PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SIWA
(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
GISTI AGUSTINI 0800518
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK
MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA
Oleh Gisti Agustini
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Gisti Agustini 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
GISTI AGUSTINI NIM. 0800518
PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA
(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP. 19570830 198101 2 001
Pembimbing II
Dra. Chandra Affiandary, M.Pd. NIP. 19570611 198609 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Gisti Agustini. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).
Penelitian ini dilatarbelakangi dari studi pendahuluan yang menunjukkan adanya gambaran konsep diri negatif pada siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Bandung. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa Kelas X Tahun Ajaran 2012/2013 terlihat dari beberapa siswa yang mengalami ketidakpercayaan diri terhadap apa yang dimiliki dirinya serta kemampuannya. Hal itu terbukti dengan beberapa siswa yang memiliki ketidakpercayaan diri terhadap kondisi fisik yang dimilikinya karena sering diejek oleh siswa lain. Penelitian bertujuan mengungkap gambaran umum konsep diri siswa dan menghasilkan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan yakni pendekatan kuantitatif, dengan metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan instrumen konsep diri siswa. pengambilan sampel dilakukan secara acak (simple random sampling). Sampel penelitian adalah siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 82 siswa dari 160 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum konsep diri siswa berada pada kategori positif sebesar 52,44%. Pada setiap aspek yang diperoleh yaitu, pada aspek fisik sebesar 47,56% siswa berada pada kategori positif, aspek psikis 46,34% berada pada kategori positif, dan aspek sikap sebesar 60,98% siswa berada pada kategori positif. Hasil dari penelitian yaitu berupa program hipotetik yang telah diuji validasi oleh pakar, program tersebut yakni program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa SMA PGRI 1 Bandung Kelas X Tahun Aajaran 2012/2013. Rekomendasi ditujukan bagi: 1) guru BK yaitu dapat mengimplementasikan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa dengan metode yang kreatif untuk mengembangkan konsep diri yang dimiliki siswa sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA PGRI 1 Bandung, 2) peneliti selanjutnya yaitu Melakukan penelitian tentang konsep diri berdasarkan gender dan usia yang dilakukan pada jenjang SD, SMP, SMK, dan Perguruan Tinggi.
ABSTRACT
Gisti Agustini. (2012). Social Personal Guidance Program for Students Develop Self-Concept (Descriptive Research on Class X Students High School PGRI 1 Bandung Academic Year 2012/2013).
The research is motivated from a preliminary study that showed a picture of a negative self-concept in class X in high school PGRI 1 Bandung. It can be seen from the behavior of Class X students in Academic Year 2012/2013 looks from a few students who have distrust themselves against what he has himself and his abilities. This was evidenced by some of the students who have self distrust of the physical condition because he had often teased by other students. The research aims to uncover the student an overview of the concept and generate personalized guidance hypothetical social programs to develop students' self-concept. The research approach used the quantitative approach, the descriptive method. Collecting data using student self-concept instrument. random sampling (simple random sampling). The research sample was student of Class X Secondary School PGRI 1 Bandung Academic Year 2012/2013, amounting to 82 students out of 160 students. The results showed that in general students' self concept in the category of positive at 52.44%. In every aspect obtained is, the physical aspect of 47.56% of the students are in the positive category, psychological aspects of 46.34% at the positive category, and aspects of the attitudes of 60.98% of the students are in the positive category. The results of the study in the form of a hypothetical program that has been tested validation by experts, the program is the personal guidance of social programs to develop the self-concept of high school students of Class X PGRI 1 Bandung Academic Year 2012/2013. Recommendations addressed to: 1) counselor are able to implement a mentoring program to develop personal social self-concept of students with creative methods to develop students' self-concepts held as one of the considerations in the optimization of the implementation of guidance and counseling services in High School PGRI 1 Bandung, 2) further research is doing research on self-concept based on gender and age were performed at elementary, junior high, vocational, and higher education.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... Vi A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Manfaat Penelitian ... 8
E. Metode Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORITIS A.Konsep Dasar Bimbingan ... 10
B. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi Sosial ... 14
C.Konsep Diri Remaja... 17
D.Karakteristik Konsep Diri Remaja... 24
E. Karakteristik Perkembangan Remaja... 29
F. Tugas Perkembangan Remaja ... 32
G.Konsep Dasar Program Bimbingan... 34
H.Hasil Penelitian Terdahulu ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 40
B.Definisi Operasional Variabel ... 40
C.Populasi dan Sampel ... 42
D.Teknik Pengumpulan Data ... 44
E. Uji Coba Alat Ukur ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 48
G.Penyusunan Program Hipotetik untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 52
H.Prosedur Penelitian ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan ... 95 B. Rekomendasi... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Anggota populasi ... 43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen konsep Diri Siswa ... 44
Tabel 3.3 Hasil Judgement Angket ... 46
Tabel 3.4 Pola Skor Alternatif Respon Model Likert ... 49
Tabel 3.5 Interval Skor Gambaran Umum Konsep Diri Siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung ... 50 Tabel 3.6 Interpretasi Kategori Konsep Diri Siswa ... 51
Tabel 4.1 Penilaian Kebutuhan Siswa ... 78
Tabel 4.2 Rencana Operasional Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 86
Tabel 4.3 Pengembangan Tema Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 88
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR DIAGRAM BATANG
Diagram Batang 4.1 Gambaran Umum Konsep Diri Siswa Kelas X
SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
... 56
Diagram Batang 4.2 Gambaran Konsep Diri Siswa berdasarkan
Aspek ... 57
Diagram batang 4.3 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan
Indikator dari Aspek Fisik ... 59
Diagram Batang 4.4 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan
Indikator dari Aspek Psikis ... 60
Diagram Batang 4.5 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena
sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu
dalam masyarakat orang dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik (Hurlock, 1992). Siswa SMA kelas X ini disebut juga sebagai masa puber,
masa puber di awali dengan usia 12 tahun sampai usia 15 tahun, yaitu suatu tahap
dalam perkembangan di mana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai
kemampuan reproduksi, saat dimana kriteria kematangan seksual muncul dan
ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ
seks (Hurlock, 1980).
Perubahan fisik pada masa puber mempengaruhi semua bagian tubuh, baik
eksternal maupun internal, sehingga juga mempengaruhi keadaan fisik dan
psikologis remaja (Hurlock, 1980). Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri
sendiri, berubah menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena
daya tahan fisik menurun dan karena kritik yang bermunculan datang dari orang
tua dan teman-temannya. Banyak anak perempuan dan laki-laki setelah masa
puber mempunyai rasa rendah diri. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan
Pudjijogyanti (1993: 41) bahwa kebingungan remaja dalam menyikapi kondisi
fisik dan psikologis pada masa peralihan sering menimbulkan perilaku salah suai,
yang ditampilkan dalam bentuk rasa rendah diri, cemas yang berlebihan, dan
pandangan diri yang cenderung negatif dan menurut Erikson (Pudjijogyanti, 1993:
42) bahwa keadaan fisik pada masa remaja merupakan sumber pembentukan
identitas diri dan konsep diri, maka remaja yang tidak percaya diri terhadap fisik
2
Sobur (2003: 510) mengungkapkan:
Konsep diri bukanlah merupakan aspek yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebih luas. Pada dasarnya konsep diri seseorang terbentuk dari lingkungan pertama yang paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan keluarga, tetapi lama-kelamaan konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan dengan lingkungan yang lebih luas, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat dan sebagainya.
Wigfield & Eccles (Tarmidi, 2008) mengemukakan remaja awal diketahui
sebagai masa penyesuaian, dan konsep diri yang negatif akan membuat siswa
pada masa ini akan mengalami kegagalan akademis di masa yang akan datang.
Berteori tentang konsep diri telah terjadi di lingkungan fenomenologis
yang disebutkan Wylie (Moreno, 2007) perilaku pribadi dipengaruhi oleh
orang-orang yang berarti bahwa setiap individu memaparkan persepsi mereka tentang
pengalaman mereka. Kemudian Fox (Tarmidi, 2008) memaparkan konsep diri
adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri bagian dari suatu keseluruhan
dimana satu harga diri adalah dasar kontributor untuk kesehatan kesejahteraan dan
mental.
Hurlock (1974:21) bahwa konsep diri merupakan konfigurasi persepsi
yang meliputi keyakinan, perasaan, sikap dan nilai yang dipandang siswa sebagai
bagian dari karakteristik diri.
Menurut Snow dan Jackson (Tarmidi, 2008), konsep diri (self-concept)
adalah sejauh mana ia mengetahui dirinya (individual’s self-knowledge).
Menurut Branden (Tarmidi, 2008), konsep diri adalah siapa dan apa yang
individu pikirkan mengenai diri sendiri baik secara sadar maupun tidak sadar,
yang menyangkut fisik dan psikologi serta kelebihan dan kekurangannya.
Harter (Tarmidi, 2008) juga menjelaskan bahwa konsep diri merupakan
konstruksi kognitif yang menggambarkan dan menilai diri. Konsep diri diperoleh
dari hasil belajar, oleh karena itu konsep diri biasanya menetap dan konsisten.
Purkey (Tarmidi, 2008) memaparkan persepsi tentang diri mengarahkan perilaku
Maka dari itu konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai
keyakinan, pandangan (anggapan dan perasaan), persepsi atau penilaian seseorang
terhadap dirinya. Menurut Brooks (Rakhmat, 2008), konsep diri adalah
pandangan dan perasaan tentang diri kita. Hurlock (1974) menjelaskan bahwa
konsep diri merupakan konfigurasi persepsi yang meliputi keyakinan, perasaan,
sikap dan nilai yang dipandang siswa sebagai bagian dari karakteristik diri.
Menurut Yusuf (2009) konsep diri dapat diartikan sebagai persepsi (pandangan),
penilaian, dan perasaan seseorang terhadap dirinya, baik menyangkut aspek fisik,
psikis, maupun sosial.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah
pandangan, persepsi terhadap diri yang menyangkut fisik, psikologis, dan sosial
yang terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman sehingga bersifat menetap dan
konsisten serta pandangan orang lain terhadap dirinya yang menyangkut fisik,
sosial, dan psikologis. Fisik menyangkut keadaan diri yang terlihat langsung dari
luar atau tampilan diri, sosial bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain
dengan memiliki suatu sikap dan psikologis mengenai karakteristik diri yang
khas, serta konsep tentang kemampuan dan ketidak mampuan diri.
Konsep diri menurut J.F. Calhoun (Rosidah, 2009) jenisnya ada dua yaitu
konsep diri negatif dan konsep diri positif. Konsep diri negatif adalah pandangan
seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur sedangkan konsep diri
positif adalah dasar dari konsep diri yang bukanlah kebanggaan besar tentang diri
tetapi lebih berupa penerimaan diri dan kualitas yang mengarah ke kerendahan
hati dan ke kedermawanan daripada keangkuhan dan keegoisan.
Menurut Hadley, M. A., Hair, C.E., Moore, A.K., (2008) menjelaskan
bahwa remaja di Amerika Serikat cenderung mengalami penurunan konsep diri
yang positif selama beberapa tahun. Penurunan ini sering dimulai sekitar usia 12
untuk gadis dan sekitar usia 14 untuk laki-laki. Untuk beberapa yang mengalami
penurunan dapat menjadi hal yang fatal pada awal masa remaja (Antara usia 14
dan 16) sebelum umumnya pulih di pertengahan usia remaja. Memiliki konsep
4
emosi. Sebaliknya, memiliki konsep diri positif telah dikaitkan dengan
perkembangan sosial dan emosional yang positif.
Rosidah (2009) menyatakan bahwa permasalahan remaja yang paling
banyak dikonsultasikan pada MCR PKBI Jawa Barat saat masa pubertas, yaitu
perubahan fisik 27.9%, dampak perubahan fisik 27%, kekhawatiran pada masa
puber 16%, pubertas sebagai awal masa remaja 10.1% dan keadaan emosi 7.6%.
Haryadi (Rosidah: 2009) mengemukakan berdasarkan hasil survei
terhadap remaja DKI dan sembilan kota besar di Indonesia oleh federasi kesehatan
kesehatan mental Indonesia (FEKMI) bahwa perilaku remaja bermasalah sudah
muncul pada remaja awal sekitar usia 11-14 tahun. Hal ini terjadi lebih dini terjadi
percepatan, 31% remaja merasa tidak nyaman dengan perubahan fisik yang
dialaminya sedangkan 79% remaja mencemaskan penampilan.
Syarif (2007:79) menjelaskan, berdasarkan persentase terkecil yaitu aspek
fisik pada konsep diri remaja mengenai keadaan fisik diperoleh sebesar 48.4%.
Penelitian ini diadakan di SMA PGRI 1 Bandung kelas X, pada SMA
kelas X siswa berada di usia 15-16 tahun merupakan peralihan masa remaja awal
menuju masa remaja madya yang menyebabkan terjadinya perubahan pada diri
siswa baik dari segi fisik maupun psikologis (Yusuf, 2009), serta adanya studi
pendahuluan pada tahun ajaran 2012-2013 yang menyebutkan bahwa kondisi
siswa sekolah tersebut memiliki pandangan dirinya yang negatif terlihat dari
beberapa siswa yang mengalami ketidakpercayaan diri terhadap apa yang dimiliki
dirinya serta kemampuan. Hal itu terbukti dengan beberapa siswa yang memiliki
ketidakpercayaan diri terhadap kondisi fisik yang dimilikinya karena sering diejek
oleh siswa lain serta siswa tidak ada keberanian untuk menyampaikan pendapat
atau ide dalam KBM serta dalam diskusi lainnya hal itu terjadi karena siswa
merasa bahwa apa yang akan disampaikan takut salah dan orang lain tidak bisa
menerima pendapat atau ide nya. Adanya perilaku menyimpang misalnya siswa
sering bolos, datang terlambat ke sekolah, membuat gaduh saat pelajaran, tidak
menghormati pada guru dengan sering mengobrol disaat guru sedang
menerangkan materi dan makan di kelas pada waktu istirahat sudah habis serta
sangat mempengaruhi pada konsep diri terbukti dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Shaw, Alves serta Combs (Burns, 1993:358) bahwa anak yang
memiliki prestasi akademik yang rendah, mempunyai lebih banyak konsep diri
yang negatif dibandingkan dengan yang berprestasi bagus, serta orang yang
berprestasi rendah pun cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak perasaan
diri yang negatif dan dari hasil tes psikologi yang telah dilaksanakan pada siswa
Kelas X tahun ajaran 2011/2012 terdapat beberapa siswa dalam satu kelas bahwa
pencapaian prestasi akademik yang optimal memerlukan dukungan dan
bimbingan pada pengembangan konsep diri, maka sudah terbukti dengan jelas
bahwa prestasi akademik mempunyai pengaruh terhadap konsep diri. Fenomena
terakhir yang terjadi pada beberapa siswa di sekolah ini yaitu keadaan orang tua
atau keluarga yang tidak harmonis sehingga siswa merasa tidak nyaman berada
dirumah dan J.F. Calhoun (Rosidah, 2009) mengemukakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri pada individu adalah faktor orang
tua, menurutnya orang tua adalah kontak sosial yang paling awal dan yang paling
kuat yang dialami individu. Anak bergantung kepada orang tuanya untuk
makanannya, perlindungannya, kenyamanannya, serta untuk kelangsungan
hidupnya. Akibatnya orang tua menjadi sangat penting di mata anak.
Dari fenomena yang telah dipaparkan bahwa konsep diri pada usia remaja
sangat rentan dan mengalami konsep diri negatif, oleh karena itu remaja perlu
adanya pembinaan dan bimbingan dari guru khususnya guru bimbingan dan
konseling atau pembimbing, dengan adanya layanan bimbingan pada remaja akan
terbentuk konsep diri yang mengakibatkan peningkatan penyesuaian diri seperti
yang di paparkan oleh Snow & jackson Guerin et al, Mc Call, Evahn & Kratzer,
dan Adams (Tarmidi, 2008) bahwa perbaikan konsep diri akan mengarahkan
peningkatan penyesuaian diri dan prestasi.
Peran bimbingan dan konseling di sekolah adalah adanya kesadaran atau
komitmen untuk memfasilitasi siswa. Layanan bimbingan dan konseling sebagai
salah satu bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang sama dalam membina perkembangan siswa
6
seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi
(becoming), ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai tersebut,
siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman
atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya.
Rohman Natawidjaja (Yusuf 2009: 38) mengemukakan pengertian
bimbingan yaitu:
Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan agar individu tersebut mampu memahami dirinya, mampu mengarahkan dirinya, dan memiliki nilai-nilai moral sehingga bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian individu akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu siswa mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.
Dari pemaparan tersebut, bimbingan juga bersifat untuk semua (guidance
for all) artinya bahwa bimbingan dilakukan pada semua siswa, tidak selalu
memberikan bantuan pada siswa yang bermasalah saja tetapi untuk mencapai
perkembangan yang optimal, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, karir,
maupun belajar. Oleh sebab itu peran bimbingan untuk mengembangkan konsep
diri yang positif pada siswa sangatlah penting.
Maka dari itu peneliti memilih konsep diri sebagai bahan penelitian
dengan merancang sebuah program, yaitu program bimbingan yang mengarah
kepada bimbingan pribadi sosial karena dilihat dari apa yang akan dikembangkan
dalam bimbingan ini adalah tentang konsep diri yang terbentuk berdasarkan aspek
pribadi dan sosial. Aspek pribadi menyangkut pengetahuan, penilaian,
pengharapan dan cara pandang baik tentang fisik, psikis maupun sikap yang
dimiliki siswa SMA, sedangkan aspek sosial dalam konsep diri dapat dilihat dari
interaksi sosial siswa yang mempengaruhi pengetahuan, penilaian, pengharapan
dan cara pandang diri, selanjutnya penelitian ini berjudul Program Bimbingan
Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa Kelas X SMA
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Konsep diri bukanlah merupakan aspek yang dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagai
lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebih luas.
Pada dasarnya konsep diri seseorang terbentuk dari lingkungan pertama yang
paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan keluarga, tetapi lama-kelamaan
konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan dengan lingkungan yang
lebih luas, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat dan sebagainya.
Wigfield & Eccles (Tarmidi, 2008) mengemukakan remaja awal diketahui
sebagai masa penyesuaian, dan konsep diri yang negatif akan membuat siswa
pada masa ini akan mengalami kegagalan akademik di masa yang akan datang.
Snow & jackson Guerin et al, Mc Call, Evahn & Kratzer , dan Adams (Tarmidi,
2008) bahwa perbaikan konsep diri akan mengarahkan peningkatan penyesuaian
diri dan prestasi.
Fokus penelitian ini terbatas pada siswa SMA Kelas X yang berada pada
rentang usia 15-16 tahun. Kondisi siswa sekolah tersebut memiliki pandangan
dirinya yang negatif terlihat dari beberapa siswa yang mengalami
ketidakpercayaan diri terhadap apa yang dimiliki dirinya serta kemampuan. Hal
itu terbukti dengan beberapa siswa yang memiliki ketidakpercayaan diri terhadap
kondisi fisik yang dimilikinya karena sering diejek oleh siswa lain serta siswa
tidak ada keberanian untuk menyampaikan pendapat atau ide dalam KBM serta
dalam diskusi lainnya hal itu terjadi karena siswa merasa bahwa apa yang akan
disampaikan takut salah dan orang lain tidak bisa menerima pendapat atau ide nya
Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan
dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Seperti apa gambaran umum, gambaran aspek, dan gambaran indikator konsep
diri siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun ajaran 2012/2013 ?
2. Bagaimana program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah tersusunnya sebuah program
bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA
PGRI 1 Bandung. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran umum, gambaran aspek, dan gambaran indikator
konsep diri siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.
2. Tersusunnya program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun
ajaran 2012-2013.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, hasil penelitian ini
memiliki kegunaan baik bagi pengembangan ilmu sebagai berikut:
1. Menambah informasi yang menyangkut konsep diri.
2. Menemukan dasar-dasar konseptual yang berimplikasi secara metodologis
bagi studi tentang konsep diri dan berbagai variabel yang terkait.
3. Sebagai bahan informasi yang bermanfaat implementatif terhadap upaya
mengembangkan konsep diri yang begitu bermakna bagi dirinya sendiri,
konseli, dan masyarakat pada umumnya.
4. Pihak Jurusan PPB FIP UPI dan Dinas pendidikan berkewajiban untuk
mendorong munculnya para calon konselor yang mempunyai
pengetahauan yang dalam dan membantu mengembangkan keyakinan
serta kemampuannya sehingga menjadi lebih efektif sebagai pekerja sosial
E. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono (2011) disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif, untuk mengetahui
gambaran konsep diri siswa berdasarkan data-data faktual.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
angket. Angket yang dipergunakan untuk memperoleh gambaran konsep diri
siswa yang positif atau negatif. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X SMA
PGRI 1 Bandung. Pengambilan sampel dilakukan peneliti dengan menggunakan
teknik simple random sampling. Menurut Riduwan (2006) teknik simple random
sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa
memperhatikan starata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Pengambilan
sample mengacu pada pendapat Surakhmad (Riduwan, 2006) apabila populasi
kurang dari 100, maka pengambilan sample sekurang-kurangnya 50% dari
ukuran populasi. Apabila ukuran populasi 100 sampai dengan seribu, maka
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif diselaraskan dengan
variabel penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah aktual dan
fenomena yang terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa
angka-angka. Metode deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran konsep
diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung dan hasil akhir berupa program
hipotetik untuk mengembangkan konsep diri siswa.
B. Devinisi Operasional Variabel
1. Konsep Diri
Hurlock (1974) bahwa konsep diri merupakan konfigurasi persepsi yang
meliputi keyakinan, perasaan, sikap dan nilai yang dipandang siswa sebagai
bagian dari karakteristik diri.
Selanjutnya Hurlock menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen konsep
diri siswa tentang dirinya, yaitu:
a. Komponen perceptual: merujuk pada persepsi siswa tentang penampilan
fisiknya, baik persepsi siswa tentang diri sendiri maupun kesan orang lain yang
dipersepsi kembali oleh siswa yang bersangkutan (mirror image). Komponen
ini ditandai dengan beberapa karakteristik yaitu apakah siswa menerima atau
menolak bagian-bagian tubuhnya; perasaan menarik atau serasi, perasaan
terhadap penampilannya. Komponen ini sering disebut konsep diri fisik
(phsycal self-concept).
b. Komponen conceptual: merujuk pada konsepsi siswa atas karakteristik diri
yang khas, termasuk di dalamnya kemampuan dan ketidakmampuan, latar
belakang dan asal usulnya, serta masa depan. Komponen ini sering disebut
konsep diri psikologis (psychological self-concept) yang tersusun dalam bentuk
kualitas penyesuaian hidup seperti kejujuran atau sebaliknya, percaya diri atau
sebaliknya, kebebasan atau sebaliknya, dan keberanian atau sebaliknya.
c. Komponen attitudinal: merujuk pada perasaan siswa tentang dirinya,
menyangkut sikap tentang status saat ini dan prospek masa depannya, perasaan
kebermanfaatan (worthiness) sikap terhadap diri, penyesuaian diri, perasaan
bangga atau malu. Karakteristik ini akan berkembang ketika siswa memasuki
masa remaja dan dewasa yaitu keyakinan, pendirian, nilai-nilai, cita-cita atau
aspirasi dan pandangan hidupnya.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa konsep diri dalam penelitian ini
merupakan keseluruhan persepsi atau cara pandang, perasaan, penilaian,
pengharapan siswa tentang dirinya mengenai fisik, psikologis dan sikap. Jadi
indikator-indikator konsep diri dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Perceptual (fisik): meliputi persepsi siswa tentang penampilan fisik yang
dimiliki dan kesan yang diperoleh dari orang lain mengenai penampilan.
b. Conceptual (psikis): meliputi karakteristik diri yang khas, konsep tentang
kemampuan dan ketidakmampuan serta kesan tentang latar belakang keluarga.
c. Attitudinal (sikap): meliputi sikap tentang status siswa pada saat ini dan sikap
terhadap masa depan, perasaan bangga atau malu terhadap dirinya.
2. Program Bimbingan Pribadi Sosial
Program bimbingan merupakan sebagai rangkaian kegiatan bimbingan
yang terencana, terorganisir dan terkoordinasi selama periode tertentu (Winkel,
1997). Program bimbingan pribadi sosial dalam penelitian didefinisikan sebagai
serangkaian kegiatan layanan yang disusun secara sistematis, terencana, dan
42
memfasilitasi perkembangan sosial siswa secara optimal serta untuk menunjang
pencapaian tugas-tugas perkembangan pribadi-sosial siswa.
Program bimbingan pribadi sosial yang dikembangkan dalam penelitian
ini merupakan program yang secara hipotetik mengembangkan konsep diri siswa
di sekolah.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung.
Pengambilan sampel dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Menurut Riduwan (2006) teknik simple random sampling
adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa
memperhatikan starata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut dengan
mengundi nama-nama siswa dari semua kelas. Pengambilan sampel mengacu
pada pendapat Surakhmad (Riduwan, 2006) apabila populasi kurang dari 100,
maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi.
Apabila ukuran populasi 100 sampai dengan 1000, maka dipergunakan sampel
sebesar 15%-50%.
Penentuan jumlah sample dilakukan dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Riduwan (2006:65) yaitu sebagai berikut :
S = 19% + 1000 – n (50% - 15 %)
1000 - 100
Dimana :
S = jumlah sample yang diambil
n = jumlah anggota populasi
S = 19% + 1000 – 160 (50% - 15 %)
1000 – 100
S = 19% + 658 (35 %)
900
= 19% + 32,55 %
= 51,55 %
Dari perhitungan di atas, maka jumlah sampel penelitian sebesar 51,55 % X 160
= 82,48 = 82 Siswa.
Tabel 3.1 Anggota Populasi
Tahun Ajaran Kelas Jumlah
2012/2013 X-1 42
X-2 39
X-3 41
X-4 38
Jumlah Populasi 160
Jumlah Sampel 82
Pertimbangan dalam menentukan populasi dan sampel penelitian di SMA
PGRI 1 Bandung sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil observasi di SMA PGRI 1 Bandung bahwa keadaan status
ekonomi keluarga siswa berada pada Kelas menengah kebawah dan keadaan
keluarga yang kurang harmonis secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi konsep diri siswa.
b. Siswa Kelas X merupakan siswa yang baru masuk sekolah, ini artinya siswa
dalam proses menyesuikan diri dengan lingkungan sekolah. Siswa yang
memiliki prestasi akademik yang rendah, mempunyai lebih banyak konsep diri
yang negatif dibandingkan dengan yang berprestasi bagus, serta orang yang
berprestasi rendah pun cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak
perasaan diri yang negatif.
c. Siswa Kelas X berada pada usia 15 tahun, dalam lingkup psikologi
perkembangan individu pada saat ini termasuk masa remaja awal menuju
remaja madya. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif dengan gejalanya
seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Dampak
psikologis yang terjadi pada masa pubertas yaitu adanya konsep diri yang
44
perubahan fisik yang terjadi dan merasa tidak puas dengan penampilan yang
dimiliki. Selain itu, faktor kurang kondusif dalam menyikapi remaja yang
sedang berada dalam masa pubertas juga berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data mengenai konsep diri
siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung dari komponen conceptual, perceptual, dan
attitudinal. Untuk memperoleh data tersebut, maka diperlukan alat pengumpul
data berupa angket atau keusioner. Sugiyono (2011: 142) mengemukakan bahwa
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk jawaban
tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih
alternatif respon yang telah disediakan. Alternatif respon yang disdiadakan ada 4
pilihan yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat
tidak sesuai).
1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh
data tentang konsep diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Terlebih dahulu
dirumuskan kisi-kisi instrumen berdasarkan indikator dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Siswa
Aspek Indikator
1. Persepsi siswa tentang penampilan fisik yang dimiliki dirinya.
1, 2, 3, 4,5 5
mengenai fisik dirinya (Persepsi mengenai daya tarik tubuh dan tingkah laku yang menggambarkan kebanggaan diri)
Conceptual (psikis)
1. Percaya Diri, Kemandirian (emosi, Nilai, Perilaku, dan moral)
sosial, kejujuran, keadaan
emosi, intelektual,
Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan harus melalui
beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:
1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan mengetahui tingkat kelayakan
instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbang dilakukan oleh tiga
dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) untuk
mengetahui kelayakan instrumen tersebut. Masukan dari tiga dosen ahli dijadikan
landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Hasil
46
Tabel 3.3
Hasil Judgement Angket
Kesimpulan No Item Jumlah
Memadai 1,3,4,5,7,9,11,12,14,16,27,33,35,38,39,40,41, 42,43,44,45,47,51,52,54,55
26
Revisi 2,6,10,13,15,17,19,21,23,24,25,28,30,31,32,34, 36,37,46,48,49,50,53,56,57, 58,
26
Buang 8,18,20,22,26,29, 6
Tambahan 59,60,61,62,63,64 6
Total 64
2. Uji Keterbacaan Item
Sebelum instrumen konsep diri diuji secara empiris, instrumen terlebih
dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara yaitu kepada lima orang siswa
Kelas X SMA PGRI 1 Bandung, untuk mengukur sejauh mana keterbacaan
instrumen. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami
kemudian di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat di mengerti oleh
siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung dan kemudian dilakukan uji validitas
eksternal.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan
baik seluruh item pernyataan yang ada baik dari segi bahasa maupun makna yang
terkandung dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item
pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh siswa Kelas X SMA
PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji
coba instrumen. Uji coba angket dilaksanakan terhadap siswa Kelas X SMA PGRI
1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan
a.Uji Validitas Butir
Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian melibatkan
seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap konsep diri siswa. Uji
validitas butir dilakukan untuk mengetahui apakah butir pernyataan yang
digunakan merupakan bagian dari kelompok yang diukur. Pengujian validitas
butir yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengkorelasikan skor butir
dengan skor total.
Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan rumus korelasi
pearson product-moment atau metode Pearson dengan skor mentah.
dinyatakan sebagai item yang valid dan dapat digunakan dalam skala. Pada tahap
kepercayaan 95%. Pengujian validitas dilakukan terhadap 64 item pernyataan
dengan jumlah subjek 82 siswa. Dari 64 item diperoleh 57 item yang valid dan 7
item tidak valid. (Hasil pengisian lengkap teralampir).
b.Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran
48
ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh
subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah dengan adalah
metode Alpha. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian
adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:
Σsi = Jumlah Varians Skor tiap-tiap item Si = Varians total
k = Jumlah item
Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,94
dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat
keterandalan sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan
sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
Keterangan :
0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah
0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi
0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi
(Arikunto, 2006:276)
F. Teknik Analisis Data
1. Verifikasi Data
Verifikasi data adalah suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang
untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Dari hasil
verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukkan kelengkapan dan
cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah data sesuai dengan
subjek dan keseluruhan data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.
2. Pemberian Skor
Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor seduai dengan
yang ditetapkan. Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang
menyediakan empat alternatif jawaban. Secara sederhana, tiap opsi alternatif
respons mengandung arti dan nilai skor berikut disajikan dalam tabel 3.5:
Tabel 3.4
Pola Skor Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert)
Pernyataan
Skor Empat Opsi Alternatif Respons
SS S TS STS
Favorabel (+) 4 3 2 1
Un-Favorabel (-) 1 2 3 4
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot
tertentu. Bobotnya ialah :
a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan
positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.
b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif
atau skor 2 pada pernyataan negatif.
c. Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan
positif atau 3 pada pernyataan negatif.
d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan
50
3. Pengolahan Data
Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai
konsep diri siswa yang diperoleh berdasarkan angket yang telah disebar pada
siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Data yang
diperoleh akan diolah dan menjadi landasan dalam pembuatan program
bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsep diri positif pada siswa.
Gambaran umum karakteristik sumber data penelitian yaitu konsep diri siswa
yang akan dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih
dahulu dilakukan pengelompokan data menjadi dua kategori yaitu positif dan
negatif. Penentuan kelompok siswa secara umum dengan kategori konsep diri
yang positif dan negatif dalam penelitian dilakukan konversi skor mentah
menjadi skor matang dengan menggunakan batas ideal dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari 57 item
pernyataan (valid) dalam instrumen, kemudian dicari panjang interval setiap Kelas
dengan rumus sebagai berikut:
c =
Keterangan:
c = panjang interval Kelas Xn = nilai tertinggi
X1 = nilai terendah
k = banyaknya Kelas, dalam penelitian sebanyak 2 (Positif dan Negatif).
Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan masing-masing
kategori konsep diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung:
Tabel 3.5
Interval Skor Gambaran Umum
Konsep Diri Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung
Rentang Skor Kategori
≥ 142,6 Positif (P)
4. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program
Hasil pengolahan data konsep diri siswa yang dijadikan landasan dalam
pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data
menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Hasil pengelompokan data
berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.6
Interpretasi Kategori Konsep Diri Siswa
KATEGORI INTERPRETASI
Positif
Siswa pada kategori ini telah mencapai konsep diri yang realistis pada setiap aspeknya, yaitu perceptual, conceptual, dan attitude. Dengan kata lain siswa yang berada pada kategori ini memiliki konsep diri yang
realistis.
Negatif
Siswa pada kategori ini telah mencapai konsep diri yang tidak realistis
pada setiap aspeknya, yaitu perceptual, conceptual, dan attitude. Dengan kata lain siswa yang berada pada kategori ini memiliki konsep diri yang tidak realistis.
Berdasarkan Tabel 3.7 pemberian layanan difokuskan berdasarkan
kualifikasi dari interpretasi skor ketegori konsep diri.
5. Uji Validitas Program
Program bimbingan pribadi sosial diharapkan dapat mengembangkan
konsep diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung.
Dimensi-dimensi pengembangan program bimbingan pribadi-sosial
hipotetik yang dianalisis yaitu: rumusan judul, penggunaan istilah, sistematika
program, rumusan rasional program, rumusan tujuan program,rumusan komponen
program, rumusan kompetensi konsep diri, kesesuaian antar komponen program,
struktur Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan (SKLB), teknik evaluasi, dan
rumusan indikator keberhasilan.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis kelayakan program, adalah
sebagai berikut.
52
b. Uji keterbacaan (readability) program melibatkan guru pembimbing di
sekolah.
G. Penyusunan Program Hipotetik untuk Mengembangkan Konsep Diri
Siswa
Proses penyususnan program bimbingan pribadi sosial dalam penelitian
terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1. Penyusunan Program
Penyusunan program dimulai dengan melakukan analisis terhadap data
yang diperoleh mengenai gambaran konsep diri siswa di sekolah dan
indikator-indikator konsep diri siswa. Gambaran indikator-indikator-indikator-indikator konsep diri merupakan
dasar dalam penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan konsep diri siswa. Penyusunan program terdiri dari aspek-aspek
antara lain landasan penyusunan program, proses penyusunan program dan
evaluasi program.
2. Validasi Program
Langkah berikutnya setelah penyusunan program adalah melakukan
validasi program yang telah disusun kepada dosen ahli program dari jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan Guru Bimbingan dan Konseling SMA
PGRI 1 Bandung. Hasil validasi program merupakan pedoman untuk melakukan
revisi dan perbaikan untuk menyusun program bimbingan pribadi sosial yang
tepat untuk mengembangkan konsep diri positif pada siswa. Proses validasi
program diawali dengan proses penimbangan kisi-kisi penilaian uji kelayakan
program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsep diri positif
siswa.
3. Penyusunan Program Hipotetik
Penyusunan rumusan program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan konsep diri siswa, dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan
hasil validasi program dosen. Rumusan program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan konsep diri siswa menjadi rekomendasi bagi layanan bimbingan
H. Prosedur Penelitian
Tahap Pertama : Persiapan
Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :
1. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.
2. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif gambaran
konsep diri siswa di SMA PGRI 1 Bandung.
3. Mengkaji hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan konsep diri
siswa.
4. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dalam menerapkan program
bimbingan dan konseling pribadi-sosial.
Tahap Kedua : Merancang Instrumen Penelitian
Berdasarkan kajian teoretik, hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil studi
pendahuluan, langkah selanjutnya merancang instrumen konsep diri siswa.
Tahap Ketiga : Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen dilakukan untuk mendapatkan instrumen konsep
diri siswa, dilakukan beberapa kegiatan, yakni sebagai berikut.
1. Uji rasional instrumen dengan mengidentifikasi hasil penilaian konseptual
dari para pakar bimbingan dan konseling.
2. Uji keterbacaan instrumen dan uji kepraktisan instrumen.
Tahap Keempat : Revisi Instrumen
Berdasarkan hasil uji kelayakan instrumen, kegiatan berikutnya adalah :
1. Mengevaluasi hasil uji kelayakan instrumen.
2. Memperbaiki redaksi dan isi instrumen.
3. Tersusun instrumen konsep diri siswa yang sudah direvisi.
Tahap Kelima : Pengumpulan Data Konsep Diri Siswa
Pengumpulan data dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran konsep diri
siswa. Kegiatan dalam tahap ini meliputi:
1. Menyusun rencana dan teknis pengumpulan data.
2. Melaksanakan penyebaran instrumen konsep diri siswa.
3. Menganalisis hasil penyebaran instrumen.
54
Tahap ini meliputi kegiatan:
i. Menyusun program hipotetik.
ii. Uji rasional program dengan mengidentifikasi hasil penilaian konseptual
dari para pakar bimbingan dan konseling.
iii. Uji keterbacaan program dan uji kepraktisan program dari guru
pembimbing.
Tahap tujuh: Revisi Program Bimbingan Pribadi-Sosial.
Tahap ini meliputi kegiatan revisi program hipotetik yang telah
dikembangkan sehingga tersusunnya program bimbingan pribadi-sosial yang
secara hipotetik untuk mengembangkan konsep diri siswa di sekolah.
Visualisasi tahap-tahap prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1
konsep diri siswa Kelas X
95
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang konsep diri yang telah dilaksanakan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian gambaran umum konsep diri Kelas X SMA PGRI 1 Bandung
Tahun Ajaran 2012-2013 memiliki konsep diri positif walaupun perbedaan
hasil penelitian dengan konsep diri negatif tidak begitu jauh. Pada konsep diri
positif berarti siswa telah mencapai konsep diri yang realistis pada setiap
aspeknya, yaitu perceptual (fisik), conceptual (psikis), dan attitude (sikap).
Dengan kata lain siswa dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang
beragam tentang dirinya dan seseorang dengan konsep diri positif akan
mempunyai pengharapan-pengharapan dengan merancang tujuan-tujuan
hidupnya secara realistis serta mempunyai kemungkinan yang besar untuk
dapat mencapai tujuan hidup yang diharapkan.
2. Pencapaian konsep diri siswa pada setiap aspek sebagian besar berada pada
kategori negatif, artinya siswa belum mampu untuk menerima dan memiliki
pengharapan positif mengenai fisiknya dan siswa belum mampu untuk
menerima tanggapan atau kesan dari orang lain mengenai penampilan fisik
serta siswa belum mampu untuk memahami dan menilai karakteristik diri,
kemampuan dan ketidak mampuan diri serta belum mampu untuk memahami
masa depan yang tersusun dalam bentuk kualitas penyesuaian hidup seperti
percaya diri dan kemandirian yaitu emosi, nilai, perilaku, dan moral.
3. Layanan bimbingan pribadi sosial merupakan proses pemberian informasi dan
bantuan pada remaja sebagai siswa di sekolah guna mencapai suatu tujuan
tertentu. Layanan yang diberikan yaitu layanan dasar maupun layanan
responsif sesuai dengan kebutuhan guna dijadikan media penyampaian
informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam
membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif
4. Rumusan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
konsep diri siswa merupakan hasil dari penelitian yang telah diuji validasi oleh
dosen pakar dan guru BK SMA PGRI 1 Bandung.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil simpulan dan penelitian, berikut dikemukakan beberapa
rekomendasi diantaranya:
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Data hasil penelitian menggambarkan bahwa siswa kelas X SMA PGRI 1
Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 berada pada kategori konsep diri positif, maka
dari itu rekomendasi untuk guru BK SMA PGRI 1 Bandung yaitu upaya
pengembangan, pemeliharaan, dan pencegahan dalam bentuk layanan bimbingan
baik klasikal ataupun layanan informasi agar konsep diri positif yang dimiliki oleh
siswa masih tetap terjaga. Namun pada setiap aspek dan indikator konsep diri
masih harus dikembangkan lebih lanjut, terutama pada aspek dan indikator pada
kategori negatif. Aspek dan idikator yang perlu dikembangkan yaitu:
a. Pada aspek fisik: persepsi siswa tentang penampilan fisik yang dimiliki
dirinya dan penilaian orang atau teman mengenai fisik dirinya.
b. Pada aspek psikis: rasa percaya diri dan kemandirian (emosi, nilai, perilaku,
dan moral), dan kesan tentang latar belakang.
c. Pada aspek sikap: sikap terhadap keberadaan diri baik positif maupun negatif
untuk masa kini dan masa depan.
Konselor menggunakan instrumen yang lebih beragam untuk mendapatkan
gambaran umum konsep diri siswa. Konselor diharapkan dapat
mengimplementasikan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
konsep diri siswa dengan metode atau teknik bimbingan yang kreatif untuk
mengembangkan konsep diri yang dimiliki siswa sebagai salah satu
pertimbangan dalam optimalisasi pelaksanaan layanan bimbingan dan
97
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan
dari keterbatasan penyusun skripsi dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh
karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :
a. Melakukan penelitian tentang konsep diri berdasarkan gender dan usia yang
dilakukan pada jenjang SD, SMP, SMK, dan Perguruan Tinggi.
b. Melakukan penelitian konsep diri dengan menghubungkan variabel lain.
c. Melakukan uji coba program bimbingan pribadi sosial yang telah dirancang
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Depdiknas.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Burns, R. B. (1993). Konsep Diri (teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku). Jakarta: Arcan.
Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Didi, dkk. (2008). Muslimorfosis. Bandung. MeC Publishing.
Giya. (2009). Teknik Johari Window. [Online]. Tersedia:
http://www.psikologikomunikasi.com/teknik-johari-window. [14 April 2009]
Hadley, M. A., Hair, C.E., Moore, A.K., (2008). Assessing What Kids Think About Themselves: A Guide to Adolescent Self-Concept for Out-of-School Time Program Practitioners. Brief Research to Results Child Trends. Publication #2008-32.
Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan Istiwiayanti). Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. (1992). Psikologi Perkembangan. [Online]. Tersedia:
http://www.google.com//belajarpsikologi.com [11 Januari 2011]
Hurlock, Elizabeth B. (1974). Personality Development. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Jacinta F Rini. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. [Online]. Tersedia : http://percayadiri. asmakmalaikat.com/Memupuk-rasa-percaya diri.html. [28 Agustus 2012]
Jannah, Izzatul. (2003). Easy Going, No Way ! Bikin Hidupmu Lebih Terencana. Solo : PT. Era Eureka.
99
Monk dkk. (2008). Remaja. [Online] Tersedia:
http//www.google.com//duniapsikologi [11 Januari 2012]
Moreno, J. A., Cervelló, E., Vera, J. A., y Ruiz, L. M. (2007). Physical self-concept of Spanish schoolchildren: Diferences by Gender, Sport Practice and Levels of Sport Involvement. Journal of Education and Human
Development, 1(2).
http://www.scientificjournals.org/journals2007/articles/1180.
Nindia. (2009). Menjaga Kesehatan Badan. [Online]. Tersedia: www.google.com/menjaga kesehatan-badan. [21 Mei 2009]
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Bimbingan.
Pudjijogyanti, C. (1993). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.
Rakhmat, Jalalludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Raines & Isbell. 2002. 17 Cerita Moral dan Aktivitas Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Riduwan. (2006). Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula. Bandung: Alfabeta.
Rosidah. (2009). Program Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Dikembangkan Berdasarkan Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandung). Skripsi PPB FIP UPI. Tidak diterbitkan.
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung:RIZQI PRESS.
Santrock, JW. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2011). Menjadi Pribadi Mandiri. [Online]. Tersedia :
http://www.blog.mybcshop.com/2010/06/menjadi-pribadi-mandiri. [21 Agustu 2012]
Fauziah, Syifa. (2012). Hubungan Konformitas Teman Sebaya dengan Konsep Diri Remaja dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Tarmidi. (2008). Konsep Diri Underachiever. (Program Pascasarjana F.Psi Univ. Indonesia)
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yulianto, Hendra. 2012. Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Yusuf, Syamsu. (2002). Pengantar Teori Keprobadian. Bandung: PPB FIP UPI
Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan Juntika. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wanhar, Lingga. (2012). Profil Penyesuaian Sosial Siswa Berdasarkan Gender dan Implikasinya bagi Bimbingan Pribadi-Sosial (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Winarso. (2012). 7 Tips Berhemat Ala Pelajar. [Online]. Tersedia : MJEducation.co. [7 Oktober 2012]
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.