• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 15/PER-DJPDSPKP/2017 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 15/PER-DJPDSPKP/2017 TENTANG"

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN

DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR 15/PER-DJPDSPKP/2017 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BANTUAN PEMERINTAH PEMBANGUNAN GUDANG BEKU TERINTEGRASI TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan efektivitas dan terukurnya hasil pelaksanaan pengelolaan Bantuan Pemerintah di lingkup Direktorat Jenderla Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, perlu menyempurnakan Peraturan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Nomor 4/PER- DJPDSPKP/2017 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemerintah Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi Tahun 2017;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemerintah Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi Tahun 2017;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);

2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

(2)

3. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1746);

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 70/PERMEN-KP/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman Umum Dalam Rangka Penyaluran Bantuan Pemerintah di Kementerian Kelautan dan Perikanan;

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BANTUAN PEMERINTAH PEMBANGUNAN GUDANG BEKU TERINTEGRASI TAHUN 2017.

Pasal 1

Menetapkan Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemerintah Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi (Integrated cold storage/ICS) / Unit Pengolahan Ikan (UPI) Tahun 2017 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(3)

Pasal 2

Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemerintah Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi (Integrated cold storage/ICS) / Unit Pengolahan Ikan (UPI) Tahun 2017 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai pedoman bagi satuan kerja lingkup Direktorat Pengeloaan dan Bina Mutu, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Dinas yang menangani urusan kelautan dan perikanan di Daerah, dan Penyuluh Perikanan serta para pelaku usaha perikanan dalam penyaluran dan pengelolaan Bantuan Pemerintah Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi (Integrated cold storage/ICS) / Unit Pengolahan Ikan (UPI) Tahun 2017.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Nomor 4/PER-DJPDSPKP/2017 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemerintah Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi (Integrated cold storage/ICS) / Unit Pengolahan Ikan (UPI) Tahun 2017, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 15 Mei 2017

DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN

DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

ttd.

NILANTO PERBOWO Paraf

Sesditjen Dir.PBM

Kabag Program

Kabag Hukum, Kerja Sama, dan Humas

Kasubbag Hukum

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Kerja Sama,

dan Humas

Esti Budiyarti

(4)

Nomor 15/PER-DJPDSPKP/2017

tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan

Bantuan Pemerintah Pembangunan

Gudang Beku Terintegrasi Tahun 2017

PENGELOLAAN BANTUAN PEMERINTAH PEMBANGUNAN GUDANG BEKU TERINTEGRASI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tujuan dan Indikator Keberhasilan A. Tujuan

Tujuan pemberian Bantuan Pemerintah Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi adalah:

1. Menanggulangi kendala mendasar di pulau-pulau kecil terluar dan daerah sentra produksi perikanan, yakni faktor musim, keterpencilan, dan karakteristik komoditas ikan yang mudah rusak; dan

2. Mendorong peningkatkan nilai tambah produk hasil perikanan.

B. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan Bantuan Pemerintah Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi adalah:

1. Terlaksananya pembangunan ICS/UPI dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang dengan produksi 5-10 Ton/hari (untuk ICS/UPI kapasitas 5 Ton pembekuan dan 100 Ton Gudang Beku) atau 6,5 – 13 Ton/hari (untuk ICS/UPI kapasitas 10 Ton pembekuan dan 200 Ton Gudang Beku); dan 2. Terlaksananya penyaluran, dan pemanfaatan Bantuan

Pemerintah pembangunan Gudang Beku Terintegrasi.

1.2. Sasaran

(5)

Sasaran Bantuan Pemerintah berupa Pembangunan ICS/UPI diperuntukkan bagi Lembaga Pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota maupun Dinas yang membidangi urusan perikanan.

1.3. Pengertian

Dalam petunjuk teknis ini, yang dimaksud dengan:

a. ICS/UPI (Integrated Cold Storage System - ICS)/Unit Pengolahan Ikan (UPI) adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktivitas Pengolahan Ikan yang dilengkapi dengan sarana pembekuan dan gudang beku;

b. Gudang Beku adalah suatu ruangan yang dilengkapi dengan anteroom dan berfungsi untuk menyimpan/mengawetkan ikan beku pada suhu ruangan -25°C atau lebih rendah;

c. Anteroom adalah ruang tertutup yang berada pada akses keluar - masuk ke ruang pembekuan/gudang beku, berfungsi mencegah infiltrasi suhu udara ambien ke dalam ruang pembekuan/gudang beku yang dapat mengakibatkan terjadinya fluktuasi suhu;

d. Air Blast Freezer, yang selanjutnya disingkat ABF, adalah ruangan dimana udara pada suhu beku (-35°C atau lebih rendah) disirkulasikan oleh blower untuk tujuan pembekuan ikan basah/produk secara cepat hingga suhu pusat produk mencapai - 18°C;

e. Tunnel Freezer (Continous ABF) adalah tipe pembekuan ABF secara terus-menerus menggunakan belt atau konveyor untuk mentransfer produk melalui ruang pembekuan cepat;

f. Contact Plate Freezer, yang selanjutnya disingkat CPF adalah tipe pembekuan melalui plat-plat (aluminium alloy) yang dialiri refrigerant sehingga memberikan permukaan perpindahan panas dari produk yang ditempatkan ke dalam frame plate freezer;

g. Unit Pengolahan Ikan yang selanjutnya disingkat UPI, adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktivitas pengolahan ikan;

h. Pengolahan Ikan adalah rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan dari bahan baku ikan sampai menjadi produk akhir untuk konsumsi manusia;

i. Produk Pengolahan Ikan adalah setiap bentuk produk pangan

(6)

berupa ikan utuh atau produk yang mengandung bagian ikan, termasuk produk yang sudah diolah dengan cara apapun yang berbahan baku utama ikan;

j. Ikan Beku adalah produk dari ikan hidup dan atau basah dan atau beku yang mengalami perlakuan pencucian dengan atau tanpa penyiangan dan selanjutnya dibekukan hingga suhu pusat mencapai -18ºC atau lebih rendah;

k. Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan adalah pertambahan nilai produk Hasil Perikanan sebagai akibat dari kegiatan penanganan, pengolahan, dan distribusi dalam suatu proses produksi;

l. Kelayakan Pengolahan adalah suatu kondisi yang memenuhi prinsip dasar pengolahan, yang meliputi konstruksi, tata letak, higiene, seleksi Bahan Baku dan teknik pengolahan;

m. Sertifikat Kelayakan Pengolahan adalah sertifikat yang diberikan kepada pelaku usaha Industri Pengolahan Ikan terhadap setiap unit Pengolahan Ikan yang telah menerapkan cara pengolahan Ikan yang baik (Good Manufacturing Practices-GMP) dan memenuhi persyaratan prosedur operasi sanitasi standar (Sanitation Standard Operating Procedure-SSOP);

n. Cara pengolahan ikan yang baik adalah pedoman dan tata cara pengolahan ikan yang baik untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan Hasil Perikanan;

o. Prosedur Operasi Sanitasi Standar adalah pedoman dan tata cara penerapan sanitasi yang baik untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan Hasil Perikanan;

p. Keamanan Hasil Perikanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah hasil dan produk perikanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta menjamin bahwa hasil dan produk perikanan tidak akan membahayakan konsumen;

q. Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan adalah upaya pencegahan dan pengendalian yang harus diperhatikan dan dilakukan sejak praproduksi sampai dengan pendistribusian untuk menghasilkan hasil perikanan yang bermutu dan aman bagi kesehatan manusia;

r. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah sistem

(7)

manajemen keamanan pangan yang mendasarkan kesadaran bahwa dapat timbul pada tahap-tahap proses, namun dapat dikendalikan melalui tindakan pencegahan dan pengendalian titik- titik kritis.

(8)

BAB II

PENGELOLAAN BANTUAN PEMERINTAH

ICS/UPI merupakan tempat untuk melakukan aktifitas pengolahan ikan yang dilengkapi dengan mesin pendingin dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk hasil perikanan. ICS/UPI yang dibangun digunakan untuk menghasilkan produk pengolahan ikan beku maupun segar, sehingga harus dilengkapi dengan fasilitas/sarana pengolahan, fasilitas pembekuan dan fasilitas penyimpanan beku (cold storage) bersuhu ruang -25°C atau lebih rendah sehingga mampu menjaga mutu dan kondisi produk beku.

ICS/UPI yang menangani produk segar harus mempunyai sarana pendinginan yang mampu mempertahankan suhu produk pada titik leleh es.

Bentuk produk pengolahan ikan dapat berupa ikan utuh dengan atau tanpa penyiangan (whole gilled gutted –WGG), fillet dengan atau tanpa kulit (skinless/skin on), tuna loin, udang beku (individual quick frozen-IQF/block frozen), dan bentuk olahan lainnya sesuai jenis komoditas dan permintaan konsumen.

Ikan yang disimpan dalam gudang beku harus telah dibekukan dalam ruang pembekuan atau sarana pembekuan lainnya hingga suhu pusat produk mencapai -18°C. Metode pembekuan ikan yang umum dilakukan adalah menggunakan Air Blast Freezer, yaitu berupa ruangan dimana udara pada suhu beku (-35°C atau lebih rendah) disirkulasikan oleh blower untuk tujuan pembekuan ikan basah/produk secara cepat. Sarana pembekuan lainnya seperti Contact Plate Freezer(CPF) maupun Tunnel Freezer digunakan untuk produk pengolahan ikan tertentu. CPF digunakan untuk produk yang dibekukan dalam bentuk block, misalnya udang (block frozen shrimp).

Tunnel freezer digunakan untuk membeku produk secara cepat (+30 menit) dalam bentuk individual seperti, fillet, atau udang (mentah atau rebus).

Operasional ICS/UPI juga wajib menerapkan sistem manajemen keamanan pangan yang mencakup Good Manufacturing Practices (GMP), Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).

Berdasarkan fungsi yang telah diuraikan di atas, maka ICS/UPI memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Bangunan memiliki fasilitas penanganan dan pengolahan ikan, pembekuan, dan penyimpanan beku yang konstruksi, desain dan tata

(9)

letaknya memenuhi persyaratan kelayakan pengolahan;

2. Berfungsi sebagai unit pengolahan dan penyimpanan produk pengolahan ikan;

3. Kegiatan pengolahan ikan untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil perikanan;

4. Produk pengolahan ikan yang dihasilkan dalam bentuk beku;

5. produk pengolahan ikan ditujukan untuk pasar domestik maupun ekspor dalam bentuk kemasan retail;

6. Mempekerjakan operator/tenaga kerja terlatih yang memiliki keahlian khusus/spesifik jenis produk pengolahan ikan;

7. Menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

2.1. Pemberi Bantuan Pemerintah

Bantuan Pemerintah berupa Pembangunan ICS/UPI dianggarkan dan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu melalui Anggaran dan Pendapatan belanja Negara (APBN) yang terdapat pada DIPA Satker TA. 2017 dan dialokasikan pada Kelompok Akun Belanja Barang (52xxxx) untuk diserahkan kepada Pemda/Masyarakat.

2.2. Bentuk Bantuan Pemerintah

Pembangunan ICS/UPI termasuk dalam Bantuan Pemerintah berupa Bantuan Pemerintah berupa Pembangunan Gedung/Bangunan yang diberikan dalam bentuk barang.

2.3. Rincian Bantuan Pemerintah

Pembangunan Gedung/Bangunan ICS/UPI terdiri dari sebagai berikut:

a. ICS/UPI dengan produksi 13 ton/hari dan gudang beku (cold storage) 200 ton;

b. ICS/UPI dengan produksi 10 ton/hari dan gudang beku (cold storage) 200 ton; dan

c. ICS/UPI dengan produksi 5 ton/hari dan gudang beku (cold storage) 100 ton.

2.4. Kriteria Penerima Bantuan Pemerintah

(10)

Bantuan Pemerintah berupa Pembangunan ICS/UPI diperuntukkan bagi Lembaga Pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota maupun Dinas yang membidangi urusan perikanan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Hasil Studi terhadap pembangunan UPI yang menyatakan Layak untuk dikembangkan;

b. Memiliki Dokumen AMDAL atau UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup);

c. Memiliki lahan berstatus tidak dalam sengketa dan dapat dipertanggung jawabkan (clean and clear) yang dibuktikan dengan status kepemilikan Pemerintah berupa sertifikat. Luas lahan mencukupi untuk mendukung kegiatan pembangunan fisik, parkir dan manuver kendaraan operasional;

d. Tersedia sumber air bersih yang memadai, disertai surat pernyataan dari instansi yang berwenang (Perusahaan penyedia air bersih/Surat Pernyataan dari Kadis atau Bupati bila menggunakan sumber air tanah);

e. Tersedia jaringan/sumber listrik yang memadai (disertai surat dukungan dari PLN setempat);

f. Akses jalan menuju lokasi memadai yaitu dapat dicapai dengan kendaraan bermotor minimal roda 4 untuk mengantarkan produk hasil perikanan;

g. Operasionalisasi UPI dilaksanakan oleh Kelompok/Koperasi/

UPTD/BUMN/BUMD yang bergerak di bidang Perikanan atau bentuk kelembagaan lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

h. Operator mampu menyediakan jumlah dan kapasitas sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan mampu menyediakan biaya operasional;

i. Penerima manfaat adalah Pemerintah

Daerah/Koperasi/Masyarakat/Kelompok Masyarakat/ Badan/

Pelaku usaha bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

j. Pembangunan ICS/UPI yang diusulkan dilengkapi dengan data dukung:

1) Sertifikat Lahan calon lokasi;

(11)

2) Surat Keterangan Ketersediaan sumber air bersih dari Perusahaan penyedia air bersih;

3) Surat Keterangan Ketersediaan/Dukungan Listrik dari PLN;

4) Data potensi perikanan, jenis produk dan rencana operasional/kelayakan usaha.

2.5. Persyaratan, Pengusulan dan Penetapan Penerima Bantuan Pemerintah Syarat-syarat penerima bantuan Gudang Beku Terintegrasi adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memenuhi kriteria penerima Bantuan pemerintah;

b. Pada tahun anggaran 2017 tidak sedang menerima bantuan sejenis yang bersumber dari dana APBN/APBD;

c. Calon penerima bantuan adalah Dinas yang telah diseleksi dan diverifikasi faktual oleh Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu maupun Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan pada tahun 2017 atau sebelum tahun anggaran berjalan;

d. Calon penerima bantuan mengajukan proposal/usulan permohonan bantuan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan/ Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan/

Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu. Penyampaian proposal dan kelengkapan data dukung dapat disampaikan secara langsung atau dikirimkan melalui email ke dit.pbm@kkp.go.id. Penyampaian tersebut disertai dengan rekomendasi/usulan/pengantar dari Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota;

e. Dalam pembuatan proposal dan kelengkapan dokumen pendukungnya, Penyuluh Perikanan Kabupaten/Kota dapat dilibatkan oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan dalam menyusun proposal serta dokumen pendukung dimaksud;

f. Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu melakukan identifikasi, seleksi dan verifikasi adminisitrasi terhadap proposal usulan yang masuk;

g. Terhadap usulan lokasi yang telah melalui tahap pada point (f), maka akan dilakukan verifikasi lapangan. Verifikasi lapang ini melibatkan Dinas KP serta instansi lain terkait di lingkup Pemerintahan Daerah yang bertujuan untuk mendapatkan validasi terhadap data dukung yang telah disampaikan;

(12)

h. Apabila hasil verifikasi lapang telah memenuhi persyaratan pembangunan Gudang Beku Terintegrasi, maka Direktur Pengolahan dan Bina Mutu mengajukan usulan lokasi kepada Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan;

i. Surat usulan penetapan lokasi penerima bantuan pemerintah disampaikan oleh Direktur Pengolahan dan Bina Mutu kepada Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan; dan

j. Calon penerima bantuan tertuang dalam Keputusan yang ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. Keputusan penerima Bantuan Pemerintah tersebut menjadi dasar pemberian Bantuan Pemerintah. Penetapan Surat Keputusan oleh PPK dan pengesahan Surat Keputusan oleh KPA dilaksanakan setelah DIPA berlaku efektif.

(13)

2.6. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan Pemerintah a. Organisasi Pengelola Bantuan Pemerintah

Organisasi Pengelola Bantuan Pemerintah melibatkan unsur-unsur sebagai berikut:

(14)

1) Direktur Jenderal selaku Kuasa Pengguna Anggaran yaitu pejabat yang memperoleh kuasa dari Pengguna Anggaran untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;

2) Direktur Pengolahan dan Bina Mutu selaku Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen yaitu pejabat yang diberi memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran;

3) Pengelola Keuangan Satuan Kerja yaitu Bendahara dan Pejabat Verifikasi yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran;

4) Pengelola Administrasi Satuan Kerja yaitu staf satuan kerja yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja, yang sesuai ketentuan dapat terdiri atas beberapa staf.

b. Fungsi Pengelola Kegiatan:

Pengelola kegiatan berfungsi membantu Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan.

1) Kepala Satuan Kerja

Kepala Satuan Kerja berfungsi menyelenggarakan seluruh tugas satuan kerja terutama pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

2) Pejabat Pembuat Komitmen

Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja, berfungsi melaksanakan sebagian tugas satuan kerja dalam penyelenggaraan pengadaan bantuan pemerintah dan bertanggung jawab secara fisik maupun keuangan kepada Kuasa Pengguna Anggaran maupun Pengguna Anggaran.

3) Bendahara

Bendahara berfungsi membantu Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan pengelolaan keuangan satuan kerja dan bertanggung jawab secara operasional kepada Kepala Satuan Kerja.

(15)

4) Pejabat Verifikasi

Pejabat verifikasi adalah pejabat yang melakukan pengujian atas Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan menyetujui/menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja.

5) Pengelola Administrasi Kegiatan

Pengelola Administrasi Kegiatan berfungsi membantu Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan pengelolaan administrasi Kegiatan. Pengelola Administrasi Kegiatan bertanggung jawab secara operasional kepada Kepala Satuan Kerja.

c. Tugas Pengelola Kegiatan:

1) Pada tahap persiapan dan perencanaan, meliputi:

a) melakukan identifikasi, seleksi dan verifikasi administrasi (proposal dan kelengkapan data dukung);

b) melakukan verifikasi lapangan;

c) mengajukan penetapan lokasi;

d) menyiapkan dan menetapkan organisasi kegiatan;

e) menyiapkan bahan, menetapkan waktu, dan strategi penyelesaian kegiatan;

f) melakukan dan menetapkan rencana pelaksanaan pembangunan termasuk menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK), Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan rancangan kontrak bersama dengan tim teknis/tenaga ahli;

g) menyusun Surat Penetapan Penyedia Barang dan Jasa (SPPBJ), Surat Perjanjian Kerja, dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);

h) mengendalikan kegiatan perencanaan; dan

i) menyusun berita acara pelaksanaan pekerjaan untuk pembayaran dan berita acara lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa.

2) Pada tahap pelaksanaan pekerjaan, meliputi:

a) mempersiapkan dokumen untuk lelang konstruksi dan konsultan pengawas;

b) menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang;

c) menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja (SPK)/surat perjanjian;

(16)

d) menyusun Surat Penetapan Penyedia Barang dan Jasa (SPPBJ), Surat Perjanjian Kerja, dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);

e) menyusun Kontrak Kerja Pelaksanaan Konstruksi dan Berita Acara Kemajuan Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi maupun Pengawasan Konstruksi mengikuti ketentuan yang tercantum dalam peraturan presiden tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dan petunjuk teknis pelaksanaannya;

f) melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

g) mengendalikan pelaksanaan pekerjaan. Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan yang telah disusun oleh perencana konstruksi, dengan segala tambahan dan perubahannya pada saat penjelasan pekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta ketentuan teknis (pedoman dan standar teknis) yang dipersyaratkan;

h) melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA;

i) menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan;

j) melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA;

k) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa;

l) menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran dan berita acara lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi; dan

m) menyusun berita acara serah terima dan menerima pengadaan yang telah selesai dari pelaksana pengadaan barang.

d. Mekanisme Pemberian Bantuan Pemerintah

1) Pemberian Bantuan Pemerintah dilaksanakan berdasarkan usulan proposal dari calon penerima Bantuan Pemerintah atau unit kerja calon penerima Bantuan Pemerintah kepada

(17)

Kementerian Kelautan dan Perikanan/ Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan/

Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu;

2) Usulan proposal sebagaimana dimaksud pada huruf a

disampaikan kepada Pemerintah Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota untuk dilengkapi dengan rekomendasi/usulan dan selanjutnya proposal tersebut dapat disampaikan;

3) Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu sesuai dengan kewenangannya melakukan identifikasi, seleksi, dan verifikasi administrasi terhadap usulan penerima Bantuan Pemerintah;

4) Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu melakukan verifikasi lapang terhadap usulan penerima bantuan;

5) Apabila hasil verifikasi lapang telah memenuhi persyaratan pembangunan Gudang Beku Terintegrasi, maka Direktur Pengolahan dan Bina Mutu mengajukan usulan lokasi kepada Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan;

6) Surat usulan penetapan lokasi penerima bantuan pemerintah disampaikan oleh Direktur Pengolahan dan Bina Mutu kepada Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan;

7) penetapan penerima Bantuan Pemerintah ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran;

8) proses pengadaan melalui Pengadaan Barang/Jasa berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;

9) penyaluran dan serah terima Bantuan Pemerintah;

10) pembinaan terhadap penerima Bantuan Pemerintah;

(18)

11) penerima Bantuan melaporkan pemanfaatan Bantuan Pemerintah yang diterima kepada Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu;

12) monitoring dan Evaluasi Bantuan Pemerintah.

e. Penyaluran Bantuan Pemerintah

Penyaluran Bantuan Pemerintah berupa Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:

1) Bantuan Pemerintah berupa Gudang Beku Terintegrasi dapat diberikan kepada Lembaga Pemerintah;

2) Lembaga Pemerintah sebagaimana dimaksud pada point (1) merupakan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota maupun Dinas yang membidangi urusan perikanan;

3) Pemberian bantuan Gudang Beku Terintegrasi kepada penerima bantuan diberikan berdasarkan Surat Keputusan yang ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. Surat Keputusan tersebut paling sedikit memuat identitas penerima bantuan serta lokasi pembagunan;

4) Dalam rangka pembangunan Gudang Beku Terintegrasi, PPK menandatangani kontrak pengadaan barang dan jasa dengan penyedia barang (konstruksi) dan penyedia jasa (konsultan perencana dan pengawas);

5) Pengadaan barang sebagaimana dimaksud pada point (d) berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;

6) Serah terima Gudang Beku Terintegrasi kepada penerima bantuan dilakukan sesuai mekanisme peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2.7. Analisa Usaha Gudang Beku Terintegrasi

Asumsi analisa usaha berikut menggunakan model Gudang Beku Terintegrasi kapasitas produksi 13 Ton/hari dan gudang beku 200 Ton.

Dengan menggunakan asumsi umur bangunan 10 Tahun, dimana tahun pertama beroperasional, Gudang Beku Terintegrasi diasumsikan mempunyai utilitas sebesar 50% dan meningkat secara bertahap pada tahun berikutnya.

(19)

a. Kelayakan Keekonomian

No Deskripsi Satuan Nilai Keterangan

A Indikator Kelayakan

1 Internal Rate of Return (EIRR) % 87.4% Layak

2 Net Present of Value (ENPV) Rp.000 Rp. 88,082,520,523 Layak

3 Benefit and Cost of Ratio (BCR) desimal 4.52 Layak

4 Return on Investment (ROI) % 9.76%

5 Pay Back Periode (PBP) tahun 1.50 Layak

6 Total of Investment Rp.000 Rp25,000,000,000

b. Estimasi Laba/Rugi

NO URAIAN Proyeksi Tahun 1 Proyeksi Tahun 2 Proyeksi Tahun 3 Proyeksi Tahun 4 Proyeksi Tahun 5 Proyeksi Tahun 6 Proyeksi Tahun 7 Proyeksi Tahun 8 Proyeksi Tahun 9 Proyeksi Tahun 10 I Penerimaan

1

Penjualan Produk Utama Rp 74,163,732,015Rp 108,939,484,896Rp 113,297,064,292Rp 117,828,946,863Rp 122,542,104,738Rp 145,358,368,043Rp 151,172,702,765Rp 157,219,610,875Rp 164,000,549,892Rp 189,511,746,542 2

Penjualan Produk Bahan sisa Rp 2,697,797,424 Rp 3,886,600,566 Rp 3,964,332,578 Rp 4,043,619,229Rp 4,124,491,614 Rp 4,798,350,414 Rp 4,894,317,422 Rp 4,992,203,771Rp 5,664,239,901 Rp 6,424,701,601 Total Penerimaan Rp 76,861,529,439Rp 112,826,085,462Rp 117,261,396,869Rp 121,872,566,093Rp 126,666,596,352Rp 150,156,718,457Rp 156,067,020,187Rp 162,211,814,646Rp 169,664,789,794Rp 195,936,448,143

II Biaya 1

Biaya Tetap Rp 3,302,635,000 Rp 3,302,635,000 Rp 3,302,635,000 Rp 3,302,635,000Rp 3,227,635,000 Rp 3,257,110,600 Rp 3,257,110,600 Rp 3,257,110,600Rp 3,257,110,600 Rp 3,257,110,600 2

Biaya Variabel Rp 57,514,069,377Rp 84,222,520,372 Rp 87,374,084,664 Rp 90,650,204,856Rp 94,055,839,624Rp 111,669,579,792Rp 115,867,364,347Rp 120,231,229,425Rp 139,108,372,030Rp 160,501,308,416 Total Biaya Rp 60,816,704,377Rp 87,525,155,372 Rp 90,676,719,664 Rp 93,952,839,856Rp 97,283,474,624Rp 114,926,690,392Rp 119,124,474,947Rp 123,488,340,025Rp 142,365,482,630Rp 163,758,419,016

KEUNTUNGAN/KERUGIAN BRUTO Rp 16,044,825,062Rp 25,300,930,091 Rp 26,584,677,206 Rp 27,919,726,237Rp 29,383,121,727Rp 35,230,028,065 Rp 36,942,545,240 Rp 38,723,474,621Rp 27,299,307,163Rp 32,178,029,127 Pph Badan Rp 160,448,251Rp 253,009,301 Rp 265,846,772 Rp 279,197,262Rp 293,831,217Rp 352,300,281 Rp 369,425,452 Rp 387,234,746Rp 272,993,072Rp 321,780,291 TOTAL KEUNTUNGAN/KERUGIAN BERSIH 15,884,376,812Rp Rp 25,047,920,790 Rp 26,318,830,434 Rp 27,640,528,975Rp 29,089,290,510Rp 34,877,727,784 Rp 36,573,119,787 Rp 38,336,239,875Rp 27,026,314,092Rp 31,856,248,835

RC Rasio 1.26 1.29 1.29 1.30 1.30 1.31 1.31 1.31 1.19 1.20

NPM (%) 20.7 22.2 22.4 22.7 23.0 23.2 23.4 23.6 15.9 16.3

Proyeksi 10 Tahun

ESTIMASI RUGI LABA

(20)

c. Proyeksi Pemasukan

NO Proyeksi Pemasukan Inflasi +E.kenaikan HJ Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

Skenario 50% Skenario 70% Skenario 70% Skenario 70% Skenario 70% Skenario 80% Skenario 80% Skenario 80% Skenario 90% Skenario 100%

1 Unit Produk utama

Tuna A 128 181 181 181 181 207 207 207 207 230

Tuna B 86 121 121 121 121 138 138 138 138 153

Madidihang 671 948 948 948 948 1081 1081 1081 1084 1,205

Cakalang 1,053 1487 1487 1487 1487 1696 1696 1696 1701 1,890

Tongkol 1,274 1799 1799 1799 1799 2052 2052 2052 2059 2,288

Lencam 869 1227 1227 1227 1227 1400 1400 1400 1404 1,560

Ekor Kuning 174 245 245 245 245 280 280 280 281 312

Bandeng 564 797 797 797 797 909 909 909 912 1,013

Udang Windu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Udang Vaname 178 251 251 251 251 286 286 286 287 319

2 Unit Harga Estimasi Kenaikan 4%

Tuna A Rp 98,000Rp 101,920 Rp 105,997Rp 110,237Rp 114,646Rp 119,232 Rp 124,001 Rp 128,961Rp 134,120Rp 139,485 Tuna B Rp 82,000Rp 85,280Rp 88,691Rp 92,239Rp 95,928Rp 99,766Rp 103,756 Rp 107,906Rp 112,223Rp 116,712 Madidihang Rp 80,000Rp 83,200Rp 86,528Rp 89,989Rp 93,589Rp 97,332Rp 101,226 Rp 105,275Rp 109,486Rp 113,865 Cakalang Rp 25,000Rp 26,000Rp 27,040Rp 28,122Rp 29,246Rp 30,416Rp 31,633Rp 32,898Rp 34,214Rp 35,583 Tongkol Rp 30,000Rp 31,200Rp 32,448Rp 33,746Rp 35,096Rp 36,500Rp 37,960Rp 39,478Rp 41,057Rp 42,699 Lencam Rp 75,000Rp 78,000Rp 81,120Rp 84,365Rp 87,739Rp 91,249Rp 94,899Rp 98,695Rp 102,643Rp 106,748 Ekor Kuning Rp 70,000Rp 72,800Rp 75,712Rp 78,740Rp 81,890Rp 85,166Rp 88,572Rp 92,115Rp 95,800Rp 99,632 Bandeng Rp 30,000Rp 31,200Rp 32,448Rp 33,746Rp 35,096Rp 36,500Rp 37,960Rp 39,478Rp 41,057Rp 42,699 Udang Windu Rp 90,000Rp 93,600Rp 97,344Rp 101,238Rp 105,287Rp 109,499 Rp 113,879 Rp 118,434Rp 123,171Rp 128,098 Udang Vaname Rp 85,000Rp 88,400Rp 91,936Rp 95,613Rp 99,438Rp 103,415 Rp 107,552 Rp 111,854Rp 116,328Rp 120,982

3 Pemasukan

Tuna A Rp 3,776,916,394 Rp 5,547,931,789 Rp 5,769,849,060Rp 6,000,643,023Rp 6,240,668,744 Rp 7,402,626,436 Rp 7,698,731,493 Rp 8,006,680,753Rp 8,336,380,412Rp 9,633,150,698 Tuna B Rp 2,106,851,322 Rp 3,094,764,671 Rp 3,218,555,258Rp 3,347,297,468Rp 3,481,189,367 Rp 4,129,356,243 Rp 4,294,530,493 Rp 4,466,311,713Rp 4,650,225,808Rp 5,373,594,267 Madidihang Rp 16,101,292,160 Rp 23,651,270,323 Rp 24,597,321,136Rp 25,581,213,982Rp 26,604,462,541Rp 31,557,979,732Rp 32,820,298,921 Rp 34,133,110,878Rp 35,611,026,635Rp 41,150,519,667 Cakalang Rp 7,894,085,220 Rp 11,595,662,114 Rp 12,059,488,599Rp 12,541,868,143Rp 13,043,542,869Rp 15,472,135,956Rp 16,091,021,395 Rp 16,734,662,250Rp 17,459,249,620Rp 20,175,132,894 Tongkol Rp 11,465,535,480 Rp 16,841,783,650 Rp 17,515,454,996Rp 18,216,073,195Rp 18,944,716,123Rp 22,472,055,826Rp 23,370,938,059 Rp 24,305,775,581Rp 25,358,181,524Rp 29,302,787,538 Lencam Rp 19,550,941,200 Rp 28,718,477,424 Rp 29,867,216,521Rp 31,061,905,182Rp 32,304,381,389Rp 38,319,173,393Rp 39,851,940,328 Rp 41,446,017,941Rp 43,240,572,302Rp 49,966,883,549 Ekor Kuning Rp 3,649,321,060 Rp 5,360,506,351 Rp 5,574,926,605Rp 5,797,923,669Rp 6,029,840,616 Rp 7,152,543,964 Rp 7,438,645,722 Rp 7,736,191,551Rp 8,071,157,779Rp 9,326,671,211 Bandeng Rp 5,076,639,120 Rp 7,457,101,142 Rp 7,755,385,188Rp 8,065,600,596Rp 8,388,224,619 Rp 9,950,038,349 Rp 10,348,039,883 Rp 10,761,961,478Rp 11,227,939,293Rp 12,974,507,628 Udang Windu Rp 15,831,720Rp 23,255,294 Rp 24,185,506Rp 25,152,926Rp 26,159,043Rp 31,029,628Rp 32,270,813Rp 33,561,645Rp 35,014,817Rp 40,461,567 Udang Vaname Rp 4,526,318,340 Rp 6,648,732,137 Rp 6,914,681,422Rp 7,191,268,679Rp 7,478,919,426 Rp 8,871,428,517 Rp 9,226,285,658 Rp 9,595,337,084Rp 10,010,801,702Rp 11,568,037,523 Jumlah Pemasukan Produk utama Rp 74,163,732,015 Rp 108,939,484,896Rp 113,297,064,292Rp 117,828,946,863Rp 122,542,104,738Rp 145,358,368,043Rp 151,172,702,765Rp 157,219,610,875Rp 164,000,549,892Rp 189,511,746,542

4 Pemasukan Lainnya Limbah sisa Produksi Unit

Sisa Tuna lapis merah 270 381 381 381 381 435 435 435 483 538

Sisa Tuna lapis hitam 180 254 254 254 254 290 290 290 322 358

Unit Harga Estimasi Kenaikan 2%

Sisa Tuna lapis merah Rp 22,000Rp 22,440Rp 22,889Rp 23,347Rp 23,814Rp 24,290Rp 24,776Rp 25,271Rp 25,777Rp 26,292 Sisa Tuna lapis hitam Rp 17,000Rp 17,340Rp 17,687Rp 18,041Rp 18,401Rp 18,769Rp 19,145Rp 19,528Rp 19,918Rp 20,317

Jumlah pemasukan lainnya

Sisa Tuna lapis merah Rp 1,780,546,300 Rp 2,565,156,374 Rp 2,616,459,501Rp 2,668,788,691Rp 2,722,164,465 Rp 3,166,911,273 Rp 3,230,249,499 Rp 3,294,854,489Rp 3,738,398,335Rp 4,240,303,056 Sisa Tuna lapis hitam Rp 917,251,124 Rp 1,321,444,193 Rp 1,347,873,076Rp 1,374,830,538Rp 1,402,327,149 Rp 1,631,439,141 Rp 1,664,067,924 Rp 1,697,349,282Rp 1,925,841,566Rp 2,184,398,544

Total Pemasukan lainnya Rp 2,697,797,424 Rp 3,886,600,566 Rp 3,964,332,578Rp 4,043,619,229Rp 4,124,491,614 Rp 4,798,350,414 Rp 4,894,317,422 Rp 4,992,203,771Rp 5,664,239,901Rp 6,424,701,601

Total Pemasukan Rp 76,861,529,439 Rp 112,826,085,462Rp 117,261,396,869Rp 121,872,566,093Rp 126,666,596,352Rp 150,156,718,457Rp 156,067,020,187Rp 162,211,814,646Rp 169,664,789,794Rp 195,936,448,143

PROYEKSI PEMASUKAN 10 TAHUN

(21)

BAB III

PERSYARATAN TEKNIS

ICS/UPI harus memenuhi persyaratan teknis agar dapat beroperasi secara efisien dan memenuhi persyaratan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Komponen ICS/UPI meliputi:

a. Lokasi

b. Bangunan Unit Pengolahan Ikan c. Mesin Pendingin (Refrigerasi) d. Sarana Pengolahan

e. Bangunan dan Sarana Penunjang

1.1. Lokasi

1. Aspek Teknis

Pemilihan lokasi UPI harus mempertimbangkan kemungkinan potensi sumber kontaminasi, serta efektivitas langkah-langkah yang wajar yang mungkin diambil untuk melindungi produk. Beberapa lokasi yang harus dihindari dalam membangun UPI, antara lain:

a) Daerah lingkungan tercemar dan kegiatan industri yang menimbulkan ancaman serius mencemari produk;

b) Daerah banjir;

c) Daerah potensi infestasi hama (tempat pembuangan sampah/barang bekas);

d) Daerah di mana limbah, baik padat atau cair, tidak dapat dihilangkan secara efektif. (pemukiman, banyak genangan air).

Gambar Contoh Calon Lokasi Pembangunan UPI yang baik (lahan siap)

(22)

2. Aspek Hukum

ICS/UPI dibangun di atas lahan dengan status clean and clear milik pemda yang telah atau akan dipinjam pakaikan/dihibahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam hal ini Direktorat Bina Mutu dan Diversifikasi Produk Perikanan Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan.

ICS/UPI merupakan bangunan gedung negara karena dibangun menggunakan APBN sehingga dalam pelaksanaan pembangunannya mengacu pada peraturan yang ada. Setiap bangunan gedung negara harus memiliki kejelasan tentang status lahan/tanah di lokasi tempat bangunan gedung negara berdiri.

Kejelasan status atas tanah ini dapat berupa hak milik atau hak guna bangunan. Bukti status lahan/tanah ini dapat berupa sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga pemerintah /negara yang bersangkutan. 


Dalam hal tanah yang status haknya berupa hak guna usaha dan/atau kepemilikannya dikuasai sementara oleh pihak lain, harus disertai izin pemanfaatan yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung, sebelum mendirikan bangunan gedung di atas tanah tersebut.

1.2. Bangunan Unit Pengolahan Ikan

Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara mengikuti ketentuan yang diatur dalam:

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

3. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

(23)

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; dan 5. Peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Bangunan ICS/UPI termasuk dalam klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana. Klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana adalah bangunan gedung Negara dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak sederhana karena memiliki luas bangunan di atas 500 m2. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

Selain itu banguan UPI juga harus memenuhi kelayakan pengolahan, sistem jaminan mutu dan keamanan hasi perikanan, yang dituangkan dalam:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan ;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan; dan

3. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 52a/KEPMEN-KP/2013 Tentang Persyaratan Jaminan Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan Dan Distribusi.

Bangunan dan operasional UPI juga mengacu pada Standar Nasional Indonesia – SNI CAC/RCP 1:2011. Rekomendasi Nasional Kode Praktis – Prinsip Umum Higiene Pangan (CAC/RCP 1-1969, Rev.

4-2003, IDT).

Konstruksi bangunan wajib memperhitungkan faktor gempa berdasarkan peta gempa dan rambatan gempa, misalnya daerah dengan peta gempa terbesar berkekuatan 6 skala Richter maka di dalam perencanaan struktur konstruksi harus memperhitungkan dengan kekuatan gempa sebesar 7 skala Richter.

Bangunan UPI harus memiliki fasilitas penanganan dan pengolahan ikan, pembekuan, dan penyimpanan beku yang konstruksi, desain dan tata letaknya memenuhi persyaratan kelayakan pengolahan. Tinggi lantai bangunan UPI secara keseluruhan +1,2 m dari permukaan jalan, hal ini bertujuan agar

(24)

proses pembongkaran (unloading) ikan dari kendaraan pengangkut, maupun proses pemuatan (loading) produk akhir ke kendaraan pengangkut berefrigerasi/container dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan mencegah kerusakan fisik akibat terjatuh/terbanting.

Unit pengolahan ikan terdiri dari (1) ruang penerimaan, (2) ruang pengolahan, (3) ruang pengemasan, (4) ruang penampungan limbah padat, (5) gudang penyimpanan/gudang kering, (6) fasilitas Personal Hygiene, (7) laboratorium, (8) kantor, (9) unit water treatment, (10) unit pengolahan air limbah, (11) suplai listrik, dan fasilitas lainnya.

Gambar Contoh bangunan UPI yang dilengkapi dengan fasilitas dan sarana penunjangnya

Secara umum persyaratan bangunan ruangan di ICS/UPI antara lain:

1. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air (berlapis epoxy minimal 500 micron), serta mempunyai konstruksi kemiringan yang cukup ke arah drainase sehingga air dapat mengering dengan sendirinya;

2. Drainase memadai untuk mengalirkan limbah cair dengan lancar dari area yang bersih ke area yang kurang bersih

a. Ukuran lebar drainase 30 cm dengan kedalaman 30 cm.

b. Berpenutup berbahan stainless steel/plastik.

Lubang drainase yang mengarah keluar dilengkapi dengan screen stainless steel untuk mencegah masuknya pest.

3. Dinding panel insulasi bagian sisi dalam bangunan UPI wajib diberi dinding pengaman setinggi 1 meter berlapis keramik (plint keramik). Bagian atas dinding pengaman dibuat miring 45o. Antara

(25)

dinding panel insulasi dengan dinding pengaman tidak boleh ada rongga sebagaimana gambar di bawah.

Gambar Plint Keramik

4. Langit-langit dilengkapi dengan plafond yang kuat, halus, dapat dicuci, mudah dibersihkan, kedap air, dan berwarna terang (seperti panel);

5. Lampu penerangan mencukupi karyawan untuk melakukan pekerjaan dan dilengkapi dengan penutup transaparan yang aman (misalnya berbahan plastik).

1. Ruang penerimaan

Ruang penerimaan terdiri atas area pembongkaran, ruang penerimaan bahan baku, area penyimpanan bahan baku.

a. Area pembongkaran

Area pembongkaran berfungsi untuk memindahkan bahan baku ikan dari kendaraan pengangkut ke ruang penerimaan.

Ukuran area pembongkaran harus mencukupi untuk melakukan fungsinya.

1) Untuk mempermudah kegiatan bongkar/muat, ketinggian minimal permukaan lantai area pembongkaran/bangunan utama sebaiknya sejajar dengan tinggi lantai kabin kendaraan pengangkut atau sekitar 1,2 meter;

2) Dilengkapi atap canopy untuk mencegah ikan terpapar secara langsung dengan sinar matahari;

3) Lantai terbuat dari bahan yang kedap air (seperti granit tile atau berlapis epoxy minimal 500 micron), serta mempunyai kontruksi kemiringan yang cukup ke arah drainase sehingga air dapat mengering dengan sendirinya;

4) Dinding area pembongkaran harus kedap air (seperti panel) sampai setinggi batas langit-langit sehingga mudah/dapat Dinding panel insulasi

Dinding keramik

(26)

dibersihkan dan disanitasi. Pertemuan antara lantai dan dinding dibuat landai (tidak siku/round);

5) Langit-langit dilengkapi dengan plafond yang kuat, halus, dapat dicuci, mudah dibersihkan, dan berwarna terang (seperti: panel/PVC atau bahan kedap air lainnya;

6) Lampu penerangan mencukupi karyawan untuk melakukan pekerjaan pembongkaran dan pemeriksaan bahan baku.

Lampu dilengkapi dengan penutup transparan yang aman (misalnya berbahan plastik);

7) Keran air bersih tersedia berukuran 1 inch dengan tekanan air yang cukup untuk pembersihan area pembongkaran.

b. Ruang penerimaan

Ruang penerimaan berfungsi untuk melakukkan sortasi awal, pencucian, dan penimbangan bahan baku. Ukuran ruang penerimaan harus mencukupi untuk menjalankan fungsinya.

1) Dari area pembongkaran ke ruang penerimaan, bahan baku di transfer melalui akses berupa pintu berukuran 1 x 1 m, dengan posisi ketinggian sama dengan permukaan lantai (0 m).

a) pintu bahan baku terbuat dari bahan stainless steel dengan bukaan kearah keluar (swing) atau pintu geser dan harus rapat/kedap ketika ditutup;

b) Pintu dilengkapi dengan air curtain/plastic curtain untuk mencegah masuknya pest/serangga ketika pintu dalam keadaan terbuka/dioperasikan;

c) Untuk mentransfer bahan baku dari area pembongkaran ke ruang penerimaan menggunakan gravity conveyor.

2) Lantai terbuat dari bahan yang kedap air (berlapis epoxy minimal 500 micron), serta mempunyai kontruksi kemiringan yang cukup ke arah drainase sehingga air dapat mengering dengan sendirinya

3) Drainase memadai untuk mengalirkan limbah cair dengan lancar dari area yang bersih ke area yang kurang bersih a) Ukuran lebar drainase 30 cm dengan kedalaman 30 cm;

b) Berpenutup berbahan stainless steel/plastic;

(27)

c) Lubang drainase yang mengarah keluar dilengkapi dengan screen stainless steel untuk mencegah masuknya pest.

4) Dinding harus kedap air (seperti panel) sampai setinggi batas langit-langit sehingga mudah/dapat dibersihkan dan disanitasi. Pertemuan antara lantai dan dinding dibuat landai (tidak siku/round);

5) Langit-langit dilengkapi dengan plafond yang kuat, halus, dapat dicuci, mudah dibersihkan, dan berwarna terang (seperti: panel/PVC atau bahan kedap air lainnya;

6) Lampu penerangan mencukupi karyawan untuk melakukan sortasi, pencucian dan penimbangan bahan baku. Lampu dilengkapi dengan penutup transparan yang aman (misalnya berbahan plastik);

7) Keran air bersih tersedia berukuran 1 inch dengan tekanan air yang cukup. Keran air bersih minimal 2 unit, yang digunakan untuk pencucian bahan baku dan untuk pembersihan ruang;

8) Dilengkapi dengan alat pencegah pest/serangga seperti insect killer lamp yang ditempatkan jauh dari alur proses produk

Gambar Bahan baku diterima melalui pintu berukuran 1 x 1 m untuk mencegah masuknya pest dan kontaminasi dari

udara luar

c. Area penyimpanan bahan baku

Area penyimpanan bahan baku harus tersedia di ruang penerimaan berfungsi untuk menyimpan bahan baku bila

(28)

terjadi penundaan proses pengolahan. Ukuran area ini harus mencukupi untuk menempatkan coolbox (300-600 liter).

2. Ruang pengolahan

Merupakan ruangan dimana kegiatan mulai dari penanganan, sortasi, penyiangan, pencucian, penyusunan, pembekuan hingga pengemasan dilakukan. Penataan ruangan pengolahan harus dibuat untuk mendukung proses produksi yang efisien, serta mampu mencegah terjadinya kontaminasi silang terhadap produk.

Untuk mencegah kontaminasi yang berasal dari udara kotor, maka ruang pengolahan tidak boleh berhubungan langsung dengan udara luar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain ruang pengolahan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antara lain:

a. Alur proses pengolahan

b. Alur limbah padat dan cair (sistem drainase) c. Alur pergerakan karyawan

d. Alur distribusi air

e. Program pencegahan masuknya pest ke ICS/UPI (pest control).

Gambar Ruang pengolahan didesain agar selalu dalam kondisi higiene

Ruang pengolahan berfungsi untuk melakukkan pengolahan seperti filleting, pembuangan kulit (skinning), perapihan (trimming),

(29)

pencucian, sortasi, penimbangan, dan penyusunan produk dalam pan untuk selanjutnya dibekukan. Ukuran ruang pengolahan harus mencukupi untuk menjalankan fungsinya.

1) Dari ruang penerimaan ke ruang pengolahan, bahan baku di transfer melalui akses berupa pintu berukuran 1 x 1 m, dengan posisi ketinggian sama dengan permukaan lantai (0 m).

a) pintu bahan baku terbuat dari bahan stainless steel dengan bukaan kearah keluar (swing) atau pintu geser dan harus rapat/kedap ketika ditutup;

b) Pintu dilengkapi dengan air curtain/plastic curtain untuk mencegah masuknya pest/serangga ketika pintu dalam keadaan terbuka/dioperasikan;

c) Untuk mentransfer bahan baku dari ruang penerimaan ke ruang pengolahan dapat menggunakan gravity conveyor.

2) Lantai terbuat dari bahan yang kedap air (berlapis epoxy minimal 500 micron), serta mempunyai kontruksi kemiringan yang cukup ke arah drainase sehingga air dapat mengering dengan sendirinya;

3) Drainase memadai untuk mengalirkan limbah cair dengan lancar dari area yang bersih ke area yang kurang bersih

a) Ukuran lebar drainase minimal 30 cm dengan kedalam minimal 30 cm;

b) Berpenutup berbahan stainless steel/plastik;

c) Lubang drainase yang megarah keluar dilengkapi dengan screen stainless steel untuk mencegah masuknya pest.

6. Dinding harus kedap air (seperti panel) sampai setinggi batas langit-langit sehingga mudah/dapat dibersihkan dan disanitasi.

Pertemuan antara lantai dan dinding dibuat landai (tidak siku/round).

7. Langit-langit dilengkapi dengan plafond yang kuat, halus, dapat dicuci, mudah dibersihkan, dan berwarna terang (seperti:

panel/PVC atau bahan kedap air lainnya).

8. Lampu penerangan mencukupi karyawan untuk melakukan aktifitas pengolahan. Lampu dilengkapi dengan penutup transparan yang aman (misalnya berbahan plastik).

(30)

9. Keran air bersih tersedia berukuran 1 inch dengan tekanan air yang cukup. Keran air bersih harus tersedia di masing-masing area mulai dari tahap awal hingga tahap akhir.

10. Ruang pengolahan dilengkapi dengan alat pendingin ruangan dan pengukur suhu (suhu ruang optimal 20°C).

11. Dilengkapi dengan alat pencegah pest/serangga seperti insect killer lamp yang ditempatkan jauh dari alur proses produk.

3. Ruang pengemasan

Ruang pengemasan berfungsi untuk penanganan produk yang telah dibekukan sebelum disimpan di gudang beku, melalui penggelasan (glazing), penimbangan, pengemasan, pengepakan, dan pelabelan produk akhir. Ukuran ruang pengemasan harus mencukupi untuk menjalankan fungsinya.

a. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air (berlapis epoxy minimal 500 micron), serta mempunyai kontruksi kemiringan yang cukup ke arah drainase sehingga air dapat mengering dengan sendirinya;

b. Drainase memadai untuk mengalirkan limbah cair dengan lancar dari area yang bersih ke area yang kurang bersih

1) Ukuran lebar drainase minimal 30 cm dengan kedalam minimal 30 cm;

2) Berpenutup berbahan stainless steel/plastik;

3) Lubang drainase yang mengarah keluar dilengkapi dengan screen stainless steel untuk mencegah masuknya pest.

c. Dinding harus kedap air (seperti panel) sampai setinggi batas langit-langit sehingga mudah/dapat dibersihkan dan disanitasi.

Pertemuan antara lantai dan dinding dibuat landai (tidak siku/round);

d. Langit-langit dilengkapi dengan plafond yang kuat, halus, dapat dicuci, mudah dibersihkan, dan berwarna terang (seperti:

panel/PVC atau bahan kedap air lainnya);

e. Lampu penerangan mencukupi karyawan untuk melakukan aktifitas pengemasan dan pelabelan. Lampu dilengkapi dengan penutup transparan yang aman (misalnya berbahan plastik).

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil simulasi fatigue life didapat fatigue life minimum yang dapat ditempuh velg yaitu sebesar 452.250 putaran dengan daerah yang menempuh putaran paling

Pada hasil pengujian perbandingan daya yang dihasilkan, panel surya dengan MPPT neural network menghasilkan daya rata-rata yang lebih baik dari panel surya tanpa

Sambungan kuat (strong connection), apabila sambungan antar elemen pracetak tetap berperilaku elastis pada saat gempa kuat, sistem sambungan harus dan terbukti secara

Survei populasi ini dilakukan disamping untuk mengetahui jumlah populasi dan titik-titik persebaran rekrekan juga untuk mengidentifikasi proporsi penggunaan suatu

Anatomi bentuk hidung seseorang akan sesuai dengan tipe suku bangsa atau ras tertentu. Bentuk dan ukuran hidung bagian luar akan mempengaruhi ukuran dan bentuk hidung bagian

E = Nilai kinerja aspek implementasi dilakukan berdasarkan rata-rata efisiensi untuk setiap jenis keluaran pada setiap satker yang diperoleh dari hasil perbandingan

Data Terisolasi, disebabkan jika data tersebar dalam beberapa file dengan format yang tidak sama, maka akan menyulitkan dalam pembuatan program aplikasi untuk mengambil

Petunjuk Teknis Safari Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai pedoman bagi satuan kerja Lingkup Direktorat Jenderal