• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Akumulasi Plak, Tingkat Perdarahan Gingiva, dan Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Mahasiswa Perokok Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gambaran Tingkat Akumulasi Plak, Tingkat Perdarahan Gingiva, dan Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Mahasiswa Perokok Universitas Sumatera Utara."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

MAHASISWA PEROKOK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

JUITA SEMBIRING NIM: 180600158

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

(2)

ii

Departemen Periodonsia

Tahun 2022 Juita Sembiring

Gambaran Tingkat Akumulasi Plak, Tingkat Perdarahan Gingiva, dan Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Mahasiswa Perokok Universitas Sumatera Utara.

xv+53

Perokok adalah seseorang yang menghisap rokok. Kebiasaan merokok adalah salah satu risiko terjadinya beberapa jenis penyakit baik lokal maupun sistemik. Tar, nikotin, dan karbon monoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok. Efek lokal merokok terhadap kondisi rongga mulut antara lain menyebabkan peningkatan akumulasi plak, terjadinya radang gusi, dan terjadinya penyakit periodontal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat akumulasi plak, tingkat perdarahan gingiva dan kebutuhan perawatan periodontal pada perokok. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling pada penelitian ini adalah simple random sampling untuk pemilihan fakultasnya dan konsekutif sampling untuk pemilihan mahasiswanya yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Jumlah sampel penelitian ini adalah 60 orang mahasiswa perokok USU, 29 orang berasal dari Fakultas Kesehatan yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), dan 31 orang berasal dari Fakultas non Kesehatan yaitu Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Teknik (FT). Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 55 orang perokok memiliki akumulasi plak yang baik, tingkat perdarahan gingiva perokok adalah baik (60 orang). Status periodontal perokok umumnya adalah skor 0 dan kebutuhan perawatan periodontal yang paling banyak dibutuhkan adalah TN 0 (22 orang). Kesimpulan penelitian ini adalah akumulasi plak

(3)

iii Daftar Rujukan: 63 (2004-2021)

(4)

iv

Periodontics Department Year 2022

Juita Sembiring

An Overview of Plaque Accumulation Levels, Gingival Bleeding Rates, and Periodontal Treatment Needs in University Student Smokers at the University of North Sumatra.

xv+53

A smoker can be defined as someone who smokes cigarettes. The habit of smoking is one of the risks of several types of diseases, both local and systemic. Tar, nicotine, and carbon monoxide are the three most dangerous chemical substances in cigarette smoke. The local effects of smoking on the condition of the oral cavity include increasing plaque accumulation, gingivitis, and periodontal diseases. The purpose of this study was to determine the level of plaque accumulation, the level of gingival bleeding and the need for periodontal treatment in smokers. The design of this research is descriptive research with a cross sectional approach. The sampling technique in this study was simple random sampling based on both the inclusion criteria and exclusion criteria. The number of samples in this study were 60 smokers who currently studying at USU, 29 participants were from the Faculty of Health, both from the Public Health Faculty (FKM) as well as the Faculty of Dentistry (FKG), and 31 others were from the non-Health Faculty such as the Faculty of Cultural Studies (FIB) and the Faculty of Engineering (FT). The results of this study showed that 55 smokers had a good plaque accumulation, and the level of gingival bleeding of the 60 participants was also good. Periodontal status of smokers generally is a score of 0 and the most needed periodontal treatment need is TN 0, with the total number of 22 people. The conclusion of the study was that the plaque accumulation in students who smoked both at the Health and non-Health Faculties at USU was generally good.

Similarly, the gingival bleeding in smokers was generally found good and the

(5)

v Reference List: 63 (2004-2021)

(6)

vi

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Pembimbing

Medan, 21 Juli 2022 Tanda Tangan

Dr. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp.Perio (K)

NIP: 197905142005022001 … ………

(7)

vii

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 03 Agustus 2022

KETUA : Dr. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp.Perio (K) NIP: 197905142005022001

ANGGOTA : 1. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K) NIP: 197801302002122002

2. Armia Syahputra, drg., Sp.Perio (K) NIP: 198308142009121004

TIM PENGUJI Tanda tangan

.………

..

...……….

.….………

Mengetahui,

PLT KETUA DEPARTEMEN

Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K)

NIP: 197107021996012001 ……….

(8)

viii

segala kemudahan, petunjuk, dan kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan judul “Gambaran Tingkat Akumulasi Plak, Tingkat Perdarahan Gingiva, dan Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Mahasiswa Perokok Universitas Sumatera Utara“ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, motivasi, semangat dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis berikan kepada Ayahanda tercinta Leman Sembiring dan ibunda Rosita Ginting serta bang Hendrik, kak Endah, bang Joy, mama Gants dan sepupu Timoty yang selalu memberikan dukungan doa, kasih sayang serta bantuan. Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati penulis, mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Essie Octiara, drg., Sp.KGA sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) selaku Ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Dr. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp.Perio (K) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis serta banyak memberikan saran, masukan, motivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi.

4. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K) dan Armia Syahputra, drg., Sp.Perio (K) selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

(9)

ix Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pengajar FKG USU, terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen Periodonsia dan pegawai Pendidikan FKG USU atas bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

7. Direktur dan staf RSGM USU khususnya drg.Gaby dan pegawai sterilisasi alat atas bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

8. Seluruh staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Fakultas Kedokteran Gigi USU, Fakultas Ilmu Budaya USU dan Fakultas Teknik USU atas bimbingan, bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman terkasih yang membantu dalam mempersiapkan dan melaksanakan penelitian, Chelvin Van Roy Ginting. Sahabat-sahabat tercinta penulis, Grace Kemit, Natalia, Narulita dan Dita. Sahabat skripsi penulis, Kristina, Neneng dan Melly.

Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat, bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna sebagai sumbangan pikiran bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Medan, 21 Juli 2022 Penulis,

Juita Sembiring NIM: 180600158

(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL……… ... i

HALAMAN PERSETUJUAN……… .... vi

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……… ... vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI ……… .. x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Plak Gigi ... 8

2.1.1 Definisi Plak Gigi ... 8

2.1.2 Komposisi Plak Gigi ... 8

2.1.3 Mekanisme Plak Gigi ... 9

2.1.4 Klasifikasi Plak Gigi ... 10

2.1.5 Indeks Plak Gigi ... 10

2.2 Rokok ... 12

2.2.1 Definisi Rokok ... 12

(11)

xi

2.2.4Jenis Rokok ... 14

2.3 Perdarahan Gingiva ... 15

2.3.1 Definisi Perdarahan Gingiva ... 15

2.3.2 Indeks Perdarahan Gingiva ... 16

2.4 Kebutuhan Periodontal ... 17

2.5 Kerangka Teori... 20

2.6 Kerangka Konsep ... 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 22

3.2.2 Waktu Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.3.1 Populasi ... 22

3.3.2 Sampel ... 22

3.3.3 Besar Sampel ... 23

3.3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ... 24

Kriteria Inklusi ... 24

Kriteria Eksklusi ... 24

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 24

3.4.1 Variabel ... 24

Variabel Bebas ... 24

Variabel Terikat ... 24

3.4.2 Definisi Operasional ... 25

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 27

3.5.1 Alat Penelitian ... 27

3.5.2 Bahan Penelitian ... 27

(12)

xii

3.8 Etika Penelitian ... 31

3.9 Alur Penelitian ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Fakultas, Perilaku Menjaga Kebersihan Rongga Mulut dan Riwayat Sakit Gigi………….. 34

4.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Merokok……… 37

4.3 Distribusi Akumulasi Plak Mahasiswa Perokok……… 38

4.4 Distribusi Perdarahan Gingiva Mahasiswa Perokok……….. 38

4.5 Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal Mahasiswa Perokok……… 38

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Fakultas, Perilaku Menjaga Kebersihan Rongga Mulut dan Riwayat Sakit Gigi………. 41

5.2 Distribusi Akumulasi Plak Mahasiswa Perokok……… 43

5.3 Distribusi Perdarahan Gingiva Mahasiswa Perokok………. 44

5.4 Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal Mahasiswa Perokok……… 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan………. 47

6.2 Saran……….. 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN………. 53

(13)

xiii

Halaman

Gambar 1. Plak Gigi ... 8

Gambar 2. Rumus cara pengukuran satu gigi Indeks Loe dan Silness ... 11

Gambar 3. Rumus cara pengukuran keseluruhan Indeks Loe dan Silness ... 11

Gambar 4. Rumus perhitungan Indeks plak O'Leary ... 12

Gambar 5. Kandungan bahan-bahan rokok ... 13

Gambar 6. Rumus Indeks Brinkman ... 13

Gambar 7. Pemeriksa menggunakan APD level 2………. 28

Gambar 8. Subjek penelitian menandatangani lembar informed consent………….29

Gambar 9. Wawancara terpimpin dan mengisi identitas diri dan status kebersihan rongga mulut subjek penelitian……… 29

Gambar 10. Subjek penelitian berkumur-kumur……….. 30

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Skor Plak Indeks Loe dan Silness ... 11

Tabel 2. Kriteria Skor Indeks Plak Loe dan Silness………. 11

Tabel 3. Kriteria Skor Indeks Plak O’Leary……… 12

Tabel 4. Interpretasi Indeks Brinkman……… 14

Tabel 5. Kriteria Papillary Bleeding Index (PBI)………... 16

Tabel 6. Kriteria Status Periodontal ………. 18

Tabel 7. Kriteria Kebutuhan Perawatan Periodontal………. 19

Tabel 8. Karakteristik subjek (n=60)………. 34

Tabel 9. Karakteristik subjek berdasarkan fakultas (n=60)………. 35

Tabel 10. Perilaku mahasiswa dalam menjaga kebersihan rongga mulut (n=60)….. 36

Tabel 11. Karakteristik Subjek Perokok Berdasarkan Kebiasaan Merokok……… 37

Tabel 12. Distribusi Akumulasi Plak Mahasiswa Perokok USU (n=60)………….. 38

Tabel 13. Distribusi Perdarahan Gingiva Mahasiswa Perokok USU (n=60)………. 38

Tabel 14. Distribusi status periodontal dan kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok (n=60)………..39

Tabel 15. Tabel 15. Distribusi status periodontal mahasiswa perokok di USU berdasarkan fakultas………40

Tabel 16. Distribusi kebutuhan perawatan periodontal mahasiswa perokok di USU berdasarkan fakultas………40

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 53

2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 54

3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (informed consent) ... 56

4. Kuesioner Penelitian ... 57

5. Tabel Dummy... 64

6. Rincian Biaya Penelitian ... 66

7. Persetujuan Komisi Etik……….. 67

8. Jadwal Penelitian………...70

9.Output Hasil Statistik……….71

10.Surat Izin Penelitian dari RSGM………..78

11. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari RSGM………79

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan di Indonesia semakin meningkat terutama pada kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat di Indonesia kurang mengerti pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya pemahaman serta pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut menimbulkan masalah kesehatan, diketahui dari maraknya ataupun banyaknya masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang mencapai 25,9 % dengan 14 daerah yang memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut diatas angka nasional.1 Prevalensi kejadian masalah kesehatan yang terjadi Indonesia termasuk dalam kategori tinggi yaitu penyakit gigi dan mulut yang menempati urutan ke enam khususnya gigi berlubang yang disebabkan oleh plak. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih tinggi (57,6%) serta karies dan penyakit periodontal merupakan kasus yang banyak terjadi. Penyakit periodontal merupakan peradangan pada jaringan pendukung gigi yaitu gingiva, ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan periodontitis. Tanda klinis yang dijumpai adalah adanya warna kemerahan pada gingiva, perdarahan serta terjadi resesi gingiva. Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa kesehatan periodontal merupakan komponen penting dalam penatalaksanaan beberapa penyakit sistemik.2 Tingkat keparahan penyakit periodontal di dunia lebih dari 82% terjadi pada orang muda dan lebih dari 50% pada orang dewasa.3

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian terpenting dari kesejahteraan dan kesehatan umum. Individu dengan kualitas hidup yang baik dan kesehatan umum yang baik tidak terlepas dari kesehatan gigi dan mulut yang baik juga. Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut serta perilaku yang efektif memiliki keterkaitan terhadap tingkat kesehatan gigi dan mulut. Status kesehatan gigi dan mulut memiliki

(17)

keterkaitan secara signifikan terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut seseorang, termasuk menyikat gigi, penggunaan benang gigi, dan kunjungan rutin ke dokter gigi.

Modifikasi perilaku ataupun metode tindakan memiliki efek positif dan menghasilkan peningkatan kesehatan mulut.4 Merokok memiliki efek yang merugikan bagi kesehatan jaringan mulut. Keberadaan dan keparahan kesehatan periodontal pada seseorang perokok lebih meningkat. Pengaruh negatif dari merokok terhadap kesehatan manusia, termasuk kesehatan gigi dan mulut, tidak diragukan lagi.5

Perdarahan gingiva saat prob dimasukkan ke dalam gingiva memberikan indikasi kuantitatif inflamasi gingiva atau periodontal. Berdasarkan penelitian Oktanauli Poetry mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan sebanyak 29 subjek penelitian mengalami gingivitis, hal ini disebabkan adanya kandungan tar pada rokok yang mengendap pada gigi, yang menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga mudah dilekati plak. Akumulasi plak pada margin gingiva, diperparah dengan kondisi kebersihan mulut yang kurang baik sehingga menyebabkan terjadinya gingivitis.6 Berdasarkan penelitian Katarina D dkk pada tahun 2015 sebesar 70,7%

remaja usia 15-19 tahun dengan kebiasaan merokok memiliki status inflamasi gingiva ringan.6 Secara klinis, perokok mengalami penurunan tanda-tanda pada peradangan dibandingkan dengan bukan perokok.5 Hasil ini dapat disebabkan oleh vasokonstriksi gingiva sementara yang diinduksi oleh nikotin. Pembengkakan gingiva pada perokok menunjukkan penurunan kepadatan vaskular dibandingkan dengan yang bukan perokok.7 Penelitian Fouad H dkk mengatakan bahwa perokok menunjukkan indeks perdarahan rata-rata yang relatif rendah 26,05±1,48 dan indeks plak yang lebih tinggi 51,35±11,27 dibandingkan bukan perokok 26,29±17,21 dan 51,14±18,64.7

Merokok adalah salah satu kecenderungan kebiasaan sehari-hari. Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak hanya pada penyakit sistemik namun dapat juga menimbulkan efek patologis bagi gigi dan mulut.8 Merokok memiliki hubungan secara signifikan terhadap penyakit periodontal. Studi klinis mengatakan seseorang perokok mengalami kehilangan tulang alveolar yang lebih besar, kehilangan perlekatan, dan poket periodontal dibandingkan dengan individu yang bukan perokok.9 Efek samping dari kebiasaan merokok serta panas asap tembakau

(18)

pada rokok menyebabkan timbulnya perubahan vaskularisasi. Perubahan vaskularisasi yang ditimbulkan menyebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler dan infiltrasi agen-agen inflamasi sehingga terjadi pembesaran gingiva. Kandungan yang terdapat di dalam rokok membuat perubahan patologis kesehatan gigi dan mulut.10 Berdasarkan penelitian Universitas Abulyatama tingkat pengetahuan memiliki peran penting dalam perilaku merokok. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa mahasiswa fakultas kesehatan 50,6% memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam perilaku merokok dan 55,6% mahasiswa fakultas non kesehatan juga memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam perilaku merokok. 11 Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggi terdapat 13,6% mahasiswa fakultas kedokteran USU yang memiliki kebiasaan merokok, dimana dalam kategori perokok ringan. Penelitian Ignasia didapatkan bahwa distribusi mahasiswa fakultas teknik USU perokok dengan persentase tertinggi adalah mahasiswa berjenis kelamin laki- laki (86,7%) dan usia 19 tahun (45,9%).12

Permukaan gigi yang kasar, plak dan bakteri mudah melekat merupakan suatu penyebab yang timbul dari tar pada rokok yang dapat mengendap pada gigi.

Kebiasaan merokok sangat berperan dalam meningkatkan terjadinya gingivitis.

Kebiasaan merokok juga menunjukkan atau menimbulkan dampak buruk atau efek negatif bagi kesehatan periodontal.13 Keparahan penyakit periodontal yang terjadi memiliki faktor risiko pendukung yaitu umur, jenis kelamin, pengetahuan, faktor lokal mulut, perilaku menyikat gigi, scalling, kunjungan rutin ke dokter gigi, konsumsi buah dan sayur, merokok, konsumsi kopi, stres dan faktor sistemik.

Kebiasaan merokok yang dilakukan seseorang dapat dipicu juga oleh adanya faktor stres. Semakin besar stres yang dialami seseorang, semakin banyak rokok yang dihisap dan dikarenakan adanya faktor stres yang menyebabkan perokok juga kurang untuk membersihkan giginya dan mengakibatkan meningkatnya akumulasi plak.1

Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) mengamati bahwa kecenderungan merokok pada laki-laki dewasa 14 tahun keatas lebih dari 45,8% dan 2,9% pada perempuan pada usia yang sama.14 Seseorang perokok memiliki efek

(19)

faktor merokok dimana debris mudah melekat dan apabila dibiarkan akan menyebabkan gingivitis. 8

Organisme endogen yang terdapat di dalam mulut manusia mudah berkolonisasi di permukaan gigi yang mengalami karies dan membentuk biofilm mikroba serta plak pada gigi. Studi klinis dalam hubungannya dengan analisis mikrobiologis telah mengevaluasi peran plak gigi dalam inisiasi dan perkembangan peradangan gingiva.15 Keadaan periodontal mencakup berbagai kondisi peradangan kronis dari gingiva, tulang alveolar dan ligamen periodontal. Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak yang menyebabkan infeksi dan peradangan pada gingiva dan tulang yang mengelilingi jaringan pendukung gigi. Ketika bakteri tinggal di gigi cukup lama, bakteri tersebut membentuk lapisan yang disebut plak, yang akhirnya mengeras menjadi kalkulus. Penumpukan kalkulus dapat menyebar di subgingiva, yang membuat gigi lebih sulit dibersihkan.16 Tahap awal peradangan pada gingiva disebut gingivitis dimana gingiva menjadi bengkak, merah dan mudah berdarah. Keadaan pembengkakan gingiva yang lebih serius disebut periodontitis yang ditandai dengan resesi gingiva, terjadi penurunan tulang, mobiliti bahkan sampai kehilangan gigi. Periodontitis kronis adalah peradangan jaringan pendukung yang ditandai dengan adanya perdarahan gingiva, poket periodontal, dan hilangnya tulang alveolar.17 Penyakit periodontal sebagian besar didapati pada orang dewasa.

Penyakit periodontal dan kerusakan gigi adalah dua ancaman terbesar bagi kesehatan gigi.18 Berdasarkan penelitian Oktanauli yang dilakukan kepada mahasiswa FKG UPDM Jakarta didapatkan hasil bahwa subjek penelitian sebanyak 18 orang berupa inflamasi ringan, 12 orang mengalami inflamasi sedang dan tidak terdapat satupun subjek yang mengalami inflamasi berat. 6

Plak gigi adalah biofilm yang tersusun secara struktural dan fungsional. Plak terbentuk dengan cara yang teratur dan memiliki mikroba yang beragam. Plak memiliki peranan penting dalam kesehatan jaringan mulut. Plak menumpuk secara terus-menerus pada permukaan gigi, tidak dibersihkan secara adekuat dapat menyebabkan terjadinya akumulasi plak. Akumulasi plak merupakan faktor etiologi terjadinya penyakit periodontal.19 Bakteri yang terdapat pada plak akan memproduksi

(20)

toksin sehingga merangsang terjadinya perdarahan terhadap gingiva yang disebut dengan gingivitis. Namun apapun yang mendorong akumulasi plak akan selalu memperburuk gingivitis yang sudah ada.20

Plak gigi adalah suatu lapisan deposit halus dan melekat di permukaan gigi yang terjadi dikarenakan adanya kolonisasi bakteri.21 Cara mengukur tingkat plak seseorang dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan jenis indeks, diantaranya adalah indeks plak O’Leary disebut juga Plaque Control Record (PCR), indeks plak Loe dan Silness, dan indeks plak Personal Hygiene Performance (PHP). 18

Menurut Nield-Gehrig, keparahan infeksi gingiva meningkat dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu pertambahan usia. Hal ini terkait dengan penumpukan plak dalam jangka waktu yang lama. Peningkatan juga terkait dengan faktor risiko pendukung seperti makanan, penyakit sistemik, terapi, stres dan merokok.

Peningkatan prevalensi gingiva kelompok dewasa muda yaitu 9,33% pada gingiva normal, 61,33% pada gingivitis ringan, 29,33% pada gingivitis sedang, dan yang mengalami gingivitis parah tidak ada, sedangkan pada usia dewasa penuh terdapat 1,55% gingiva normal, 31,01% gingivitis ringan, 24,81% gingivitis sedang, dan 0,78% gingivitis parah.1

Gingivitis adalah penyakit periodontal yang bersifat reversibel dimana peradangan terjadi pada gingiva tanpa kerusakan lebih lanjut dari komponen pendukung gigi.22 Gingivitis terjadi ketika plak mikroba (bakteri) terakumulasi pada permukaan gigi sebagai akibat menyikat gigi yang tidak efektif. Inflamasi pada gingiva dimulai dari margin gingiva dan apabila inflamasi tersebut terjadi terus- menerus maka dapat menyebar hingga ke jaringan pendukung gigi lainnya dan akan berlanjut menjadi periodontitis. Inflamasi tersebut dapat digambarkan dengan gejala gingiva yang meradang akan tampak eritematosa dan edematous, berdarah saat probing, gingiva akan menjadi berfluktuasi dan menunjuk dengan eksudat purulen.23

Perdarahan gingiva adalah indikator risiko pertama penyakit periodontal.

Indikator tersebut menunjukkan awal dari proses destruktif yang melibatkan jaringan pendukung di sekitar gigi. Diagnosis dan perawatan awal diperlukan untuk mengurangi keparahan penyakit periodontal.24 Pemeriksaan tingkat perdarahan

(21)

gingiva dilakukan dengan menggunakan prob periodontal. Evaluasi tingkat perdarahan dapat dilihat dari kesehatan gingiva dan dinilai dengan menghitung jumlah situs perdarahan yang dicatat menggunakan skor indeks perdarahan gingiva.

Kondisi ini dapat dikendalikan dengan mengikuti kebersihan mulut yang tepat, pemeriksaan gigi secara teratur dan mengobati penyebab utama terjadinya perdarahan.25

Penyakit periodontal adalah kondisi inflamasi yang terjadi akibat adanya interaksi yang tidak seimbang antara mikroorganisme plak dan respon imun yang memengaruhi struktur pendukung gigi, tulang alveolar, dan ligamen periodontal.

Penyakit periodontal yang tidak diberikan perawatan yang tepat akan menyebabkan gigi goyang hingga kehilangan gigi.2627 Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memeriksa jaringan periodontal untuk mengetahui status dan perawatan periodontal adalah melalui pengukuran Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN).28 Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) adalah indeks yang digunakan untuk mengevaluasi dan memeriksa status jaringan periodontal. Tujuan CPITN adalah untuk mengestimasi prevalensi status jaringan periodontal, mengukur tingkat kebutuhan pasien terhadap perawatan periodontal dan menentukan jenis perawatan yang tepat. Menurut penelitian Hedge S dkk. perokok memiliki indeks plak yang lebih tinggi yaitu 1,63±0,28) daripada bukan perokok ( 1,34±0,47).29 Pada penelitian Puscasu CG dkk terdapat 63% indeks indeks CPITN skor 2 (kalkulus) pada perokok. 30

Berdasarkan hasil beberapa penelitian diketahui bahwa merokok memiliki pengaruh besar terhadap kondisi dan kesehatan jaringan periodontal. Oleh sebab itu, penulis tertarik dan ingin meneliti tentang tingkat akumulasi plak, tingkat perdarahan gingiva dan kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok di USU.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah:

1. Bagaimana akumulasi plak pada mahasiswa perokok di USU ditinjau dari indeks Loe dan Silness?

(22)

2. Bagaimana tingkat perdarahan gingiva pada mahasiswa perokok di USU ? 3. Bagaimana kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok di USU?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis akumulasi plak pada mahasiswa perokok di USU dari indeks Loe dan Silness.

2. Menganalisis tingkat perdarahan gingiva pada mahasiswa perokok di USU.

3. Menganalisis kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok di USU.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan informasi di bidang Periodonsia mengenai tingkat akumulasi plak, perdarahan gingiva, dan kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok di USU.

2. Menambah wawasan mengenai tingkat akumulasi plak, perdarahan gingiva, dan kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok di USU.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kesadaran bagi pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan mulut pada perokok agar dapat meningkatkan kesehatan periodonsium.

2. Memberikan informasi baik kepada teman sejawat maupun sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut mengenai tingkat akumulasi plak, tingkat perdarahan gingiva, dan kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok di USU.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Gigi

2.1.1 Definisi Plak Gigi

Plak sangat berperan dalam menyebabkan masalah kesehatan mulut. Plak gigi adalah lapisan deposit lunak berwarna putih kekuningan yang menempel di permukaan gigi, yang merupakan hasil kumpulan mikroorganisme yang tertanam dalam matriks polimer asal bakteri dan saliva. Plak gigi melekat kuat dan terakumulasi apabila tidak dibersihkan secara adekuat.31,32

Plak yang terkumpul di permukaan gigi tidak terjadi secara kebetulan tetapi dimulai dalam beberapa tahap. Plak menempel 33% di permukaan gingiva dan pada lapisan luar gigi yang tidak nyaman.15 Salah satu penyebab karies dan infeksi periodontal ialah plak. Dalam pembentukan plak kokus gram positif yang merupakan awal proses terbentuknya, jenis yang sering ditemui yakni Streptococcus alpha paling dominan ditemukan saat awal terbentuknya plak dibandingkan bakteri gram positif jenis lain.33

Gambar 1. Plak Gigi 33 2.1.2 Komposisi Plak Gigi

Plak gigi yang terbentuk pada lapisan terluar gigi memiliki urutan yang hampir sama dengan biofilm di ekosistem alami lainnya. Biofilm terbentuk dari mikroorganisme dan melekat satu dengan yang lain pada waktu yang cukup lama di permukaan.34

(24)

Komposisi plak gigi adalah mikroorganisme. Komposisi dari mikroorganisme tersebut terdiri dari polisakarida ekstraseluler yang diproduksi oleh jenis bakteri khusus di dalam plak. Tahap awal terjadinya plak, jenis bakteri dominan yang memiliki kemampuan untuk menciptakan polisakarida ekstraseluler ialah kokus gram positif yakni Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis, Streptokokus salivarius, Actinomyces viscosus. Streptokokus yang ada pada gigi kemudian memetabolisme sisa makanan yang sifatnya kariogenik, paling utama dari jenis karbohidrat yang dapat difermentasikan.35

2.1.3 Mekanisme Pembentukan Plak

Tahapan perkembangan plak gigi terdiri dari tiga fase, yaitu susunan pelikel, kolonisasi bakteri, dan perkembangan plak. Perkembangan plak pada gigi dimulai dengan adanya substansi saliva dan karbohidrat dari sisa makanan. Mikroba, pelikel, dan sisa makanan berkumpul di mulut membentuk plak gigi.15

Tahap awal pembentukan plak adalah adanya pelikel yang menempel pada permukaan gigi. Beberapa menit setelah menyikat gigi pelikel tersebut muncul.

Pelikel adalah glikoprotein saliva. Saliva berfungsi untuk melindungi gigi, namun selain melindungi gigi, saliva juga menempelkan bakteri. Pelikel bertindak dalam memproteksi email dari aktivitas asam serta bertindak selaku perekat dua sisi, satu sisi menempel di permukaan gigi serta memberikan permukaan yang melekat di sisi lain sehingga memudahkan bakteri menempel pada permukaan gigi.32

Mekanisme selanjutnya terjadinya pengkolonisasian bakteri, kemudian sambungan pelikel ke permukaan gigi, pada tahap kedua ini susunan plak dibantu oleh kolonisasi Streptococcus mutans dan Streptococcus saguins dengan mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan kemudian jadi asam melalui proses fermentasi. Organisme menggandakan diri dengan cepat sehingga asam akan terus mengalir dan akan menyebabkan demineralisasi.36

Tahap ketiga mekanisme plak dapat terbentuk akibat terdapatnya kombinasi antara bakteri, asam, sisa makanan serta saliva pada mulut menghasilkan suatu substansi berwarna kekuningan menempel di permukaan gigi disebut plak. Plak apabila tidak dibersihkan maka akan mengeras ataupun mineralisasi yang kemudian

(25)

dapat menjadi kalkulus yang menempel di permukaan gigi. Semakin lama plak tidak dibersihkan, maka semakin besar juga akumulasi plak terjadi.34,36

2.1.4 Klasifikasi Plak Gigi

Plak dikelompokkan berdasarkan areanya, yakni plak supragingiva dan plak subgingiva. Dua jenis plak itu dikarenakan plak supragingiva menyerap zat-zat yang didapat dari saliva dan sisa makanan, meskipun plak subgingiva akan menahan eksudat dari gingiva.36

Plak supragingiva terdapat diatas permukaan gigi diantara gigi dan sepanjang gigi. Plak supragingiva biasanya ditemukan pada sepertiga gingiva dari mahkota gigi dan dapat juga ditemukan di daerah interproksimal dan pit dan fisura. Selain itu, plak supragingiva muncul di area lain seperti permukaan yang tidak teratur. Plak supragingiva terlihat mirip dengan warna permukaan gigi. Merubah warna plak gigi tersebut agar berbeda dengan warna permukaan gigi maka dapat menggunakan zat pewarna gigi.36

Plak subgingiva adalah plak yang berkembangbiak pada permukaan akar gigi sampai ke tepi gingiva, sulit terlihat secara klinis dikarenakan tersembunyi di dalam poket periodontal. Plak subgingiva terdapat area perlekatan gigi, area perlekatan epitel serta area non perlekatan.36

2.1.5 Indeks Plak

Indeks plak adalah teknik yang dipakai dalam pengukuran wilayah atau keberadaan plak. Ada beberapa jenis indeks plak yang dipakai dalam pengukuran plak, antara lain: Indeks plak Loe and Silness dan Indeks plak O'Leary.37

a. Indeks Plak Loe dan Silness

Indeks plak Loe dan Silness mengacu terhadap pengukuran akumulasi plak tingkat sedang. Metode indeks ini digunakan untuk mengukur skor plak gigi berdasarkan lokasi plak dan kuantitas plak yang dekat dengan margin gingiva.

Indeks plak Loe and Silness melakukan pengukuran pada empat permukaan yaitu mesial, distal, lingual dan fasial, kemudian skornya dihitung. Detail dan

(26)

keakuratan indeks ini tidak diragukan lagi dan dibenarkan untuk survei epidemiologi atau klinis studi. Indeks plak ini lebih disukai untuk pemakaian sehari-hari dikarenakan sistem yang lebih sederhana.

Tabel 1. Skor Indeks Plak Loe dan Silness 38

Skor Kriteria Indeks Plak Gigi

0 Tidak ada plak.

1 Lapisan tipis plak yang hanya dapat dilihat dengan bantuan sonde.

2 Akumulasi plak yang cukup banyak yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

3 Akumulasi yang tebal dari bahan lunak yang mengisi celah antara tepi gingiva dan permukaan gigi. Regio interdental terisi debris.

Gambar 2. Cara pengukuran satu gigi indeks Loe dan Silness 39

Gambar 3. Rumus Cara Pengukuran Keseluruhan Gigi Indeks Loe dan Silness38

Tabel 2. Tabel Kriteria Skor Indeks Plak Loe dan Silness3

Kriteria Indeks Plak Loe dan Silness Skor Indeks Plak Loe dan Silness

Baik 0 - 1

Sedang 1,1 - 2

Buruk 2,1 - 3

jumlah skor indeks plak jumlah gigi yang ada

jumlah seluruh skor dari empat permukaan 4

(27)

b. Indeks plak O’Leary

Deteksi bakteri plak gigi dianggap penting dalam perawatan gigi. Indeks O’Leary adalah metode sederhana untuk mengukur jumlah bakteri plak gigi dan salah satu cara paling efektif untuk mengevaluasi kebersihan mulut.37

Indeks O’Leary dalam pengukuran plak memakai bagan atau grafik untuk menunjukkan permukaan area plak. Bagan atau grafik tersebut digunakan untuk melihat masing-masing dari keempat permukaan yaitu : distal, mesial, bukal dan lingual/palatal (tetapi bukan pada permukaan oklusal dan permukaan insisal).37

Gambar 4. Rumus perhitungan indeks plak O’Leary 37 Tabel 3. Kriteria indeks plak O’Leary37

Jenis Kriteria Skor Indeks O’Leary

Baik 0-20%

Sedang 21-40%

Buruk 41-60%

Buruk Sekali >60%

2.2 Rokok

2.2.1 Definisi Rokok

Rokok adalah zat yang menyebabkan kecanduan yang terdiri dari tembakau dibungkus dan memiliki bentuk seperti batang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.40

Merokok adalah kegiatan sering jumpai di masyarakat. Merokok merupakan menghisap suatu tembakau yang terbungkus dengan cara membakar. Seseorang yang dikategorikan perokok bukan saja yang menghisap rokok. Seseorang yang menghisap rokoknya secara langsung disebut juga perokok aktif dan seseorang yang menghisap asap rokoknya atau secara tidak langsung disebut perokok pasif.41

Indeks plak=Jumlah seluruh permukaan gigi yang terdapat plak

4 x Jumlah gigi yang diperiksa x 100%

(28)

2.2.2 Kandungan yang terdapat di dalam rokok

Rokok merupakan suatu produk industri yang meluas secara internasional dan mengandung sekitar 300 bahan kimiawi. Rokok memiliki kandungan seperti seperti tar, nikotin, benzovrin, metal-kloride, aseton, amonia, dan karbon monoksida.42 Pada satu batang rokok terkandung didalamnya 4.000 jenis senyawa kimia beracun, inilah yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi tubuh, 43 diantaranya bersifat karsinogenik. Komponen utama yang terkandung di dalam rokok adalah tembakau.

Tembakau berbeda dengan tanaman yang lain. Tembakau dalam pengolahannya pada rokok diusahakan memberikan kenikmatan bagi perokok. Tembakau yang berkualitas tinggi di dalam rokok akan menghasilkan aroma yang enak, dan segar serta tidak mempunyai ciri-ciri negatif contohnya rasa pahit, pedas serta menggigit.43

Gambar 5. Kandungan bahan-bahan rokok43 2.2.4 Klasifikasi Perokok

Klasifikasi tingkat perokok mulai dari tingkat ringan, sedang, dan berat dapat diukur menggunakan Indeks Brinkman. Indeks Brinkman dapat dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 6. Rumus Indeks Brinkman40 Lama merokok x rata-rata jumlah rokok yang

dihisap perhari

(29)

Tabel 4. Interpretasi Indeks Brinkman40

Klasifikasi Perokok Indeks Brikman Perokok Ringan Kurang dari 200

Perokok Sedang 200-599

Perokok Berat Lebih dari 600

2.2.5 Jenis Rokok

Jenis-jenis rokok dapat dibedakan dari proses pembuatannya, berdasarkan isinya dan pembungkusnya. 43

a). Rokok berdasarkan pembungkusnya - Rokok Kawung

Rokok yang menggunakan tembakau asli dibungkus dengan daun lontar dan dipadukan dengan cengkeh. Rokok ini di Indonesia sangat populer karena kandungan tar dan nikotinnya yang cukup tinggi dibandingkan rokok lainnya, yaitu dengan perbandingan 60 mg nikotin dan 40 mg tar. 43,44

- Rokok Klobot

Rokok jenis ini adalah jenis rokok yang banyak dinikmati masyarakat Indonesia. Rokok ini merupakan rokok yang kulit pembungkusnya asli dari kulit jagung.44

- Rokok Cerutu

Rokok Cerutu merupakan rokok yang bahan asli nya adalah murni tembakau tertentu tanpa ada tambahan bahan lainnya. Rokok yang tidak dirajang tetapi berupa lipatan tembakau kering dan dibungkus juga dengan daun tembakau. 43

b). Berdasarkan isinya - Rokok Putih

Rokok yang berbahan baku tembakau dengan adanya penambahan aroma guna menghasilkan efek aroma serta rasa tertentu misalnya mentol dan tanpa dicampur dengan cengkeh 44

- Rokok Kretek

(30)

Rokok yang mempunyai kandungan cengkeh yang berbahan baku tembakau.

Kematian karena merokok tembakau memiliki tingkat yang tinggi yaitu mencapai 57 ribu orang/tahun serta didukung oleh lemahnya peraturan pemerintah mengenai batasan kadar tar dan nikotin dalam sebatang rokok. 44

- Rokok Klembak

Rokok yang memiliki bahan baku dari tembakau yang diberi bahan campuran cengkeh dan kemenyan, rokok ini banyak dihisap penduduk yang tinggal di daerah pegunungan untuk penawar rasa dingin.44

c). Berdasarkan Proses Pembuatannya - Sigaret Kretek Tangan (SKT)

Rokok diproduksi secara manual dan dibantu dengan alat sederhana.43 - Sigaret Kretek Mesin

Rokok yang dibuat dengan bantuan mesin otomatis dan salah satu ujungnya dipasang gabus yang berfungsi sebagai filter dan yang tidak diberi filter.43

2.3 Perdarahan Gingiva

2.3.1 Definisi Perdarahan Gingiva

Perdarahan gingiva adalah tanda klinis pertama dari penyakit periodontal. Tanda klinis ini menunjukkan awal dari proses destruktif yang melibatkan jaringan pendukung di sekitar gigi atau beberapa masalah sistemik yang serius. Penyebab perdarahan gingiva terdiri dari berbagai hal. Faktor utama yang berperan dalam perdarahan gingiva adalah pembentukan dan akumulasi plak karena rongga mulut yang tidak tepat kebersihannya. Kebersihan rongga mulut yang kurang baik dapat memengaruhi faktor sistemik (Diabetes, hipertensi, kelainan darah, hormonal) ketidakseimbangan dan defisiensi nutrisi) dan faktor lokal lain yang bertanggung jawab atas perdarahan gingiva.25

Pemeriksaan perdarahan gingiva dilakukan dengan menggunakan prob periodontal. Evaluasi dari kesehatan gingiva dinilai dengan menghitung jumlah tingkat perdarahan yang dicatat menggunakan skor indeks perdarahan gingiva.

Kondisi ini dapat dikendalikan dengan mengikuti kebersihan mulut yang tepat

(31)

tindakan, pemeriksaan gigi secara teratur dan mengobati penyebab perdarahan (baik sistemik dan faktor lokal). 25

2.3.2 Indeks Perdarahan Gingiva

Evaluasi ataupun penilaian kesehatan gingiva dilakukan dengan cara menghitung jumlah tingkat perdarahan yang dicatat menggunakan skor indeks perdarahan gingiva. Indeks perdarahan gingiva adalah sebagai berikut :45

- Papillary Bleeding Index (PBI)

Papillary Bleeding Index diperkenalkan oleh Saxer dan Muhlemann didasarkan pada pengamatan perdarahan gingiva yang timbul setelah prob periodontal diselipkan.

Indeks ini memungkinkan evaluasi langsung pada pasien. PBI dipilih karena merupakan indikator sensitif dari keparahan peradangan gingiva pada pasien, selain itu metode PBI tidak membutuhkan banyak waktu sehingga selain sangat mudah juga lebih efisien jika digunakan dalam pemeriksaan pasien. Prob periodontal ditempatkan ke dalam sulkus gingiva di dasar papila pada sisi mesial, dan lanjut ke bagian ujung papila dan diulang pada sisi distal papila. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan vestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks perdarahannya.

Tabel 5. Kriteria Papillary Bleeding Indeks (PBI)45

Skor Keterangan

0 Tidak terjadi perdarahan 1 Perdarahan berupa titik kecil

2 Perdarahan berupa titik yang besar atau berupa garis 3 Perdarahan menggenang di interdental

4 Perdarahan banyak terjadi, darah mengalir hingga ke sulkus marginal

- Bleeding Time Indeks (BTI)

Perdarahan indeks gingiva akan berguna untuk mendeteksi bukti klinis pertama inflamasi gingiva. Intensitas setiap perdarahan dicatat dengan skor : 46

0 = Tidak ada perdarahan dalam waktu 15 detik setelah probing kedua (yaitu total waktu 30 detik);

(32)

1 = Perdarahan dalam waktu 6 sampai 15 detik setelah probing kedua

2 =Perdarahan dalam 11 sampai 15 detik dari probing pertama atau 5 detik setelah probing kedua

3 = Perdarahan dalam 10 detik setelah probing awal 4 = Perdarahan spontan46

2.4 Indeks Kebutuhan Perawatan Periodontal (Community Periodontal Index and treatment Needs-CPITN)

CPITN adalah pendataaan akan kebutuhan perawatan periodontal yang memberi informasi tentang prevalensi dan keparahan penyakit periodontal.

Metode ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO) yang bekerjasama dengan Federation Dental International (FDI).28

Pemeriksaan dilakukan menggunakan prob yang didesain secara khusus dengan bentuk ujung prob yang bulat dengan diameter 0,5-1,0 mm. Prob yang didesain secara khusus pada bagian 3,5-5,5 mm dari prob dibuat band berwarna hitam sepanjang 2 mm dengan tujuan untuk memicu perdarahan gingiva, meraba kalkulus dan mengukur kedalaman saku.29

Ujung prob yang bulat memudahkan pemeriksaan kalkulus subgingiva dan mengetahui dasar saku. Prob ini dapat mencegah terjadinya pengukuran berlebih.

Cara pemeriksaan yang paling penting pada CPITN ini adalah pada waktu probing, prob harus tetap sejajar dengan aksis panjang gigi kecuali pada waktu memeriksa bagian interproksimal. Pada bagian interproksimal, biasanya prob sedikit dimiringkan sehingga memudahkan untuk memeriksa bagian interproksimal yang biasanya berakhir pada titik kontak gigi tetangga.28,29

Cara pemeriksaan pada indeks ini dilakukan dengan membagi sektan pada lengkung rahang seperti :

Rahang atas : 13-23, 14-17, 24-27 Rahang bawah : 33-43, 34-37, 44-47

Penelitian survei epidemiologis untuk menilai kebutuhan perawatan periodontal tidak menggunakan 6 sektan dalam pemeriksaannya, tetapi menggunakan

(33)

indeks gigi spesifik.47 Populasi dewasa yang berumur 20 tahun atau lebih hanya dilakukan pemeriksaan pada 10 gigi, yaitu gigi 17, 16, 11, 26, 27, 37, 36, 31, 46, serta 47. Populasi yang berumur 19 tahun atau lebih muda hanya dilakukan pemeriksaan pada enam gigi, yaitu gigi 16, 11, 26, 46, 31, serta 36. Populasi yang berusia 19 tahun atau kurang dari 19 tahun tidak dilakukan pemeriksaan pada gigi molar kedua karena tingginya frekuensi false pocket (perubahan bukan akibat dari respon inflamasi yang berhubungan dengan erupsi nya gigi molar dua). Anak yang berusia kurang dari 15 tahun hanya diperiksa dan dicatat apabila terdapat kalkulus dan perdarahan gingiva, kedalaman poket tidak diperiksa.47,48

Pemeriksaan untuk survei epidemiologis diperiksa 10 gigi indeks yang mencakup enam sektan pada rahang (gigi-geligi 17, 16, 11, 26, 27, 36, 37, 31, 46 dan 47), dicatat hanya bagian yang terburuk per sektan. Sebaliknya, pada kebutuhan perawatan yang diperiksa tergantung pada usia pasien. Pasien dengan usia anak-anak dan remaja, gigi yang diperiksa dari keenam sektan adalah: 16, 11, 26, 31 dan 46, sedangkan bagi pasien yang berusia 20 tahun keatas, dilakukan pemeriksaan pada semua gigi dan setiap sektan, kecuali molar tiga.28,29

Kriteria pemberian skor untuk menentukan status periodontal dan kebutuhan perawatannya adalah sebagai berikut:28,29

Tabel 6. Kriteria status periodontal 28,29

Skor Status Periodontal

0 Periodonsium sehat

1 Perdarahan spontan atau setelah probing ringan ke dalam saku 2 Sewaktu probing terasa adanya kalkulus tetapi seluruh daerah

hitam masih terlihat

3 Terdapat poket 4-5 mm (marginal gingiva berada pada daerah hitam pada prob)

4 Poket dengan kedalaman >6 mm (daerah hitam prob tidak terlihat)

(34)

Tabel 7. Kriteria Kebutuhan Perawatan Periodontal28,29

Skor Kebutuhan Perawatan

0 Tidak memerlukan perawatan

I Tidak memerlukan perawatan. Memerlukan perbaikan perawatan gigi di rumah/peningkatan oral hygiene

II Memerlukan perbaikan perawatan gigi di rumah/peningkatan oral hygiene serta skeling

III Memerlukan perawatan yang lebih rumit (deep scaling, root planning,prosedur operasi periodontal, peningkatan oral hygiene).

Indeks CPITN memiliki keuntungan dimana memungkinkan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi untuk menentukan kebutuhan perawatan periodontal dan sangat berguna apabila digunakan untuk survei epidemiologis. CPITN juga memiliki kerugian yaitu metode ini membutuhkan alat khusus dan gigi yang diperiksa hanya 6-10 gigi.

(35)

2.5 Kerangka Teori

Rokok

Kandungan rokok Tar

Permukaan gigi menjadi kasar

Akumulasi plak ↑

Penyakit periodontal ↑

Kebutuhan perawatan periodontal ↑

Perdarahan gingiva ↓ Kandungan rokok

Nikotin

Vasokonstriksi pembuluh darah

(36)

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Bebas : Perokok - Fakultas

Kesehatan - Fakultas Non

Kesehatan

Variabel Terikat : - Tingkat akumulasi

plak

- Tingkat perdarahan gingiva

- Kebutuhan perawatan periodontal

(37)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat akumulasi plak, tingkat perdarahan gingiva, dan kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok di USU.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara dan pemeriksaan dilakukan di RSGM USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2022 sampai dengan Juni 2022.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang merokok.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi. Cara sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dalam menentukan fakultas dan Consecutive sampling dalam menentukan subjek yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.3.3 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut

(38)

n =

𝑧𝛼².P.Q

n =

(1,96

2).(0,63).(0,37) (0,14)²

n =

0,8954

0,0196 = 45,6

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal

𝛼² = derajat kepercayaan (𝛼= 95%), maka 𝑧𝛼 = 1,96

P = proporsi penelitian sebelumnya (63%(penelitian Puscasu CG dkk,2009) q = 1-p = 37%

d = selisih proporsi (14%)

Jumlah sampel penelitian yang dibutuhkan adalah 45,6 orang. Jumlah sampel penelitian dibulatkan menjadi 50 orang. Menghindari adanya drop out sampel penelitian, maka jumlah sampel ditambah menjadi 60 orang.

(39)

3.3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 3.3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Perokok yang termasuk kriteria ringan, sedang dan berat 2. Mahasiswa fakultas kesehatan dan non kesehatan USU 3. Bersedia menyetujui dan menandatangani informed consent 3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 1. Merokok dengan rokok elektrik

2. Memakai alat ortodontik

3. Telah melakukan skeling pada 6 bulan terakhir

3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel

a. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah perokok.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat akumulasi plak, tingkat perdarahan gingiva dan kebutuhan perawatan periodontal.

(40)

3.4.2 Definisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Plak Deposit lunak yang

menempel di permukaan terluar gigi, terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak.

Indeks plak Loe dan Silness, dengan

menggunakan sonde lurus dilewatkan dari arah insisal ke servikal

permukaan gigi

Skor plak berdasarkan indeks Loe dan Silness:

- Baik : 0-1 - Sedang : 1,1-2 - Buruk : 3,1-6,0

Numerik

2 Perdarahan gingiva

Gingiva yang berdarah pada saat prob diselipkan ke dalam sulkus gingiva

Indeks gingiva : papillary bleeding index (PBI)

Skor PBI Baik : 0-2,7 Buruk : 2,8-4

Numerik

3 Perokok Seorang yang

menghisap rokok secara langsung dan teratur dengan cara dibakar dan dihisap lalu asapnya dihirup . Mengkonsumsi jenis rokok putih, rokok kretek, dan rokok kombinasi (kecuali rokok elektrik).

Indeks klasifikasi rokok : Indeks Brinkman

Tingkatan perokok : -Ringan (kurang dari 200 )

-Sedang (200-599) -Berat (lebih dari 600)

Kategorik

(41)

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 4 Pemeriksaan

CPITN

Indeks yang digunakan untuk mengevaluasi status jaringan periodontal berdasarkan hasil pemeriksaan.

Menggunakan prob WHO, kaca mulut, sonde halfmoon

Hasil Ukur CPITN : 0: Tidak memerlukan perawatan

I: Tidak memerlukan perawatan. Memerlukan Peningkatan oral hygiene

II: Memerlukan perbaikan perawatan gigi di rumah/

Peningkatan oral hygiene

Serta skeling

III: Memerlukan perawatan yang lebih rumit (deep scaling, root planning,prosedur operasi periodontal, peningkatan oral hygiene

Numerik

5 Usia Perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran sampai saat akan menjadi subjek penelitian

Tanggal lahir Kategori Usia -18-21 tahun ( Remaja Akhir) -22-40 tahun ( Dewasa Awal)

Ratio

(42)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat

1. Prob periodontal WHO 2. Kaca mulut

3. Sonde 4. Pinset 5. Cermin

6. Lembar Pemeriksaan 7. Kamera

8. Lampu LED 9. Tripod

10. Check Retractor 11. Nierbeken 12. Laptop

13. Gun Thermometer

1.5.2 Bahan 1. Tissue 2. Cotton roll

3. Larutan povidon iodine 1%

4. Masker bedah 5. Masker N95

6. Sarung tangan dalam 7. Sarung tangan luar 8. Sepatu tertutup 9. Shoe cover 10. Head Cap 11. Face shield 12. Baju Hazmat

(43)

13. Gaun disposable 14. Sepatu boot

15. Kuesioner dan lembar pemeriksaan

3.6 Prosedur Penelitian

1. Pemeriksa wajib telah menerima vaksinasi COVID-19 lengkap dan rutin mengikuti tes polymerase Chain Reaction COVID-19 pada saat masa penelitian dengan hasil terkonfirmasi negatif.

2. Pemeriksa menggunakan APD level 2.

Gambar 7. Pemeriksa menggunakan APD level 2

3. Subjek peneliti dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi 4. Subjek penelitian wajib menggunakan masker dan mencuci tangan

sebelum masuk ruangan.

5. Dilakukan pengukuran suhu badan.

6. Apabila belum pernah atau belum melakukan vaksinasi COVID-19 lengkap, subjek penelitian bersedia untuk dilakukan pemeriksaan test saliva COVID-19 dan hasilnya negatif.

7. Menjelaskan kepada subjek penelitian tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan, jika subjek bersedia berpartisipasi pada penelitian ini, maka subjek akan menandatangani

(44)

lembar informed consent.

Gambar 8. Subjek penelitian menandatangani Lembar informed consent

8. Melakukan wawancara terpimpin untuk mengisi lembar identitas diri dan status kebersihan rongga mulut subjek penelitian.

Gambar 9. Wawancara terpimpin dan mengisi identitas diri dan status kebersihan rongga mulut subjek penelitian

(45)

9. Subjek berkumur-kumur menggunakan larutan povidon iodine 1% selama 15 detik.

Gambar 10. Subjek penelitian berkumur-kumur 10. Pemeriksaan dan pengukuran indeks plak

Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan akumulasi plak, dengan cara melewatkan sonde lurus pada permukaan gigi 16, 12, 24, 32, 36, 44, sonde dilewatkan dari arah insisal ke servikal permukaan gigi, lalu plak diukur pada empat permukaan gigi, yaitu distovestibular, vestibular, mesiovestibular dan palatal/lingual. Data hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir penilaian indeks plak. Kriteria skor indeks plak dapat dilihat pada tabel 1.

11. Pemeriksaan dan pengukuran indeks perdarahan gingiva

Kemudian dilakukan pemeriksaan tingkat perdarahan gingiva menggunakan papillary Bleeding Index. Cara mengukur indeks perdarahan PBI dilakukan dengan cara prob bagian ujung dimasukkan ke dalam sulkus sedalam ±2 mm di area bukal atau palatal/lingual, lalu geserkan ke papila proksimal distal atau mesial secara perlahan tanpa tekanan, tetap usahakan sejajar sumbu gigi. Penilaian berdasarkan tabel 5 . Data hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir penilaian tingkat

(46)

perdarahan gingiva.

12. Pemeriksaan dan pengukuran indeks kebutuhan perawatan periodontal Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan kebutuhan perawatan periodontal dengan menilai kesehatan jaringan periodontal terlebih dahulu.

Pemeriksaan jaringan periodontal dilakukan dengan memasukkan ujung prob WHO pada indeks gigi spesifik, secara perlahan diantara gigi dan gingiva, dengan mengikuti konfigurasi anatomi akar gigi dari distal, midline distal dan mesial, dan mesial sisi bukal dan begitu juga pada sisi lingual/palatal. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui perdarahan, kedalaman sulkus, serta kalkulus. Pemeriksaan pada kebutuhan perawatan periodontal yang diperiksa tergantung pada usia pasien. Pasien dengan usia anak-anak dan remaja, gigi yang diperiksa dari keenam sektan adalah: 16, 11, 26, 31 dan 46, sedangkan bagi pasien yang berusia 20 tahun keatas, dilakukan pemeriksaan pada semua gigi dan setiap sektan, kecuali molar tiga. Penilaian berdasarkan tabel 6 dan tabel 7.

Data hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir penilaian kebutuhan perawatan periodontal.

13. Pengolahan dan analisis data

Data diolah dan dianalisis secara komputerisasi setelah didapatkan seluruh data yang dibutuhkan.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan dengan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian, diolah secara deskriptif dan dihitung dalam bentuk persentase.

3.8 Etika Penelitian Etika penelitian mencakup

a. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap subjek serta

(47)

memberikan lembar persetujuan kepada subjek dan memberikan penjelasan kepada subjek mengenai tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat dan untung rugi yang diperoleh dari penelitian tersebut.

b. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian FKG USU berdasarkan ketentuan yang berlaku.

(48)

3.9 Alur Penelitian

Pengajuan surat persetujuan ( Ethical Clearance)

Pengumpulan data dan populasi

Pengumpulan sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

Pemberian penjelasan prosedur mengenai penelitian dan mengisi lembar informed consent sebagai bukti

kesediaan berpartisipasi dalam penelitian

Penandatanganan informed consent

Wawancara dengan panduan kuesioner

Pemeriksaan tingkat akumulasi, tingkat plak indeks perdarahan dan kebutuhan perawatan periodontal

Pengolahan dan analisis data

(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2022 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara (RSGM USU) Jalan Alumni No.2 Kampus USU Medan.

Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 60 orang mahasiswa perokok di USU.

Subjek penelitian diperiksa hanya satu kali saja pada saat tertentu dan data hasil penelitian akan langsung dicatat. Pengolahan hasil data penelitian diolah secara komputerisasi dan dilampirkan dalam bentuk tabel yang menunjukkan distribusi akumulasi plak, tingkat perdarahan gingiva dan kebutuhan perawatan periodontal pada mahasiswa perokok di USU.

4.1 Karakteristik Subjek penelitian Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Fakultas dan Perilaku Menjaga Kebersihan Rongga Mulut

Subjek penelitian ini sebagian besar adalah remaja akhir yaitu 44 orang (73,3%), dan persentase terendah pada kelompok dewasa awal yaitu 16 orang (26,7%). Jumlah mahasiswa perokok laki-laki sebanyak 59 orang (98,3%), lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan yaitu 1 orang (1,7%) (Tabel 8).

Tabel 8. Karakteristik subjek (n=60) Kriteria

Fakultas

Total Kesehatan Non kesehatan

n % n % n %

Usia

- 18-21 tahun (Remaja Akhir) - 22-40 tahun (Dewasa Awal)

24 5

40,0%

8,3%

20 11

33,3%

18,3%

44 16

73,3%

26,7%

Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan

28 1

46,7%

1,7%

20 0

33,3%

0,0%

59 1

98,3%

1,7%

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sesuai dengan Pasal 1548 KUHPerdata terkandung beberapa unsur sewa-menyewa yaitu: Sewa- menyewa merupakan suatu perjanjian, yaitu perjanjian antara Giant Promosindo dengan

bahwa sesuai dengan Pasal 35 ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2015 Tentang Stat uta Universitas Padjadjaran, mengenai kewenangan

1) Bagi pemilik spa disarankan untuk lebih meningkatkan ilmu pengetahuan akuntansi agar dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang.. 2) Pemilik

Terlihat mamiq Inong mondar mandir gelisah Terdengar suara musik gamelan sasak mendayu(dayu. Terlihat mamiq Inong mondar mandir gelisah menunggu anaknya. makin mengeraskan Inaq

Salah seorang guru di SDN 11 Desa Gedang ditunjuk oleh Kepala Dinas Pendidikan untuk menjadi tim sosialisasi pada saat program ini pertama kali dijalankan, baik

Pelaksanaan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar yang akhirnya ditugaskan untuk membuat tugas mandiri ini dapat disimpulkan dengan berbagai macam hasil yang diperoeh diantaranya

Mengingat kebutuhan dana GOTA yang meningkat, mulai Minggu 6 Agustus 2017 Majelis Jemaat GKI KP memberi kesempatan kepada anggota jemaat/ simpatisan GKI KP untuk

Penelitian ini menunjukkan pula terjadinya pengaruh tidak langsung antara tingkat pengungkapan informasi website terhadap cost of equity dengan asimetri informasi sebagai variabel