PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
oleh
Asti Nuraeniah 1005808
DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7
Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh Asti Nuraeniah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Asti Nuraeniah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung
Tahun Ajaran 2014/2015)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahman, M. Pd. NIP. 19590104 198503 1 002
Pembimbing II
Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. NIP. 19661115 199102 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Asti Nuraeniah. (2015). Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).
Motif berprestasi merupakan dorongan dari dalam diri untuk melakukan suatu kompetisi dalam mencapai prestasi dengan standar keunggulan tertentu. Motif berprestasi sangat diperlukan dalam proses belajar. Keberhasilan akademis sangat dipengaruhi oleh motif berprestasi yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki motif berprestasi akan bertahan dalam belajar, dan siswa yang tidak memiliki motif berprestasi akan terhambat dalam proses belajar serta tidak dapat mencapai prestasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran motif berprestasi siswa yang dijadikan landasan dalam pengembangan program achievement motivation training. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 183 siswa dari 305 siswa. Hasil penelitian menunjukkan: 1) secara umum motif berprestasi siswa berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 69,40% dari jumlah sampel, 2) siswa memiliki kebutuhan memperoleh hasil, melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian tujuan, memiliki kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal untuk mencapai hasil. Rekomendasi penelitian sebagai berikut: 1) bagi guru BK berupa program hipotetik achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi, 2) bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan uji coba program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Asti Nuraeniah. (2015). Achievement Motivation Training (AMT) Program to Improve Students’ Achievement Motive (A Descriptive Study of Eleventh Grade Students of SMA Negeri 7 Bandung Year 2014/2015).
An achievement motive is an inner urge to compete in order to achieve a feat with a certain standard of excellence. An achievement motive is indispensable in the learning process. Academic success is strongly influenced by the achievement motive of the students. Students who have the achievement motive will persist in their learning, and those who do not, will be inhibited in the learning process and cannot achieve their feats. This study was aimed at describing students’ achievement motive that were used as a basis in the development of achievement motivation training program. This study employed a descriptive method. Sample of this study was taken randomly (random sampling). The samples were 183 eleventh grade students of SMA Negeri 7 Bandung year 2014/2015, from the total of 305 students. The results showed that: 1) generally, the
students’ achievement motive was in the middle category, 69.40% of the total sample, 2)
the students stated a need for achievement, did instrumental activities with various outcomes, had a low intensity of achieving objectives, had a tendency to think of how to avoid failure by thinking about collateral or security, were able overcome obstacles in their inner selves, were able overcome the resistance of their outer selves, had the satisfaction of the results achieved, had negative feelings when attempting to achieve goals, were able to take advantage of the nurturant press, and had the intensity with minimal desire to achieve results. It was then recommended that guidance and counseling teachers use a hypothetical achievement motivation training program to increase the
students’ achievement motive. For future researchers, it is expected that they employ
trials on an achievement motivation training program to improve students’ achievement
motive.
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
BAB II MOTIF BERPRESTASI DAN ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING 2.1Konsep Bimbingan dan Konseling ... 12
2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 12
2.1.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 14
2.1.3 Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 17
2.1.4 Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling ... 19
2.1.5 Asas Bimbingan dan Konseling ... 20
2.1.6 Komponen Program Bimbingan dan Konseling ... 21
2.2Konsep Motif berprestasi ... 23
2.2.1 Pengertian Motif Berprestasi ... 23
2.2.2 Aspek Motif Berprestasi ... 26
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Berprestasi ... 29
2.2.4 Karakteristik Individu yang Memiliki Motif Berprestasi ... 31
2.2.5 Upaya untuk Meningkatkan Motif Berprestasi ... 34
2.2.6 Pentingnya Prestasi di Masa Remaja ... 36
2.3Teknik Achievement Motivation Training ... 37
2.3.1 Pengertian Teknik Achievement Motivation Training ... 37
2.3.2 Tujuan Achievement Motivation Training ... 38
2.3.3 Karakteristik Achievement Motivation Training ... 39
2.3.4 Intervensi Achievement Motivation Training ... 40
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.5Kerangka Pemikiran ... 49
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Pendekatan dan Metode Penelitian ... 51
3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 51
3.1.2 Metode Penelitian ... 51
3.2 Devinisi Operasional Variabel ... 51
3.2.1 Motif Berprestasi ... 51
3.2.2 Achievement Motivation Training (AMT) ... 52
3.3Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 54
3.4Instrumen Penelitian ... 55
3.4.1 Jenis Instrumen ... 55
3.4.2 Kisi-kisi Instrumen ... 56
3.5Pengembangan Instrumen Penelitian ... 57
3.5.1 Pengujian Alat Ukur ... 57
3.5.2 Ujicoba Instrumen ... 57
3.6Analisis Data ... 59
3.6.1 Penyekoran Data Hasil Penelitian ... 59
3.6.2 Pengolahan Data ... 60
3.7Prosedur Penelitian ... 62
3.8Pengembangan Program Achievement Motivation Training untuk meningkatkan Motif Berprestasi siswa ... 63
3.8.1 Analisis Program Sekolah ... 63
3.8.2 Penyusunan Program ... 63
3.8.3 Validasi Program ... 63
3.8.4 Program Hipotetik ... 63
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 65
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 90
4.3 Program Achievemet Motivation Training untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa ... 100
4.4 Keterbatasan Penelitian ... 119
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1Simpulan ... 120
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5.3Rekomendasi ... 121
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab satu dibahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi skripsi.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kehidupan individu tidak terlepas dari melakukan aktivitas atau
kegiatan-kegiatan. Kegiatan individu berlangsung setiap harinya mulai dari bangun tidur
sampai tidur kembali. Setiap perbuatan yang dilakukan individu tidak
semata-mata dilakukan begitu saja. Setiap tingkah laku atau perbuatan individu memiliki
motif. Yusuf dan Nurihsan (2009, hlm. 158) menyebutkan pada dasarnya tidak
ada tingkah laku yang tanpa motif, artinya setiap tingkah laku pasti bermotif.
Selain tingkah laku individu (manusia/orang/siswa) yang memiliki motif,
individu juga memiliki dorongan-dorongan yang mengarahkan untuk melakukan
suatu perbuatan dan mencapai tujuan yang diinginkannya. Menurut Uno (2009,
hlm. 1), setiap individu memiliki kondisi dalam diri yang berperan dalam aktivitas
sehari-hari. Dorongan dalam diri dapat mempengaruhi kuat lemahnya usaha
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dorongan dan kondisi dalam
diri individu yang mempengaruhi perbuatan serta usaha individu dalam mencapai
tujuan dinamakan dengan motif.
Antara motif dengan motivasi memiliki pengertian yang berbeda. Freud
berpendapat bahwa motif merupakan energi dasar intrinsik (instink) yang
mendorong tingkah laku individu. Sartain (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2009, hlm.
159) mengemukakan motif adalah
“a complex state within an organism that directs behavior toward a goal or incensitive”, yang berarti motif merupakan suatu keadaan yang kompleks dalam diri individu yang mengarahkan perilakunya kepada suatu tujuan atau insensitif.”
Perbedaan motif dengan motivasi, menurut Gunarso (dalam Supena, 2010,
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
motivasi adalah motif yang menjadi aktif pada saat tertentu apabila kebutuhan
untuk mencapai tujuan sangat dirasakan. Selain itu Abror (dalam Supena, 2010,
hlm. 12) mengemukakan motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada
saat tertentu terutama pada saat kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa
mendesak.
Friedrich Nietzsche mengatakan, individu yang memiliki alasan yang
cukup kuat dapat menanggung hampir semua keadaan (Setiawan, 2012, hlm. 162).
Artinya, individu dengan motif yang kuat akan dapat mengalahkan kesulitan,
hambatan, maupun tantangan yang muncul dalam kehidupannya. Motif adalah
daya dorong dalam hidup. Motif akan memberikan kekuatan dalam hal apapun
yang individu perbuat.
Motif yang ada dalam diri individu akan terwujud dalam perbuatan yang
mengarah pada tujuan tertentu. Motif tercermin dalam bentuk kegairahan individu
dalam menghadapi dan menjalani kehidupannya. Motif memberikan kekuatan
kepada individu untuk terus menjalankan kehidupannya dengan penuh keyakinan.
Motivasi tercermin dalam bentuk antusiasme dan kegairahan individu dalam
menjalani hidup (Setiawan, 2012, hlm. 163). Apabila semua yang dilakukan
individu dipenuhi dengan antusiasme, apapun yang ditempuh akan dapat
dinikmati olehnya. Pada akhirnya, individu dapat memberikan makna yang besar
dalam kehidupannya.
Apabila keadaan yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu kehilangan motif,
akan mengakibatkan kelumpuhan dalam kehidupan. Apabila tidak memiliki motif,
individu akan diposisikan untuk selalu tidak berdaya, bahkan ketika berhadapan
dengan peluang sebesar apapun di depan mata. Menurut Setiawan (2012, hlm.
163), individu yang hidup tanpa motivasi tidak lain adalah orang yang fisiknya
masih hidup, tapi jiwanya sudah mati. Tindakan yang dilakukan tidak akan
memberikan makna apapun bagi kehidupannya.
Motif dibutuhkan di berbagai bidang dalam kehidupan individu. Di dunia
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tujuannya. Selain itu, Siagian (2004, hlm. 137) menyebutkan motif sangat
dibutuhkan dalam dunia organisasi, karena motif dapat meningkatkan prestasi
kerja para anggota yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi.
Begitu pula dalam pendidikan, terdapat siswa yang terlibat secara
langsung dengan kegiatan belajar. Bagi siswa, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang harus diperjuangkan, karena belajar merupakan bekal untuk masa
yang akan datang. Pendidikan, termasuk kegiatan belajar di dalamnya,
membutuhkan motif agar dapat melaksanakan kegiatan belajar.
Motif menjadi modal bagi siswa untuk belajar lebih baik dan lebih
berhasil. Motif dapat mempengaruhi proses belajar maupun tingkah laku siswa.
Howley (dalam Elida Prayitno, 1989, hlm. 3-4) mengatakan
“siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar, melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan, menunjukkan ketekunan yang tinggi, dan variasi aktivitas belajar lebih banyak.”
Siswa yang memiliki motif kuat untuk belajar akan bertahan dalam
belajar, dan sebagai bonusnya mendapatkan prestasi yang baik dalam belajar.
Siswa yang kurang memiliki motif yang kuat untuk belajar, akan terhambat dan
membuat siswa tidak dapat mencapai prestasi. Motif yang kuat dalam diri siswa
untuk belajar dibutuhkan untuk mencapai prestasi belajar. Keberhasilan akademis
sangat dipengaruhi oleh motif dan prestasi yang dimiliki siswa.
Setiap individu memiliki kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang
terbaik, seperti dikemukakan oleh McClelland (dalam Wahyudi, 2010, hlm. 4)
bahwa
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Namun menurut Komarraju et. al. (2009, hlm. 47), setiap individu
memiliki kualitas motif dan prestasi yang berbeda satu sama lain. Sebagian
individu memiliki tingkat motif yang tinggi dan sebagian yang lain tidak, dengan
demikian setiap individu memiliki tingkat motif berprestasi yang berbeda.
Kebutuhan untuk berprestasi dapat mendorong individu untuk menetapkan
tujuan dalam mencapai kompetensi. Individu yang memiliki motif sering terlibat
dalam tugas demi bersaing dengan individu lain untuk membuktikan kemampuan.
Individu menetapkan tujuan apabila termotivasi oleh rasa takut gagal. Individu
akan termotivasi untuk berjuang meraih kesuksesan karena dapat mencapai
keberhasilan, dan mencegah dari kegagalan (Neumeister, 2004, hlm. 220).
Menurut McClelland (dalam Fatchurrochman, 2011, hlm. 63), motif
berprestasi adalah suatu usaha untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan
berpedoman pada suatu standar keunggulan tertentu (standards of excellence).
McInerney (1995, hlm. 212) menyebutkan teori motif berprestasi berfokus pada
individual dengan prioritas tujuan berprestasi.
Murray memakai istilah kebutuhan berprestasi (need for achievement)
untuk motif berprestasi, yang dideskripsikannya sebagai hasrat atau tendensi
untuk mengerjakan sesuatu yang sulit dengan secepat dan sebaik mungkin.
(Sugiyanto, 1998, hlm. 4). Teori Murray mencakup gagasan dan tingkah laku,
yang keduanya dihubungkan dengan kesuksesan, prestasi, dan menanggulangi
hambatan.
Pada motif berprestasi, terdapat aspek-aspek yang menjadi cakupan
sekaligus tolak ukur individu dikatakan memiliki motif berprestasi. Aspek motif
berprestasi adalah mempunyai tanggungjawab pribadi atas segala perbuatannya,
memperlihatkan umpan balik atas perbuatan atau tugas yang dilakukannya, resiko
pemilihan tugas, tekun dan ulet dalam bekerja, penuh pertimbangan dan
perhitungan dalam melakukan tugas, dan berusaha melakukan sesuatu dengan
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Konsekuensi tentang keberhasilan dalam motif berprestasi ada pada
kemauan untuk menghadapi resiko tantangan atau hambatan. Individu dengan
motif berprestasi tinggi akan memilih melakukan tugas dengan tingkat kesulitan
menengah, sedangkan individu dengan motif berprestasi rendah cenderung
menghindarinya dan lebih menyukai tugas dengan tingkat kesulitan tinggi atau
rendah (McClelland dalam Nugraha, 2011, hlm. 16).
Pada tahun 1979, Uguroglu dan Walberg (Walberg, 1978, hlm. 376)
menganalisis 232 korelasi motivasi dan pembelajaran akademis dalam 40 studi
dengan ukuran sampel gabungan sekitar 637.000 siswa di kelas pertama sekolah
menengah atas. Hasil dari penelitian menunjukkan 80% dari 232 korelasi antara
motivasi dan prestasi akademik menunjukkan hasil yang positif dan rata-rata
semua sampel adalah 0,338. Angka-angka menunjukkan motivasi yang tinggi dan
konsisten memiliki korelasi positif terhadap prestasi, dikaitkan dengan sekitar
11% dari varians dalam mencapai rata-rata. Motivasi menjadi faktor penentu yang
lebih kuat dalam belajar dibandingkan dengan varians yang lain.
Motif merupakan salah satu faktor penentu yang kuat dalam mendorong
individu untuk berprestasi dalam belajarnya. Banyak faktor lain yang juga
mendorong individu untuk berprestasi, tetapi motif memiliki peranan yang
penting bagi individu untuk mencapai prestasi dalam pendidikannya. Setiap
individu memiliki motif untuk berprestasi, tetapi kadar yang dimiliki berbeda satu
sama lainnya. Terdapat yang memiliki motif berprestasi tinggi, dan sebagian yang
lain memiliki motif berprestasi yang rendah.
Hasil Penelitian Mulyani (2006, hlm. 62) pada siswa berjumlah 40 orang
menunjukan rata-rata tingkat motivasi berprestasi siswa berada pada kategori
sedang dengan jumlah 28 siswa. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
sejumlah dua orang, dan siswa dengan motivasi berprestasi rendah sejumlah 10
orang siswa. Penelitian Mulyani menunjukkan siswa dengan motivasi berprestasi
rendah sebanyak 10 orang atau sebesar 25%, sehingga perlu adanya upaya yang
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gross (dalam Krause, 2007, hlm. 247) memperkirakan terdapat 60% siswa
yang kurang berprestasi di sekolah dan sering meninggalkan sekolah lebih awal.
Faktor yang terkait dengan terjadinya kurang berprestasi, adalah faktor
intrapersonal, yaitu kurangnya motivasi, rendah diri, kesehatan yang buruk,
kesulitan belajar dan berbahasa. Dilihat dari pernyataan Gross, motivasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa menjadi kurang
berprestasi. Menurut Krause (2007, hlm. 261) di tingkat sekolah motivasi siswa
lebih ditekankan untuk kinerja yang baik secara akademis, disertai dengan
kepercayaan umum yang menyatakan kemampuan dan usaha yang ekstra untuk
mencapai prestasi akademik.
Siswa saling bersaing satu sama lain untuk mendapatkan prestasi yang
baik di kelas ataupun di sekolah. Siswa akan belajar dengan baik apabila memiliki
dan mendapatkan motivasi yang tinggi dalam belajar. Motif bagi siswa
merupakan kondisi yang sangat mempengaruhi dalam pendidikannya. Motif dapat
mempengaruhi, mengarahkan serta memelihara perilaku siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas belajar di sekolah.
Hasil pengamatan pada saat praktik di SMA Negeri 7 Bandung dari bulan
Januari sampai bulan Mei 2014, didapatkan gambaran peserta didik menunjukkan
indikasi kurang memiliki motif berprestasi. Dapat dilihat dari perilaku siswa kelas
X Tahun Ajaran 2013/2014 yaitu sulit mengumpulkan tugas mata pelajaran,
kurang menguasai materi pelajaran, kurang disiplin dalam belajar, tidak
memperhatikan guru yang sedang mengajar, dan kurang dapat mengelola waktu
untuk belajar.
Sebagai upaya tindak lanjut dari fenomena yang ditemukan, diperlukan
tindakan untuk menangani permasalahan motif berprestasi. Apabila dibiarkan,
siswa tidak mempunyai dorongan untuk maju dalam pendidikannya. Siswa tidak
dapat memaknai kegiatan belajarnya dengan baik. Bimbingan dan konseling
menampilkan bentuk bantuan yang dapat dilakukan. Konselor merupakan tenaga
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Depdiknas (2008, hlm. 135), keberadaan konselor dalam sistem pendidikan
nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik yang sejajar dengan
guru, dosen, dan pamong yang memiliki konteks tugas memberikan pelayanan
yang bertujuan membantu dan memandirikan individu (siswa) dalam perjalanan
hidupnya.
Yusuf & Nurihsan (2009, hlm. 6-7) mengemukakan
“bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan terencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. Tujuan bimbingan adalah perkembangan yang optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.”
Bimbingan dan Konseling dapat membantu menfasilitasi siswa agar
mampu meningkatkan motif berprestasi melalui layanan bimbingan dan
konseling. Intervensi Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan untuk
meningkatkan motif berprestasi siswa. Teknik yang dapat digunakan adalah
teknik Symbolic Modeling, teknik Self-Instruction. teknik Self-Management dan
teknik Achievement Motivation Training (AMT).
Teknik symbolic modeling merupakan salah satu jenis dalam teknik
Modeling yang melibatkan tokoh fiksi maupun nonfiksi yang ditampilkan melalui
film, cerita, maupun media online untuk menampilkan suatu perilaku. Teknik
symbolic modeling dapat digunakan untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
(Ulfa, 2010, hlm. 4).
Teknik self-instruction dapat meningkatkan motif siswa. Self-instruction
merupakan prosedur yang dirancang untuk meningkatkan kendali diri secara
tersendiri atau mandiri melalui pernyataan-pernyataan verbal yang mendorong,
membimbing dan memelihara tindakan-tindakan non-verbal (Bryan & Budd
dalam Ewin, 2012). Teknik self-instruction menggunakan verbalisasi sebagai
strategi untuk pembangun motivasi.
Teknik self-management dapat digunakan untuk meningkatkan motif
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perilaku dan perasaan dalam diri individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam manajemen diri terkandung tiga unsur utama yakni perasaan (affection),
perilaku (behavior) dan pikiran (cognition). Manajemen diri dapat digunakan
untuk mengelola diri dalam kehidupan yang lebih baik. (Wijayanti dan Muhari,
2013, hlm. 7).
Teknik lain yang dapat digunakan dalam meningkatkan motif berprestasi
siswa adalah menggunakan teknik Achievement Motivation Training (AMT).
Menurut Munawaroh (2012, hlm. 53), Achievement Motivation Training
merupakan suatu metode latihan untuk memberikan kesadaran akan pentingnya
achievement motivation dalam penerapannya di dalam pekerjaan sehari-hari.
Achievement motivation training dapat membantu individu dalam
meningkatkan motif berprestasi. Munawaroh, (2012, hlm. 53), menyebutkan
“Achievement Motivation Training dapat meningkatkan pengertian, pemahaman dan kesadaran diri mengenai perilaku diri khususnya khususnya achievement motivation serta dampaknya pada orang lain dan pekerjaan. Achievement Motivation Training juga dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menganalisis perilaku masing-masing individu sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi, penghargaan dan hubungan interpersonal yang efektif.”
Peserta training diberikan bimbingan bagaimana untuk berpikir, berbicara,
dan berperilaku layaknya individu dengan motif tinggi kemudian menguji dengan
hati-hati sejauh mana ingin merencanakan kehidupan di masa yang akan datang
(McClelland dalam Elias, 1994, hlm. 116). Achievemet motivation training
membantu peserta dalam menganalisis diri untuk merencanakan masa depan dan
mencapai tujuannya.
Varga (1977, hlm. 187-188) menambahkan konsep dalam achievement
motivation training terbagi menjadi empat, yaitu achievement syndrome, self
study, goal setting, dan interpersonal support. Konsep achievement syndrome
dapat memperjelas mengenai pengertian motif berprestasi dan kaitannya dengan
kesuksesan. Konsep self study memberi kesempatan kepada peserta untuk
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peserta mengerti mengenai pentingnya tujuan dalam bekerja. Peserta dibimbing
untuk dapat menyusun rencana secara kompeten dan realistis. Konsep
interpersonal support, peserta mendapatkan dukungan dari anggota kelompok.
Dengan demikian, achievemen motivation training diharapkan dapat memberikan
kesadaran akan pentingnya motif berprestasi untuk kesuksesan prestasi peserta.
Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai motif berprestasi siswa. Penelitian menggunakan
Achievement Motivation Training dalam meningkatkan motif berprestasi,
sehingga judul penelitian adalah “Program Achievement Motivation Training
untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Masa remaja merupakan titik kritis dalam hal prestasi. Pada masa remaja,
prestasi menjadi persoalan yang lebih serius. Motif merupakan salah satu faktor
yang menentukan pencapaian prestasi individu. Keberhasilan akademis sangat
dipengaruhi oleh motif dan prestasi yang dimiliki. Apapun modal yang dimiliki
individu yang mendukung untuk prestasi, apabila tidak diiringi oleh motif dalam
diri sendiri, prestasi tidak dapat dicapainya.
Motif berprestasi merupakan pendorong dalam diri individu untuk
melakukan usaha yang maksimal untuk mencapai keberhasilan belajar. Siswa
yang kurang cerdas namun dapat memperlihatkan pola motif yang tinggi, tekun
dalam tugas dan yakin terhadap kemampuannya dapat menjadi peraih prestasi
yang tinggi. Sebaliknya siswa cerdas namun memiliki pola motif yang rendah,
mudah menyerah dan tidak yakin akan keterampilan akademisnya menjadi peraih
prestasi yang rendah.
Fenomena motif berprestasi rendah masih terdapat pada siswa, sehingga
perlu upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan motif berprestasi siswa.
Achievement Motivation Training (AMT) merupakan sebuah program pelatihan
untuk pengembangan diri khususnya dalam hal peningkatan motif berprestasi para
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
achievement motivation, sehingga dapat menimbulkan perubahan pandangan
dalam diri peserta (Munawaroh, 2012, hlm. 51). Teknik achievement motivation
training diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan motif berprestasi
dan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajarnya.
Berdasarkan identifikasi masalah mengenai motif berprestasi siswa dan
teknik achievement motivation training sebagai upaya untuk mengatasinya, secara
umum rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian adalah sebagai berikut.
a. Seperti apa gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7
Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?
b. Bagaimana rancangan program achievement motivation training untuk
meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung
Tahun Ajaran 2014/2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah memperoleh data mengenai motif
berprestasi siswa dan rancangan program achievement motivation training untuk
meningkatkan motif berprestasi siswa. Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu
untuk memperoleh.
a. Deskripsi motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun
Ajaran 2014/2015.
b. Rancangan program achievement motivation training untuk meningkatkan
motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran
2014/2015.
1.4 Asumsi Penelitian
Asumsi dasar teknik Achievement Motivation Training untuk
meningkatkan motif Berprestasi siswa sebagai berikut.
a. Motif berprestasi adalah suatu usaha untuk mencapai hasil yang
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(standards of excellence) (McClelland dalam Fatchurrochman, 2011, hlm.
63).
b. Motif berprestasi sebagai motif belajar yang sifatnya tidak disadari,
dihasilkan dari imbalan atau hukuman perilaku tertentu. Motif berprestasi
adalah sebuah perjalanan dimana individu melibatkan sebuah persaingan
dengan standar keunggulan, apabila berhasil akan menghasilkan efek
positif dan apabila tidak berhasil akan menimbulkan efek negatif
(Castenell, 1983, hlm. 504).
c. Achievement Motivation Training merupakan suatu metode latihan untuk
memberikan kesadaran akan pentingnya achievement motivation dalam
penerapannya di dalam pekerjaan sehari-hari (Munawaroh, 2012, hlm. 53).
d. Achievement Motivation Training meningkatkan kemampuan individu
dalam menganalisis perilaku masing-masing individu sehingga dapat
membantu meningkatkan motif, penghargaan dan hubungan interpersonal
yang efektif (Munawaroh, 2012, hlm. 53).
1.5 Manfaat Penelitian
a. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Bagi jurusan dapat menambah hasil penelitian tentang rancangan program
achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi.
b. Konselor Sekolah (Guru BK)
Guru BK dapat menggunakan hasil penelitian sebagai rujukan dalam
pelaksanaan program sekolah untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
dengan mempergunakan teknik Achievement Motivation Training.
1.6 Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penilisan skripsi terdiri dari lima bab. Pada bab 1 dibahas
mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan konseling, konsep motif berprestasi, teknik Achievement Motivation Training,
dan kerangka pemikiran. Pada bab 3 dibahas mengenai metode penelitian yang
memaparkan pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel,
lokasi, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengembangan instrument
penelitian, analisis data, prosedur penelitian dan pengembangan program
achievement motivation training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi.
Pada bab 4 dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan
tentang pengolahan data serta pembahasan hasil pengolahan data. Pada bab 5
merupakan penutup yang dibahas mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab tiga dibahas mengenai metode penelitian yang memaparkan
pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, lokasi, populasi
dan sampel, instrumen penelitian, pengembangan instrument penelitian, analisis
data, prosedur penelitian dan pengembangan program achievement motivation
training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi.
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data numerikal
berupa profil motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung sehingga
diperoleh gambaran umum motif berprestasi siswa.
3.1.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran jelas mengenai motif
berprestasi siswa SMA Negeri 7 Bandung. Berdasarkan hasil temuan dapat
dijadikan dasar untuk penyusunan rancangan program achievement motivation
training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.
3.2 Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Motif Berprestasi
Teori yang dijadikan acuan pengembangan alat ukur motif berprestasi
adalah teori motif berprestasi (achievement motive) McClelland. Teori motif
berprestasi McClelland termasuk teori model pembangkit afeksi. Menurut
McClelland (dalam Akhmad dan Budiman, 2005, hlm. 2), perubahan situasi afeksi
menjadi dasar timbulnya motif dalam diri individu. Intensitas motif berprestasi
individu dapat dilihat melalui fantasi dan imajinasi dalam respon-respon verbal.
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Motif berprestasi yang dimaksud dalam penelitian adalah skor dalam
aspek fantasi terhadap suatu hasil yang ingin dicapai atau disebut achievement
imagery (AI), fantasi “hasil yang semu” atau double achievement imagery (TI)
dan tidak menunjukkan fantasi mengenai suatu hasil yang ingin dicapai atau
unrelated imagery (UI). Suatu hasil yang ingin dicapai (AI) meliputi aspek
sebagai berikut (McClelland, dalam Akhmad dan Budiman, 2005, hlm. 5).
a. Kebutuhan memperoleh hasil (N)
b. Melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil (I)
c. Intensitas terhadap pencapaian tujuan (Ga+)
d. Kecemasan terhadap kegagalan (Ga-)
e. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri (Bp)
f. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar diri (Bw)
g. Kepuasan subjek kepada hasil (G+)
h. Kekecewaan terhadap kegagalan (G-)
i. Dorongan yang membantu mengarahkan kegiatan (Nup)
j. Intensitas untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya (Ach. T)
Tiga kategori perbandingan (UI, TI dan AI) merupakan rangkaian kesatuan
untuk menunjukkan dengan pasti bahwa suatu riwayat mengandung perbandingan
yang berhubungan dengan motif berprestasi. Ketiga kategori perbandingan
berhubungan dengan penyekoran tingkat prestasi. Dasar pemikiran untuk membedakan antara riwayat fantasi “hasil yang semu” atau double achievement imagery (TI) dan tidak menunjukkan fantasi mengenai hasil yang ingin dicapai
atau unrelated imagery (UI) akan menjadi jelas ketika membahas mengenai
perhitungan skor n Achievement.
3.2.2 Achievement Motivation Training (AMT)
Teknik achievement motivation training (AMT) pada penelitian secara
operasional didefinisikan sebagai upaya konselor dalam membantu siswa kelas XI
SMA Negeri 7 Bandung untuk meningkatkan motif berprestasi. Consortium for
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(http://www.eiconsortium.org/model_programs/achievement_motivation_training)
mengemukakan intervensi achievement motivation training dapat dilakukan
dalam tujuh tahap, sebagai berikut.
a. Achievement motivation thinking (berpikir motif berprstasi)
Pada tahap pertama peserta diberikan informasi menganai pelatihan. Peserta
diberikan informasi tujuan pelatihan adalah untuk membantu meningkatkan
motif berprestasi peserta. Peserta juga dibantu untuk memahami arti motif
berprestasi, pentingnya motif berprestasi, karakteristik individu dengan motif
berprestasi tinggi, dan hubungan antara motif berprestasi dengan kesuksesan
dalam bekerja.
b. Understand own characteristics and goals (memahami karakteristik dan
tujuan pribadi)
Tahap kedua, peserta dibantu untuk memahami karakteristik dan tujuan
pribadi yang ditetapkan oleh masing-masing peserta. Pemahaman karakter
pribadi, peserta dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapainya berdasarkan
karakteristik pribadi.
c. Practice achievement-related action in cases, role play and real life
(mempraktekkan hubungan kegiatan prestasi dalam kasus, bermain peran dan
kehidupan nyata)
Pada tahap katiga, peserta mengkonsepkan motif berprestasi secara lebih jelas,
terutama sebagai cerminan dalam sebuah gagasan. Peserta melakukan diskusi
mengenai suatu contoh kasus, kemudian memerankannya, dan mengkaitkan
contoh kasus dengan kehidupan nyata.
Pada tahap ketiga, peserta juga mendiskuskan ceritanya dan melakukan
penilaian bersama kelompok. Pada aktivitas ini, peserta tidak hanya
mendapatkan pemahaman mengenai motif berprestasi tetapi peserta juga dapat
membandingkan dengan motif berprestasinya dan dapat membantu peserta
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Practice achievement-related action in business and other games
(mempraktekkan hubungan kegiatan prestasi dalam sebuah urusan dan
permainan lain)
Pada tahap keempat, peserta mulai mempraktekkan “achievement thinking”
atau pemikiran prestasi. Peserta membuat cerita dan mencoba memenuhi
cerita dengan pemikiran prestasi. Peserta melakukan yang sama dalam situasi
sebuah urusan.
e. Relate the achievement behavior model to own behavior, self-image, and
goals (menghubungkan model perilaku berprestasi terhadap perilaku pribadi,
gambaran diri, dan tujuan pribadi)
Pada tahap kelima, membahas topik mengenai tujuan pribadi dan penetapan
tujuan. Penetapan tujuan merupakan hal yang penting dalam motif berprestasi.
Peserta dibantu untuk mendiskusikan tujuan pribadi dan masalah mengenai
tujuan, termasuk konflik antara keluarga dan hubungannya dengan tujuan.
Peserta menutup tahap kelima dengan mengembangkan tujuan pribadi secara
rinci untuk dua atau lima tahun ke depan.
f. Develop a personal action plan (mengembangkan rencana tindakan pribadi)
Tahap keenam adalah mengembangkan rencana tindakan pribadi. Peserta
mendiskusikan tujuan pribadi masing-masing, dan dibantu untuk
mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motif
berprestasi.
g. Feedback on progress toward achieving goals (timbal balik pada
perkembangan terhadap pencapaian tujuan)
Pada tahap terakhir peserta mendapatkan timbal balik dari perkembangan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan masing-masing peserta.
3.3 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah 305 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Probability
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dan pengambilan
sampel dilakukan secara acak (random sampling) (Sugiyono, 2012, hlm. 122).
Sampel dalam penelitian adalah 60% dari populasi. Jumlah siswa yang menjadi
sampel penelitian yaitu sebanyak 183 orang.
Secara rinci, distribusi populasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Distribusi Populasi Penelitian Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung
No Kelas F
1. XI MIA 1 32
2. XI MIA 2 35
3. XI MIA 3 33
4. XI MIA 4 32
5. XI MIA 5 36
6. XI MIA 6 32
7. XI MIA 7 30
8. XI IIS 1 40
9. XI IIS 2 35
Total 305
Pemilihan populasi penelitian didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut.
a. Siswa kelas XI sedang berada pada tahap remaja, dimana masa remaja
merupakan suatu titik kritis dalam hal prestasi dan kebutuhan untuk
berprestasi merupakan salah satu kebutuhan yang khas pada remaja.
b. Siswa kelas XI berada pada rentang usia 16-17 tahun yang dalam lingkup
psikologi perkembangan individu sedang memasuki masa remaja tengah dan
berada pada masa perubahan kepribadian. Pada masa remaja banyak kondisi
kehidupan yang turut membentuk pola kepribadian dan mempengaruhi motif
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Motif berprestasi remaja merupakan komponen dari kepribadian yang
menyangkut dinamika situasi afeksi yang memiliki peran penting dalam
mengendalikan tingkah laku pada taraf akal sehat remaja dalam rangka “kepekaan memilih” yang mengarahkan tingkah laku.
d. Siswa kelas XI berada pada tahap pemikiran operasional formal, dimana
kualitas abstrak dari pemikiran di tahap operasional formal pada remaja
terbukti di dalam kemampuan mereka untuk memecahkan masalah secara
verbal. Intensitas motif berprestasi individu dapat dilihat melalui fantasi dan
imajinasi dalam respon-respon verbal.
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan Alat Ukur
Motif Berprestasi yang dikembangkan oleh Laboratorium Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Alasan penggunaan instrumen Motif Berprestasi dari Laboratorium Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan adalah karena memiliki karakteristik definisi
operasional variabel yang sama dengan definisi operasional penelitian, selain itu
instrumen yang digunakan memiliki standarisasi secara ilmiah dan empiris
sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
Pada instrumen terdapat sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk mengungkapkan karakteristik dan gambaran motif berprestasi siswa kelas
XI SMA Negeri 7 Bandung. Pada setiap pernyataan terdapat dua pilihan yang
terdiri dari A dan B, responden diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang
paling sesuai dan menyerupai dirinya.
Alat ukur motif berprestasi dikembangkan menjadi 100 butir soal.
Dikembangkan 90 pernyataan yang mengungkap kategori AI, 45 item pernyataan
mengungkap kategori UI dan 45 pernyataan mengungkap TI. Pernyataan kategori
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
nomor 76-100. Kategori pernyataan TI menjadi pernyataan B yang dipasangkan
dengan item pernyataan AI nomor 1-25 dan nomor 51-75.
3.4.2 Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen dikembangkan dari definisi operasional variabel
penelitian yang di dalamnya terdapat aspek-aspek yang dijabarkan ke dalam
bentuk pernyataan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pengembangan Alat Ukur Motif Berprestasi
No Sub Kategori Butir Soal
1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) Pernyataan A: a. Kebutuhan memperoleh hasil (N)
b. Melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil (I)
c. Intensitas terhadap pencapaian tujuan (Ga+)
d. Kecemasan terhadap kegagalan (Ga-)
e. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri (Bp)
f. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar diri (Bw)
g. Kepuasan subjek kepada hasil (G+) h. Kekecewaan terhadap kegagalan (G-) i. Dorongan yang membantu mengarahkan
kegiatan (Nup)
j. Intensitas untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya (Ach. T)
2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) Pernyataan B:
26 s.d 50 dan 76 s.d 100 3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) Pernyataan B:
01 .d 25 dan 51 s.d 75
3.5 Pengembangan Instrumen Penelitian
3.5.1 Pengujian Alat Ukur
Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan oleh Akhmad dan Budiman
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan untuk mengetahui ketepatan instrumen pada yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2012, hlm. 168). Validitas instrumen motif berprestasi sebagai berikut.
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen Lab Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Validitas
1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,164 – 0,692
2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,097 – 0,764
3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,191 – 0,572
Reliabilitas alat ukur digunakan untuk mengetahui ketetapan alat ukur
yang dipakai, apabila digunakan beberapa kali untuk objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012, hlm. 168). Reliabilitas alat ukur
motif berprestasi sebgai berikut.
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Lab Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Reliabilitas
1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,727 (Tinggi)
2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,781 (Tinggi)
3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,637 (Tinggi)
3.5.2 Ujicoba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen yang sudah
memiliki standar baku secara statistik, sehingga untuk kepentingan penelitian
yang dilakukan ujicoba hanya taraf reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas
instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan Program Anates ver 4.0.9
yang dikembangkan oleh Drs. Karnoto, M. Pd. dan Yudi Wibisono, ST (2004).
Pada program ini menggunakan reliabilitas tes metode belah dua (split-half
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karena menggunakan tes metode belah dua, maka koefisiensi korelasi
ganjil-genap dikoreksi sehingga menjadi koefisien reliabilitas . rumusnya sebagai
berikut.
r
tt=
2 x r
xy1 + r
xyKeterangan:
rtt = koefisiensi reliabilitas tes
rxy = koefisiensi korelasi ganjil genap (separuh tes dengan separuh lainnya)
Klasifikasi koefisiensi reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur
adalah sebagai berikut.
0,00 – 0,199 : derajat keterandalan sangat rendah
0,20 – 0,399 : derajat keterandalan rendah
0,40 – 0,599 : derajat keterandalan sedang
0,60 – 0,799 : derajat keterandalan tinggi
0,80 – 1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi
Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen motif berprestasi yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motif Berprestasi Siswa
No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Reliabilitas
1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,90
2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,89
3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,74
Berdasarkan hasil pengujian, instrumen motif berprestasi pada subkategori
AI memperoleh hasil sebesar 0,90 artinya derajat keterandalannya sagat tinggi,
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterandalannya sangat tinggi, dan pada subkategori TI memperoleh hasil sebesar
0,74 artinya derajat keterandalannya tinggi. Instrumen motif berprestasi yang
digunakan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data.
3.6 Analisis Data
3.6.1 Penyekoran Data Hasil Penelitian
Penyekoran data hasil penelitian dilakukan dengan mengacu pada
pedoman penyekoran sebagai berikut.
a. Menghitung atau menjumlahkan baris item nomor 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36,
41, 46 dan baris berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan A. Hasil
penjumlahan disimpan pada kolom AI sesuai dengan baris masing-masing.
b. Menghitung atau menjumlahkan item nomor 26, 31, 36, 41, 46 dan baris
berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan B. Hasil penjumlahan
disimpan pada kolom UI sesuai dengan baris masing-masing yang sama
dengan langkah a.
c. Setelah langkah a dan b dilakukan, hasil penjumlahan AI dikurangi
penjumlahan UI, hasilnya pengurangan AI dan UI disimpan pada baris yang
sama (pada langkah a dan b) dan ditempatkan pada kolom S.
d. Menghitung atau menjumlahkan baris item nomor 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81,
86, 91, 96 dan baris berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan A.
Nomor 51, 57, 63, 69, dan 75 pada jawaban A tidak dihitung karena terkena
garis konsistensi. Hasil penjumlahan disimpan pada kolom AI sesuai dengan
baris masing-masing.
e. Menghitung atau menjumlahkan item nomor 76, 81, 86, 91, 96 dan baris
berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan B. Nomor 76, 82, 88, 94 dan
100 pada jawaban B tidak dihitung karena terkena garis konsistensi. Hasil
penjumlahan disimpan pada kolom UI sesuai dengan baris masing-masing
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Setelah langkah d dan e dilakukan, hasil penjumlahan AI dikurangi
penjumlahan UI, hasil pengurangan AI dan UI disimpan pada baris yang sama
(pada langkah d dan e) dan ditempatkan pada kolom S.
g. Langkah selanjutnya adalah menghitung konsistensi. Konsistensi dihitung
dengan cara menarik garis diagonal item nomor 1, 7, 13, 19, dan 25 sehingga
berpasangan dengan item nomor 51, 57, 63, 69 dan 75 (artinya 1: 51, 7: 57,
13: 63, 19: 69, dan 25: 75). Selanjutnya menarik garis diagonal item nomor
26, 32, 38, 44 dan 50 sehingga berpasangan dengan item nomor 76, 82, 88, 94
dan 100 (atinya 26: 76, 32: 82, 38: 88, 44: 94, dan 50: 100). Apabila
masing-masing pasangan menunjukkan pilihan jawaban (A atau B) yang sama, maka
diberi tanda checklist () pada kotak yang tersedia. Apabila masing-masing
pasangan menunjukkan pilihan jawaban yang berbeda maka diberi tanda
silang (x). Setiap tanda checklist () mendapatkan poin 1 dan tanda silang (x)
mendapatkan 0. Setelah semua pasangan dihitung, jumlah poin yang didapat
disimpan pada kotan kon sesuai dengan jumlah tanda checklist ().
3.6.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian
mengenai gambaran motif berprestasi siswa. Gambaran motif berprestasi siswa
kelas XI SMA Negeri 7 Bandung diperoleh melalui penentuan batas kelompok
untuk mengatahui apakah motif berprestasi siswa berada pada kategori tinggi,
sedang, atau rendah. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari seluruh
pernyataan, selanjutnya ditetukan panjang setiap kelas dengan rumus berikut
(Furqon, 2009, hlm. 24-25).
R
=
Xmaks - Xmin bkKeterangan:
R = Panjang kelas
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Xmin = Skor minimum
bk = Banyak kelas
b. Mengelompokkan data menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi
dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.6
Interpretasi dari setiap kategori motif berprestasi adalah sebagai berikut.
Tabel 3.7
Interpretasi Skor Kategori Motif Berprestasi Siswa
Kategori Motif
Berprestasi Skor Interpretasi
Rendah (-45) – (-1) Siswa yang memiliki motif berprestasi rendah ditunjukkan dengan tidak memiliki kebutuhan memperoleh hasil, tidak melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian tujuan, memiliki kecenderungan berpikir lebih banyak terhadap kegagalan, tidak dapat mengatasi hambatan dalam diri, tidak dapat mengatasi hambatan dari luar diri, tidak memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, tidak mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas rendah untuk mencapai hasil.
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kategori Motif
Berprestasi Skor Interpretasi
kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal untuk mencapai hasil.
Tinggi 45 – 90 Siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi ditunjukkan dengan memiliki kebutuhan tinggi dalam memperoleh hasil, melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas tinggi terhadap pencapaian tujuan, tidak memiliki kecenderungan berpikir terhadap kegagalan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan positif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas tinggi untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya.
Selanjutnya pernyataan penelitian mengenai rumusan program
achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
kelas XI SMA Negeri 7 Bandung dijawab dengan mensintesiskan kajian teoritis
dengan fakta penelitian.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
a. Penyebaran instrumen untuk memperoleh data motif berprestasi siswa kelas
XI SMA Negeri 7 Bandung.
b. Melakukan pengolahan data untuk memperoleh gambaran motif berprestasi
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Melakukan pengkajian dari hasil pengolahan instrumen motif berprestasi
siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung untuk dijadikan bahan masukan bagi
pengembangan program achievement motivation training untuk meningkatkan
motif berprestasi.
d. Mendeskripsikan dan menganalisis data yang telah terkumpul, kemudian
menarik kesimpulan untuk dijadikan bahan masukan bagi pengembangan
program achievement motivation training untuk meningkatkan motif
berprestasi.
e. Tahap penyusunan program hipotetik achievement motivation training untuk
meningkatkan motif berprestasi. Berdasarkan pengkajian data disertai analisis
konsep motif berprestasi dan teknik achievement motivation training,
dikembangkan program achievement motivation training untuk meningkatkan
motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.
f. Tahap uji validasi program hipotetik untuk mengkaji kelayakan program,
dengan demikian diperoleh masukan yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam pengembangan program.
g. Tahap penyempurnaan program berdasarkan uji validasi program sehingga
menjadi program hipotetik yang memiliki kelayakan untuk dilaksanakan.
3.8 Pengembangan Program Achievement Motivation Training untuk
Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa
Proses pengembangan program achievement motivation training dalam
penelitian terdiri dari empat langkah, sebagai berikut.
3.8.1 Analisis Program Sekolah
Sebelum melakukan penyusunan program, dilakukan analisis program BK
SMA Negeri 7 Bandung terlebih dahulu dengan menggunakan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) untuk mengetahui kekuatan,
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
program sekolah dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan
program.
3.8.2 Penyusunan Program
Pengembangan program achievement motivation training untuk
meningkatkan motif berprestasi dimulai dengan melakukan need assesment
berdasarkan analisis data mengenai gambaran motif berprestasi siswa SMA
Negeri 7 Bandung.
3.8.3 Validasi Program
Validasi program dilakukan kepada pakar bimbingan dan konseling serta
guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 7 Bandung. Hasil validasi program
merupakan pedoman untuk melakukan perbaikan dan revisi program achievement
motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.
3.8.4 Program Hipotetik
Tersusun program achievement motivation training untuk meningkatkan
motif berprestasi siswa sebagai program baru dalam program bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 7 Bandung. Program achievement motivation training
berisi tentang gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung,
deskripsi kebutuhan siswa, dan rancangan kegiatan layanan yang sesuai dengan
kebutuhan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.
Program achievement motivation training bertujuan untuk
mengembangkan motif berprestasi siswa dengan membantu siswa untuk lebih
mengenal diri melalui evaluasi diri sendiri, evaluasi berdasarkan penilaian orang
lain, menentukan tujuan yang ingin dicapai, dan menentukan strategi serta target
yang akan dicapai berdasarkan kemampuan diri yang diperoleh dari evaluasi diri
sehingga konseli dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan berdasarkan
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Pada bab lima merupakan penutup yang dibahas mengenai simpulan,
implikasi dan rekomendasi hasil penelitian.
5.1 Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan kepada siswa kelas XI
SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015 mengenai motif berprestasi,
dapat diketahui simpulan penelitian sebagai berikut.
5.1.1 Gambaran umum motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung
tahun ajaran 2014/2015 sebagian besar siswa berada pada kategori sedang,
artinya siswa memiliki kebutuhan memperoleh hasil, melakukan kegiatan
dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian
tujuan, memiliki kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan
dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi
hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki
kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika
melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang
mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal
untuk mencapai hasil.
5.1.2 Program hipotetik achievement motivation training disusun dengan
struktur program yang meliputi rasional, tujuan, tahapan teknik
achievement motivation training, deskripsi kebutuhan, rencana operasional
(action plan), pengembangan tema/topik, kriteria konselor, kriteria
keberhasilan, dan evaluasi. Program hipotetik achievement motivation
training disusun berdasarkan kebutuhan siswa yang diketahui dari hasil
penyebaran instrumen motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7
Bandung tahun ajaran 2014/2015. Pengembangan program hipotetik
Asti Nuraeniah, 2015
Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas XI SMA
Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015.
5.2 Implikasi
Implikasi dari penelitian adalah tahapan pelaksanaan program bimbingan
dan konseling. Tahapan pelaksanaan program sebagai berikut (Purwoko, dalam
Karatuyee, 2012).
5.2.1 Mengkoordinasikan sumber sumber yang diperlukan, diantaranya guru dan
wali kelas sebagai pihak yang terlibat langsung dengan siswa, sarana
prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan layanan, dan waktu
pelaksanaan yaitu dengan cara mengatur jadwal bersama guru mata
pelajaran.
5.2.2 Menyusun instrument pengukuran keberhasilan program. Pengukuran
keberhasilan program dapat dilakukan dengan mempergunakan lembar
evaluasi yang telah tersedia dalam program achievement motivation
training.
5.2.3 Melaksanakan program sesuai dengan rencana program yang telah
ditetapkan. Program dilaksanakan sesuai dengan rencana operasional
program achievement motivation training yang telah direncanakan.
5.3 Rekomendasi
5.3.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru BK dapat menjadikan program hipotetik achievement motivation
training sebagai pedoman untuk membantu meningkatkan motif
berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.
5.3.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Program yang dirumuskan oleh peneliti adalah program yang bersifat