22 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Tabel 1. Penelitian Terdahul
No Judul dan
Peneliti Hasil Penelitian Relevansi
1. Analisis
dampak usaha ritel modern terhadap ritel tradisional (Studi Kasus di Wilayah
Kabupaten Sumbawa Barat).
Lidiawati, Muhammad Mifti, Imam Suyanto, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, 2019.
Vol 05 No 02
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan dan juga penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, perhitungan beberapa data terkait dalam penelitian dan juga secara statistic terdapat perbedaan yang signifikan mengenai omset penjualan antara ritel tradisional dan juga ritel modern.
Terdapat perbedaan beberapa yang terdapat antara ritel modern dan ritel modern yaitu antara lain modal,
perputaran barang dagangan dan juga laba usaha dari ritel tradisional ketika dalam kondisi ada dan sesudah keberadaan ritel modern.
Relevansi yang ada antara
penelitian ini dan juga penelititian yang dilakukan oleh penulis dengan judul StrategiPedagang Pasar Tradisional Blimbing
Menghadapi Persaingan Dengan Ritel Modern, yang dimana penelitian penulis lebih berfokus kepada bagaimana strategi pedagang pasar tradisional dalam mengatasi persaingan yang ada dengan ritel modern yang keberadaanya semakin berkembang.
Sedangkan penelitian dalam jurnal ini
23 menggunakan
sistematika kuantitatif dan juga metode Analisa yang berbeda meskipun memiliki
kesamaan dalam mengkaji
permasalahan dalam pasar tradisional dan ritel modern.
2. Faktor –
Faktor yang mempengaruhi minat beli di Pasar
Tradisional.
Yulius Laga, Maria Endang Jamu, Jurnal Ekonomi Modernisasi, 2020 Volume 16 ,144-153
Hasil dari penelitian pada jurnal ini yakni adalah menunjukan dimana ketiga pasar tradisional yang terdapat pada tiga wilayah berbeda memiliki
karakteristik yang berbeda – beda.
Perbedaan tersebut mempengaruhi terhadap minat beli masyarakat,
perbedaan antara pasar wolowona, pasar potulando dimana variable lokasi
mempengaruhi minar pembeli.
Sedangkan pasar Mbongwani variable harga menjadi alasan masyarakat untuk membeli.
Perbedaan antara penelitian pada jurnal ini dan juga penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul Strategi Pedagang Pasar Tradisional Blimbing
Menghadapi Persaingan Dengan Ritel Modern adalah dimana peneliti menggunakan Analisa data studi kasus dan juga Teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
Sedangkan pada penelitian jurnal ini, menggunakan Analisa grafik untuk
mempelajari permasalahan penelitian dan juga
menggunakan Teknik pengumpulan
24 data
menggunakan angket atau kuesioner.
3. Pemahaman
Konseptual Pasar
Tradisional di Perkotaan.
Istijabatul Aliyah, Jurnal Cakra Wisata, Volume 18 Jilid 02 Tahun 2017.
Hasil penelitian yang terdapat dalam penelitian terdahulu ini yaitu adalah menjabarkan fungsi pasar tradisional di perkotaan, Sejarah pasar tradisional di Kota, Peran pasar tradisional, System operasional pasar, Lingkup pelayanan pasar di perkotaan, Lokasi dan jejaring pasar di Perkotaan dan juga Sistem penglolaan pasar di Kota. Dimana melalui hasil penelitian tersebut dapat diketahui bagaimana eksistensi Pasar tradisional di Kota yang memiliki perbedaan dan juga memiliki pengaruh bagi kehidupan masyarakat modern di tengah sebuah perkotaan.
Perbedaan dan persamaan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu adalah, pertama memiliki kesamaan dalam mengkaji
permasalahan mengenai Pasar Tradisional, memiliki
kesamaan dalam mengolah hasil penelitian data yaitu secara deskriptif.
Sedangkan perbedaan yang terdapat antara penelitian
terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu, pada penelitian saat ini menggunakan teori five forces dalam
menganalisa permasalahan, selanjutnya adalah
menggunakan jenis penelitian studi kasus dalam menganalisa permasalahan mengenai strategi pasar tradisional dalam
menghadapi persaingan ritel modern.
25
4. Penerapan
zonasi pasar tradisional dan modern di Kota Malang Intan
Marchahsufi, Nadya Ayu, Jurnal Kinerja, 2020 Volume 17 (2).
Hasil penelitian yang dapat dilihat dari penelitian pada jurnal disini yaitu adalah Berdasarkan pembahasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan zonasi pasar tradisional dan pasar modern di Kota Malang sudah bagus dalam
penerapannya.
Dibuktikan dengan penetapan
beberapa kebijakan Pemerintah Kota maupuan daerah, dan juga
penyelenggaraan program perbaikan kualitas serta SDM dari pedagang Pasar tradisional.
Namun,tidak dapat dihindari bahwa masih terdapat beberapa faktor yang membuat penerapan kebijakan zonasi ini masih belum
sempurna. Masih terdapat beberapa pasar modern yang
“nakal” berdiri di jarak yang tidak sesuai dengan Perda Kota Malang.
Perbedaan dan persamaan yang terdapat dalam penelitian jurnal disini dan juga penelitian dari penulis yaitu adalah pertama memiliki
kesamaan lokasi yaitu adalah di Kota Malang, membahas permasalahan mengenai pasar tradisional dan modern, dan selanjutnya adalah kesamaan dalam
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Sedangkan perbedaan yang terdapat yaitu adalah jenis penelitian yang berbeda yakni deskriptif dan studi kasus, selanjutnya adalah
menggunakan studi pustaka sedangkan peneliti menggunakan penelitian secara langsung berdasar lokasi dan juga tempat penelitian yang telah ditentukan.
5. Retail Policy
Dilemma and The Existence
The results of this study are that both countries issued
Perbedaan dan juga kesamaan yang terdapat
26 of Modern
Retail in Indonesia and Malaysia Mochamad Aan Sugiharto, Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Malang, Jurnal Studi Sosial dan Politik, Volume 05, No 01 Tahun 2021
mutually beneficial policies given the modern presence needed for labor needs, while the existence of
traditional retailers must be
maintained as one of the pillars of the country's economy in the informal sector.
Policies for monitoring operating hours, building area, zoning, and
guaranteeing labor absorption for modern retailers issued by the two countries with the aim of protecting the existence of
traditional retailers that cannot compete directly in the capital.
Hasil dari penelitian ini adalah kedua negara sama-sama mengeluarkan kebijakan yang saling
menguntungkan mengingat kehadiran ritel modern
dibutuhkan untuk kepentingan penyerapan tenaga kerja, sementara eksistensi ritel tradisional
harus tetap dijaga sebagai salah satu penopang
perekonomian negara di sector informal.
dalam penelitian pada jurnal ini dan juga penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah permasalahan mengenai Ritel Modern dan juga megenai
persaingan antara Supermarket dengan retailer kecil atau retail tradisional, sejarah ritel modern yang ada di Indonesia. Dan juga selain itu adalah
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Sedangkan perbedaan yang ada pada penelitian ini yaitu pertama adalah fokus pembahasan dimana dalam jugnal ini membahas mengenai
regulasi ritel dan juga
menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.
27 Kebijakan
pembatasan jam operasional, luas bangunan, zonasi, hingga jaminan serapan tenaga kerja bagi ritel modern dikeluarkan oleh kedua negara dengan tujuan melindungi eksistensi ritel
traditional yang tidak mungkin bisa
bersaing secara langsung dalam hal kapital.
Kata Kunci:
Indonesia, Malaysia, Ritel Modern, Ritel Traditional,
Regulasi.
1. Modern
Retailing and Its Implications for Developing Countries : Insights from Retail Managers Catherine
Phambuka, Godfrey Thembia Departmen of Marketing, University of Bostwana, Gobrone, Bostwana.
Journal Title Business Management and Strategy 2015, Vol 06 Number 01
This study underscores the dilemma that retailers in
developing countries face because of modernization.
However, for a more comprehensive assessment, future research could extend
to other sub-sectors like electronics, hair salons, auto repairs and the informal sector. A retail association working closely with
government to explore means for overcoming retail challenges needs to be established. This study makes a unique contribution by assessing
perceptions of retail managers from
Persamaan yang ada dalam jurnal penelitian disini yakni adalah pertama membahas permasalahan mengenai Ritel Modern, dan juga menggunakan metode kualitatif untuk menuliskan data penelitian.
Sedangkan Perbedaan yang ada dalam penelitian ini yaitu dimana berfokus terhadap permasalahan dibalik
keberadaan dan berjalannya Ritel Modern dalam negara Bostwana, dan juga
menggunakan Teknik pencarian
28 diverse sectors such
as food, clothing and furniture,
whereas other studies have
concentrated on food retail. This study also focuses on implications
of modern retailing in a developing country that has recently experienced substantial
transformations that attracted large foreign retailers.
Studi ini
menggarisbawahi dilema yang
dihadapi pengecer di negara-negara berkembang karena Modernisasi.
Namun, untuk penilaian yang lebih komprehensif, penelitian di masa depan dapat meluas.
untuk sub-sektor lain seperti elektronik, salon rambut, perbaikan mobil dan sektor informal.
Sebuah ritel asosiasi bekerja sama dengan pemerintah untuk mengeksplorasi sarana untuk mengatasi ritel Tantangan harus ditegakkan.
Penelitian ini memberikan kontribusi unik dengan menilai persepsi manajer ritel dari berbagai
data yang berbeda, dimana menggunakan interview semi terstruktur dan juga tidak memiliki jenis penelitian.
29 sektor seperti
makanan, pakaian dan furnitur, Sedangkan
penelitian lain telah berkonsentrasi pada ritel makanan.
Penelitian ini juga berfokus pada implikasi ritel modern di negara berkembang yang baru-baru ini mengalami
substansial
transformasi yang menarik pengecer asing besar.
B. Tinjauan Pustaka 1. Strategi
Strategi merupakan sebuah Bahasa yang memiliki istilah dari Bahasa Yunani itu sendiri dimana berasal dari kata “Strategia”, yang memiliki arti adalah sebuah seni atau ilmu untuk menjadi seorang berpangkat jenderal. Strategi juga dapat memiliki arti sebagai suatu rencana yang digunakan dalam rangka pembagian dan juga penggunaan kekuatan militer dalam daerah tertentu dan juga tujuan yang hendak dicapai, dimana Strategi juga dapat diartikan sebagai sebuah rencana dari perusahaan yang menyeluruh dan juga secara terpadu digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan tersebut. Akan tetapi dalam perkembangan dewasa saat ini strategi diaplikasikan kedalam sebuah organisasi dengan berbagai jenis dan juga ide atau konsep yang ada dalam organisasi tersebut, dimana bentuk aplikasi yang diterapkan adalah terdapat penyesuaian dengan jenis organisasi yang akan diterapkan (Sugianto dkk, 2017).
Strategi juga dapat diartikan sebagai sebuah program yang ditujukan untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi dalam rangka penerapan atau implementasi target tujuan organisasi tersebut, sedangkan dalam perspektif lain strategi diartikan sebagai sebuah pola respon organisasi terhadap lingkungan disekitarnya. Pada tahapan disini setiap organisasi pasti terdapat dan memiliki strategi, juga strategi sendiri secara eksplisit adalah sebuah kunci dari berhasilnya dalam menghadapi perubahan yang ada dalam lingkungan bisnis tersebut, dan perhatian yang harus dilihat dalam strategi sendiri adalah dapat memberikan
30 kesatuan arah bagi seluruh anggota yang ada didalam organisasi tersebut. Secara pengaruh dan dampak terhadap sebuah perusahaan atau organisasi, strategi sendiri memiliki pengaruh dalam jangka panjang terhadap organisasi tersebut dan pastinya memiliki orientasi terhadap kemajuan kedepannya.
Strategi sendiri memiliki artian dimana sebuah alat yang digunakan oleh sebuah organisasi atau perusahaan yang memiliki tujuan untuk mencapai target jangka Panjang, strategi dalam bisnis sendiri terdapat cakupan akuisisi, pengembangan sebuah produk, penetrasi akan pasar, dan juga pengurangan bisnis. Strategi merupakan tindakan potensial yang dibutuhkan oleh manajemen tingkat atas dan juga menggunakan sumber daya dari organisasi atau perusahaan dalam skala jumlah yang cukup besar. Cakupan yang ada didalam strategi adalah sasaran penting yang hendak dicapai, sebuah kebijakan yang dapat memberikan pengaruh seperti pelaksanaan dan cara dalam mewujudkan sasaran tersebut, dan juga merealisasikan sebuah konsep yang dapat memberikan hubungan, fokus dan juga keseimbangan terhadap organisasi.
1.1 Tipe – Tipe Strategi
Pada prinsip yang ada didalamnya strategi terdapat beberapa tipe atau jenis dari strategi, dan apabila dikelompokan terdapat tiga jenis strategi yakni adalah strategi dari manajemen, strategi investasi dan juga strategi dalam bisnis, berikut penjelasannya (Rangkuti, 2005) :
a. Strategi Manajemen
Strategi manajemen didalamnya terdapat strategi yang dapat dilakukan oleh sebuah manajemen dengan orientasi mengembangkan strategi secara makro, contoh yang dapat dilihat adalah strategi dalam pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar dan juga strategi dalam hal pengelolaan keuangan dan juga beberapa strategi manajemen lainnya.
b. Strategi Investasi
Strategi dalam hal investasi adalah sebuah kegiatan yang memiliki orientasi terhadap investasi itu sendiri, contoh dari penerapan strategi investasi adalah dimana perusahaan atau organisasi yang hendak melakukan strategi pertumbuhan yang cukup agresif atau dengan upaya mengadakan penetrasi terhadap pasar, strategi tersebut
31 antara lain strategi bertahan dan juga strategi pembangunan kembali atas sebuah divisi baru atau strategi divestasi.
c. Strategi bisnis
Strategi bisnis disini juga dapat disebut kedalam sebuah strategi bisnis yang fungsional, dikarenakan strategi bisnis disini memiliki orientasi terhadap fungsi – fungsi dari kegiatan manajemen, salah satu contoh penerapan strategi bisnis antara lain adalah strategi produksi, strategi dari pemasaran, strategi operasional dan juga strategi dalam hal distribusi dapat juga strategi yang berkaitan dengan permasalahan keuangan.
2. Pedagang
Pedagang yaitu adalah seseorang yang melakukan kegiatan perekonomian dimana khususnya melakukan transaksi jual dan beli, pedagang merupakan salah satu komponen yang ada didalam bisnis dan juga berjalan sebagai penyalur atau distribusi dari sebuah barang yang dihasilkan dari kegiatan di sektor perekonomian seperti sektor industri, sektor pertanian, dan juga sektor jasa. Dimana secara manfaat dari kegiatan pedagang tersebut memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat, sehingga kegiatan transaksi jual beli yang dilakukan oleh pedagang memberikan pengaruh akan kegiatan perekonomian (Gufron, 2010).
Penjelasan lain mengenai pedagang yaitu adalah seseorang ataupun individu yang melakukan kegiatan jual dan beli, dimana dalam pengertian ini memberikan kesimpulan bahwa setiap individu atau seseorang yang melakukan aktifitas jual beli atau dalam profesi sebagai pedagang ia menyediakan dan menjual bahan – bahan pokok yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari – hari masyarakat, dimana hal tersebut ada dalam kebutuhan tambahan. Pedagang dapat melakukan transaksi atau aktifitas jual dan belinya tersebut dalam berbagai tempat lokasi, dapat ditemukan pedagang di pinggir jalan, di pemukiman, dan juga berbagai tempat bangunan dengan sebaran tempat yang luas (Poerwadarminta, 2009).
Apabila penjelasan mengenai pedagang ditinjau dalam hal aktifitas perdagangan yang dilakukan oleh seorang atau individu pedagang, merupakan seorang atau institusi yang melakukan kegiatan jual beli produk atau sebuah barang terhadap para konsumen, dimana hal tesebut dilakukan secara langsung atau tidak. Dalam segi ekonomi sendiri pedagang
32 diklasifikasikan berdasarkan jalur distribusi atau penyaluran barang yang dilakukannya, yakni adalah pedangan dalam hal partai besar, kedua adalah pedagang dalam segi eceran atau dapat dikatakan skala kecil, dan yang terakhir adalah pedagang distributor tunggal.
Pedagang juga diartikan sebagai seseorang yang melakukan kegiatan perdagangan dengan menjual barangnya, dalam rangka atau tujuan untuk memperoleh keuntungan.
2.1 Jenis – Jenis Pedagang
Pedagang digolongkan didalamnya berdasarkan jenis – jenis pedagang yaitu didalamnya adalah (Wahab, 2004) :
a. Pedagang Grosir atau Besar
Merupakan pedagang yang secara langsung membeli produk dari sebuah perusahaan dalam jumlah besar atau partai, dan setelah itu disalur dan jual belikan kepada pedagang kecil lainnya seperti kios, warung ataupun toko.
b. Makelar
Merupakan wakil untuk pembeli ataupun penjual dimana makelar disini melakukan sebuah perjanjian atas nama mereka didalam kegiatan transaksi jual dan beli terhadap suaru barang, dan imbalan balas jasa untuk makelar disebut kurtasi.
c. Agen
Agen adalah sebuah Lembaga saluran distribusi barang yang dimana melakukan kegiatan transaksi jual dan beli barang yang diproduksi oleh sebuah perusahaan.
d. Pedagang retail
Merupakan pedagang yang membeli atau mendapatkan barang dari pedagang yang lebih besar dan kemudian menjual kembali terhadap para pembeli atau konsumennya.
e. Eksportit dan Importir
Eksportir sendiri merupakan seorang penjual yang menjual barang dari dalam negeri ke luar negeri, sedangkan importir adalah pihak yang membawa barang dari luar negeri lalu menjual kemali kedalam negeri. Dapat dikarakan kegiatan jual beli
33 dari eksportir dan importir merupakan kegiatan perdagangan dalam skala internasional.
3. Pasar
Pasar merupakan tempat yang menjadi wadah bagi para penjual yang menyediakan barang dan juga para pembeli yang hendak mencari barang, disi penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan barang tersebut dapat laku terjual oleh para pembeli.
Pasar menyediakan tempat transaksi ekonomi yang dapat melakukan tawar menawar antara para penjual dan pembeli didalamnya, hingga terjadi kesepakatan harga yang telah disetujui Bersama mengenai barang tersebut. Penjual mendapatkan uang dari hasil penjualan barangnya, dan pembeli mendapatkan barang yang diinginkannya oleh karena itulah definisi pasar secara kongkrit diartikan.
Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2007, pasar merupakan tempat jual dan beli barang dengan jumlah penjual yang lebih dari satu, dimana dapat disebutkan sebagai sebuah pusat perbelanjaan, pasar tradisional ataupun pertokoan dan juga beberapa sebutan lainnya. Sebagaimana terdapat penjelasan lain mengenai pasar yaitu adalah tempat orang – orang yang memiliki keinginan untuk memenuhi kepuasan, kemauan untuk berbelanja dan juga memiliki uang untuk dibelanjakan (Kholis, 1995). Pasar sendiri adalah tempat atau wadah terjadinya kegiatan ekonomi masyarakat dalam melakukan permintaan dan juga penawaran, dimana penjual dan pembeli bebas melakukan transaksi akan barang yang hendak mereka jual atau beli.
Pasar sebagaimana yang telah dijelaskan merupakan sebuah wadah bagi para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi ekonomi, dimana transaksi yang dilakukan memiliki syarat yakni adalah terdapat barang untuk diperjual atau belikan dan terdapat pembeli dan pedagang, terdapat kesepakatan didalamnya dan juga tidak ada unsur paksaan didalamnya (Skousen dan Stice, 2007). Berdasarkan sudut pandang ekonomi pasar adalah tempat peremuan antara orang yang hendak memperjual belikan suatu barang atau jasa dengan harga tertentu, dan masing – masing dari mereka memiliki kepentingan tersendiri dan apabila penjual dan pembeli bertemu maka aka nada kesepakatan harga didalamnya.
Pasar apabila ditinjau melalui kacamata ekonomi yakni adalah tidak harus memiliki keterkaitan sebagai tempat yang dinamakan pasar tersebut, akan tetapi lebih melihat terhadap apa yang terdapat dan terjadi di dalam pasar. Pasar menurut ilmu ekonomi sendiri
34 adalah terjadinya transaksi antar penjual dan pembeli, yang dimana jenis transaksinya dapat berupa barang apapun, dapat berupa sayur, beras, jasa angkutan atau tenaga kerja dan setiap barang yang memiliki nilai ekonomi pasti memiliki pasarnya sendiri (Boediono, 1982).
Sehingga pasar dapat dipahami sebagai wadah bertemunya penjual dan pembeli dan tidak harus berwujud dalam tempat seperti dalam pengertian umumnya secara kongkrit, hal yang penting dipahami mengenai pasar adalah terdapat penjual dan pembeli, juga tentunya terdapat barang atu jasa yang diperjual belikan (Soeratno, 2003).
3.1 Pasar Modern
Pasar modern sendiri merupakan salah satu jenis pasar yang memiliki system pelayanan dan pengelolaan secara modern, hal tersebut dapat dilihat dimana pasar modern melakukan pelayanan dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu bentuk penerapan teknologi dalam pasar modern adalah menggunakan komputerisasi, menggunakan system barcode, memberikan harga pasti di setiap barang jual, dan memperhatikan kualitas disetiap barang yang dijualnya. Pada umumnya toko modern dapat ditemukan di kota – kota dengan menyediakan pelayanan yang maksimal kepada para konsumennya, bentuk pasar modern identic dengan bangunan yang tertata rapi dan bersih (Kotler, 2000).
Pasar modern adalah merupakan pasar yang cara pengelolaanya dengan menggunakan system manajemen yang modern, model pembukuan dan pencatatan keuangan yang tertata rapi. Barang yang disediakan pada pasar modern memiliki keberagaman macam didalamnya, selain menyediakan produk lokal toko modern juga menyediakan barang impor sehingga barang yang ada didalam pasar modern lebih beragam. Selain jenis barang dalam pasar modern yang cukup beragam, kualitas dari setiap barang yang dijual juga sudah diperiksa dengan kontrol kualitas yang cukup teliti sebelum barang di jual belikan kepada pelanggan.
3.2 Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan sebuah tempat atau wadah dari terjadinya transaksi jual dan beli yang dilakukan secara terbuka, dimana didalam kegiatan transaksi tersebut terdapat sebuah proses tawar – menawar. Dalam lingkungan pasar tradisional tidak seluruhnya pengunjung yang datang adalah seorang pembeli yang hendak
35 membeli barang, dapat juga mereka para pengunjung merupakan penjual barang dagannya di pasar tradisional tersebut. Bangunan dalam pasar ditandai dengan terdapat beberapa kios atau gerai yang ada dialamnya, dan juga mayoritas dari pasar tradisional bersifat menyediakan kebutuhan sehari – hari yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti bahan pangan mentah atau matang, sayur – sayuran, ikan dan berbagai jenis daging, dapat juga barang elektronik yang disediakan (Masitoh, 2013).
Pasar tradisional sendiri merupakan sarana tempat dimana terjadi pertemuan antara penjual dan juga pembeli, dimana hal tersebut ditandai dengan terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli terhadap barang yang ada secara langsung. Pasar tradisional pada umumnya cenderung menyediakan barang – barang lokal atau dengan kata lain sangat minim ditemukan adanya barang luar atau dari importir. Secara kuantitas pasar tradisional sendiri memiliki ketersediaan akan barang yang sedikit, sesuai dengan modal yang dimiliki oleh pemilik atau berdasar permintaan dari para konsumen,.
Berbagai kondisi yang ada didalam pasar tradisional terdapat kelebihan dimana menjadikan keunggulan bagi pasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern, dimana terdapat tiga kelebihan yakni adalah :
a. Dalam pasar tradisional dapar melakukan aktifitas tawar menawar terkait harga yang diberikan dengan pedagang
b. Harga yang ditawarkan lebih terjangkau dibandingkan dengan pasar modern c. Secara sosial dan budaya terdapat aktifitas sosial didalamnya yakni interaksi yang
terjadi cukup baik.
Pasar tradisional didalamnya terdapat kegiatan ekonomi dan juga adat kebiasaan yang tetap dijaga oleh ekosistem ekonomi didalam pasar tradisional tersebut, dimana juga menggambarkan suatu system dimana tingkah laku ekonomi tidak dapat dibedakan dari macam tingkah laku sosial lain, berdasar sudut pandang lainnya pasar tradisional terdapat sebuah kegiatan yang telah dipraktekan sejak lama tau mentradisi.
Kondisi yang ada di Indonesia sendiri yaitu pasar tradisional memiliki peran penting dalam hal sektor perekonomian, dimana mayoritas masyarakat bergantung terhadap kegiatan ekonomi yang ada di pasar tradisional, menjadi pedagang contohnya merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat dalam mendapatkan pendapatan (Wicaksono, 2011).
36 Selain itu juga Pasar dapat diklasifikasikan berdasarkan kegiatan transaksi yang dilakukannya, dimana didalam kegiatan transaksi yang terjadi terdapat hubungan antara penjual dan pembeli. Sebagaimana fungsi pasar yaitu adalah sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan kegiatan ekonomi atas barang yang akan dijadikan atau dituju, berikut adalah jenis – jenis pasar berdasarkan jenis barang yang ada didalamnya :
A. Pasar Barang Konsumsi
Pasar barang konsumsi adalah sebuah pasar yang memperjual belikan berbagai jenis barang – barang yang didalamnya dapat dikonsumsi, dimana barang tersebut dibutuhkan untuk dikonsumsi kebutuhan sehari – hari. Contoh barang konsumsi yang ada didalam pasar konsumsi adalah, sayur – sayuran, berbagai jenis daging, bahan makanan seperti tepung dan juga berbagai bahan – bahan makanan seperti bumbu.
B. Pasar Sumber Daya Produksi
Pasar sumber daya produksi adalah sebuah pasar yang didalamnya terjadi kegiatan jual beli dan juga faktor – faktor produksi, biasanya pasar tersebut menyediakan kebutuhan produksi, dan juga untuk menyediakan kegiatan produksi, biasanya didalamnya terdapat mesin – mesin, perlengkapan mesin, spare part mesin dan juga perlengkapan lainnya yang berkaitan dengan produksi (Aswin, 2007).
4. Persaingan
Persaingan sendiri berasal dari kata “saing” dimana kata tersebut memiliki arti kata berlomba atau saling dahulu dan mendahului, dimana arti yang dapat dipahami adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mengunggulkan masing – masing peserorangan dalam bidang produksi, dan khusunya perdagangan. Persaingan sendiri merupakan sebuah proses sosial yang melibatkan antara individu dan juga kelompok yang berlomba didalamnya untuk mencapai kemenangan atau tujuan persaingan tersebut. Persaingan sendiri terdapat banyak bentuk didalamnya antara lain adalah, iklan dan promosi, variasi dari kualitas, bentuk kemasan, segmentasi pasar dan juga pemotongan harga atau sering disebut diskon (Marbun, 2003).
Persaingan itu sendiri terdapat kegiatan bersaing dan pertandingan atau kompetisi didalmnya, dalam hal untuk mencapat tujuan yang diinginkan, secara umum persaingan sendiri adalah sebuah rivalitas antara pelaku bisnis dengan usaha mendapatkan konsumen
37 dengan berbagai upaya seperti menawarkan harga yang lebih baik, menawarkan kualitas barang atau jasa yang lebih baik pula merupakan sebuah upaya dalam kondisi persaingan yang terjadi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh KBBI sendiri yaitu adalah persaingan sebuah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sebuah kelompok tertentu dengan tujuan memperoleh kemenangan secara kompetitif.
Terjadinya persaingan tidak dapat dikendalikan sehingga terdapat kondisi – kondisi yang terjadi didalamnya, sebagaimana persaingan positif tentu akan menimbulkan dampak positif dan tidak menimbulkan gesekan akan tetapi sebaliknya persaingan negative akan menimbulkan perpecahan dan dapat menimbulkan dampak. Dengan berbagai kondisi persaingan didalamnya terdapat tiga jenis yaitu adalah (Thamrin, 2012) :
a. Persaingan secara sempurna memiliki karakteristik sifat produknya yang homogen, perusahaan mengetahui akan kondisi pasar, teknologi dan juga akses terhadap pemasok adalah sama, tidak ada hambatan akan keluar dan masuk, terdapat banyak penjual dan pembeli sehingga harga bergantung terhadap kondisi pasar
b. Persaingan tidak sempurna terdiri dengan dua bentuk yaitu adalah monopolistic dan juga oligopoli, monopolistic sendiri adalah memiliki ciri banyak penjual akan tetapi produknya terdapat perbedaan sehingga bersaing dengan harga dan produk yang berbeda, sedangkan oligopoly memiliki ciri penjual yang homogen dan perubahan harga yang dilakukan akan menimbulkan reaksi dengan produsen lainnya.
c. Monopoli adalah lawan dari persaingan sempurna, dikarenakan akan hanya ada satu penjual yang menjual produk dengan jenis yang unik dan tidak ada pengganti dari produk tersebut sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga yang ada di pasar.
5. Ritel
Bisnis ritel sendiri merupakan sebuah bisnis yang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, ukuran dan juga tingkat modernisasi yang ada dalam konsepnya, sehingga dapat ditemukan beberapa golongan jenis bisnis ritel ini. Pada umumnya bisnis ritel ini
dikerucutkan lebih jelas lagi adalah menggunakan sebuah took untuk menjual barang
dagangannya. Ritel modern merupakan sebuah took yang memiliki system pelayanan secara mandiri, dan juga menyediakan berbagai barang secara ecer yang pada umumnya ritel
38 modern sendiri memiliki bentuk toko seperti Minimarket, Hypermarket, Department Store, ataupun dapat dalam bentuk grosir perkulakan.
Ritel modern sendiri memiliki karakteristik yaitu adalah memiliki kesamaan terhadap tiga jenis tokonya yaitu adalah Minimarket, Supermarket dan juga Hypermarket. Kesamaan karakteristik tersebut adalah terletak pada model penjualan yang dilakukan secara ecer dan langsung terhadap para pembeli, dimana hal tersebut dilakukan dengan cara swalayan atau para pembeli dapat memilih dan mengambil sendiri akan barang yang hendak dibelinya dengan system tatanan rak – rak yang tersusun dan setelah itu dapat membayarnya di kasir.
Ritel modern juga menyediakan kebutuhan sehari – hari yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya, dimana juga dalam ritel modern melakukan pembayaran dengan alat yang lebih modern dan memiliki banyak fitur pelayanan (Pandin, 2009).
Ritel modern merupakan sebuah bisnis yang dimana merupakan sebuah hasil dari perkembangan dari ritel tradisional, yang dimana pada praktik pengaplikasiannya di lapangan ritel modern lebih memanfaatkan teknologi dan juga mengakomodasi perkembangan gaya hidup yang ada di masyarakat atau konsumen. Dengan kata lain ritel modern memiliki ciri yang mudah dilihat yakni pemanfaatan teknologi dalam operasional ritel tersebut, seperti menggunakan system pengawasan cctv, menggunakan teknologi komputerisasi dalam metode pembayaran dan juga beberapa pelayanan yang dapat dilakukan terhadap para konsumen.
Selain itu ritel modern identik dengan karakter bangunan yang mewah dan rapi serta memiliki modal yang kuat, metode pembayaran dalam ritel modern ditetapkan dengan rapi dan pasti (Utomo, 2011).
C. Landasan Teori
a. Teori Five Forces oleh Michael Porter
Teori Five Forces memiliki sejarah dimana berawal pada tahun 1980 Michael Porter menemukan dan mengembangkan model analisis dalam sebuah industry yang dapat memberikan pengaruh dalam bidang persaingan industry, dimana juga merupakan sebuah kontribusi akan teori umum akan daya saing. Model yang ditemukan oleh porter tersebut adalah “Porters Five Forces”
yang dalam konsep tersebut porter menemukan terdapat lima kekuatan mengenai Analisa kompetitif adalah pendekatan yang digunakan oleh porter dalam mengembangkan strategi dalam bermacam industri di lingkungan ekonomi yang ada.
39 Porter mengemukakan bahwa menurutnya sebuah hakikat dalam persaingan dalam industry terdapat sebuah strategi yang dapat dianalisa dalam tujuan dapat bersaing dengan industri satu dan lainya, lima model strategi menurut porter tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan strategi oleh banyak yang hendak menerapkannya. Dalam upaya memenangkan persaingan dalam sebuah bidang ekonomi, perusahaan atau organisasi harus memiliki strategi kompetitif yang tepat, Michael Porter menemahkan Analisa menjadi sebuah strategi kompetitif berdasarkan lima kekuatan persaingan yaitu adalah Persaingan kompetitif, Kekuatan dari para pemasok, Kekuatan tawar pembeli, Ancaman produk pengganti, dan adalah ancaman dari pendatang baru (David, 2011).
Melalui strategi kompetitif dari porter disini secara sederhana teori Five Forces dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk mengerti situasi dari bisnis yang sedang dijalankan, selain itu juga dapat digunakan sebagai metode mengetahui indikator posisi bisnis yang sedang dihadapi.
Sehingga perusahaan atau sebuah sektor dalam ekonomi yang menggunakan strategi tersebut dapat mengetahui kesalahan, mengantisipasi kelemahan dan juga meningkatkan potensi kekuatan yang dimilikinya. Teori Porter Five Forces sendiri merupakan metode yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui bagaimana kondisi kekuatan dalam industry, yang dimana berdasarkan faktor – faktor eksternal dari perusahaan tersebut, teori Five Forces sendiri muncul berdasarkan pandangan organisasi industry yang memperhatikan faktor eksternal dalam persaingan.
Five Forces teori yang dikemukakan oleh Michael Porter dapat dijadikan sebagai sebuah alat oleh para pelaku industry dalam lingkungan ekonomi, dimana teori tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengidentifikasi apakah sebuah produk dapat maksimal, layanan yang dijalanka dapat menghasilkan dan juga langkah dari persaingan itulah dikatakan five forces sebagai alat strategi bersaing dan sangat membantu dalam tujuan mengidentifikasi bagaimana keseimbangan dan kekuatan dalam situasi bisnis yang sedang dihadapi. Karena pada dasarnya setiap perusahaan yang melakukan persaingan baik secara implisit ataupun eksplisit memiliki strategi masing – masing, hal tersebut dapat dilihat melalui perencanaan strategi yang digunakan.
Teori Five Forces oleh Michael Porter dapat dikatakan merupakan sebuah gagasan yang sederhana, akan tetapi memiliki banyak manfaat dan juga fungsi untuk mengidentifikasi persaingan yang terjadi dalam lingkungan bisnis. Teori ini juga dapat membantu organisasi untuk mengidentifikasi potensi ancaman dan peluang yang perlu diantisipasi oleh perusahaan dimana dalam teorinya Porter mendorong organisasi untuk melihat melampaui apa yang dilakukan oleh para kompetitor diluar untuk menemukan faktor lain yang memberi dampak pada posisi dan kekuatan
40 sebuah organisasi dalam lingkungan bisnis. Menurut Porter, berikut adalah 5 faktor yang memengaruhi posisi dan laba sebuah organisasi:
a. Persaingan Kompetitif (Competitive Rivalry)
Faktor ini melihat jumlah serta kekuatan kompetitor yang Anda miliki. Saat tingkat persaingan sedang tinggi, perusahaan dapat menarik pelanggan dengan beragam potongan harga dan kampanye marketing yang gencar. Namun, dalam pasar yang penuh dengan persaingan, tetap saja mudah bagi para customer dan buyer untuk beralih bila mereka tidak mendapatkan keuntungan dengan menggunakan produk Anda. Sebaliknya, bisnis Anda akan memiliki power dan keuntungan yang signifikan bila tingkat persaingan di lapangan tidak tinggi. Dalam strategi pedagang pasar tradisional Blimbing dalam menghadapi persaingan dengan retail modern dalam hal Competitive Rivalry menunjukkan bahwa adanya persaingan dalam perusahaan dengan cara menarik pelanggan dengan beragam potongan harga dan kampanye marketing yang gencar seperti dalam pasar tradisional lebih mengedepankan tradisi tawar menawar sedangkan dalam retail modern kini menerapkan discount untuk barang-barang tertentu adapun penawaran voucher belanja dan masih banyak lainnya dengan tujuan yang sama yaitu untuk menarik minat pembeli.
b. Kekuatan Pemasok (Supplier Power)
Daya Tawar dari pemasok juga dapat menjadi sebuah ancaman bagi perusahaan yang selama ini memperoleh input dari pemasok apabila terjadi ketergantungan perusahaan pada salah satu pemasok yang menjadi semakin besar dari waktu ke waktu. Semakin banyak pilihan supplier yang Anda miliki, maka semakin mudah pula bagi Anda untuk membandingkan para supplier untuk mendapatkan harga yang lebih terjangkau. Namun, bila pilihan yang Anda miliki hanya sedikit, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan Anda terhadap mereka dan peluang mereka untuk menaikkan harga terhadap Anda. Dari banyaknya produk yang dijual di pasar tradisional menjadikan
c. Kekuatan Tawar Pembeli (Buyer Power)
Bila Anda hanya berurusan dengan beberapa pelanggan yang cerdas atau merasa memiliki banyak pilihan, maka mereka memiliki kekuatan yang lebih besar daripada Anda. Sebaliknya, posisi Anda akan meningkat bila Anda memiliki banyak pelanggan. Pasar tradisional tetap membudayakan tradisi tawar menawar untuk menarik pembeli agar dapat menjalin hubungan lebih dekat dengan
41 pelanggan sehingga pembeli akan menjadi pelanggan tetap untuk para penjual di pasar tradisional, namun di retail modern juga memberlakukan beberapa strategi agar pembeli tetap menjadi pelanggan di retail modern dengan menggunakan teknik yang modern pula salah satunya yaitu adanya voucher belanja dengan menawarkan potongan harga untuk pembelian barang, serta adanya kartu member dengan menjanjikan penambahan poin yang bisa ditukarkan agar pembeli mendapatkan potongan harga.
d. Ancaman Produk Pengganti (Threat of Substitution)
Faktor ini mempertimbangkan kemungkinan pelanggan untuk menghasilkan produk atau layanan seperti yang Anda hasilkan. Sebagai contoh, perusahaan transportasi saat ini memiliki ancaman luar biasa, bukan dari perusahaan kompetitor. Justru ancaman utama saat ini adalah dari perusahaan aplikasi yang memampukan setiap orang menjadi pengemudi taxi dengan keleluasaan waktu dan aturan sesuai dengan aspirasi pribadi.
e. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entry)
Menurut Porter menyatakan bahwa ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Posisi Anda juga dapat terancam oleh tingkat usaha yang dibutuhkan untuk masuk ke sektor industri yang Anda tekuni. Semakin kecil usaha yang diperlukan untuk masuk, maka semakin mudah pula bagi para kompetitor untuk masuk ke dalam pasar dan melemahkan posisi Anda.
Pada akhirnya, memahami teori Five Forces ini akan membantu organisasi untuk menyesuaikan strategi bisnis guna menghasilkan pemasukan dan keuntungan yang lebih tinggi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, maka organisasi akan mampu menghasilkan strategi yang efektif, antisipatif, dan kompetitif untuk mempertahankan posisinya dalam lingkungan bisnis.
42 b. Kerangka Berfikir Teori
Bagan 1
Kerangka Teori Five Five Forces oleh Michael Porter
Ancaman Pendatang Baru Pesaing baru antara pasar tradisional dengan ritel
modern
Kekuatan Pemasok Pemasok melakukan tawar
menawar untuk menaikan atau menurunkan harga
Pesaing Kompetitif Persaingan antara pedagang Tradisional
dengan ritel modern
Ancaman Produk Pengganti Produk pengganti yang
bisa membatasi keuntungan
Kekuatan Pembeli Pembeli melakukan tawar menawar untuk menekan
harga dan pelayanan
Strategi Persaingan Pasar Tradisional dengan Ritel Modern
43