Psikologi diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari semua aspek tingkah laku manusia (kognitif, psikomotor dan afektif). Olahraga dipandang sebagai perilaku
gerak manusia yang bersifat universal (Husdarta, 2010).
Olahraga sebagai perilaku gerak manusia adalah media untuk mengekspresiakn “body and mind”
secara harmonis (Osterhoudt dalam Husdarta, 2010).
Untuk itu olahraga adalah bentuk aktivitas perilaku,
yang tentunya tak terlepas dari kajian
psikologi yang mempelajari perilaku.
Pada prinsipnya psikologi dalam olahraga
dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi atlet, untuk memperkuat kerja sama antaratlet dalam olahraga beregu, untuk memperkuat kerja sama antara pelatih, atlet dan officials, dan sebagainya (Sarwono, 1999).
Khususnya psikologi sosial dalam olahraga bukan hanya dimanfaatkan untuk para atlet, pelatih, dan officials, melainkan juga untuk mempelajari
perilaku penonton, bagaimana pengaruh penonton terhadap prestasi pemain, dan lain-lain (Brawley
& Martin dalam Sarwono, 1999).
Nama Coleman Robert Griffith tidak mungkin
diabaikan dari hasanah wacana Psikologi Olahraga dia dianggap sebagai “Father Of Sport Psychology” yang telah mendirikaan Laboratorium Psikologi Olahraga yang pertama di Universitas Illinois pada tahun 1925 (Husdarta, 2010).
Pada tahun yang sama, di Eropa sebenarnya juga
berdiri sebuah laboratorium Psikologi Olahraga yang didirikan oleh A.Z Puni di Institute of Physical Culture in Leningrad. Namun Laboratorium Psikologi
Olahraga pertama di dunia sebenarnya didirikan tahun 1920 oleh Carl Diem di Deutsce Sporthochschule di Berlin, Jerman (anekanews.com)
Setelah periode tersebut psikologi olahraga mengalami kemandekan. Baru pada tahun
1960-an psikologi olahraga kembali mulai berkembang. Perkembangan ini ditandai
dengan banyaknya lembaga-lembaga
pendidikan membuka konsentrasi pengajaran pada Psikologi Olahraga. Puncaknya
adalah pembentukan International Society of
Sport Psychology (ISSP) oleh para ilmuan
dari penjuru Eropa. Kongres internasional
pertama diadakan pada tahun yang sama di
Roma, Italia.
Pada tahun 1966, sekelompok psikolog olahraga berkumpul di Chicago untuk membicarakan
pembentukan semacam ikatan psikologi olahraga.
Mereka kemudian dikenal dengan nama North
American Society of Sport Psychology and Physical Activity (NASPSPA).
Kini Psikologi Olahraga sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kongres
International Society of Sport Psychology Conference Di Yunani tahun 2000 telah dihadiri lebih dari 700 peserta yang berasal dari 70 negara. American Psychological Association pun telah memasukkan psikologi olahraga dalam divisi mandiri yakni divisi 47. (anekanews.com)
Psikologi olahraga terkait dengan bidang kajian, seperti (Husdarta, 2010):
Psi. Perkembangan pembahasan mengenai bakat yang berhubungan
dengan struktur morfologis-anatomis atlet, karakterologis atlet dan interaksi antar
bakat/ pembawaan dengan lingkungan
(nature vs. nurture).
Psikologi belajar optimalisasi proses belajar mengajar atau pelatihan guna mengoptimalisasi potensi atlet atau peserta didik.
Psikologi kepribadian sebagian besar hasil studi
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepribadian dengan beberapa aspek performa olahraga.
Psikologi sosial aspek-aspek yang perlu mendapat
perhatian serius antara lain pembinaan kelompok, interaksi sosial, kerjasama, kompetisi, kepemimpinan dll.
Psikometri penciptaan instrumen yang useable untuk digunakan dalam penilaian terhadap suatu gejala psikis secara lebih cermat dan objektif.
Perkembangan psikologi olahraga ditandai oleh upaya yang cukup banyak dalam
mengkaji gejala dalam situasi olahraga yang perlu dikaji oleh para ahli psikologi olahraga, di antaranya adalah motivasi berolahraga, belajar gerak, kematangan emosi, kebosanan, stress, kecemasan,
frustasi, dan sebagainya (Husdarta, 2010).
1. Pendekatan Individu manusia dalam berolahraga sering menunjukkan tingkah laku khusus yang
berbeda dengan yang lainnya dengan yang tidak berolahraga.
2. Pendekatan Sosiologik interaksi dalam kegiatan olahraga akan menimbulkan konflik-konflik atau gejala psikologis tertentu.
3. Pendekatan Interaktif sifat, sikap, dan persepsi
individu dalam kelompok akan sangat berpengaruh terhadap sikap kelompok.
4. Pendekatan Multy dimensional & pend. Sistem aktivitas olahraga seringkali berhubungan dengan aspek sosial budaya, aspek ekonomi, aspek politik dll.
Secara umum manfaat psikologi olahraga dapat dikemukakan sbg berikut (Husdarta, 2010):
A. Menjelaskan dan memahami gejala-gejala psikologik (tingkah laku dan pengalaman) yang terjadi dalam praktik olahraga
B. Meramalkan sejumlah probalitas yang dapat
terjadi dalam olahraga sehingga siap menghadapi hal-hal yang mungkin terjadi
C. Mengontrol atau mengendalikan gejala-gejala
perilaku yang dapat menjurus kepada hal-hal yang
dapat mengganggu perkembangan subjek.
Sebagai praktisi dimana profesi psikolog bisa dijadikan penasehat
misalnya, yang kedudukannya bisa sejajar atau dibawah pelatih. Perbedaannya
yaitu pada ruang lingkup, pelatih
mengarahkan entang teknik dan metode, sedang psikolog difungsikan untuk
mengembangkan kerja sama tim, serta
mengoptimalkan perilaku berolahraga dari
aspek psikologi.
Sebagai Ilmuwan dimana para ahli psikologi mengadakan penelitian-
penelitian kajian psikologi dalam olahraga untuk dapat memahami, memprediksi
sehingga dapat dijadikan referensi atau acuan treatment untuk
mengoptimalisasikan aktivitas
berolahraga.
Melakukan Penelitian
Melakukan Pelatihan
Mengadakan Pembinaan Mental
Melakukan Pengembangan
Melakukan Konseling
Mengadakan tes (psikotes)
Melakukan pelatihan khusus
4 dimensi yang mempengaruhi prestasi berolahraga, yaitu:
1. Kesegaran/kebugaran Jasmani tubuh yang bugar
akan mempengaruhi semangat pelaku olahraga.
2. Keterampilan, bakat dan minat melakukan sesuatu dengan adanya keterampilan, bakat dan minat pada hal yang dilakukan akan mempengaruhi kreatifitas dan motivasi pelaku.
3. Fisik Fisik bisa mempengaruhi dan menjadi penunjuang seseorang dalam berolahraga.
4. Psikologis karakteristik pembawaan dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku, termasuk dalam berolahraga.
Beberapa pendekatan teori motivasi yang diduga memiliki implikasi dalam proses pelatijan atau pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, antara lain
(Husdarta, 2010) :
1.
Teori Hedonisme teori yang beranjak dari pandangan klasik bahwa pada
hakikatnya manusia akan memilih
aktivitas yang menyebabkan merasa
gembira dan senang.
2.Teori naluri teori yang menghubungkan perilaku manusia dengan berbagai naluri.
3.Teori Kebudayaan teori yang menghubungkan tingkah laku manusia berdasarkan pola-pola
kebudayaan tempat ia berada.
4. Teori berprestasi teori yang mendorong individu
untuk berpacu dengan ukuran keunggulan.
5.Teori kebutuhan teori yang menggagas bahwa
tingkah laku manusia pada hakikatnya bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan.
Secara umum dari penelusuran terhadap beberapa pandangan: Krech & Ballachay, kamlesh dalam Husdarta (2010) dapat
dirangkumkan bahwa motivasi berolahraga dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern.
Faktor intern pembawaan atlet, tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, cita-cita dan harapannya.
Faktor ekstern fasilitas yang tersedia,
sarana dan prasarana, metode latihan,
program latihan, lingkungan atau iklim
pembinaan.
Kepribadian dan olahraga ada perbedaan
dimensi kepribadian antara atlet dan non-
atlet. Studi oleh Schurr, Ashley dkk dalam
Husdarta (2010) menunjukkan bahwa para
atlet yang terlibat dalam aktivitas olahraga
baik olahraga individual maupun beregu
cenderung memperlihatkan kepribadian
bebas bertanggung jawab (mandiri), lebih
objektif, lebih kompetitif, lebih terbuka dari
pada non-atlet.
Dalam studi Ogilvie & T.Tutko tahun 1967 dalam Husdarta (2010) tentang pola-pola kepribadian pada atlet top dan atlet biasa, menunjukkan bahwa atlet-atlet top sebagai profil yang memiliki dan sangat membutuhkan progres menunjukkan kemampuan lebih
dalam mengatasi tekanan kompetisi, memiliki daya tahan psikis yang lebih besar, dan
memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi
dibandingkan dengan atlet-atlet biasa.
Penelitian oleh Hollander, Mayers & Unes dalam Sarwono (1999) latihan yang
berlebihan (overtraining) memberi dampak negatif baik pada atlet maupun pada pelatih : bosan, lelah, motivasi dan kegembiraan
menurun, stres, sasaran prestasi tidak tercapai, dan terjadi peningkatan
kemungkinan kecelakaan. Latihan yang berlebihan ini dapat diatasi dengan
merumuskan tujuan, sistem reward, dan
pengaturan jadwal yang tepat.
Olahraga memunculkan perilaku, dan ilmu yang mempelajari perilaku di sebut dengan psikologi. Maka dari itu olahraga merupakan satu bidang yang tidak terlepas dari kajian psikologi. Berbagai aspek psikologi
berpengaruh dalam perilaku
berolahraga, maka dri itu kajian psikologi olahraga itu sendiri bermanfaat untuk dapat mencapai optimalisasi dalam
berolahraga, baik dari individu itu
sendiri, peregu, dari pelatih, efek penonton
dan hal lain sebagainya.
Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga.
Alfabeta: bandung
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Balai Pustaka: Jakarta.