• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahwa minat dan kecerdasan emosional secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesiapan kerja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "bahwa minat dan kecerdasan emosional secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesiapan kerja."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Saat ini persaingan dalam memperoleh pekerjaan semakin ketat. Hal ini disebabkan karena lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jumlah orang yang membutuhkan pekerjaan. Data menurut (katadata.co.id), tingkat pengangguran universitas (S1) pada bulan februari 2017 sampai februari 2019 mengalami kenaikan sebesar 25%, sedangkan tingkat diploma mengalami kenaikan sebesar 8,5%. Penyebab dari lulusan diploma dan universitas (S1) menganggur menurut katadata.co.id adalah keterampilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, adanya ekspektasi penghasilan dan status yang lebih tinggi, lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas.

Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat persaingan untuk mendapatkan pekerjaan akan semakin ketat. Maka dari itu mereka dituntut harus lebih kreatif dalam mengembangkan diri, memiliki inovasi yang bagus agar mampu bersaing dengan sarjana yang lain dalam dunia kerja dan dapat menarik perhatian dari perusahaan. Hal tersebut harus disadari oleh para calon lulusan di perguruan tinggi dalam hal ini adalah mahasiswa. Kompetisi dan persaingan yang ketat membuat masing-masing individu berusaha meningkatkan kualitas pribadinya terutama kualitas prestasi pendidikan yang dimiliki, dan meningkatkan keterampilan yang ada dalam dirinya. Kesiapan kerja dari setiap mahasiswa juga tidak hanya dilihat dari keterampilan dan prestasi dalam kerjanya saja tetapi dilihat dari kemampuan untuk menguasai dan mengelola diri sendiri serta membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Kesiapan kerja menurut Wagner (2006) adalah keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan untuk bekerja dalam pekerjaan bentuk apapun. Beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan kerja adalah taraf intelegensi, bakat, minat, pengetahuan, keterampilan, keadaan jasmani atau keadaan fisik, sifat-sifat, ciri-ciri kepribadian, nilai-nilai kehidupan, mental dan emosional seseorang (Winkel dan Hastuti 2007). Hasil penelitian dari Tyas (2009) disimpulkan bahwa minat dan kecerdasan emosional secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesiapan kerja.

Dari pendapat sebelumnya tampak bahwa salah satu hal yang berkaitan dengan kesiapan kerja adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Patton (2000) adalah pembentukan emosi yang meliputi keterampilan seseorang untuk mendorong dan menyalurkan emosi secara efektif. Jadi, kecerdasan emosi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia untuk membantu mengontrol perilaku yang ditunjukkan. Dilihat dari kecerdasan emosi mahasiswa akan memberi respon dengan sendirinya apakah mahasiswa tersebut sudah siap dalam bekerja setelah lulus. Setiap manusia penting untuk memiliki kecerdasan emosional agar bisa

(2)

2

menentukan kehidupannya lebih baik lagi. Hasil penelitian dari Emi (2012) meneliti beberapa variabel salah satunya yaitu motivasi memasuki dunia kerja terhadap kesiapan kerja yang memiliki pengaruh positif, jadi dalam penelitian tersebut kesiapan kerja tidak hanya berhubungan dengan kecerdasan emosional saja.

Selain kecerdasan emosional ada hal lain yang berkaitan dengan kesiapan kerja yaitu Prestasi Belajar. Dalam sebuah perusahaan besar prestasi belajar akan dilihat dan dibutuhkan karena hal itu akan membantu melancarkan proses bekerja untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Poerwanto (2007) menjelaskan bahwa prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai seseorang dalam mempelajari sesuatu. Penelitian sebelumnya menurut Valid (2011), mengatakan bahwa terdapat pengaruh prestasi belajar terhadap kesiapan kerja. Menurut penelitian dari Dianti (2017) mengatakan terdapat pengaruh prestasi belajar terhadap kesiapan kerja. Dalam penelitian Eva (2013) yang meneliti hubungan antara prestasi belajar terhadap kecerdasan emosional menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional dinyatakan sebagai salah satu faktor penting yang harus dimiliki oleh seseorang untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti sekitar bulan Januari 2019 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW kurang lebiih 10 mahasiswa mengatakan bahwa dirinya masih belum mengetahui akan bekerja pada bidang yang seperti apa setelah lulus dari perkuliahan, kemudian beberapa mahasiswa juga mengatakan bahwa mereka tidak ingin bekerja terlebih dahulu karena mereka ingin menghibur diri setelah lulus dari perkuliahan kemudian beberapa mahasiswa juga mengatakan bahwa mereka tidak ingin bekerja terlebih dahulu karena mereka ingin menghibur diri setelah lulus dari perkuliahan, kemudian beberapa mahasiswa juga terlihat kurang percaya diri untuk bersaing dengan lulusan lain dalam mencari pekerjaan. Oleh karena itu percaya diri itu mampu dibangun mulai dari kecerdasan emosional mahasiswa dan prestasi belajar yang didapat oleh mahasiswa. Dunia kerja akan segera dimasuki oleh seorang mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi. Mahasiswa akan memiliki beban yang berat karena memiliki tuntutan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab selama kuliah dan memikirkan pekerjaan yang akan diambil pada perusahaan yang terbaik demi masa depan yang cerah agar tidak menyia-nyiakan masa kuliahnya untuk menjadi pengangguran. Mahasiswa diharapkan sudah memiliki kesiapan dan tujuan kedepan yang jelas untuk menentukan karir yang diambil nantinya, karena tanpa adanya tujuan yang jelas itu akan

(3)

3

menghambat karir yang diinginkan. Selain memiliki tujuan, hal penting juga adalah mahasiswa juga harus memiliki usaha yang besar demi tercapainya harapan yang diinginkan.

Penelitian untuk pengaruh kecerdasan emosional terhadap kesiapan kerja dan pengaruh kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja masih tidak konsisten, sehingga dilihat dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul

“Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW”. Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian pada mahasiswa FEB UKSW tingkat akhir.

Berdasarkan Latar Belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah (1). Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa tingkat akhir FEB UKSW; (2). Apakah prestasi belajar berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW; (3). Apakah kecerdasan emosional dan prestasi belajar berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahaiswa FEB UKSW.

Tujuan penelitian ini adalah (1). Untuk menguji apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW; (2). Untuk menguji apakah prestasi belajar berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW; (3). Untuk menguji apakah kecerdasan emosional dan prestasi belajar berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah (1) Secara teoritis, penelitian ini memberikan tambahan referensi mengenai pengaruh kecerdasan emosi dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja mahasiswa tingkat akhir FEB UKSW; (2) Secara praktis, Bagi mahasiswa: Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja untuk dimengerti, sehingga diharapkan mahasiswa mampu mengelola emosi dalam mengerjakan sesuatu dan meningkatkan prestasi belajarnya agar memiliki kesiapan yang matang dalam bekerja. Bagi pembaca: Diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja bagi pembaca. Bagi peneliti selanjutnya: Diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, serta dapat menjadi bahan perbandingan dengan kasus yang serupa.

(4)

4 LANDASAN TEORI

Pengertian Kesiapan kerja

Mahasiswa perlu memiliki kesiapan kerja yang akan dihadapi dalam dunia kerja nantinya untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan. Kesiapan kerja menurut Sutrisno (2007) diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan tanpa mengalami kesulitan dengan mencapai hasil maksimal yang telah ditentukan. Pendapat lainnya menurut Danielson (2008) Kesiapan Kerja adalah kompetensi dari pengalaman belajar agar seseorang dapat bekerja dengan baik sesuai dengan komponen yang ada dalam pekerjaannya.

Maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan kerja adalah keadaan seseorang dalam meningkatkan kemampuan bekerjanya baik secara fisik dan mental untuk menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti.

Ciri–ciri seseorang yang memiliki kesiapan kerja menurut Kuswana (2013) mencakup yang pertama, mengetahui, dan memahami apa yang akan dilakukan dalam pekerjaannya sesuai jabatannya; kedua, berpengetahuan mengenai prasyarat kerja; pengetahuan faktual; pengetahuan konseptual; pengetahuan prosedural; dan pengetahuan yang saling terkait; ketiga, memahami bagaimana harus berperilaku sebagai tenaga yang kompeten; keempat, mempunyai minat dan motivasi terhadap setiap aturan yang berlaku dalam lingkungan pekerjaannya; kelima, bersikap positif dan menerima resiko; dan yang terakhir memahami dan dapat mengatasi masalah dalam pekerjaan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja menurut Winkel dan Hastuti (2007) adalah (1) Taraf intelegensi, kemampuan berpikir untuk mencapai prestasi yang dituju; (2) Bakat, kemampuan yang menonjol dalam suatu bidang; (3) Minat, tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang dalam bidang tersebut; (4) Pengetahuan, informasi yang dimiliki pada bidang-bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri; (5) Keadaan jasmani, ciri-ciri yang dimiliki seseorang, seperti tinggi badan, ketajaman penglihatan, pendengaran, dan jenis kelamin;

(6) Sifat-sifat, ciri-ciri kepribadian yang khas pada seseorang, seperti ramah, teliti, pendiam, pemarah, dan ceroboh; (7) Nilai-nilai kehidupan, individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang dipilihnya, serta berpengaruh terhadap prestasi pekerjaan.

Selain dari faktor-faktor diatas terdapat penjelasan lain menurut Slameto (2010) Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon di

(5)

5

dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi tersebut mencakup setidak-tidaknya ada 3 hal, yaitu: (1) Kondisi fisik, mental, dan emosional; (2) Kebutuhan, motif, dan tujuan; (3) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.

Maka dari beberapa pendapat mengenai faktor-faktor kesiapan kerja dapat disimpulkan bahwa yang berkaitan dengan prestasi belajar adalah taraf intelegensi, bakat, minat, pengetahuan, keterampilan, keadaan jasmani atau keadaan fisik, dan lain-lain. Sedangkan yang berkaitan dengan kecerdasan emosional adalah sifat-sifat, ciri-ciri kepribadian, nilai-nilai kehidupan, mental dan emosional seseorang.

Pengertian Kecerdasan Emosional

Penting bagi seseorang untuk bisa mengatur kecerdasan emosionalnya agar pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan baik. Menurut Agustian (2001), kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengenali perasaan diri sendiri, dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri serta hubungan dengan orang lain. Menurut Pierce (2005) kecerdasan emosional lebih berperan dalam pembentukan sikap serta performa kerja. Kecerdasan emosi ini adalah kemampuan untuk mengelola emosi yang ada dalam setiap individu secara efektif dan dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain.

Beberapa bagian utama dari kecerdasan emosional menurut Goleman (2000), yaitu: (1) Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan digunakan untuk mengambil keputusan, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat; (2) Pengaturan diri adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sehingga berdampak positif pada pekerjaan, memiliki kepekaan diri, serta mampu bertahan dari tekanan; (3) Motivasi yaitu menuntun diri menuju sasaran yang ingin dicapai, membantu pengambilan keputusan agar dapat bertindak efektif, dan mampu bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi; (4) Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang lain; (5) Hubungan dengan orang lain adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi dengan baik, berinteraksi dengan lancar, menggunakanketerampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam tim.

(6)

6 Pengertian Prestasi Belajar

Untuk memasuki lingkungan kerja beberapa perusahaan akan melihat prestasi belajarnya.

Jadi Arikunto (2006) menyebutkan bahwa prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan seseorang sejauh mana telah mencapai tujuan yang ditetapkan setiap pembelajaran. Menurut Djamarah (2011), prestasi belajar adalah hasil penilaian setelah melakukan aktivitas belajar.

Menurut Sudjana, (2011), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar menurut Sutratinah (2001) adalah “Penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Bisa disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa prestasi belajar adalah hasil pembelajaran yang telah dicapai setelah melakukan suatu proses pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2010) dibagi menjadi dua faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Dalam faktor internal mencakup yang pertama faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh; kedua faktor psikologis yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan;

dan yang ketiga faktor kelelahan yang merupakan kelelahan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksternal antara lain yang pertama adalah faktor keluarga yang meliputi cara orangtua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaannya; kedua, faktor tempat belajar (perguruan tinggi) yang meliputi metode pembelajaran, kurikulum, relasi dosen dengan mahasiswa, relasi sesama mahasiswa, disiplin, alat pembelajaran, waktu, standar mata kuliah, keadaan gedung, metode belajar mahasiswa, dan tugas rumah; ketiga, faktor masyarakat yang meliputi kegiatan dalam lingkungan masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kesiapan Kerja

Menurut Hamzah (2006) Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan diri, tidak bersikap berlebihan dalam kondisi apapun, mengatur suasana hati dan menjaga agar tidak stress, berempati dan berdoa. Kecerdasan emosional dalam diri setiap individu berbeda-beda, kecerdasan emosional pada mahasiswa tentunya mencakup sifat-sifatnya, ciri-ciri kepribadiannya contohnya ceroboh, tertutup, terbuka, teliti, ramah, dan lain-lain yang akan mencerminkan kehidupannya apakah

(7)

7

sudah siap untuk memasuki dunia kerja atau tidak. Peranan emosi seseorang sangat penting apalagi dalam hal mengatasi masalah atau tantangan dalam pekerjaannya karena emosi juga mampu memicu munculnya kreativitas dan inovasi seseorang. Emosi juga bisa membangkitkan nilai-nilai etika, mendorong atau mempercepat penalaran seseorang dalam dunia kerja. Emosi juga berperan dalam membangun kepercayaan diri seseorang. Bahkan tak hanya itu, emosi juga akan memotivasi seseorang, dan membuat seseorang lebih bersemangat dalam bekerja dan disitulah kita dapat melihat kesiapan kerja mahasiswa sendiri seperti apa. Hasil penelitian dari Aminudin (2013) dan Harahap (2019) diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kesiapan kerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin baik kecerdasan emosionalnya maka kesiapan kerjanya juga akan semakin baik.

Dari penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh Kecerdasan Emosional (X1) terhadap Kesiapan Kerja (Y) Pengaruh Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Kerja

Menurut Sumadi (2006) pengertian dari prestasi belajar adalah nilai-nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan terkait dengan kemajuan prestasi belajar selama waktu tertentu. Prestasi belajar memiliki pengaruh bagi mahasiswa dalam mempersiapkan diri setelah lulus nanti untuk bekerja di sebuah perusahaan. Dalam penelitian Ratnawati (2016) mengemukakan bahwa ada pengaruh antara prestasi belajar terhadap kesiapan kerja mahasiswa. Makna dari temuan ini adalah jika prestasi belajar mengalami kenaikan maka akan diikuti kenaikan kesiapan kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2016) bahwa hasilnya adalah terdapat pengaruh antara prestasi belajar terhadap kesiapan kerja. Maka dapat dideskripsikan bahwa semakin baik hasil prestasi belajar yang diperoleh maka kesiapan kerja juga akan semakin meningkat.

Dari penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Terdapat pengaruh Prestasi Belajar (X2) terhadap Kesiapan Kerja (Y)

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Kerja

Menurut Yeung (2009) kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami dan mengelola suasana hati dan perasaan, baik yang ada pada diri kita maupun orang lain. Prestasi belajar menurut pendapat Rahim (2010) adalah usaha yang dilakukan seseorang sehingga ilmu pengetahuannya mengalami perubahan dan kemajuan setelah menerima pembelajaran.

(8)

8

Berdasarkan penelitian sebelumnya menurut Dirwanto (2008) yang didalamnya membahas mengenai kecerdasan emosional dan prestasi belajar mengatakan bahwa ada 7 faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja pada siswa SMK yang merupakan hasil reduksi dari 21 variabel. Faktor-faktor tersebut adalah (1) faktor kemampuan (termasuk didalamnya kecerdasan emosional), (2) faktor citra diri, (3) faktor pendukung, (4) faktor akademis (termasuk didalamnya prestasi belajar), (5) faktor dasar/bawaan, (6) faktor perilaku, serta (7) faktor cita-cita dan potensi diri. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat pula disimpulkan bahwa semua variabel yang mengelompok menjadi 6 faktor yang telah diajukan dalam hipotesis masuk/diterima menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja pada siswa SMK.

Dari penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Terdapat pengaruh kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja.

Kerangka Model Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hipotesis yang telah dikembangkan, maka dapat disajikan kerangka pemikiran untuk menggambarkan hubungan dari variabel independen, dalam hal ini adalah Kecerdasan Emosional (X1) dan Kecerdasan Intelektual (X2) terhadap variabel dependen yaitu Kesiapan Kerja (Y), sebagai berikut:

Gambar 1. Model Penelitian Kecerdasan

Emosional (X1)

Prestasi Belajar (X2)

Kesiapan Kerja (Y)

(9)

9 METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh antar variabel yang ada yaitu kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja mahasiswa tingkat akhir FEB UKSW Salatiga. Data yang digunakan adalah data primer, yang mana didapat secara langsung melalui sumbernya.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEB UKSW Salatiga angkatan 2015 dengan jumlah 572 yang bersumber dari BARA Universitas Kristen Satya Wacana. Sampel yang diambil minimal sebanyak 235. Menghitung sampel dengan menggunakan rumus dari Slovin, yaitu:

n = jumlah sampel N = besar populasi

e = batas toleransi kesalahan (1%, 5%, 10%)

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑒2= 572

1 + (572)(0.05)2= 235

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Convenience sampling menurut Sugiarto (2001) adalah pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Sampel diambil/terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat. Cara ini paling murah dan cepat dilakukan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yamg mereka temui.

Teknik Pengukuran Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah dibagikan kepada responden melalui google form. Data yang digunakan adalah data primer, yang mana didapat secara langsung melalui sumbernya. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEB UKSW Salatiga. Penelitian ini menggunakan bantuan kuesioner yang diteliti menggunakan Skala Likert, Kegunaan Skala Likert secara sistematis adalah memberi skor pada

(10)

10

pertanyaan. Penggolongan skor jawaban pada Skala Likert dalam penelitian ini adalah 1 untuk STS dan 4 untuk SS sehingga:

a. Sangat Tidak Setuju (STS) : 1 b. Tidak Setuju (TS) : 2

c. Setuju (S) : 3

d. Sangat Setuju (SS) : 4

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier sederhana dan regresi linier berganda dengan bantuan dari SPSS yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang dibagikan melalui google form.

Keterangan:

Y = nilai taksiran untuk variable kesiapan kerja a = konstanta

b = koefisien regresi

X = Variabel kecerdasan emosional dan prestasi belajar Uji Validitas dan Reabilitas

Menurut Sujarweni (2015) Uji validitas ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor yang diperoleh setiap butir pertanyaan atau pernyataan. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan hasil r hitung dengan r tabel dimana df = n - 2 dengan signifikansi 5%, dengan nilai r tabel. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS. Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Jika rhitung > rtabel maka kuesioner tersebut dapat dinyatakan valid.

2. Jika rhitung < rtabel maka kuesioner tersebut dapat dinyatakan tidak valid.

Uji Reabilitas digunakan untuk mengukur indikator kuisioner yang dibagikan lewat google form dari masing-masing variabel yang digunakan dalam kuesioner. Kuesioner dapat dikatakan reliabel jika jawaban responden konsisten dari data yang dihasilkan. Pengujian

Persamaan: Y = a + bX1 + bX2 + e

(11)

11

tersebut dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Kuesioner dapat dinyatakan reliabel jika memenuhi syarat apabila memiliki nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60 (Sujarweni, 2015).

Uji Asumsi Klasik

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier sederhana yang sebelumnya harus lolos uji asumsi klasik yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Berfungsi untuk melihat apakah dalam model regresi kecerdasan emosional, prestasi belajar, dan kesiapan kerja memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi dikatakan baik apabila terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria hasil pengujian adalah jika nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan terdistribusi normal, dan sebaliknya jika nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 maka data dikatakan tidak terdistribusi normal. (Sujarweni, 2015)

2. Uji Heteroskedatisitas

Berfungsi untuk melihat apakah terjadi perbedaan varian dari residual (kesalahan pengganggu) antara model regresi dalam satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Apabila hasilnya menunjukkan tidak terjadi heteroskedastisitas maka dapat dikatakan penelitian tersebut memiliki model regresi yang baik (Sujarweni, 2015). Ada tidaknya heteroskedastisitas ditunjukkan dengan nilai signifikan (Sig) > atau dapat dilihat pada pola titik-titik scatterplots regresi. Model regresi dikatakan bebas dari heteroskedastisitas apabila nilai signifikan (Sig.) > 0,05 atau titik-titik pada scatterplots menyebar secara tidak teratur di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. (Sujarweni, 2015)

3. Uji Linearitas

Berfungsi untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dan variabel memiliki hubungan linier atau tidak. Pengujian dalam program SPSS dengan melihat bagian Test for Linearity pada taraf signifikansinya yaitu 0,05. Antar variable dapat dikatakan memiliki hubungan yang linear apabila signifikansinya (Linearity) kurang dari 0,05.(Sujarweni, 2015)

Kriteria dalam pengujian linieritas adalah sebagai berikut:

(12)

12

1. Jika nilai (Sig.) > 0,05 maka terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

2. Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka tidak terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas yaitu uji yang digunakan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi variabel bebas kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Agar dapat mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas maka dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 serta nilai VIF < 10,00 , maka bisa disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Sujarweni, 2015).

Uji Hipotesis

Dalam pengujian uji T dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

1. Apabila thitung > ttabel dengan α = 0,05 dan dk (n-k) maka variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

2. Apabila thitung < ttabel dengan α = 0,05 dan dk (n-k) maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Uji F :

3. Jika Fhitung > Ftabel dengan dk (n-k-1) dan α = 0,05 maka secara bersama-sama variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

4. Jika Fhitung < Ftabel dengan dk (n-k-1) dan α = 0,05 maka secara bersama-sama variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

(13)

13 HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Dalam penelitian ini sampelnya terdiri dari 225 responden. Berdasarkan usia dalam penelitian ini responden yang berusia 17-25 tahun sebanyak 224 dan yang berusia diatas 25 tahun hanya ada 1 responden. Penelitian ini menggunakan responden dari angkatan 2015.

Berdasarkan program studi penelitian ini mengambil mahasiswa manajemen, akuntansi, dan ilmu ekonomi.

Uji Validitas

Berikut hasil dari uji validitas terhadap butir-butir petanyaan dari variabel kecerdasan emosional dan kesiapan kerja. Nilai acuan untuk uji validitas adalah kofisien korelasi yang mendapat nilai lebih besar dari r table yaitu 0,1308. Nilai r tabel di lihat berdasarkan jumlah sampel yang digunakan yaitu df = n-2 (df = 225-2 = 223). Hasil uji validitas untuk variabel kecerdasan emosional (X1) dan kesiapan kerja (Y) dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil uji validitas yang dihasilkan bahwa semua intrumen mulai dari variabel kecerdasan emosional (X1) dan kesiapan kerja (Y) semuanya menghasilkan nilai (r hitung) > r tabel sebesar 0,1308, kemudian dapat dilihat dari nilai sig < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua instrument pertanyaan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid.

Table 1. Uji Validitas

Variabel Item rhitung rtabel Kriteria

Kecerdasan Emosional (X1)

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

X1.6

X1.7

X1.8

X1.9

X1.10

0.548 0.557 0.323 0.552 0.543 0.585 0.603 0.292 0.562 0.554

0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Prestasi Belajar (X2) X2 1.000 0,1308 Valid

(14)

14 Kesiapan Kerja (Y)

Y.1

Y.2

Y.3

Y.4

Y.5

Y.6

Y.7

Y.8

Y.9

Y.10

Y.11

Y.12

Y.13

Y.14

Y.15

0.549 0.561 0.437 0.408 0.385 0.501 0.458 0.354 0.431 0.553 0.572 0.581 0.439 0.621 0.658

0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308 0,1308

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa padapada variabel kecerdasan emosional (X1) terdapat 10 item (keseluruhan) tergolong valid dengan rentang koefisien korelasi 0,292 – 0,603.

Item tunggal pada variabel prestasi belajar (X2) juga tergolong valid dengan koefisien korelasi 1,000. Dan pada variabel kesiapan kerja (Y) terdapat 15 item (keseluruhan) tergolong valid dengan rentang koefisien korelasi 0,354 – 0,658. Variabel Kecerdasan Emosional (X1), Prestasi Belajar (X2), dan Kesiapan Kerja (Y) seluruh pernyataan kuesioner yang mencakup seluruh indikator dinyatakan valid. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan adalah sesuai atau tepat dengan gambaran variabel yang dimaksud dalam penelitian ini.

Uji Reliabilitas

Uji realibilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan. Berikut adalah tabel hasil uji reliabilitas untuk tiap variabel:

Table 2. Uji Reliabilitas

Nama Variabel Koefisien Alpha Alpha Cronbach Status

Kecerdasan Emosional (X1) 0,871 0,60 Reliabel

Prestasi Belajar (X2) 1,000 0,60 Reliabel

(15)

15

Kesiapan Kerja (Y) 0,728 0,60 Reliabel

Uji reliabilitas dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha untuk reliabilitas keseluruhan item dalam satu variabel kecerdasan emosional (X1) diperoleh hasil α = 0,871, sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabilitas karena nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Kemudian untuk variabel prestasi belajar (X2) diperoleh hasil α = 1,000, sehingga instrument dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabilitas karena nilai Cronbach’s Alpha > 0,60.

Uji reliabilitas dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha untuk reliabilitas keseluruhan item dalam satu variabel kesiapan kerja (Y) diperoleh hasil α = 0,728, sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabilitas karena nilai Cronbach’s Alpha > 0,60.

Uji Asumsi Klasik

• Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk memenuhi asumsi regresi yang mensyaratkan data harus terdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan uji statistik yaitu dengan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Dalam One Sample Kolmogorov Smirnov Test suatu data akan berdistribusi secara normal jika memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang lebih besar dari 0.05.

Table 3. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil diatas menunjukkan uji normalitas terhadap ketiga variabel dapat dilihat pada nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan Asymp. Sig. (2-tailed). Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z 1,012 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,258 lebih

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

225 ,0000000 3,51702094 ,067 ,067 -,050 1,012 ,258 N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.

(16)

16

besar dari α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data variabel kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja berdistribusi normal.

• Uji Heteroskedastisitas

Berikut hasil uji heteroskedastisitas terhadap model dalam penelitian ini:

Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dari masing-masing variabel diperoleh hasil pada gambar diatas bahwa titik-titik tersebut tidak membentuk pola yang jelas atau teratur.

Selain itu, titik-titik tersebut tersebar pula diatas angka 0 (nol) dan juga dibawah angka 0 (nol) baik disumbu X maupun disumbu Y.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi ini layak dipakai untuk memprediksi kesiapan kerja berdasarkan masukan variabel independen atau variabel bebasnya, yaitu kecerdasan emosional (X1) dan prestasi belajar (X2).

Regression Standardized Predicted Value

4 2

0 -2

-4

Regression Studentized Deleted (Press) Residual

4

2

0

-2

-4

Scatterplot

Dependent Variable: TOTAL.Y

(17)

17

• Uji Linearitas

Hasil dari uji linearitas variabel X1, dan X2 terhadap variabel Y masing-masing dapat dilihat dalam tabel-tabel dibawah ini:

Table 4. Uji Linearitas X1 terhadap Y

Berdasarkan tabel tersebut pada baris Deviation from Linearity kolom sig. diperoleh nilai signifikan sebesar 0,016 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan linier antara variabel kecerdasan emosional (X1) dengan variabel kesiapan kerja (Y).

Berikut ini adalah tabel uji linearitas variabel prestasi belajar terhadap kesiapan kerja:

Table 5. Uji Linearitas X2 terhadap Y

Berdasarkan tabel diatas, variabel Prestasi Belajar (X2) terhadap variabel Kesiapan Kerja (Y) tidak dapat dihitung karena kurang dari 3 (tiga) kolom. Hal ini disebabkan karena item pertanyaan dalam Berdasarkan tabel tersebut hubungan antara prestasi belajar dan kesiapan kerja tidak dapat dihitung karena penulis hanya menggunakan menggunakan item tunggal pada kuesioner yang ada.

ANOVA Table

1667,985 18 92,666 7,967 ,000

1282,362 1 1282,362 110,245 ,000

385,623 17 22,684 1,950 ,016

2396,175 206 11,632

4064,160 224

(Combined) Linearity

Deviation from Linearity Between

Groups

Within Groups Total total.y * total.x1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

ANOVA Ta blea

15,794 1 15,794 ,870 ,352

4048,366 223 18,154

4064,160 224

(Combined) Between Groups

W ithin Groups Total

total.y * total.x 2

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

W ith fewer than three groups, linearity meas ures for total.y * total.x2 c annot be computed.

a.

(18)

18

• Uji Multikolinearitas

Berikut ini hasil dari uji multikolinearitas:

Table 6. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 19.674 3.397 5.791 .000

X1 .742 .075 .544 9.870 .000 .985 1.015

X2 2.303 .867 .146 2.657 .008 .985 1.015

a. Dependent Variable: Y

Uji multikolinearitas yaitu uji yang digunakan apakah model regresi dari penelitian ditemukan adanya korelasi variabel bebas beban kerja dan disiplin kerja. Model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Model regresi bebas dari multikolinieritas ketika nilai tolerance >

0,10 dan nilai VIF < 10,00 (Sujarweni 2015). Dari hasil di atas menunjukkan nilai tolerance adalah 0,985 dan nilai VIF yang ditemukan adalah 1,015. Oleh karena nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,00 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolineritas antara variabel kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja.

(19)

19 Uji Hipotesis

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Uji Regresi Linear Berganda digunakan secara bersamaan untuk menguji pengaruh dua variabel atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.

Table 7. Regresi Linear Berganda

Rumus : 𝑌 = 𝛼 + 𝑋1+ 𝑋2+ 𝜀

Kesiapan Kerja (Y) = 24,718 + 0,765 Kecerdasan Emosional (X1) + 0,064 Prestasi Belajar (X2) Persamaan tersebut dapat diasumsikan sebagai berikut.

1. Konstanta (α) = 24,718, menunjukkan nilai konstan dimana jika nilai variabel bebas sama dengan nol, maka kesiapan kerja (Y) sama dengan 24,718.

2. Koefisien X11) = 0,765, menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional (X1) memiliki hubungan positif terhadap kesiapan kerja (Y). Artinya jika kecerdaasn emosional ditingkatkan maka kesiapan kerja juga akan meningkat sebesar 0,765 (76,5%).

3. Koefisien X22) = 0,064, menunjukkan bahwa variabel prestasi belajar (X2) memiliki hubungan positif terhadap kesiapan kerja (Y). Artinya jika prestasi belajar ditingkatkan maka kesiapan kerja juga akan meningkat sebesar 0,064 (6,4%).

4. Standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

Untuk menunjukkan rentang skala Likert pada rata-rata jawaban responden pada kuesioner dengan tiga variabel, maka dapat dicari dengan rumus:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =Nilai Max−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛 Jumlah Kelas = 4−1

4 = 0,75

Table 8. Tingkat Kategori Variabel

Range Keterangan

1 – 1,75 Sangat rendah

Coeffi cientsa

24,718 2,951 8,377 ,000

,765 ,076 ,561 10,118 ,000

,064 ,068 ,052 ,941 ,348

(Const ant) tot al.x1 tot al.x2 Model

1

B St d. Error Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardiz ed

Coeffic ients

t Sig.

Dependent Variable: tot al.y a.

(20)

20

1,76 – 2,50 Rendah

2,51 – 3,25 Tinggi

3,26 – 4,00 Sangat tinggi

Untuk mengetahui kategori dari setiap variabel maka perlu untuk mengetahui mean, berikut tabel penjelasan dari setiap variabel:

Table 9. Statistik deskriptif kesiapan kerja

No. Indikator Mean Kategori

1. Kematangan Fisik 3,46 Sangat tinggi

2. Kematangan Mental 3,32 Sangat tinggi

3. Pengalaman 3,09 Tinggi

Total Mean 3,29 Sangat tinggi

Sumber : Data Olahan Excel 2013

Tabel 9 menunjukkan nilai rata-rata tertinggi dari variabel kesiapan kerja yaitu pada indikator kematangan fisik dengan jumlah rata-rata sebesar 3,46 dan pada indikator pengalaman nilainya lebih kecil dibanding indikator lainnya dengan nilai rata-rata sebesar 3,09. Sehingga total nilai rata-rata dari semua pernyataan indikator pada variabel kesiapan kerja adalah sebesar 3,29 yang artinya kesiapan kerja memiliki tingkat kategori sangat tinggi.

Table 10. Statistik deskriptif kecerdasan emosional

No. Indikator Mean Kategori

1. Kemampuan Merasakan/Memahami 2,96 Tinggi

2. Kemampuan Menerapkan Daya Dalam Diri 2,87 Tinggi

3. Kepekaan Emosi 3,04 Tinggi

Total Mean 2,95 Tinggi

Sumber : Data Olahan Excel 2013

Tabel 10 menunjukkan nilai rata-rata tertinggi dari variabel kecerdasan emosional yaitu pada indikator kepekaan emosi dengan jumlah rata-rata sebesar 3,03 dan pada indikator kemampuan menerapkan daya dalam diri nilainya lebih kecil dibanding indikator lainnya dengna nilai rata-rata sebesar 2,87. Sehingga total nilai rata-rata dari semua pernyataan indikator pada

(21)

21

variabel kecerdasan emosional adalah sebesar 2,95 yang artinya kesiapan kerja memiliki tingkat kategori tinggi.

Table 11. Statistik deskriptif prestasi belajar

No. Indikator Mean Kategori

1. IPK 3,29 Sangat tinggi

Sumber : Data Olahan Excel 2013

Tabel 11 menunjukkan nilai rata-rata dari variabel prestasi belajar yaitu pada indikator IPK sebesar 3,29 yang artinya prestasi belajar memiliki tingkat kategori sangat tinggi.

Uji F (Simultan)

Table 12. Uji F

Berdasarkan tabel diatas hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 51,816 >

Ftabel = 3,036524 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel kecerdasan emosional(X1) dan prestasi kerja (X2)terhadap kesiapan kerja (Y).

Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Table 13. Uji Koefisien Determinasi

Hasil diatas menjelaskan besarnya nilai korelasi (R) yaitu sebesar 0,564. Dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R Square) 0,318 yang mengandung pengertian bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap kesiapan kerja sebesar 31,8% sedangkan 68,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

ANOV Ab

1293,406 2 646,703 51,816 ,000a

2770,754 222 12,481

4064,160 224

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), total .x2, total.x1 a.

Dependent Variable: tot al.y b.

Model Summary

,564a ,318 ,312 3,533

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), total.x2, total.x1 a.

(22)

22 PEMBAHASAN

Pada pengujian hipotesis di atas yaitu pengaruh kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja mahasiswa tingkat akhir FEB UKSW, menunjukkan hasil yang signifikan artinya kecerdasan emosional dan prestasi belajar berpengaruh positif terhadap kesiapan kerja, baik secara parsial maupun secara simultan.

1) Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kesiapan Kerja

Kecerdasan emosional membuat seseorang akan dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat dan sesuai. Menurut Tridhonanto (2010) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan menerapkan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Menurut Goleman (2000) ada bagian penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan kecerdasan emosional, yaitu: (1) Kesadaran diri untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya, memiliki tolak ukur atas kemampuan yang dimiliki dan kepercayaan diri; (2) Pengaturan diri dalam mengendalikan dan menangani emosinya, memiliki kepekaan diri, serta mampu bertahan dalam situasi apapun; (3) Memiliki motivasi diri untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, pengambilan keputusan, dan mampu bertahan dan bangkit dari kegagalan; (4) memiliki sikap empati atau dapat merasakan apa yang dirasakakan orang lain; (5) Hubungan dengan orang lain dalam hal menangani emosi dengan baik ketika berinteraksi dengan orang lain, mampu memimpin, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja dalam tim.

Hasil analisis dengan menggunakan alat analisis regresi menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa tingkat akhir FEB UKSW. Dari tabel Coefficients pengaruh kecerdasan emosional terhadap kesiapan kerja diperoleh nilai thitung 10,118

> t tabel 1.652, dapat disimpulkan variabel kecerdasan emosional (X1) berpengaruh terhadap variabel kesiapan kerja (Y).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aminudin (2013) dan Hendrawan (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap kesiapan kerja.

Kemampuan mengenali emosi diri sendiri merupakan dasar kecerdasan emosional. Tahap lanjut dari mengenali emosi diri sendiri ialah mampu untuk mengelola emosinya. Individu yang mampu untuk mengendalikan perasaannya sendiri dapat mempengaruhi perilakunya.

(23)

23

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik individu dapat mengendalikan emosinya, atau semakin cerdas individu dalam mengelola suasana hatinya maka akan semakin siap individu tersebut dalam mengerjakan tugas dan pekerjaannya. Individu tersebut dapat optimal dan lebih produktif dalam bekerja.

2) Pengaruh Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Kerja

Menurut Syah (2009) Prestasi merupakan indikator yang dapat menunjukkan penguasaan seseorang terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Prestasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang. Seseorang yang memiliki prestasi belajar baik, diharapkan akan memiliki kesiapan kerja yang baik pula.

Menurut Tafsir (2008), prestasi belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 aspek, yaitu (1) tahu, mengetahui (knowing), (2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing), (3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being). Ketiga ranah tersebut dilihat dari tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.

Hasil analisis dengan menggunakan alat analisis regresi menunjukkan bahwa prestasi belajar tidak berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW. Dari tabel Coefficients pengaruh prestasi belajar terhadap kesiapan kerja diperoleh nilai thitung sebesar 0,941

> ttabel 1,652 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel prestasi belajar (X2) tidak berpengaruh berpengaruh terhadap variabel kesiapan kerja (Y).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2017), Faizah (2017) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif antara prestasi belajar terhadap kesiapan kerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya prestasi belajar mahasiswa FEB UKSW tidak menentukan seseorang siap atau tidak dalam bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian teori menurut Anoraga (2009) yang menyatakan bahwa ciri-ciri kesiapan kerja seseorang tidak dilihat dari nilai prestasi belajarnya, melainkan dilihat dari sebagai berikut : (1) Memiliki motivasi. Motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah tujuan tertentu. Jadi motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. (2) Memiliki kesungguhan atau keseriusan. Kesungguhan atau keseriusan dalam bekerja

(24)

24

turut menentukan keberhasilan kerja. Sebab tanpa adanya itu semua suatu pekerjaan tidak akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. (3) Memiliki keterampilan yang cukup. (4) Memiliki kedisiplinan. Untuk memasuki pekerjaan sikap disiplin sangat diperlukan demi kesiapan memasuki dunia kerja dan berprestasi dibidangnya.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar meski sebaik apapun, apabila tidak disiplin, tidak memiliki motivasi, tidak memiliki kesungguhan atau keseriusan, maka mahasiswa FEB UKSW tidak akan siap dalam bekerja atau tidak mampu bersikap optimal atau produktif dalam mengerjakan tugas dan pekerjaannya.

3) Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Kerja Dengan memiliki kecerdasan emosional akan mampu memotivasi dirinya, ketika ia berhasil memotivasi dirinya, ia akan lebih siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan.

Seseorang dengan kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik, kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena mampu menguasai kebisaan berfikir yang mendorong produktivitas.

Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja adalah prestasi belajar.

Prestasi belajar adalah pengembangan terhadap berbagai potensial dan kapasitas yang dimiliki seseorang. Ini berarti bahwa seseorang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam diri.

Dengan berpegang pada potensi tersebut maka dapat dikatakan bahwa seseorang akan memiliki kesiapan kerja yang baik. Sastrohadiwiryo (2005) menyampaikan beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah: 1) Prestasi akademik yang merupakan bukti langsung kemampuan tenaga kerja, sekaligus untuk memperoleh data yang berhubungan dengan pribadi tenaga kerja. 2) Pengalaman bekerja merupakan modal utama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu, karena pembelajaran yang diperoleh dari bangku pendidikan kadang berbeda dengan di lapangan pekerjaan. 3) Kesehatan fisik mental adalah hal yang menjadi pertimbangan perusahaan karena untuk menghindari kerugian perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja menunjukkan nilai Fhitung = 51,816 > Ftabel = 3,036524 artinya bahwa kecerdasan emosional dan prestasi belajar berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja. Begitu juga dengan kontribusi X1 dan X2 yaitu kecerdasan emosional dan prestasi belajar terhadap Y yaitu kesiapan

(25)

25

kerja menunjukkan nilai R = 0,564 dan koefisien determinasi (Rsquare) = 0,318. Artinya bahwa kesiapan kerja dipengaruhi sebesar 31,8% oleh kecerdasan emosional dan prestasi belajar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Softi (2012), yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi terhadap kesiapan kerja.

Berdasarkan uraian diatas, perpaduan kecerdasan emosional yang baik didukung oleh prestasi belajar yang baik pula mampu meningkatkan kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW sehingga dapat dijelaskan semakin baik kecerdasan emosional dan prestasi belajar maka semakin baik pula kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu:

1. Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin baik tingkat kecerdasan emosional setiap mahasiswa maka akan semakin baik tingkat kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW. Kecerdasan emosional tersebut dapat diterima dan mampu mendukung serta meningkatkan kesiapan kerja.

2. Prestasi belajar tidak berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW. Hal tersebut dapat diartikan bahwa prestasi belajar khususnya IPK tidak berdampak atau berpengaruh terhadap kesiapan kerja.

3. Kecerdasan emosional dan prestasi belajar berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa FEB UKSW. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kecerdasan emosional yang positif mampu mendukung hasil prestasi belajar yang baik, sehingga mampu meningkatkan kesiapan kerja dalam mahasiswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, semakin baik kecerdasan emosional dan prestasi belajar, maka semakin baik pula kesiapan kerja mahasiswa FEB universitas Kristen Satya Wacana.

Berdasarkan hal tersebut, saran yang akan diajukan menurut hasil penelitian ini adalah

(26)

26

kecerdasan emosional mahasiswa perlu dilakukan pengembangan kecerdasan emosional baik dilakukan oleh pribadi mahasiswa maupun oleh pihak kampus melalui program-program yang terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional agar mampu melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik tanpa merasa tertekan agar dapat meningkatkan dan mencapai prestasi yang lebih baik dalam pekerjaan yang dilakukannya sehingga mahasiswa dapat meningkatkan kesiapan dalam bekerja.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain yang memiliki pengaruh yang linier yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja. Selain itu perlu diperhatikan juga dalam memilih indikator dari setiap variabel karena akan berpengaruh terhadap setiap item-item kuesioner yang akan dibuat, kemudian juga perlu diperhatikan untuk setiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner agar lebih mudah dipahami oleh responden dan sesuai dengan tujuan dari penelitian.

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa keterbatasan pada penelitian ini, antara lain; (1) Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak menunjukkan keadaan sebenarnya.

(2) Terdapat keterbatasan dalam mendapatkan responden dari mahasiswa FEB UKSW angkatan 2015, hal ini disebabkan banyak mahasiswa angkatan 2015 banyak yang sudah tidak ada kelas lagi karena banyak yang tinggal mengambil tugas akhir jadi sudah jarang ada dikampus.

(27)

27 DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A.G. 2001. Rahasia Sukses Membangun ESQ (Emotional Spiritual Quotient) The ESQ Way 165. 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Penerbit Arga.

Aminudin. 2013. “Pengaruh Kedisiplinan, Kemampuan Komunikasi Interpersonal, dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI TITL SMKN 1 Sedayu”. E-Journal Universitas Negeri Yogyakarta. Halaman 1-10.

Anoraga. 2009. Psikologi Kerja ; Cetakan Kelima. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayu, Putu Desiana Wulaning. 2017. “Analisis Pengukuran Tingkat Efektifitas dan Efisiensi Sistem Informasi Manajemen Surat STIKOM Bali”. Jurnal Sistem dan Informatika.

Vol.11, No. 2, Halaman 99-109.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Danielson. 2008. “Kontribusi Motivasi Kerja dan Minat Kejuruan Terhadap Kesiapan Kerja”.

Jurnal Teknik Ibnu Sina JT-IBSI. Halaman 49-58.

Dianti, Intan Rachma. 2017. “Pengaruh Soft Skill Dan Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Memasuki Dunia Kerja Pada Siswa Teknik Gambar Dan Bangunan Kelas XI SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017”. Skripsi. Universitas Lampung.

Sumber akses: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/29090

Dirwanto. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja Pada Siswa SMK Ma’arif NU Kesesi Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008”. Tesis.

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sumber Akses: http://digilib.uns.ac.id Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Emi Prabawati. 2012. “Pengaruh Motivasi Memasuki Dunia Kerja Dan Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja Peserta Didik Kelas Xii Program Keahlian Akuntansi Smk Negeri I Tempel Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Sumber Akses: http://www.scribd.com

Eva. 2013. “Hubungan antara Prestasi Belajar terhadap Kecerdasan Emosional”. Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. Xiii, No. 2, 384-399.

Faizah, Dita Nur. 2017. “Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelatihan Produktif, Pengalaman Prakerin Dan Minat Terhadap Kesiapan Siswa Memasuki Dunia Kerja”. Universitas Malang. Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen Vol. 3, No. 3, November 2017. ISSN 2461-0828.

Febrina, Winda. 2010. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Orientasi Etika, dan Nilai Etika Organisasi terhadap Perilaku Etis Akuntan”. Skripsi. Universitas Andalas.

Goleman, Daniel. 2000. Emotional lntellegence. Alih bahasa: T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka

.

Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Harahap, Debita Ade. 2019. “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Paramedis”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 16, No. 1 (2019). ISSN 0216-7743 e-ISSN 2528-1135.

Hendrawan, M. 2014. “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Kerja Pegawai (Studi Korelasi Pada Pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Cirebon)”. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Sumber Akses: repository.upi.edu

(28)

28

Hartati, Siti Alfiyah. 2016. "Pengaruh Unit Produksi, Prakerin, Prestasi Belajar, dan Dukungan Keluarga terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri 10 Surabaya”. Jurnal Ekonomi Pendidikan dan Kewirausahaan. Halaman 101-113.

Kuswana, W. Sunaryo. 2013. Dasar–dasar Pendidikan Vokasi & Kejuruan. Bandung: Alfabeta.

Muslimin, Z.I. 2012. “Prestasi Belajar Mahasiswa Ditinjau Dari Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru, Asal Sekolah, Dan Skor Tes Potensi Akademik”. Jurnal Penelitian Psikologi, 3, 1, 381-393.

Patton. 2000. "Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan”. JURNAL PSIKOLOGI. Halaman 1-35.

Pierce. 2005. "Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Riau”. Jom FEKON Vol. 2 Halaman 1-15.

Poerwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.

Rahim, Utu. 2010. “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS)”. Jurnal MIP MIPA.

Kendari: FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma.

Rahmasari, Lisda. 2012. “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan”. Majalah Ilmiah Informatika Vol.3 No1, Januari 2012. Halaman 1-20.

Ratnawati, Dianna. 2016. "Hubungan Prestasi Belajar, Persepsi Dunia Kerja, dan Jiwa Kewirausahaan dengan Kesiapan Kerja Mahasiswa PTM”. Journal Of Mechanical Engineering Education. Halaman 12-22.

Sastrohadiwiryo. (2005). Pelaksanaan Prakerin SMK. Jakarta: PT Rineka Cipta

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Softi, Karina Ajeng. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK N 1 Pemalang”. Universitas Negeri Semarang.

Work Readiness for Student SMK, Bussiness, HF 5001-6182, Economics As A Science, HB71-74.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiarto dkk. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sujarweni, W. V. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sumadi Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali Pers.

Suryani, Lilis. 2017. “Pengaruh Praktik Kerja Lapangan Dan Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Memasuki Dunia Kerja Pada Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sumber Akses: http://eprints.uny.ec.id

Sutratinah Tirtonegoro. (2001). Anak Supernormal dan Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sutrisno, Joko. 2007. "Correlation Between Performance and Vocational Learning Readiness to Work Ethos in The Automotive Industry Working Student of Class XI TKR Ma'arif Vocational High School Central Java 2 Gombong Kebumen”. Jurnal Taman Vokasi.

Halaman 333-346.

Syah, M. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Tafsir, Ahmad. 2008. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Tridhonanto. 2010 . Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia.

(29)

29

Tyas Diniharsasi. 2009. “Pengaruh Minat dan Kecerdasan Emosional terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas 3 Jurusan Akuntansi SMK YPE Nusantara Slawi. Jurusan Akuntansi”.

Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Hal. 78.

Valid, Yanuar Mipalas. 2011. "Pengaruh Pengalaman Praktik Industri dan Prestasi Belajar terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 2 Sleman Yogyakarta”. Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia. Halaman 161-183.

Wagner. 2006. "Pengembangan Model Kerja Sama Link And Match untuk Meningkatkan Kesiapan Kerja Bagi Lulusan SMK Kompetensi Keahlian Akuntansi di Kota Semarang."

Jurnal Mandiri: Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Teknologi”. Halaman 69-83.

Winkel, W. S dan Sri Hastuti, M. M. 2007. Bimbingan dan Konseling di Industri Pendidikan.

Yogyakarta: PT. Grasindo.

Yeung, Rob. 2009. Emotional Intelligence The New Rules. Jakarta : Publishing One.

www.katadata.co.id

(30)

30 LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Dimensi Indikator

Kesiapan Kerja (Y)

Kuswana (2013),

“kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman sehingga mampu untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan”.

Kematangan fisik Kesehatan.

Usia.

- Kematangan mental

1. Mengetahui apa yang seharusnya dilakukan.

2. Memahami apa yang yang seharusnya dilakukan.

3. Dapat bekerja dalam individu atau team.

4. Mengetahui bagaimana harus berperilaku sebagai tenaga yang kompeten.

5. Mempunyai bakat dan minat sesuai dengan diri sendiri.

6. Memiliki motivasi yang tinggi dalam pekerjaannya.

7. Bersikap positif.

8. Menerima resiko.

9. Dapat mengatasi masalah.

- Pengalaman 10. Organisasi/kepanitiaan.

11. magang kerja.

12. Keterampilan 13. Pengetahuan.

Kecerdasan Emosional (X1)

Rachmi (2010) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan

- Kemampuan merasakan/memah ami

14. Simpati 15. Empati

(31)

31 kepekaan emosi sebagai

sumber energi,

informasi, koneksi dan pengaruh yang

manusiawi.

- Kemampuan menerapkan daya dalam diri.

16. Pengaturan Diri 17. Bertutur kata baik.

18. Bersikap tenang

19. Menghormati pendapat orang lain

- Kepekaan emosi. 20. Mampu mengelola emosi

21. Kesadaran diri 22. Mudah beradaptasi 23. Hubungan komunikasi

dengan orang lain Prestasi

Belajar (X2)

Muslimin (2012) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh mahasiswa selama proses pembelajaran atau perkuliahan berlangsung yang dituangkan dalam bentuk angka atau nilai.

- Hasil

pembelajaran dalam bentuk angka atau nilai.

24. Hasil IPK yang dicapai mahasiswa

Gambar

Gambar 1. Model Penelitian Kecerdasan
Table 1. Uji Validitas
Table 2. Uji Reliabilitas
Table 3. Uji Normalitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Target khusus yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah mendapatkan data perfomansi mesin genset yang beroperasi penggunaan bahan bakar LPG Genset yang dipakai

1) Identifikasi kebutuhan untuk melakukan penilaian: tim atau individu yang merencanakan penilaian harus memiliki tujuan jelas dan nyata yang telah dikonsultasikan dengan

bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 39 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

apakah metode Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh positif terhadap kemampuan menulis teks hasil wawancara ke dalam bentuk paragraf narasi oleh

product moment Dalam menguji reabilitas tingkat pengetahuan tentang keputihan pada siswi kelas XI di SMA Negeri 6 Purworejo dengan menggunakan uji reabilitas Kuder

Kelompok Kerja Bagian Layanan Pengadaan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mengundang peserta lelang yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi paket pekerjaan Publikasi

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisa Perbandingan Metode Altman Z-Score,

Demikian Berita Acara Addendum Dokumen Pelelangan ini dibuat untuk dipahami sebagaimana mestinya, atas perhatian yang diberikan kami ucapkan terimakasih.. Tarutung,