• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT)

UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

Asti Nuraeniah 1005808

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7

Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Asti Nuraeniah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Asti Nuraeniah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. Ahman, M. Pd. NIP. 19590104 198503 1 002

Pembimbing II

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. NIP. 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Asti Nuraeniah. (2015). Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

Motif berprestasi merupakan dorongan dari dalam diri untuk melakukan suatu kompetisi dalam mencapai prestasi dengan standar keunggulan tertentu. Motif berprestasi sangat diperlukan dalam proses belajar. Keberhasilan akademis sangat dipengaruhi oleh motif berprestasi yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki motif berprestasi akan bertahan dalam belajar, dan siswa yang tidak memiliki motif berprestasi akan terhambat dalam proses belajar serta tidak dapat mencapai prestasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran motif berprestasi siswa yang dijadikan landasan dalam pengembangan program achievement motivation training. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 183 siswa dari 305 siswa. Hasil penelitian menunjukkan: 1) secara umum motif berprestasi siswa berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 69,40% dari jumlah sampel, 2) siswa memiliki kebutuhan memperoleh hasil, melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian tujuan, memiliki kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal untuk mencapai hasil. Rekomendasi penelitian sebagai berikut: 1) bagi guru BK berupa program hipotetik achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi, 2) bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan uji coba program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.

(5)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Asti Nuraeniah. (2015). Achievement Motivation Training (AMT) Program to Improve Students’ Achievement Motive (A Descriptive Study of Eleventh Grade Students of SMA Negeri 7 Bandung Year 2014/2015).

An achievement motive is an inner urge to compete in order to achieve a feat with a certain standard of excellence. An achievement motive is indispensable in the learning process. Academic success is strongly influenced by the achievement motive of the students. Students who have the achievement motive will persist in their learning, and those who do not, will be inhibited in the learning process and cannot achieve their feats. This study was aimed at describing students’ achievement motive that were used as a basis in the development of achievement motivation training program. This study employed a descriptive method. Sample of this study was taken randomly (random sampling). The samples were 183 eleventh grade students of SMA Negeri 7 Bandung year 2014/2015, from the total of 305 students. The results showed that: 1) generally, the

students’ achievement motive was in the middle category, 69.40% of the total sample, 2)

the students stated a need for achievement, did instrumental activities with various outcomes, had a low intensity of achieving objectives, had a tendency to think of how to avoid failure by thinking about collateral or security, were able overcome obstacles in their inner selves, were able overcome the resistance of their outer selves, had the satisfaction of the results achieved, had negative feelings when attempting to achieve goals, were able to take advantage of the nurturant press, and had the intensity with minimal desire to achieve results. It was then recommended that guidance and counseling teachers use a hypothetical achievement motivation training program to increase the

students’ achievement motive. For future researchers, it is expected that they employ

trials on an achievement motivation training program to improve students’ achievement

motive.

(6)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

BAB II MOTIF BERPRESTASI DAN ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING 2.1Konsep Bimbingan dan Konseling ... 12

2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 12

2.1.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 14

2.1.3 Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 17

2.1.4 Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling ... 19

2.1.5 Asas Bimbingan dan Konseling ... 20

2.1.6 Komponen Program Bimbingan dan Konseling ... 21

2.2Konsep Motif berprestasi ... 23

2.2.1 Pengertian Motif Berprestasi ... 23

2.2.2 Aspek Motif Berprestasi ... 26

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Berprestasi ... 29

2.2.4 Karakteristik Individu yang Memiliki Motif Berprestasi ... 31

2.2.5 Upaya untuk Meningkatkan Motif Berprestasi ... 34

2.2.6 Pentingnya Prestasi di Masa Remaja ... 36

2.3Teknik Achievement Motivation Training ... 37

2.3.1 Pengertian Teknik Achievement Motivation Training ... 37

2.3.2 Tujuan Achievement Motivation Training ... 38

2.3.3 Karakteristik Achievement Motivation Training ... 39

2.3.4 Intervensi Achievement Motivation Training ... 40

(7)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.5Kerangka Pemikiran ... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Pendekatan dan Metode Penelitian ... 51

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 51

3.1.2 Metode Penelitian ... 51

3.2 Devinisi Operasional Variabel ... 51

3.2.1 Motif Berprestasi ... 51

3.2.2 Achievement Motivation Training (AMT) ... 52

3.3Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 54

3.4Instrumen Penelitian ... 55

3.4.1 Jenis Instrumen ... 55

3.4.2 Kisi-kisi Instrumen ... 56

3.5Pengembangan Instrumen Penelitian ... 57

3.5.1 Pengujian Alat Ukur ... 57

3.5.2 Ujicoba Instrumen ... 57

3.6Analisis Data ... 59

3.6.1 Penyekoran Data Hasil Penelitian ... 59

3.6.2 Pengolahan Data ... 60

3.7Prosedur Penelitian ... 62

3.8Pengembangan Program Achievement Motivation Training untuk meningkatkan Motif Berprestasi siswa ... 63

3.8.1 Analisis Program Sekolah ... 63

3.8.2 Penyusunan Program ... 63

3.8.3 Validasi Program ... 63

3.8.4 Program Hipotetik ... 63

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

4.3 Program Achievemet Motivation Training untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa ... 100

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 119

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1Simpulan ... 120

(8)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.3Rekomendasi ... 121

(9)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab satu dibahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian, dan

struktur organisasi skripsi.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kehidupan individu tidak terlepas dari melakukan aktivitas atau

kegiatan-kegiatan. Kegiatan individu berlangsung setiap harinya mulai dari bangun tidur

sampai tidur kembali. Setiap perbuatan yang dilakukan individu tidak

semata-mata dilakukan begitu saja. Setiap tingkah laku atau perbuatan individu memiliki

motif. Yusuf dan Nurihsan (2009, hlm. 158) menyebutkan pada dasarnya tidak

ada tingkah laku yang tanpa motif, artinya setiap tingkah laku pasti bermotif.

Selain tingkah laku individu (manusia/orang/siswa) yang memiliki motif,

individu juga memiliki dorongan-dorongan yang mengarahkan untuk melakukan

suatu perbuatan dan mencapai tujuan yang diinginkannya. Menurut Uno (2009,

hlm. 1), setiap individu memiliki kondisi dalam diri yang berperan dalam aktivitas

sehari-hari. Dorongan dalam diri dapat mempengaruhi kuat lemahnya usaha

individu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dorongan dan kondisi dalam

diri individu yang mempengaruhi perbuatan serta usaha individu dalam mencapai

tujuan dinamakan dengan motif.

Antara motif dengan motivasi memiliki pengertian yang berbeda. Freud

berpendapat bahwa motif merupakan energi dasar intrinsik (instink) yang

mendorong tingkah laku individu. Sartain (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2009, hlm.

159) mengemukakan motif adalah

“a complex state within an organism that directs behavior toward a goal or incensitive”, yang berarti motif merupakan suatu keadaan yang kompleks dalam diri individu yang mengarahkan perilakunya kepada suatu tujuan atau insensitif.”

Perbedaan motif dengan motivasi, menurut Gunarso (dalam Supena, 2010,

(10)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

motivasi adalah motif yang menjadi aktif pada saat tertentu apabila kebutuhan

untuk mencapai tujuan sangat dirasakan. Selain itu Abror (dalam Supena, 2010,

hlm. 12) mengemukakan motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada

saat tertentu terutama pada saat kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa

mendesak.

Friedrich Nietzsche mengatakan, individu yang memiliki alasan yang

cukup kuat dapat menanggung hampir semua keadaan (Setiawan, 2012, hlm. 162).

Artinya, individu dengan motif yang kuat akan dapat mengalahkan kesulitan,

hambatan, maupun tantangan yang muncul dalam kehidupannya. Motif adalah

daya dorong dalam hidup. Motif akan memberikan kekuatan dalam hal apapun

yang individu perbuat.

Motif yang ada dalam diri individu akan terwujud dalam perbuatan yang

mengarah pada tujuan tertentu. Motif tercermin dalam bentuk kegairahan individu

dalam menghadapi dan menjalani kehidupannya. Motif memberikan kekuatan

kepada individu untuk terus menjalankan kehidupannya dengan penuh keyakinan.

Motivasi tercermin dalam bentuk antusiasme dan kegairahan individu dalam

menjalani hidup (Setiawan, 2012, hlm. 163). Apabila semua yang dilakukan

individu dipenuhi dengan antusiasme, apapun yang ditempuh akan dapat

dinikmati olehnya. Pada akhirnya, individu dapat memberikan makna yang besar

dalam kehidupannya.

Apabila keadaan yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu kehilangan motif,

akan mengakibatkan kelumpuhan dalam kehidupan. Apabila tidak memiliki motif,

individu akan diposisikan untuk selalu tidak berdaya, bahkan ketika berhadapan

dengan peluang sebesar apapun di depan mata. Menurut Setiawan (2012, hlm.

163), individu yang hidup tanpa motivasi tidak lain adalah orang yang fisiknya

masih hidup, tapi jiwanya sudah mati. Tindakan yang dilakukan tidak akan

memberikan makna apapun bagi kehidupannya.

Motif dibutuhkan di berbagai bidang dalam kehidupan individu. Di dunia

(11)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuannya. Selain itu, Siagian (2004, hlm. 137) menyebutkan motif sangat

dibutuhkan dalam dunia organisasi, karena motif dapat meningkatkan prestasi

kerja para anggota yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan dan

berbagai sasaran organisasi.

Begitu pula dalam pendidikan, terdapat siswa yang terlibat secara

langsung dengan kegiatan belajar. Bagi siswa, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang harus diperjuangkan, karena belajar merupakan bekal untuk masa

yang akan datang. Pendidikan, termasuk kegiatan belajar di dalamnya,

membutuhkan motif agar dapat melaksanakan kegiatan belajar.

Motif menjadi modal bagi siswa untuk belajar lebih baik dan lebih

berhasil. Motif dapat mempengaruhi proses belajar maupun tingkah laku siswa.

Howley (dalam Elida Prayitno, 1989, hlm. 3-4) mengatakan

“siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar, melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan, menunjukkan ketekunan yang tinggi, dan variasi aktivitas belajar lebih banyak.”

Siswa yang memiliki motif kuat untuk belajar akan bertahan dalam

belajar, dan sebagai bonusnya mendapatkan prestasi yang baik dalam belajar.

Siswa yang kurang memiliki motif yang kuat untuk belajar, akan terhambat dan

membuat siswa tidak dapat mencapai prestasi. Motif yang kuat dalam diri siswa

untuk belajar dibutuhkan untuk mencapai prestasi belajar. Keberhasilan akademis

sangat dipengaruhi oleh motif dan prestasi yang dimiliki siswa.

Setiap individu memiliki kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang

terbaik, seperti dikemukakan oleh McClelland (dalam Wahyudi, 2010, hlm. 4)

bahwa

(12)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun menurut Komarraju et. al. (2009, hlm. 47), setiap individu

memiliki kualitas motif dan prestasi yang berbeda satu sama lain. Sebagian

individu memiliki tingkat motif yang tinggi dan sebagian yang lain tidak, dengan

demikian setiap individu memiliki tingkat motif berprestasi yang berbeda.

Kebutuhan untuk berprestasi dapat mendorong individu untuk menetapkan

tujuan dalam mencapai kompetensi. Individu yang memiliki motif sering terlibat

dalam tugas demi bersaing dengan individu lain untuk membuktikan kemampuan.

Individu menetapkan tujuan apabila termotivasi oleh rasa takut gagal. Individu

akan termotivasi untuk berjuang meraih kesuksesan karena dapat mencapai

keberhasilan, dan mencegah dari kegagalan (Neumeister, 2004, hlm. 220).

Menurut McClelland (dalam Fatchurrochman, 2011, hlm. 63), motif

berprestasi adalah suatu usaha untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan

berpedoman pada suatu standar keunggulan tertentu (standards of excellence).

McInerney (1995, hlm. 212) menyebutkan teori motif berprestasi berfokus pada

individual dengan prioritas tujuan berprestasi.

Murray memakai istilah kebutuhan berprestasi (need for achievement)

untuk motif berprestasi, yang dideskripsikannya sebagai hasrat atau tendensi

untuk mengerjakan sesuatu yang sulit dengan secepat dan sebaik mungkin.

(Sugiyanto, 1998, hlm. 4). Teori Murray mencakup gagasan dan tingkah laku,

yang keduanya dihubungkan dengan kesuksesan, prestasi, dan menanggulangi

hambatan.

Pada motif berprestasi, terdapat aspek-aspek yang menjadi cakupan

sekaligus tolak ukur individu dikatakan memiliki motif berprestasi. Aspek motif

berprestasi adalah mempunyai tanggungjawab pribadi atas segala perbuatannya,

memperlihatkan umpan balik atas perbuatan atau tugas yang dilakukannya, resiko

pemilihan tugas, tekun dan ulet dalam bekerja, penuh pertimbangan dan

perhitungan dalam melakukan tugas, dan berusaha melakukan sesuatu dengan

(13)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konsekuensi tentang keberhasilan dalam motif berprestasi ada pada

kemauan untuk menghadapi resiko tantangan atau hambatan. Individu dengan

motif berprestasi tinggi akan memilih melakukan tugas dengan tingkat kesulitan

menengah, sedangkan individu dengan motif berprestasi rendah cenderung

menghindarinya dan lebih menyukai tugas dengan tingkat kesulitan tinggi atau

rendah (McClelland dalam Nugraha, 2011, hlm. 16).

Pada tahun 1979, Uguroglu dan Walberg (Walberg, 1978, hlm. 376)

menganalisis 232 korelasi motivasi dan pembelajaran akademis dalam 40 studi

dengan ukuran sampel gabungan sekitar 637.000 siswa di kelas pertama sekolah

menengah atas. Hasil dari penelitian menunjukkan 80% dari 232 korelasi antara

motivasi dan prestasi akademik menunjukkan hasil yang positif dan rata-rata

semua sampel adalah 0,338. Angka-angka menunjukkan motivasi yang tinggi dan

konsisten memiliki korelasi positif terhadap prestasi, dikaitkan dengan sekitar

11% dari varians dalam mencapai rata-rata. Motivasi menjadi faktor penentu yang

lebih kuat dalam belajar dibandingkan dengan varians yang lain.

Motif merupakan salah satu faktor penentu yang kuat dalam mendorong

individu untuk berprestasi dalam belajarnya. Banyak faktor lain yang juga

mendorong individu untuk berprestasi, tetapi motif memiliki peranan yang

penting bagi individu untuk mencapai prestasi dalam pendidikannya. Setiap

individu memiliki motif untuk berprestasi, tetapi kadar yang dimiliki berbeda satu

sama lainnya. Terdapat yang memiliki motif berprestasi tinggi, dan sebagian yang

lain memiliki motif berprestasi yang rendah.

Hasil Penelitian Mulyani (2006, hlm. 62) pada siswa berjumlah 40 orang

menunjukan rata-rata tingkat motivasi berprestasi siswa berada pada kategori

sedang dengan jumlah 28 siswa. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi

sejumlah dua orang, dan siswa dengan motivasi berprestasi rendah sejumlah 10

orang siswa. Penelitian Mulyani menunjukkan siswa dengan motivasi berprestasi

rendah sebanyak 10 orang atau sebesar 25%, sehingga perlu adanya upaya yang

(14)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gross (dalam Krause, 2007, hlm. 247) memperkirakan terdapat 60% siswa

yang kurang berprestasi di sekolah dan sering meninggalkan sekolah lebih awal.

Faktor yang terkait dengan terjadinya kurang berprestasi, adalah faktor

intrapersonal, yaitu kurangnya motivasi, rendah diri, kesehatan yang buruk,

kesulitan belajar dan berbahasa. Dilihat dari pernyataan Gross, motivasi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa menjadi kurang

berprestasi. Menurut Krause (2007, hlm. 261) di tingkat sekolah motivasi siswa

lebih ditekankan untuk kinerja yang baik secara akademis, disertai dengan

kepercayaan umum yang menyatakan kemampuan dan usaha yang ekstra untuk

mencapai prestasi akademik.

Siswa saling bersaing satu sama lain untuk mendapatkan prestasi yang

baik di kelas ataupun di sekolah. Siswa akan belajar dengan baik apabila memiliki

dan mendapatkan motivasi yang tinggi dalam belajar. Motif bagi siswa

merupakan kondisi yang sangat mempengaruhi dalam pendidikannya. Motif dapat

mempengaruhi, mengarahkan serta memelihara perilaku siswa dalam

menyelesaikan tugas-tugas belajar di sekolah.

Hasil pengamatan pada saat praktik di SMA Negeri 7 Bandung dari bulan

Januari sampai bulan Mei 2014, didapatkan gambaran peserta didik menunjukkan

indikasi kurang memiliki motif berprestasi. Dapat dilihat dari perilaku siswa kelas

X Tahun Ajaran 2013/2014 yaitu sulit mengumpulkan tugas mata pelajaran,

kurang menguasai materi pelajaran, kurang disiplin dalam belajar, tidak

memperhatikan guru yang sedang mengajar, dan kurang dapat mengelola waktu

untuk belajar.

Sebagai upaya tindak lanjut dari fenomena yang ditemukan, diperlukan

tindakan untuk menangani permasalahan motif berprestasi. Apabila dibiarkan,

siswa tidak mempunyai dorongan untuk maju dalam pendidikannya. Siswa tidak

dapat memaknai kegiatan belajarnya dengan baik. Bimbingan dan konseling

menampilkan bentuk bantuan yang dapat dilakukan. Konselor merupakan tenaga

(15)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Depdiknas (2008, hlm. 135), keberadaan konselor dalam sistem pendidikan

nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik yang sejajar dengan

guru, dosen, dan pamong yang memiliki konteks tugas memberikan pelayanan

yang bertujuan membantu dan memandirikan individu (siswa) dalam perjalanan

hidupnya.

Yusuf & Nurihsan (2009, hlm. 6-7) mengemukakan

“bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan terencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. Tujuan bimbingan adalah perkembangan yang optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.”

Bimbingan dan Konseling dapat membantu menfasilitasi siswa agar

mampu meningkatkan motif berprestasi melalui layanan bimbingan dan

konseling. Intervensi Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan untuk

meningkatkan motif berprestasi siswa. Teknik yang dapat digunakan adalah

teknik Symbolic Modeling, teknik Self-Instruction. teknik Self-Management dan

teknik Achievement Motivation Training (AMT).

Teknik symbolic modeling merupakan salah satu jenis dalam teknik

Modeling yang melibatkan tokoh fiksi maupun nonfiksi yang ditampilkan melalui

film, cerita, maupun media online untuk menampilkan suatu perilaku. Teknik

symbolic modeling dapat digunakan untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

(Ulfa, 2010, hlm. 4).

Teknik self-instruction dapat meningkatkan motif siswa. Self-instruction

merupakan prosedur yang dirancang untuk meningkatkan kendali diri secara

tersendiri atau mandiri melalui pernyataan-pernyataan verbal yang mendorong,

membimbing dan memelihara tindakan-tindakan non-verbal (Bryan & Budd

dalam Ewin, 2012). Teknik self-instruction menggunakan verbalisasi sebagai

strategi untuk pembangun motivasi.

Teknik self-management dapat digunakan untuk meningkatkan motif

(16)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku dan perasaan dalam diri individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam manajemen diri terkandung tiga unsur utama yakni perasaan (affection),

perilaku (behavior) dan pikiran (cognition). Manajemen diri dapat digunakan

untuk mengelola diri dalam kehidupan yang lebih baik. (Wijayanti dan Muhari,

2013, hlm. 7).

Teknik lain yang dapat digunakan dalam meningkatkan motif berprestasi

siswa adalah menggunakan teknik Achievement Motivation Training (AMT).

Menurut Munawaroh (2012, hlm. 53), Achievement Motivation Training

merupakan suatu metode latihan untuk memberikan kesadaran akan pentingnya

achievement motivation dalam penerapannya di dalam pekerjaan sehari-hari.

Achievement motivation training dapat membantu individu dalam

meningkatkan motif berprestasi. Munawaroh, (2012, hlm. 53), menyebutkan

“Achievement Motivation Training dapat meningkatkan pengertian, pemahaman dan kesadaran diri mengenai perilaku diri khususnya khususnya achievement motivation serta dampaknya pada orang lain dan pekerjaan. Achievement Motivation Training juga dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menganalisis perilaku masing-masing individu sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi, penghargaan dan hubungan interpersonal yang efektif.”

Peserta training diberikan bimbingan bagaimana untuk berpikir, berbicara,

dan berperilaku layaknya individu dengan motif tinggi kemudian menguji dengan

hati-hati sejauh mana ingin merencanakan kehidupan di masa yang akan datang

(McClelland dalam Elias, 1994, hlm. 116). Achievemet motivation training

membantu peserta dalam menganalisis diri untuk merencanakan masa depan dan

mencapai tujuannya.

Varga (1977, hlm. 187-188) menambahkan konsep dalam achievement

motivation training terbagi menjadi empat, yaitu achievement syndrome, self

study, goal setting, dan interpersonal support. Konsep achievement syndrome

dapat memperjelas mengenai pengertian motif berprestasi dan kaitannya dengan

kesuksesan. Konsep self study memberi kesempatan kepada peserta untuk

(17)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta mengerti mengenai pentingnya tujuan dalam bekerja. Peserta dibimbing

untuk dapat menyusun rencana secara kompeten dan realistis. Konsep

interpersonal support, peserta mendapatkan dukungan dari anggota kelompok.

Dengan demikian, achievemen motivation training diharapkan dapat memberikan

kesadaran akan pentingnya motif berprestasi untuk kesuksesan prestasi peserta.

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai motif berprestasi siswa. Penelitian menggunakan

Achievement Motivation Training dalam meningkatkan motif berprestasi,

sehingga judul penelitian adalah “Program Achievement Motivation Training

untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Masa remaja merupakan titik kritis dalam hal prestasi. Pada masa remaja,

prestasi menjadi persoalan yang lebih serius. Motif merupakan salah satu faktor

yang menentukan pencapaian prestasi individu. Keberhasilan akademis sangat

dipengaruhi oleh motif dan prestasi yang dimiliki. Apapun modal yang dimiliki

individu yang mendukung untuk prestasi, apabila tidak diiringi oleh motif dalam

diri sendiri, prestasi tidak dapat dicapainya.

Motif berprestasi merupakan pendorong dalam diri individu untuk

melakukan usaha yang maksimal untuk mencapai keberhasilan belajar. Siswa

yang kurang cerdas namun dapat memperlihatkan pola motif yang tinggi, tekun

dalam tugas dan yakin terhadap kemampuannya dapat menjadi peraih prestasi

yang tinggi. Sebaliknya siswa cerdas namun memiliki pola motif yang rendah,

mudah menyerah dan tidak yakin akan keterampilan akademisnya menjadi peraih

prestasi yang rendah.

Fenomena motif berprestasi rendah masih terdapat pada siswa, sehingga

perlu upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan motif berprestasi siswa.

Achievement Motivation Training (AMT) merupakan sebuah program pelatihan

untuk pengembangan diri khususnya dalam hal peningkatan motif berprestasi para

(18)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

achievement motivation, sehingga dapat menimbulkan perubahan pandangan

dalam diri peserta (Munawaroh, 2012, hlm. 51). Teknik achievement motivation

training diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan motif berprestasi

dan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

Berdasarkan identifikasi masalah mengenai motif berprestasi siswa dan

teknik achievement motivation training sebagai upaya untuk mengatasinya, secara

umum rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian adalah sebagai berikut.

a. Seperti apa gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7

Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?

b. Bagaimana rancangan program achievement motivation training untuk

meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah memperoleh data mengenai motif

berprestasi siswa dan rancangan program achievement motivation training untuk

meningkatkan motif berprestasi siswa. Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu

untuk memperoleh.

a. Deskripsi motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun

Ajaran 2014/2015.

b. Rancangan program achievement motivation training untuk meningkatkan

motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran

2014/2015.

1.4 Asumsi Penelitian

Asumsi dasar teknik Achievement Motivation Training untuk

meningkatkan motif Berprestasi siswa sebagai berikut.

a. Motif berprestasi adalah suatu usaha untuk mencapai hasil yang

(19)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(standards of excellence) (McClelland dalam Fatchurrochman, 2011, hlm.

63).

b. Motif berprestasi sebagai motif belajar yang sifatnya tidak disadari,

dihasilkan dari imbalan atau hukuman perilaku tertentu. Motif berprestasi

adalah sebuah perjalanan dimana individu melibatkan sebuah persaingan

dengan standar keunggulan, apabila berhasil akan menghasilkan efek

positif dan apabila tidak berhasil akan menimbulkan efek negatif

(Castenell, 1983, hlm. 504).

c. Achievement Motivation Training merupakan suatu metode latihan untuk

memberikan kesadaran akan pentingnya achievement motivation dalam

penerapannya di dalam pekerjaan sehari-hari (Munawaroh, 2012, hlm. 53).

d. Achievement Motivation Training meningkatkan kemampuan individu

dalam menganalisis perilaku masing-masing individu sehingga dapat

membantu meningkatkan motif, penghargaan dan hubungan interpersonal

yang efektif (Munawaroh, 2012, hlm. 53).

1.5 Manfaat Penelitian

a. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi jurusan dapat menambah hasil penelitian tentang rancangan program

achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi.

b. Konselor Sekolah (Guru BK)

Guru BK dapat menggunakan hasil penelitian sebagai rujukan dalam

pelaksanaan program sekolah untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

dengan mempergunakan teknik Achievement Motivation Training.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penilisan skripsi terdiri dari lima bab. Pada bab 1 dibahas

mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

(20)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan konseling, konsep motif berprestasi, teknik Achievement Motivation Training,

dan kerangka pemikiran. Pada bab 3 dibahas mengenai metode penelitian yang

memaparkan pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel,

lokasi, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengembangan instrument

penelitian, analisis data, prosedur penelitian dan pengembangan program

achievement motivation training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi.

Pada bab 4 dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan

tentang pengolahan data serta pembahasan hasil pengolahan data. Pada bab 5

merupakan penutup yang dibahas mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi

(21)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab tiga dibahas mengenai metode penelitian yang memaparkan

pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, lokasi, populasi

dan sampel, instrumen penelitian, pengembangan instrument penelitian, analisis

data, prosedur penelitian dan pengembangan program achievement motivation

training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi.

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data numerikal

berupa profil motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung sehingga

diperoleh gambaran umum motif berprestasi siswa.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode

deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran jelas mengenai motif

berprestasi siswa SMA Negeri 7 Bandung. Berdasarkan hasil temuan dapat

dijadikan dasar untuk penyusunan rancangan program achievement motivation

training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.

3.2 Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Motif Berprestasi

Teori yang dijadikan acuan pengembangan alat ukur motif berprestasi

adalah teori motif berprestasi (achievement motive) McClelland. Teori motif

berprestasi McClelland termasuk teori model pembangkit afeksi. Menurut

McClelland (dalam Akhmad dan Budiman, 2005, hlm. 2), perubahan situasi afeksi

menjadi dasar timbulnya motif dalam diri individu. Intensitas motif berprestasi

individu dapat dilihat melalui fantasi dan imajinasi dalam respon-respon verbal.

(22)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Motif berprestasi yang dimaksud dalam penelitian adalah skor dalam

aspek fantasi terhadap suatu hasil yang ingin dicapai atau disebut achievement

imagery (AI), fantasi “hasil yang semu” atau double achievement imagery (TI)

dan tidak menunjukkan fantasi mengenai suatu hasil yang ingin dicapai atau

unrelated imagery (UI). Suatu hasil yang ingin dicapai (AI) meliputi aspek

sebagai berikut (McClelland, dalam Akhmad dan Budiman, 2005, hlm. 5).

a. Kebutuhan memperoleh hasil (N)

b. Melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil (I)

c. Intensitas terhadap pencapaian tujuan (Ga+)

d. Kecemasan terhadap kegagalan (Ga-)

e. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri (Bp)

f. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar diri (Bw)

g. Kepuasan subjek kepada hasil (G+)

h. Kekecewaan terhadap kegagalan (G-)

i. Dorongan yang membantu mengarahkan kegiatan (Nup)

j. Intensitas untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya (Ach. T)

Tiga kategori perbandingan (UI, TI dan AI) merupakan rangkaian kesatuan

untuk menunjukkan dengan pasti bahwa suatu riwayat mengandung perbandingan

yang berhubungan dengan motif berprestasi. Ketiga kategori perbandingan

berhubungan dengan penyekoran tingkat prestasi. Dasar pemikiran untuk membedakan antara riwayat fantasi “hasil yang semu” atau double achievement imagery (TI) dan tidak menunjukkan fantasi mengenai hasil yang ingin dicapai

atau unrelated imagery (UI) akan menjadi jelas ketika membahas mengenai

perhitungan skor n Achievement.

3.2.2 Achievement Motivation Training (AMT)

Teknik achievement motivation training (AMT) pada penelitian secara

operasional didefinisikan sebagai upaya konselor dalam membantu siswa kelas XI

SMA Negeri 7 Bandung untuk meningkatkan motif berprestasi. Consortium for

(23)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(http://www.eiconsortium.org/model_programs/achievement_motivation_training)

mengemukakan intervensi achievement motivation training dapat dilakukan

dalam tujuh tahap, sebagai berikut.

a. Achievement motivation thinking (berpikir motif berprstasi)

Pada tahap pertama peserta diberikan informasi menganai pelatihan. Peserta

diberikan informasi tujuan pelatihan adalah untuk membantu meningkatkan

motif berprestasi peserta. Peserta juga dibantu untuk memahami arti motif

berprestasi, pentingnya motif berprestasi, karakteristik individu dengan motif

berprestasi tinggi, dan hubungan antara motif berprestasi dengan kesuksesan

dalam bekerja.

b. Understand own characteristics and goals (memahami karakteristik dan

tujuan pribadi)

Tahap kedua, peserta dibantu untuk memahami karakteristik dan tujuan

pribadi yang ditetapkan oleh masing-masing peserta. Pemahaman karakter

pribadi, peserta dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapainya berdasarkan

karakteristik pribadi.

c. Practice achievement-related action in cases, role play and real life

(mempraktekkan hubungan kegiatan prestasi dalam kasus, bermain peran dan

kehidupan nyata)

Pada tahap katiga, peserta mengkonsepkan motif berprestasi secara lebih jelas,

terutama sebagai cerminan dalam sebuah gagasan. Peserta melakukan diskusi

mengenai suatu contoh kasus, kemudian memerankannya, dan mengkaitkan

contoh kasus dengan kehidupan nyata.

Pada tahap ketiga, peserta juga mendiskuskan ceritanya dan melakukan

penilaian bersama kelompok. Pada aktivitas ini, peserta tidak hanya

mendapatkan pemahaman mengenai motif berprestasi tetapi peserta juga dapat

membandingkan dengan motif berprestasinya dan dapat membantu peserta

(24)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Practice achievement-related action in business and other games

(mempraktekkan hubungan kegiatan prestasi dalam sebuah urusan dan

permainan lain)

Pada tahap keempat, peserta mulai mempraktekkan “achievement thinking

atau pemikiran prestasi. Peserta membuat cerita dan mencoba memenuhi

cerita dengan pemikiran prestasi. Peserta melakukan yang sama dalam situasi

sebuah urusan.

e. Relate the achievement behavior model to own behavior, self-image, and

goals (menghubungkan model perilaku berprestasi terhadap perilaku pribadi,

gambaran diri, dan tujuan pribadi)

Pada tahap kelima, membahas topik mengenai tujuan pribadi dan penetapan

tujuan. Penetapan tujuan merupakan hal yang penting dalam motif berprestasi.

Peserta dibantu untuk mendiskusikan tujuan pribadi dan masalah mengenai

tujuan, termasuk konflik antara keluarga dan hubungannya dengan tujuan.

Peserta menutup tahap kelima dengan mengembangkan tujuan pribadi secara

rinci untuk dua atau lima tahun ke depan.

f. Develop a personal action plan (mengembangkan rencana tindakan pribadi)

Tahap keenam adalah mengembangkan rencana tindakan pribadi. Peserta

mendiskusikan tujuan pribadi masing-masing, dan dibantu untuk

mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motif

berprestasi.

g. Feedback on progress toward achieving goals (timbal balik pada

perkembangan terhadap pencapaian tujuan)

Pada tahap terakhir peserta mendapatkan timbal balik dari perkembangan

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan masing-masing peserta.

3.3 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung

(25)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah 305 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Probability

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi

setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dan pengambilan

sampel dilakukan secara acak (random sampling) (Sugiyono, 2012, hlm. 122).

Sampel dalam penelitian adalah 60% dari populasi. Jumlah siswa yang menjadi

sampel penelitian yaitu sebanyak 183 orang.

Secara rinci, distribusi populasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung

adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Distribusi Populasi Penelitian Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung

No Kelas F

1. XI MIA 1 32

2. XI MIA 2 35

3. XI MIA 3 33

4. XI MIA 4 32

5. XI MIA 5 36

6. XI MIA 6 32

7. XI MIA 7 30

8. XI IIS 1 40

9. XI IIS 2 35

Total 305

Pemilihan populasi penelitian didasarkan pada pertimbangan sebagai

berikut.

a. Siswa kelas XI sedang berada pada tahap remaja, dimana masa remaja

merupakan suatu titik kritis dalam hal prestasi dan kebutuhan untuk

berprestasi merupakan salah satu kebutuhan yang khas pada remaja.

b. Siswa kelas XI berada pada rentang usia 16-17 tahun yang dalam lingkup

psikologi perkembangan individu sedang memasuki masa remaja tengah dan

berada pada masa perubahan kepribadian. Pada masa remaja banyak kondisi

kehidupan yang turut membentuk pola kepribadian dan mempengaruhi motif

(26)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Motif berprestasi remaja merupakan komponen dari kepribadian yang

menyangkut dinamika situasi afeksi yang memiliki peran penting dalam

mengendalikan tingkah laku pada taraf akal sehat remaja dalam rangka “kepekaan memilih” yang mengarahkan tingkah laku.

d. Siswa kelas XI berada pada tahap pemikiran operasional formal, dimana

kualitas abstrak dari pemikiran di tahap operasional formal pada remaja

terbukti di dalam kemampuan mereka untuk memecahkan masalah secara

verbal. Intensitas motif berprestasi individu dapat dilihat melalui fantasi dan

imajinasi dalam respon-respon verbal.

3.4 Instrumen Penelitian

3.4.1 Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan Alat Ukur

Motif Berprestasi yang dikembangkan oleh Laboratorium Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Alasan penggunaan instrumen Motif Berprestasi dari Laboratorium Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan adalah karena memiliki karakteristik definisi

operasional variabel yang sama dengan definisi operasional penelitian, selain itu

instrumen yang digunakan memiliki standarisasi secara ilmiah dan empiris

sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

Pada instrumen terdapat sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan

untuk mengungkapkan karakteristik dan gambaran motif berprestasi siswa kelas

XI SMA Negeri 7 Bandung. Pada setiap pernyataan terdapat dua pilihan yang

terdiri dari A dan B, responden diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang

paling sesuai dan menyerupai dirinya.

Alat ukur motif berprestasi dikembangkan menjadi 100 butir soal.

Dikembangkan 90 pernyataan yang mengungkap kategori AI, 45 item pernyataan

mengungkap kategori UI dan 45 pernyataan mengungkap TI. Pernyataan kategori

(27)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nomor 76-100. Kategori pernyataan TI menjadi pernyataan B yang dipasangkan

dengan item pernyataan AI nomor 1-25 dan nomor 51-75.

3.4.2 Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen dikembangkan dari definisi operasional variabel

penelitian yang di dalamnya terdapat aspek-aspek yang dijabarkan ke dalam

bentuk pernyataan.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pengembangan Alat Ukur Motif Berprestasi

No Sub Kategori Butir Soal

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) Pernyataan A: a. Kebutuhan memperoleh hasil (N)

b. Melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil (I)

c. Intensitas terhadap pencapaian tujuan (Ga+)

d. Kecemasan terhadap kegagalan (Ga-)

e. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri (Bp)

f. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar diri (Bw)

g. Kepuasan subjek kepada hasil (G+) h. Kekecewaan terhadap kegagalan (G-) i. Dorongan yang membantu mengarahkan

kegiatan (Nup)

j. Intensitas untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya (Ach. T)

2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) Pernyataan B:

26 s.d 50 dan 76 s.d 100 3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) Pernyataan B:

01 .d 25 dan 51 s.d 75

3.5 Pengembangan Instrumen Penelitian

3.5.1 Pengujian Alat Ukur

Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan oleh Akhmad dan Budiman

(28)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan untuk mengetahui ketepatan instrumen pada yang seharusnya diukur

(Sugiyono, 2012, hlm. 168). Validitas instrumen motif berprestasi sebagai berikut.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Lab Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Validitas

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,164 – 0,692

2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,097 – 0,764

3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,191 – 0,572

Reliabilitas alat ukur digunakan untuk mengetahui ketetapan alat ukur

yang dipakai, apabila digunakan beberapa kali untuk objek yang sama akan

menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012, hlm. 168). Reliabilitas alat ukur

motif berprestasi sebgai berikut.

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Lab Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Reliabilitas

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,727 (Tinggi)

2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,781 (Tinggi)

3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,637 (Tinggi)

3.5.2 Ujicoba Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen yang sudah

memiliki standar baku secara statistik, sehingga untuk kepentingan penelitian

yang dilakukan ujicoba hanya taraf reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas

instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan Program Anates ver 4.0.9

yang dikembangkan oleh Drs. Karnoto, M. Pd. dan Yudi Wibisono, ST (2004).

Pada program ini menggunakan reliabilitas tes metode belah dua (split-half

(29)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karena menggunakan tes metode belah dua, maka koefisiensi korelasi

ganjil-genap dikoreksi sehingga menjadi koefisien reliabilitas . rumusnya sebagai

berikut.

r

tt

=

2 x r

xy

1 + r

xy

Keterangan:

rtt = koefisiensi reliabilitas tes

rxy = koefisiensi korelasi ganjil genap (separuh tes dengan separuh lainnya)

Klasifikasi koefisiensi reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur

adalah sebagai berikut.

0,00 – 0,199 : derajat keterandalan sangat rendah

0,20 – 0,399 : derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 : derajat keterandalan sedang

0,60 – 0,799 : derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen motif berprestasi yang

diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motif Berprestasi Siswa

No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Reliabilitas

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,90

2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,89

3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,74

Berdasarkan hasil pengujian, instrumen motif berprestasi pada subkategori

AI memperoleh hasil sebesar 0,90 artinya derajat keterandalannya sagat tinggi,

(30)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterandalannya sangat tinggi, dan pada subkategori TI memperoleh hasil sebesar

0,74 artinya derajat keterandalannya tinggi. Instrumen motif berprestasi yang

digunakan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Penyekoran Data Hasil Penelitian

Penyekoran data hasil penelitian dilakukan dengan mengacu pada

pedoman penyekoran sebagai berikut.

a. Menghitung atau menjumlahkan baris item nomor 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36,

41, 46 dan baris berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan A. Hasil

penjumlahan disimpan pada kolom AI sesuai dengan baris masing-masing.

b. Menghitung atau menjumlahkan item nomor 26, 31, 36, 41, 46 dan baris

berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan B. Hasil penjumlahan

disimpan pada kolom UI sesuai dengan baris masing-masing yang sama

dengan langkah a.

c. Setelah langkah a dan b dilakukan, hasil penjumlahan AI dikurangi

penjumlahan UI, hasilnya pengurangan AI dan UI disimpan pada baris yang

sama (pada langkah a dan b) dan ditempatkan pada kolom S.

d. Menghitung atau menjumlahkan baris item nomor 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81,

86, 91, 96 dan baris berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan A.

Nomor 51, 57, 63, 69, dan 75 pada jawaban A tidak dihitung karena terkena

garis konsistensi. Hasil penjumlahan disimpan pada kolom AI sesuai dengan

baris masing-masing.

e. Menghitung atau menjumlahkan item nomor 76, 81, 86, 91, 96 dan baris

berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan B. Nomor 76, 82, 88, 94 dan

100 pada jawaban B tidak dihitung karena terkena garis konsistensi. Hasil

penjumlahan disimpan pada kolom UI sesuai dengan baris masing-masing

(31)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Setelah langkah d dan e dilakukan, hasil penjumlahan AI dikurangi

penjumlahan UI, hasil pengurangan AI dan UI disimpan pada baris yang sama

(pada langkah d dan e) dan ditempatkan pada kolom S.

g. Langkah selanjutnya adalah menghitung konsistensi. Konsistensi dihitung

dengan cara menarik garis diagonal item nomor 1, 7, 13, 19, dan 25 sehingga

berpasangan dengan item nomor 51, 57, 63, 69 dan 75 (artinya 1: 51, 7: 57,

13: 63, 19: 69, dan 25: 75). Selanjutnya menarik garis diagonal item nomor

26, 32, 38, 44 dan 50 sehingga berpasangan dengan item nomor 76, 82, 88, 94

dan 100 (atinya 26: 76, 32: 82, 38: 88, 44: 94, dan 50: 100). Apabila

masing-masing pasangan menunjukkan pilihan jawaban (A atau B) yang sama, maka

diberi tanda checklist () pada kotak yang tersedia. Apabila masing-masing

pasangan menunjukkan pilihan jawaban yang berbeda maka diberi tanda

silang (x). Setiap tanda checklist () mendapatkan poin 1 dan tanda silang (x)

mendapatkan 0. Setelah semua pasangan dihitung, jumlah poin yang didapat

disimpan pada kotan kon sesuai dengan jumlah tanda checklist ().

3.6.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian

mengenai gambaran motif berprestasi siswa. Gambaran motif berprestasi siswa

kelas XI SMA Negeri 7 Bandung diperoleh melalui penentuan batas kelompok

untuk mengatahui apakah motif berprestasi siswa berada pada kategori tinggi,

sedang, atau rendah. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari seluruh

pernyataan, selanjutnya ditetukan panjang setiap kelas dengan rumus berikut

(Furqon, 2009, hlm. 24-25).

R

=

Xmaks - Xmin bk

Keterangan:

R = Panjang kelas

(32)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Xmin = Skor minimum

bk = Banyak kelas

b. Mengelompokkan data menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi

dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.6

Interpretasi dari setiap kategori motif berprestasi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Interpretasi Skor Kategori Motif Berprestasi Siswa

Kategori Motif

Berprestasi Skor Interpretasi

Rendah (-45) – (-1) Siswa yang memiliki motif berprestasi rendah ditunjukkan dengan tidak memiliki kebutuhan memperoleh hasil, tidak melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian tujuan, memiliki kecenderungan berpikir lebih banyak terhadap kegagalan, tidak dapat mengatasi hambatan dalam diri, tidak dapat mengatasi hambatan dari luar diri, tidak memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, tidak mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas rendah untuk mencapai hasil.

(33)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori Motif

Berprestasi Skor Interpretasi

kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal untuk mencapai hasil.

Tinggi 45 – 90 Siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi ditunjukkan dengan memiliki kebutuhan tinggi dalam memperoleh hasil, melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas tinggi terhadap pencapaian tujuan, tidak memiliki kecenderungan berpikir terhadap kegagalan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan positif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas tinggi untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya pernyataan penelitian mengenai rumusan program

achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

kelas XI SMA Negeri 7 Bandung dijawab dengan mensintesiskan kajian teoritis

dengan fakta penelitian.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

a. Penyebaran instrumen untuk memperoleh data motif berprestasi siswa kelas

XI SMA Negeri 7 Bandung.

b. Melakukan pengolahan data untuk memperoleh gambaran motif berprestasi

(34)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Melakukan pengkajian dari hasil pengolahan instrumen motif berprestasi

siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung untuk dijadikan bahan masukan bagi

pengembangan program achievement motivation training untuk meningkatkan

motif berprestasi.

d. Mendeskripsikan dan menganalisis data yang telah terkumpul, kemudian

menarik kesimpulan untuk dijadikan bahan masukan bagi pengembangan

program achievement motivation training untuk meningkatkan motif

berprestasi.

e. Tahap penyusunan program hipotetik achievement motivation training untuk

meningkatkan motif berprestasi. Berdasarkan pengkajian data disertai analisis

konsep motif berprestasi dan teknik achievement motivation training,

dikembangkan program achievement motivation training untuk meningkatkan

motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.

f. Tahap uji validasi program hipotetik untuk mengkaji kelayakan program,

dengan demikian diperoleh masukan yang dapat dijadikan pertimbangan

dalam pengembangan program.

g. Tahap penyempurnaan program berdasarkan uji validasi program sehingga

menjadi program hipotetik yang memiliki kelayakan untuk dilaksanakan.

3.8 Pengembangan Program Achievement Motivation Training untuk

Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa

Proses pengembangan program achievement motivation training dalam

penelitian terdiri dari empat langkah, sebagai berikut.

3.8.1 Analisis Program Sekolah

Sebelum melakukan penyusunan program, dilakukan analisis program BK

SMA Negeri 7 Bandung terlebih dahulu dengan menggunakan analisis SWOT

(Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) untuk mengetahui kekuatan,

(35)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program sekolah dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan

program.

3.8.2 Penyusunan Program

Pengembangan program achievement motivation training untuk

meningkatkan motif berprestasi dimulai dengan melakukan need assesment

berdasarkan analisis data mengenai gambaran motif berprestasi siswa SMA

Negeri 7 Bandung.

3.8.3 Validasi Program

Validasi program dilakukan kepada pakar bimbingan dan konseling serta

guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 7 Bandung. Hasil validasi program

merupakan pedoman untuk melakukan perbaikan dan revisi program achievement

motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.

3.8.4 Program Hipotetik

Tersusun program achievement motivation training untuk meningkatkan

motif berprestasi siswa sebagai program baru dalam program bimbingan dan

konseling di SMA Negeri 7 Bandung. Program achievement motivation training

berisi tentang gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung,

deskripsi kebutuhan siswa, dan rancangan kegiatan layanan yang sesuai dengan

kebutuhan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.

Program achievement motivation training bertujuan untuk

mengembangkan motif berprestasi siswa dengan membantu siswa untuk lebih

mengenal diri melalui evaluasi diri sendiri, evaluasi berdasarkan penilaian orang

lain, menentukan tujuan yang ingin dicapai, dan menentukan strategi serta target

yang akan dicapai berdasarkan kemampuan diri yang diperoleh dari evaluasi diri

sehingga konseli dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan berdasarkan

(36)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

(37)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bab lima merupakan penutup yang dibahas mengenai simpulan,

implikasi dan rekomendasi hasil penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan kepada siswa kelas XI

SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015 mengenai motif berprestasi,

dapat diketahui simpulan penelitian sebagai berikut.

5.1.1 Gambaran umum motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung

tahun ajaran 2014/2015 sebagian besar siswa berada pada kategori sedang,

artinya siswa memiliki kebutuhan memperoleh hasil, melakukan kegiatan

dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian

tujuan, memiliki kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan

dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi

hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki

kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika

melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang

mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal

untuk mencapai hasil.

5.1.2 Program hipotetik achievement motivation training disusun dengan

struktur program yang meliputi rasional, tujuan, tahapan teknik

achievement motivation training, deskripsi kebutuhan, rencana operasional

(action plan), pengembangan tema/topik, kriteria konselor, kriteria

keberhasilan, dan evaluasi. Program hipotetik achievement motivation

training disusun berdasarkan kebutuhan siswa yang diketahui dari hasil

penyebaran instrumen motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7

Bandung tahun ajaran 2014/2015. Pengembangan program hipotetik

(38)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas XI SMA

Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

5.2 Implikasi

Implikasi dari penelitian adalah tahapan pelaksanaan program bimbingan

dan konseling. Tahapan pelaksanaan program sebagai berikut (Purwoko, dalam

Karatuyee, 2012).

5.2.1 Mengkoordinasikan sumber sumber yang diperlukan, diantaranya guru dan

wali kelas sebagai pihak yang terlibat langsung dengan siswa, sarana

prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan layanan, dan waktu

pelaksanaan yaitu dengan cara mengatur jadwal bersama guru mata

pelajaran.

5.2.2 Menyusun instrument pengukuran keberhasilan program. Pengukuran

keberhasilan program dapat dilakukan dengan mempergunakan lembar

evaluasi yang telah tersedia dalam program achievement motivation

training.

5.2.3 Melaksanakan program sesuai dengan rencana program yang telah

ditetapkan. Program dilaksanakan sesuai dengan rencana operasional

program achievement motivation training yang telah direncanakan.

5.3 Rekomendasi

5.3.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru BK dapat menjadikan program hipotetik achievement motivation

training sebagai pedoman untuk membantu meningkatkan motif

berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.

5.3.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Program yang dirumuskan oleh peneliti adalah program yang bersifat

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+2

Referensi

Dokumen terkait

(1) Dalam hal ganti rugi dalam bentuk selain uang, maka apabila yang berhak atas ganti rugi telah menandatangani kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf b

Penerapan Model Pembelajaran (Clis) Children’s Learning In Science Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran Ipa Materi Pesawat Sederhana. Universitas

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

Komposisi komunitas makrofauna tanah pada biotop hutan dan lahan pertanian yang diberi pupuk organik dan anorganik sebagai bioindikator kesuburan tanah.. Di dalam:

Kegiatan ini dilakukan untuk melihat dan menganalisa keadaan awal dari subjek penelitian. Observasi awal adalah langkah pertama untuk mengetahui

Hal ini dibuktikan dengan adanya sel radang dan infiltrasi jaringan pada gonad ikan lele dumbo jantan yang dipaparkan dengan konsentrasi subletal endosulfan selama

Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitass Laba, dan nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.. Universitas Airlangga

Ozon di Atmosfir: Erosi pada Lapisan Ozon Mengancam Kehidupan di Permukaan Bumi.Buletin Ilmiah Universitas Surabaya : Vol.1 No.1... Skin