• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIABEL – VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA TOBY’S FRIED CHICKEN JALAN KETINTANG SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "VARIABEL – VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA TOBY’S FRIED CHICKEN JALAN KETINTANG SURABAYA."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Ilmu

Administr asi Bisnis FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

O L E H :

CHORINNA SANTOSOWATI

0842010047

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PO LITIK

(2)

DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA TOBY’S FRIED

CHICKEN J ALAN KETINTANG SURABAYA

Disusun Oleh :

Chor inna Santosowati

0842010047

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

DOSEN PEMBIMBING

( Dr a. Ety Dwi Susanti, M.Si )

NIP. 196805011994032001

Mengetahui,

DEKAN

(3)

Oleh :

CHORINNA SANTOSOWATI

0842010047

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal Mei 2012

DOSEN PEMBIMBING TIM PENGUJI :

1. Ketua

( Dra. Ety Dwi Susanti, M.Si ) ( Dra. Ety Dwi Susanti, M.Si )

NIP.196805011994032001 NIP. 196805011994032001

2. Sekretaris

( Dr. Jojok DRT, S.Sos, M.Si ) NIP. 370119500421

3. Anggota

( Dra. Lia Nirawati, M.Si ) NIP. 19600924199303200

Mengetahui,

(4)

karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Variabel – Variabel

Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Pada Toby’s Fried

Chicken Jalan Ketintang Surabaya” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan

dan terwujud dengan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Dr a. Ety Dwi Susanti, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dorongan dan semangat yang tidak henti-hentinya sehingga

terselesaikannya skripsi ini Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Ibu Hj. Suparwati, Dra, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jatim.

2. Ibu Lia Nirawati, Dra, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Bisnis UPN “Veteran” Jatim.

3. Ibu Siti Ning Farida, Dra, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Bisnis UPN “Veteran” Jatim.

4. Bapak Ibu Dosen Ilmu Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis, sehingga proposal ini dapat tersusun dengan baik.

5. Bapak Alex Yulianto selaku owner Toby’s Fried Chicken and Resto, yang

telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan

(5)

Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran serta

masukan yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf apabila dalam penyusunan

skripsi ini terdapat kesalahan baik sengaja ataupun tidak sengaja.

Surabaya, Juni 2012

(6)

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAKSI ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pemasaran …...……….………...………..….... 10

2.1.1.1 Manajemen Pemasaran ………….……….……... 11

2.1.1.2 Konsep Pemasaran ………...………...… 11

2.1.1.3 Konsep Pemasaran Holistik ... 14

(7)

2.1.2 Restoran ...………...……...……. 17

2.1.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Melakukan Pembelian ... 19

2.1.3.1 Produk ... 19

2.1.3.1.1 Klasifikasi Produk ... 21

2.1.3.1.2 Konsep Produk ... 24

2.1.3.1.3 Kualitas Produk ... 24

2.1.3.1.4 Dimensi Kualitas Produk ... 25

2.1.3.1.5 Produk Berhubungan dengan Keputusan Konsumen ... 27

2.1.3.2 Harga ………...…………...….………… 27

2.1.3.2.1 Pengertian Harga ….….………….…… 27

2.1.3.2.2 Pentingnya Harga ...….…..……...…….. 28

2.1.3.2.3 Penetapan Harga ... 30

2.1.3.2.4 Tujuan Penetapan Harga …...….……… 32

2.1.3.2.5 Strategi Penetapan Harga ...……… 34

2.1.3.2.6 Harga Berhubungan Dengan Keputusan Konsumen ... 35

2.1.3.3 Distribusi dan Lokasi ………... 36

2.1.3.3.1 Fungsi Saluran Distribusi ... 37

(8)

2.1.3.3.5 Faktor-Faktor dalam Mengevaluasi Area

Perdagangan Ritel ... 45

2.1.3.3.6 Jenis Lokasi dan Pemilihan Letak Lokasi 47 2.1.3.4 Program Promosi ... 48

2.1.3.4.1 Pengertian Promosi ... 48

2.1.3.4.2 Tujuan Promosi ... 49

2.1.3.4.3 Metode Promosi ... 51

2.1.3.4.4 Promosi Berhubungan dengan Keputusan Konsumen ... 52

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakter Pembeli ... 52

2.1.5 Proses Keputusan Membeli ... 56

2.1.6 Tipe-Tipe Perilaku Konsumen dalam Melakukan Pembelian 59 2.2 Kerangka Berpikir ... 60

2.3 Hipotesis ... 61

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 63

3.1.1 Definisi Operasional ... 63

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 66

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 66

(9)

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 69

3.3.1 Jenis Data ……….….. 69

3.3.2 Sumber Data ……….. 69

3.3.3 Metode Pengumpulan Data ………... 70

3.4 Teknik Analisis Data ……….…….. 71

3.4.1 Uji Validitas ……….…….. 71

3.4.2 Uji Reliabilitas...……….... 72

3.4.3 Asumsi Klasik ... 73

3.4.4 Analisis Deskriptif ... 76

3.4.5 Teknik Analisis Regeresi Linier Berganda ... 76

3.4.6 Uji Hipotesis ... 77

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 81

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 81

4.1.1.1 Visi dan Misi ... 81

4.1.1.2 Produk – Produk Toby’s Fried Chicken ... 82

4.1.1.2 Produk – Produk Toby’s Fried Chicken ... 83

4.1.1.4 Jaminan Halal untuk Produk Toby’s Fried Chicken 86 4.1.2 Penyajian Data ... 87

4.1.2.1 Penyajian Data Karakteristik Responden ... 87

(10)

B. Analisis Deskriptif Terhadap Variabel Harga (X2) ... 92

C. Analisis Deskriptif Terhadap Variabel Lokasi (X3) ... 94

D. Analisis Deskriptif Terhadap Variabel Promosi (X4) ... 96

E.Analisis Deskriptif Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 98

4.2.2 Uji Kualitas Data ... 100

4.2.2.1 Uji Validitas ... 100

4.2.2.2 Uji Reliabilitas ... 102

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 103

4.2.3.1 Uji Multikolonieritas ... 103

4.2.3.2 Uji Autokorelasi ... 104

4.2.3.3 Uji Heteroskedastistitas ... 105

4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 106

4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 108

4.2.5.1 Uji F (Uji Simultan) ... 108

4.2.5.2 Uji t (Uji Parsial) ... 110

4.2.5.3 Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi ... 117

4.2.6 Pembahasan Pengujian Hipotesis ... 117

4.2.6.1 Pembahasan Uji F (Uji Simultan) ... 117

4.2.6.2 Pembahasan Uji t (Uji Parsial) ... 118

(11)

5.2 Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA

(12)

Tabel 1.1 Perkembangan Waralaba di Indonesia ...………... 1

Tabel 1.2 Top of Mind Brand Awareness Restorant/ Fast Food ... 4

Tabel 1.3 Lokasi Store Toby’s Fried Chicken di Jawa Timur………….…....…... 6

Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Sistem Waralaba ... 41

Tabel 3.1 Jumlah Konsumen Toby’s Fried Chicken Ketintang, Surabaya pada Bulan Agustus - November 2011 ………..……. 67

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 88

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 89

Tabel 4.4 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Produk ... 90

Tabel 4.5 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Harga ... 92

Tabel 4.6 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lokasi ... 94

Tabel 4.7 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Program Promosi ... 96

Tabel 4.8 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 98

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Indikator-Indikator Variabel ... 101

Tabel 4.10 Koefisien Alpha Cronbach ... 102

Tabel 4.11 Nilai Statistik Kolinieritas ... 103

Tabel 4.12 Nilai Kritis Durbin Watson ... 104

Tabel 4.13 Batas – Batas Daerah Uji Durbin Watson ... 105

(13)

Tabel 4.17 Uji t (Uji Parsial) ... 111

(14)

Gambar 2.1 : Model Perilaku Pembeli ... 55

Gambar 2.2 :Tahap -Tahap Pengambilan Keputusan Membeli ... 58

Gambar 2.3 : Kerangka Berpikir ...…... 61

Gambar 4.1 : Bagan Struktur Oragnisasi Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang,

Surabaya ... 84

Gambar 4.2 Gambar Persebaran Pola Residual ... 106

Gambar 4.3 Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji F ... 110

Gambar 4.4 Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji

t

X1 dengan Y ..112

Gambar 4.5 Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji

t

X2 dengan Y ..113

Gambar 4.6 Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji

t

X3 dengan Y ..115
(15)

Oleh :

CHORINNA SANTOSOWATI

0842010047

ABSTRAKSI

Bisnis waralaba (franchise) kini semakin berkembang di Indonesia. Hal ini

dikarenakan Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa, yang merupakan peluang pasar bagi pebisnis waralaba. Salah satu jenis waralaba yang berkembang pesat saat ini adalah restoran cepat saji. Salah satu contoh restoran

cepat saji lokal yang mulai berkembang di Indonesia adalahToby’s Fried Chicken

di jalan Ketintang Madya No. 18, Gayungan, Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian pada Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang Surabaya. Adapun variabel terikat (Y) adalah keputusan pembelian dan variabel bebas (X) terdiri dari produk, harga, lokasi dan program promosi.

Pada penelitian ini populasi yang diambil sebesar 13.234 konsumen Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang Surabaya. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 388 responden dengan teknik penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, dengan menggunkan uji simultan (uji F), uji parsial (uji t) dan analisis determinan.

Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa secara simultan variable produk, harga, lokasi dan program promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang Surabaya. Sedangkan secara parsial, variable produk, lokasi dan program promosi berpengaruh, tetapi harga tidak berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang Surabaya. Variabel lokasi merupakan variabel bebas yang mempunayai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian pada Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang Surabaya.

(16)

1.1Latar Belakang

Bisnis waralaba (franchise) kini semakin berkembang di Indonesia. Hal ini

dikarenakan Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa, yang

merupakan peluang pasar bagi pebisnis waralaba. Selain itu, sebagian pengusaha

berpendapat, mengembangkan bisnis waralaba relatif lebih mudah dibandingkan

dengan memulai bisnis dari nol. Menurut Ketua Asosiasi Franchise Indonesia

(AFI), Anang Sukandar, usaha waralaba di Indonesia memiliki tingkat

keberhasilan yang cukup tinggi. Sekitar 65 % pembeli lisensi waralaba berhasil

mengembangkan usahanya dan tak sekedar balik modal. Hal ini menyebabkan

perkembangan waralaba di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,

yang dapat di lihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Per k embangan War alaba di Indonesia

TAHUN

J UMLAH WARALABA

ASING

J UMLAH WARALABA

LOKAL J UMLAH

1996 210 20 230

1997 235 30 265

2000 240 30 270

2001 256 31 287

2004 331 35 366

Sumber : www.franchise-indonesia.com, diakses 14 Oktober 2011 ( data diolah

(17)

Dapat dilihat pada table 1.1 bahwa perkembangan waralaba asing di tahun

1996 seberar 91% dari total waralaba, sedangkan waralaba lokal sebesar 9%.

Tetapi pada tahun 1997, usaha waralaba asing mengalami penurunan sebesar

89%. Hal ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia,

sehingga banyak waralaba asing menutup usahanya. Demikian juga pada tahun

2000, usaha waralaba asing masih tetap sebesar 89%, sedangkan waralabab lokal

meningkat sebesar 11%. Tetapi di tahun 2001, usaha waralaba asing meningkat

menjadi 89,5%, sedangkan waralaba lokal sebesar 10,5%. Di tahun 2004, usaha

waralaba asing terus mengalami peningkatan sebesar 90% sedangkan waralaba

lokal sebesar 10%. Menurut Anang Sukandar, Ketua Umum (AFI), pertumbuhan

usaha waralaba asing mencapai 10-1 5%, sedangkan usaha waralaba lokal hanya

mencatat pertumbuhan kurang dari setengahnya atau sekitar 7%

(www.franchise-indonesia.com).

Jenis waralaba yang ada dimulai dari toko eceran, dry cleaning, restoran

depat saji sampai restoran terpadu dengan hiburan, contohnya Planet Holywood

dan Hardrock Cafe. Salah satu jenis waralaba yang berkembang pesat saat ini

adalah restoran cepat saji. Restorant cepat saji merupakan trend yang disambaut

oleh semua kalangan, karena restoran cepat saji menjanjikan kepraktisan,

predictable, dan yang pasti cepat saji. Cepat saji telah menjadi gaya hidup dan ciri

masyarakat.

Saat ini banyak dijumpai restoran cepat saji baik dari restoran lokal

maupaun asing. Salah satu contoh restoran cepat saji lokal yang mulai

(18)

No. 18, Gayungan Surabaya. Walaupun Toby’s Fried Chicken bukan merupakan

pemimpin global bisnis dalam kategori makanan cepat saji dengan menggunakan

menu andalan daging ayam goreng namun waralaba ini memungkinkan untuk

mampu bersaing dengan waralaba asing sejenis yang ada di Indonesia, seperti

Kentucky Fried Chicken (KFC). Selain menawarkan produk ayam goreng, Toby’s

Fried Chicken juga memenuhi selera konsumen dengan menu pilihan lain seperti

Chicken Burger, Chicken Steak, Chicken Teriyaki, kentang goreng, spaghetti,

chicken soup dan dessert (pencuci mulut) seperti Sundae ice cream, ice cream

cone dan berbagai minuman lainnya.

Selain Toby’s Fried Chicken sebagai restoran cepat saji, terdapat juga

pesaing sejenis yaitu Mc Donald’s, Texas Chicken, CFC, A&W, dan yang lainnya.

Pesaing sejanis tersebut merupakan pesaing terdekat dari Toby’s Fried Chicken

yang menawarkan produk unggulan yang sama yaitu ayam goreng dan perusahaan

pesaing tersebut juga sudah dikenal oleh masyarakat luas.

Selama ini Toby’s Fried Chicken memang belum dikenal dibenak

konsumen secara luas jika dibandingkan dengan KFC yang memangsebagai suatu

restoran cepat saji secara konsisten berada pada posisi tertinggi dan paling

menonjol dalam benak konsumen untuk Top of Mind Awareness dibandingkan

dengan merek utama lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2 yang

(19)

Tabel 1.2

Top of Mind Awar eness Restor an/Fast Food

No. Nama Restor an/ Fast Food %

1. KFC 38,70 %

2. A&W 15,70 %

3. Mc Donald’s 14,00 %

4. Hoka Hoka Bento 6,70 %

5. CFC 5,70 %

6. Pizza Hut 4,30 %

7. Texas Fried Chicken 4,00 %

8. Kebab Turki 3,80 %

9. Rice Bowl 2,50 %

10. Lainya 4,60%

Sumber : www.surveyone.co.id, diakses 01 November 2011 (Data diolah penulis)

Dari table 1.2 dapat dilihat, KFC berada di peringkat teratas dengan Top of

Mind (TOM) Brand Awareness mencapai 38,70%. Sementara A&W dan Mc

Donald’s berada diurutan kedua dan ketiga. Dua waralaba ini masing-masing

tercatat oleh TOM sebesar 15,70% dan 14,00%. Selanjutnya Hoka Hoka Bento

mencapai 6,70%, CFC menncapai 5,70%, Pizza Hut mencapai4,3%, Texaz Fried

Chicken mencapai 4,0%, Kebab Turki mencapai 3,20%, Rice Bowl mencapai

3,10% dan Fast Food lainya (Popeyes, Wendy’s, dan lainnya) sebesar 4,60%.

KFC berada di peringkat pertama dibandingkan dengan restoran/ fast food

lainnya. Hal ini dikarenakan sajian utama ayam goreng dengan cita rasa yang khas

ini sudah dikenal baik oleh konsumen terlebih dahulu. Tetapi Toby’s Fried

Chicken terus berusaha memberikan kepuasan kepada konsumen dan bersaing

(20)

bisa diperhitungkan dan harga yang terjangkau di setiap paketnya bukan per item

menu.

Agar Toby’s Fried Chicken dapat mempertahankan pangsa pasarnya untuk

itu Toby’s Fried Chicken and Resto harus mengetahui kebutuhan dan keinginan

para konsumennya, dan mengembangkan suatu pemahaman mengenai bagaimana

sebenarnya para konsumen membuat keputusan pembelian mereka. Menurut

Setiadi (2003 : 415) pengambilan keputusan konsumen (consumer decision

making) adalah proses penginteraksian yang mengkombinasi pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih satu diantaranya.

Hasil proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan

secara kognitif sebagai keinginan berperilaku.

Pengambilan suatu keputusan pembelian, konsumen diperhadapkan

kepada berbagai alternatif pilihan produk, harga, lokasi (distribusi), dan program

promosi.

Produk menurut Kotler dan Amstrong (1996 : 274) adalah : “A product as

anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or

consumption and that might satisfy a want or need”. Artinya produk adalah segala

sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,

dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen

Harga merupakan salah satu factor yang harus dikendalikan secara serasi,

selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh Toby’s Fried Chicken. Harga adalah

(21)

karena menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler, 2001 : 439). Berdasarkan

pra-survei, Toby’s Fried Chicken menawarkan harga paket yang beragam, yaitu :

a. Paket Mujur 1 (Dada/ paha atas+ Nasi putih + Es Teh Manis) Rp 9.000.

b. Paket Mujur 2 (Sayap + Nasi putih + Es Teh Manis) Rp 7.000.

c. Paket Mujur 3 (Paha bawah + Nasi putih + Es Teh Manis) Rp 8.000.

Harga yang beragam tersebut akan sangat memberikan pengaruh terhadap

keputusan pembelian konsumen.

Lokasi merupakan tempat dimana biasanya konsumen membeli suatu

produk ( Ma’ruf, 2005 : 113). Pemilihan lokasi suatu bisnis adalah suatu

keputusan yang sangat penting, karena pemilihan lokasi yang tepat bagi suatu

bisnis dapat mendatangkan keuntungan yang optimal bagi bisnis tersebut untuk

terus bertahan dan berkembang. Toby’s Fried Chicken sebgai suatu restoran cepat

saji memiliki 6 outlet lokasi di jawa timur, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3 :

Tabel 1.3

Lokasi Stor e Toby’s Fr ied Chicken di J awa Timur

No. Tempat Alamat

1. Toby’s Fried Chicken Ngagel,

Surabaya

Jalan Ngagel Rejo Kidul 98, Surabaya

2. Toby’s Fried Chicken

Ketintang, Surabaya

Jalan Ketintang Madya No.18, Gayungan

Surabaya

3. Toby’s Fried Chicken Gading

Fajar , Sidoarjo

Jalan Gading Fajar, Sidoarjo

4. Toby’s Fried Chicken Jalan

Pahlawan, Sidoarjo

(22)

5. Toby’s Fried Chicken

Manukan, Madura

Manukan, Madura

6. Toby’s Fried Chicken

Sumenep, Madura

Sumenep, Madura

Sumber : Restoran Toby’s Fried Chicken Ketintang Surabaya, 10 Januari 2012

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian pada salah satu perusahaan

restoran Toby’s Fried Chicken di Surabaya yaitu di Jalan Ketintang Madya No.

18, Gayungan-Surabaya. Lokasi ini juga merupakan tempat yang strategis karena

letaknya dekat dengan universitas negeri yaitu Universitas Negeri Surabaya

(UNESA), daerah perkantoran, sekolah, mall Royal Plaza, ruko, pabrik dan

terletak di tepi jalan yang ramai dengan lalu lintas kendaraan sehingga banyak

masyarakat luas yang tertarik berkunjung di restoran baru ini.

Selain faktor pilihan produk, harga, dan lokasi, perusahaan juga perlu

mengkomunikasikan produk dan perusahaannya kepada konsumen melalui

program promosi. Promosi adalah segala bentuk komunikasi yang digunakan

untuk menginformasikan (to inform), membujuk (to persuade) atau mengingatkan

orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi, individu, ataupun rumah

tangga (Simamora, 2001: 285). Bentuk program promosi yang dilakukan Toby’s

Fried Chicken and Resto adalah menyediakan paket diskon atau potongan harga

pada momen-momen tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan lainnya.

Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Variabel – Variabel Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam

(23)

1.2Per umusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah

yang akan dikaji adalah :

1. Apakah variabel produk, harga, lokasi dan program promosi secara

simultan mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian pada

Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang Surabaya?

2. Apakah variabel produk, harga, lokasi dan program promosi secara parsial

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian pada Toby’s Fried

Chicken Jalan Ketintang Surabaya?

3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen pada Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang

Surabaya?

1.3Tujan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan pada subbab

sebelumnya, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel produk, harga,

lokasi dan program promosi secara siimultan mempengaruhi konsumen

dalam melakukan pembelian pada Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang

Surabaya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel produk, harga,

(24)

dalam melakukan pembelian pada Toby’s Fried Chicken Jalan Ketintang

Surabaya.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis variabel yang paling dominan

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian pada Toby’s Fried

Chicken Jalan Ketintang Surabaya.

1.4Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya suatu kontribusi sebgai

berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian yang

mendalam bagi peneliti berikutnya di masa yang akan datang dalam

bidang pemasaran khususnya mengenai keputusan pembelian konsumen.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi pihak yang berkepentingan dalam menetapkan strategi pemasaran

(25)

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Pemasar an

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan

kelompok mendapatkan kebutuhan dna keinginan dengan menciptakan,

menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain (Kotler, 2002 : 7).

Menurut American Marketing Association, pemasaran adalah proses perencanaan

dan pelaksanaan dan perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari

barang-barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok

sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi.

Kedua definisi tersebut terlihat bahwa proses pemasaran bertujuan untuk

memuaskan pelanggannya. Dalam hal ini, menunjuk pada kegiatan yang

dilakukan perusahaan secara menyeluruh yaitu dimaksudkan dalam proses

memproduksi sampai pada penetapan harga dan pertukaran barang sebagai proses

sosial. Definisi tersebut tidak dikatakan bagaimana cara - cara memenuhi

keinginan dan memuaskan konsumen namun tujuan dari kegiatan tersebut melalui

proses sosial yang saling menerima manfaat bagi perusahaan dan konsumen atau

pelanggan.

Kunci utama untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan mengenali

(26)

kepuasan kepada pelanggan dengan cara yang lebih efektif dan efisien

dibandingkan dengan yang dilakukan pesaing.

2.1.1.1 Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran terjadi apabila sekurang-kurangnya suatu pihak

dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari

pihak lain sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Kotler dan Amstrong (2001 :

18) manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan

pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan,

membangun dan memelihara, pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli

sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangakan menurut Kotler (1997 :

13) manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran,

penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan barang dan jasa untuk

menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

Dari kedua definisi tersebut mengandung arti bahasa manajemen

pemasaran sebagai suatu proses yang meliputi analisis, perencanaan,

implementasi, dan pengendalian yang mencakup barang dan jasa yang dilandasi

oleh gagasan pertukaran, bertujuan untuk menghasilkan kepuasan bagi

pihak-pihak yang terlibat yaitu keuntungan dipihak-pihak perusahaan dan keuntungan dari

manfaat produk atau jasa yang dibeli konsumen tersebut.

2.1.1.2 Konsep Pemasar an

(27)

penting untuk mencapi sukses bagi perusahaannya akan mengetahui akan adanya

cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya cara dan falsafah baru itu disebut

konsep pemasaran.

Menurut Kotler dan Kevin Lane (2009 : 20) konsep pemasaran

menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih

efektif daripada pesaing dalam menciptakan, menghantarkan, dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan yang lebih baik kepada pasar sasaran yang

dipilih..

Konsep pemasaran menurut Swastha (2000 : 17 ) konsep pemasaran

adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen

merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Dari definisi tersebut mempunyai konsekuensi bahwa semua kegiatan

perusahaan termasuk produksi, teknik keuangan dan pemasaran harus diarahkan

pada usaha mengetahui kebutuhan pembeli, kemudian memuaskan kebutuhan

tersebut dengan mendapatkan laba yang layak dalam jangka panjang.

Dalam pemasaran, semua kegiatan perusahaan untuk menghasilkandan

menjual barang didasarkan pada masalah pemasaran. Jadi pemasaran menjadi

dasar motivasi perusahaan dan akar, mempengaruhi politik perusahaan baik

jangka panjang maupun jangka pendek.

Menurut Swastha (2001 : 18) ada tiga faktor penting yang dipakai sebagai

dasar konsep pemasaran yaitu :

1. Orientasi pada konsumen

(28)

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani

b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya

d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan

menafsirkan keinginan, sikap serta perilaku konsumen.’

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apabila menitik

beratkan pada mutu yang tinggi, harga murah atau model yang menarik.

2. Koordinasi dan Integrasi dalam Perusahaan

Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua

elemen-elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasikan dan diintegrasikan.

Disamping itu, harus dihindari adannya pertentangan di dalam perusahaan

maupun antara perusahaan dengan pasarnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa setiap orang dan stiap bagian dalam

perusahaan turut berkecimpung dalam satu usaha terkoordinir untuk

memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.

3. Mendapatkan Laba melalui Pemuasan Konsumen

Tujuan menggunakan konsep pemasaran ini adalah untuk memperbaiki

hubungan karena hubungan yang lebih baik sangat menguntungkan bagi

perusahaan dan dapat meningkatkan laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat

tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar,

dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen.

Laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan

(29)

kepuasan tersebut, perusahaan dapat menyediakan/ menjual barang dan jasa

yang paling baik dengan harga yang layak.

Sedangkan menurut Kotler ( 1997 : 18 ), konsep pemasaran bersandar

pada empat pilar yaitu : pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran

terpadu, dan profitabilitas. Dari keempat hal tersebut, dapat terlihat adanya

konsep pemasaran dan orientasi penjualan.

Konsep menjual menganut pandangan dari dalam ke luar. Konsep mulai

dari pabrik, memusatkan perhatian pada produk perusahaan perusahaan yang

ada, dan menuntut penjualan dan promosi yang gencar untuk menghasilkan

penjualan yang mendatangkan laba. Sedangkan, konsep pemasaran menganut

pandangan dari luar ke dalam. Dimulai dengan pasar yang diidentifikasikan

dengan baik, memusatkan perhatian pada kebutuhan pelanggan, memadukan

semua kegiatan yang akan mempengaruhi pelanggan, dan menghasilkan laba

melalui pemuasan pelanggan.

2.1.1.3 Konsep Pemasar an Holistik

Para pemasar terbaik masa kini memahami kebutuhan untuk memiliki

pendekatan yang lebih lengkap dan kohesif, yang melampaui penerapan

tradisional dari konsep pemasaran.

Untuk mengarahkan berbagai perubahan ini, pemasar yang baik

mempraktikan pemasaran holistik. Pemasaran holistik adalah pengembangan,

(30)

melihat keluasan dan saling ketergantungan lingkungan pemasaran saat ini. Empat

dimensi kunci pemasaran holistik adalah :

1. Pemasaran Internal

memastikan semua orang dalam organisasi menerapkan prinsip pemasaran

yang tepat, terutama manajemen senior.

2. Pemasaran Terintegrasi

memastikan bahwa berbagai sarana untuk menciptakan, menghantarkan,

dan mengkomunikasikan nilai diterapkan dan digabungkan dengan cara

terbaik.

3. Pemasaran Hubungan

mempunyai hubungan yang kaya dan komprehensif dengan pelanggan,

anggota saluran dan mitra pemasaran lainya.

4. Pemasaran Kinerja

memahami tingkat pengembalian bagi bisnis dari kegiatan dan program

pemasaran, dan juga mengatasi kekhawatiran yang lebih luas serta

pengaruh hukum, etika, sosial, dan lingkungandari bisnis tersebut.

2.1.1.4 Penger tian Bauran Pemasaran (Mar keting Mix)

Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk mencapai pasar yang dituju

serta memuaskan keinginan konsumen untuk dapat mencapai tujuan tersebut

perusahaan dapat menggunakan berbagai kombinasi kebijakan pemasaran dalam

merebut konsumen dari tnagan pesaing. Kombinasi kebijakan tersebut bisa lebih

(31)

kombinasi kebijakan pemasaran atau yang lebih dikenal dengan istilah markting mix.

Menurut Kotler (2001 : 41 ) bauran pemasaran adalah kombinasi dari

periklanan (advertising), penjualan perorang (personal selling/direct marketing),

promosi penjualan (sales promotion/sales gorce) dan hubungan masyarakat/

publisitas ( public relation) yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program

penjualan.

Menurut Stanton (1999 : 7) marketing mix adalah kombinasi dari empat

(4) variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan

yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi.

Maka itu dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur inti dari pemasaran yang

lebih dikenal sebagai 4P adalah sebagai berikut :

1. Produk (product) adalah segala sesuatu menyangkut barang yang dapat

ditawarkan pasar.

2. Harga (Price) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk

mendapatkan produk.

3. Promosi (promotion) adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menonjolkan keistimewaan. Keistimewaan produknya hingga sampai ke tangan

konsumen.

4. Distribusi (place) adalah menyangkut usaha produsen untuk menyalurkan

produknya hingga sampai ketangan konsumen.

Keempat variabel tersebut saling berkaitan. Maka apabila variabel tersebut

(32)

pemasaran dalam mencapai tingkat volumen penjualan yang diinginkan

perusahaan.

2.1.1.5 Keputusan - Keputusan dalam Mer encanakan Baur an Pemasar an

Menurut Kotler (1994 : 65) dapat dikelompokan menjadi dua bagian dari

keputusan dalam merancang serta memilih bauran pemasaran, yaitu :

1. Perusahaan harus memutuskan jumlah keseluruhan yang hendak

dikeluarkan untuk membiayai usaha pemasaran (keputusan pengeluaran

pemasaran).

2. Perusahaan harus mengalokasikan anggaran pemasaran total pada sarana

bauran pemasaran.

Keputusan ini (marketing mix) sangatlah dipengaruhi oleh keputusan

posisi pasar yang dilakukan perusahaan dalam arti bahwa keputusan

penentuan posisi pasar merupakan dasar untuk merancang suatu bauran

pemasaran yang terkoordinasi.

2.1.2 Restor an

Restoran melangkahi garis antara pendirian bisnis eceran dan jasa.

Restoran memang menjual produk-produk yang berwujud, makanan dan

minuman, tetapi ia juga menyediakan pelayanan yang bernilai untuk konsumen

dalam bentuk penyiapan dan penyajian makanan. Kebanyakan restoran bahkan

(33)

diri mereka pada penyajian menu dengan jenis masakan yang berbeda, contohnya

coffeehouse Starbucks, Fried Chicken, dan Pizza Hut.

Sebagai institusi eceran, restoran harus memperhatikan banyak hal yang

sama dengan pengecer tradisional, seperti personel, distribusi, manajemen

persediaan, promosi, penetapan harga, dan lokasi. Restoran dan pengecer

makanan ditampilkan dalam spektrum dari mereka yang menawarkan jasa yang

terbatas dan makanan yang tidak mahal, seperti rantai fast food atau bar snack

lokal ataupun coffee house yang trendy.

Saat ini makan di luar, merupakan suatu trend untuk sebagian masyarakat

Indonesia dan bahkan di Amerika trend ini berkembang semakin kuat. Trend

makan di luar ini telah dipicu sebagian besar oleh kenaikan jumlah ibu pekerja

dan keluarga yang berpenghasilan ganda ynag mempunyai lebih banyak uang

untuk makan diluar namun mempunyai waktu sedikit untuk menyiapkan

makanan di rumah. Meskipun konsumen lebih banyak makan di luar, perusahaan

penyedia makanan telah melakukan ekspansi yang berlebihan dari segi jumlah

lokasi eceran. Di segmen fast food, contohnya jumlah restoran meningkat dari 1

outlet per 1.672 orang di Amerika Serikat sampai 1 untuk 1.343 orang ( Lamb,dkk

2001 : 84 ).

Namun, industri restoran tetap saja merupakan salah satu bidang bisnis

yang paling berjiwa wirausaha, dan salah satu bidang bisnis yang paling bersaing.

Karena halangan-halangan untuk memasuki bisnis industri restoran rendah,

sementara peluangnya sangat menarik bagi bnyak orang. Bagaimanapun,

(34)

opeerasinya. Sebuah restoran menghadapi persaingan tidak saja dari restoran lain

tetapi juga dari konsumen yang memilih untuk memasak di rumah. Persaingan

mendorong inovasi dalam industri restoran. Mencari dan membidik celah

distribusi yang kurang dilayani merupakan cara lain restoran bersaing satu sama

lianya untuk mendapatkan konsumen. Pengelola fast food semakin gencar

mengambil kesempatan untuk menyediakan pelyanan di lokasi-lokasi publik

seperti rumah sakit, bandar udara, sekolah, dan tempat istirahat di pinggiran jalan

tol.

Sekarang semakin banyak restoran bersaing langsung dengan pasar

swalayan dengan menawarkan makanan dibawa pulang dan pengiriman dalam

upaya untuk menarik lebih besar lagi pasar tempat pengganti makan di rumah.

2.1.3 Faktor -Faktor yang Mempengar uhi Konsumen Melakukan Pembelian

Faktor-faktor pemasaran yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan

pembelian (Kotler, 1997 : 153), yaitu

2.1.3.1 Pr oduk

Menurut Kotler (2001 : 12) produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan

kepada pasar untuk diperhatikan, digunakan, dibeli atau dikonsumsi yang dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan. Ketika konsumen membeli sebuah produk

maka ia memiliki harapan bagaimana produk tersebut berfungsi (product

(35)

1. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan. Inilah disebut sebagai

diskonfirmasi positif (Positif Disconfimation). Jika ini terjadi maka konsumen akan merasa puas.

2. Produk berfungsi seperti apa yang diharapkan. Inilah yang disebut sebagai

konfirmasi sederhana (Simple confirmation). Jika hal ini terjadi maka

konsumen akan merasa puas dan produk tersebut tidak mengecewakan

konsumen dan konsumen akan memiliki perasaan netral.

3. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan. Inilah yang disebut

sebagai konfirmasi negatif (Negative disconfirmation). Produk yang

berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan

menyebabkan kekecewaan sehingga konsumen merasa tidak puas.

Menurut Prawiramidjaja ( 1990 : 80 ) menyatakan bahwa produk adalah

hasil daripada suatu aktivitas proses produksi.

Sedangkan menurut, Basu Swastha ( 1990 : 94 ) produk adalah suatu sifat

yang komplek baik dapat diraba maupun tidak termasuk bungkus, warna, harga,

prestise perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan

keinginan atau kebutuhanya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa produk adalah suatu proses

produksi yang berupa barang atau jasa yang dapat ditawarkan kepada pasar.

Menurut Kotler ( 1997 : 103 ) terdapat banyak hal yang harus diperhatikan

didalam memasarkan produk, antara lain sebagai berikut :

1. Kualitas Produk : Kualitas merupakan suatu pengertian gabungan dari daya

(36)

segala atribut lainya.

2. Bentuk Produk : bentuk produk yaitu daya tarik estetika yang dimiliki

berlainan antar produk satu dengan produk lainnya. Bentuk disini dapat berupa

barang atau jasa/ pelayanan.

3. Kemasan produk : segala sesuatu kegiatan merancang dan memproduksi wadah

atau bungkus suatu produk. Dengan wadah, produk diharapkan dapat terhindar

dari kotoran , penyusutan, kerusakan, penguapan, atau berbagai macam

penurunan mutu dan kualitas lain. Selain itu, kemasan juga dapat menyebabkan

perushaan lain sulit untuk meniru atau memalsu produk.

4. Keunggulan produk : daya tahan, keandalan, kecepatan, rasa, keamanan,

kenyamanan yang dihasilkan suatu produk.

2.1.3.1.1 Klasifikasi Pr oduk

Produk adalah segala sesuatu yang diharapkan dapat memnuhi kebutuhan

manusia ataupun organisasi. Produk digolongkan kedalam 2 golongan yaitu

produk berwujud yang disebut barang dan produk tidak berwujud yang disebut

jasa (pelayanan).

Produk yang dihasilkan perusahaan dapat digolongkan ke dalam dua

golongan besar yang ditinjau dari pemakiannya, menurut Swastha dan Irawan

(1990 : 166-170) adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan Daya Tahan Produk

a. Barang yang Terpakai Habis (nondurable goods)

(37)

dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.

b. Barang Tahan Lama (durable goods)

Barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan

dalam berulang kali. Contoh : lemari es, peralatan mesin, pakaian dan

lain-lain.

2. Berdasarkan Tujuan Pembelinya

a. Barang Konsumsi

Menurut Kotler (2002 : 451), barang konsumsi adalah barang yang

dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah

tangga), bukan untuk tujuan bisnis misalnya makanan, minuman, pakian,

perabot rumah tangga dan alat tulis. Pada umumnya barang konsumen

dibedakan menjadi empat jenis :

a) Convenience goods

Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian

tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya

memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan

pembeliannya. Contohnya antara lain produk tembakau, sabun, surat kabar,

dan sebagainya.

b)Shopping goods

Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya

dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia.

Contohnya alat-alat rumah tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dan

(38)

c) Specialty goods

Barang-barang yang memiliki karakteristik dan/atau identifikasi merek yang

unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus

untuk membelinya. Misalnya mobil Lamborghini, pakaian rancangan orang

terkenal, kamera Nikon dan sebagainya.

d)Unsought goods

Merupakan barang - barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun

sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk

membelinya. Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia, tanah kuburan dan

sebagainya.

b. Barang Industri, meliputi :

a) Bahan baku

Bahan baku merupakan kebutuhan pokok dari suatu industri yang akan

menghasilkan suatu produk baik barang atau jasa. Misalnya, pabrik kopi

membutuhkan bahan baku kopi.

b) Bahan pembantu

Bahan pembantu adalah sesuatu yang bukan menjadi unsur utama dari

barang jadi akan tetapi berupa bahan tambahan yang diperlukan dalam

proses produksi. Misalnya, usaha konveksi dalam memproduksi baju

membutuhkan bahan baku berupa kain, dan bahan pembantu berupa

benang.

c) Mesin dan Peralatan

(39)

guna mlaksanakan proses produksinya. Perlengkapan ada dua kelompok

yaitu yang berupa instalasi dan perlatan lengkap.

2.1.3.1.2 Konsep Pr oduk

Konsep Produk menurut Kotler dan Kevin Lane ( 2009 : 19 ) adalah

konsumen menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, atau fitur inovatif

terbaik. Manajer dari perusahaan yang memproduksi suatu produk akan fokus

membuat produk yang unggul dan senantiasa memukhtahirkannya. Namun, suatu

produk baru tidak akan sukses jika tidak didukung oleh harga, distribusi, iklan,

dan penjualan yang tepat.

2.1.3.1.3 Kualitas Pr oduk

Kualitas merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari

perusahaan/ produsen, mengingat kualitas dari suatu produk berkaitan erat dengan

masalah keputusan konsumen yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran

yang dilakukan perusahaan. Menurut Widodo (2007 : 422) kualitas adalah

kebaikan atau karakteristik terutama mutu suatu produk seperti antar lain

warnanya, ukuranya, kadar zat kimianya dan sebagainya. Setiap perusahaan harus

memiliki tingkat kualitas yang akan membantu tatau menunjang usaha untuk

meningakatkan atau mempertahankan posisi dari produk pasar sasaranya.

Kualitas merupakan satu dari beberapa alat untuk mencapai posisi produk.

Dalam proses pengembangan suatu produk, seorang pimpinan perusahaan harus

(40)

mempengaruhi penjualannya dipasar nanti. Kualitas merupakan suatu pengertian

gabungan dari daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan pemeliharaan dan

perbaikan serta segala atribut lainya. Kualitas menyatakan tingkat kemampuan

dari suatu merek atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsinya yang

diharapkan. Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan lamanya produk tersebut,

ketepatan produk (precision product).

Ada beberapa strategi tingkatan kualitas bila dikaitkan dengan harga

produk :

1. Kualitas rendah dengan harga sangat murah

2. Kualitas sedang dengan harga sedang

3. Kualitas baik dengan harga mahal

4. Kualitas sangat baik dengan harga sangat mahal

Dari segi pemasaran, kualitas harus diukur dari sudut pengelihatan dan

persepsi pembeli terhadap kualitas itu sendiri.

2.1.3.1.4 Dimensi Kua litas Pr oduk

Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005 : 422) apabila

perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar,

perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen

untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk

pesaing. Menurut Tjiptono (1997 : 25), dimensi kualitas produk meliputi :

1) Kinerja (performance)

(41)

misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat

diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.

2) Keistimewaan tambahan (features)

Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior

dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system,

power steering, dan sebagainya.

3) Keandalan (reliability)

Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai,

misalnya mobil tidak sering ngadat/ macet/ rewel/ rusak.

4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)

Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar

yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi

terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih besar

daripada mobil sedan.

5) Daya tahan (durability)

Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan

mobil.

6) Estetika (asthethic)

Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil

yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.

7) Kesan Kualitas (Perceived Quality), sering dibilang merupakan hasil dari

(42)

terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan

informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap

produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan Negara asal.

2.1.3.1.5 Pr oduk Ber hubungan dengan Keputusan Konsumen

Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

mendapatkan perhatian, untuk dibeli atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu

keinginan atau kebutuhan.

Pengembangan produk atau jasa yang ditawarkan mengharuskan

perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan oleh produk

yang ditawarkan untuk menciptakan suatu keputusan membeli maka produk tidak

hanya penampilannya yang diperhatikan, tetapi juga hendaknya ia merupakan

produk yang simpel, aman, terjangkau, sederhana dan ekonomis dalam proses

produksi dan distribusinya serta atribut-atribut produk yang ditawarkan sehingga

dapat tercipta suatu keputusan untuk mencoba menggunakan atau memiliki

produk yang ditawarkan

2.13.2 Har ga

2.1.3.2.1 Penger tian Har ga

Harga merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi,

selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh prusahaan. Segala keputusan yang

menyangkut harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu

(43)

ingin dicapai oleh suatu usaha. Ini berarti harga menggambarkan nilai uang

sebagai barang/ jasa.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001 : 439) harga adalah jumlah dari

seluruh nilai yang dipertukarkan konsumen atas manfaat-manfaat karena

menggunakan produk atau jasa tersebut. Sedangkan menurut Stanton (dalam buku

Angipora, 2000 : 174) harga adalah jumlah uang ynag dibutuhkan untuk

memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang

menyertainya.

2.1.3.2.2 Pentingnya Har ga

Suatu tingkat harga dapat memberikan pengaruh yang tidak sedikit dalam

perekonomian maupun dalam suatu usaha. Dalam suatu usaha harga dari sebuah

barang dapat mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan laba atas pembayaran

harga faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, tanah, modal, dan skill. Sedangkan bagi suatu usaha penetapan harga suatu barang atau jasa memberikan

pengaruh yang sedikit karena :

1. Harga merupakan penentu bagi permintaan pasar

2. Harga dapat mempengaruhi posisi persaingan suatu usaha

3. Harga akan memberikan hal yang maksimal dengan menciptakan sejumlah

pendapatan dan keuntungan bersih

4. Harga barang juga dapat mempengaruhi program pemasaran usaha

Hal lain yang dapat dilihat dari sisi suatu usaha bahwa harga merupakan

(44)

pesaing. Menurut Simamora (2001 :199), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam penetapan harga yakni :

1) Faktor-Faktor Internal :

a) Pertimbangan Organisasi

b) Sasaran Pemasaran

c) Biaya

d) Strategi bauran pemasaran

2) Faktor-Faktor Eksternal :

a) Situasi pasar dan persaingan

b) Persaingan

c) Harapan perantara

d) Faktor-faktor lingkungan, seperti kondisi, sosial, ekonomi, budaya dan

politik.

Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan

para pembeli yaitu :

1. Peranan alokasi dan harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli

untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang

diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian adanya harga dapat

membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya

belinya pada berbagai jenis barang dan jasa.

2. Peranan informasi dari harga,yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen

mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini tertutama bermanfaat

(45)

produk atau manfaatnya scara obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah

harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

2.1.3.2.3 Peneta pan Har ga

Sebagian orang menetapkan harga dengan menggunakan insting. Namun

seorang pemasar diharuskan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel

finansial dan non-finansial, menempatkan variabel-variabel tersebut dalam

konteks lingkungan bisnis secara keseluruhan dan menggunakan pengalaman

sebagai masukan. Menurut Bovee dalam buku Simamora (2001 : 202) dalam

menetapan harga perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Analisis Keadaan Pasar

Aspek paling penting dari analisis ini adalah memahami hubungan permintaan

dan harga. Dalam beberapa kasus, perubahan harga dapat memberikan

pengaruh besar pada permintaaan. Tetapi, adakalanya perubahan harga tidak

mempengaruhi permintaan.

b) Identifikasi fsktor-faktor pembatas

Faktor pembatas adalah faktor yang membatasi keleluasaan perusahaan dalam

menetapkan harga. Biaya mengurangi keleluasaan perusahaan dalam

menetapkan harga rendah. Persaingan, persepsi konsumen, dan peraturan

pemerintah juga tidak dapat diabaikan.

c) Tetapkan Sasaran

Satu sasaran yang paling umum adalah memperoleh keuntungan. Tinggi

(46)

meraih pangsa pasar, cuci gudang, dan lain-lain. Sasaran dapat berubah dari

waktu ke waktu. Karena itu, harga juga bisa ikut berubah.

d) Analisis Potensi Keuntungan

Apapun sasarnya, perusahaan perlu mengetahui berapa keuntungan ataupun

kerugian dari setiap alternatif harga. Dari analisis pasar tentu daapt dibuat

skenario jumlah permintaan pada tingkat-tingkat harga yang berbeda-beda.

Selanjutnya, analisis potensi keuntungan akan mudah dilakukan.

e) Tentukan Harga Awal

Setelah sifat-sifat pasar diketahui, faktor pembatas dikenali, sasaran

ditetapkan, dan potensi keuntungan di analisis, selanjutnya menetapkan harga

awal. Tentu harus disepakati bahwa harga awal adalah harga bagi produk baru

pertama kali diluncurkan.

f) Kelola Harga

Lingkungan selalu berubah. Jadi harga juga harus selalu disesuaikan. Berapa

besar harga diturunkan atau dinaikkan, bagaimana caranya, kapan dilakukan,

itulah yang perlu dilakukan dari waktu ke waktu.

Menurut Indriyo ( 1994 : 224 - 226 ), penetapan harga merupakan harga

produk yang ditetapakan oleh perusahaan berdasarkan tiga ( 3 ) dasar pandangan

berikut ini :

1. Biaya

Penetapan harga yang dilandaskan atas dasar biaya adalah harga jual produk

atas dasar biaya produksinya dan kemudian ditambah dengan margin

(47)

2. Konsumen

Penetapan harga yang dilandaskan atas dasar konsumen yaitu harga ditetapkan

atas dasar selera konsumen. Apabila selera konsumen atau permintaan

konsumen menghendaki rendah sebaiknya harga jual juga harus ditetapkan

rendah begitu juga sebaliknya apabila konsumen menghendaki harga jual

tinggi maka sebaiknya harga jualnya tinggi pula.

3. Persainagan

Penetapan harga yang lain adalah atas dasar persaingan. Dalam hal ini kita

menetapkan harga menurut kebutuhan perusahaan dalam hal ini persainganya

dengan perusahaan lain yang sejenis. Dalam situasi tertentu sering perusahaan

harus menetapkan harga jualnya jauh dibawah harga produksinya. Hal ini

dilakukan karena pertimbangan untuk memenangkan persaingan.

Menurut Philip Kotler ( 1990 : 68 ), suatu perusahaan berupaya agar

berada pada tingkatan yang umum ditetapkan dalam bidang industrinya.

2.1.3.2.4 Tujuan Penetapan Har ga

Dalam strategi penetapan harga, manajer harus terlebih dahulu

menetapkan tujuan penetapannya. Tujuan tersebut berasal dari perusahaan itu

sendiri yang selalu berusaha meenetapkan harga barang atau jasa setepat mungkin.

Penentuan harga atau tingkat harga biasanya dilakukan dengan mengadakan

beberapa perubahan untuk menguji pasarnya, apakah menerima atau menolak.

(48)

ditinjau kembali. Menurut Swastha ( 1997 : 242 ) ada empat tujuan penetapan

harga yaitu :

1. Tujuan Berorientasi pada Laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu

memilih harga yang dapat menghasilakn laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal

dengan istilah maksimimasi laba.

2. Tujaun Berorientasi pada Volume

Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mancapai target volume

penjualan.

3. Tujan Berorientasi pada Citra

Citra (image) suatu perusahaan dapat dibaentuk melalui strategi penetapan

harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau

mempertahankan citra prestisius.

4. Tujuan Stabilisasi Harga

Dalam proses yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu

perusahaan menurunkan hargannya, maka pesaingnya harus menurunkan pula

harga mereka.

5. Tujuan-Tujuan Lainnya

Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masukanya pesaing,

mempertahankan loyalitas pelanggan mendukung penjualan atau menghindari

(49)

2.1.3.2.5 Strategi Penetapan Har ga

Strategi untuk menetapkan harga produk atau jasa sering kali harus diubah

- ubah. Dalam hal ini perusahaan memikirkan harga yang tepat sehingga dapat

memaksimalkan laba perusahaan dengan melihat dasar penetapan harga seperti

biaya, konsumen, dan persaingan. Strategi penetapan harga menurut Kotler ( 1997

: 365 ) antara lain :

a. Strategi Penetapan Harga Produk Baru

Perusahaan yang meluncurkan produk inovatif yang dilindungi hukum paten

menghadapi tantangan mengenai penetapan harga, maka mereka dapat

melakukan strategi penetapan harga untuk meraup pasar atau melakukan

strategi penetapan harga untuk penetrasi pasar.

b. Strategi Penetapan Harga Bauran Produk

Penetapan harga produk sering kali mengalami kesulitan karena berbagai

produk mempunyai permintaan dan biaya yang terkait serta menghadapi

tingkat persaingan yang berbeda.

c. Strategi Penyesuaian Harga

Perusahaan biasanya menyesuaikan harga dasar mereka dengan

memperhitungakan berbagai macam pelanggan dan situasi yang berubah. Ada

tujuh strategi penyesuaian harga yaitu :

a) Penetapan Harga Diskon dan Pengurangan Harga

Menguarangi harga untuk menghargai palanggan yang memberikan respon

(50)

b) Penetapan Harga Tersegmentasi

Menyesuaikan harga agar ada perbedaan untuk pelanggan produk dan

alokasi

c) Penetapan Harga Psikologik

Pendekatan penetapan harga yang mempertimbangkan psikologi harga dan

bukan hanya ekonomi harga dipakai untuk menyatakan sesuatu mengenai

produk.

d) Penetapan Harga Promosi

Perusahaan sementara mengurangi harga untuk menarik penjualan jangka

pendek

e) Penetapan Harga Berdasarkan Nilai

Menyesuaikan harga untuk menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu

dan pelayanan dengan harga yang wajar

f) Penetapan Harga Geografik

Menyesuaikan harga untuk memperhitungkan lokasi geografik pelanggan

g) Penetapan Harga Internasional

Menyesuaikan harga untuk pasar internasional.

2.1.3.2.6 Har ga Ber hubungan Dengan Keputusan Konsumen

Harga merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam menilai suatu

produk yang dijual dimana diharapkan harga yang diterapkan sesuai dan dapat

(51)

maka akan timbul kepuasan pada diri konsumen dan konsumen akan melakukan

pembelian kembali.

Oleh karena itu pengusaha perlu memikirkan tentang harga jual produknya

secara tepat karena harga yang tidak tepat akan berakibat tidak menarik para

pembeli dan dapat menimbulkan ketidakpuasan para pembeli untuk membeli

barang atau jasa tersebut. Penetapan harga suatu produk merupakan ukuran

terhadap besar kecilnya nilai suatu produk dan dengan harga yang ditetapkan

dapat terjagkau dan sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan maka dapat

menimbulkan kepuasan seseorang terhadap produk yang dibelinya. Seseorang

akan berani membayar suatu produk dengan harga yang mahal apabila dia merasa

puas dengan produk yang ditawarkan karena sesuai dengan yang diharapkannya

dimana produk yang akan dibelinya memiliki kualitas yang baik.

2.13.3 Distr ibusi dan Lokasi

Distribusi menurut Kotler (1997 : 432) adalah kegiatan penyampaian

produk dari produsen sampai kepada konsumen sebagai pemakai akhir. Dalam

distribusi produk akan terbentuk suatu rantai atau saluran yang dilewati oleh

produk yang disebut saluran distribusi.

Pengertian saluran distribusi menurut Peter dan Donnely (1995 : 173)

adalah : a channel a seller markets product to the user or ultimate consumer.

Artinya: saluran distribusi adalah saluran dari suatu lembaga dimana seorang

(52)

2.1.3.3.1 Fungsi Saluran Distr ibusi

Fungsi utama saluran distribusi adalah menyalurkan barang dari produsen

ke konsumen, maka perusahaan dalam melaksanakan dan menentukan saluran

distribusi harus melakukan pertimbangan yang baik. Adapun fungsi-fungsi

saluran distribusi menurut Kotler (1997 : 531-532) adalah :

a. Information, yaitu mengumpulkan informasi penting tentang konsumen dan

pesaing untuk merencanakan dan membantu pertukaran.

b. Promotion, yaitu pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif tentang

produk yang ditawarkan.

c. Negotiation, yaitu mencoba untuk menyepakati harga dan syarat-syarat lain,

sehingga memungkinkan perpindahan hak pemilikan.

d. Ordering, yaitu pihak distributor memesan barang kepada perusahaan.

e. Payment, yaitu pembeli membayar tagihan kepada penjual melalui bank atau lembaga keuangan lainnya.

f. Title, yaitu perpindahan kepemilikan barang dari suatu organisasi atau orang

kepada organisasi / orang lain.

g. Physical Possesion, yaitu mengangkut dan menyimpan barang-barang dari

bahan mentah hingga barang jadi dan akhirnya sampai ke konsumen akhir.

h. Financing, yaitu meminta dan memanfaatkan dana untuk biaya-biaya dalam

pekerjaan saluran distribusi

i. Risk Taking, yaitu menanggung resiko sehubungan dengan pelaksanaan

(53)

2.1.3.3.2 Macam Salur an Distr ibusi

Ada beberapa alternatif saluran (tipe saluran) yang dapat dipakai. Biasanya

alternatif saluran tersebut didasarkan pada golongan barang konsumsi dan barang

industri.

1. Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsikan.

Pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli dari konsumen. Jadi,

pembelinya adalah pembeli/ konsumen akhir, bukan pemakai industri karena

barang – barang tersebut tidak diproses lagi, melainkan dipakai sendiri (Basu

Swasta 1984 : 96).

2. Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi atau

untuk kepentingan dalam industri. Jadi, pembeli barang industri ini adalah

perusahaan, lembaga, atau organisasi, termasuk non laba (Basu Swasta,

1984:97)

Dibawah ini digambarkan beberapa tipe saluran untuk barang konsumsi

dan barang industri:

a) Barang Konsumsi

1. Pr odusen – Konsumen

Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana

karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang

dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari

rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi

(54)

2. Pr odusen – Pengecer – Konsumen

Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang

besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani

oleh pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

3. Pr odusen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan saluran

distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam

jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer.

Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh

konsumen dilayani pengecer saja

4. Pr odusen – Agen – Pengecer – Konsumen

Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan

perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya

terutama ditujukan kepada para pengecer besar.

5. Pr odusen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara

untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian

menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi

ini terutama agen penjualan. (Swastha dan Irawan, 1997, p.295-297)

b) Barang Industri

Saluran 1 : Produsen———————————————-◊Pemakai industri

(55)

Saluran 3 : Produsen—-◊Agen—-◊Distributor industri—◊Pemakai industri

Saluran 4 : Produsen—-◊Agen——————————◊Pemakai industri

2.1.3.3.3 War alaba ( Franchising )

Pengertian franchising adalah suatu hubungan yang terus menerus di mana

seorang pemilik waralaba (franchiser) memberikan kepada seorang penyewa

waralaba (franchisee) hak bisnis untuk mengoperasikan atau menjual suatu

produk (Lamb, Hair, McDaniel, 2001 : 93). Sedangkan menurut (Fandy Tjiptono,

1995 : 192) franchising yaitu suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan

jasa, dimana sebuah perusahaan induk (Franchisor) memberikan kepada individu

atau perusahaan lain (franchisee) yang berskala kecil atau menengah, hak-hak

istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah

ditentukan, selama waktu tertentu dan di suatu tempat tertentu pula.

Franchisor biasannya menyediakan peralatan, produk atau jasa yang

dijual, dan pelayanan manajerial. Sebgai imbalannya, franchisee harus membayar

uang pangkal (initial franchise fee) dan royalti atas penjualan kotor, membayar

management fee, membayar biaya sewa peralatan franchisor (bila ada), serta

memasarkan produk dan jasa dengan cara-cara yang ditentukan oleh franchisor.

Salah satu keuntungan dari membeli hak waralaba ini adalah tetap indipenden

(meskipun tidak sepenuhnya), tetapi memperoleh manfaat dari nama merek dan

(56)

Tabel 2.1

Keuntungan dan Ker ugian Sistem Wa ralaba

Bagi Fr anchisor

Keuntungan Ker ugian

1. Perluasan usaha cepat 1.Franchisor tidak bisa mendikte franchisee.

Oleh sebab itu bila ingin megadakan perubahan, ia harus memotivasi franchisee agar bersedia menerima perubahan tersebut.

2. Mudah dalam melakukan penetrasi pasar 2.Seringkali harapan franchisee terlampau

muluk-muluk, sehingga perlu disadarkan dan dimotivasi.

3. Modal untuk pengembangan usaha menjadi lebih kecil, karena sebagian besar dipikul franchisee.

3. Tidak dapat cepat mengadakan perubahan

4. Franchisee juga merupakan pemilik yang bermotivasi tinggi.

4.Resiko memilih franchisee yang tidak sehat, sehungga dapat merusak nama baik secara keseluruhan

5. Tidak banyak membutuhkan manajemen

madya

5.Citra franchisor dan kelompok bisnis tergantung pada prestasi setiap franchisee.

6. Daya beli meningkat karena pembelian dilakukan secara kelompok

6. Sistem waralaba mengikat dalam jangka waktu cukup panjang.

7. Memiliki kekuatan pemasaran yang besar, karena bisa melakukan promosi dan periklanan secara besar-besaran sebgai satu kelompok usaha.

7. Resiko adanya dissident franchisees

(franchisee yang berontak), dimana setelah memperoleh alih teknologi dan manajemen, mereka berusaha mengalihkan kontraknya kepada franchisee lainnya dan membentuk usaha sendiri yang menja

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Produk, Harga, Promosi, dan Distribusi terhadap variabel terikatnya Keputusan

Dari keempat variabel bebas yang terdiri dari budaya, sosial, pribadi dan psikologis yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian Brownies Amanda pada konsumen cabang

Secara parsial dapat dilihat bahwa faktor harga yang paling dominan mempengaruhi konsumen melakukan pembelian rumah pada Crown Property Agency Medan.. Kata Kunci: Harga,

Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan dari variabel lokasi, harga, dan pelayanan terhadap keputusan konsumen dalam.

harga, promosi, dan lokasi terhadap keputusan pembelian pada popeye fried chicken (Cabang UMS) Populasi pada penelitian ini adalah konsumen yang pernah datang dan singgah

Berdasarkan hasil penulisan diperoleh pengaruh positif dan signifikan dari produk, lokasi, karyawan, dan harga terhadap keputusan pembelian dan secara dominan faktor

Skripsi berjudul; Pengaruh kualitas produk, harga, lokasi dan fasilitas terhadap keputusan pembelian konsumen Quick Chicken Jalan Jawa Jember; telah diuji dan disahkan

Dari hasil regresi menunjukan bahwa variabel Penggunaan sebesar 2,964 merupakan faktor yang paling besar atau paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.. Uji