No. Daftar FPEB: 027/UN40.7.D1/LT/2014
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE
ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI di SMK
Pasundan 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran
Oleh:
LIGIA RIFANI NIM. 1000492
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan
Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi
Perkantoran Kelas XI di SMK Pasundan 1 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Oleh Ligia Rifani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Ligia Rifani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE
ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI di SMK
Pasundan 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh: Ligia Rifani
1000492
Skripsi ini dibimbing oleh: Dr. Rasto, M.Pd.
Masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah mengenai hasil belajar siswa. Inti kajiannya difokuskan pada salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran. Dan model pembelajaran yang diambil adalah model pembelajaran kelompok memproses informasi yaitu model pembelajaran Advance Organizer. Berdasarkan hal tersebut, pokok masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh model pembelajaran Advance Organizer terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu model pembelajaran Advance Organizer (X) dan hasil belajar siswa (Y). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuasi Eksperimen, dan bentuk kuasi eksperimen yang dipilih adalah Nonequivqlenty Control Group Design. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi, yang dianalisis menggunakan perhitungan skor gain ternormalisasi. Dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kelas XI AP 3 yang menjadi kelompok eksperimen berjumlah 40 orang dan kelas XI AP 4 yang menjadi kelompok kontrol berjumlah 40 orang.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa (1) Hasil belajar kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer termasuk kedalam klasifikasi tinggi, (2) Hasil belajar kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif termasuk kedalam klasifikasi sedang. Artinya, sekolah dapat menerapkan model pembalajaran Advance Organizer pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen-dokumen kantor untuk meningkatkan hasil belajar siswa, (3) Model pembelajaran Advance Organizer signifikan meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen-dokumen kantor kelas XI di SMK Pasundan 1 Bandung.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ADVANCE ORGANIZER LEARNING MODEL FOR LEARNING STUDENT
(Quasi-Experimental Study On Competency Standards Perform Administrative Procedures In Administrative Office Program Class XI at SMK Pasundan 1 Bandung
Year 2013/2014)
by: Ligia Rifani
1000492
This Script is guided by: Dr. Rasto, M.Pd
The problem in this research study is on student learning outcomes. Its Core is focused on one of the factors that influence student learning outcomes is a model of learning. And learning models are taken learning model group information processing model of learning that Advance Organizer. As such, the subject matter revealed in this research is the influence of the learning model of Advance Organizer of student learning outcomes.
This research consists of two variables: Advance Organizer learning model (X) and student learning outcomes (Y). The method used in this research is the method of Quasi- Experiments, and the shape is selected quasi-experimental control group design Nonequivqlenty. The technique of data collection by observation sheets, which are analyzed using normalized gain score calculation. And that the respondents in this research is class XI AP 3 into an experimental group of 40 people and class XI AP 4 being a control group of 40 people.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………...i
ABSTRAK………..…..ii
KATA PENGANTAR……..………iv
UCAPAN TERIMA KASIH……….v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Kegunaan Penelitian... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS .... Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Karakteristik Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined.
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined. 2.3.3 Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
... Error! Bookmark not defined. 2.4 Model Pembelajaran Advance Organizer ... Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Konsep dan Langkah Model Pembelajaran Advance Organizer
... Error! Bookmark not defined. 2.4.2 Tujuan Pembelajaran Advance OrganizerError! Bookmark not
defined.
2.4.3 Fungsi Pembelajaran Advance OrganizerError! Bookmark not defined.
2.5 Model Pembelajaran Berpikir Induktif ... Error! Bookmark not defined. 2.5.1 Konsep dan Tahapan Model Pembelajaran Berpikir Induktif
... Error! Bookmark not defined. 2.5.2 Unsur-Unsur Model Pembelajaran Berpikir Induktif ... Error!
Bookmark not defined.
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berfikir Induktif ... Error! Bookmark not defined. 2.6 Perbedaan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Berpikir Induktif
2.7 Belajar dan Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined.9
2.7.1 Pengertian Belajar………..
... ……….Error! Bookmark not defined.9 2.7.2 Pengertian Hasil Belajar ... 40 2.7.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil BelajarError! Bookmark not
defined.1
2.8 Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Hasil Belajar Siswa……….42
3.7.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.9 3.7.3 Uji Beda (Uji-t) ... 71 3.7.4 Perhitungan Skor Gain TernomalisasiError! Bookmark not
defined.2
3.8 PengujiaHipotesis ... Error! Bookmark not defined.2 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.5
4.4.4 N-Gain ... Error! Bookmark not defined.7 4.4.5 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.3 4.4.6 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.4 4.4.7 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.5 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.8 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.8 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.8 DAFTAR PUSTAKA ... xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Nilai Ulangan Harian Standar Kompetensi Menangani Surat/Dokumen Kantor Tahun Pelajaran 2013/2014………. 2
Tabel 2. 1 Struktur Pengajaran Advance Organizer………...……….28 Tabel 2. 2 Struktur Pengajaran Berpikir Induktif………...……….. …..35
Tabel 3. 5 Tabel Distribusi Pembantu Untuk Pengujian NormalitasError! Bookmark not defined.
Tabel 3. 6 Model Tabel Uji Barlett... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 7 Interprestasi Nilai Gain yang Dinormalisasi .. Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 1 Hasil Uji Validitas………..79
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Soal………....81
Tabel 4. 3 Rekapitulasi Tingkat Daya Beda Soal………82 Tabel 4. 4 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru………...106
Tabel 4. 5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa………..107
Tabel 4. 6 Nilai N-Gain Kelas Eksperimen………...108
Tabel 4. 7 Nilai N-Gain Kelas Kontrol………..109
Tabel 4. 8 Hasil Uji Normalitas……….113
Tabel 4. 9 Hasil Uji Homogenitas……….114
Tabel 4. 10 Hasil Uji t………...115
Tabel 4. 11 Hasil Penelitian Secara Umum……….116
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined.8 Gambar 3. 1 Kerangka Eksperimen……….53 Gambar 4. 1 Denah Sekolah………77 Gambar 4. 2 Struktur Organisasi SMK Pasundan 1 Kota Bandung………78 Gambar 4. 3 Presentase Kelulusan Pre-Test…….………102
Gambar 4. 4 Nilai Rata-Rata Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol………...…….103
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) adalah sekolah formal yang dibentuk dalam menyelenggarakan pendidikan kejuruan yang setara dengan sekolah menangah. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) ini adalah sekolah lanjutan dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTS (Madrasah Tsanawiyah). SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) terfokus kepada mencetak siswa-siswanya agar siap untuk terjun kedunia bekerja, sehingga mata pelajaran yang ditempuhpun hampir keseluruhan terfokus pada keahlian yang dibutuhkan di dunia bekerja sesuai dengan masing-masing kejuruan yang diambil.
2
disekolahpun dituntut pula agar terampil dalam mengelola proses pembelajaran dikelas terutama dalam menyampaikan materi pembelajaran produktif. Karena dengan guru menyampaikan materi dengan baik maka akan berdampak pada hasil belajar siswa yang baik pula.
Proses pembelajaran dapat berhasil apabila terdapat kesinambungan antara pengajar dengan peserta didik yang ikut akif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut akan berdampak pada perubahan siswa dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan tersebut dapat tercapai apabila di dukung dengan berbagai macam faktor. Faktor ini dapat mempengaruhi dalam proses belajar sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Hasil belajar adalah alat ukur sejauhmana siswa memahami materi yang diberikan oleh guru setelah mengalami proses belajar sebelumnya.
Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti sebelumnya, diperoleh bahwa hasil belajar siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Bandung untuk Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor.
Tabel 1.1
Nilai Ulangan Harian
Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor
3
Sumber : Data pra-penelitian yang diolah
Data di atas dapat menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih banyak nilai siswa di setiap kelas yang masih di bawah KKM (Krriteria Ketuntasan Belajar) dan dapat dilihat juga dari nilai rata-rata kelas pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75 yang telah ditetapkan oleh sekolah.
4
Melihat fenomena tersebut, banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan hasil belajar. Dari mulai upaya membenahi kurikulum pendidikan, meningkatkan kinerja guru, hingga melengkapi sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Adapun strategi pembelajaran yang dibenahi yaitu dengan menerapkan pola pembelajaran berkelompok, yang lebih menekankan kepada keaktifan siswa ketimbang guru yang dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Seperti yang dikatakanlah oleh Johnsons (dalam Joyce, 2011:77) bahwa “Susunan kooperatif jauh lebih efektif
dalam meningkatkan seluruh dimensi pembelajaran siswa”.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, dengan bekerja sama. Keberhasilan dari pembelajaran kooperatif ini adalah tergantung pada aktivitas anggota kelompok. Belajar dikatakan belum selesai ketika salah satu teman kelompok masih ada yang belum menguasai materi pelajaran yang diberikan. Model pembelajaran kooperatif ini saling membantu sesama antar kelompoklah yang sangat diutamakan.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe yang terangkum dalam beberapa kelompok model pengajaran. Guru harus mampu menentukan model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan perkembangan siswa dan juga materi pelajaran yang akan meningkatkan hasil belajar siswa.
5
informasi ini sesuai dengan pendapat menurut Joyce (2009:31) bahwa “Model -model memproses informasi (information-processing -models) menekankan cara-cara dalam meningkatkan dorongan alamiah manusia untuk membentuk makna tentang dunia (sesnse of the world) dengan memperoleh dan mengolah data, merasakan masalah-masalah dan menghasilkan solusi-solusi yang tepat, serta mengembangkan konsep dan bahasa untuk mentransfer solusi/data tersebut”. Penyimpanan informasi ini dapat tersimpan dalam periode yang cukup lama dan mudah untuk dipanggil kembali maka guru harus mampu membuat siswa mengingat inti dari pelajaran yang diajarkan salah satunya dengan cara mengeraskan volume suara pada saat menjelaskan inti materi yang harus diingat siswa, memberikan pengulangan hal-hal yang penting, dan juga memberikan ilustrasi yang sesuai dengan pengalaman siswa, semua ini agar siswa dapat mudah untuk mengingat kembali materi pembelajaran yang diajarkan.
6
Administrasi khususnya dalam Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor dimana didalamnya mempelajari mengenai pengertian surat, mengetahui jenis-jenis surat, mengetahui fungsi surat, menyebutkan bagian-bagian surat, dan menyebutkan bentuk-bentuk surat. Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor sangat membutuhkan sekali pemberian organizer, memberikan contoh dan juga mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa serta pula memberikan struktur kognitif secara hirarkis agar siswa dapat paham dan dapat menyimpan pengetahuan baru dan membedakan pengetahuan baru dengan yang sebelumnya pernah didapat siswa. Sehingga siswa dapat mengidentifikasi surat sesuai dengan macam, bentuk, dan jenisnya. Dengan karakteristik Kompetensi Dasar yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengambil model pembelajaran Advance Organizer. Seperti yang dikemukakan oleh Joyce (2009:34) bahwa “Model ini telah digunakan di hampir semua pelajaran dan pada siswa – siswa seluruh tingkatan umur”. Model pembelajaran Advance Organizer di duga sesuai diterapkan dalam Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor. Hal demikian di karenakan kompetensi dasar ini belajar mengenai kognitif atau pengetahuan sesuai dengan pendapat menurut Ausabel, 1963 (dalam Joyce, 2009:281) bahwa “Model Advance Organizer ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa
pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola,
7
Model pembelajaran Advance Organizer biasanya disebut juga dengan pengaturan awal. Model pembelajaran ini dirancang untuk memperkuat pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola informasi baru yang akan di sampaikan dihubungkan dengan pengalaman siswa yang pernah di alami sebelumnya. Hal inilah yang dinamakan Advance Organizer, tahapan pertama yang harus dilakukan guru pertama kali yang
bertujuan agar siswa dapat menerima dan mengingat materi baru yang akan di sampaikan dengan materi sebelumnya. Tahapan selanjutnya adalah tahapan dalam penyajian materi pembelajaran dimana guru memberikan materi yang diajarkan dengan perpaduan diskusi ataupun media agar perhatian siswa tetap pada materi yang diajarkan. Selanjutnya tahapan terakhir yaitu tahapan penguatan organisasi kognitif, tahapan penguatan organisasi kognitif disini siswa akan diminta untuk menyimpulkan materi, bertanya, ataupun mengulangi kembali materi yang baru saja di jelaskan.
8
pengelompokannya. Setelah itu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tertentu untuk menyimpulkan data atau materi yang telah di kelompokan dari hasil diskusi kelompok. Tahapan terakhir adalah guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah di diskusikan.
Dalam upaya memecahkan masalah fenomena hasil belajar siswa yang muncul di SMK Pasundan 1 Bandung hubungannya dengan masalah model pembelajaran, maka diperlukan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan permasalahan yang di kaji maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Teori R.M. Gagne.
Gagne (dalam Surya, 2004:40), berpendapat bahwa “Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam memperoleh informasi itu terjadi adanya interkasi antara kondisi-kondisi internal dan kondis eksternal”.
Sementara itu B. Bloom (Sudjana, 2010: 23), dalam teori belajarnya menyatakan bahwa “Terdapat dua faktor utama yang dominan terhadap hasil belajar yaitu karakteristik intern siswa yang meliputi (kemampuan, minat, hasil belajar sebelumnya dan motivasi) serta karakteristik ekstern kualitas pengajaran yang meliputi (guru, model pembelajaran dan fasilitas belajar)”.
9
dalam judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar
Kompetensi Melakukan Prosedur Adminitrasi Pada Kelas XI Program
Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Bandung Tahun
Ajaran 2013/2014)”.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka inti dari kajian penelitian ini adalah masalah hasil belajar siswa yang rendah di SMK Pasundan 1 Bandung pada standar kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi kompetensi dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor. Aspek tersebut diduga karena model pembelajaran yang digunakan guru dikelas tidak bervariatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya karakteristik intern siswa yang meliputi (kemampuan, minat, hasil belajar sebelumnya dan motivasi) serta karakteristik ekstern kualitas pengajaran yang meliputi (guru, model pembelajaran dan fasilitas belajar). Dan berdasarkan kajian empirik terhadap faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diduga faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
10
Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) diatas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Pasundan 1 Bandung?
2. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Berpikir Induktif pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Pasundan 1 Bandung?
3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dengan hasil belajar siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Berpikir Induktif pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Pasundan 1 Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
11
2. Mengetahui gambaran hasil belajar siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Berpikir Induktif pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Pasundan 1 Bandung.
3. Mengetahui adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dengan hasil belajar siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Berpikir Induktif pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Pasundan 1 Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Jika tujuan penelitian tersebut di atas tercapai, maka akan ada dua kegunaan dari penelitian ini yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan. Dan juga untuk penelitian lanjutan mengenai pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar yang belum dikaji dalam penelitian ini.
2. Kegunaan Praktis
12
1) Dapat meperluas pemahaman penulis mengenai pengaruh penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Advance Organizer terhadap Hasil Belajar Siswa.
2) Penelitian ini juga sangat berguna bagi penulis sebagai calon pendidik untuk dapat membantu peserta didik meningkatkan hasil belajarnya.
b. Bagi Sekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini membahas mengenai Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer terhadap hasil belajar siswa (Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar kompetensi Menangani Surat/Dokumen Kantor Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Bandung).
Seperti yang telah disebutkan di dalam latar belakang masalah, kajian dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran advance organizer dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Bandung. Peneliti melihat bahwa aspek tersebut diduga sebagai kekuatan yang perlu ditingkatkan dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa atau siswi SMK Pasundan 1 Bandung Jurusan Administrasi Perkantoran kelas XI.
1.2 Metode Penelitian
Metode penelitian dalam setiap riset mutlak diperlukan, karena cara untuk mengumpulkan data yang sesui untuk digunakan dalam menguji hipotesis yang telah dirimuskan.
52
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:1), bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi experimental design. Bentuk desain quasi eksperimen yang dipilih adalah
nonequivqlenty control group design. Maksudnya dalam pelaksanaan penelitian,
penulis akan menggunakan 2 kelompok intak. Kelompok intak adalah kelompok-kelompok subyek yang ada yang akan ditetapkan sebagai kelompok-kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut akan diberikan diberikan pretest dan posttest yang sama.
Tetapi pada kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer sedangkan pada kelompok kontrol akan diberikan perlakuan model pembelajaran berpikir induktif. Untuk lebih jelasnya rancangan desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
(Sugiyono, 2008:116) Eksperimen :
Ket :
53
X : Penerapan Model Pembelajaran Tipe Advance Organizer E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
Untuk melakukan metode kuasi eksperimen, maka peneliti menggunakan langkah-langkah sebagaimana yang terdapat pada kerangka eksperimen dibawah ini:
Pre test Pre test
Post test Post test Kelas XI AP 4 Kelas XI AP 3
Uji Beda
Proses
Pembelajaran Pada XI AP 3
Proses
Pembelajaran Pada XI AP 4
N-Gain
Uji Beda N-Gain
Uji Beda
Uji Beda N- Gain
54
Gambar 3. 1 Kerangka Eksperimen
Langkah - langkah metode kuasi eksperimen :
a. Mengujikan soal pre test kepada siswa pada kelas treatment dan juga kelas kontrol
b. Hasil dari pre test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan dengan uji beda yaitu uji-t. untuk mengetahui tidak adanya perbedaan yang signifikan.
c. Setelah teruji kelas treatment dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan maka kedua kelas tersebut dapat dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran masing-masing kelas. Bila hasil tes uji beda menyatakan adanya perbedaan maka eksperimen tidak bisa dilanjutkan.
d. Setelah kelas treatment dan kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran. Langkah selanjutnya melakukan mengujikan post test. e. Hasil dari post test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan
kembali dengan skor gain untuk melihat peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dan dilakukan kembali pengujian uji beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan secara signifikan
55
1.3 Unit Analisis
Kegiatan pengumpulan data pada saat penelitian berlangsung sangatlah penting, di karenakan hal inilah inti dari sebuah penelitian. Agar peneliti mengetahui karakteristik dari objek dan subjek penelitian. Dari karakteristik tersebut maka akan diketahui kebenaran dugaan hipotesis yang telah dirancang.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam memilih subjek penelitian yaitu perhitungan pada hasil pre test yang dihitung dengan menggunakan uji beda (uji-t). Ketika pre test yang dilakukan dan telah di uji dengan menggunakan uji beda (uji-t) dan hasilnya adalah tidak adanya perbedaan maka kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama. Dikarenakan kelas tersebut relatif sama atau homogen. Didalam menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol penulis menggunakan teknik random, sehingga di tentukan XI AP 3 yang berjumlah 40 orang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas XI AP 4 yang berjumlah 40 orang sebagai kelas kontrol.
1.4 Skenario Pembelajaran
Dibawah ini adalah langkah-langkah penerapan model pembelajaran advance organizer (kelas eksperimen) dan penerapan model pembelajaran
berpikir induktif (kelas kontrol):
Tabel 3. 1
Skenario Pembelajaran
Model Pembelajaran Advance
Organizer (Kelas Eksperimen)
Model Pembelajaran Berpikir Induktif
56
c. Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test
c. Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test
2. Pelaksanaan a. Pendahuluan
1) Orientasi: Memberikan benda yang menarik, membaca berita di surat kabar atau menampilkan slide animasi.
2) Apersepsi: Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya
3) Motivasi: Memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang akan disampaikan
1) Orientasi: Memberikan benda yang menarik, membaca berita di surat kabar atau menampilkan slide animasi.
2) Apersepsi: Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya
3) Motivasi: Memberikan gambaran manfaat mempelajarai materi yang akan disampaikan
4) Pemberian Acuan:
57
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.
c) Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang.
d) Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran advance organizer.
b. Kegiatan Inti
1) Tahap Presentasi Advance Organizer guru memberikan perkenalan materi awal dengan memberikan ilustrasi serta contoh untuk di hubungkan dengan pengalaman siswa yang pernah dirasakan, sebagai berikut:
a) Guru memberikan ilustrasi dan contoh yang akan dihubungkan dengan pengalaman siswa tentang pengertian surat
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.
c) Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang.
d) Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran berpikir induktif.
b. Kegiatan Inti
1) Tahap Pembentukan Konsep a) Guru membantu siswa pada
saat berdiskusi dengan memberikan pertanyaan untuk dikelompokan dan kelompok tersebut diberikan label tentang pengertian surat
58
b) Guru memberikan ilustrasi dan contoh yang akan dihubungkan dengan pengalaman siswa tentang fungsi surat
c) Guru memberikan ilustrasi dan contoh yang akan dihubungkan dengan pengalaman siswa tentang jenis-jenis surat
d) Guru memberikan ilustrasi dan contoh yang akan dihubungkan dengan pengalaman siswa tentang bagian-bagian surat
e) Guru memberikan ilustrasi dan contoh yang akan dihubungkan dengan pengalaman siswa tentang bentuk-bentuk surat
2) Tahap Presentasi Tugas atau Materi Pembelajaran
a) Guru memberikan peta konsep materi yang akan diajarkan agar siswa lebih paham dan untuk tetap mempertahankan
tersebut diberikan label tentang fungsi surat
c) Guru membantu memberikan
pertanyaan untuk
dikelompokan dan kelompok tersebut diberikan label tentang jenis-jenis surat
d) Guru membantu siswa pada saat berdiskusi dengan memberikan pertanyaan untuk dikelompokan dan kelompok tersebut diberikan label tentang bagian-bagian surat
e) Guru membantu siswa pada saat berdiskusi dengan memberikan pertanyaan untuk dikelompokan dan kelompok tersebut diberikan label tentang bentuk-bentuk surat
2) Tahap Interpretasi Data
kategori-59
perhatian
b) Siswa berdiskusi tentang materi yang telah diilustrasikan
3) Tahap Memperkuat Pengolahan Kognitif
a) Guru memberikan pertanyaan untuk membangkitkan keaktifan siswa seperti bertanya tentang contoh lain untuk mengilustrasikan materi, meminta siswa untuk mengulang beberapa materi yang telah diajarkan secara
kategori yang telah terbetuk untuk dihubungkan dengan materi yang diajarkan.
3) Tahap Prinsip
a) Guru memverifikasi tentang materi yang diajarkan hari ini.
60
tepat. 3. Kegiatan Penutup
a. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai keseluruhan materi pembelajaran yang didiskusikan oleh siswa. b. Mengadakan refleksi
c. Memberikan tugas untuk individu ataupun kelompok
d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran berikutnya e. Guru memberikan post test.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru membuat kesimpulan bersama siswa mengenai materi pembelajaran yang dipelajari. b. Mengadakan refleksi
c. Memberikan tugas untuk individu ataupun kelompok untuk menilai untuk mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”.
61
uji coba terhadap kelas XII di SMK Pasundan I Bandung untuk mengetahui apakah intrumen tersebut layak digunakan sebagai alat pengambilan data.
Instrumen tes yang diberikan kepada siswa adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berupa pretest dan postest. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan postest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan (treatment) terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol
Langkah-langkah untuk menganalisis instrumen sebagai berikut:
1. UJi Validitas Instrumen
Instrument yang akan digunakan untuk penelitian ini terlebih dahulu diuji validitasnya. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan agar instrument yang digunakan dapat mengukur sesuai dengan kenyataannya, sehingga data yang diperoleh valid untuk penelitian ini.
Menurut Sugiyono (2004: 109), “Instrumen yang valid berarti alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.”.
62
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
(Suharsimi Arikunto, 2008: 72)
Keterangan :
: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan variabel yang dikorelasikan
x : Skors tiap items x y : Skors tiap items y
N : Jumlah responden uji coba
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka nilai dibandingkan dengan nilai . Suatu butir soal dikatakan valid jika >
.Nilai .
2. Uji Reliabilitas Instrumen
63
[ ][ ] ∑
(Ating Somantri dan Sambas Ali M., 2006:48) Keterangan :
: Realibilitas tes secara keseluruhan k : Jumlah butir instrumen
Tabel 3. 2
Interprestasi Derajat Reliabilitas
Rentang Nilai Klasifikasi
0,000-0,200 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,201-0,400 Derajat reliabilitas rendah
0,401-0,600 Derajat reliabilitas cukup
0,601-0,800 Derajat reliabilitas tinggi
0,801-1,000 Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Suharsimi Arikunto, 2006: 223)
3. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen
64
dan sebaliknya ketika indeks yang dihasilkan kecil maka soal yang diberikan dikatakan sulit”. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Suharsimi Arikunto (2006:100) Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js : jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria seperti tabel dibawah ini:
Tabel 3. 3 Tingkat Kesukaran
No Rentang Nilai tingkat kesukaran Klasifikasi
1 0,70-1,00 Mudah
2 0,30-0,70 Sedang
3 0,00-0,30 Sukar
(Suharsimi arikunto, 2006 : 100) 4. Daya Pembeda Instrumen
65
rendah”. Dengan kata lain, soal yang diberikan dapat mengukur kemampuan siswa, mana siswa yang dikatakan berkemampuan tinggi dan mana saja siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D), indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Untuk mengetahui indeks diskriminasi dapat menggunakan rumus dibawah ini:
(Suharsimi arikunto, 2006 : 100) Keterangan :
D : Indeks diskriminasi (daya pembeda)
: Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
: Banyaknya peserta kelompok alas : Banyaknya peserta kelompok bawah
: Proporsi kelompok atas yang meniawab benar : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3. 4
Klasifikasi Daya Pembeda
No Rentang Nilai D Klasifikasi
1 0,00-0,19 Jelek
2 0,20-0,39 Cukup
66
4 0,70-1,00 Baik Sekali
5 Negatif Tidak Baik
(Suharsimi arikunto, 2001 : 218)
1.6 Prosedur Penelitian
1. Tahap Pretest
Melaksanakan pretest pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan melaksanakan Pretest maka hasil dari Pretest ini akan memberikan sebuah gambaran keadaan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum masing-masing kelas diberi perlakuan (treatment). 2. Tahap Proses
Memberi perlakuan atau treatment pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada tahap ini kelas eksperimen dikenai perlakuan berupa pembelajaran dengan penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer, sedangkan kelas kontrol menggunakan Model Pembelajaran Berpikir induktif.
3. Tahap Post test
Melakukan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada tahap ini akan diambil data hasil akhir pembelajaran setelah dikenai perlakuan.
1.7 Teknik Analisis Data
1.7.1 Uji Normalitas
67
uji statistik yang akan digunakan. Rumus yang digunakan dalam uji normalitas ini yaitu uji Liliefors Test.
Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut (Ating dan Sambas, 2006:289), sebagai berikut:
a. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama.
b. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
c. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatimya.
d. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi).
e. Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z
f. Menghitung Theoretical Proportion.
g. Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.
h. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi
Dibawah ini adalah tabel distibusi pembantu untuk pengujian normalitas data:
Tabel 3. 5
Tabel Distribusi Pembantu Untuk Pengujian Normalitas
68
Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fk sebelumnya Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, ( ) = fk/n Kolom 5 : Nilai Z, formula, ̅
Dimana : ̅ ∑ dan S = √∑ (∑ )
Kolom 6 : Theoretical Proportion (label z): Proporsi Kumulalif Luas Kurva Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada label distribust normal.
Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)
Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut Adalah D hitung.
Selanjutnya menghitung D tabel pada a = 0,05 dengan cara √ . Kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria :
D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.
69
1.7.2 Uji Homogenitas
Uji Homogenitas merupakan uji perbedaan varians kelompoknya. Asumsi uji homogenitas adalah untuk kepentingan akurasi data dan keterpercayaan terhadap hasil penelitian. Dengan kata lain, uji homogenitas ini untuk menguji apakah sampel yang diambil telah homogenitas atau telah memiliki karakteristik sifat yang sama.
Uji statistika yang akan digunakan adalah Uji Burlett. Kriteria yang digunakannnya adalah apabila bila nilai hitung > nilai tabel , maka menyatakan varians skornya homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima. Nilai hitung diperoleh dengan rumus:
[ (∑ )]
(Sambas Ali Muhidin, 2010:96) Dimana :
= Varians tiap kelompok data
= n – 1 = Derajat kebebasan tiap kelompok B = Nilai Barlett = (Log ∑
= Varians gabungan = = ∑ ∑
(Sambas Ali Muhidin, 2010:96)
70
a. Menentukan kolompok-kelompok data, dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.
b. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses peritungan, dengan model tabel sebagai berikut:
Tabel 3. 6
Model Tabel Uji Barlett
Sampel db = n-1
1 2 3 …
…
∑
c. Menghitung varians gabungan
d. Menghitung log dari varians gabungan e. Menghitung nilai Barlett
f. Menghitung nilai g. Membuat kesimpulan
71
sedangkan data kualitatif diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan juga aktivitas siswa.
1.7.3 Uji Beda (Uji-t)
Pengujian selisih dua rata-rata atau yang kita sebut dengan uji-t ini berfungsi untuk mengetahui perbedaan yang signifikan secara statistik. Adapun rumus dari uji beda (uji-t) adalah seperti dibawah ini:
̅̅̅ ̅̅̅
√
(Sugiyono, 2006:118) Keterangan:
: rata-rata nilai kelompok eksperimen : rata-rata nilai kelompok kontrol : jumlah siswa kelas eksperimen : jumlah siswa kelas eksperimen
: varians skor kelompok eksperimen : varians skor kelompok kontrol
72
1.7.4 Perhitungan Skor Gain Ternomalisasi
Perhitungan skor gain diperoleh dari selisis skor tes awal (pretest) dengan skor tes akhir (postest). Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:200), “Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari treatmen”. Perhitungan yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah sebagai berikut:
G =
Dengan G sebagai gain, sebagai skor tes awal dan sebagai skor tes akhir. Untuk perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan sebagai berikut:
(g) =
Kemudian nilai gain ternomalisasi (g) yang diperoleh di interprestasikan dengan klasifikasi pada tabel berikut ini:
Tabel 3. 7
Interprestasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai (g) Klasifikasi
(g) ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > (g) ≥0,3 Sedang
(g) < 0,3 Rendah
1.8 Pengujian Hipotesis
Menurut (Sambas Ali Muhidin, 2010:43), pengujian hipotesis dapat memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Nyatakan hipotesis statistik ( dan yang sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan.
73
4. Tentukan titik kritis dan daerah kritis (daerah penolakan) 5. Apakah nilai statistik uji berdasarkan data yang dikumpulkan. 6. Berikan kesimpulan.
̅̅̅ ̅̅̅
√
(Sugiyono, 2006:118) Keterangan:
: rata-rata skor gain kelompok eksperimen : rata-rata skor gain kelompok kontrol : jumlah siswa kelas eksperimen : jumlah siswa kelas eksperimen
: varians skor kelompok eksperimen : varians skor kelompok kontrol
Kemudian hasil t hitung dihubungkan dengan t tabel. Cara untuk menghubungkan dengan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan dejat kebebasan (dk) = N1 + N2 - 2
2. Melihat tabel distribusi t untuk tes satu skor pada taraf signifikasi tertentu, misalnya pada taraf 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 %, sehingga akan diperoleh nilai t dari Tabel distribusi t dengan persamaan Bila nilai t unluk dk yang diinginkan tidak ada pada Tabel, maka dilakukan proses interpolasi.
74
: Tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dengan kelompok kontrol yang menggunakan Model Pembelajaran Berpikir Induktif pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Pasundan 1 Bandung.
: Ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen yang
menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dengan kelas kontrol yang menggunakan Model Pembelajaran Berpikir Induktif pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Pasundan 1 Bandung.
Kriteria pengambilan keputusan untuk uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di bahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
a. Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran advance organizer termasuk kedalam klasifikasi tinggi dan signifikan.
b. Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran berpikir induktif termasuk kedalam klasifikasi sedang dan peningkatan hasil belajarnya tersebut tidak signifikan.
c. Ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dengan kelas kontrol yang menggunakan Model Pembelajaran Berpikir Induktif pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Pasundan 1 Bandung.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang mengatakan bahwa model pembelajaran advance organizer yang diterapkan lebih baik dibandingkan dengan model
119
SMK Pasundan 1 Kota Bandung, maka dari itu peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah agar mempertimbang penerapan model pembelajaran advance organizer agar meningkatkan hasil belajar siswa kearah yang
lebih baik lagi pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen-dokumen kantor.
2. Bagi guru mata pelajaran produktif di SMK Pasundan 1 Bandung agar mempertimbangkan penelitian ini untuk menerapkam model pembelajaran advance organizer agar diterapkan pada kompetensi dasar yang karakteristik materi pembelajarannya sesuai dengan model pembelajaran advance organizer.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Alma, Buchari. (2008). Guru Profesional Menguasai Metode dan terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta
Arends. (2008). Learning to Teach-Belajar untuk Mengajar. Yogjakarta: Pustaka Belajar
Arikunto. (1990). Metode Penelitian. Jakarta: Angkasa
Arikunto. (2001). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Budianingsing. (2005). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas Djafar, Tengku Zahara. (2001). Kontribusi Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Andi Hamalik. (2006). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara
Hidayat, Kosadi. (1986). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta
Isjoni. (2007). Cooperatif Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Pekan Baru: Alfabeta
Isjoni. (2013). Cooperatif Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta
Joyce, dkk. (2009). Models Of Teaching. Jogjakarta: Pustaka Belajar
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama
Lie. (2008). Cooperatif Learning. Jakarta: PT. Grasindo
Muhibbin Syah, (2010), Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhidin, Sambas Ali. (2010). Statistika 2 Pengantar Untuk Penelitian. Bandung: Karya
Adhika Utama
Munthe, Bermawi. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani
Nur dkk. (2008). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivitas Dalam Pengajaran. Surabaya: PSMS UNESA
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan Terjemahan Tri Wibowo D.S. Jakarta: Kencana
Semi, Atar. (1989). Kritik Sastra. Bandung: Angkasa
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Pustaka LP3S Indonesia
Soedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Somantri, Ating dan Sambas Ali M. (2006). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesinsindo
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Surya, Mohamad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta: Pustaka Bani Quraisy
Hidayat. (1986). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta Taniredja, dkk. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Siduarjo: Masmedia
Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka