• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN KONSEP KINEMATIKA GERAK LURUS PADA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN KONSEP KINEMATIKA GERAK LURUS PADA SISWA SMA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Lia Sri Anggraeni, 2013

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN KONSEP

KINEMATIKA GERAK LURUS PADA SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh

LIA SRI ANGGRAENI

NIM. 0801307

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Lia Sri Anggraeni, 2013

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN KONSEP

KINEMATIKA GERAK LURUS PADA SISWA SMA

Oleh Lia Sri Anggraeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Lia Sri Anggareni Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Lia Sri Anggraeni, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN KONSEP

KINEMATIKA GERAK LURUS PADA SISWA SMA

Oleh :

Lia Sri Anggraeni

NIM. 0801307

Menyetujui,

Pembimbing I,

Drs. Unang Purwana, M.Pd. NIP. 195711301981011001

Pembimbing II,

Drs. Muslim, M.Pd. NIP. 196406061990031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika,

(4)

Lia Sri Anggraeni, 2013

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN KONSEP KINEMATIKA GERAK LURUS PADA SISWA SMA

Lia Sri Anggraeni (0801307)

Pembimbing I: Drs. Unang Purwana, M.Pd. Pembimbing II: Drs. Muslim, M.Pd. Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya tes yang dapat mengukur kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep yang harus dicapai oleh siswa berkaitan dengan tujuan mata pelajaran Fisika dan standar kelulusan SMA. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan TOLT (Test Of Logical Tinking) untuk mengukur profil kemampuan berpikir logis dan menggunakan three tier test utnuk mengukur profil pemahaman konsep. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep kinematika gerak lurus. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Garut dengan subjek 40 siswa. Instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir logis menggunakan Test Of Logical Thinking (TOLT) dan untuk mengukur pemahaman konsep dengan menggunakan three tier test . Berdasarkan hasil TOLT secara umum diperoleh kemampuan berpikir logis sedang. Sedangkan untuk aspek penalaran proporsional dan aspek penalaran pengontrolan variabel berkategori baik, aspek penalaran probabilitas berkategori cukup, dan aspek penalaran korelasional serta aspek penalaran kombinatorial berkategori rendah. Sementara berdasarkan hasil three tier test diperoleh bahwa secara umum pemahaman konsep sedang. Sedangkan untuk profil pemahaman konsep diperoleh pada proses kognitif mencontohkan berkategori baik, proses kognitif membandingkan serta proses kogntif menafsirkan berkategori cukup, dan proses kognitif menyimpulkan berkategori rendah.

Kata kunci: Kemampuan berpikir logis, Test Of Logical Thinking (TOLT),

(5)

Lia Sri Anggraeni, 2013

PROFILE OF LOGICAL THINKING SKILLS AND UNDERSTANDING

THE CONCEPT OF LINIER MOTION OF HIGH SCHOOL STUDENTS

Lia Sri Anggraeni (0801307)

Promotor: Drs. Unang Purwana, M.Pd. Co Promotor: Drs. Muslim, M.Pd. Majoring in Physical Education, FPMIPA UPI

ABSTRACT

The research is motivated by the lack of a test that can measure the ability to think logically and understanding of concepts that must be accomplished by the student relates to the passing standards in SMA. One of the efforts is to overcome this problem by identifying profiles using Test of Logical Thingking (TOLT) to measure logical thinking ability and profile-based understanding of physics concepts by using a three tier test. The purpose of this study is to reveal the profile of the ability to think logically and understanding of the concept of linier motion. Methods of this study is a descriptive research. The study was conducted in one of the high schools in Garut regency with 40 students. Instruments to measure the ability to think logically using Test Of Logical Thinking (TOLT) and to measure the understanding of the concept by using a three tier test. Based on test results obtained aspects of logical thinking ability by proportional reasoning and control of variables reasoning aspect of good category, probability reasoning aspect was enough category, correlational reasoning aspect and combinatorial reasoning aspect was low category. As for the profile obtained in understanding exemplifying of cognitive processes was good category, comparing cognitive processes and interpreting cognitive processes was enough category, and the lowest cognitive process is inferring.

Keywords: Logical thinking ability, Test of Logical Thinking (TOLT),

(6)

Lia Sri Anggraeni, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN KONSEP KINEMATIKA GERAK LURUS DAN THREE TIER TEST ... 9

A. Berpikir ... 9

B. Kemampuan Berpikir Logis ... 10

C. Konsep ... 15

D. Pemahaman Konsep ... 17

E. Konsep Kinematika Gerak Lurus ... 19

1. Pengertian Gerak ... 19

2. Besaran Fisika pada Konsep Gerak ... 19

3. Gerak Lurus Beraturan (GLB) ... 20

4. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) ... 21

5. Garak Vertikal ... 22

F. Three Tier Test ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian ... 29

(7)

Lia Sri Anggraeni, 2013

D. Instrumen Penelitian ... 30

E. Prosedur Penelitian ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 33

H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 36

I. Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 43

2. Hasil Tes Pemahaman Konsep ... 44

a. Kategori Pemahaman Siswa . ... 44

b. Profil Pemahaman Konsep . ... 46

B. Pembahasan ... 48

1. Profil Kemampuan Berpikir Logis ... 48

2. Profil Pemahaman Konsep ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(8)

Lia Sri Anggraeni, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perkembangan Intelektual ... 14

3.1. Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 34

3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 35

3.3. Interpretasi Indeks Kesukaran ... 35

3.4. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 36

3.5. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen TOLT ... 37

3.6. Rekapitulasi Soal TOLT yang Digunakan ... 38

3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Pemahaman Konsep . ... 38

3.8 Rekapitulasi Soal Three tier test yang Digunakan ... 39

3.9. Kategori Jawaban Siswa ... 41

4.1. Rekapitulasi Tingkat Perkembangan Intelektual Siswa ... 43

4.2 Kategori Tingkat Kemampuan Berpikir Logis Siswa ... 44

4.3 Kategori dan persentase rata-rata hasil tes kemampuan berpikir logis .. 44

4.4 Kategori Tingkat Pemahaman Konsep Siswa ... 45

4.5. Persentase Rata-rata Tes tiap Proses Kognitif ... 46

(9)

Lia Sri Anggraeni, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Grafik v-t dan s-t pada GLB ... 21

2.2. Grafik v-t dan s-t pada GLBB diperlambat ... 21

2.3. Grafik v-t dan s-t pada GLBB dipercepat ... 22

2.4. Tahap-tahap pembuatan two tier test ... 25

2.5. Contoh CRI dengan dua opsi jawaban ... 28

3.1. Pola Penelitian One Shot Design ... 29

3.2. Bagan Prosedur Penelitian ... 32

4.1. Kategori Pemahaman Siswa Tiap Proses Kognitif ... 46

(10)

Lia Sri Anggraeni, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Instrumen Tes ... 65

A.1 Lembar Judgment Instrumen... 66

A.1.a. Lembar Judgment Instrumen Berpikir Logis ... 66

A.1.b. Lembar Judgment Instrumen Pemahaman Konsep ... 86

A.1.c. Rekapitulasi Hasil Judgment Instrumen Berpikir Logis .... 109

A.1.d. Rekapitulasi Hasil Judgment Instrumen Pemahaman Konsep 110 A.2 Soal Uji Instrumen ... 111

A.2.a. Soal Uji Instrumen Berpikir Logis ... 111

A.2.b. Soal Uji Instrumen Pemahaman Konsep... 123

A.3 Kisi-kisi Soal ... 138

A.3.a. Kisi-kisi Soal Uji Instrumen ... 138

A.3.b. Kisi-kisi Soal Penelitian ... 176

A.4 Soal Penelitian ... 203

B. Analisis Hasil Uji Instrumen ... 222

B.1 Analisis Hasil Uji Instrumen TOLT ... 223

B.2 Analisis Hasil Uji Instrumen Three Tier Test ... 237

C. Analisis Hasil Penelitian ... 252

C.1 Analisis Hasil TOLT ... 253

C.2 Analisis Hasil Three Tier Test ... 258

(11)

Lia Sri Anggraeni, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran fisika pada tingkat SMA/MA merupakan salah satu

cabang IPA yang penting untuk diajarkan sebagai suatu mata pelajaran yang

tersendiri karena memberikan bekal ilmu kepada peserta didik dan

menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan

masalah di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006). Secara rinci, fungsi,

dan tujuan mata pelajaran Fisika di tingkat SMA (Depdiknas, 2006) adalah

sebagai sarana:

…iv) Mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. v) Menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika, serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah.

Pernyataan di atas sejalan dengan kehendak pemerintah dalam

PERMENDIKNAS No 23 Tahun 2006 mengenai standar kelulusan SMA

bahwa siswa SMA harus memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif,

dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Berpikir logis merupakan cara

berpikir yang terdiri dari sejumlah dasar pemikiran, sebuah argumentasi dan

sebuah kesimpulan yang dimiliki siswa dalam mengemukakan sesuatu yang

benar secara rasional. Kemampuan berpikir logis adalah kemampuan berpikir

menggunakan penalaran secara konsisten untuk menghasilkan kesimpulan.

Kemampuan berpikir logis setiap individu tidaklah sama, hal ini bergantung

pada tingkat perkembangan intelektualnya. Upaya untuk mengidentifikasi

kemampuan berpikir logis dapat menjembatani pada hasil belajar fisika

melalui pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep fisika.

Konsep merupakan pembangun proses berpikir. Dengan memiliki

kemampuan berpikir, siswa dapat memahami suatu konsep secara lebih

(12)

2

Lia Sri Anggraeni, 2013

memungkinkan siswa mampu mengaitkan fenomena-fenomena alam yang

berhubungan dengan konsep yang mereka pelajari. Salah satu tujuan

pendidikan fisika di sekolah yaitu agar siswa paham terhadap fenomena alam

secara ilmiah, memahami konsep, dan menerapkan atau mengaplikasikannya

secara fleksibel dalam kehidupan sehari-hari.

Materi pelajaran fisika yang diberikan pada siswa SMA membutuhkan

kemampuan berpikir yang tinggi dalam mempelajarinya. Konsep kinematika

gerak lurus adalah salah satunya. Siswa SMA yang pada umumnya berusia

16-18 tahun, menurut Piaget (Dahar, 1989) mereka sudah dapat berpikir

abstrak dan memiliki kemampuan berpikir yang lebih tinggi karena telah

berada pada tingkat operasional formal. Anak pada tingkat operasi formal

tidak hanya sudah mampu berpikir konkrit tetapi juga berpikir secara abstrak,

tepat dan logis serta dapat mengidentifikasi permasalahan secara jelas.

Dengan demikian siswa SMA seharusnya mampu mempelajari konsep fisika

yang bersifat abstrak.

Dengan memperhatikan pernyataan-pernyataan di atas, dapat

dikemukakan bahwa pentingnya proses penilaian yang dilakukan untuk

mengetahui ketercapaian tujuan mata pelajaran fisika tersebut. Penilaian

tersebut dilakukan untuk mengetahui keberhasilan suatu program pendidikan.

Hasil dari penilaian merupakan suatu informasi yang telah dipertimbangkan

dan dijadikan sebuah indikator apakah suatu program pendidikan yang

dijalankan telah berhasil atau tidak dan tepat atau tidak. Lebih jauh dari itu

hasil penilaian harus dapat juga memberikan informasi tentang

kekurangan-kekurangan dari suatu program pendidikan tersebut serta langkah yang harus

diambil untuk memperbaikinya. Alat ukur yang digunakan harus akurat dan

bermakna. Arifin (Evasari, 2007) mengemukakan bahwa alat ukur harus

memenuhi syarat-syarat atau kaidah tertentu, dan hanya mengukur sampel

perilaku tertentu.

Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa pentingnya alat

ukur untuk mengukur sampel perilaku tertentu seperti kemampuan berpikir

(13)

3

Lia Sri Anggraeni, 2013

Fisika dan standar kelulusan SMA. Untuk mengukur kemampuan berpikir

logis dan pemahaman konsep fisika dapat dilakukan dengan tes lisan atau tes

tulis. Tes lisan yaitu tes wawancara. Tes tulis yaitu tes uraian dan tes objektif.

Adapun kenyataan yang terjadi di lapangan, dari hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA di Kabupaten Garut,

diketahui bahwa alat ukur yang digunakan masih didominasi oleh soal-soal

hafalan. Soal-soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir logis pun

sangat kurang. Selain itu, hasil wawancara dengan guru fisika diperoleh

bahwa untuk mengukur pemahaman konsep fisika di sekolah tersebut

biasanya menggunakan tes pilihan ganda satu tingkat atau pilihan ganda yang

biasa digunakan dalam tes UTS dan UAS. Tes pilihan ganda satu tingkat ini,

mudah dilakukan penskoran dalam jangka waktu yang cepat. Namun, tes ini

memiliki kelemahan tidak dapat mengidentifikasi apakah siswa tersebut

paham konsep atau tidak paham konsep atau menebak jawaban.

Kebanyakan sekolah pada umumnya tidak menggunakan suatu tes

yang dapat mengukur kemampuan berpikir logis siswanya. Oleh karena itu

diperlukan adanya suatu tes atau alat ukur untuk melihat kemampuan berpikir

logis siswa. Untuk melihat kemampuan berpikir logis siswa, dapat

menggunakan Test of Logical Thinking (TOLT) dari Tobin dan Copie

(Valanides, 1996). Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir

logis siswa yang dapat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan intelektualnya

berdasarkan skor dalam TOLT. Penulis menggunakan TOLT ini berbasis

konsep fisika. Dengan menggunakan TOLT, dapat diperoleh informasi

perkembangan intelektual siswa dan kemampuan berpikir logis yang nantinya

dapat membantu seorang guru dalam melakukan metode pembelajaran yang

tepat terhadap siswanya.

Selain kurangnya tes kemampuan berpikir logis, pada kebanyakan

sekolah ditemukan hanya menggunakan jenis tes pilihan ganda biasa yang

memiliki keterbatasan pada guru untuk mendiagnosa pemahaman konsep

siswanya (Rofiati, 2011). Salah satu bentuk tes yang sering digunakan ketika

(14)

4

Lia Sri Anggraeni, 2013

beralasan. Two-tier test terdiri dari dua tier (tingkat) yaitu tier-1 mencakup

konten soal pilihan ganda dan tier-2 merujuk pada alasan dari jawaban yang

dipilih (Hasan, Bagayoko dan Kelley dalam Pesman dan Erylimas, 2010).

Dalam penelitian ini, penulis mengembangkan Two-tier test menjadi

Three-tier test karena dalam jenis pilihan ganda tersebut terdapat Certainty

Responce Index (CRI) atau Confidence Rating (CF) untuk melihat keyakinan

siswa dalam menjawab soal sehingga dengan bentuk soal ini, kita dapat

membedakan siswa yang tidak paham konsep dengan siswa yang

miskonsepsi.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka penulis tertarik melakukan

penelitian menggunakan TOLT untuk mengidentifikasi profil kemampuan

berpikir logis dan Three-tier Test untuk mengukur pemahaman konsep

kinematika gerak lurus. Oleh karena itu, penelitian mengambil judul

“PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN KONSEP KINEMATIKA GERAK LURUS PADA SISWA SMA.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana profil kemampuan

berpikir logis dan pemahaman konsep kinematika gerak lurus pada siswa

SMA?

Rumusan masalah tersebut diuraikan menjadi pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil kemampuan berpikir logis siswa SMA pada

konsep kinematika gerak lurus dengan menggunakan TOLT?

2. Bagaiamanakah profil pemahaman konsep siswa SMA pada konsep

kinematika gerak lurus menggunakan three-tier test?

Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis dan

pemahaman konsep. Sedangkan definisi operasional untuk setiap variabel,

(15)

5

Lia Sri Anggraeni, 2013

1. Kemampuan berpikir logis adalah proses berpikir yang menggunakan

penalaran secara konsisten untuk menghasilkan kesimpulan. Profil

kemampuan berpikir logis yang diamati dalam penelitian ini meliputi 5

aspek kemampuan berpikir logis yaitu penalaran proporsional,

penalaran probabilistik, penalaran pengontrolan variabel, penalaran

korelasional, dan penalaran kombinatorial. Profil kemampuan berpikir

logis diidentifikasi melalui Test Of Logical Thinking (TOLT) berbasis

konsep kinematika gerak lurus yang terdiri atas 10 butir tes yang

berhubungan dengan 5 komponen kemampuan berpikir logis tersebut.

2. Pemahaman konsep adalah kemampuan mengkonstruksi makna dari

suatu konsep. Profil pemahaman konsep yang diamati dalam peneltian

ini meliputi 4 proses kognitif yaitu menafsirkan, menyimpulkan,

membandingkan dan mencontohkan. Ke empat aspek ini diukur

dengan menggunakan three tier test. Three-tier test adalah alat tes

berupa tes tertulis yang secara khusus digunakan untuk

mengidentifikasi konsepsi siswa pada konsep kinematika gerak lurus.

Tes ini terdiri dari tiga tingkat. Soal tingkat pertama atau First Tier

merupakan soal yang mengevaluasi pengetahuan siswa terhadap suatu

konsep. Soal tingkat kedua atau Second Tier berisi alasan-alasan atas

jawaban pada soal tingkat pertama dan tingkat tiga atau Third Tier

berupa pilihan tingkat keyakinan (Caleon dan Subramaniam, 2010:

941).

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Mengungkap profil kemampuan berpikir logis siswa SMA pada

konsep kinematika gerak lurus menggunakan TOLT

2. Mengungkap profil pemahaman konsep siswa SMA pada konsep

(16)

6

Lia Sri Anggraeni, 2013 D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk

membatasi masalah yang dikaji agar tidak terlalu luas. Batasan masalah yang

fokus akan lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitan. Adapun

batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Profil kemampuan berpikir logis yang dimaksud adalah profil yang

diambil dari bentuk persentese dari setiap aspek kemampuan berpikir

logis yang dikaitkan dengan tahapan perkembangan intelektual Piaget.

Kemampuan ini dilihat dari hasil skor TOLT berbasis konsep

kinematika gerak lurus.

2. Profil pemahaman konsep dilihat dari hasil three tier test dengan

kriteria yang telah dikembangkan oleh Katlacki dan Pesman &

Eryilmaz. Profil pemahaman konsep diambil dari bentuk persentase

setiap proses kognitif. Proses kognitif yang digunakan adalah

berdasarkan taksonomi kognitif Anderson dan di batasi pada proses

kognitif menafsirkan, membandingkan, mencontohkan, dan

menyimpulkan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan

teoritis bagi peningkatan kualitas layanan pendidikan, baik bagi guru, siswa

maupun praktisi pendidikan lainnya.

1. Manfaat secara praktis

a. Bagi siswa

Mereka dapat mengetahui informasi tentang sejauh mana

pemahaman konsep dan kemampuan berpikir logis yang

dimilikinya dan diharapkan untuk terus meningkatkan kemampuan

(17)

7

Lia Sri Anggraeni, 2013

b. Bagi guru

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk variasi soal dalam

tes serta mengembangkan dan mengaplikasikan tes kemampuan

berpikir logis dan three-tier test

2. Manfaat secara teoritis

a. Pembaca

Menambah pengetahuan pembaca tentang menganalisis

kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep dari soal

pilihan ganda jenis three-tier

b. Penelitian berikutnya

Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti lain

untuk mengadakan penelitian yang serupa di masa yang akan

datang

c. Peneliti yang bersangkutan (penulis)

Menambah ilmu pengetahuan dan merupakan wahana menerapkan

ilmu pengetahuan yang telah didapat.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Batasan Masalah

E. Manfaat Penelitian

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PEMAHAMAN

KONSEP KINEMATIKA GERAK LURUS DAN THREE TIER

TEST

A. Berpikir

(18)

8

Lia Sri Anggraeni, 2013

C. Konsep

D. Pemahaman Konsep

E. Konsep Kinematika Gerak Lurus

F. Three Tier Test

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

B. Metode Penelitian

C. Desain Penelitian

D. Instrumen Penelitian

E. Prosedur Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

G. Proses Pengembangan Instrumen

H. Hasil Uji Coba Instrumen

I. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(19)

Lia Sri Anggraeni, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Kabupaten Garut pada

siswa kelas X semester I Tahun Ajaran 2012/2013. Sesuai dengan rekomendasi

guru bidang studi Fisika yang mengajar di kelas X, maka subjek pada penelitian

ini adalah kelas X-D dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif yang bertujuan menyelidiki keadaan, kondisi atau

hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto,

2010:3). Hal yang digambarkan pada penelitian ini adalah profil kemampuan

berpikir logis dan pemahaman konsep Kinematika Gerak Lurus. Pada penelitian

ini tidak ada perlakuan. Penelitian deskriptif melibatkan deskripsi, pencatatan,

analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Data yang dianalisis berasal

dari hasil Test Of Logical Thingking (TOLT) untuk mengukur kemampuan

berpikir logis dan three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep kinematika

gerak lurus, kemudian data diinterpretasi sehingga kemampuan berpikir logis serta

pemahaman konsep siswa dapat diketahui.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-shot

Design (Arikunto, 2010) dengan pola:

Gambar 3.1 Pola Penelitian One-Shot Design

(20)

30

Lia Sri Anggraeni, 2013 D. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian, dikembangkan dua instrumen

penelitian yaitu sebagai berikut:

1) Tes kemampuan berpikir logis

Tes ini terdiri dari lima jenis penalaran, yaitu penalaran

proporsional, penalaran pengontrolan variabel, penalaran korelasional,

penalaran probabilitas, dan penalaran kombinatorial. Untuk mengukur

kemampuan berpikir logis, instrumen yang digunakan adalah Test Of

Logical Thinking (TOLT). Tes ini terdiri dari dua tingkat. Tingkat satu

berupa pilihan jawaban atas soal yang diberikan. Tingkat dua berupa

pilihan alasan atas jawaban pada tingkat satu.

2) Tes Pemahaman Konsep

Tes pemahaman konsep ini memiliki beberapa indikator meliputi

menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,

menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Untuk mengukur

pemahaman konsep instrumen yang digunakan adalah pilihan ganda jenis

three tier test. Three tier test berupa pilihan ganda bertingkat tiga, tingkat

satu berupa pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan

pilihan jawaban sebanyak empat buah, tingkat kedua berupa alasan

alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak

empat buah, dan tingkat ketiga berupa respon keyakinan siswa menjawab

pilihan ganda tingkat satu dan dua (two-tier test) dengan pilihan respon

berupa yakin atau tidak yakin.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

a. Tahap Persiapan

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap

(21)

31

Lia Sri Anggraeni, 2013

1. Tahap Persiapan

a. Telaah kompetensi mata pelajaran Fisika SMA.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

c. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak

sekolah tempat penelitian yang akan dilaksanakan.

d. Studi pendahuluan, meliputi wawancara dengan guru dan

menganalisis soal-soal fisika.

e. Perumusan masalah penelitian.

f. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, dan laporan

penelitian mengenai TOLT dan three-tier test.

g. Telaah kurikulum Fisika SMA dan menentukan materi yang

akan dijadikan bahan penelitian.

h. Menyusun instrumen penelitian TOLT dan two-tier test.

i. Melakukan judgement instrumen TOLT dan two-tier test.

j. Melakukan uji coba instrumen.

k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi

validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas,

sehingga layak dipakai untuk tes.

l. Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test,

sehingga menjadi three-tier test.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penentuan subjek penenlitian yang terdiri dari satu kelas.

b. Pelaksanaan tes kemampuan berpikir logis.

c. Pelaksanaan tes three-tier test.

3. Tahap Penyelesaian

a. Mengolah data penelitian

b. Menganalisis data penelitian

c. Menarik kesimpulan dan saran

(22)

32

Lia Sri Anggraeni, 2013

Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian

Melakukan penelitian dengan memberikan soal

TOLT Three-tier test

Pengolahan data dan analisis data

Kesimpulan Tahap Pelaksanaan

Tahap Akhir

Studi pendahuluan

Rumusan masalah

Studi literatur Solusi permasalahan

Studi kurikulum dan materi

Penyusunan instrumen penelitian

TOLT dan two tier test

Konsultasi dengan pembimbing

Judgement instrumen penelitian

Uji coba dan analisis intrumen penelitian

Menambahkan tingkatkeyakinan pada

two- tier test sehingga menjadi three-tier test

(23)

33

Lia Sri Anggraeni, 2013

F. Teknik Pengumpulan Data

Kemampuan berpikir logis siswa dapat diketahui dari hasil TOLT.

Sebelum melakukan tes kemampuan berpikir logis, terlebih dahulu peneliti

menyusun TOLT . TOLT isinya berkaitan dengan konsep kinematika gerak lurus.

Instrumen ini kemudian diujikan pada siswa dan bentuknya berupa tes pilihan

ganda dua tingkat serta dibandingkan hasilnya.

Pemahaman konsep dapat diketahui dari hasil three-tier test. Sebelum

melakukan tes pemahaman konsep bentuk three-tier test, terlebih dahulu peneliti

menyusun two-tier test kinematika gerak lurus dan diujikan pada siswa. Setelah

diujicobakan dan dianalisis, peneliti menambahkan tingkat keyakinan pada

two-tier test, sehingga menjadi three-two-tier test. Three-two-tier test yaitu pilihan ganda tiga

tingkat.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Telaah literatur.

b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.

c. Menyusun intrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah

dibuat.

d. Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah

dibuat.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.

Setelah instrumen yang diujikan tersebut valid dan reliabel, maka

instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan penelitian.

G. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep dijudgment

terlebih dahulu, kemudian dianalisis untuk menguji kelayakannya dalam hal

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda.

1) Validitas Butir Soal

Untuk mengetahui validitas butir soal suatu tes dapat digunakan teknik

(24)

34

Lia Sri Anggraeni, 2013

  

Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan persamaan K-R 20. Adapun

persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut :

(25)

35

Lia Sri Anggraeni, 2013

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

( pq ) = jumlah hasil perkalian antara p dan q S = Standar deviasi (akar varians)

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas

instrumen digunakan kriteria seperti pada tabel dibawah

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

r11 Interpretasi

0,80 < r11  1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11  0,80 Tinggi

0,40 < r11  0,60 Sedang

0,20 < r11  0,40 Rendah

0,00 < r11 0,20 Sangat rendah

(Arikunto,2009:75)

3) Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sukar. Rumur mencari tingkat kesukaran adalah:

P =

(Arikunto, 2009:208)

Dengan

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Kesukaran

Nilai P Kriteria

0.00 – 0.30 Sukar

0.31 – 0.70 Sedang

0.71 – 1.00 Mudah

(26)

36

Lia Sri Anggraeni, 2013

4) Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

berkemampuan rendah.. untuk menghitung daya pembeda digunakan

rumus:

dengan

D : daya pembeda

BA : jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab soal tersebut

dengan benar

BB: jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab soal tersebut

dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Nilai D Kriteria

Negatif Tidak baik

0,00 – 0,20 Jelek (poor) 0.20 – 0.40 Cukup (satisfactory)

0.41 – 0.70 Baik (good)

0.70 – 1,00 Baik sekali (exellent)

H. Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan di salah satu SMA Kabupaten Garut kelas

(27)

37

Lia Sri Anggraeni, 2013

1. Hasil Uji Coba TOLT berbasis konsep kinematika gerak lurus

Setelah dilakukan uji instrumen tes kemampuan berpikir logis

diperoleh reabilitas tes ini sebesar 0,7702 dengan kriteria tinggi.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen TOLT

Butir Soal

Aspek Kemampuan Berpikir Logis

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran

Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 Penalaran

(28)

38

Lia Sri Anggraeni, 2013 Butir

Soal

Aspek Kemampuan Berpikir Logis

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran

Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

variabel

13 Penalaran

korelasional

0,42 Cukup 0,42 Baik 0,58 Sedang Digunakan

14 Penalaran

kombinatorial

0,53 Cukup 0,53 Baik 0,47 Sedang Digunakan

15 Penalaran

kombinatorial

0,59 Cukup 0,42 Baik 0,37 Sedang Digunakan

Tabel 3.6 Rekapitulasi Soal TOLT yang Digunakan

No Aspek Kemampuan

Berpikir Logis

Jumlah Soal No Soal

1 Penalaran Proporsional 2 1 dan 11

2 Penalaran Pengontrolan

Variabel

2 6 dan 12

3 Penalaran Probabilitas 2 3 dan 10

4 Penalaran Korelasional 2 4 dan 13

5 Penalaran ombinatorial 2 14 dan 15

2. Hasil Uji Instrumen Pemahaman

Setelah dilakukan uji instrumen tes pemahaman konsep diperoleh

reabilitas tes ini sebesar 0,817 dengan kriteria tinggi.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Pemahaman Konsep

Butir Soal

Proses Kognitif Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran

Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 Membandingkan 0,407 Cukup 0,263 Cukup 0,76 Mudah Digunakan

2 Menafsirkan 0,63 Tinggi 0,42 Baik 0,32 Sedang Digunakan

(29)

39

Lia Sri Anggraeni, 2013 Butir

Soal

Proses Kognitif Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran

Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

4 Menyimpulkan 0,69 Tinggi 0,63 Baik 0,32 Sedang Digunakan

5 Menafsirkan 0,32 Rendah 0,21 Cukup 0,10 Sukar Dibuang

6 Menyimpulkan 0,13 Sangat rendah 0,16 Jelek 0,60 Sedang Dibuang

7 Membandingkan 0,46 Cukup 0,42 Baik 0,32 Sedang Digunakan

8 Menyimpulkan 0,51 Cukup 0,21 Cukup 0,10 Sukar Digunakan

9 Menyimpulkan 0,03 Sangat rendah -0,053 Jelek 0,24 Sukar Dibuang

10 Menafsirkan 0,34 Rendah 0,16 Jelek 0,08 Sukar Dibuang

11 Mencontohkan 0,22 Rendah 0,21 Cukup 0,42 Sedang Dibuang

12 Mencontohkan 0,67 Tinggi 0,53 Baik 0,74 Mudah Digunakan

13 Menafsirkan 0,52 Cukup 0,42 Baik 0,79 Mudah Digunakan

14 Menafsirkan 0,60 Tinggi 0,47 Baik 0,76 Mudah Digunakan

15 Menafsirkan 0,49 Cukup 0,37 Cukup 0,18 Sukar Digunakan

16 Membandingkan 0,56 Cukup 0,26 Cukup 0,13 Sukar Digunakan

17 Membandingkan 0,38 Rendah 0,26 Cukup 0,13 Sukar Dibuang

18 Mencontohkan 0,48 Cukup 0,42 Baik 0,63 Sedang Digunakan

19 Menafsirkan 0,47 Cukup 0,42 Baik 0,68 Sedang Digunakan

20 Mencontohkan 0,41 Cukup 0,42 Baik 0,74 Mudah Digunakan

21 Menafsirkan 0,56 Cukup 0,37 Cukup 0,34 Sedang Digunakan

22 Menyimpulkan 0,52 Cukup 0,26 Cukup 0,13 Sukar Digunakan

Tabel 3.8 Rekapitulasi Soal Three Tier Test yang Digunakan

No Proses Kognitif Jumlah Soal No Soal

1 Membandingkan 3 1, 7 dan 16

2 Menafsirkan 6 2, 3, 13, 14, 15, 19, dan 21

3 Menyimpulkan 3 4, 8, dan 22

(30)

40

Lia Sri Anggraeni, 2013 I. Analisis Data

1. Tes Kemampuan Berpikir Logis (TOLT)

Penskoran TOLT, jika jawaban benar dan alasan benar diberi skor 1,

selain itu mendapat skor 0. Hasil TOLT dapat dijadikan acuan tahap

perkembangan intelektual menurut Teori Piaget dengan kriteria:

a) Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap

berpikir konkret.

b) Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap

berpikir transisi.

c) Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap

berpikir formal. (Valanides, 1996).

Langkah-langkah pengelompokkan atas 3 ranking (Arikunto, 2009):

a) Menjumlah skor semua siswa

b) Mencari nilai rata-rata dan standar deviasi

c) Menentukan batas-batas kelompok

- Kelompok atas

Semua siswa yang mempunya skor sebanyak skor rata-rata

plus satu standar deviasi ke atas

- Kelompok sedang

Semua siswa yang mempunyai skor antara mean -1 SD dan

mean +1 SD

- Kelompok kurang

Semua siswa yang mempunyai skor mean -1 SD dan yang

kurang dari itu

2. Tes Pemahaman Konsep (Three Tier Test)

Three-tier test berupa pilihan ganda bertingkat tiga. Tingkat satu yaitu

pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban

sebanyak empat buah. Tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab

(31)

41

Lia Sri Anggraeni, 2013

yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua

(two-tier test) dengan pilihan respon berupa yakin atau tidak yakin.

Aturan penskoran dalam tes ini (Pesman &Eryilmaz, 2010: 212) yaitu:

a. Skor 1. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk

jawaban salah pada tingkat satu.

b. Skor 2. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan

tingkat dua. Jika jawabannya salah pada salah satu tingkat maka

diberi skor 0.

c. Skor 3. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua

dan yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0.

d. Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada

tingkat tiga. Jka jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0.

Salah satu kelebihan three-tier test yaitu hasil penskoran three-tier test

dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep (lack of

knowledge), miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.9 merupakan kriteria dari

hasil skor three-tier test.

Tabel 3.9 Kategori Jawaban Siswa

Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Kategori

Benar Benar Yakin Paham konsep

(Scientific

Knowledge)

Benar Benar Tidak yakin Tidak paham

konsep (Lack of

Knowledge) Benar Salah Tidak yakin

Salah Benar Tidak yakin

Salah Salah Tidak yakin

Benar Salah Yakin Miskonsepsi

Salah Salah Yakin

Salah Benar Yakin Error

(32)

42

Lia Sri Anggraeni, 2013

Dari Tabel 3.7, peneliti dapat melihat gambaran jumlah siswa yang

termasuk ke dalam kategori dari hasil three tier test.

3. Menghitung rata-rata skor seluruh siswa untuk tiap aspek dengan

menggunakan rumus (Muhibin Syah dalam Evasari, 2007):

Kemudian mengubahnya dalam bentuk persentasi

Dengan kriteria sebagai berikut :

a) Kriteria sangat tinggi jika skor antara 81% - 100%

b) Kriteria tinggi jika skor antara 61% - 80%

c) Kriteria sedang jika skor antara 41% - 60%

d) Kriteria rendah jika skor antara 21% - 40%

(33)

Lia Sri Anggraeni, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini

mendapatkan suatu kesimpulan secara umum bahwa kemampuan berpikir logis

dan pemahaman konsep siswa SMA pada materi kinematika gerak lurus adalah

sedang. Kesimpulan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Profil kemampuan berpikir logis pada tiap aspek dari hasil TOLT pada

materi kinematika gerak lurus yaitu aspek penalaran proporsional dan

aspek penalaran pengontrolan variabel berkategori baik, aspek penalaran

probabilitas berkategori cukup, dan aspek penalaran korelasional serta

aspek penalaran kombinatorial berkategori rendah. Pada aspek penalaran

proporsional didominasi oleh siswa yang berada pada tahap berpikir

konkrit, transisi dan formal. Pada aspek penalaran pengontrolan variabel

didominasi oleh siswa yang berada pada tahap berpikir transisi dan

formal. Pada aspek penalaran probabilitas, penalaran korelasional, dan

penalaran kombinatorial didominasi oleh siswa yang berada pada tahap

berpikir formal.

2. Profil pemahaman konsep kinematika gerak lurus dengan menggunakan

bentuk soal three-tier test yaitu pada proses kognitif mencontohkan

berkategori baik, proses kognitif membandingkan serta proses kogntif

menafsirkan berkategori cukup, dan proses kognitif menyimpulkan

berkategori rendah. Siswa yang paling banyak paham konsep adalah pada

proses kognitif mencontohkan, sedangkan siswa yang paling banyak

tidak paham konsep adalah pada proses kognitif menyimpulkan. Siswa

yang paling banyak miskonsepi dan error terjadi pada proses kognitif

(34)

61

Lia Sri Anggraeni, 2013 B.Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang hendak

diajukan, antara lain:

1. Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan melibatkan aspek

penalaran kombinatorial dan korelasional lebih banyak daripada

aspek penalaran proporsional agar siswa berada pada tahap berpikir

formal yang seharusnya dimiliki pada setiap siswa SMA

2. Pembuatan three tier test pada masing-masing aspek pemahaman

konsep sebaiknya disusun dengan jumlah yang sama agar hasil dari

(35)

Lia Sri Anggraeni, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen.Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Arikunto,Suharsimin. (2009).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto,Suharsimin. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Bloom, B.S. dkk. (1979). Taxonomy of Educational Objectives, The Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. London: Longman Group Limited.

Caleon, Imelda dan Subramaniam, R. (2010). “Development and Application of a Three-Tier Diagnostic Test to Assess Secondary Students’ Understanding of Waves”. International Journal of Science Education. 32, (7), 939-961.

Dahar,R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen

Evasari, R. (2007). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Means-Ends-Analysis dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Hapsari,I. (2009). Implementasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Ipa Dihubungkan Dengan Tingkat Perkembangan Intelektual Siswa Smpn Z Di Kota Bandung. Tesis pada Pascasarjana Pendidikan IPA UPI Bandung; Tidak Diterbitkan

(36)

63

Lia Sri Anggraeni, 2013

Kaltakci, D dan Nilufer, D. (2007). Identification of Pre-Service Physics Teachers' Misconceptions on Gravity Concept: A Study with a 3-Tier Misconception Test. Sixth International Conference of the Balkan Physical Union: American Institute of Physics.

Kilic, D. & Saglam, N. (2009). “Development of a Two-Tier Diagnostic Test to

Determine Students’ Understanding of Concepts in Genetics”. Eurasian Journal of Educational Research. 227-244.

Kutluay, Yasin. (2005). Diagnosis of eleventh grade students misconception about geomentric optic by a three tier test. Thesis for Master of Science Degree the Graduate School of Natural and Applied Sciences, Middle East Technical University, Turkey. [online]. Tersedia :

http://etd.lib.metu.edu.tr/upload/12606660/index.pdf. [10 Oktober 2011].

Management Resources, Inc. (1997). Logical Thinking. (Online). Tersedia di http://www.managementresourcesinstitute.com/logicalthinking.htm

Mauliasari, Asruri. (2010). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Kuantum terhadap Kemampuan Berpikir Logis . Skripsi UPI. Tidak diterbitkan

Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

PERMENDIKNAS No 23 Tahun 2006 mengenai standar kelulusan SMA

Pesman, Haki dan Eryilmaz, Ali. (2010). “Development of a Three-Tier Test to

Assess Misconceptions About Simple Electric Circuits”. The Journal of Educational Research. 103, 208-222.

Poespoprodjo, DR. (1999). Logika Scientifika. Bandung: Pustaka Grafika.

Poespoprodjo & Gilarso. (1999). Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika.

Ratnata, I Wayan. (1995). Kemampuan Berpikir Logis Siswa STM dalam Pemahaman Konsep-konsep Listrik Magnet. Tesis UPI. Tidak diterbitkan.

(37)

64

Lia Sri Anggraeni, 2013

Saragih, S. (2004). Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik. [on line]. Tersedia: http://zainurie.files.wordpress.com(2007/11/261_091.pdf).

Sri, E. (2010). Profil Tes Open Book Sesuai Dengan Tahap Perkembangan Intelektual. Tesis pada Pascasarjana Pendidikan IPA UPI Bandung; Tidak Diterbitkan

Suhendar, Endar. (2010). Pemahaman Konsep. [Online]. Tersedia: http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/pemahaman-konsep.html. [22 September 2011]

Sumarmo, Dra. Utari. (1987).Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi UPI. Tidak diterbitkan

Sutrisno, M.Pd. (2003). Ilmu Fisika Kelas 1 untuk SMA. Bandung: Acarya Media Utama.

Syahroni, Intan (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Metode Eksperimen untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan

Treagust, David F. (1988). “Development and use of diagnostic tests to evaluate students' misconceptions in science”. International Journal of Science Education. 10, (2), 159-169.

Treagust, D.F and Chandrasegaran, A.L. (2007). The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of

representation. Chemistry Education Research and Practice, 2007, 8 (3), 293-307

Valanides, N. (1996). Formal Reasoning Abilities And Science Teaching Academic Research Library. Pp 99-107

Valanides, N. (1997). Formal Reasoning Abilities And School Achievment. Studies in Educational Evaluation. Vol.23. pp 169-185

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian
Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas Butir Soal
+6

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Sumatera Utara...

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH

La création du scénario pédagogique en se basant sur la démarche interculturelle comme support alternatif dans le cours du FLE, spécifiquement pour enseigner

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MATA PELAJARAN MEMBUAT DOKUMEN SMK PASUNDAN 1 CIMAHI..

[r]

19 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Durasi Belajar Error!. Bookmark

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Status Ekonomi dan Pengetahuan

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan terhadap penyebab, tanda – tanda dan pengelolaan kanker mulut (p=0,000).