Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Di Ruang Sappier Rs.
Universitas Tanjung Pura Kota Pontianak Tahun 2021)
LAPORAN STUDI KASUS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan STIK Muhammadiyah
Pontianak
Disusun Oleh
RISMA AZIZAH NIM. S18127016
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK TAHUN
2021
(Studi Kasus Pada Klien Tn. S Dengan Stroke Non Hemoragik : Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Di Ruang Sappier Rs. Universitas Tanjung Pura Kota Pontianak Tahun
2021)
Disusun Oleh RISMA AZIZAH NIM. S18127016
Untuk dipertahankan didepan penguji telah disetujui dan disahkan oleh dewan penguji sebagai tugas akhir pada program diploma III
Keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak tahun 2021 Pontianak, 01 Juni 2021
Pembimbing Tanda Tangan I. Ns. Hidayah, M.kep
NIDN. 1114088601 ………..
II. Ns. Sri Ariyanti, M. Kep
NIDN. ………...….
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN
(Studi Kasus Pada Klien Tn. S Dengan Stroke Non Hemoragik : Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Di Ruang Sappier Rs. Universitas Tanjung Pura Kota Pontianak Tahun
2021
Disusun Oleh RISMA AZIZAH NIM. S18127016
Telah disetujui dan disyahkan oleh Dewan Penguji Sebagai Tugas Akhir Pada Program Diploma III Keperawatan STIK Muhammadiyah
Pontianak, 01 Juni 2021 Dewan Penguji
Nama Penguji Tanda Tangan
I. Ns. Hidayah, M. kep
NIDN.1114088601 ………..
II. Ns. Sri Ariyanti, M. Kep
N I D N . 1 1 1 9 1 0 8 2 0 1 III. Ns. Ridha M, M. Kep
NIDN. ………..
Mengetahui
Ketua STIK Ketua Program
Haryanto, MSN.,Ph.D Ns.Wuriani,M.Pd,M.Kep
NIDN. 11310117701 NIDN. 1128127501
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa “Laporan Studi Kasus” adalah benar- benar hasil pekerjaan saya. Kutipan dan saduran berdasarkan pada referensi yang saya gunakan dalam penyusunan. Apabila dikemudian hari hasil karya ilmiah yang saya buat ini terbukti meniru atau menjiplak karya orang lain, saya bersedia mendapat sanksi akademis/ sanksi pidana dari lembaga yang berwenang.
Hormat Saya
Risma Azizah NIM. S18127016
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN
(Studi Kasus Klien Tn.S Dengan Gangguan Sistem Persyarafan; Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Di Rs. Universitas Tanjung Pura Ruang Shapphire Pontianak Tahun 2021)
INTISARI
azizah1 , hidayah2 , sri ariyanti3
Latar Belakang : Stroke Non Hemoragic adalah stroke yang terjadi akibat tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. WHO ( World Health Organization ) pada tahun 2018 terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke, 5 juta orang dari 15 juta itu meninggal dan 5 juta lainnya mengalami kelumpuhan sebagian maupun total.
Berdasarkan prevalensi data RS Universitas Tanjung Pura Pontianak Tahun 2021 Kalimantan Barat. Pasien dengan kasus tertinggi adalah sroke infark atau stroke Non Hemoragik. Dengan data persentase pasien dengan penderita stroke infark dari bulan Januari sampai Desemer yaitu sebanyak 227 penderita (30,6%).
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan risiko perfusi serebral tidak dak efektif berhubungan dengan risiko penurunan sirkulasi darah Keotak di rumah sakit universitas tanjung pura ruang shapphire Pontianak Tahun 2021.
Metode : Menggunakan metode pengumpulan data yang terdiri pengkajian, observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Studi kasus dilakukan selama 3 hari perawatan
Hasil : Mendapatkan 4 diagnosa teratasi sebagian yaitu : resiko perfusi jaringan
serebral tidak efektif berhungan dengan penurunan sirkulasi darah ke otak, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular dan defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular,dan deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi Untuk intervensi pada diagnose utama adalah manajemen tekanan intrakanial.
Kesimpulan : Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri kepala dan mengalami penurunan kesadaran. Proses asuhan keperawatan pada Tn.S dengan Stroke Non Hemoragic meliputi pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan dan evaluasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan klien tidak dapat memantau klien selama 3 hari full dikarena ada pergantian sift dan kedala covid-19, akan tetapi klien bisa mendapatkan informasi terkait keadaan pasien melalui rekam medis dan bertanya kepada perawat diruangan.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan,Sistem Persyarafan, Stroke Non Hemoragic.
Daftar Pustaka : 22 ( 2011-2021) Keterangan:
1 Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak
2 Dosen STIK Muhammadiyah Pontianak
3 STIK Muhammadiyah Pontianak
OVERVIEW OF CLIENT NURSING CARE WITH NERVOUS SYSTEM DISORDERS
(Case Study of Mr. S Client with Nervous System Disorder; Risk of Ineffective Cerebral Perfusion
At Rs. University of Tanjung Pura Sapphire Room Pontianak in 2021)
ESSENCE
azizah1 , hidayah2 , sri ariyanti3
Background: Non-Hemorrhagic Stroke is a stroke that occurs due to blockage of blood vessels which causes blood flow to the brain to partially or completely stop. WHO (World Health Organization) in 2018 there were 15 million people worldwide suffering from stroke, 5 million of those 15 million died and 5 million others experienced partial or total paralysis. Based on the prevalence of Tanjung Pura University Hospital Pontianak in 2021, West Kalimantan.
Patients with the highest cases were infarct stroke or non-hemorrhagic stroke.
With data on the percentage of patients with stroke infarcts from January to December, as many as 227 patients (30.6%).
Objective: To find out a description of the application of nursing care to clients with the risk of ineffective cerebral perfusion related to the risk of decreased blood circulation to the brain at the Tanjung Pura University Hospital, Pontianak Shapphire Room in 2021.
Methods: Using data collection methods consisting of assessment, observation, in-depth interviews, and documentation studies. The case study was carried out for 3 days of treatment
Results: Obtained 4 partially resolved diagnoses, namely: the risk of ineffective cerebral tissue perfusion related to decreased blood circulation to the brain, impaired physical mobility related to neuromuscular disorders and self-care deficits related to neuromuscular disorders, and knowledge deficit related to
lack of exposure to information. The primary diagnosis is management of intracranial pressure.
Conclusion: Stroke is a disorder that attacks the brain suddenly and develops rapidly which lasts more than 24 hours is caused by ischemic or hemorrhagic in the brain so that in that condition the oxygen supply to the brain is disrupted and can affect the performance of the nerves in the brain, which can cause a decrease in consciousness. Stroke is usually accompanied by an increase in intracranial pressure (ICP) which is characterized by headaches and decreased consciousness. The nursing care process for Tn.S with Non Hemorrhagic Stroke includes assessment, determination of diagnosis, planning and evaluation. In providing nursing care the client cannot monitor the client for 3 full days due to shift changes and the Covid-19 situation, but the client can get information regarding the patient's condition through medical records and ask the nurse in the room.
Keywords: Nursing Care, Nervous System, Non Hemorrhagic Stroke.
Bibliography : 22 ( 2011-2021 ) Information:
1 Student of DIII Nursing Study Program STIK Muhammadiyah Pontianak 2 Lecturers of STIK Muhammadiyah Pontianak
3 STIK Muhammadiyah Pontianak
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah yang maha kuasa karena atas ijinya penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Persyarafan (Studi Kasus pada Tn.S dengan Resiko Perfusi Jaringan Cerebral Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunana Sirkulasi Darah ke Otak Akibat Stroke Non Hemoragik di Ruang Sapphire Rumah Sakit Untan Kota Pontianak Tahun 2021”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Haryanto, MSN, Ph.D selaku Ketua STIK Muhammadiyah Pontianak.
2. Ns. Wuriani, M.Pd, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan.
3. Ns. Hidayah, M.kep selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingannya kepada saya, dan selalu memberikan nasihat dan masukan dalam penyusunan laporan studi kasus ini.
4. Ns. Sri Ariyanti, M.kep selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi saya serta memberikan saran dan bantuannya dalam penyelesaian laporan studi kasus ini.
5. Orang tua tersayang dan tercinta ibunda Hamidah dan bapak saya tersayang Herman, yang telah banyak memberikan dukungan besar baik berupa materil, doa, dukungan semangat dan motivasi yang sangat berharga dan berarti untuk saya untuk terus berjuang dan pantang menyerah dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
demi mengejar cita- cita yang telah lama dinantikan sebagai ahli madiah keperawatan.
6. Civitas akademika dan dosen Stik Muhammadiyah Pontianak yang telah banyak membantu memberikan kelancaran dalam penyelesaian pendidikan di STIK Muhammadiyah Pontianak.
7. Keluarga besar saya yang telah mendukung dan mendoakan saya.
8. Tn. S dan keluarga yang telah bersedia menjadi klien dalam penulisan karya ilmiah ini
9 . Orang terdekat saya sahabat dan kerabat dekat Putri Winda , Windut, Aping Vivi serta seluruh grup bidadari yang telah memberikan dukungan dan masukan serta meluangkan waktunya untuk membantu saya demi terselesaikannya penyusunan laporan studi kasus ini.
1 0 . Semua teman-teman angkatan 27 prodi DIII Keperawatan Stik Muhammadiyah Pontianak yang telah membantu dan berjuang bersama untuk memotivasi diri.
Penulis menyadari, bahwa penulisan laporan studi kasus ini masih banyak terdapat kekurangan, karena keterbatasan ilmu dan kemampuan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna membangn karya yang lebih baik lagi.
Demikianlah kata pengantar yang telah disampaikan kepada para pembaca. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca.
Pontianak, 01 Juni 2021
Risma Azizah NIM. S18127016
Daftar Isi
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN ... 1
LEMBAR PERSETUJUAN ... 2
LEMBAR PENGESAHAN ... 3
SURAT PERNYATAAN ... 4
INTISARI ... 5
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... 9
BAB 1 ... 20
PENDAHALUAN ... 20
Latar Belakang ... 20
Rumusan Masalah ... 23
Tujuan Penulisan ... 23
1. Tujuan Umum ... 23
2. Tujuan Khusus ... 23
Manfaat Penulisan ... 24
Ruang Lingkup Penulisan ... 25
Sistematika penulisan ... 25
BAB II ... 26
TINJAUAN PUSTAKA ... 26
Konsep masalah keperawatan ... 26
1. Faktor Resiko ... 26
2. Kondisi klinis terkait ... 27
Stroke Non Hemoragik ... 28
1. Definisi ... 28
2. Etiologi ... 29
3. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan ... 29
4. Patofisiologis stroke non hemoragik ... 50
5. Pathway ... 52
6. Manifestasi Klinis ... 54
7. Komplikasi ... 54
8. Pemeriksaan diagnostik ... 55
9. Penatalaksanaan ... 55
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diagnosis Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan dan Evaluasi) ... 57
1. Pengkajian ... 57
2. Diagnosa keperawatan ... 63
3. Intervensi ... 64
2. Implementasi ... 69
3. Evaluasi ... 70
BAB III ... 73
LAPORAN STUDI KASUS ... 73
Gambaran lokasi studi ... 73
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diagnosis Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan dan Evaluasi) ... 73
1. Pengkajian ... 73
1. Analisa Data ... 82
2. Diagnosa Keperawatan ... 83
Data subjektif : keluarga klien mengatakan tidak dapat menggerakan anggota tubuhnya diarea tangan kiri dan kaki kiri. ... 84
Data objektif : tampak ekstremitas atas, tangan kiri terdapat kelemahan otot tidak dapat digerakan, dan tangan kanan masih dapat bergerak . kaki kiri tidak dapat bergerak dan kaki kanan dapat digerakan. ... 84
d. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi ... 84
3. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi ... 84
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya. ... 90
b) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi ... 90
c) Monitor kondisi umum selama mobilisasi ... 90
BAB IV ... 102
PEMBAHASAN ... 102
Pembahasan ... 102
1. Pengkajian ... 102
2. Diagnosa Keperawatan... 103
3. Intervensi ... 104
4. Implementasi ... 105
5. Evaluasi ... 105
Ketebatasan dan kelemahan pelaksanaan Studi Kasus ... 106
BAB V ... 107
PENUTUP ... 107
Kesimpulan ... 107
Saran ... 109
1. Tenaga kesehatan ... 109
Daftar Pustaka ... 110 LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
Daftar Skema
SKEMA 2.1 PATHWAY STROKE. . . .51 SKEMA 3.1 GENOGRAM. . . . . . 74
Daftar Tabel
TABEL3.1 HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM. . . .79
TABEL 3.2 HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM. . . 79
TABEL 3.3 HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM. . . . . . 79
TABEL 3.4 TERAPI/PENGOBATAN. . . . . . . . . .80
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 ANTOMI SARAF . . . .30 GAMBAR 2.2 LOBUS-LOBUS SEREBRI. . . .34
BAB 1 PENDAHALUAN Latar Belakang
Stroke merupakan masalah yang universal sebagai salah satu pembunuh di dunia, sedangkan di negara maju maupun berkembang seperti di Indonesia, stroke memiliki angka kecacatan dan kematian yang cukup tinggi. Angka kejadian stroke di dunia di perkirakan 200 per100.000 penduduk, dalam setahun (Muslihah S U, 2017). Stroke dapat menyerang otak secara mendadak dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
Stroke sebagai salah satu penyakit degerenatif didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragic) ataupun sumbatan ( stroke iskemik) dengan tanda dan gejala sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (junaidi, 2012)
Pada pasien stroke didapatkan peningkatan intra kranial dengan tanda klinis berupa nyeri kepala yang tidak hilang dan semakin meningkat, berupa nyeri kepala yang tidak hilang dan semakin meningkat. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) merupakan kasus gawat darurat dimana cedera otak irrevesibel atau kematian dapat dihindari dengan intervensi tepat pada waktinya (Hisam, 2013). Risiko perfusi serebral tidak efektif rentan mengalami penurunan sirkulasi otak yang dapat mengganggu kesehatan yang berisiko terjadinya neoplasma otak (Herdman, 2015).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia 85% mengalami stroke iskemik dari jumlah stroke
yang ada. Penyakit hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Berdasarkan prevalensi stroke Indonesia 10,9 permil setiap tahunnya terjadi 567.000 penduduk yang terkena stroke, dan sekitar 25% atau 320.000 orang meninggal dan sisanya mengalami kecacatan (RISKESDAS, 2018).
Penyakit stroke telah menjadi masalah yang besar bagi Negara Indonesia sehingga para ahli epidemiologi menyatakan bahwa saat ini ataupun saat nanti, setiaap penduduk yang berumur 35 tahun keatas dari 12 juta penduduk indonesia akan beresiko mengalami serangan stroke (yayasan stroke Indonesia, 2011). Hal tersebut sesuai dengan hasil Riskedas tahun 2018, dimana prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus tertinggi yang terdiagnosis terdapat pada usia 75 tahun keatas(54,22%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar (0,70%), prevalansi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak perempuan (10,67%) dibandingkan laki laki (8,99%), berdasarkan tempat tinggal prevalensi stroke di Perkotaan (15,13%) lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (7,4%).
Prevalensi stroke di Kalimantan Barat tahun 2013 mencapai angka kejadian stroke 5,8 % dalam 1000 kejadian. Angka kejadian tertinggi terdapat di kota Pontianak (14,9%), kabupaten Bengkayang (10,8%), kabupaten Kapuas Hulu (8.0%), kabupaten Melawi (6,5%), kabupaten Sanggau (4.6%).Prevalensi di kota lebih tinggi dari desa, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan terdapat (8,2 %) maupun berdasarkan diagnosis gejala (12,7%) (Risekesdas 2013). Kota Pontianak pada tahun 2016, memiliki angka kejadian stroke tertinggi. Kecamatan pontianak kota terdapat 39 kasus, kecamatan pontianak timur 31 kasus, kecamata pontianak utara 19 kasus, dan kecamatan pontianak selatan 14 kasus. Data menunjukan bahwa 14,9 per 1000 orang penduduk kota pontianak menderita stroke. (Yulianto, 2018)
Menurut hasil survei penulis di wilayah penelitian di ruang Shapire (Syaraf) RS. Untan Pontianak, Kalimantan Barat. Pasien dengan kasus tertinggi adalah sroke infark atau stroke Non Hemoragik dengan data persentase sebagai berikut, pada bulan Januari sebanyak 27 orang (30%),
Febuari sebanyak 21 orang (28%), Maret sebanyak 20 orang (28,99%), April sebayank 10 orang (37,04)%, Mei sebanyak 4 orang (16,67%), Juni sebanyak 19 orang (36,5%), Juli sebanyak 20 orang (32,26%), Agustus sebanyak 19 orang (33,33%), September sebanyak 19 orang (26,03%), Oktober sebanyak 21 orang (26,92%), November sebanyak 24 orang (30%), Desember sebanyak 23 orang (40,35%). Jumlah total pasien dengan penderita stroke infark dari bulan Januari sampai Desember yaitu sebanyak 227 penderita (30,6%).
Manifestasi klinis stroke yaitu gangguan gerak atau kelumpuhan didaerah tungkai, gangguan berbicara, gangguan menelan, kehilangan memori, bentuk bibir tidak simetris atau perot, merasa anggota tubuh sesisi tidak ada dan lain sebagainnya. Pada kasus pasien dengan stroke ini dapat merasakan kebutaan seluruh lapang pandang satu sisi atau separuh pada kedua belah mata. Klien juga akan merasakan pengaruh pada mata dalam mengenali atau memahami barang yang dilihat serta kehilangan kemampuan membedakan atau mengenal warna. Pada penderita stroke sangat rentan akan komplikasi yang ditimbulkan. Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke seperti misalnya pneumonia, septicemia yang berakibat ulkus dekubitus dan infeksi saluran kemih, selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, dvt), emboli paru, infark miokard, aritmia jantung, gagal jantung, dan ketidak seimbangan cairan (Susilo, 2019) Pada kasus Tn.S yang menderita stroke non hemoregik terjadi masalah keperawatan resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif. Masalah keperawatan ini terjadi karena adanya masalah sirkulasi didalam jaringan otak yang menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan tema gambaran asuhan keperawatan Tn.S dengan gangguan sistem persarafan: resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke otak diruang Sappier Rumah Sakit Untan Pontianak.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah:
1. Bagaimana konsep teori pada kasus pasien dengan gangguan sistem persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke Non Haemorragik?
2. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke Non Haemorragik di Ruang Sappier Rumah Sakit Untan Pontianak?
3. Bagaimana perbandingan antara konsep dan teori dengan praktek dilapangan dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke Non Haemorragik di Ruang Sappier Rumah Sakit untan Pontianak ?
4. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke Non Haemorragik di Ruang Sappier Rumah Sakit Untan Pontianak ?
Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem persyarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif akibat Stroke Non Hemorragik di Ruan Sappier Rumah Sakit Untan Pontianak.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Tn.S dengan stroke non hemoragik b. Menganalisa dan menegakan diagnosis keperawatan pada Tn.S
dengan stroke non hemoragik
c. Merumuskan intervensi keperawatan pada dengan stroke non hemoragik
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn.S dengan stroke non hemoragik
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Tn. S dengan stroke non hemoragik
f. Menganalisa perbandingan teori dan kasus pada asuhan keperawatan Tn.S dengan stroke non hemoragic.
Manfaat Penulisan 1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai gambaran bagi pihak Rumah skait untuk pelaksanaan Asuhan Keperawatan kepada klien dengan Stroke Non Hemoragik.
2. Bagi Institusi
Dari Karya Tulis ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi setiap institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan serta meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan dalam praktik keperawatan terutama pada praktik Asuhan Keperawatan dengan Strok Stroke Non Hemoragik
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan setiap tenaga keperawatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan Stroke Stroke Non Hemoragik
4. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Sebagai referensi dan gambaran untuk mahasiswa keperawatan dalam pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada klien denganStroke Non Hemoragik 5. Bagi Penulis
Sebagai bahan acuan untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam pelaksanaan pratik Asuhan Keperawatan pada klien dengan Stroke Stroke Non Hemoragik
Ruang Lingkup Penulisan
Mengingat luasnya pembahasan mengenai masalah gangguan persyarafan dan penyakit Stroke Non Hameoragik maka penulis membatasi ruang lingkup penulisan dalam studi kasus ini yaitu asuhan keperawatan pada Tn. S dengan resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah akibat Stroke Non Haemorragik di Ruang sappier.Rumah Sakit Untan dari tanggal 28 April sampai 30 April.
Sistematika penulisan
Sistematika penulisan laporan karya tulis ilmiah ini pada tahun 2021, terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan yaitu pada BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan terdiri dari tujuan umum dan khusus, ruang lingkup penelitian, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Pada BAB II Tinjauan Pustaka terdiri dari konsep masalah keperawatan, tinjauan teori terdiri dari pengertian, penyebab, anatomi fisiologi, patofisiologi, masalah keperawatan. Asuhan keperawatan terdiri dari, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. BAB III Laporan studi kasus yang membahas pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. BAB IV Pembahasan terdiri dari, pembahasan dan keterbatasan, kelemahan karya tulis ilmiah. BAB V Kesimspulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teoritis pada bab ini berisi hasil penelusuran literature atau buku mengenai masalah yang dibahas dan asuhan keperawatan pada stroke non hemoragik. Masalah keperawatan utama yang diangkat pada stroke non hemoragik adalah resiko perfusi serebral tidak efektif.
Konsep masalah keperawatan
Resiko perfusi serebral tidak efektif adalah resiko penurunan sirkulasi darah keotak (SDKI, 2016). Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menggangu kesehatan (NANDA, 2018). Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah Keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan sirkulasi jarigan serebral (otak) (Lynda jual, 2013)
Resiko perfusi selebral tidak efektif adalah keadaan diaman seseorang berisiko mengalami penuran pasokan udara ke otak..
1. Faktor Resiko
a. Keabnormalan masa protrombin dan masa tromboplasma parsial b. Penurunan kinerja ventrikel kiri
c. Aterosklerosis aorta d. Diseksi arteri
e. Fibrilasi atrium f. Tumot otak g. Stenosis karotis h. Miksoma atrium i. Aneurisma serebri j. Koagulopati
k. Dilatasi kardiomiopati
l. Embolisme m. Cedera kepala n. Hiperkolesteronemia o. Hipertensi
p. Endokarditis infektif q. Katup prostetik mekanis r. Stenosis mitral
s. Neoplasma otak t. Infark miokard akut
2. Kondisi klinis terkait
a. Stroke
b. Cedera kepela
c. Aterosklerotik aortik d. Infark miokard akut e. Embolisme
f. Endokarditis infektif g. Fibrilasi atrium h. Hiperkolesterolemia i. Hipertensi
j. Dilatasi kardiomiopati
k. Koagulasi intravaskuler diseminata l. Miksoma atrium
m. Neoplasma otak
n. Segmen ventrikel kiri akinetik
o. Sindrom sick sinus p. Stenosis karotid q. Stenosis mitral
Stroke Non Hemoragik
1. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak berupa tanda-tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan gangguan peredaran darah ke otak, antara lain peredaran darah sub arakhnoid, peredaran intra serebral dan infark serebral (Nur’aeni, 2017)
Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri kepala dan mengalami penurunan kesadaran (Ayu R D, 2018).
Stroke non hemoragik biasa disebut dengan stroke iskemik atau emboli dan trombus yaitu tertutupnya pembuluh darah oleh bekuan darah atau gumpalan hasil terbentukbya trombus. (Nurarif, 2015). Berdasarkan definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa stroke non hemoragik adalah penyumbatan pembuluh darah diotak yang disebabkan oleh bekuan darah
sehingga menghalangi suplai oksigen ke otak.
2. Etiologi
Stroke disebabkan oleh adanya arteri yang tersumbat pada pembuluh darah otak ( stroke iskemik). Beberapa orang mungkin mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak (transient ischemic attack atau TIA) yang tidak menyebabkan kerusakan permanen. Sekitar
80 % kasus stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika arteri ke otak menyempit atau terhambat, menyebabkan aliran darah sangat berkurang (iskemia) (Haryono, Utami, & Sari, 2019).
Penyebab stroke dibagi menjadi 3, yaitu menurut (Dellima D R, 2019):
1) Trombosis serebral 2) Emboli serebri 3) Hipoksia Umum 4) Hipoksia setempat
3. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
Dalam mengatur dan mempertahankan homeostatis tubuh, sistem saraf tidak bekerja sendiri tetapi dibantu oleh sistem endokrin. Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur (Manurung, 2018).
Adapun anatomi dari sistem persyarafan menurut susilo (2019) menjelaskan bahwa anatomi drai system persarafan meliputi :
a. Susunan sistem saraf
Sistem saraf pada tubuh manusia memiliki satu sistem dengan kompleksitas yang baik. Adapun susunan sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu :
1) Klasifikasi struktural
Klasifikasi struktural atau structural classification mencakup semua sistem saraf. Klasifikasi ini memiliki dua sub bagian, yaitu sistem saraf pusat (central nervous system) terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Keduanya berada pada rongga tubuh dorsal, dan bertindak sebagai pusat pengintegrasian dan komando sistem saraf. sistem saraf tepi (peripheral nervous system) merupakan bagian dari sistem saraf diluar sistem saraf- saraf pusat. Bagian ini terdiri dari saraf- saraf yang membentang dari otak hingga sumsum tulang belakang.
2) Klasifikasi fungsional
Klasifikasi fungsional hanya terkait dengan struktur sistem saraf tepi. Terbagi atas bagian sensorik, atau aferen, terdiri dari saraf – saraf yang tersusun dari serat – serat saraf. Serat saraf ini bertugas membawa informasi sensorik, seperti impuls saraf, menuju sistem saraf pusat dari reseptor sensorik yang terletak di berbagai bagian tubuh. Reseptor sensorik mampu mengubah rangsangan menjadi implus saraf elektronik. Saraf – saraf aferen diaktifkan oleh modalitas fisik seperti cahaya, suara, suhu dan lain – lain. Terdapat dua serabut sensorik yaitu serabut sensoris somatik dan serabut sensorik viseral. Bagian motorik atau eferen ditemukan didalam sistem saraf pusat, tepatnya pada materi
abu-abu (Grey Matter) dari sumsum tulang belakang, dan medulla oblongata. Bagian ini bertanggung jawab untuk menerima informasi dari neuron lain dan mengirimkan implus saraf ke pinggiran tubuh seperti otot, kelenjar, dan lain-lain. Bagian ini memiliki dua sub bagian, yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. .
a. Jaringan saraf
Jaringan saraf terdiri dari dua jenis sel utama yaitu, sel Glia dan Neuron keduanya bekerja saling mendukung.
1) Sel Glia
Sel Glia (neuroglia) adalah sel pendukung kerja sel-sel saraf. Tugasnya membantu sel saraf agar dapat menjalankan fungsinyanya dengan baik. Sel ini dapat ditemukan pada sistem saraf pusat dan juga pada sistem saraf tepi. Fungsi dari sel Glia antara lain, menyediakan nutrisi bagi sel-sel saraf / neuron, mempertahankan keseimbangan tubuh, membentuk selubung myelin glia yang mendominasi sistem syaraf tepi
Sel glia yang mendominasi sistem saraf tepi adalah sel schwann. Sel schwann mempunyai sebagai pembentuk selubung myelin.Sel ini memungkinkan terjadinya transduksi sinyal eletrik dari dendrit menuju akson. Pada sistem saraf pusat, tugas dari sel schwann dijalankan oleh sel oligodendrosit. Proses pembentukan selubung myelin dimulai dari penyatuan sitoplasma sel schwann yang membentuk gulungan.
3) Neuron
Gambar 2.1 Anatomi Saraf Sumber : Sasmita (2019)
Neuron juga disebut sel saraf. Tugasnya sangat khusus yakni untuk mengirimkan pesan (implus saraf) dari satu bagian tubuh ke tubuh lainnya.
a) Inti sel
Inti sel yang terdapat pada neuron atau sel saraf disebut dengan nukleus sel. Fungsi nukleus adalah mengatur kegiatan sel saraf, dan juga berperan dalam pembentukan DNA serta kromoson. Pada umumnya sel saraf hanya memiliki satu inti sel, kecuali sel-sel parenkim yang terdapat dihati dan sel-sel pada otot jantung. Ada juga sel yang tidak memiliki inti sel, yakni sel eritrosit dan sel trombosit. Penyusun inti sel terdiri dari empat bagian, yaitu membran inti, nukleoplasma, kromosom, dan nukleolus.
b) Badan sel
Badan sel disebut juga soma, perikaryon, atau cyton adalah pusat metabolisme neuron. Badan sel mengandung banyak organel dan merupakan tempat
menempelnya dendrit dan akson, pada struktur badan sel saraf terdapat ribosom, retikulum endoplasma, mitokondria, badan golgi, dan membran sel. Selain itu, juga terdapat butiran nissl yang berfungsi untuk meneruskan implus (rangsangan). Fungsi utama badan sel saraf adalah sebagai tempat inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson atau neurit.
c) Dendrit
Neuron memiliki beberapa dendrit. Dendrit adalah cabang yang keluar dari badan sel saraf, dan berfungsi menerima rangsangan. Bentuk dari dendrit ini berupa sitoplasma yang menonjol, memiliki ukuran pendek, dan bercabang. Sitoplasma adalah bagian sel yang dibungkus oleh membran sel. Pembentuk sitoplasma terdiri dari sitosol dan organel.
c) Akson
Akson adalah pemanjangan dari neuron yang membawa implus saraf dari badan sel menuju sel target. Akson menjadi jalur transmisi utama sistem saraf, dan berfungsi sebagai bundel yang membantu sistem saraf. Fungsi akson adalah mengantarkan implus-implus saraf ke sel-sel lainnya.
d) Sinapsis
Sinapsis merupakan titik pertemuan terminal akson di salah satu saraf pusat dengan saraf pusat yang lain. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Fungsinya sebagai pengirim implus atau rangsangan dari neurit ke dendrit pada sel saraf yang lainnya.
e) Selubung mielin
Selubung mielin adalah lemak yang membukus neurit atau akson. Lemak tersebut terbentuk atas segmen-segmen, dan lekukan di antara dua segmen disebut dengan nodus ranvier. Fungsi utama dari selubung mielin adalah sebagai pelindung bagi neurit agar tidak menglami kerusakan dan mencegah rangsangan dari kebocoran. Selubung mielin memiliki bentuk seperti kabel isolator yang membungkus tembaga listik dalam kabel listrik. Bahan penyusun selubung ini terdiri dari air, masa kering yang memiliki kandungan lemak, dan protein-protein dasar, seperti mielin oligodendrocyteglikoprotein, dan proteilipid.
f) Nodus ranvier
Nodus ranvier merupakan lekukan-lekukan di antara segmen selubung meilin. Fungsi utama dari nodus ranvier adalah sebagai batu loncatan untuk percepatan pergerakan rangsangan menuju otak maupun sebaliknya. Dengan demikian rangsangan bisa meloncat dari satu nodus ke nodus lainnya dan cepat sampai tujuan.
c. Sistem saraf pusat 1. Otak
Otak adalah organ tubuh yang paling penting sekaligus paling rumit. Otak terbagi atas empat bagian yaitu sebagai berikut :
a) Otak besar (Cerebrum)
Otak besar merupakan bagian otak terbesar serta yang paling menonjol dari keseluruhan organ otak.
Cerebrum menempati 2/3 dari massa otak dan terletak di
bagian atas rongga tengkorak. Bagian luar dari otak besar ini dilindungi oleh lapisa tipis jaringan abu-abu yang disebut korteks celebral.
Otak besar memiliki fungsi untuk memproses semua kegiatan intelektual, seperti berfikit, mengingat, membayangkan, merencanakan sesuatu, sensasi sentuhan, memahami bahasa, menentukan kecerdasan, dan menentukan kepribadian. Otak besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian otak kanan dan bagian otak kiri.
Kedua belahan otak terhubung oleh corpus callomsum, yaitu massa materi putih besar yang terdiri dari ikatan serat yang menghubungkan materi putih dari dua belahan otak.
Gambar 2.2 Lobus- lobus serebri
Sumber : Sasmita (2019)
Setiap belahan otak besar terbagi dalam empat lokasi, yaitu sebagai berikut :
1) Lobus frontal
Lobus frontal merupakan bagian terdepan dari otak besar. Lobus ini berkaitan dengan fungsi motorik, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, kemampuan untuk menilai sesuatu, kreativitas, kemampuan untuk mengontrol perasaa, dan perilaku seksual, kemapuan untuk memahami bahasa, membuat alasan merencanakan sesuatu, dan lain sebagainya.
2) Lobus pariental
Lobus pariental merupakan bagian tengah otak besar yang berhubungan dengan sensor perasaan
seperti rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan lain sebagainya.
3) Lobus temporal
Lobus temporal adalah bagian bawah dari otak besar yang berhubungan dengan memori dan pendengaran.
4) Lobus occipital
Lobus occipital adalah bagian belakang otak besar yang berhubungan dengan sistem pengolahan proses visual manusia sehingga nantinya dapat berinteeprestasi dengan segala sesuatu yang dilihat.
b) Otak kecil (Cerebellum)
Otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak belakang. Letaknya berada pada atas batang otak dan dibawah oksipital serebrum. Otak kecil berukuran sebesar bola kasti dan memiliki permukaan yang berlekuk-lekuk. Otak kecil berfungsi membantu meningkatkan sistem motorik seperti koordinasi gerakan otot. Oleh karena itu saat otak kecil mengalami cedera, kondisi tersebut dapat mempengaruhi pada gerakan tubuh yang tak terkoordinasi. Hal ini adalah akibat terganggunya sikap serta koodinasi gerak otot.
Berdasarkan fungsinya, otak kecil terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut :
1) Vestibuloserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol serta menjaga keseimbangan pergerakan mata.
2) Spinoserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol kemampuan otot serta gerakan tubuh.
3) Sereberoserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi sebagai penyimpan memori, menginisiasi gerakan yang disadari, serta untuk melakukan perencanaan.
c) Batang otak (Brainstem)
Batang otak merupakan bagian otak yang menghubungkan otak dengan sumsum tulang belakang batang otak terletak didasar rongga kepala yang memanjang hingga ke tulang punggung. Batang otak berfungsi untuk mengkoordinasikan sinyal kontrol motor yang dikirim dari otak menuju tubuh. Selain itu, batang otak menjadi tempat melekatnya keseluruhan saraf kranial, kecuali saraf I dan saraf II yang terletak menempel pada otak besar (cerebrum). Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Otak tengah (Mesencephalon)
Bagian batang otak ini terletak paling atau atas dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil. Fungsi otak tengah antara lain adalah mengontrol respons penglihatan seperti gerak mata serta pembesaran pupil mata, dan mengatur sistem pendengaran dan gerak tubuh. Otak tengah tersusun atas dua sturuktur utama yaitu tektum dan celebral peduncle. Tektum terdiri inferior colliculi yang terkait dengan proses pendengaran, dan superior colliculi yang terkait dengan proses visual serta gerakan mata. Celebral peduncle merupakan bagian otak tengah yang terbagi menjadi tegmentum (bagian anterior) dengan substansi nigra sebagai pemisah.
2) Medula oblongata
Medula oblongata atau yng sering disebut dengan
medula, terletak dibagian otak belakang dan merupakan bagian paling bawah batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dan pons varoly. Bagian ini memiliki fungsi menjadi pusat pernafasan di dua tempat, yaitu dorsal dan vertal. Pusat pengatur jantung, pusat vasomotor, dan pusat refleks.
3) Pons
Pons merupakan bagian otak berupa serabut saraf.
Tugasnya adalah menghubungkan otak kecil bagian kanan dan bagian kiri. Pada manusia pons berukuran sikitar 2,5 cm dan sebagian besar muncul sebagai tonjolan anterior rostral untuk medula. Posterior terdiri dari dua pasang tangkai tebal disebut penucles sereberum, yang menghubungkan otak kecil untuk pons dan otak tengah. Pons memiliki kandungan inti yang berfungdi menyampaikan sinyal dari otak depan ke otak kecil. Selain itu, pons juga memiliki kandungan inti yang berhubungan dengan aktivitas tidur, respirasi, menelan, pendengaran, rasa, keseimbangan, kontrol kandung kemih, dan gerak mata. Pons juga berperan menghasilkan mimpi pada saat seseorang tidur.
d) Sistem limbik (Limbic System)
Sistem limbik atau yang disebut otak paleomammalian merupakan bagian otak yang membuangkus batang otak didalam batang otak. Dalam bagian ini, seluruh neuron bekerja mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional. Sistem limbik tersusun atas bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian otak yang tersusun atas sejumlah nukleus. Bagian ini memiliki berbagai macam fungsi yang peka terhadap suhu,
glukosa, steroid, serta glukokortikoid. Hipotalamus terletak dibagian batang otak, yaitu pada diencephalon, dan bertindak sebagai pusat kontrol autonom.
Hipotalamus memiliki fungsi yang terkait dengan sistem saraf serta kelenjar hipofisis.
Selain itu, hipotalamus juga merupakan suatu bagian dari sistem limbik yang tidak terpisahkan, serta sebagai konektor sinyal yang berasal dari bagian otak menuju korteks otak besar. Hipotalamus mengirim sinyal berupa epinephrine dan neropinephrine menuju kelenjar adrenal. Fungsi hipotalamus untuk mengontrol serta mengatur hormon-hormon endokrin guna memelihara hemostatis tekanan darah, suhu tubuh, denyut jantung, emosi, cairan tubuh, dan nafsu makan.
Mengontrol serta memantau berbagai macam aktivitas tubuh, dan mengatur fungsi sekretorik pada posterior dan anterior kelenjar hipofisis.
2) Thalamus
Thalamus merupakan struktur simetris garis tengah otak yang terletak diantara otak tengah dan korteks selebral. Ini merupakan struktur terbesar yang memiliki diencephalon, yaitu bagian otak yang terletak di antara otak tengah dan otak depan. Pada manusia, thalamus membentuk bola masa dengan ukuran sekitar 5,7 cm dan terletak simetris pada setiap sisi ventrikel ketiga dengan kemiringan mencapai 30 derajat.
Thalamus dianggap sebagai pusat informasi di otak, karena bertindak sebagai perantara antara subkortikal dengan korteks selebral. Fungsi dibagian ini antara lain, menyampaikan sinyal sensorik dan
motorik kepada korteks selebral, mengatur kesadaran, kewaspadaan, serta mengatur kegiataan tidur.
3) Amigdala
Amigdala atau amaygdalae merupakan sekumpulan saraf yang terletak di bagian medial temporal lobe. Amigdala merupakan bagian dari basal ganglia serta bagian dari sistem limbik yang memiliki peran untuk mengolah ingatan reaksi emosi, serta pengambilan keputusan. Adapun fungsi yang dimiliki bagian otak ini antara lain, mengirimkan proyeksi kebagian hipotalamus, thalamus dorsomedial, inti thalamic retikuler, area ventral tegmental, locus coeruleus, inti saraf trigeminal dan saraf wajah, serta tegmental inti laterodosral. Serta fungsi lain amigdala ialah membentuk serta menyimpan memori yang berhubungan dengan peristiwa emosional, dan mengatur konsolidasi memori di daerah otak yang lain.
4) Hippocampus
Hippocampus merupakan komponen utama dari otak manusia juga vertebrata lain dan memiliki peranan penting dalam konsolidasi informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Pada otak manusia, bagian ini terletak di bawah korteks selebral, sedangkan pada primata terletak pada lobus temporal medial di bawah permukaan kortikal. Fungsi dari hippocampus ialah membentuk kenangan baru terkait dengan peristiwa yang dialami, dan berperan dalam pembentukan memori spasial dan navigasi.
e) Perlindungan sistem saraf
Jaringan saraf bersifat sangat lembut dan rapuh.
Apabila mengalami tekanan ringan, neuron dapat terluka dan rusak. Maka dari itu, sebagai organ tubuh yang memiliki jutaan neuron, otak merupakan organ yang harus selalu terjaga. Otak dan sumsum tulang belakang terlindungi berkat posisinya yang melekat di dalam tulang (tengkorak dan tulang punggung), membran jaringan ikat (meninges), dan selalu dilumasi dengan cairan serebrospinal.
1) Meninges
Meninges terdiri dari tiga membran jaringan ikat yang menutupi dan melindungi struktur sistem saraf pusat, antara lain :
(a) Dura mater
Dura mater adalah membran berlapis ganda yang mengelilingi otak yang berada pada lapisan terluar. Salah satu lapisannya menempel pada permukaan bagian dalam tengkorak dan membentuk periosteum (lapisan periosteal). Bagian lain, yang disebut lapisan meningeal, membentuk lapisan terluar otak dan berlanjut sebagai dura mater sumsum tulang belakang.
(b) Serabut falx
Serabut falx adalah membran dura dalam meluas ke dalam bentuk lipatan yang menempel kerongga kranial.
(c) Tentorium cerebelli
Tentorium cerebelli memisahkan serebelum dari otak besar.
(d) Arachnoid mater
Arachnoid mater merupakan lapisan
tengah berbentuk seperti sarang laba-laba.
Bentuk yang seperti benang ini menutupi ruang subarachnoid untuk menempelkannya ke membran paling dalam.
(e) Pia mater
Pia mater merupakan lapisan meningeal terdalam, melekat erat kepermukaan otak dan sumsum tulang belakang, dan mengikuti setiap lipatan.
2) Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah cairan bening yang berada di otak dan sterna serta ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis (sumsum tulang belakang) a) Isi
Cairan serebrospinal mengandung sedikit protein dan lebih banyak vitamin C dan glukosa.
b) Choroid pleksus
Choroid pleksus berbentuk cairan serebrospinal dari darah. Choroid pleksus adalah kelompok pembuluh darah kapiler yang tergantung dari bagian atas pada masing – masing ventrikel otak.
c) Fungsi
Serebrospinal terdapat di dalam dan sekitar otak dan bekerja melindungi jaringan saraf rapuh dari pukulan dan trauma lainnya.
d) Volume normal
Cairan serebrospinal membentuk dan mengering dengan kecepatan konstan
sehingga tekanan dan volume normalnya harus sekitar 150 ml.
3) Saraf tulang belakang
Saraf tulang belakang atau medulla spinalis atau spinal cord adalah sebuah kolom jaringan saraf yang menjalar dari dasar tengkorak ke punggung. Saraf ini dikelilingi oleh tigas selaput pelindung (meninges tulang belakang) dan terlindung di dalam vatebrata ( tulang belakang). Saraf tulang belakang dan otak membentuk sistem saraf pusat.
Pada manusia terdapat 31 pasang saraf tulang belakang yang muncul dari jaringan saraf dan keluar dari kolom vertebral untuk melayani daerah tubuh terdekat.
Secara umum berfungsi sebagai alat komunikasi antar saraf, sebagai bentuk gerak tubuh dan kerja organ, serta reflek pada manusia.
d. Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar (saraf kranial dan saraf spinal dan sistem saraf tak sadar (otonom).
1) Saraf kranial
Saraf kranial berhubungan dengan kepala san leher kecuali pada saraf vagus. Saraf- saraf ini terlibat dalam transmisi informasi sensorik dan motorik menuju otak.
Terdapat 12 pasang saraf kranial yaitu sebagai berikut : a) Saraf kranial I (olfaktorius) adalah saraf sensorik yang
fungsinya pada penciuman.
b) Saraf kranial II (optikus) adalah saraf sensorik yang fungsinya pada penglihatan, input refleks, dan kontruksi pupil di limbik.
c) Saraf kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motorik yang fungsinya pada bola mata , elevasi alis, kontraksi pupil dan menfokuskan lensa.
d) Saraf kranial IV (Trochlearis) adalah saraf motorik yang fungsinya pada pergerakan bola mata kebawah.
e) Saraf kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan sensorik yang fungsinya pada mata, dagu, lidah, gerakan mengunyah dan lain sebagainya.
f) Saraf kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik yang fungsinya pada pergerakan mata ke lateral.
g) Saraf kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan sensorik yang menerima rangsangan dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa, dan juga mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi.
h) Saraf kranial VIII (Vestikubulocochlearis) adalah saraf sensorik yang fungsinya untuk keseimbangan dan pendengaran.
i) Saraf kranial IX (Glossofaringeus) adalah saraf motorik dan sensorik yang fungsinya membantu menelan dan menerima rangsangan dari bagian posterior lidah untuk diproses diotak sebagai sensasi rasa.
j) Saraf kranial X (Vagus) adalah saraf motorik dan sensorik yang fungsinya menerima rangsangan dari organ dalam dan mengendalikan organ dalam.
k) Saraf kranial XI (Aksesorius ) adalah saraf motorik yang berfungsi mengendalikan pergerakan kepala.
l) Saraf kranial XII (Hipoglosus) adalah saraf motorik yang fungsinya pada pergerajab lidah saat bicara, dan mengunyah.
2) Saraf spinal
Terdapat 31 pasang saraf spinal yang diberi nama sehubungan dengan lokasinya masing-masing pada sumsum tulang belakang. Semua saraf ini adalah saraf campuran,
sehingga setiap saraf terdiri dari komponen ventral (motorik) dan akar dorsal (sensorik). Saraf ini berfungsi membawa implus saraf dari sumsum tulang belakang menuju keseluruh bagian tubuh.
Disamping saraf tulang belakang yang menuju langsung ke segmen tubuh tertentu, terdapat juga pleksus. Ini adalah saraf tulang belakang yang membentuk jaringan dengan saraf tulang belakang terdekat dan pembuluh darah. Ada empat jenis pleksus saraf tulang belakang utama, yaitu pleksus serviks, pleksus brakialis, pleksus lumber dan pleksus sakral.
Sistem saraf spinal berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik. Berdasarkan asalnya, 31 pasang saraf sumsum tulang belakang dibedakan menjadi 4 sebagai berikut :
a) 8 pasang saraf cervical meliputi pleksus servikal dan leksus brakial
b) 12 pasang saraf thorax c) 5 pasang saraf lumbar d) 5 pasang saraf sacral e) 1 pasang saraf coccyigeal
3) Sistem syaraf tak sadar (syaraf otonom)
Sistem saraf tak sadar (saraf otonom) mengatur proses tubuh tertentu, seperti tekanan darah dan laju pernafasan. Sistem ini bekerja secara otomatis diluar kesadaran. Gangguan sistem otonom dapat mempengaruhi proses atau bagian tubu, dan dapat bersifat reversibel atau progresif. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf yang mempersarafi organ- organ internal, termasuk pembuluh darah, lambung, usus, hati, ginjal, kandung kemih, alat kelamin, paru-paru, pupil, jantung, keringat, kelenjar air liur, dan kelenjar pencernaan.
Adapun fisiologis Sistem saraf Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan
sistem saraf pusat. Sistem ini memiliki jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang berasal dari otak, saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis, ganglia, reseptor sensorik yang berhubungan, dan sistem saraf otonom yang mempunyai dua divisi utama, yakni sistem saraf simpatis (torakolumbar) dan sistem saraf parasimpatis (kraniosakral). Fisiologi sistem saraf melibatkan kerja sejumlah implus yang kompleks, antara lain : a) Impuls saraf
Implus saraf adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Implus juga dikatakan serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Implus yang diterima oleh reseptor kemudian disampaikan ke efektor yang menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah gerak sadar dan gerak refleks.
b) Mekanisme jalannya impuls
Fungsi sel saraf adalah menerima rangsangan dan dapat menanggapi rangsangan tersebut. Sebagai jaringan komunikasi, tentu saraf memiliki mekanisme khusus tentang cara meneruskan implus. Dalam mekanisme jalannya implus terbagi atas dua. Mekanisme jalannya implus saraf adalah sebagai berikut :
(1) Implus dihantarkan melalui sel saraf
Implus dapat diteruskan dan mengalir melalui sel saraf yang disebabkan adanya perbedaan potensial listrik yang dinamakan polarisasi. Muatan listrik diluar membran sel saraf adalah positif sedangkan muatan yang diluar negatif. Apabila sel saraf diberi dengan rangsangan akan mengakibatkan polarisasi membran berubah, sehingga polarisasi akan mengalami pembalikan. Proses pembalikan akan diulang
yang menyebabkan rantai reaksi.
(2) Implus dihantarkan lewat sinapsis
Apabila implus mengenai tombol sinaps, makan permeabilitas membrane prasinapsis terhadap ion kalsium menjadi meningkat. Ion kalsium kemudian akan masuk, sedangkan gelembung sinapsis akan melepaskan neutransmitter kecelah sinaps.Gelembung sinaps melebur dengan membran prasinaps.Implus sampai ke membran postsinaps karena di bawah neutransmitter, kemudian neutrotransmitter dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan oleh membran postsinaps.
3) Perubahan potensial membran
Ada dua macam perubahan potensial membran, yaitu : a) Potensial berjenjang
Potensial berjenjang bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini di pengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang terjadi.
b) Potensial aksi
Potensial aksi merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat perubahan permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.
4) Penghantaran impuls
Implus yang diterima oleh reseptor selanjutnya akan dihantarkan oleh dendrit menuju ke badan sel saraf dan akson.
Dari akson, implus dihantarkan ke dendrit neuron lainnya.
Seluruh implus saraf yang diterima memiliki bentuk yang sama, tetapi respons terhadap implus tersebut berbeda-beda. Hal ini terjadi karena reseptor dan efektornya berbeda-beda. Ada dua prinsip penghantaran implus, yaitu :
a) Penghantaran implus melalui neuron
Penghantaran implus melalui neuron terjadi karena adanya perbedaan muatan listrik antara bagian luar dan dalam membran serabut saraf. Ketika istirahat, bagian luar membran serabut saraf bermuatan listrik positif. Sementara itu bagian dalam membran serabut saraf bermuatan listrik negatif. Keadaan tersebut dinamakan polarisasi. Ketika menerima rangsangan berupa implus, permukaan luar membran serabut saraf bermuatan negatif dan permukaan didalamnya bermuatan positif. Keadaan ini disebut disebut depolarisasi. Selanjutkan akan terjadi saluran listrik dari daerah bermuatan negatif ke positif. Implus kemudian diteruskan ke neuron dan akhir nya menuju sumsum tulang belakang dan otak.
b) Pengantaran implus melalui sinapsis
Jika implus telah sampai di membran prasinapsis, vesikel- vesikel akan menuju membran prasinapsis karena pengaruh Ca2+ yang masuk ke bonggol sinapsis.
Selanjutnya, vesikel- vesikel tersebut akan melepaskan zat neurotransmitter.
4. Patofisiologis stroke non hemoragik
Patofisiologi utama stroke adalah penyakit jantung atau pembuluh darah. Manifestasi sekunder di otak adalah hasil dari satu atau lebih dari penyakit yang mendasari atau faktor resiko. Patologi utama termasuk hipertensi, aterosklerosis yang mengarah ke penyakit arteri koroner, dislipidemia, penyakit jantung, dan hiperlipemia (Haryono & Utami,2019).
Patofisiologi stroke non hemoragik atau iskemik merupakan penyumbatan yang disebabkan oleh oklusi cepat dan mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu.
Jaringan otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60 sampai 90 detik akan menurun fungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti aterosklerosis menyebabkan iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron sekitarnya akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli yang terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam siste peredaran darah yang biasa terjadi di dalam jantung atau sebagai komplikasi dari fibrilasi atrium yang terlepas dan masuk ke sirkulasi darah otak, dapat pula mengganggu sistem sirkulasi otak (fanning dkk, 2014 dalam (Haryono & Utami, 2019).
Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat darah otak terbagi menjadi dua daerah keparahan derajat otak, yaitu daerah inti dan daerah penumbra. Daerah inti adalah daerah atau bagian otak yang memiliki aliran darah kurang dari 10cc/100g jaringan otak tiap menit. Daerah ini beresiko menjadi nekrosis dalam hitungan menit.
Daerah penumbra adalah daerah otak yang aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih baik dikarenakan daerah ini masih masih mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah (Haryono &
Utami, 2019).
5. Pathway
Skema 2.1 Pathway Stroke Sumber Susilo,( 2019)
6. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif A. H,(2016),manifestasi klinis stroket meliputi :
a. Tiba –tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan.
b. Tiba – tiba hilang rasa peka.
c. Bicara pelo.
d. Gangguan bicara dan bahasa.
e. Gangguan penglihatan.
f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai.
g. Gangguan daya ingat.
h. Nyeri kepala hebat.
i. Vertigo.
j. Kesadaran menurun k. Proses kencing terganggu l. Gangguan fungsi otak.
7. Komplikasi
Menurut Andra & Yessie (2013) a. Berhubungan dengan imobilisasi b. Infeksi pernafasan
c. Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan d. Konstipasi
e. Tromboflebitis
f. Berhubungan dengan mobilisasi g. Nyeri daerah punggung
h. Dislokasi sendi
i. Berhubungan dengan kerusakan otak j. Epilepsy
k. Sakit kepala l. Kraniotomi m. Hidrosefalus
8. Pemeriksaan diagnostic
Wijaya dan Mariza (2013) dalam Santoso, L.E (2018).
a. Angiografi serebral b. Elektro encefalography c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography Doppler e. CT- Scan dan MRI f. Pemeriksaan foto thorax g. Pemeriksaan laboratorium 9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke menurut Wijaya dan Mariza (2013) dalam Santoso, L.E (2018).
a. Penatalaksanaan Medis 1) Trombolitik (streptokinase) 2) Antikoagulan (heparin) 3) Hemorragik (pentoxyfilin)
4) Antagonis serotonin (noftidrofuryl) 5) Antagonis kalsium (nomodipin, piracetam) b. Penatalaksanaan
Khusus/Komplikasi
1) Atasi kejang (anti konvulsan) 2) Atasi dekompresi (kraniotomi) 3) Untuk penatalaksanaan faktor resiko:
a) Atasi hiper uresemia b) Atasi hipertensi c) Atasi hiperglikemi.
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diagnosis Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan dan Evaluasi)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Bolat & Teke, 2020). Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan, Data yang dikumpulkan meliputi (Lestari et al., 2019) :
a. Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan,data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai
tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat traumakepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
4) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
5) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal.
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
6) Pola – pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayatperokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada
pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, mudah lelah e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot.
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburanpandangan perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
c. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum
a) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
b) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi 2) Pemeriksaan integumen
a) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda- tanda dekubitus terutama pada daerahmyang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis . c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan kepala dan leher a) Kepala : bentuk normocephalik b) Muka : umumnya tidak simetris yaitu
mencong ke salah satu sisi
c) Leher : kaku kuduk jarang terjadi.
4) Pemeriksaan dada