• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BULASAT KECAMATAN PAGAI SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BULASAT KECAMATAN PAGAI SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BULASAT KECAMATAN PAGAI SELATAN KABUPATEN

KEPULAUAN MENTAWAI

Junirman Taileleu1, Dasrizal2, Elvi Zuriyani3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Geografi

PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, mengolah dan gambaran, tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, yang dilihat dari : 1) mata pencarian, 2) pendapatan, 3) kondisi kesehatan, 4) kondisi perumahan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang ada di desa bulasat kecamatan pagai selatan kabupaten kepulauan mentawai. Sampel penelitian diambil dengan teknik total sampling sehingga sampel berjumlah 62 orang. Pengumpulan data dengan angket terbimbing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Mata pencarian masyarakat Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan mayoritas sebagai petani (61,29 %), pada umumnya petani nilam, dan selain mata pencarian pokok masyarakat memiliki mata pencarian sampingan yang dilakukan disekitar tempat tinggal, 2) Pendapatan masyarakat Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan bersumber dari hasil pertaniannya, mencapai Rp < 1.000.000 / bulan, dan disamping pendapatan pokok masyarakat juga memiliki pendapatan sampingan dengan hasil Rp 30.000-.50.000/ hari, berada dalam krateria rendah atau tidak cukup sama sekali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, 3) Kesehatan masyarakat Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan cukup baik dan tempat berobat masyarakat lebih memili pengobatan tradisional dari pada yang lainnya, penyakit yang sering diderita anggota keluarga adalah sakit punggung dan sakit kepala,pada umumnya memakai biaya sendiri, 4) Perumahan atau tempat tinggal masyarakat Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan berbentuk sederhana, terbuat dari papan, rata-rata memiliki satu buah kamar,biaya pembangunan rumah diperoleh dari biaya sendiri.

Kata kunci: Sosial, Ekonomi, dan Masyarakat Desa

(3)

SOCIO ECONOMIC VILLAGE BULASAT DISTRICT OF SOUTH PAGAI DISTRICT

MENTAWAI ISLANDS

Junirman Taileleu1, Dasrizal2, Elvi Zuriyani3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Geografi

PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This study aims to get the data, process and picture, the socio-economic condition of the villagers Bulasat District of South Pagai Mentawai Islands, as seen from: 1) livelihood, 2) income, 3) health condition, 4) housing conditions. This research is descriptive. The population in this study were all heads of families in the rural districts Bulasat District of South Pagai Mentawai islands. Samples were taken with a total sampling so that the sample amounted to 62 people. Collecting data with guided questionnaire.

The results showed that: 1) Livelihood Village community Bulasat District of South Pagai majority of farmers (61.29%), in general, farmers patchouli, and besides livelihood livelihoods staple side done around the residence, 2) Revenue community Bulasat Village District of South Pagai derived from crops, reaching Rp <1,000,000 / month, and in addition to basic income communities also have a side income with the results of Rp 30,000-.50.000 / day, are in the low krateria or not enough at all to meet the needs of daily, 3) Public health Bulasat Village District of South Pagai pretty good and the place of treatment bo society more traditional treatment of the other, common diseases among family members is backache and headache, usually wear their own costs, 4) Housing or community residence Bulasat Village District of South Pagai simple shape, made of boards, on average have one room, the cost of construction of houses is obtained from its own costs.

Keyword : Socio, Economic, and Community

(4)

PENDAHULUAN

Masyarakat Mentawai merupakan bagian penduduk propinsi Sumatera Barat yang mayoritas mata pencarian adalah sebagai petani dan nelayan . Untuk mencukupi kebutuhan- kebutuhan hidupnya tergantung pada alam itu sendiri dan tergantung pada pola lingkungan pemukiman yang telah di huninya. Apabila kondisi lingkungannya memiliki tanah yang tidak subur akan menjadi konplen dalam pendapatan untuk menafkai keluarga karena tidak memiliki hasil yang tetap. Suatu perubahan yang dipaksakan sulit akan berhasil, sebab dalam masyarakat mempunyai nilai-nilai dan aturan aspek kehidupan yang berkaitan erat dengan aktivitas budaya, ekonomi, serta kebiasaan daerah (laggai).

Kegiatan yang paling utama (primer) dalam bermukim adalah membina rumah, yaitu tempat tinggal bagi dirinya atau bersama keluarganya. Rumah adalah satuan terkecil dalam pemukiman. Didalam rumahlah terdapat kebebasan untuk menyatakan atau mengungkapkan keberadaannya, yang mungkin sulit terwujud ketika berada diluar rumah. Dalam sebuah pemukiman tradisional kegiatan penduduknya relative sama. Namun pemukiman diperkotaan memiliki kegiatan yang berbeda antara penghuni yang satu dengan yang lain.

Hal ini menggambarkan bahwa letak daerah pemukiman terhadap jangkawan ekonomi sangat di batasi oleh kemampuan atau usaha petani itu sendiri. Pertumbuhan Ekonomi diartikan sebagai pertambahan dalam tingkat pendapatan perkapita yang terjadi dalam suatu daerah dari tahun ketahun. Perekonomian baru dapat berkembang apa bila pendapatan perkapita menunjukan kecendrungan jangka panjang yang menaik. Untuk menaikan pendapatan banyak aspek yang harus diperhatikan dan banyak cara yang harus dilakukan salah satunya adalah usaha dengan meningkatkan kapita (Mulyadi: 2011).

Lingkungan adalah suatu media dimana makluk hidup tinggal mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang terkait secara timbal balik dengan keadaan makluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Kita bernafas

memerlukan udara sekitar, kita makan, minum, menjaga kesehatan, semua memerlukan dan tergantung pada lingkungan. Manusia mencari nafka serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan atau sumber-sumber diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber terpenting dalam memenuhi berbagai kebutuhan (Ulfa, 2012). Mata pencaharian penduduk disekitar pemukiman sebelumnya beragam, ada yang petani, nelayan, dan ada juga pengusaha dimana sumber pengasilan berasal dari petani dan nelayan, kadang-kadang ada juga masyarakat yang mengalihkan pencaharian dengan alasan meningkatkan kesejahteraan keluarganya, tetapi akibat lengsernya pemukiman karena bencana alam yang tidak bisa diungkiri secara manusia maka lingkungan pemukiman menimbulkan beberapa dampak negatif kepada masyarakat setempat salah satu diantaranya mata pencaharian sebagian penduduk berkurang karena ladang sebagai sumber pengasilan bagi petani rusak bahkan tidak bisa dimanfaatkan

lagi dan pengasilan bagi nelayan juga menurun, rumah sebagai tempat tinggal masyarakat hancur.

Manusia bermukim di rumah, seperti pemukiman atau perumahan. Sekarang telah banyak muncul permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang terkait dengan lingkungan pemukiman. Para ahli merasa prihatin dengan keadaan ini, namun permasalahan ini sangat kompleks karena sgala macam permasalahan kehidupan selalu tergantung pada lingkungan permukiman, skalipun dalam skala kecil. Dengan demikian masalah ini tidak dapat di abaikan karena merupakan focus-fokus permasalahan di dalam lingkungan yang luas. Pemukiman dapat menjadi reservo’r bagi manusia karena dilihat dari kondisi pengasilan masyarakat. Kesulitan yang khas bagi lingkungan pemukiman adalah jauhnya lokasi permukiman dengan lokasi mata pencahrian,dan itu tergantung pada pribadi milik (sendiri) sehingga

perlu pendekatan yang

khusus (Soemirat: 1994)

Ketika gempa dan tsunami terjadi melanda daerah pemukiman di mentawai pada tanggal 25 oktober 2010 pemda tidak punya pilihan lain kecuali menjalankan mandat konstitusi terkait penanggulangan bencana untuk merelokasikan pemukiman dari kawasan pesisir pantai menuju area yang dianggap lebih aman.

Oleh karena itu pemerintah Kabupaten

(5)

Kepulauan Mentawai mengeluarkan peraturan daerah (Perda Tahun 2010) Menyatakan bahwa areal permukiman masyarakat harus jauh dari tepi pantai demi menimbang dan mengingat kondisi kepulawan mentawai merupakan rawan gempa dan tsunami, lebih kurang jarak antara pemukiman penduduk dengan tepi pantai adalah 3000 meter. Karena hal tersebut maka pada bulan desember 2010 didirikan bangunan hunian sementara (Huntara) oleh pemerintah pada daerah lahan kosong yang merupakan tempat pemukiman baru masyarakat Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai secara permanen.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dikatakan penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2006) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail.

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan dengan jumlah 979 KK. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2010). Dalam penelitian ini sampel wilayah di ambil dengan menggunakan teknik porposive sampling yaitu dengan cara menunjuk wilayah yang akan dijadikan sebagai sampel sedangkan sampel responden di ambil secara propotional random sampling.

Jenis, sumber dan alat pengumpulan data 1. Jenis data

data primer dan data skunder.

2. Sumber data

data primer diperoleh dari responden/

kepala keluarga . data sekunder di peroleh dari kantor desa, camat dan instansi terkait.

3. Alat pengumpulan data

Data primer dapat dikumpulkan melalui quisioner dan angket.data skunder dikumpulkan melalui observasi, pencatatan dan wawancara.

Instrumentasi penelitian adalah wawancara terbimbing dimana beberapa hal

pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden, peneliti menanyakan secara berulang- ulang sehingga responden benar-benar mengerti dan dapat memberikan jawaban yang benar dan demikian dapat di uji kebenarannya. Teknik yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini secara deskriptif yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif berupa formula persentase yang di kemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (2007 : 129) yang bertujuan untuk melihat kecendrungan indikator masing- masing variabel dengan rumus sebagai berikut :

= × 100 % p: persentase f: Frekwensi n: jumlah responden 100%: konstanta

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi daerah penelitian

Desa Bulasat merupakan salah satu dari 4 desa yang ada di Kecamatan Pagai Selatan yang memiliki luas wilayah 193,54 km2, Jumlah penduduk tercatat 2.872 jiwa, terdiri dari 979 KK dengan jumlah laki-laki 1584 jiwa dan perempuan 1207 jiwa, (Sumber: BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012).dan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Malakopa Sebelah Selatan :Lautpagai Selatan Sebelah Barat : Laut Barat daya Sebelah Timur : Desa Sinaka

B. Pembahasan

Pertama, Mata pencarian masyarakat desa bulasat kecamatan pagai selatan pada umumnya adalah sebagai petani. Mata pencarian yang dominan adalah sebagian besar petani nilam (40,32 %), dan sebagian petani kakao/ tanaman coklat (20,96 %), yang menghalangi masyarakat untuk menafkai keluarga adalah kondisi jalan yang tidak layak lintas, rata- rata memiliki mata pencarian sampingan yang merupakan sebagai penambahan hasil.

Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar ,2010 : 215 Mata pencahrian adalah pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan . Mata pencahrian di artikan pula sebagai segala bentuk aktifitas

(6)

manusia dalam memperdayakan potensi sumber daya alam.

Hal ini diperkuat pendapat Soekanto (2009) dalam bukunya sosiologi suatu pengantar menyebutkan bahwa mata pencahrian adalah pekerjaan atau usaha yang dilakukan dalam mendapatkan hasil untuk kehidupan. Pekerjaan itu ada yang berupa pokok dan ada juga yang merupakan sampingan. Yang dimaksud dengan mata pencahrian pokok adalah suatu jenis usaha yang dilakukan seseorang secara terus menerus dan rutin karena keahliannya dan fungsi sebagai pendapatan, sedangkan mata pencahrian sampingan adalah jenis usaha yang dilakukan secara tidak tetap dan bisa berubah dan fungsinya sebagai usaha penambahan pengasilan.

Kedua, Pendapatan masyarakat desa bulasat kecamatan pagai selatan tergolong sangat rendah hanya mencapai Rp 1.000.000,-/bulan, pendapatan sampingan Rp 30.000-50.000,-/hari, pada umumnya tempat melakukan pekerjaan sampingan (sebagai hasil tambahan) adalah disekitar tempat tinggal, dilihat dari tingkat pendapatan, nilai kebutuhan masyarakat tidak mencukupi sama sekali karena pengeluaran lebih besar dari pendapatan.

Hal ini sesuai pendapatat Sheraden dalam Sartika (2008) menyatakan bahwa tingkat pendapatan merupakan segalah jumlah uang yang masuk dalam sebuah rumah tangga atau unit yang terkecil lainnya dalam suatu masa tertentu.

Pendapatan adalah gambaran yang lebih tetap tentang posisi ekonomi keluarga, jumlah keseluruhan pendapatan atau kekayaan keluarga termasuk semua barang dan hewan peliharaan, pada umumnya keluarga yang memiliki pendapatan rendah maka pendapatan ini hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer saja terutama untuk kebutuhan makanan sedangkan bentuk keperluan lain belum dapat di perhatikan, misalnya untuk memperhatikan pendidikan dan kesehatan disekitar lingkungan Ketiga, Kesehatan masyarakat desa bulasat kecamatan pagai selatan terlihat cukup baik, pada umumnya jenis penyakit yang sering diderita anggota keluarga sakit kepala (25,80 %) ada yang mengatakan sakit punggung (27,41 %), sarana kesehatan yang ada puskesmas tapi lebih memilih berobat ke pengobatan tradisional (dukun), sumber biaya pengobatan diperoleh dari biaya sendiri, sedangkan kepedulian pihak pemerintah ataupun swasta hanya kadang-kadang saja.

Hal ini sesuai pendapat Mubyarno, Kartidrdjo (1988) Kesehatan adalah persyaratan hidup sehat

yang disarankan kepada masyarakat pedesaan dari pihak berwajib yaitu antara lain :seperti penggunaan dan sumber air minum, tata ruang, kebersihan rumah, tempat mandi, tempat buang air besardan mengenai keluarga berencana dan cara berobat kalau sakit. Lembaga yang bertugas menganjurkan dan membina sarana hidup yang sesuai dengan peraturan kesehatan yaitu pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau PPL (Penyuluh Petugas Lapangan). Tingkat kesehatan masyarakat adalah penentu dari segala keberhasilan pembangunan semakin rendah tingkat kesehatan masyarakat maka semakin buruk pula pertumbuhan pembangunan.

Keempat, Perumahan atau tempat tinggal masyarakat desa bulasat kecamatan pagai selatan pada umumnya berlokasi aman, dimana bahan bangunan rumah terbuat dari papan, berbentuk sederhana, rata-rata memiliki 1 buah kamar berstatus rumah sendiri dan biaya pembangunan rumah diperoleh dari modal sendiri.

Hal ini sesuai pendapat Murtyoso, Endo (2007:

55) Rumah merupakan unsur terpenting dalam sebuah pemukiman. Tanpa rumah, tidak mungkin seseorang mampu bermukim dan bertahan dalam jangka waktu yang panjang disuatu tempat.

Rumah adalah tempat tinggal tetap, baik sendiri maupun berkeluarga. Jika dilihat fungsinya,rumah menjadi tempat bagi penghuninya untuk melepas lelah dari berbagai kesibukan dan tempat berlindung dari berbagai ancaman dari luar. Maka dari itu rumah menjadi wahana kebebasan penghuninya untuk melakukan segala kegiatan dengan tenang. Rumah atau tempat tinggal manusia dari zaman kezaman mengalami perubahan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua kemudian berkembang mendirikan rumah tempat tinggal di hutan dan bawah pohon, sampai zaman modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggal) bertingkat dan dilengkapi dengan peralatan serba modern.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini , Noovi 2005 . Proposal Penelitian.

Pustaka Pelajar. Jakarta

Arikunto, (2006) , Metodologi Penelitian . Raja Wali PERS . Jakarta

Koronosi, Stefano(1986). Kebudayaan Suku Mentawai. Jakarta :PT Grafidian jay Perda tahun 2010. Tentang areal permukiman.

Kab.Kep. Mentawai

(7)

Soemirat. (1994). Tentang permukiman hak wilaya. Bandung: Obor Indonesia Sudjana , nana, dan Ibrahim , 2007 . Penelitian

Dan Penilaian Pendidikan . Bandung Algesindo.

Sugyono 2010. Metode Penelitian Pendidikan . Alfabeta . Bandung

Suandaendo (2007) . Pemukiman Seni Budaya Nusantara. LPSN . Jakarta

Suyono .2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional. NO 20 (UUSPN) Tahun 2003

Undang- Undang NO 9 Tahun 1990 . Tentang Pokok Kesehatan .

Undang-Undang Republik Indonesia No 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman

Referensi

Dokumen terkait

Hereby, I state this thesis entitled Students‟ Perception of Teacher Teaching Technique and Ckassroom Management in Junior High School ( A Survey Study at

GONDANGREJO. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh

Di waktu- waktu tertentu, malah diperlukan izin masuk atau keluar dari pecinan (Passenstelsel) semisal di pecinan Batavia. Faktor sosial berupa keinginan sendiri

perbuatan yang dilakukan oleh HP perihal penyimpanan bahan bakar minyak jenis pertamax, dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana berdasarkan Pasal 53 huruf c Undang-Undang Nomor

Ustanavljali so jih tudi v drugih evropskih državah, med drugim tudi na ozemlju Avstro-Ogrske monarhije, prve na Dunaju leta 1849 (Batistič Zorec 2003, str. Zaradi

Semua pemberitahuan dan komunikasi yang perlu dilakukan oleh Bank kepada Nasabah sehubungan dengan SKU SBN ini akan disampaikan melalui surat tercatat atau melalui

Himpunan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 1... Himpunan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Tahun

[r]