsumen yang tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang rendah, maka ia akan membeli produk dengan tujuan agar mendapat symbol status pribadi. Subjek suka produk distro karena berasal dari dirinya sendiri karena alasannya produk distro mendukung subyek untuk berpenampilan rapi, bersih, keren dan sehat.

”Murni dari aku sendiri. Ngga ada yang ngajakin sih. Ya itu tadi, karena aku suka ama yang rapi, bersih, keren,sehat, makanya saya coba produk fashion yang up todate yang menunjang penampilan saya ”.

Keanu Reeves dijadikan subjek sebagai role modelnya karena memiliki wajah yang bersih.Selain itu, Brad Pitt juga merupakan pria yang dianggap subjek menjadi role modelnya karena jago menjaga penampilan dari atas hingga bawah, dan suka ber

eksperimen gaya berpakaian dan model rambut. Subjek mengaku brand minded karena menurutnya merk-merk terkenal enak dipakai dan modelnya bagus. Subjek memiliki banyak koleksi baju distro, karena modelnya bagus , enak dipakai dan up to date, namun tidak berarti subjek hanya membeli baju bermerk tersebut saja.

(24)

19 distro adalah:

“Produk Distro mampu mengekspresikan jiwa anak muda...”

“Pada dasarnya saya bangga pakai baju atau celana distro, karena momodelnya-pun biasanya terbatas....”

Selanjutnya, subyek memutuskan untuk membeli produk distro, karena pada zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam masyarakat.Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan

kesejahteraan hidup.

Secara umum perilaku subyek digambarkan pada tabel berikut: Tabel 1.1. Pola Perilaku Konsumsi

Subyek Perilaku konsumsi

Aspek Motif Aspek Mode Aspek harga diri

1. Perilaku konsumsi subyek

satu dipengaruhi oleh

motivasi dari dalam diri

sendiri dan eksternal

(seperti harga & kualitas

produk serta lingkungan

sosial)

Perilaku konsumsi

dipengaruhi oleh trend

model dari publik figur

serta kenyamanan dari

produk distro

Pola perilaku

konsumsi subyek

dipengaruhi oleh rasa

percaya diri, gengsi

dan pendapatan.

2. Perilaku konsumsi subyek

satu dipengaruhi oleh

motivasi dari dalam diri

sendiri dalam menjaga

penampilan dan eksternal

(seperti harga & kualitas)

Perilaku konsumsi

dipengaruhi oleh trend

dan kebiasaan subyek

dalam berbusana

Pola perilaku

konsumsi subyek

dipengaruhi oleh rasa

percaya diri & gengsi.

3. Perilaku konsumsi subyek

satu dipengaruhi oleh

motivasi dari dalam terkait

dengan penampilan dan

rasa percaya diri dan

eksternal (seperti kualitas

produk)

Perilaku konsumsi

dipengaruhi oleh motivasi

internal dalam menjaga

penampilan dan trend

Pola perilaku

konsumsi subyek

dipengaruhi oleh rasa

(25)

20 Pembahasan

Ditinjau dari aktivitasnya, subjek 1, 2, dan 3 lebih mempedulikan penampilan dan bentuk tubuh serta merawat wajah yang menggunakan berbagai produk merek terkenal. Ketiga subjek tersebut senang mempadupadankan fashion misalnya kemeja, celana, sepatu, dan berbagai macam aksesori saat mereka bepergian dan mengutamakan kenyamanan dalam berpakaian. Alasannya adalah bahwa dengan melakukan hal demikian maka mereka merasa lebih percaya diri. Ketiganya juga merupakan tipe orang yang peduli penampilan. Pola perilaku konsumsi subjek 1& 2 memang senang atau peduli pada penampilan sejak kecil dan adanya pengaruh dari luar. Sedangkan subjek 3 senang

menjaga penampilan dari dalam dirinya sendiri dan bukan pengaruh temannya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian pola perilaku konsumsi remaja terhadap produk distro, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

a. Aspek Motif

Pola perilaku konsumsi remaja terhadap produk distro merupakan gaya hidup urban seorang remaja yang ditunjukkan dalam minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Ditinjau dari aspek motif ini maka diketahui bahwa. Pola perilaku konsumsi muncul dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan sosial (trend yang berlaku di masyarakat). Perilaku konsumsi distro juga dapat dipengaruhi dan diperkuat oleh keberadaan teman sebaya/ rekan

sebayakarena dengan adanya tekanan teman sebaya seringkali berperan sebagai tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat yang mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dirinya dapat diterima oleh kelompok masyarakat tersebut. Secara umum diketahui bahwa seorang individu yang berada dalam suatu lingkungan sosial (pergaulannya) maka perilakunya akan terbentuk dan mudah terkena pengaruh (dalam hal ini adalah tekanan teman sebaya) untuk memperoleh konformitas. Adapun konformitas ini bukan hanya dalam lingkup

(26)

21 Perilaku konsumsi juga bukan hanya dipengaruhi oleh tekanan dari teman sebaya, akan tetapi juga melalui proses belajar sosial. Perilaku ini cendrung menguat karena proses belajar tersebut dari informasi yang diperoleh oleh subyek mengenai cara berpenampilan yang baik sebagai publik figur. Karena melalui proses belajar inilah terjadi penguatan respon. Sebagai akibat konkritnya maka akan muncul serangkaian respon yang merupakan reaksi yang dimunculkan berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Proses belajar sosial ini juga memberikan suatu penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

b. Aspek Mode

Adanya keinginan subjek untuk konsumsi produk Distro karena ingin mendapat pengakuan (konformitas ) dari orang lain terkait dengan identitas dirinya. Hal tersebut membuktikan bahwa subyek masih memerlukan penilaian dari orang terkait dengan cocok atu tidaknya penampilannya.

c. Harga Diri

Selanjutnya faktor yang mendorong perilaku konsumsi adalah faktor psikologis (perasaan nyaman dari menggunakan produk distro), dan faktor ekonomi (harga produk yang ditawarkan relatif terjangkau). Selain itu, pola perilaku konsumsi remaja terhadap produk distro terkait dengan konsep diri (self concept). Dengan adanya konsep diri, maka seseorang menganggap sebuah perilaku yang dapat membantunya untuk mengekspresikan citra apa yang ingin dipancarkan.

Pola perilaku konsumsi remaja terhadap produk distro merupakan gaya hidup urban seorang remaja yang ditunjukkan dalam minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Ditinjau dari aspek motif ini maka diketahui bahwa. Pola perilaku konsumsi muncul dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan sosial (trend yang berlaku di masyarakat). Perilaku konsumsi distro juga dapat dipengaruhi dan diperkuat oleh keberadaan teman sebaya/ rekan

sebayakarena dengan adanya tekanan teman sebaya seringkali berperan sebagai tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat yang mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dirinya dapat diterima oleh

(27)

22 untuk memperoleh konformitas. Adapun konformitas ini bukan hanya dalam lingkup komunitas dan pergaulannya saja, akan tetapi akan berkembang hingga pada masyarakat yang lebih luas, sehingga akhirnya individu tersebut dapat merasakan penerimaan diri (self acceptance).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Mahasiswa

a. Mahasiswa hendaknya memiliki kesadaran yang penuh mengenai sisi positif dari penampilan kaum pria yang memperhatikan penampilannya sehingga mengetahui

dan mengenal perilaku konsumsi. Beranjak pada kesempatan tersebut, diharapkan mahasiswa yang bersangkutan semakin memahami prinsip dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi seorang individu.

b. Para mahasiswa harus dapat membangun interaksi sosial yang mendukung

pemahaman yang terkait dengan pentingnya memperhatikan muncul dan berkembangnya perilaku konsumsi seseorang terkait dengan keputusan untuk memilih suatu produk dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Bagi Masyarakat

a. Masyarakat hendaknya lebih dapat memahami dan menerima mengenai perkembangan perilaku konsumsi di era globalisai yang marak terjadi. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti perkembangan perilaku konsumsi produk distro dan kecendrungannya.

b. Memberikan bantuan, dukungan, dorongan, dan semangat kepada para remaja sehingga memiliki penampilan yang mendukung kepercayaan dirinya. Seperti halnya mendukung mereka dengan memberikan umpan balik atas penampilan yang ada di lingkungan sekitarnya.

c. Memberikan perhatian dan penekanan mengenai seberapa penting aspek motif, mode dan menghargai diri dalam menuntun serta membentuk perilaku konsumsi seorang individu.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

(28)

23 mempertimbangkan variabel latar belakang subyek penelitian seperti kondisi sosial ekonomi dan kondisi psikologis dari para pria yang menjadi subyek penelitian. Selain itu pada tahap awal penelitian, perlu dipertanyakan juga apakah pria dewasa yang bersangkutan memiliki latar belakang sosial ekonomi yang mendukung keinginannya untuk memiliki perilaku konsumsi.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. (1987). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press.

Asseal, H. 1987. Consumer Behavior and Marketing Action. 4th ed. Boston: PWS, Kent Publishing Company.

Demangeot, C. & Sankaran, K. (2012). Cultural pluralism: Uncovering consumption patterns in a multicultural environment. Journal of Marketing Management Vol. 28, Nos. 7–8, 760–783.

Engel, J.F., Roger D., Black Well. Paul.,& W. Miniard. (terj.). (1994). Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.

Granito, Heru. (2008). Panduan Mendirakan dan Mengelola Distro Clothing Compani. Yogyakarta : Media Pressindo.

Hidayat, A. (2010). Pengaruh Citra Toko Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Konsumen Distribution Outlet Realizm Malang). Malang: Fakultas Ekonomi UM.

Hurlock,E.B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentnag kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran: Edisi Milenium, Jilid 1, Terjemahan : Benjamin Molan, Jakarta: Prenhallindo.

Lidyawati. (1998). Hubungan antara Intensitas Menonton Iklan di Televisi dengan Perilaku Konsumtif. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.

Moleong, L.J. (2004). Metode Pendekatan Kualitatif. Jakarta: P.T. Remaja Rosda Karya.

Patilima, H. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Peter, J.P. & Olson, J. C. (terj.). (1999). Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jilid 1. 4th ed. Jakarta: Erlangga.

Poerwandari,E .K.(2007). Pendekatan kualitatif dalam penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi UI.

(29)

24 (Ed).2008. Rural Livelihoods, Resource Management and Coping with Crisis in Indonesia. Amsterdam: Amsterdam University Press.

Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana.

Simamora, B. (2002). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumarwan, U. (2004). Perilaku Konsumen: Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda karya.

Wahyuni, D. U. (2008). Pengaruh Motivasi, Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” Di Kawasan Surabaya Barat, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 10.( 1).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Sustainability Report Disclosure memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap kinerja ekonomi terbukti dari nilai t

Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa karyawan bagian produksi Pabrik Gula Sumberharjo Pemalang mempunyai tingkat disiplin yang baik, terbukti

Pertukaran informasi yang bersifat rahasia atau pribadi, memerlukan suatu metode yang membatasi akses ke informasi ini. Hal ini bertujuan untuk memperkecil resiko

Citra digital, seperti halnya informasi lain yang dilewatkan di Internet, memiliki resiko untuk mengalami kebocoran informasi, kerusakan informasi, dan manipulasi

Komik tersebut dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika, untuk memudahkan siswa dalam memahami prinsip kerja periskop yang terbukti 100% nilai siswa telah

Pelayanan diakonia yang telah dijalankan selama dua belas tahun dengan prinsip kekeluargaan dan prinsip melayani yang berdasarkan kasih ini, terbukti mampu membantu

Dalam penelitian ini mengunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana guru bertindak sebagai peneliti. Guru terlibat langsung secara penuh dalam proses

KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER