Transisi Kurikulum di Indonesia: Apa Dampaknya Bagi Pelayanan Bimbingan Dan Konseling?
Khalida Zia Br Siregar, Happy Karlina Marjo
Magister Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
Email korespondensi: [email protected].
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat mengetahui dampak transisi kurikulum 2013 menjadi kurikum merdeka dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Penelitian ini dilakukan dengan metode Literature Review dan Survey, dimana peneli melakukan review terhadap berbagai tulisan artikel, dokumen, dan file yang terkait dengan Impelentasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka serta Wawancara tidak terstuktur berdasarkan topik penelitian mengenai Pelaksanan kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dalam layanan BK disekolah. Hasilnya menemukan bahwa masih ada permasalahan yang dialami oleh Guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dalam Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka.
Kata Kunci: Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka, Pelayanan Bimbingan dan Konseling PENDAHULUAN
Penerapan kurikulum baru untuk sekolah di Indonesia diharapkan akan menghasilkan perubahan pada masyarakat Indonesia begitu juga pada pengetahuan peserta didik.
(Pratiwi, 2019)menyebutkan bahwa salah satu cara meningkatkan kualitas pendidikan agar menghasilkan generasi yang siap dalam pasar internasional adalah dengan mengubah kurikulum. Berbagai studi nasional dan Internasional memperlihatkan bahwa Indonesia telah mengalami krisis kesenjangan pembelajaran, hal ini disebabkan oleh beragam faktor. Di tingkat praksis, Pendidikan yang berjalan selama ini masih mengalami banyak kendala, mulai dari kurikulum yang akan dilaksanakan, Pendidik yang akan membimbing peserta didik, lingkungan Pendidikan hingga pendanaan serta sarana prasarana.
Pandemi covid 19 yang terjadi selama 2 (dua) tahun memperburuk krisis dan semakin melebarkan kesenjangan pembelajaran yang terjadi di Indonesia. Banyak siswa di Indonesia mengalami ketertinggalan pembelajaran (Learning Loss) sehingga mereka kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar sebagai peserta didik. Pada situasi ini Pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Pada Tahun 2022, Kemendikbudristek menginisiasi opsi kebijakan kurikulum sebagai bagian dari upayan memitigasi learning loss dan sebagai bentuk pemulihan pembelajaran hal ini tertuang dalam Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.
Kemendikbud memberikan tiga opsi kepada Satuan Pendidikan untuk melaksanakan kurikulum berdasarkan Stardar Nasional Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan konteks masing-masing satuan Pendidikan. Tiga opsi tersebut adalah
Menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh, Menggunakan Kurikulum Darurat atau Menggunakan Kurikulum Merdeka (kurikulum kemdikbud).
Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa substansi Bimbingan dan Konseling disiapkan untuk memfasilitasi satuan pendidikan dalam mewujudkan proses pendidikan yang memperhatikan dan menjawab ragam kemampuan, kebutuhan dan minat sesuai dengan karakteristik peserta didik.(Widyaiswara et al., 2018) Terkait Implemenyasi kurikulum 2013, Garapan Guru bimbingan konseling adalah peminatan siswa (Asesmen Peminatan).
Sebagai upaya advokasi dan fasilitas perkembangan peserta didik agar secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya dan mencapai perkembangan yang optimum. Kaidah dasar yang dinyatakan secara eksplisit dalam kurikulum 2013 yang berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling adalah kaidah peminatan (Tjalla, 2020).
Peminatan dikenali sebagai upaya advokasi dan fasilitas perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga mencapai perkembangan optimum (Pasal 1 Ayat 1 UU No. 20/2003).
Sedangkan Kurikulum Merdeka merupakan usaha pemulihan pembelajaran, Kurikum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi asensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik (Kurikulum.Kemdikbud.go.id). Sedangkan dalam kurikulum Merdeka menurut (Rokhyani et al.,2022). Merdeka Belajar artinya kebebasan belajar dimana memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar sebebas mungking dengan tenang, santai dan bahagia tanpa stress dan tekanan, hal ini bersinggungan dengan peran guru bimbingan konseling di antaranya adalah kegiatan asesmen kompetensi minimal dan survei karakter. Guru Bimbingan dan Konseling dalam pemberian layanan dalam kurikulum merdeka belajar merupakan sebuah tantangan kondisi yang memaksa guru atau sekolah harus mencari solusi agar dapat memberikan pelayanan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tetap optimal (Hayati, 2022)
Kaidah dasar yang dinyatakan secara eksplisit dalam Kurikulum 2013 dan Kurikulumm Merdeka yaitu Layanan Bimbingan dan Konseling dalam kaidah peminatan dan solusi pemberian pelayanan pembelajaran optimal (Kolaborasi). Tujuan penulisan ini antara lain mengkaji tentang implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dalam memberikan layanan kepada siswa dan melihat sejauh mana perbedaan pemberian layananan bimbingan konseling kepada siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi kurikulum 2013
Berdasarkan Website Sistem Informasik Kurikulum Nasional (Kurikulum.Kemdikbud.go.id) Kurikulum 2013 sudah diberlakukan sebagai kurikulum nasional sejak tahun ajaran 2013/2014 sebagai kurikulum nasional. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, prodduktif, kreatif, inovatiff dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum menyebutkan bahwa substansi Bimbingan dan Konseling disiapkan untuk memfasilitasi
satuan pendidikan dalam mewujudkan proses pendidikan yang memperhatikan dan menjawab ragam kemampuan, kebutuhan dan minat sesuai dengan karakteristik peserta didik. Khusus untuk SMA/MA dan SMK/MAK Bimbingan dan Konseling dimaksudkan untuk membantu satuan pendidikan dalam memfasilitasi peserta didik dalam memilih dan menetapkan program peminatan akademik bagi peserta didik SMA /MA dan peminatan vokasi bagi peserta didik SMA/MA (Yuliani & Puspitarini, 2022).
Kegiatan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi kurikulum 2013 ditegaskan adanya daerah garapan yang disebut peminatan peserta didik Pelayanan arah peminatan peserta didik merupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program dan kegiatan studi serta mencapai hasil sesuai dengan kecendrungan hati atau keinginan yang cukup atau bahkan sangat kuat terkait dengan program pendidikan yang diikuti pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
Pelayanan peminatan yang tertuang dalam kurikulum 2013 menurut ABKIN (2013) Bertujuan untuk membantu peserta didik dalam menetapkan pilihan pada kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran sehingga setelah tamat SMA mampu menentukan pilihan karir atau studi lanjut di perguruan tinggi sesuai dengan pilihan dan pendalam mata pelajaran di SMA yang didasarkan pada potensi, bakat dan keterampilan pekerjaan yang dimiliki.
Menurut Sunaryo Kartadinata Profesor Ilmu Pendidikan bidang Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia, dalam paparannyaa tentang Kerangka Pikir Pemberdayaan Bimbingan dan Konseling Impelementasi Kurikulum 2013 menggambarkan posisi dan peran bimbingan dan konseling sebagai berikut:
Gambar 1: Posisi dan Peran Bimbingan dan Konseling (Nurhayati & Pw, 2019)
Implementasi kurikulum merdeka
Berdasarkan Website Sistem Informasik Kurikulum Nasional (Kurikulum.Kemdikbud.go.id) Kurikulum Merdeka merupakan usaha pemulihan pembelajaran, Kurikum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum
prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi asensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah : (1) Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar pancasila, (2) Fokus pada materi yang esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi, (3) Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Dalam memberikan layanan terbaik bagi peserta didik dan mendukung pencapaian profil pelajar pancasila di berbagai lingkup pembelajaran. Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling di satuan pendidikan menggunakan tiga strategi besar meliputu : (1) Strategi implementasi di satuan pendidikan, (2) Strategi pemberdayaan keluarga, dan (3) Strategi kerja sama dengan mitra.
Strategi Implementasi pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan perlu dirancang secara komprehensif untuk menjawab kebutuhan peserta didik dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki satuan pendidikan. Desain strategi ini berupa program baru, penguatan program yang ada atau mengubah program yang ada dengan tujuan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Berikut peran yang dapat diampu Guru BK sebagaimana diadaptasi dari The Texas Model for Comprehensive School Counseling (2018) dalam (Hidayah Fajriatul et al., 2022) , yaitu : (1) Pengelola Program Guru Bimbingan dan Konseling bersama wali kelas atau guru mata pelajaran merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi layanan secara kolaboratif dalam rangka memenuhi dimensi dan elemen profil pelajar pancasila. (2) Pembimbing Guru Bimbingan dan Konseling membimbing peserta didik untuk mengenal diri, memfasilitadi perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian diri, serta pengembangan potensi dan minat secara optimal. (3) Penilai Dalam ruang lingkup praktik layanan, Guru Bimbingan dan Konseling menggunakan alat penilaian formal dan informal dan dapat menjalin kemitraan dengan psikoloh atau tenaga ahli lainnya untuk menafsirkan hasil tes dalam rangak pengambilan keputusan rencana pengembangan peserta didik. (4) Konselor Guru Bimbingan dan Konseling membuka akses praktik konseling bagi para peserta didik guna membantu penyelesaian masalah, penyembuhan, perbaikkan dan pencegahan masalah yang terkait dengan kehidupan pribadim belajar, sosial maupun karir. (5) Konsultasi Guru Bimbingan dan Konseling memberikan informasi tentang perkembangan potensi, minat dan kebutuhan lainnya kepada peserta didik, wali kelas dan orang tua / wali dalam rangka pencapaian profil pelajar pancasila. (6) Koordinasi Untuk mendukung pengembangan akademik dan karir masa depan peserta didik secara optimal, Guru Bimbingan dan Konseling dapat bekerja sama dengan bidang akademik di sekolah, keluarga dan masyarakat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penulisan artikel ini menggunakan metode Literature Review dan Survey, dimana peneli melakukan review terhadap berbagai tulisan artikel, dokumen, dan file yang terkait dengan Impelentasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka serta Wawancara tidak terstuktur berdasarkan topik penelitian mengenai Pelaksanan kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dalam layanan BK disekolah. Wawancara dilakukan kepada 3 orang
Guru Bimbingan Konseling di Jakarta, Kalimantan dan Sumatera.
HASIL PENELITIAN
Yuliani & Puspitarini (2022) menyatakan pelayanan BK pada implementasi kurikulum 2013 perlu difokuskan sehingga benar-benar mampu menunjang pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Konsep ini semakin memperkuat khususnya dalam menyukseskan kurikulum 2013 yang lebih memberdayakan upaya pendidikan melalui proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab.
Hasil penelitian Yelfita dalam (Yuliani & Puspitarini, 2022.) menemukan beberapa kendala guru BK dalam implementasi kurikulum 2013 di kelas X SMK Negeri 4 Padang diantaranya: 1) Berdasarkan perencanaan program, guru BK masih menggunakan panduan KTSP dalam membuat program BK. 2) Berdasarkan pelaksanaan program, guru BK sulit dalam melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung BK karena tidak tersedianya jam Pelayanan BK. 3) Berdasarkan evaluasi program, guru BK masih menggunakan format penilaian yang lama yang ada di kurikulum KTSP.
Menurut Syahril (2019) Sejak pelaksanaan kurikulum 2013 untuk bimbingan dan konseling belum dapat berjalan dengan baik terutama dalam pelaksanaan program BK pada kurikulum 2013. Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan mulai dari Guru BK yang belum memahami dengan baik bimbingan dan konseling pada Kurikulum 2013 dari mulai penyusunan program BK, pelaksaan dan evaluasi program BK itu sendiri
Menurut Hesti 2015 dalam (Ramadani Dewita & Herdi, 2021) Mengatakan bahwa berkenanna dengan kompetensi menyelenggarakan, merancang, melaksanakan, mengevaluasi program BK, masih ditemui guru bimbingan dan konseling yang belum memiliki kemampuan optimal dalam menyelenggarakan program bimbingan dan konsleing terutama dalam merencang dan menyusun program bimbingan dan konseling.
Diduga adanya jual beli program tahunan, adanya kesamaan program bimbingan konseling pada setiap sekolah, adanya program yang sama tiap tahunnya, padahal kegiatan ini adalah kegiatan pertama dan utama dalam melaksanakan program bimbingan dan koseling. . Pelaksanaan program akan sulit dilaksanakan jika program yang dibuat bukan dari pemikiran dan perencanaan dari guru bimbingan dan konseling sendiri, sehingga masih terlihat dalam pelaksanaan program, bahwa guru bimbingan dan konseling bingung dan tidak mengerti dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling.
Menurut Nursalim Mochamad (2022) dalam penerapan Kurikum Merdeka terdapat beberapa permasalahan yang muncul dan memerlukan penangan dari pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Berikut beberapa kebijakan, permasalahan dan peran guru bimbingan dan konseling didalamnya.
Kebijakan Merdeka
Belajar Uraian Implikasi Bagi Pelayanan BK
Cita - cita kebijakan Merdeka
belajar Pendidikan berkualiatas bagi seluruh rakyat Indonesia. Fokus pada pengembangan Kompetensi Dasar dan Karakter
Layanan langsung dan tak langsung dan tak Langsung difokuskan pada peningkatan penguasaan pengembangan kompetensi dan
karakter Capaian Merdeka Belajar Profil Pelajar Pancasila : Mandiri,
Berpikir Kritis, Kreatif, Gotong Royong, Kebinekaan Global, Beriman bertaqwa kepada tuhan YME dan berakhlak mulia.
Kemendarian, berifikir kritis, kreatif, gotong royong, kebinekaan global, keimanan dan ketaqwaan, serta akhlak mulia menjadi materi utama layanan dan tujuan layanan BK Program Sekolah Penggerak Pendampingan konsultatif dan
penguatan SDM sekolah, Pembelajaran Kompetensi Holistik dan Perencanaan Berbasis Data Digitalisasi Sekolah.
Guru BK ikut mendaftar dan terlibat program guru penggerak serta mendukung kegiata program sekolah penggerak.
Transformasi Sekolah Diharapkan pada Tahap 4:
Aman, Nyaman, Inklusif dan Menyenangkan, Berpusat pada siswa, Perencanaan program dan anggaran berbasis refleksi diri, dan Refleksi guru dan perbaikan pembelajaran terjadi.
Mendukung suasana sekolah aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan, Berpusat pada siswa, merencanakan program anggaran berbasis refleksi diri, refleksi Guru BK dan perbaikan layanan terjadi, Guru BK dan kepala sekolah melakukan pengimbasan.
Sistem Zonasi PPDB Input lebih beragam, perlu pendampingan khusus, Ada siswa yang tida terakomodasi tidak diterima di sekolah manapun.
Pendampingan pada siswa yang tidak terakomodasi / tidak mendapatkan sekolah, pemantauan dan pendampingan pada input yang kurang memadai, pemberian informasi tentang sistem zonasi PPDB dan pemberian konseling.
Penggantian Ujian Nasional (UN) dengan Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) dan Survey karakter
Literasi dan numerasi rendah, Karakter belum menggunakan profil pelajar pancasila
Menjadi koordinator survey karakter, Pemberian informasi tentang karakter dan asesmen karakter, Pemberian pelatihan tentang membaca skimming, scanning, Pemberian pelatihan penguasaann literasi dan numerasi pelatihan berfikir kritis, Pengembangan kreativitas, Literasi media.
Penyerderhananaan
RPP/RPL RPL 1 Lembar Mengikuti pelatihan dan deseminasi
hasil pelatihan Membangun Platform
Pendidikan Berbasis Teknologi
Pelaksanaan BK belum berbasis
platform teknologi Mengembangkan e-lbk, Fasilitator kegiatan BK secara online, Menjadi konten crator tentang BK.
Membangun sekolah masa depan yang aman dan eksklusif, kesejahteraan hidup (wellbeing) siswa
Ada sekolah yang tidak ramah anak,
Masih banyak terjadi Bulllying Mendukung sekolah ramah anak dan Penanganan Bullying.
Heutagogi (Self Determinate
Learning) Siswa belum terbiasa menentukan
target belajar sendiri. Memberikan informasi dan pelatihan tentang heutagogi, Pemberian konseling pada siswa yang belum terbiasa menentukan target belajar
sendiri.
Guru Penggerak Belum banyak Guru BK terlibat
menjadi Guru Penggerak Mengikuti program guru penggerak Pendekatan berbasis
kebutuhan individu dan berpusat pada siswa
Berbasis kebutuhan secara umum Melaksanakan perencanaan individual dan pemintan.
Paradigma yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa penerapan kebijakan merdeka belum sepenuhnya dapat terlaksana akibat problematika. Kesiapan sumber daya manusia dan perangkat fasilitas pendukung menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan merdeka belajar temasuk guru bimbingan dan konseling (Rokhyani et al.,2022).
Kebijakan Mendikbud tentang Merdeka Belajar guru Bimbingan dan Konseling perlu segera menyikapi dan berperan dalam mensukseskan implementasi program tersebut.
Upaya menyikapi dan segera mengambil peran ini penting untuk dilakukan agar ekspektasi kinerja guru Bimbingan dan Konseling semakin diakui sejajar dengan profesi lain yang lebih mantap.
hasil temuan dari artikel dan jurnal mengenai Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sejalan dengan temuan hasil wawancara yang dilakukan. Temuan hasil wawancara dengan Ibu Nuriza Hafsyah, S.Pd., Gr. Guru Bimbingan dan Konseling yang mengajar dikabubapeten Karo menyatakan bahwa : “didalam praktik, Kurikulum yang diterapkan disekolah untuk Kelas VIII dan IX menggunakan Kurikulum 2013 sedangkan untuk kelas VII menggunakan Kurikulum Merdeka. Namun dalam pelaksanaanya Guru bimbingan dan konseling belum dapat menerapkan Kurikulum Merdeka. Guru bimbingan dan konseling belum memahami benar tentang capaian pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa Kelas VII untuk Bimbingan Konseling sendiri. Hambatan lainnya yang dialami Guru bimbingan dan konseling disekolah yaitu, Ia tidak memiliki jam masuk kelas, pelaksanaan layanan berfokus pada penanganan masalah dengan bekerja sama dengan Guru mata pelajaran dan wali kelas. Untuk program bimbingan dan konseling sudah sesuai dengan Panduan Operasional Bimbingan dan Konseling, ia melakukan asesmen kebutuhan siswa dan menuangkannya kedalam program bimbingan dan konseling di sekolah”.
Temuan hasil wawancara dengan Ibu Widia Permata Sari Tarigan, S.Pd., Gr. Guru Bimbingan dan Konseling yang mengajar di Kalimantan Barat menyatakan bahwa :
“Hal sama juga dialaminya, untuk penerapan Kurikulum Merdeka belum dilaksanakan disekolahnya. Namun ia sudah mendapatkan sosialisasi tentang Kurikum Merdeka secara umum. Ia melaksanakan asesmen kepada siswa dalam pembuatan program namun untuk pelaksanaan program tersebut ia memiliki beberapa kendala yaitu tidak memiliki jam bk disekolah sehingga ia akan melaksanakan program ketika ada jam kosong serta ia juga mengajar bidang studi lain disekolah. Sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah baru sebatas penanganan masalah saja”.
Temuan hasil wawancara dengan Ibu Khairani Sitorus, S.Pd., Gr. Guru Bimbingan dan Konseling yang mengajar di kabupaten Asahan menyatakan bahwa : Implementasi kurikulum merdeka disekolah tempatnya mengajar masih untuk siswa kelas VII untuk kelas VIII dan IX masih menggunkan Kurikulum 2013. Perbedaan dalam pelaksanaan
pemberian layanan terhadapap siswa tidak jauh berbeda. Ia menekankan pada aspek kolaborasi untuk membantu pengembangan siswa di sekolah, ia bekerjasama dengan wali kelas, guru bidang studi dan orangtua.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil Literature Review dan Survey kepada Guru BK di sekolah menemukan bahwa masih ada permasalahan yang dialami oleh Guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dalam Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka. Maka pentingnya untuk memahami bagaimana Implementasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam setiap Kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, L. M. (2022). Paradigma Guru Bimbingan Konseling Pada Kurikulum Merdeka Belajar. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 7(1), 158.
https://doi.org/10.29210/021880jpgi0005
Hidayah Fajriatul, Ramadhana Maulana Rezi, Mutiara Tejarukmi, & Purnamasari Nina.
(2022). Implementasi Bimbingan dan Konseling.
Nurhayati, N., & Pw, S. N. (2019). Optimalisasi Peran Dan Fungsi Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Implementasi Kurikulum 13. Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling Teori Dan Praktik), 2(2), 147. https://doi.org/10.26740/bikotetik.v2n2.p147-154 Nursalim Mochamad. (2022). Implikasi Kebijakan Merdeka Belajar Bagi.
https://doi.org/https://doi.org/10.1234/pdabkin.v3i1.141
Pratiwi, I. (2019). EFEK PROGRAM PISA TERHADAP KURIKULUM DI INDONESIA. Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 4(1), 51–71.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v4i1.1157
Ramadani Dewita, & Herdi. (2021). Studi Keputakaan Mengenai Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling dalam Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. 7, 42–52.
Rokhyani, E., Pendidikan, D., & Nganjuk, K. (2022). Penguatan Praksis Bimbingan Konseling Dalam Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar.
Syahril, O. : (2019.). Implementasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Kurikulum 2013 Di Sman 4 Watampone.
Tjalla, A. (2020). Penerapan Asesmen Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013.
Widyaiswara, M. A., Madya, A., Tenaga, P., Pendidikan, T., & Keagamaan, D. (2018).
IMPLEMENENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013 DAN PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAH. In Andragogi Jurnal Diklat Teknis 188 (Vol. 8, Issue 2).
Yuliani, I., & Puspitarini, D. (2022). “Strategi Menghadapi Sistem Pendidikan Pasca Pandemi Covid-19 Untuk Generasi Indoneisa yang unggul dan Tangguh” Analisis Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Prespektif Bimbingan Dan Konseling.