• Tidak ada hasil yang ditemukan

EV ALUASI TERMOHIDROLIKA KONDISI TUNAK TERAS RSG-GAS P ADA OPERASI DAY A 15 MWt DENGAN 1 POM- P A PENDINGIN PRIMER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EV ALUASI TERMOHIDROLIKA KONDISI TUNAK TERAS RSG-GAS P ADA OPERASI DAY A 15 MWt DENGAN 1 POM- P A PENDINGIN PRIMER"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Proseding Pertemuan don Presentasi /lmiah

PPNY-BATAN, Yogyakarta /4- /5 Juli /999 Buku I 201

EV ALUASI TERMOHIDROLIKA KONDISI TUNAK TERAS RSG-GAS P ADA OPERASI DAY A 15 MWt DENGAN 1 POM- P A PENDINGIN PRIMER

Moh. Darwis Isnaini

Stal Bidang Fisiko Reaktor, PPTRR (PRSG)-BATAN

Y. Murayama

JAER/

ABSTRAK

EVALUASI TERMOHIDROLIKA KONDISI TUNAK TERAS RSG-GAS PADA OPERASI DAYA 15 MWt DENGAN 1 POMPA PENDINGIN PRIMER. Telah dilakukan perhitungan untuk mengevaluasi kemungkinan dioperasikannya RSG-GAS hanya den8an menggunakan pendinginan 1 pompa primer sebagai pendingin dan 1 penukar panas. Dari perhitungan untuk kondisi tunak dengan menggunakan program

Coolod-N untuk daya lebih 17,1 MWt (114% dari daya nominal 15 MWt) diperoleh suhu makismum pelat dan meat masing-masing sebesar 138,98 dan 154,67 DC serta batas minimum keselamatan terhadap ketidak- stabilan aliran sebesar 2,55 untuk kondisi daya lebih, dan 1,43 untuk kondisi antisipasi transien.

Dibandingkan dengan SAR RSG maka disimpulkan bahwa reaktor RSG dapat dioperasikan pada daya 15 MWt dengan menggunakan pendinginan 1 pompa, dengan selamat.

ABSTRACT

STEADY-STATE THERMAL HYDRAULIC EVALUATION UNDER 15 MWt AND ONE PRIMARY PUMP OPERATION. An evaluation to make sure the RSG-GAS (MPR-30) could be operated by only one primary pump and one heat exchanger operation was carried out. The calculation for over power of 17.1 MWt (114% of nominal power 15 MWt) on steady state condition using Coolod-N code, wasfound that the maximum temperatures were 138.98 and 154.67 DC for the plate and meat, respectively, and the minimum safety margins against the onset of flow instability were 2.55 and 1.43 for over power and anticipated transient condition. respectively. Compared to SAR of RSG, it can be concluded that the RSG can be safely operated at power of 15 MWt using 1 primary pump.

PENDAHULUAN

n SG-GAS adalah reaktor riset bertipe kolam, Rmenggunakan pendingin daD moderator air ringan daD mempunyai daya termal 30 MWt.

Reaktor ini menggunakan bahan bakar U3Og-AI dengan pengkayaan 19,75 % yang dibuat dalam bentuk pelat (MTR-type fuels). Pada teras kerjanya, RSG-GAS tersusun atas 40 elemen bakar dan 8

elemen kendali yang masing-masing tersusun atas 21 dan 15 pelat bahan bakar.

Akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar negara-negara di Asia sejak tahun 1997 termasuk Indonesia, telah memaksa untuk melakukan pengurangan anggaran yang dipakai, padahal dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS maka biaya yang dipakai untuk pem- buatan elemen bakar, perawatan dan pengoperasian reaktor menjadi sangat besar. Oleh sebab itu perlu dilakukan beberapa penghematan antara lain pengurangan jumlah siklus operasi menjadi 3 siklus

per taboo, menurunkan tingkat operasi daya menjadi 15 MWt. Lebih jauh, RSG-GAS ingin melakukan evaluasi yaitu jika memungkinkan untuk mengu- rangi kapasitas pendingin reaktor menjadi 50% nya dalam usaha untuk mengurangi beban beaya listrik yang dipakai untuk menjalankan sistem pendingin reaktor. Pada kondisi ini, diharapkan reaktor dapat dioperasikan pada tingkat daya 15 MWt dengan kondisi pendinginan masing-masing 1 buah pompa pendingin primer, 1 buah pompa sekunder daD 1 buah penukar panas dibandingkan dengan kondisi saat ini yang masing-masing menggunakan 2 buah.

Sebagai bahan perbandingan, Praptoriyadi, dkk[l] telah melakukan uji Benchmark tennohidrau- lika teras kerja RSG-GAS dalam keadaan tunak pada tingkat daya 34,2 MWt (daya lebih) .erhadap beberapa program yang dimiliki oleh PRSG antara

lain, P ARET -ANL, HEA THYD, PL TEMP daD COOLOD-N dengan program yang dipakai oleh pemasok (INTERA TOM) yaitu COBRA III/I.

Muh. Darwis Isnaini, dkk.

ISSN 0216-3128

(2)

Proseding Pertemuan dan Presentasi I/miah PPNY-BATAN, Yogyakarta 14 -15 Juli 1999

202 Buku 1

Sedangkan Arbie!3] telah melakukan studi untuk mengkonversi bahan bakar RSG-GAS daTi oksida menjadi silisida secara langsung. Dan Putranta, dkk!4] telah melakukan analisis terrno- hidraulika teras RSG-GAS pada kondisi tunak menggunakan bahan bakar silisida. Dari basil perhitungan untuk daya 30 MWt untuk bahan bakar oksida dan silisida, yang menggunakan semua asumsi yang sarna, kecuali untuk prosentase pembangkitan panas di dalarn bahan bakar oksida 93% sedangkan untuk bahan bakar silisida 100 %.

Pada makalah ini akan dilakukan suatu evaluasi tentang karakteristik terrnohidrolika teras RSG-GAS pada tingkat daya 15 MWt untuk operasi menggunakan I buah pompa pendingin primer.

Perhitungan akan dilakukan untuk bahan bakar jenis oksida (U3Os-AIJ dengan densitas uranium di dalarn meat 2,96 g/cm3 dan berrnuatan 250 g U-235 per elemen bakar, pada kondisi tunak (steady-state condition) untuk daya terbangkit di dalarn teras sebesar 15 MWt dan 17,1 MWt (daya lebihnya).

perhitungan ini dikerjakan dengan menggunakan prograrn komputer COOLOD-N. Dari basil evaluasi ini akan terlihat karakteristik terrnohidrolika teras RSG-GAS jika dioperasikan dengan hanya menggunakan 1 buah pompa pendingin primer.

40 elemen bakar dan 8 elemen kendali) ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu 44,7143 elemen bakar disebut kanal rerata dan I elemen bakar disebut kanal terpanas. Y ang' dimaksu~ dengan kanal rerata adalah elemen bakar dengan lebar kanal nominal (2,55 mm) yang mempunyai panas rerata yaitu faktor radial 1,00 dan faktor teknis ketidakrataan fluks panas sebesar 1,00. Sedangkan yang disebut kanal terpanas, adalah elemen bakar dengan lebar kanal minimum (2,40 mm) yang mana pacta kanal terpanas ini terdapat titik terpanas. Pacta model kanal terpanas ini, faktor-faktor kanal terpanas yang dipakai adalah sebagai berikutll. 2. 4] :

-Faktor radial (FR) = 2,846;

-Faktor aksial (FA) merupakan fungsi kosinus, dengan FAmaks = 1,6 ;

-Faktor teknis dari ketidak-rataan fluks panas (Fq-) = 1,2

Untuk faktor teknis yang lain, pacta model perhitungan ini digunakan data masukan antara lain suhu pendingin masukan maksimum yang mungkin terjadi sebelum sistem proteksi reaktor memancung reaktor (yaitu 44,5 °C), fraksi laju alir teras liktif sebesar 77% [2, S] daD fraksi laju alir ke elemen bakar (kanal) terpanas sebesar 89.7%[6] dari laju alir untuk kanal nominal, untuk laju alir sistem primer masing- masin~ 400 kg/detik (50% laju alir minimum RSG- GAS[2) daD .1785 m3/jam [7]. Perhitungan dilakukan

untuk bahan bakar jenis oksida dengan

konduktivitas panas (k) sebesar 13 W/m~, dengan asumsi panas seluruhnya (100%) dibangkitkan di bahan bakar.

MODELPERHITUNGAN

Dari data disain yang termuat dalarn SAR [2], disebutkan bahwa daya nominal RSG-GAS adalah 30 MWt dengan batasan disain dapat dioperasikan dengan laju alir minimum untuk sistem primer sebesar 800 kgidetik dan karena adanya fluktuasi daya maka reaktor masih dapat dioperasikan dengan arnan pada daya lebihnya yang dibatasi 114% dari daya nominalnya atau sebesar 34,2 MWt. Untuk mendapatkan laju alir minimum sebanyak 800 kg!

detik, sistem pendingin primer harus disirkulasikan dengan 2 buah pompa. Untuk itu kalau reaktor ingin dioperasikan dengan daya hanya 15 MWt, secara logika hanya dibutuhkan laju alir minimum se- banyak 50% dari laju alir minimum semula yaitu 400 kg!detik dan itu berarti sarna dengan reaktor dioperasikan hanya dengan 1 buah pompa pendingin primer. Karena berkenaan dengan setting keselarnatan operasi reaktor, maka perhitungan juga harus dilakukan untuk daya lebihnya, yang jika mengarnbil batasan yang sarna 114 % adalah sebesar 17, I MWt.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagai bahan perbandingan ditampilkan basil perhitungan untuk daya lebih 114% (34,2 MWt) dengan 1aju alir minimum 800 kgidetik (kondisi operasi 2 pompa) untuk kanal terpanas sebagaimana tertera pada Tabell.

Dari Tabel I menunjukkan bahwa basil perhitungan dengan program COOLOD-N mendapatkan basil yang hampir sarna dengan SAR,

kecuali batasan suhu maksimum pe1at di dalam SAR yang lebih tinggi, y3;itu 207 °C. Se1ain itu terlihat bahwa harga L\ T ONB berharga negatif, yang menunjukkan sudah terjadi awal pendidihan titik

(Onset of nucleate boilling) pada permukaan pelat clan hal ini diijinkan/ disebutkan di dalam SAR meskipun tidak secara kuantitatif. Dari keduanya diperoleh batas keselamatan terhadap ketidak- stabilanaliran untuk kanal terpanas pada daya 34,2 MWt yang hampir sarna yaitu == 2,67.

Mengacu pada perhitun~an yang telah dilakukan sebelumnya[l, 2, 3, J, maka model perhitungan untuk RSG-GAS yang memiliki 45,7143 elemen bakar efektif(teras RSG terdiri atas

Muh. Darwis Isnaini, dkk.

ISSN 0216 -3128

(3)

Proseding Pertemuan don Presentasi Ilmiah

PPNY-BATAN, Yogyakarta 14 -15 Juli 1999 Buku I 203

Tabell. Hasilperhitungan termohidraulika teras RSG-GAS berbahan bakar oksida untuk laju alir minimum 800 kg/det.[1.2]

COOLOD-N SAR

Laju alir , kg/detik 800

800

Daya total reaktor, MWt 30,0

100

34,2

100

34,2 Prosentase pembangkitan panas di dalam

100

bahan bakar, %

Kenaikan suhu pendingin, °C 42,88 226,727

133,564 3,65 116,43 143,10

48,96 258,469

152,263 3,66 116,45 147,83

44,46 258,5

Fluks panas maks, W /cm2 Fluks panas rerata, W/cm2

Kecepatan pendingin, m/detik

3,50

116,9

145

Suhu saturasi, DC

Suhu maksimurn pelat, °C

Suhu maksimum "meat", °c 170,62

-12,73

0,226

179,21

-17,34

0,229 59,4

207 AToNB = TONB -Tpelat, °c

~Ploss, kgf /cm2

0,22

Parameter pelepasan gelembung, llminimwn

75,9 3,43*

Batas keselamatan terhadap ketidakstabil-

an aliran, S min 2,69* 267* ,

* Dipergunakan 11c = 22, I cm' oK/I

Pada evaluasi tennohidrolika RSG dengan operasi 1 buah pompa ini juga dihitung masing- masing untuk daya nominal clan daya lebih 114%

(17,1 MWt = 50% x 34,2 MWt) dengan menggunakan laju alir 1 buah pompa pendingin primer atau setara dengan 400 kg/detik (= 50% x

800 kg/detik) daD laju alir teras minimum 1 buah pompa pada teras X sebesar 1785 m3/jam [7] seperti tertera pada Tabel 2.

Hasil evaluasi termohidrolika teras RSG- GAS pada kondisi tunak untuk pendinginan dengan .1 buah pompa primer terlihat pada Tabel3.

Tabel 2. Hasil pengukuran laju alir pendingin primer pada teras X

Banyaknya pompa

Pompa 2 Pompa

ldentitas

JEOI APOI

JEOI APO2

JEOl

APO3

JEOI

APOl+O2

mOl APO 1 +03

JEOl APO2+03

pompa

Laju alir

(m3/jam)

1838:t 51 1855:!: 51 1785:t51 3269 :t 49

3269 .:t 49

3266 :t 44

Moh. Darwis Isnaini, dkk.

ISSN 0216-3128

(4)

Proseding Pertemuan dan Pl'esentasi Ilmiah PPNY-BATAN. Yogyakarta 14 -15 Juli 1999

204 Buku I

Tabel3. Hasil evaluasi termohidraulika teras RSG-GAS berbahan bakar okS'ida dengan operasi 1 pumpa pendingin primer pada kanal terpanas.

1785 m3fjam

Laju alir 400 kg/detik (minimum)

Daya total reaktor, MWt 15,0

100

17,1 100

15,0

100

17,1 ---

Prosentase pembangkitan panas di dalam

100

bahan bakar, %

Kenaikan suhu pendingin, DC

42,88 113,363

66,802 1,82 119,89 135,37 149,13

-652 , 0,067

80,9 3 24** ,

48,96 129,234 76,132

1,83

119,89 138,98

154,67

-10,10

0,065

638 ,

2,55**

36,98 113,363

66,802 2,22 119,39 131,04 144,77 -207 , 0,092 104,8 4.19**

42,21 129,234 76,132

2,22 119,37 135,45 151,14

-630

, 0,091

86,0

3 44**

, Fluks panas maks, W/cm"

Fluks panas rerata, W/cm

2

Kecepatan pendingin, m/detik

Suhu saturasi, DC

Suhu maksirnum pelat, DC Suhu maksimum "meat", DC ilToNB = TONB -Tpelat, °c I1Ploss, kgf /cm

Parameter pelepasan gelembung, Tlminirnurn

Hatas keselamatan terhadap ketidakstabilan aliran, S min

** Dipergunakan Tlc = 25,0 cm

laju alir minimum 800 kg/detik dan 400 kg/detik, baik pada daya nominal maupun pada daya lebihnya, maka diperoleh :

Jika dibandingkan antara Tabel I (untuk 2 pompa) dengan Tabel 3 (untuk 1 pompa) yang diperjelas dengan Gambar 1, masing-masing untuk

Suhu (0 C) 200

180 160

140

120

100 80 60 40 20 0

15 25 40 45 50 55

Tinggi Kanal, z (cm)

0 5

10

20 30 35 60

Gambar 1. Grafik distribusi suhu pendingin, pelot don meat untuk laju alir 400 don 800 kg/del.

ISSN 0216 -3128

Muh. Darwis Isnaini, dkk.

(5)

Proseding Pertemuan don Presentasi I/miah

PPNY-BATAN. Yogyakarta 14 -15 Ju/i 1999 Buku I 205

.Keduanya mempunyai distribusi suhu pendingin yang sarna, hal ini dikarenakan meskipun laju alir pacta pendinginan dengan I pompa berkurang 50 % tetapi diikuti juga dengan pengurangan daya 50 %. Dari persamaan Q = m.cp.At dengan Q daD m masing-masing berk\;lrang 50% daD dengan Cp dianggap konstan maka akan diperoleh At besarnya tetap sarna.

.Dengan menurunkan daya 50% maka fluks

panasnya juga akan berkurang 50% , dernikian juga dengan pengurangan laju alir menjadi 50%

nya maka kecepatan pendingin juga berkurang menjadi 50%. Meskipun begitu, hal ini tidak secara otomatis menyebabkan hantaran panas dari pelat ke pendingin tetap sarna atau berkurang 50%. Sebagairnana terlihat pacta Tabel 4 untuk laju alir 800 daD 400 kg/detik, dengan menggunakan contoh tebakan suhu pelat daD

suhu pendingin yang sarna, maka akan diperoleh data-data sifat pendingin yang sarna, sehingga diperoleh pula bilangan Prandtl (Pr) yang sarna, sedangkan bilangan Reynold (di mana Re = p v Dj~) yang memuat kecepatan pendingin

besarnya berkurang 50% sesuai dengan

pengurangan laju alir. Narnun karena bilangan

os 04

Nusselt (yang mana Nu = 0,023 Re. Pr') terlihat bahwa pangkat daTi bilangan Re kurang daTi 1 (yaitu 0,8), hal ini akan menyebabkan penurunan bilangan Nusslet kurang daTi 50%

dengan kata lain Nu untuk laju alir 400 kg/detik lebih daTi 50% Nu untuk 800 kg/detik (NU400 = 57,44% x Nusoo) ,dernikian juga koefisien hantaran panasnya yang linier terhadap bilangan Nusselt (h = Nu.k/De) juga bemilai lebih daTi 50

% (yakni 57,44 % x hsoo). Dengan menggunakan persarnaan untuk menghitung suhu pelat (Tw -

Tc) = q"/ h, yakni jika harga koefisien hantaran panas h makin besar maka akan diperoleh beda suhu antara pelat daD pendingin yang semakin kecil, daD karena besarnya suhu pendingin sarna maka diperoleh suhu pelat menjadi lebih kecil.

.Dengan suhu pelat menjadi lebih kecil, berakibat pacta AT ONB (perbedaan suhu yang menunjukkan adanya awal pendidihan titik pacta pelat) mempunyai harga yang lebih besar ke arah positif, yang berarti untuk laju alir 400 kg/detik daerah pelat yang terjadi pendidihan titik lebih pendek (54,2% panjang pelat) dibanding untuk laju alir 800 kg/detik (yaitu 65 % panjang pelat).

.Jika dilihat daTi harga batas keselarnatan terhadap ketidakstabilan aliran S = T)/T)c untuk laju alir 400 kg/detik mempunyai harga yang sedikit lebih rendah, meskipun harga pararneter

~

pelepasan gelembungnya (11) lebih besar, hat ini disebabkan harga 11c berbeda. Harga 11c didapat dari data eksperimen yang di dalarn SAR RSG [2]

ditunjukkan seperti pada' Garnbar 2. Untuk operasi RSG dengan dua pompa (laju alir minimum 800 kg/det) diperoleh kecepatan pendingin berkisar 3,7 m/detik, dari Garnbar 2 diperoleh 11c = 22,1 cm2 °K/J [2). Sedangkan .untuk operasi RSG dengan sebuah pompa (laju

alir minimum 400 kg/det) hanya diperoleh kecepatan sekitar 1,83 m/det, mengacu pada SAR RSG[2) artinya untuk operasi ini dimiliki jangkauan laju alir sampai 75% x 1,83 m/det :;

1,4 m/det. Dengan menggunakan graflk yang sarna (Garnbar 2), harga 11c maksimum yang memenuhi untuk daerah jangkauan kecepatan 1,4 -1,83 m/detik, ditentukan sebesar25,0 cm2 "KIJ.

Sehingga untuk laju alir 400 kg/detik diperoleh harga S minimum sebesar 3,24 clan 2,55 atau penurunan 4,14 % clan 4,49 % masing-masing untukdaya nominal clan daya lebihnya dari batas yang ditetapkan SAR untuk 2 pompa. Batas keselarnatan minimum yang dapat dipakai untuk antisipasi transien didefmisikan sebagai perbandingan ~.l11c. Dengan konsekuensi 11. = 11c + 1,884 x 5,7[2 diperoleh 1'1. = 35,74. Jadi 11.111c diperoleh sebesar 1,43 atau 2,72 % lebih rendah dibanding yang disyaratkan oleh SAR untuk 2 pompayaitu 1,47.

.Selain itu, pada perpindahan panas dari meat ke .pelat (kelongsong) tidak ada perubahan baik fisik ataupun sifat bahan termasuk tidak ada pengaruh dari laju alir pending in, kecuali besarnya daya yang turun 50%, sehingga hal ini juga mengakibatkan penurunan pada perbedaan suhu antara meat dengan kelongsong (A~p) sebesar 50 % juga, yaitu 31,38 °c untuk daya 34,2 MWt clan 15,69 °c untuk daya 17,1 MWt.

.Sedangkan untuk kondisi operasi dengan 1 pompa, jika dibandingkan untuk 1aju alir 400 kg/detik clan 1785 m3/jarn (§ 492 kg/detik) menunjukkan bahwa semua harga baik suhu pendingin, suhu maksimum pelat, suhu maksimum meat, batas awal terjadinya pendidihan titik serta batas keselarnatan tarhadap ketakstabilan aliran untuk laju alir 1785 m3/jarn

lebih baik dibanding suhu yang sarna untuk laju alir 400 kg/detik. Hal ini merupakan konsekuensi logis untuk daya yang sarna tetapi laju alirnya lebih besar. Untuk kondisi laju alir 1785 m3/jarn ini diperoleh batas keselarnatan terhadap ketidak- stabilan aliran (S minimum) untuk daya nominal .clan daya lebih masing-masing4,19 clan 3,44.~

(6)

Proseding Pertemuan dan Presentasi /lmiah PPNY-BATAN, Yogyakarta /4 -/5 Ju/i /999

206 Buku I

Tabel4. Perhitungan KoeflSien Hantaran Panas.

Laju alir 800 kg/det

3,66 34,2 258,469 140 70 105 949,27 0.665 4,596E-04

4,246 2,933 36285,412

157,184 2,179 74,14

400 kg/det 1,83 17,1 129,234

140

70 105 949,27 0.665 4,596E-04 4,246 2,933 18142,706

90,279 1,251 64,57 Kecepatan pendingin, v (mIdet)

Daya (MWt)

Fluks panas q" (W/cm1 Tebakan suhu pelat, Tw tC)

Tebakan suhu pendingin, T c ~C)

SUhu bulk = (T w + T c)/2 rC) Densitas, p (kg/m3)

Konduktivitas tennal, k (W 1m °C)

Viskositas dinamis, J.l (kgim.det)

1785 m3/jam 2,22

171, 129,234

140

70

105 949,27 0..665 4,596E-04

4,246 2,933 22009,184 105,368

1,461

55,28 Panas spesifIk, cp (kJ/kg °C)

Bil. Prandtl, Pr = cp J.l /k

Bil. Reynold, Re = p v DJ~

Bil. Nusse.lt, Nu = 0,023 (Re)u.g {Pr)U.4

Koefisien hantaran panas, h = Nu. KID.

Beda suhu pelat, (Tw.Tc) = q"/h tC)

Pari basil evaluasi di atas menunjukkan bahwa pada operasi RSG dengan sebuah pompa, karakteristik termohidroliknya masih lebih baik dibanding operasi RSG dengan 2 buah pompa, dengan beberapa catatan yaitu ketidak-stabilan

a.!iran tidak terjadi se.!ama operasi tunak, ge.!embung uap akan terbentuk dipermukaan pe.!at bahan bakar pada kana.! terpanas (ha.! ini diijinkan di da.!am

SAR), dan batas kese.!amatan sedikit berubah.

Muh. Darwis Isnaini, dkk.

ISSN 0216 -3128

(7)

Proseding Pertemuan dan Presentasi //miah

PPNY-BATAN. Yogyakarta /4 -/5 Ju/i /999 Buku I 207

KESIMPULAN Makalah pada Pertemuan daD Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Iptek Nuklir, PPNY-BATAN, Yogyakarta, 26-28 Mei 1998.

6. GYSLER, "Cooling of the Outer Fuel Plates in the Typical Working Core", Technical Report, No. KN43G-A-1150-2641400, Siemens, Ger- .many, January 1992.7.

M.D. ISNAINI, K. PUTRANTA, D. SAPTO- AD!, A. SUFMA WAN, "Laporan Hasil Peng- ukuran Distribusi Laju Alir Teras X", RSG/

EFT/94/03/TI0.0l/L, PRSG-BATAN, Nopem- ber 1994.

Dari basil evaluasi temlohidrolika teras RSG- GAS pacta kondisi tunak dengan pendinginan 1 buah pOnIpa prinIer pacta daya 15 ~VVt dengan nIenggunakan program COOLOD-N diperoleh bahwa:

I. Reaktor dapat dioperasikan (diijinkan) beroperasi pacta daya 15 ~VVt dengan 1 buah pompa pendingin prinIer.2.

Batas keselamatan RSG-GAS yang digunakan lebih besar daTi 2,55 yang menunjukkan bahwa tidakterjadi ketidak-stabilan aliran.

3. Gelembung uap akan terbentuk pacta pemlukaan pelat padakanal terpanas.

TANYAJAWAB DAFTAR PUSTAKA

Suyamto

-Mengapa dipilih 15 Mwt = 1/2 daya nominal.

-AToNB < > 0 apa maksudnya

-Perhitungan ini mestinya tidak dapat diacu untuk waktu/umur perangkat yang lain karena efisiensi alat (pendingin sudah berbeda).

Darwis Isnaini

~ Karena ada batasan desain. untuk operasi RSG dengan 2 pompa adalah daya nominal 30 Mwt, secara logika (cara mudahnya) batasan operasi dengan I pompa adalah daya 15 MWt.

-Maksudnya dari hasil perhitungan perlu diperhatikan LlTONB, LlTONB < 0 artinya ter- jadi awal pendidihan titik. ATONB > 0 artinya

tidak terjadi awal pendidihan titik.

-Perhitungan ini hanya di teras reaktor saja, belum menyangkut alat penukar panas, cooling tower, dsb. (atau sistem secara keseluruhan), sehingga masih tetap diacu untuk memberi batasan operasi reaktor.

1. G. PRAPTORIADI, H. HASTOWO, K.

PUTRANTA, D. SAPTOADI, "Uji Benchmark Tennohidrolika Teras Kerja RSG-GAS Dalam Keadaan Tunak", Prosiding Seminar Komputasi Dalam Sains daD Teknologi Nuklir V, PPI- BAT AN, Jakarta, 24-25 Januari 1995.

2. Anonim, "Multipurpose Research Reactor G.A.

Siwabessy, Safety Analysis Report Rev. 7", BAT AN, Jakarta, September 1989.

3. B. ARBIE, "Oxide to Silicide Fuel Coversion Study For Multipurpose Reactor GA. Siwa- bessy", Disertasi Doktor, UGM, Yogyakarta,

1996

4. K. PUTRANTA, M:D. ISNAINI, D.

SAPTOADI, A. SUFMA WAN, "Analisis Tennohidraulika Teras RSG-GAS Pada Kondisi Tunak Menggunakan Bahan Bakar Silisida", Prosiding Laporan Peneltian PRSG Tahun 1994/95, PRSG-BATAN, Jakarta, 1995.

5. M.D. ISNAINI, K. PUTRANTA, I. KUNTORO, A. SUFMAWAN, "Veriflkasi Harga Laju Alir Teras RSG-GAS Dengan Program Caudvap",

ISSN 0216 -3128

Muh. Darwis Isnaini, dkk.

Referensi

Dokumen terkait

Kasus yang sama juga terjadi ketika posisi tangga yang turun langsung menuju pintu kamar tidur, karena begitu energi ‘Qi’ ini turun akan bergerak cepat dan

dilakukan dengan analisa perpindahan panas compact heat.. exchanger, untuk mendapatkan flowrate dari hot oil dari suhu dan laju aliran massa flue gas hasil variasi pembakaran

Dalam penelitiannya, Odewunmi (2015) melaporkan bahwa ekstrak kulit dalam semangka dengan konsentrasi 600 ppm, yang ditambahkan dalam media korosi 1 M HCl mampu

Apabila sebuah malware dapat menguasai port ini maka akibatnya komputer remote host penyerang dapat mengambil atau memasukkan file pada... Hasil Capturing dan

Pada Tabel 5, distribusi hasil produk kalsium dan fosfat berdasarkan jenis kelamin dari pasien PGK stadium V yang menjalani hemodialisis, didapatkan angka

Pemberian estrogen per oral, perlakuan berenang, dan kombinasi dapat menurunkan osteoclast pada epiphysis tulang radius mencit perimenopause.. Estrogen dapat diberikan

Di dalam pelaksanaan proyek yang dikerjakan PT X terdapat beberapa permasalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor, faktor tersebut salah satunya disebabkan oleh

Waste Management Performance Evaluation Tools (WMPET) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengelolaan limbah konstruksi pada suatu proyek