• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI (Studi Deskritif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan di Program Berita Liputan 6 Siang di SCTV).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI (Studi Deskritif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan di Program Berita Liputan 6 Siang di SCTV)."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG

TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI

(Studi Deskr itif Sikap Masyar akat Surabaya Tentang

Tayangan Keker asan di Progr am Ber ita Liputan 6 Siang di SCTV)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian per syar atan memper oleh gelar sar jana pada Fisip UPN “Veter an” J awa Timur

Disusun Oleh :

Amy Alexander Mangundap NPM : 0743010227

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

i

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulisan dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penulis melakukan penelitian dengan judul “Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan di Program Berita Liputan 6 Siang di SCTV)”.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Perkenankan pada kesempatan ini, penulis menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

ii Timur.

4. Ibu Dra. Diana Amalia, MSi., Dosen Pembimbing yang senantiasa membimbing dan meluangkan waktu, guna memberikan pengarahan pada penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran” Jawa Timur.

6. Orang tuaku tercinta, yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan bantuan baik materiil maupun moril, serta do’a tulus.

7. Ida Ayu Putu Devina Prawestari tercinta, untuk dukungan secara total yang sangat luar biasa.

8. Semua orang yang telah banyak membantu, memberikan saran dan kritik kepada penulis dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini.

Surabaya, Desember 2011

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 10

2.1.2. Dampak Media Massa ... 12

2.1.3. Tayangan Televisi ... 13

2.1.4. Jenis Tayangan Televisi ... 15

2.1.5. Program Berita ... 17

2.1.6. Jenis Berita ... 18

2.1.7. Kekerasan ... 19

2.1.8. Tayangan Kekerasan Di Televisi ... 20

2.1.9. Pemirsa Sebagai Khalayak ... 21

2.1.10. Sikap ... 22

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

iv

2.1.11. Teori SOR ... 26

2.1.12. Liputan 6 Siang di SCTV ... 28

2.2. Kerangka Berfikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 28

3.2. Definisi Opersional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.2.1. Definisi Operasional ... 28

3.2.2. Pengukuran Variabel ... 29

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32

3.3.1. Populasi ... 32

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5. Metode Analisis Data ... 36

DAFTAR PUSTAKA KUESIONER

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Untuk Keseluruhan Surabaya ... 34

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Stimulus Ornganisme Respon (S-O-R) ... 27 Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster ... 33

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

Amy Alexander Mangundap, Sikap Masyar akat Surabaya Tentang Tayangan Keker asan (Studi Desk r itif Sikap Masyar akat Surabaya Tentang Tayangan Kek er a san di Pr ogr am Berita Liputan 6 Siang Di SCTV)

Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan informasi. Informasi yang disajikan media massa merupakan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, sampai pada tayangan kekerasan, sadisme, film kekerasan, film horor sampai dengan tayangan kriminalitas dapat disaksikan. Kekerasan yang ditayangkan bertujuan untuk menonjolkan kengerian agar dapat membangkitkan emosi pemirsa dan pembaca. Program televisi yang menyajikan berbagai informasi yang sedang terjadi adalah program news. Salah satunya adalah SCTV yang menyajikan acara Liputan 6 SCTV. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana sikap mayarakat Surabaya tentang tayangan kekerasa di program berita Liputan 6 Siang di SCTV.

Sikap diukur dengan menggunakan indikator sikap kognitif, afektif dan konatif. Populasi dalam penelitian disini adalah masyarakat Surabaya yang minimal berusia 15 tahun dan yang menonton program acara Liputan 6 Siang di SCTV. Teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Cluster Random Sampling, dengan metode analisis tabel frekuensi untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa: dari keseluruhan sikap yang ditunjukkan oleh responden baik sikap kogniti, sikap afektif dan sikap kognatif adalah positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap responden terhadap tayangan kekerasan yang ada di Liputan 6 siang baik.

Kata kunci: Sikap, Media Massa, Liputan 6

Abstract

The mass media is one means to meet human needs for information. The information presented is a mass media event or events that occur in life, to the impressions of violence, sadism, violent movies, horror movies to show criminality can be witnessed. Violence that display aims to highlight the horrors in order to evoke emotions viewers and readers. Television program that presents a variety of information that is happening is a newsprogram. One of them is presenting the show SCTV Liputan 6 SCTV. The purpose of this study was to determine how public attitudes about the show of force at Surabaya news programs Liputan 6 on SCTV.

Attitude was measured by using indicators of cognitive attitude, affective and conative. Population in the research community here is a minimum of Surabaya and 15 year old, who watched programs Liputan 6 Siang on SCTV. Sampling technique using a multistage cluster random sampling, with a frequency table analysis method to describe the data obtained from interviews based on questionnaires completed by respondents.

Of research has been done obtained results indicate that the overall attitude of therespondent are kogniti attitude, affective attitude and the kognatif attitude is positive. This shows that the attitude of respondents to show that there is violence in Liputan 6 siang.

Key words: Attitude, Mass Media, Coverage 6

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

1 1.1. Latar Belakang

Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan informasi. Informasi yang disajikan media massa merupakan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, sehingga antara manusia dan media massa keduanya saling membutuhkan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan media massa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan informasi dan mengkonsumsi berita-berita yang disajikan oleh media massa tersebut.

Media massa benar-benar ingin menunjukkan kepada masyarakat konsumennya bahwa ia adalah benar-benar replikasi dari masyarakatnya, karena itu media massa juga harus tampil dalam bentuk kekerasan dan sadistis. Media massa harus punya wajah seram yang membuat masyarakat merinding dan mengelus dada. Padahal secara empiris, replikasi media massa akan terulang oleh konsumen medianya, yaitu masyarakat mereplikasi informasi media massa dalam proses konstruksi-rekonstruksi. Kekerasan dan sadisme media massa dapat disaksikan mulai dari filem kekerasan, film horor sampai dengan tayangan kriminalitas (Bungin, 2006:346).

Kekerasan yang dipertontonkan di media massa di media massa, baik tayangan fisik, maupun verbal oleh media dimana tayangan menampilkan tulisan, aksi, dan ucapan yang berbau kekerasan berupa kata-kata kasar sampai dengan siaran dan rekonstruksi kekerasan yang dapat ditonton di televisi, didengarkan melalui radio, ataupun dibaca melalui media cetak. Kekerasan ini ditayangkan dengan tujuan menonjolkan kengerian dan keseragaman, yaitu agar media massa dapat membangkitkan emosi pemirsa dan pembaca. Emosi ini menjadi daya tarik luar biasa untuk membaca atau menonton kembali acara yang sama saat disiarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasandimedia massa).

Kejahatan di media massa terdiri dari beberapa macam, seperti kekerasan terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri, meracuni diri sendiri, menyakiti diri sendiri. (2) kekerasan pada orang lain, seperti menganiaya orang lain, membentak orang lain, sampai dengan membunuh orang lain. (3) kekerasan kolektif, seperti perkelahian massal, komplotan melakukan kejahatan maupun sindikat perampokan (Pudjiastuti, 2006). (4) kekerasan dengan skala yang lebih besar seperti peperangan dan terorisme yang dampaknya memberi rasa ketakutan dan kengerian yang luar biasa kepada pemirsanya (Bungin, 2006:346).

Bagi media massa elektronik, membangun emosi melalui acara seperti ini merupakan upaya yang tidak sulit, karena dengan gambar-gambar yang menyeramkan dan sedikit komentar yang cenderung memilukan, emosi masyarakat akan mencapai puncaknya. Seperti ketika Tsunami melanda Aceh, berkali-kali stasiun televisi menyiarkan gambar yang sama, berkali-kali televisi menyiarkan gambar-gambar close-up mayat-mayat di selokan, di atas rumah dan sebagainya yang sudah membusuk, sehingga dengan mudah menimbulkan kengerian yang luar biasa kepada pemirsa televisi. Semakin menyeramkan, maka semakin ditonton oleh pemirsa, lalu dengan penuh antusias mereka bercerita kepada orang lain sehingga orang itu ingi terus–menerus menyaksikan di televisi pula terus seperti itu (Bungin, 2006:347).

Salah satu program televisi yang menyajikan berbagai informasi yang sedang terjadi adalah program news. program news adalah suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan kejadian di dalam berita bersifat objektif. Liputan gambar dari kejadian biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu membuat shock. Namun, objektivitas semacam ini masih tergantung subjektivitas dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

peliput. Dari sudut mana kejadian itu diambil, hasilnya sebenarnya telah menunjukkan subjektivitas dari peliput. Belum lagi susunan berita yang berupa kalimat-kalimat verbal, sangat mungkin memperoleh tekanan-tekanan tertentu berdasarkan pandangan subjektif dari reporter yang melaporkan. Akhirnya tak dapat dihindari kendatipun program berita itu objektif, namun nnsur-unsur subjektif sengaja atau tidak sengaja ikut serta mewarnai berita (Wibowo, 2007:132-133).

Di dalam program berita terdapat bermacam-macam cara menyajikan berita dan corak penyajian berita. Batasan yang umum untuk jenis atau macam program siaran berita terletak pada batasan yang didasari atas keterikatan pada waktu aktual singkat dan ketidakterikatan pada waktu aktual singkat (memiliki waktu aktual yang panjang). Berita yang terikat waktu (time concern) disebut berita harian, sedangkan berita yang tidak terikat waktu (time less) disebut berita berkala (Wibowo, 2007:135).

Berita harian atau berita hangat (the hot news) adalah berita yang perlu segera disampaikan kepada masyarakat. Corak berita semacam ini sangat terikat waktu aktual yang singkat. Berita hangat biasanya bersifat linier dan langsung (straight news), Seputar Indonesia di RCTI, Topik di ANTV dan Liputan 6 di SCTV aspek-aspek yang menyangkut sudut pandang lain, opini dan interpretasi dari reporter atau redaksi tidak ditampilkan (Wibowo, 2007:137).

Berdasarkan sifat dan kekuatan materi beritanya straight news dapat berupa soft news (berita lunak) dan hard news (berita keras). Soft news artinya beritaberita yang bersangkut paut dengan kejadian-kejadian umum yang penting di masyarakat. Berita-berita yang penting dan diperlukan namun tidak mengandung kemungkinan gejolak dan tidak melibatkan tokoh masyarakat atau orang termasyur. Misalnya berita mengenai konferensi atau seminar, kegiatan pengembangan daerah, kegiatan masyarakat dan human interest. Hard news

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

(berita keras) adalah berita yang mengandung konflik dan memberi sentuhan-sentuhan emosional serta melibatkan tokoh masyarakat atau orang termahsyur. Berita-berita semacam ini biasanya termasuk dalam kategori berita yang memiliki high political tension, very unusual dan controversial. Ketiga syarat itu merupakan petunjuk bahwa dengan cara penulisan tertentu berita tersebut dapat memberikan sentuhan emosi kepada masyarakat. Tegangan politik tinggi, sangat istimewa dan mengandung konflik atau pertentangan sebagai berita memiliki daya tarik sangat tinggi (Wibowo, 2007:138).

Berkaitan dengan berbagai pemberitaan tentang politik baik yang terjadi di Indonesia maupun internasional, berbagai program news ditiap stasiun televisi seolah berlomba-lomba memberitakan tentang kejadian tersebut. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini adalah maraknya berbagai demonstrasi dan kerusuhan massal yang menuntut Presiden Bashar Al-Assad untuk turun dari jabatannya sebagai presiden dan PBB meminta kepada presiden Syiria segera menghentikan penggunaan kekuatan militer terhadap para pengunjuk rasa sipil. Dalam setiap pemberitaannya, tiap program news selalu memunculkan gambar-gambar mengenai peristiwa demonstrasi, kerusuhan massal serta korban-korban yang berjatuhan akibat adanya aksi tersebut.

Dari hasil pantauan dan kajian bidang pengawasan isi siaran KPID NTB menunjukkan sejumlah stasiun TV tidak mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) berkaitan dengan pemberitaan kasus kekerasan. Misalnya saja dalam pemberitaan kerusuhan di Suriah yang menuntut Presiden Assad mundur dari jabatan,. Beberapa stasiun TV sama sekali tidak menyensor gambar-gambar yang sesungguhnya membuat trauma penonton, seperti saling baku hantam, menampilkan korban berdarah-darah dan lain-lain. Seharusnya hal tersebut disamarkan.

Sesuai prosedur yang berlaku, lembaga penyiaran hendaknya menjunjung

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

tinggi P3SPS yang ditetapkan KPI terutama menyangkut tayangan dan pemberitaan kasus kekerasan. Untuk itu KPI tidak akan tinggal diam dan akan segera melayangkan surat himbauan dan bahkan teguran kepada sejumlah stasiun TV yang terindikasi melakukan pelanggaran. Semua ada konsekuensinya, apalagi jika pihak KPI menerima juga keluhan masyarakat tentang tayangan kekerasan di layar TV akhir-akhir ini. Sanksi terberat yang dijatuhkan berupa penghentian sementara tayangan bermasalah hingga pencabutan izin siaran.

Liputan 6 SCTV (sebelumnya nama sebagai Liputan 6 Sore) adalah program berita televisi Indonesia yang disiarkan di SCTV. Dikenal sebagai program berita yang populer, slogannya adalah "Aktual Tajam Terpercaya". Liputan 6 pertama kali sejak tanggal 20 Mei 1996 iputan 6 SCTV disiarkan empat kali sehari yaitu pagi, siang, sore dan malam. Meski namanya menggunakan angka "6", namun waktu tayangannya tidak semuanya tepat pada pukul enam. Liputan 6 SCTV disiarkan pada pukul 18.00-19.00 WIB. Liputan 6 Pagi disiarkan sejak pukul 06.00-08.00 WIB, Liputan 6 Siang disiarkan pada pukul 12.00-12.30 WIB, sedangkan Liputan 6 Sore disiarkan pada pukul 17.00-17.30 WIB dan Liputan 6 Malam pada pukul 23.00-23.30 WIB pada kecuali hari Rabu (besok Kamis) maka setiap Rabu (besok Kamis) pukul 02.00-02.30 WIB dengan durasi selama 30 menit. Liputan 6 SCTV memiliki segmen pendek berisi berita-berita terbaru Liputan 6 Terkini disiarkan dua kali sehari setiap Senin-Jumat pada pukul 10.00 dan 15.00 WIB, masing-masing berdurasi tiga menit (http://id.wikipedia.org/wiki/Liputan_6).

Liputan6 merupakan salah satu berita TV yang membahas informasi yang terjadi baik kejadian lokal maupun mancanegara dengan tajam dan terpercaya. Sebagai acara beritaTV andalan SCTV, Liputan6 selalu berusaha memberikan informasi terkini tentang beritayang hangat dibicarakan saat ini. Saya melihat Liputan6 ini menjadi salah satu pesaing acara berita TV andalan RCTI,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

yaitu Seputar Indonesia. Malah kalau saya perhatikan sepertinya Liputan6 lebih banyak dikenal dibandingkan dengan Seputar Indonesia-nya RCTI. Selain Liputan6 memang masih ada MetroTV yang lebih berfokus pada acara-acara yang bertemakan berita, tetapi sejauh ini kualitas dan kecepatan penyampaian berita dari Liputan6 masih cukup bersaing (http://www.indoswara.com/view.php?pg=2010/04/16042010/5219&).

Sejak kemunculannya di televisi, program berita Liputan 6 SCTV telah meraih beberapa penghargaan, seperti baru-baru ini Liputan 6 Petang SCTV masuk dalam nominasi acara Panasonic Global Award 2011 bersaing dengan program berita lainnya seperti Kabar Petang, Headline News, Liputan 6,

Seputar Indonesia, Topik Petang Update

(http://akudansekitar.blogspot.com/2011/02/panasonic-award-2011.html). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sikap pemirsa tentang tayangan kekerasan di media televisi terutama mengambil obyek adalah program news Liputan 6 Siang di SCTV. Sisi menarik dari dipilihnya Liputan 6 di SCTV sebagai obyek penelitian karena selain diminati pemirsa dan memenangkan beberapa penghargaan namun dalam perjalanannya Liputan 6 Siang di SCTV juga mendapatkan teguran dan peringatan dari pihak KPI berkaitan dengan penayangan beberapa adegan yang dinilai mengandung unsur kekerasan dan dapat menimbulkan efek traumatis pada para pemirsa.

Menurut Onong, sikap adalah suatu kesiapan kegiatan (preparatory activity) suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial (Sutisna, 2003:99)". Dengan banyaknya penayangan adegan-adegan kekerasan, berulang-ulang, yang secara langsung diliput dari tempat kejadian dengan tujuan agar laporan yang diberikan lebih eksklusif. Hal tersebut secara tidak langsung akan memberikan berbagai dampak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

kepada pemirsanya, seperti perasaan takut, marah dan emosi yang berlebihan terhadap berita kekerasan tersebut, sehingga dikhawatirkan masyarakat akan mengalami trauma atau ketakutan dengan kondisi kekerasan atau kejahatan di lingkungan sekitar mereka.

Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R (Stimuli-Organism-S-O-Respons), Teori S-O-S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus- Organism-Respons. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang sampaikan komunikator. bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan yakni tayangan "Kekerasan di Program Berita Liputan 6 Siang" kepada para audiens mungkin dapat diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Komunikan inilah yang akan melanjutkan proses berikutnya setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah perilaku yaitu sikap masyarakat untuk lebih bersikap obyektif dengan berbagai tayangan yang bersifat kekerasan.

Pemirsa yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia 15 tahun. Dipilihnya masyarakat dengan katagori usia 15 tahun karena pada masa tersebut, seseorang memasuki Remaja awal. Menurut kartono (2007:154), perkembangan awal remaja ini diikuti dengan pertumbuhan intelektual yang insentif, perkembangan intelektual membangun macam-macam fungsi baik psikis dan rasa ingin tahu secara bercorak sosial.

Alasan dipilihnya Surabaya sebagai lokasi penelitian disebabkan karena di Surabaya terjadi aksi demonstrasi atau kerusuhan seperti misalnya: sejumlah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

kejadian kekerasan yang melibatkan korban pers yang sulit dihindarkan seperti teror, aksi pemukulan dan penghalangan tugas pers. Pada tanggal 7 mei 2011 terjadi aksi kekerasan terhadap insan pers. Sejumlah reporter dan kameramen televisi di Surabaya dipukul polisi dari Polrestabes Surabaya saat meliput aksi damai Falun Gong di Jalan Sedap Malam, Surabaya.

Selain itu aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia cabang Surabaya menggelar aksi menentang kekerasan politik di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, baru-baru ini. Mereka menuntut elite politik segera menuntaskan masalah bangsa ketimbang hanya mengutamakan kepentingan pribadi maupun golongan. KAMMI juga mengimbau masyarakat agar berpikir realistis, obyektif, dan proporsional. Dengan begitu, masyarakat tak akan terjebak pertentangan horisontal akibat perbedaan pendapat elite politik. Setelah puas menyampaikan aspirasi di Tugu Pahlawan, para pengunjuk rasa menggelar aksi serupa di Gedung DPRD I Jatim, tepatnya di Jalan Indrapura, Surabaya. Selain itu aksi kekerasan terhadap wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta yang terjadi beberapa waktu lalu, Meskipun terlambat mendapat kecaman dari SMA Ta’miriyah Surabaya. Sejak pagi ratusan siswa menggelar aksi simpatik lewat penanda tanda tangan masal diatas kain putih sepanjang 3 meter menolak cara-cara kekerasan. Tujuan aksi ini agar tidak terjadi kekerasan lagi terhadap wartawan. Sementara itu dari pantauan beritajatim.com siswa Ta’miriyah merasa prihatin atas terjadinya insiden tawuran yang melibatkan pelajar SMA 6 Jakarta dan wartawan beberapa waktu lalu. "Sebagai seorang pelajar dirinya menyesalkan perbuatan yang dilakukan para pelajar SMA 6 jakarta terhadap wartawan,dan tidak seharusnya seorang pelajar bersikap seperti preman." kata Safitiri salah siswi SMA Ta’miriyah. Jumat (23/9/2011). Dalam acara penanda tanda tangan untuk aksi simpatik, ratusan siswa Tamiriyah juga mengelar aksi adu panco antara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

pelajar dan wartawan. Hal ini sebagai bentuk simbolis bahwa menyelesaikan sebuah permasalahan tidak harus dengan kekerasan

Berdasarkan uraian di atas maka judul dalam penelitian ini adalah “SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI PROGRAM BERITA LIPUTAN 6 SIANG DI SCTV”

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sikap masyarakat Surabaya tentang tayangan kekerasan di program berita Liputan 6 Siang di SCTV ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap mayarakat Surabaya tentang tayangan kekerasa di program berita Liputan 6 Siang di SCTV.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan diantaranya : 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi kepustakaan bagi Universitas Pembangunan Nasional terutama mengenai penelitian yang berkaitan dengan komunikasi massa khususnya pengaruh media massa terhadap khalayak.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemirsa untuk lebih membuka wawasan tentang berbagai tayangan pemberitaan bertema kekerasan di televisi sehingga tidak lagi menimbulkan sikap skeptis atau negatif terhadap lingkungan sekitar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta atau kata-kata lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah (Effendy, 1993:10).

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak berbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat debandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. Pengaruh daripada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semkin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia keseluruhan, seperti berita cuaca, informasi finansial, dan sebagainya. Pemirsa

akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media telivisi. Pada akhirnya, telivisipun menjadikan manusia"hamba hamba kecil" yang pola pikirnya siap di program oleh materi isi media tersebut (Kuswandi,1996:30).

Secara umum, dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih berdasarkan karakteristiknya, yaitu televisi publik, televisi komersial dan televisi tertentu. Secara umum, setiap media audio-visual dituntut mampu memberikan dan realitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

sosial, televisi komersial pada fungsi hiburan, dan televisi pendidikan pada materi faktual-idealistis (pendidikan dan pengajaran) (Siregar, 2001:15).

1. Daya Tarik Telivisi

Televisi memiliki daya tarik yang kuat dengan memiliki unsur audio-visual yang berupa kata kata, musik, sound effect dan juga berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman.

2. Isi Pesan Televisi

Bersamaan dengan proses penyimpanan isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan ditafsirkan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Sehingga dampak yang ditimbulkan berbeda-beda pula. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.

2.1.2. Dampak Media Massa

Menurut Kuswandi (1996:98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa yaitu:

a. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(22)

b. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada berbagai informasi

mengenai agama tertentu dan juga pengaplikasiannya di masyarakat.

c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari- hari.

Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan di atas hanya bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam. Banyak acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak.

2.1.3. Tayangan Telivisi

Televisi sebagai salah satu media massa yang mempunyai daya tarik tersendiri karena sifatnya yang audio visual. Fungsi media televisi ini bagi masyarakat, sebagai media informasi, media pendidikan, media kebudayaan, media hiburan dan media promosi yang diajukan kepada khalayak pemirsa baik secara aktif maupun pasif. Televisi merupakan salah satu budaya populer yang menampilkan berbagai informasi secara cepat dan efektif. Keadaan program acara televisi sekarang ini yang didominasi dengan acara hiburan, banyak stasiun televisi yang berlomba-lomba menayangkan tayangan bersifat hiburan, seperti kartun, sinetron, komedi, reality show, talk show, ajang pencarian bakat atau talent show dan masih banyak lagi. Karena aspek yang tinggi dari TV maka tayanganpun cenderung memanjakan dan menarik, oleh karenanya tayangan-tayangannya pun menjadi sangat menarik dan mempunyai daya tarik yang sangat tinggi (Isnaini, 2007:2).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(23)

Tayagan-tayangan di televisi saat ini mempunyai kecendrungan mengabaikan ketentuan ketentuan yang sudah ditetapkan. Hal ini terlihat dari ditonjolkannya eksploitasi sex, kekerasan, budaya konsumerisme dan hedonisme. Seperti berita Israel yang kembali melakukan aksi biadabnya, yakni kembali menghancurkan sebuah Masjid di dekat Tubas yang berada di wilayah Tepi Barat. Aksi brutal tersebut, dinilainya sebagai aksi lanjutan terhadap wilayah Palestina yang selama ini berada dalam pendudukan negara Zionis tersebut. Aksi tersebut merupakan yang kali ketiga di area Khirbet Irza di Wadi El-Maleh, utara Sungai Yordan. lebih dari lima tentara Israel pendudukan dengan menggunakan alat berat seperti buldozer meratakan Masjid pada pagi hari ini, yang tempatnya sekitar 60 meter dari masjid yang dibangun warga Palestina. (http://id.berita.yahoo.com/tentara-israel-kembali-hancurkan-masjid-tepi-barat

102933660.html;_ylt=AnXs56ByRbFxnN650piykTyMV8d_;_ylu=X3oDMTRpZDFlYjc0BG1pd ANUb3BTdG9yeSBJbnRlcm5hc2lvbmFsU0YgVGltdXJUZW5nYWhTU0YEcGtnA2NhZTk1 ODIzLWI)

Setelah kota kelahiran pemimpin terguling Muamar Khadafi, Sirte, diambil alih, kini pemberontak telah menguasai kota dari semua sisi di Libia. Seorang juru bicara NATO mengatakan, pasukan pemerintah sementara Libia segera akan mengontrol seluruh garis pantai negara. Sirte juga merupakan kota terakhir dengan pelabuhan dibawah kendali Khaddafi yang berarti bahwa segera seluruh pantai Libia akan dikendalikan oleh NTC. Pasukan NTC telah memukul mundur mereka sehingga tentara setia Khadafi mulai bergerak ke arah pinggiran, dimana sebagian besar penduduk tersebut telah pergi.

http://id.berita.yahoo.com/nato-ntc-kuasai-seluruh-libia-232952731.html;_ylt=Ajudo4tgr.sc96DXACJQgWqMV8d_;_ylu=X3oDMTRoaG g3NGZ2BG1pdANUb3BTdG9yeSBJbnRlcm5hc2lvbmFsU0YgVGltdXJUZW5n YWhTU0 ) (Liputan 6 12 Oktober 2011)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(24)

Kekerasan pada berita seperti Serangan kepada warga Ahmadiyah, Minggu (6/2),di Desa Cikeusik, Pandeglang, Banten, adalah kabar buruk bagi demokrasi, prinsip pluralisme, dan cita-cita negara kebangsaan kita. Tewasnya tiga orang warga Ahmadiyah di tangan warga penyerang adalah peristiwa menyedihkan karena ini bukan untuk pertama kalinya terjadi. Kapolri Timur Pradopo menyatakan bahwa aksi kekerasan itu tidak diperkirakan sebelumnya. (http://berita.liputan6.com/read/319293/kekerasan_terhadap_ahmadiyah_gagalnya _negara_dan_masyarakat).

Kemenangan itu dilakukan setelah pasukan keamanan Khadafi berhasil memusnahkan pasukan pemberontak yang tersisa di dalam Misrata, sebuah kota sekitar 200 km sebelah timur Tripoli. Pasukan setia Muammar Khadafi menyatakan telah berhasil merebut kota yang selama ini dikuasai pemberontak. Sementara itu, kelompok pemberontak antipemerintah Khadafi mengancam akan mengisolasi Tripoli dengan memblokade rute pasokan utama, serta memotong pipa jaringan minyak. Hal itu dilakukan agar posisi terkuat dapat mereka raih

(http://id.Berita.yahoo.com/pasukan-khadafi-berhasil-rebut-misrata135200999.html) (Liputan 6, 16 Agustus 2011).

2.1.4. J enis Tayangan Televisi

Jenis tayangan televisi menurut Wibowo (2007) antara lain : a. Program Berita

Program berita merupakan suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik.

b. Dokumenter

Program yang menyajikan suatu kenyataan yang berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(25)

c. Feature

Adalah suatu program yang membahas suatu pikok bahasan, satu terra,

diungkapkan lewat satu pandangan yang saling melengkapi, mengurai,

menyoroti secara kritis, dengan disajikan dari berbagai format. Dalam satu

feature, satu pokok bahasan boleh disajikan dengan merangkai beberapa

program sekaligus, misalnya wawancara, show, puisi, nyanyian dan lain

sebagainya.

d. Magazine

Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah mengudara.

Sebagimana majalah cetak program magazine mempunyai jangka waktu terbit,

mingguan, bulanan, tergantung dari kemampuan produser program magazine

bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan tapi membahas suatu bidang

kehidupan seperti film, pendidikan, musik dan lain lain.

e. Spot

Suatu program yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televesi

untuk tujuan-tujuan tertentu dan juga merupakan program yang sangat pendek.

Keunggulan program ini salah satunya adalah dapat mencapai penonton yang

banyak karena tidak membutuhkan jangka waktu yang luas, dan dapat

diulang-ulang beberapa kali sehingga mudah diingat, dan mudah diletakkan

diantara program atau digunakan sebagai selingan jika tersedia waktu yang

singkat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(26)

e. Doku-Drama

Doku-Drama kependekan dari dokumenter drama maksudnya dokumenter yang didramakan. Satu kejadian yang pernah terjadi sungguh-sungguh, terdapat peninggalan dan bekas-bekasnya secara faktual, beberapa tokohnya masih hidup tetapi kejadiannya sudah lampau misalnya anak seribu pulau. f. Sinetron

Sinetron, kependekan dari sinema elektronik. Bermakna dari kata sinema penggarapannya tidak jauh dari film layar putih.

2.1.5. Pr ogr am Ber ita

Pengertian berita (news), berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadianyang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial), dan disiarkan melalui media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan kejadian di dalam berita bersifat objektif. Liputan gambar dari kejadian biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu shock. Namun objektivitas semacam ini masih tergantung subjektivitas dari peliput. Hal lain yang membuat program news sebagai sebuah program yang tidak murni objektif disebabkan broadcasting station policy, atau kebijakan stasiun pemancar yang dilaksanakan oleh bagian siaran pemberitaan dengan editorial policy (kebijakan pemerintahan).

Dalam program berita terdapat bermacam-macam cara menyajikan berita dan corak penyajian data. Batasan yang umum untuk jenis atau macam program siaran berita terletak pada batasan yang disadari atas keterkaitan pada waktu aktual singkat dan ketidaktertarikan pada waktu aktual singkat (memiliki waktu aktual yang panujang). Berita yang terikat waktu disebut berita harian, sedangkan berita yang tidak terikat waktu disebut berita berkala (Wibowo, 2007:132).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(27)

1. Berita Harian

Berita harian atau berita hangat (the host news) adalah beritayang perlu disampaiakan kepada masyarakat. Corak berita semacam ini sangat terikat waktu aktual yang singkat. Berita hanya bersifat linier dan langsung.

2. Berita berkala

Berita yang bersifat time less (tidak terikat waktu) memiliki kemungkinan- kemungkinan penyajian yang lebih lengkap dan mendalam. Sajian juga dapat diolah lebih artistik. Model berita berkala biasanya merupakan karya artistik.

2.1.6. J enis Ber ita

Berita pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan), investigative report (laporan penyelidikan), untuk membedakan terhadap tiga katagori tersebut diatas sebagai berikut :

1. Hard News

Hard News (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita tersebut misalnya, tentang mulai diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah.

2. Soft News

Soft News (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun mempunyai daya tarik bagi pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali lebih menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menajubkan atau mengherankan pemirsa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(28)

3. Investigative Reports

Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan, sehingga penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energi reporternya.

2.1.7. Keker asan

Menurut Galtung, kekerasan terjadi apabila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga jasmani dan mental aktualnya berada dibawah realisasi potensialnya. Kata-kata kunci yang perlu diterangkan yaitu aktual (nyata) dan potensial (mungkin), dibiarkan serta diatasi tanpa disingkirkan. Jadi kekerasan disini didefinisikan sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang nyata. Jenis kekerasan lain adalah kekerasan langsung, misalnya melukai, membunuh. Disini tampak bahwa dengan melukai atau membunuh berarti menempatkan "realisasi jasmani aktualnya dibawah realisasi potensialnya" dengan demikian realitas mentalnya juga tidak dimungkinkan karena kita tahu bahwa tanpa integritas jasmani, kebebasan untuk merealisasikan diri terhambat.

Galtung juga menguraikan enam dimensi penting dari kekerasan, yaitu sebagai berikut:

1. Kekerasan fisik dan psikologis. Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia disakiti bahkan sampai pembunuhan. Sedangkan kekerasan psikologis adalah tekanan yang berhubungan dengan kemampuan mental dan otak

2. Pengaruh positif dan negatif. sistem orientasi imbalan yang sebenarnya ada pengendalian atau kontrol yang tidak bebas, kurang terbuka dan cenderung manipulatif, meskipun memberikan kenikmatan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(29)

3. Ada objek atau tidak. Dalam tindakan tertentu tetap ada ancaman kekerasan fisik dan psikologis, meskipun tidak memakan korban. Tetapi membatasi tindakan manusia.

4. Ada subjek atau tidak. Kekerasan disebut langsung atau personal jika ada pelakunya, dan bila tidak ada pelakunya disebut struktural atau tidak langsung.

5. Disengaja atau tidak bertitik berat pada akibat dan bukan tujuan. dari sudut korban sengaja atau tidak, kekerasan tetap kekerasan.

6. Yang tampak dan tersembunyi. Kekerasan yang tampak nyata dapat dilihat meskipun tidal langsung, sedangkan kekerasan tersembunyi adalah sesuatu yang memang tidak kelihatan tetapi bisa dengan mudah meledak. (Santoso, 2002:168-169).

2.1.8. Tayangan Kek er a san Di Televisi

Kekerasan bisa didefisinikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan, dalam kekerasan mengandung unsur dominasii terhadap pihak lain dalam berbagai bentuk seperti, kekerasan pada fisik, verbal dan moral melalui gambar. Kekerasan sering terkait dengan penggambaran dalam media dengan kemungkinan bahwa gambar bisa melemah, lalu membuka dialektika banalisasi sensioalisasi. Bahaya kekerasan dimedia mempunyai alasanya yang kuat, meskipun lebih mencerminkan bentuk ketakutan dari pada ancaman rill.

Hubungan antara pemirsa dan gambar ditata dengan sangat teliti, wartawan sangat memperhitungkan efek penerimaan. Reportase langsung memungkinkan monstrasi kekerasan mengadakan gambar yang mengejutkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(30)

sehingga pemirsa hanya tertuju pada titik yang meninggalkan taumatisme. Kekerasan yang ditayangkan dan dibeberkan dalam kisah fiksi bukanya tanpa meninggalkan bekas luka pada pemirsa, contohnya siaran TV smack-down mirip dengan perkelahian rill, apa yang disaksikan oleh pemirsa melebihi dari relialitas kontak fisik atau kekerasan yang sesungguhnya terjadi. Ada keyakinan kuat bahwa kehadiran orang dewas bisa memperbaiki situasi, kendati sudah diketahui umum bahwa televisi banyak menayangkan acara kekerasan, terkadang keluarga tidak mampu mengendalikan anak dari melihat tanyangan televisi (Haryatmoko, 2007:132).

2.1.9. Pemir sa Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc. Quail, 1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(31)

1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat di bedakan pula menurut janis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan.

2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan di mengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi.Mereka bertanya-tanya pada dirinya apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak.

4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. la memilih program televisi yang disukai (Effendy, 1990:84).

2.1.10. Sikap

Dalam ilmu psikologi sosial, sikap banyak sekali diteliti, mulai dari teori, konstruksi, konsep hingga pengukurannya. Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai sikap :

a. Menurut Sutisna, Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan

tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten (Sutisna, 2003:99).

b. Menurut Sheriff, Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekanan masa lalu, tetapi menentukan apakah orang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(32)

yang harus dihindari (Rakhmat, 1999:40).

c. Menurut Berkowitz, Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada obyek tersebut (Azwar, 2007:4).

d. Menurut Rakhmat, Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi. Berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan

cara-cara tertentu terhadap objek sikap (Rakhmat, 1999:39-40).

Dari definisi diatas dapat terlihat bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi harus terlebih dahulu ditafsirkan sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Selain itu pengertian sikap juga menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis, sikap seringkali diharapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional. Jadi, sikap adalah rangkuman evaluasi terhadap objek sikap kita. Evaluasi rangkuman rasa suka atau tidak suka terhadap objek adalah inti dari sikap.

Sikap dapat terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Pandangan

ini mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat ini, bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, pelatihan, komunikasi,penerangan dan sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Sobur, 2004:62). Artinya melalui media komunikasi dapat dilakukan perubahan sikap seseorang.

Orang-orang yang berusaha membujuk orang lain perlu memerhatikan dasar sikap yang dipegang itu apabila mereka berusaha mengubahnya. Bagi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(33)

sejumlah orang komponen kognitif (rasional) dari sikap mungkin adalah yang paling kuat. Sedangkan bagi orang lain, yang paling kuat adalah komponen afektif (emosional) sikap.

Sikap dan perilaku adalah suatu hal yang berbeda. Perilaku (behavior) adalah berbagai tanggapan atau reaksi suatu individu yang tidak hanya meliputi reaksi dan gerakan tubuh saja, melainkan juga pernyataan-pernyataan verbal dan pengalaman subjektif (Bungin, 2005:27-27). Dengan demikian perilaku tersebut dapat diketahui dengan tindakan-tindakan yang nyata dan juga ucapan atau pikiran-pikiran. Mar'at dalam Dayakisni (2003:96) menjelaskan bahwa pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu:

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tertentu. Adapun indikator mengenai berita tayangan kekerasan pada liputan 6 siang adalah : a. Mengetahui berita teraktual yang tayangkan oleh Liputan 6 siang b. Mengetahui berita mengenai kekerasan yang ada di Indonesia c. Mengetahui sebab akibat terjadinya kekerasan

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system nilai yang dimilikinya. Adapun indikator mengenai berita tayangan kekerasan pada liputan 6 siang adalah :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(34)

a. Merasa suka dengan berita yang ditayangkan oleh Liputan 6 siang di SCTV. b. Merasa kurang suka dengan tayangan kekerasan yang diliput oleh Liputan

6 siang di SCTV.

c. Merasah resah atau gelisah dengan pemberitaan mengenai kekerasan yang ditayangkan di Liputan 6 siang di SCTV.

3. Komponen Konatif

Yaitu struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Adapun indikator mengenai berita tayangan kekerasan pada liputan 6 siang adalah :

a. Keinginan untuk selalu menonton tayangan berita kekerasan yang ditayangkan oleh Liputan 6 siang.

b. Ingin mengambil sisi positif atau pelajaran dari tindakan kekerasan yang terjadi pada tayangan kekerasan yang diliput oleh Liputan 6 siang

c. Keinginan tidak melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain setelah menonton berita Liputan 6 siang di SCTV

Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi kadarnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(35)

adalah efek behavioral, yaitu yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

Adapun pengaruh media massa tidak harus langsung terlihat, namun terpaan yang berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat. (Mulyana, 1999:143) Sedangkan tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang, dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: (a) respon positif, jika seseorang menyatakan setuju, (b) respon negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju, (c) respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu obyeknya.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa adanya efek komunikasi tersebut, maka terjadi perubahan sikap komunikan setelah mereka diterpa pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga dasar landasan teori yang dipakai bukan pada adanya pengaruh (efek, dampak) komunikan, tetapi pada bentuk sikap komunikan terhadap pemberitaan salah satu media. Jadi jika komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, maka terjadi perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan "gagal", maka tidak terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.

2.1.11. Teor i SOR

Teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah teori S-O-R yaitu singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula bersal dari psikologi. Apabila kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan karena

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(36)

objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut Stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, 0) c. Effek (Response,R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikasi.Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar'at dalam bukunya "Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan, bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 2.1. Stimulus Ornganisme Respon (S-O-R) Stimulus

Responen

(Perubahan sikap) Organisme : • Perhatian • Pengertian • Peneriaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(37)

Liputan 6 Siang Di SCTV

Liputan 6 SCTV adalah program berita televisi Indonesia yang disiarkan di SCTV. Dikenal sebagai program berita yang populer, slogannya adalah "Aktual Tajam Terpercaya". Liputan 6 pertama kali sejak tanggal 1 Januari 1993 dan diresmikan sejak tanggal 19 Mei 1996. Liputan 6 SCTV disiarkan empat kali sehari: pagi, siang, sore dan malam. Meski namanya menggunakan angka "6", namun waktu tayangannya tidak semuanya tepat pada pukul enam. Berjudul Liputan 6 SCTV disiarkan pada pukul 18.00-19.00 WIB. Liputan 6 Pagi (hadir pertama kali pada 8 Juli 1997) disiarkan sejak pukul 05.00-07.00 WIB, Liputan 6 Siang (hadir sejak 8 Juli 1997) disiarkan pada pukul 12.00-13.00 WIB, sedangkan Liputan 6 Petang (hadir mulai 19 Mei 1996) disiarkan pada pukul 18.00-19.00 WIB dan Liputan 6 Malam (hadir pertama kali pada 8 Juli 1997) pada pukul 23.00-00.00 WIB, kecuali hari Rabu pukul 02.00-02.30 WIB dengan durasi selama 30 menit (http://id.wikipedia.org/wiki/Liputan6#Liputan_6_Siang).

2.2. Ker angka Berfikir

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(38)

28 3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat, 1999:22). Dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengenai sikap masyarakat Surabaya tentang tayangan kekerasan di program berita Liputan 6 Siang di SCTV.

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel 3.2.1. Definisi Operasional

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasan mendukung (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Dalam penelitian ini sikap diukur dengan menggunakan indikator sikap kognitif, afektif dan konatif. 1. Sikap Kognitif.

Berisi komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tertentu. Indikator penelitian adalah:

a. Dengan menonton Liputan 6 siang mengetahui berita teraktual mengenai kekerasan yang ada di Indonesia

b. Dengan menonton Liputan 6 siang anda mengetahui berita mengenai kekerasan yang ada di Indonesia

c. Dengan menonton Liputan 6 siang mengetahui sebab akibat terjadinya kekerasan yang ditayangkan di televisi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(39)

2. Sikap Afektif.

Berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system nilai yang dimilikinya. Indikator penelitian adalah:

a. Merasa suka dengan berita yang ditayangkan oleh Liputan 6 siang di SCTV. b. Merasa kurang suka dengan tayangan kekerasan yang diliput oleh Liputan 6

siang di SCTV.

c. Merasah resah atau gelisah dengan pemberitaan mengenai kekerasan yang ditayangkan di Liputan 6 siang di SCTV.

3. Sikap Konatif.

Konatif yaitu struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Indikator penelitian adalah :

a. Keinginan untuk selalu menonton tayangan berita kekerasan yang ditayangkan oleh Liputan 6 siang.

b. Ingin mengambil sisi positif atau pelajaran dari tindakan kekerasan yang terjadi pada tayangan kekerasan yang diliput oleh Liputan 6 siang

c. Keinginan tidak melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain setelah menonton berita Liputan 6 siang di SCTV

3.2.2. Pengukuran Var iabel

Pengukuran sikap ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan modifikasi model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(40)

penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya (Singarimbun, 1987:111). Pilihan jawaban masing-masing pernyataan digolongkan dalam empat macam kategori, yaitu “Sangat Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setuju” (S) dan “Sangat Setuju” (SS).

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu (undecided) alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (Multi Interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrumen.

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah

(central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian

sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden. Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban diatas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut :

a. Skor 1 berarti Sangat Tidak Setuju (STS). b. Skor 2 berarti Tidak Setuju (TS).

c. Skor 3 berarti Setuju (S).

d. Skor 4 berarti Sangat Setuju (SS).

Skoring pada penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari

setiap item dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap

pernyataannya tersebut untuk masing-masing individu. Selanjutnya, tiap-tiap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(41)

indikator untuk sikap diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada

angket. Kemudian jawaban yang telah dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari

tiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu positif, netral, dan negatif.

Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing

kategori ditentukan dengan :

R (range) = skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan :

Range : Batasan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai pertanyaan

Jenjang : 3 (positif, netral, negatif) Interval dari sikap sebagai berikut :

9

a. Dikategorikan positif, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 29 s/d 36. Apabila katagori jawaban menyatakan setuju dengan berbagai pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mengenai sikap masyarakat tentang tayangan kekerasan pada program berita liputan 6 siang di televisi, maka sikap responden dapat simpulkan memiliki sikap positif.

b. Dikategorikan netral, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 19 s/d 28. Apabi1a kategori jawaban menyatakan antara setuju dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(42)

tidak setuju (Ragu-ragu) dengan berbagai pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mengenai sikap masyarakat tentang tayangan kekerasan pada program berita liputan 6 siang di televisi, maka sikap responden dapat simpulkan memiliki sikap netral

c. Dikategorikan negatif, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 9 s/d 18. Apabila kategori jawaban menyatakan tidak setuju dengan berbagai pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mengenai sikap masyarakat tentang tayangan tayangan kekerasan pada program berita liputan 6 siang di televisi maka sikap responden dapat simpulkan memiliki sikap negatif

3.3. Populasi, Sampel, dan Tek nik Penar ikan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian disini adalah masyarakat Surabaya yang minimal berusia 15 tahun dan yang menonton program acara Liputan 6 Siang di SCTV. Berdasarkan data dari BPS maka jumlah populasi masyarakat Surabaya berjumlah 2.013.045 orang.

3.3.2. Sampel, dan Teknik Penar ikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya minimal 15 tahun dan menonton Liputan 6 Siang di SCTV.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multistage Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel jika anggota

populasi yang diteliti atau sumber data sangat luas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(43)

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

1

d = Presisi (derajat ketelitian 10%). 1 = angka konstan

Langkah –langkah pengambilan sampel Multistage Cluster Random Sampling yaitu :

a. Langkah pertama, responden dikelompokkan berdasarkan wilayah Surabaya, yaitu

Surabaya Barat, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, Surabaya Timur, kemudian dirandom (acak), terpilih Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.

b. Langka kedua, responden dikelompokkan berdasarkan wilayah kecamatan yang ada pada Surabaya Timur dan Surabaya Selatan, untuk Surabaya kemudian diacak (random) kemudian terpilih untuk Surabaya Timur tepilih Kecamatan Rungkut

dan Tambak Sari. Dan untuk Surabaya Selatan terpilih Wonokromo dan Jambangan.

c. Langkah ketiga, responden dikelompokkan berdasarkan wilayah kelurahan yang ada kemudian di rondom (diacak) maka terpilih untuk Kecamatan Rungkut terpilih Kelurahan Penjaringan Sari dan Medokan ayu, Kecamatan Tambak Sari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(44)

terpilih Kelurahan Pacar Keling dan Kelurahan Gading. Untuk kecamatan Wonokromo terpilih Kelurahan Ngagel dan Darmo, sedangkan untuk Kecamatan Jambangan terpilih kelurahan Karah dan Pagesangan.

Ga mbar 3.1. Bagan Multistage Cluster Tabel 3.1.

J umlah Sampel Untuk Keselur uhan Surabaya

No Wilayah

Sur abaya Kecamatan Kelur ahan

J umlah masyar akat Sur abaya tiap

kelur ahan

1 Wilayah

Surabaya Timur

Rungkut Penjaringan sari 12861

Medokan Ayu 13565

Tambak Sari Pacar Keling 18503

Gading 62.344

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2010

Untuk lebih rincinya jumlah masyarakat Surabaya dari beberapa Kelurahan

yang akan dilakukan penarikan sampel berdasarkan wilayah tiap-tiap Kelurahan

dengan menggunakan rumus adalah sebagai berikut :

ni = N Nixn

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(45)

Dimana :

ni : jumlah sampel masyarakat Surabaya yang berusia minimal 15 tahun keatas dari beberapa Kelurahan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(46)

g. Karah

3.4. Tek nik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini menurut cara memperolehnya, dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama, dengan melakukan pengumpulan data primer, kedua dengan melakukan pengumpulan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari responden.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden dengan berdasarkan kuisioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang

terutup dan yang terbuka.

2. Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.

3.5. Metode Analisa Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(47)

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk

mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari:

mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk

selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang

didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

100% N

F P= ×

Keter angan :

P : Persentase Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(48)

38 4.1. Gambar an Objek Penelitian 4.1.1. Pr ofil Kota Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Menurut Sensus Penduduk Tahun 2010, Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.765.908 jiwa. Dengan wilayah seluas 333,063 km², maka kepadatan penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 8.304 jiwa per km (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya).

4.1.2. Demogr afi Kota Surabaya

Secara geografis, Surabaya terletak pada 07’ 12’- 07’ 21’ Lintang Selatan dan 112’ 36’ – 112’ 54’ Bujur timur. Dengan letaknnya di daerah tropis yang strategis tersebut, Surabaya dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara dan laut. Daerah Surabaya di sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan laut dengan selat Madura yang merupakan daerah pantai atau pesisir serta di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Sidoarjo dan Gresik. Surabaya dibagi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar

Gambar 2.1. Stimulus Ornganisme Respon (S-O-R)
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
Tabel 3.1.
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Kristen Maranatha berjalan dengan baik, maka pihak Direktorat Jenderal Pajak dan jajarannya hendaknya lebih giat dalam memberikan pengarahan kepada para

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

outbound merupakan suatu usaha yang sangat bermanfaat karena bertujuan membina kerja sama, namun pengolahan latihan fisik dan mental yang akan dilaksanakan

Total quality management dipilih salah satu sistem yang akan digunakan untuk memperbaiki sistem manajemen yang ada pada perusahaan. untuk menghasilkan kinerja manajerial yang

Pembuatan Aplikasi Diet Mayo berbasis android ini diharapkan dapat membantu orang – orang yang ingin melakukan hidup sehat dengan menggunakan diet mayo, dimana diet mayo bukan

Dalam proses perancangan, metode yang digunakan adalah metode VDI 2221 yang terdiri dari penjarbaran tugas dengan membuat daftar checklist , perancangan konsep dengan

Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan baik dari keterangan para saksi, keterangan Ahli, Surat, Petunjuk dan Keterangan Terdakwa didukung dengan

Hasil penghitungan statistik menunjukan bahwa dimensi perilaku individu telah memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai sebesar 13,0 %. Hasil ini mengisyaratkan bahwa hipotesis