Nomor: 38/Pkh-S1/FIP-UPI/Juni/2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN CARA BROKEN TRIANGLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HUKUM
BACAAN NUN MATI/TANWIN DAN MIM MATI
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Tunanetra Kelas VII Di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh
ASRI MULIANI AFANDI 0902679
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
▸ Baca selengkapnya: soal essay tajwid tentang hukum nun mati dan tanwin
(2)PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN CARA BROKEN TRIANGLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HUKUM
BACAAN NUN MATI/TANWIN DAN MIM MATI
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Tunanetra Kelas VII Di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya)
Oleh
Asri Muliani Afandi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Khusus pada Fakultas Ilmu
Pendidikan
© Asri Muliani Afandi Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari
ABSTRAK
Asri Muliani Afandi: “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan Cara Broken Triangle Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin Dan Mim Mati (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Tunanetra Kelas VII Di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya).
Berdasarkan identifikasi masalah melalui pengamatan dan pengalaman peneliti selama ini, bahwa peserta didik tunanetra kelas VII SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam menerima informasi dari luar dirinya. Sehingga peserta didik tunanetra sulit memahami dalam pembelajaran yang sarat dengan konsep abstrak, pembelajaran yang digunakan dalam belajarnya sebagian besar guru agama selalu menggunkaan metode ceramah, peserta didik tunanetra mengalami kejenuhan dalam pembelajaran. Sehingga mendapatkan nilai rata-rata keberhasilan selama satu tahun terakhir dalam pembelajaran topik hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati hanya mencapai angka 5 sampai 6.
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik tunanetra kelas VII di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya diperlukan upaya pengembangan dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat menghasilkan peningkatan dalam pemahaman konsep pada peserta didik tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa Inggris dikenal Classroom Action Research (CAR). Instrumen penelitian yang digunakan dalam PTK ini antara lain observasi, tes dan wawancara.
Setelah melakukan refleksi dengan cara menganalisis pembelajaran ternyata proses pembelajaran pada siklus I walaupun terjadi peningkatan hasil belajar ternyata siswa masih kesulitan dalam memahami pelajrannya sedangkan pada siklus II terjadi perubahan, dimana situasi pembelajaran sebelumnya siswa kurang aktif, maka setelah mengadakan perbaikan pembelajaran muncul situasi pembelajaran yang aktif serta adanya peningkatan dalam hasil pembelajaran.
Dari hasil observasi peneliti dan siswa didapat hasil bahwa seluruh aspek nampak dalam pembelajaran dengan hasil yang baik, hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan keterlibatan guru dan siswa dalam pembelajaran.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... BAB I PENDAHULUAN...
A. Latar Belakang Masalah... B. Sasaran Tindakan... C. Rumusan Masalah... D. Hipotesis Tindakan... E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian... BAB II KAJIAN PUSTAKA...
A. Konsep Tunanetra... B. Pembelajaran Kontekstual Dengan Cara Broken Triangle... C. Konsep Hukum Bacaan Nun Mati/ Tanwin dan Mim Mati... D. Penelitian yang Relevan... E. Kerangka Pemikiran... BAB III METODE PENELITIAN...
A. Metode Penelitian... B. Setting Penelitian... C. Siklus Penelitian... D. Variabel Penelitian... E. Instrumen Pengumpul Data... F. Teknik Pengelolaan Data...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Data Hasil Penelitian... B. Pembahasan... ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...
A. Kesimpulan... ... B. Saran... .... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 Klasifikasi Tunanetra... Kriteria Umum Persekoran... Data dan alat pengolahan data... Klasifikasi Aktivitas Guru dan Siswa... Profil Anak... Hasil tes awal pembelajaran... Rekapitulasi hasil lembar observasi aktivitas peneliti penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle... Rekapitulasi hasil lembar observasi aktivitas siswa penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle... Nilai hasil sebelum perbaikan dan hasil post test siklus I... Nilai Hasil sebelum perbaikan dan hasil post test siklus II... Rekapitulasi hasil pengolahan data 2 siklus pembelajaran
penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle... Hasil kegiatan Kelompok Siklus I... Hasil kegiatan kelompomk siklus II... Nilai Gain (selisIh) siklus I... Nilai Gain (selisih) siklus II... Pendapat siswa tentang penerapan pembelajran kontekstual
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1
3.1
Gambar Kerangka Pemikiran... Gambar Model spiral dari Kemmis dan Taggart...
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman 4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
Rekapitulasi hasil lembar observasi aktivitas peneliti penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle... Rekapitulasi hasil lembar observasi aktivitas siswa penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle... Rekapitulasi hasil evaluasi sebelum perbaikan dan siklus I
Penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken
triangle...
Rekapitulasi hasil evaluasi sebelum perbaikan dan siklus II Penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken
triangle...
Rekapitulasi hasil evaluasi sebelum perbaikan dan setelah perbaikan sebanyak 2 kali siklus penerpan pembelajaran
kontekstual dengan cara broken triangle... Rekapitulasi hasil kegiatan kelompok siklus I dan siklus II dengan penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken
triangle... 38
41
43
45
47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usahan sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami dan mengamalkan islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) dipandang sebagai sebuah mata pelajaran seperti dalam kurikulum sekolah umum (SD,SMP, dan SMA), selain itu Pendidikan Agama Islam (PAI) berlaku sebagai rumpun pelajaran yang terdiri atas mata pelajaran Aqidah Akhlak, Fikih, Al-Qur’an Hadist, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab seperti diajarkan di Madrasah (Mi, MTS dan MA).
Pendidikan agama islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan Agama Islam di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan potensi moral dan spiritual yang mencakup pengenalan, pemahaman, penanaman, dan pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. (Mendikdasmen, 2006:3).
Di dalam KTSP dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam di SMPLB bertujuan untuk:
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Alloh SWT.
2
Salah satu dimensi yang harus dituju dalam pembelajaran PAI adalah pemahaman atau penalaran (intelektual serta keilmuan siswa). Materi PAI sarat dengan konsep-konsep abstrak yang harus dipahami peserta didik oleh karena itu dalam pembelajaran PAI lebih menekankan keterampilan fungsional, yang artinya hasil belajar harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan identifikasi masalah melalui pengamatan dan pengalaman peneliti selama ini, bahwa peserta didik tunanetra kelas VII SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam menerima informasi dari luar dirinya. Sehingga peserta didik tunanetra sulit memahami dalam pembelajaran yang sarat dengan konsep abstrak, pembelajaran yang digunakan dalam belajarnya sebagian besar guru agama selalu menggunkaan metode ceramah, peserta didik tunanetra mengalami kejenuhan dalam pembelajaran. Sehingga mendapatkan nilai rata-rata keberhasilan selama satu tahun terakhir dalam pembelajaran topik hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati hanya mencapai angka 50 sampai 65.
Setelah dianalisis ditemukan bahwa penyebab belum optimalnya pemahaman konsep hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati pada pelajaran PAI antara lain rendahnya pemahaman peserta didik dalam menangkap materi dan kurang efektifnya metode pembelajaran yang digunakan guru.
3
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik tunanetra kelas VII di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya diperlukan upaya pengembangan dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat menghasilkan peningkatan dalam pemahaman konsep pada peserta didik tersebut.
Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang dikembangkan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya pemahaman kosep yaitu dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, Trianto (2009:107) menjelaskan tentang pembelajaran kontekstual, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
“Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari”.
Ada beberapa model yang diterapkan dalam pembelajaran kontekstual salah satunya yaitu model pembelajaran konsep (Concept Learning) dengan cara broken triangle. Pendekatan Kontekstual menghendaki konsep-konsep tersebut dikontruk dan ditemukan oleh siswa sendiri melalui keterkaitannya dengan ralita kehidupan dan pengalaman siswa. Broken triangle adalah model yang menyerupai puzzle , siswa mengelompokkan materi yang terpisah-pisah kedalam satu kesatuan konsep materi yang terbentuk dalam segitiga.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN CARA BROKEN TRIANGLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HUKUM BACAAN NUN MATI/ TANWIN DAN MIM MATI “ (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Tunanetra Kelas VII Di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya).
4
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya. Subjek penelitiannya adalah siswa tunanetra kelas VII yang berjumlah 4 orang yang terdiri dari 4 siswi.
Dari keempat siswi tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Peserta didik tunanetra kelas VII memiliki ketunanetraan yang
permanen dan low vision.
2. Dalam perkembangan kognitif, peserta didik tunanetra kelas VII memiliki ketidakmampuan dalam menangkap pembelajaran khususnya dalam pembelajaran yang sarat dengan abstrak.
3. Dalam perkembangan motorik, peserta didik tunanetra kelas VII mengalami hambatan dalam bergerak, sehingga dalam menirukan gekan sulit untuk dilakukan
4. Dalam perkembangan emosi, peserta didik tunanetra kelas VII hanya sedikit mengalami hambatan dalam emosi apabila mereka mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai dengan dirinya mereka akan segera marah.
5. Dalam perkembangan sosial, peserta didik tunanetra kelas VII sangat baik, dengan keikutsertaan mereka pada kegiatan majelis ta’lim tunanetra di Kota Tasikmalaya.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle dapat meningkatkan pemahaman konsep hukum bacaan nun
mati/ tanwin dan mim mati pada siswa tunanetra kelas VII di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya?”
5
1. Bagaimana gambaran tentang pemahaman konsep hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati sebelum menggunakan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle?
2. Bagaimana gambaran tentang pemahaman konsep hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati sesudah menggunakan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle?
3. Seberapa besar peningkatan pemahaman konsep hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle?
D.Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini diduga bahwa pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangel dapat meningkatkan pemahaman konsep hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati pada siswa tunanetra kelas VII di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikamalaya.
E.Tujuan Penelitian dan Kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle dapat meningkatan pemahaman konsep hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati pada siswa tunanetra di SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya.
2. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan berguna: a. Bagi guru pelaku penelitian tindakan kelas dapat :
6
b. Bagi siswa melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan mereka dapat memahami konsep hukum nun mati/ tanwin dan mim mati serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Bagi guru agama khususnya dan guru lainnya dapat menjadi bahan acuan dalam menyususn rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan pembelajaran yang sesuai.
d. Bagi Sekolah merupakan salah satu upaya untuk pelayanan pendidikan pada masyarakat.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa Inggris dikenal Classroom Action Research (CAR). Di Indonesia disebut Penelitian tindakan kelas, dari namanya
sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Selain memecahkan masalah, PTK juga bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoaalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. Dengan PTK, guru dapat melihat, merasakan dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan memiliki efektivitas yang tinggi. Dengan penghayatan ini, guru diharapkan menyadari bahwa beberapa praktik pembelajaran tertentu seperti pemilihan bahan bacaan, media pembelajaran yang kurang merangsang minat siswa, pemilihan pendekatan dan metode kurang tepat dan cara guru bertanya kepada siswa tidak dapat merangsang siswa untuk berpikir, berdasarkan hal diatas maka diperlukan tindakan untuk memperbaiki keadaan tersebut melalui PTK.
Menurut Asrori (2007:6) mendefinisikan PTK adalah
Sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar lebih baik.
Kemmis dari buku Wiriaatmadja (2012:12) menjelaskan bahwa:
20
kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan prektek ini.
Menurut Wiriaatmadja (2012:13) bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu”.
Menurut Wardhani dan Wihardir (2008:1.4) bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.
Manfaat penelitian tindakan kelas menurut Arikunto,suhardjonodan Supardi (2007:107) dalam buku yang ditulis oleh Taniredja.et.al. menyebutkan bahwa “manfaat PTK antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan/atau pembelajaran dikelas, antara lain mencakup: (1) inovasi pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum ditingkat regional/ nasional; dan (3) peningkatan profesionalisme pendidikan”.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model kolaborasi yang mengutamakan kerjasama antara kepala sekolah, guru dan peneliti. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini merupakan upaya untuk mengkaji apa yang terjadi dan telah dilaksanakan atau belum tuntas pada langkah upaya sebelumnya.
21
Rancangan (desain) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Kemmis dan Taggart.
Gambar I
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)
Model Kemmis dan Taggart ini merupakan suatu rangkaian lengkap (a spiralof steps) yang terdiri dari 4 komponen, yaitu:
1. Perencanaan (planning) yaitu merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi harus mengarah pada tindakan, yaitu bahwa rencana itu harus memandang ke depan. Beberapa hal yang dirancanakan sebagai berikut: a. Membuat skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah kegiatan
dalam pembelajaran di samping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan.
b. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan.
PLAN
REVISED PLAN
RE
F
L
E
C
T
A
C
T
A
C
T
RE
F
L
E
C
T
22
c. Mempersiapkan instrumen penelitian.
2. Tindakan (acting) yaitu pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana serta mengandung pembaharuaan.
3. Pengamatan (observing) berfungsi untuk mendokumensikan pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya dan berorientasi kemasa yang akan datang untuk refleksi selanjtnya.
4. Refleksi (reflecting) adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan yang telah dicatat dalam observasi, berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategi melalui diskusi antara peneliti, observer dan pembimbing skripsi.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian Tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII di SLB N Tamansari Kota Tasikmalaya.
2. Waktu Penelitian Tidakan kelas
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Mei 2013.
3. Subjek Penilitian
23
C. Siklus Tindakan
Prosedur PTK ini direncanakan untuk 2 (dua) siklus, dimana tiap-tiap siklus dilaksanakan 1 (satu) kali tatap muka. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam PTK ini dibagi 4 (empat) kegiatan yaitu: (1) Perencanaan, (2) Implementasi Tindakan, (3) Observasi dan Evaluasi, dan (4) Analisis dan Refleksi.
Berdasarkan analisis data yang telah didapat pada saat pembelajaran, maka rencana tindakan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan untuk merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatan proses pembelajaran.
a. Pra tindakan
1) Mendiskusikan dengan teman sejawat tentang rencana penelitian 2) Peneliti bersama dengan teman sejawat mendiskusikan dasar dasar
teori pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle serta penerapannya dalam pembelajaran.
3) Merancang pembelajaran Pendidikan Agam Islam dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle. Sebelum tindakan pembelajaran dilakukan, rancangan
persiapan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan alat-alat untuk percobaan atau media pembelajaran Pendidikan Agama Islam dikonsultasikan terlebih dahulu dengan teman sejawat.
4) Rencana pelaksanaan yang akan dilakukan untuk siklus 1 dengan tiga pokok bahasan yaitu:
a) Menjelaskan hukum bacaan nun mati/tanwin b) Menjelaskan hukum bacaan mim mati
c) Membedakan hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati Untuk siklus II dilaksanakan apabila pada siklus I belum mencapai target yang diinginkan, begitu pula untuk siklus berikutnya.
24
b. Persiapan tindakan
1) Penentuan pelaku observasi 2) Penentuan fokus observasi 3) Penetapan waktu pengumpul data
4) Penetapan waktu dan cara pelaksanaan refleksi 2. Tindakan
Tindakan adalah kegiatan melakukan tindakan berdasarkan rencana yang sudah dirumuskan sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang diinginkan. Untuk mempermudah melakukan tindakan dan tidak keluar jalur maka perlu dibuat skenario pembelajaran yaitu:
a. Memeriksa kelengkapan peralatan yang dipakai b. Mengatur tempat duduk siswa
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan d. Memastikan siswa dalam keadaan konsentrasi
e. Menyampaikan materi hukum nun mati/tanwin dan mim mati f. Meraba potongan karutu yang berisi tentang materi yang diajarkan g. Membentuk satu kesatuan konsep materi
h. Menyimpulkan pembelajaran i. Melaksanakan pos test 3. Observasi / Pengamatan
Pengamatan adalah kegiatan mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang diberikan pada siswa. Observasi terhadap tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas VII SLB Negeri Tamansari Kota Tasikamalaya dengan menggunakan alat bantu lembar observasi. 4. Refleksi
25
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini berjudul ”Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan Cara Broken Triangle Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati Pada Anak Tunanetra Kelas VII di
SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya”.
Pada judul tersebut memiliki dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah berupa tindakan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, dalam hal ini sebagai variabel bebasnya yaitu penerapan pembelajaran konteskstual dengan cara broken triangle sedangkan variabel terikat adalah dapat berupa kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuannya, hasil belajar siswa dan sebagainya yang dilakukan melalui tindakan perbaikan, dalam penelitian ini sebagai variabel terikatnya yaitu pemahaman konsep hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati.
E. Instrumen Pengumpul Data
Instrumen penelitian yang digunakan dalam PTK ini antara lain, adalah: 1. Lembar Observasi
a. Lembar Observasi aktivitas guru
Lembar observasi digunakan untuk mengamati kesesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan proses pembelajaran. Adapun kegiatan guru yang diamati dalam lembar observasi ini yaitu: pertama, membuka pelajaran; kedua, mengeksplorasi konsepsi siswa; ketiga, membimbing dalam pembelajaran; keempat, mengarahkan untuk menyimpulkan materi; kelima, menutup pelajaran. Data ini menjadi pertimbangan untuk melakukan refleksi pada siklus berikutnya.
b. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.
2. Tes
26
diberikan adalah uraian singkat. Untuk mengetahui penguasaan konsep siswa digunakan kriteria penskoran tes sebagai berikut:
Tabel 3.1
KRITERIA UMUM PERSEKORAN
SKOR JAWABAN SISWA
5 Sangat baik : memperlihatkan kelengkapan pemahaman dan alasan yang benar
4 Baik : memperlihatkan beberapa pemahaman dan beberapa alasan
3 Cukup : memperlihatkan beberapa pemahaman dan beberapa alasan
2 Kurang : memeperlihatkan beberapa pengetahuan tetapi sedikit pemahaman
1 Sangat Kurang : memperlihatkan tak ada pemahaman serta alasan salah
3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpul data bagi peneliti untuk melakukan studi pendahuluan yaitu menemukan permasalahan yang harus diteliti, mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
27
F. Teknik Pengolahan Data
1. Pengumpulan data
a. Tes penguasaan konsep siswa
b. Keterampilan dan aktifitas guru dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle.
c. Keterampilan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle.
TABEL 3.2
DATA DAN ALAT PENGOLAH DATA
NO DATA ALAT PENGUMPUL
DATA
KETERANGAN
1 Penguasaan konsep siswa
Tes hasil belajar Dilakukan akhir pembelajaran
2 Keterampilan dan aktivitas guru dalam pembelajaran
Pedoman observasi Dilakukan pada saat pembelajaran
3 Keterampilan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
Pedoman observasi Dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung
2. Pengolahan data
28
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi, catatan lapangan, hasil evaluasi individual (post tes). Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan proses interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang sudah terkumpul dianalisis dan diolah dengan membuat persentase, selanjutnya disusun laporan dalam bentuk deskripsi. Data observasi aktivitas guru dan siswa selanjutnya diklasifikasikan dengan kriteria sebagai berikut:
TABEL 3.3
KLASIFIKASI AKTIVITAS GURU DAN SIWA
Persentasi Kategori
81 % atau 100% Sangat baik
61 % - 80 % Baik
41 % - 60 % Cukup
21 % - 40 % Kurang
0 % - 20 % Sangat kurang
Adapun data kuantatif diperoleh dari hasil tes (sebelum perbaikan dan post tes) penguasaan konsep siswa pada setiap siklusnya. Analisis data kuantitatif digunakan sebagai sebagai penunjang untuk melihat ada tidaknya peningkatan penguasaan konsep siswa.
Data tersebut ditulis dalam bentuk tabel supaya memudahkan dalam penyusunan dan pengelohan data, dengan melihat rata-rata perolehan penguasaan konsep siswa pada setiap siklusnya digunakan rumus:
x = �
�
Dengan: x = rata-rata hitung, x = Skor, dan N = Banyaknya data.
29
perbaikan dan post tes setiap siklusnya. Adapun rumus untuk mencari gain adalah sebagai berikut:
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Pada umumnya peserta didik tunanetra kelas VII SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya memiliki keterbatasan atau ketidak mampuan dalam menerima informasi dari luar dirinya. Sehingga peserta didik tunanetra sulit memahami dalam pembelajaran yang sarat dengan konsep abstrak, peserta didik tunanetra nilai keberhasilan dalam pembelajaran topik hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati hanya mencapai angka 55 sampai 65 belum tercapainnya nilai KKM.
2. Setelah menerapkan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle pemahaman siswa kelas VII di SLB Negeri Tamansari Kota
59
3. Peningkatan pemahaman konsep hukum bacaan nun mati/tanwi dan mim mati dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dengan cara broken triangle pada peserta didik tunanetra adalah sebelum menggunakan pembelajaran kontektual dengan cara broken triangle para peserta didik belum mencapai nilai KKM yaitu 70,73% dalam dan setelah menggunakan pembelajaran kontekstual maka para siswa tunanetra dapat mencapai nilainnya di atas nilai KKM.
B.Saran
Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran agama islam dan tercapainya keberhasilan dalam pelajaran pendidikan agama islam di SMP Umumnya dan di SLB pada umumnya, hendaknya:
1. Guru berupaya untuk menciptakan dan mengembangkan proses pembelajaran pendidikan agama yang dapat menyenangkan siswa dalam belajar pendidikan agama sehingga mereka mempunyai sikap positif terhadap pendidikan agama islam. Salah satunya dengan penerapan pembelajaran kontektual dengan cara broken triangle. 2. Soal-soal yang disusun oleh guru seharusnya yang berkaitan dengan
kehidupan yang nyata, sehingga para siswa mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Adanya tindak lanjut pada penelitian tindakan kelas ini aga siswa mampu memehami dan menerapkan pendekatan kontekstual dengan cara broken triangle ini, khusunya dalam peningkatan pemahaman dalam konsep hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati.
60
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharjono,dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Assrori, M. (2007).Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima
Komalasari, K. (2012). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Mendikdasmen, D. (2006). Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar SMPLB A: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.
Muslich,M.(2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.Jakarta: Bumi Aksara
Raharja,D. (2006). Pendidikan Luar Biasa (Introduction to special Education). Jepang: Criced University of Tsukuba.
Rais,I. (2011). Meningkatkan pemahaman siswa kelas VII SMPN Satu atap 1
Gunung Tanjung.[Online]. Tersedia:
http://jurnal.upi.edu/md/edition/128/vol.-ii-no.2-oktober-2011.html.
Sjafi’i, M. (1967). Pelajaran Tajwid. Semarang: MG
Somantri,S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Rafika Aditama
Suhanah,E. (2011). Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dalam materi hukum bacaan nun mati atau tanwin dan mim mati di kelas VII H SMP Negeri 1 Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Tahun pelajaran 2011-2012.[Online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/saung-guru/author/elang-suhanah-/guru-smpn-i-pagerageung-kab.-tasikmalaya.html
Taniredja, T, et.al. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta
Timur,K. (2012). Peningkatan Pemahaman Konsep Hukum Bacaan Nun Mati dan Tanwin serta Mim Mati melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual Siswa Kelas 1 pada Siswa SMP Negeri 1 Kali kab.Malang.[Online].Tersedia:http://klastertimur.blogspot.com/2012/ 08/bab-i-pendahuluan-a.html
61
Bandung: Kencana
Wardhani, I dan Wihardi, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Widjaya, A. (2012). Seluk-Beluk Tunanetra & Strategi Pembelajarannya. Jogjakarta: Javalitera
Wiriaatmaja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rodsa