• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

16 2.1 Manajemen Keuangan

Dewasa ini manajer keuangan memegang peran penting. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan.

Penginvestasian dana merupakan tolak ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, risiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan kombinasi sumber dana (hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan dividen merupakan penentu besar kecilnya beban dan risiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan

2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan.

Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mencari dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah, dan kedua hal tersebut harus dapat diupayakan oleh manajemen keuangan.

Pengertian manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3):

“Semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”

(2)

Sedangkan pengertian manajemen keuangan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuty (2004:3) adalah :

“Pengaturan keuangan di dalam suatu organisasi guna mencari sumber dana untuk membiayai kegiatan operasinya.”

Menurut Bambang Riyanto (2001:4) manajemen keuangan adalah:

“Keseluruhan aktifitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah keseluruhan aktifitas di dalam suatu organisasi yang bersangkutan dengan usaha pengaturan keuangan untuk membiayai kegiatan operasinya secara efisien. Prinsip manajemen perusahaan menuntut suatu perusahaan baik dalam memperoleh maupun dalam menggunakan dana harus didasarkan pada efisien dan efektifitas dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Di dalam pengertian manajemen terkadang hanya mengemukakan fungsi- fungsi perencanaan, pengarahan, dan pengendalian saja. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu ada perencanaan dan pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana.

Menurut Sutrisno (2007:5) fungsi manajemen keuangan diantaranya:

1) Keputusan investasi

Masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.

(3)

2) Keputusan pendanaan

Bagaimana manajer keuangan mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.

3) Keputusan dividen

Keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya persentase laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham, pemecahan saham, serta penarikan kembali saham yang beredar dan semua keputusan tersebut dibuat untuk memakmurkan para pemegang saham.

Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan kebijakan dividen akan tercermin pada sisi passiva perusahaan. Apabila kita hanya memperhatikan dana yang tertanam dalam jangka waktu yang lama, maka perbandingan tersebut disebut sebagai struktur modal. Apabila diperhatikan, baik dana jangka pendek maupun dana jangka panjang perbandingannya disebut sebagai struktur finansial. Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen mempengaruhi kedua struktur tersebut.

2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan Husnan(2004:6).

Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham yang merupakan pencerminan dari

(4)

keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kewajiban dividen. Maka tujuan dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dan maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham Sutrisno (2003:5).

2.2 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia

Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan terpuruk sebagai imbas krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

Menurut Lukman Dendawijaya yang dikutip dalam buku Mia Lasmi Wardiah (2013:29) secara kronologis, perkembangan industri perbankan Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Era sebelum Juni 1983

Pada era sebelum munculnya deregulasi Paket Juni (Pakjun) 83, industri perbankan nasional ditandai dengan campur tangan Bank Indonesia (untuk selanjutnya disebut BI) sebagai bank sentral dalam pengaturan pagu kredit dan tingkat bunga terhadap bank nasional serta penyediaan kredit likuiditas dalam jumlah yang melimpah, sehingga bank komersial hanya berfungsi sebagai penyalur kredit-kredit BI. Akibatnya, pola pengelolaan bank komersial cenderung konvensional, kurang profesional, kurang kreativitas, dan tidak inovatif.

2. Paket 1 Juni 1983 (Pakjun 83)

Deregulasi pakjun berisikan tiga hal utama:

a. Menghapus pagu kredit sehingga bank nasional dapat memberikan kredit secara lebih leluasa sesuai dengan kemampuannya dengan harapan bank dapat berkembang secara wajar

(5)

b. Bank diberi kebebasan menentukan sendiri suku bunga deposito, tabungan maupun suku bunga kredit dalam rangka meningkatkan mobilisasi dana dari dan kepada masyarakat

c. Mengurangi sebanyak mungkin atau meniadakan ketergantungan bank-bank kepada BI dengan cara mengurangi/meniadakan kredit likuiditas.

3. Paket 27 Oktober 1988 (Pakto 1988)

Deregulasi ini berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap finansial market sambil mendorong perbankan ke arah kompetisi yang efisien dan sehat dengan kemudahan dalam mendirikan bank. Oleh karena itu, jumlah bank semakin mengalami kenaikan dengan pesat serta menumbuhkan berbagai inovasi dalam keberagaman produk perbankan.

4. 29 Mei 1993

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Kompetisi antarbank dalam menghimpun serta menyalurkan dana masyarakat dalam bentuk kredit dalam praktiknya banyak “salah langkah” akibatnya, terjadi kecenderungan peningkatan kredit bermasalah (macet). Untuk menjaga salah satu fungsi perbankan, yaitu prudential banking (prinsip kehati- hatian), BI selaku pengawas dan Pembina bank nasional telah menetapkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan surat edaran BI No.26/BPPP/1993 tanggal 29 Mei 1993 yang dikenal dengan nama metode CAMEL (Capital Adequacy, Quality of Productive Asset, Management Risk, Earning, Liquidity). Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut kemudian disempurnakan lagi melalui surat keputusan Direksi BI No.30/11/Kep/Dir tanggal 30 April 1997.

5. Peraturan Pemerintah No.68 tahun 1996

Peraturan pemerintah ini menekankan perihal kewajiban bank dalam memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BI serta melaksanakan usaha sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BI serta melaksanakan usaha sesuai prinsip kehati-hatian. Ada tiga hal penting dalam peraturan pemerintah tersebut, yaitu:

(6)

a. Peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) minimal 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) menjadi 10% pada akhir 1997 dan 12% pada tahun 2001

b. Peningkatan modal disetor menjadi 50 miliar bagi bank nondevisa dan 150 miliar bagi bank devisa

c. Peningkatan giro wajib minimum (GWM) dari 3% menjadi 5% per April 1997

6. 10 November 1998: Undang-Undang No.10 tahun 1998

Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan permasalahan yang semakin kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan ekonomi serta perbaikan sistem keuangan, khususnya perbankan. Untuk itu, pemerintah memandang perlu diadakannya penyempurnaan/perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan.

7. 13 Maret 1999: Program Rekapitalisasi Perbankan

Program Rekapitalisasi Perbankan dengan disahkannya Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana salah satu unsur pokoknya adalah pembentukan badan khusus yang bertugas melakukan program penyehatan perbankan nasional, maka dengan Keppres No.27 dan No.34 tahun 1998 dibentuklah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia yang didirikan dalam rangka program penyehatan dan rehabilitasi sektor perbankan Indonesia. Pada tanggal 13 Maret 1999, pemerintah melalui BPPN dan Bank Indonesia mengumumkan berbagai keputusan dalam rangka penyehatan perbankan nasional yakni:

a. 38 bank nasional ditutup/bank beku operasi (BBO) b. 7 bank nasional diambil alih bank take over (BTO)

c. 9 bank nasional dan lain-lain diikutsertakan dalam program rekapitulasi

d. 73 bank nasional tidak ikut dalam program rekapitulasi

(7)

Hal-hal yang disampaikan diatas mengindikasikan bahwa bisnis perbankan memerlukan sikap kehati-hatian terutama dalam menghadapi perubahan. Produk bank sebagian besar sangat dipengaruhi oleh perubahan pasar. Perubahan nilai uang dan suku bunga merupakan hal yang harus disikapi secara profesional. Bank diharuskan untuk menjaga kepercayaan masyarakat dengan cara memelihara likuiditas yang memadai, tanpa mengorbankan kepentingan untuk memperoleh profit dan selalu mematuhi regulasi-regulasi yang bersentuhan dengan bidang perbankan, oleh karena itu diperlukan kemampuan manajemen secara profesional dalam mengelola bank dengan baik.

2.2.1 Pengertian Bank

Bank adalah lembaga kepercayaan yang befungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, serta lembaga yang membantu pemerintah dalam melaksanakan kebijakan moneter. Ada berbagai macam pengertian bank menurut para ahli, diantaranya yaitu:

Adapun pengertian Bank menurut Kasmir (2012:12) dalam bukunya Manajemen Perbankan mendefinisikan bank sebagai:

”Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya”.

Pengertian Bank menurut Dictionary of Banking And Financial Service by Jerry Resenberg dalam Taswan (2006:4):

“Lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskontokan surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga.”

Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998, bank dapat diartikan sebagai berikut:

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

(8)

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya berupa menghimpun dana berupa giro,deposito, tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana, kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman (kredit). Jadi, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu:

1. Menghimpun dana;

2. Menyalurkan dana; dan

3. Memberikan jasa bank lainnya 2.2.2 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank adalah sebagai berikut:

a. Agent of trust (Perantara kepercayaan)

Dasar utama dari suatu bank adalah kepercayaan atau dengan kata lain adalah Trust. Masyarakat yang meyimpan dana kepada bank berarti mereka memiliki rasa kepercayaan terhadap bank tersebut.

Bank yang dipercaya oleh masyarakat hendaknya dapat menjaga dan memelihara dana-dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.

Selain itu, bank juga harus memberikan kenyamanan dan keamanan bagi nasabah atau masyarakat yang menyimpan dana pada bank itu dengan begitu nasabah atau masyarakat dalam menyimpan dana akan mendapatkan kepuasan atas pelayanan bank tersebut.

Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.

(9)

b. Agent of Development (Perantara pengembang)

Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil.

Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang.

c. Agent of services (Penyedia jasa)

Di samping melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga menawarkan jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitanya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa ini antara lain dapat berupa pengiriman uang, pemberian jaminan bank, jasa penitipan barang berharga dan lain-lain. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan.

Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas.

Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (Financial intermediary institution).

2.2.3 Jenis-jenis Bank

Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan memiliki beberapa jenis bank. Di dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan.

(10)

Adapun jenis-jenis bank menurut Kasmir (2012:22) antara lain:

1. Dilihat dari Segi Fungsinya

Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari (a) Bank Umum, (b) Bank Pembangunan, (c) Bank Tabungan, (d) Bank Pasar, (e) Bank Desa, (f) Lumbung Desa, (g) Bank Pegawai, (f) dan Bank jenis lainnya.

Kemudian menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis Bank yaitu:

a. Bank Umum

Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk meneriman simpanan giro.

Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah–wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR dengan modal awal yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan modal awal bank umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing.

(11)

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Jenis bank selanjutnya dapat dilihat dari segi kepemilikannya. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah sebagai berikut:

a) Bank Milik Pemerintah

Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

Contoh bank milik pemerintah antara lain:

 Bank Negara Indonesia 46 (BNI)

 Bank Rakyat Indonesia (BRI)

 Bank Tabungan Negara (BTN)

 Bank Mandiri

Sedangkan Bank Milik Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi.

b) Bank Milik Swasta Nasional

Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Dalam Bank Swasta Milik Nasional termasuk pula bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi.

Contoh bank milik swasta nasional antara lain seperti Bank Bumi Putra, Bank Bukopin, Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia dan Bank Swasta lainnya.

(12)

c) Bank Milik Asing

Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.

Contoh bank milik asing antara lain seperti Bank of America, City Bank, Bangkok Bank, Bank of Tokyo dan Bank Asing lainnya.

d) Bank Milik Campuran

Bank Milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.

3. Dilihat dari Segi Status

Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat bank dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Jenis bank bila dilihat dari segi status biasanya khusus untuk bank umum.

Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari status dibagi ke dalam dua macam, yaitu:

A. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C), dan transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan.

B. Bank Non Devisa

Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai ijin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak

(13)

dapat melaksanakan transaksi seperti bank devisa. Bank non devisa melakukan transaksi dalam batas-batas suatu negara.

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan sebagai cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia di mana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu:

1) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito.

2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi biaya provisi, sewa, iuran, dan biaya-biaya lainnya.

b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah

Penentuan harga bank yang berdasarkan prinsip syariah terhadap produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional.

Bank berdasarkan prinsip syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah dengan cara:

(14)

1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) 3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah)

4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)

5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, dari segi menentukan harga, dan lainnya. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari aspek kepemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank syariah berdasarkan bagi hasil.

2.2.4 Kegiatan-Kegiatan Bank

Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Sama seperti halnya perusahaan lainnya, kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat kita katakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya. Para nasabah datang silih berganti baik sebagai pembeli jasa maupun penjual jasa yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan kegiatan utama suatu bank, yaitu membeli uang dari masyarakat (menghimpun dana) melalui simpanan dan kemudian menjual uang yang diperoleh dari penghimpun dana dengan cara (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit atau pinjaman.

Menurut Kasmir (2012:37) kegiatan bank umum diantaranya:

1. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk:

(15)

a. Simpanan Giro (Demand Deposito) yang merupakan simpanan pada bank dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit), yaitu simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan, buku tabungan, kartu ATM atau sarana penarikan lainnya.

c. Simpanan Deposito (Time Deposit) merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito.

2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk kredit seperti:

a. Kredit Investasi adalah kredit yang diberikan kepada para investor untuk investasi yang penggunaannya jangka panjang.

b. Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi perdagangan.

c. Kredit Perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada para pedagang, baik agen-agen maupun pengecer.

d. Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi.

e. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) antara lain:

a. Menerima setoran-setoran seperti pembayaran pajak, pembayaran telepon, pembayaran air, pembayaran listrik dan pembayaran uang kuliah.

b. Melayani pembayaran-pembayaran seperti gaji/pensiun/honorarium, pembayaran dividen, pembayaran kupon dan pembayaran bonus/hadiah.

c. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi:

 Penjamin emisi (Underwriter)

(16)

 Penanggung (Guarantor)

 Wali amanat (Trustee)

 Perantara perdagangan efek (pialang/broker)

 Pedagang efek (Dealer)

 Perusahaan pengelola dana (invesment company)

d. Transfer (Kiriman Uang) merupakan jasa kiriman uang antarbank baik antarbank yang sama maupun bank yang berbeda. Pengiriman uang dapat dilakukan untuk dalam kota, luar kota maupun luar negeri.

e. Inkaso (Collection) merupakan jasa penagihan warkat antarbank yang berasal dari luar kota berupa cek, bilyet giro, atau surat-surat berharga lainnya yang baik berasal dari warkat bank dalam negeri maupun luar negeri.

f. Kliring (Clearing) merupakan jasa penarikan warkat (cek atau bilyet giro) yang berasal dari dalam satu kota, termasuk transfer dalam kota antarbank.

g. Safe Deposit Box merupakan jasa penyimpanan dokumen, berupa surat- surat atau benda berharga. Safe Deposit Box lebih dikenal dengan nama Safe Loket.

h. Bank Card merupakan jasa penerbitan kartu-kartu kredit yang dapat digunakan dalam berbagai transaksi dan penarikan uang tunai di ATM (Anjungan Tunai Mandiri) setiap hari.

i. Bank Notes (Valas) merupakan kegiatan jual beli mata uang asing.

j. Bank Garansi merupakan jaminan yang diberikan kepada nasabah dalam pembiayaan proyek tertentu.

k. Referensi Bank merupakan surat referensi yang dikeluarkan oleh bank.

l. Bank Draft merupakan wesel yang diterbitkan oleh bank.

m. Letter of Credit (L/C) merupakan jasa yang diberikan dalam rangka mendukung kegiatan atau transaksi ekspor impor.

n. Cek Wisata (Travellers Cheque) merupakan cek perjalanan yang biasa digunakan oleh para turis dan dibelanjakan di berbagai tempat perbelanjaan.

o. Dan jasa lainnya.

(17)

Dalam melaksanakan kegiatannya setiap bank berbeda seperti antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan bank umum lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Artinya, produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih lengkap, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk mnentukan jenis produk dan jasanya, sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan tertentu, sehingga kegiatannya dalam menjual produk dan wilayah operasinya lebih sempit dibandingkan dengan bank umum.

2.2.5 Dana Bank

Seperti diketahui bahwa suksesnya sumber dana merupakan salah satu kunci keberhasilan manajemen suatu bank. Tanpa ada dana, bank tidak dapat memberikan pinjaman kepada nasabahnya. Sebaliknya tanpa ada pinjaman yang diberikan, pendapatan bank relatif kecil. Jadi keduanya antara dana dan pinjaman saling berkaitan satu sama lain sehingga, sumber dana bank merupakan salah satu aspek yang vital dalam usaha pengelolaan bank, baik jangka pendek maupun dalam jangka panjang sesuai dengan corporate plan dari masing-masing Bank.

Mengingat market share dari sumber dana banyak terdapat dimasyarakat umum, maka dalam upaya menghimpun dana, bank beralih operasinya ke Banking retail.

Hal ini terlihat dari bermacam-macam cara pihak perbankan menarik masyarakat menyimpan dananya. Kebijakan perbankan dalam mengelola dananya harus selaras dengan penggunaan, hal ini disebabkan oleh dana yang berhasil dihimpun itu akan menimbulkan biaya atau yang biasa dinamakan biaya dana atau cost of money.

2.2.5.1 Pengertian Dana Bank

Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan hal yang penting dan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa artinya tidak dapat berfungsi sama sekali.

(18)

Pengertian dana bank menurut Kuncoro dan Suhardjono (2011:137):

“Semua utang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi pasiva yang dapat dipergunakan sebagai modal operasional bank dalam rangka kegiatan penyaluran/penempatan dana.”

Sedangkan menurut Dendawijaya (2005:47) pengertian dana bank adalah:

“Uang tunai yang dimiliki bank dan berasal dari modal bank itu sendiri maupun berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur.”

Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dana ialah uang tunai yang dimiliki bank dan berasal dari modal bank itu sendiri maupun berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu- waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur ataupun semua utang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi pasiva yang dapat dipergunakan sebagai modal operasional bank dalam rangka kegiatan penyaluran/penempatan dana.

2.2.5.2 Sumber-Sumber Dana Bank

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya bank membutuhkan dana yang besar, terkadang bank tidak dapat memenuhi kebutuhan modalnya dari dana milik sendiri, maka bank memerlukan dana dari pihak luar. Adapun sumber dana menurut Kasmir (2012:51) secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari:

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dana bank salah satu jenis dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah modal setor dari para pemegang saham. Dana sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank atau pemilik saham. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari:

(19)

a. Setoran modal dari pemegang saham yaitu merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemgang saham yang baru. Dana yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada waktu bank berdiri. Pada umumnya modal setoran pertama dari pemilik bank sebagian digunakan untuk sarana perkantoran, pengadaan peralatan kantor dan promosi untuk menarik minat masyarakat.

b. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun di cadangkan oleh bank dan sementara waktu belum digunakan.

Cadangan laba yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang akan dipergunakan untuk menutupi timbulnya resiko di kemudian hari.

Cadangan ini dapat diperbesar apabila bagian untuk cadangan tersebut ditingkatkan atau bank mampu meningkatkan labanya.

c. Laba bank yang belum di bagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham.

Semakin besar modal yang dimiliki oleh suatu bank, berarti kepercayaan masyarakat bertambah baik dan bank tersebut akan diakui oleh bank-bank lain baik di dalam maupun di luar negeri sebagai bank yang posisinya kuat.

2. Dana yang bersumber dari masyarakat luas

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Adapun Dana masyarakat adalah dana- dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh dari bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank. Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah:

(20)

a. Simpanan giro, adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara pembayaran yang hampir merupakan kebalikan dari sistem cek.

Suatu cek diberikan kepada pihak penerima pembayaran (payee) yang menyimpannya di bank mereka, sedangkan giro diberikan oleh pihak pembayar (payer) ke banknya, yang selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima, langsung ke akun mereka.

b. Simpanan tabungan, adalah sebagian pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek.

c. Simpanan deposito, adalah sejenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan oleh bank kepada masyarakat. Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di dalamnya tidak boleh ditarik nasabah. Bunga deposito biasanya lebih tinggi dari pada bunga tabungan biasa.

3. Dana yang bersumber dari lembaga lain

Dalam praktiknya sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana sendiri dan masyarakat. Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:

a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor usaha tertentu.

b. Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman ini di berikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya.

Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relative tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman lainnya.

(21)

c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri.

d. Surat berharga pasar uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjual belikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun nonkeuangan. SBPU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.

2.2.5.3 Pengalokasian Dana

Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi beban apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuan yang produktif.

Dana yang telah dihimpun bukanlah dana yang semuanya murah tapi sebagian besar adalah dana deposan yang menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga. Berdasarkan kebutuhan tersebut dan juga untuk memperoleh penerimaan bank dalam rangka menutup biaya-biaya lain serta mendapatkan keuntungan, maka bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk aktiva dengan berbagai macam pertimbangan Budisantoso dan Triandaru (2006:102). Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aktiva tertentu dalam pengalokasian dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus dipertimbangkan, yaitu risiko dan jangka waktu Susilo (2004:67).

Penggunaan atau pengalokasian dana bank menurut Kuncoro dan Suhardjono (2004:217) secara umum dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:

1. Aktiva yang tidak menghasilkan (non earning assets)

Aktiva yang tidak menghasilkan merupakan penempatan dana bank dalam asset yang tidak menghasilkan secara financial, akan tetapi penempatan tersebut harus dilakukan oleh bank untuk memenuhi kewajiban kepada nasabah dan untuk kepentingan sendiri. Penanaman tersebut terdiri dari:

a. Primary reserve

b. Penanaman dana dalam aktiva tetap

(22)

2. Aktiva tetap menghasilkan (earning assets)

Aktiva yang menghasilkan merupakan penempatan oleh dana bank dalam asset yang menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Dari aktiva inilah bank mengharapkan adanya selisih (margin) keuntungan dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. Penanaman tersebut umumya terdiri dari:

a. Secondary reserve

b. Pinjaman yang diberikan (kredit) c. Investasi dana jangka panjang 2.2.6 Kredit Bank

Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank. Dalam memberikan kredit kepada debitur, kreditur terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap kondisi masa lalu, kondisi sekarang, dan kemungkinan keadaan di masa depan. Tujuan penilaian ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali.

2.2.6.1 Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere” yang berarti kepercayaan.

Dalam hal ini, pemberi kredit (bank) percaya kepada penerima kredit (nasabah) bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya.

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersemakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga.”

(23)

Menurut Budi Santoso dan Triandaru (2006:113) menyatakan pengertian kredit sebagai berikut:

“Kredit adalah pemberian fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun pinjaman non tunai (non-cash loan).”

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan penyediaan sejumlah uang yang dipinjamkan oleh pihak yang meminjamkan kepada pihak yang dipinjamkan sesuai kesepakatan di antara kedua belah pihak.

2.2.6.2 Tujuan Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai yang tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.

Dalam praktiknya tujuan pemberian kredit menurut Kasmir (2004:105) yaitu:

1) Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.

Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2) Membantu usaha nasabah

Kredit dapat membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

3) Membantu pemerintah

Dengan adanya kredit dapat membantu pemerintah dalam berbagai bidang.

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

(24)

perbankan, maka akan semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil.

2.2.6.3 Fungsi Kredit

Fungsi kredit pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi serta jasa-jasa bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditunjukkan untuk menaikkan taraf hidup rakyat banyak.

Adapun fungsi kredit menurut Kasmir (2004:107) adalah:

1. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengelola barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

2. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

3. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Dengan memperoleh kredit, nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya.

4. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal ini pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling keterbutuhan antara penerima kredit dengan pemberi kredit.

5. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan.

(25)

6. Untuk meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah uang yang beredar.

7. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurang uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

8. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

2.2.6.4 Unsur-Unsur Kredit

Pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan atau suatu pinjaman.

Hal ini berarti bahwa pihak pemberi kredit yakin bahwa nasabah atau debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterima sesuai dengan jangka waktu dan syarat- syarat yang akan disetujui oleh kedua belah pihak, tanpa keyakinan tersebut suatu lembaga kredit tidak akan dapat memberikan kredit. Kasmir (2012:83) menyebutkan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam suatu kredit sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan

Di samping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan

(26)

ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian atau menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut di kenal dengan bunga.

2.3 Laporan Keuangan Bank

Setiap perusahaan, baik bank maupun nonbank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan.

Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan membaca laporan tersebut, pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya.

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang

(27)

merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan ini merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan.

Pengertian laporan keuangan menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2002:68):

“Suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktifitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data- data/aktifitas tersebut.”

Menurut Kasmir (2003:239) laporan keuangan bank adalah:

“Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode.”

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan berbagai informasi mengenai aktifitas perusahaan, keadaan keuangan perusahaan, dan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan pada suatu periode tertentu, yang dapat bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

2.3.2 Tujuan dan Kegunaan Laporan Keuangan

Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi yang memuat seperti di atas

(28)

tergambar dalam laporan keuangan yang kita sebut neraca. Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. informasi akan termuat dalam laporan laba rugi.

Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.

Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri.

Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki.

2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.

3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu.

4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.

5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.

7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

Dengan demikian, laporan keuangan di samping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan.

(29)

2.3.3 Pihak-Pihak yang Berkepentingan

Dalam praktiknya, pembuatan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, di samping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak. Masing- masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh bank.

Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank menurut Kasmir (2012:282) adalah sebagai berikut:

1. Pemegang saham

Bagi pemegang saham dengan adanya laporan keuangan tersebut akan dapat memberikan gambaran berapa jumlah dividen yang akan mereka terima. Kemudian untuk menilai kinerja pihak manajemen dalam menjalankan kepercayaan yang deberikannya.

2. Pemerintah

Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan.

Pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Pemerintah juga berkepentingan sampai sejauh mana peranan perbankan dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu.

3. Manajemen

Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan dan juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

4. Karyawan

Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya. Dengan mengetahui laporan

(30)

keuangan tersebut mereka juga paham tentang kinerja mereka, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaliknya perlu melakukan perbaikan jika bank mengalami kerugian.

5. Masyarakat Luas

Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan sehingga masih tetap mempercayakan dananya disimpan di bank yang bersangkutan atau tidak.

2.3.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank

Sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK dan SKAPI. Artinya, laporan keuangan dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dalam praktiknya, jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada tanggal tertentu. Posisi keuangan adalah posisi aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank.

2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi

Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Adapun laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang memungkinkan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa pada masa yang akan datang.

(31)

3. Laporan laba rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam periode tertentu.

4. Laporan arus kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap arus kas.

5. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.

6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi

Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang bank, baik dalam negeri maupun luar negeri. Adapun laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya.

2.3.5 Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut. Sedangkan menurut Harahap (2011:297) mengemukakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara Utang dan Modal, antara Kas dan Total Aset, antara Harga Pokok Produksi dengan total Penjualan, dan sebagainya. Teknik ini sangat lazim digunakan para analisis keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara

(32)

cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

2.3.5.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat kinerja suatu bank. Menurut Wardiah (2013:283) rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

1. Rasio Solvabilitas

Analisis solvabilitas merupakan indikator yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang, baik utang jangka panjang maupun utang jangka pendek. Teori struktur modal menunjukkan penggunaan utang akan meningkatkan tambahan laba operasi perusahaan karena pengembalian dana ini melebihi bunga yang harus dibayar, yang berarti meningkatkan keuntungan bagi investor dan perusahaan, yaitu laba akan meningkatkan dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, rasio ini mempunyai hubungan yang positif terhadap perubahan laba. Dalam dunia perbankan rasio solvabilitas sama dengan rasio permodalan, yang dapat dihitung dengan Capital Adequacy Ratio (selanjutnya disingkat CAR).

2. Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas merupakan indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajibannya (simpanan masyarakat) yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya dengan tepat waktu berarti dalam keadaan likuid. Dalam dunia perbankan, rasio likuiditas dapat diketahui dengan Loan to Deposit Ratio (selanjutnya disingkat LDR). Rasio LDR merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan. Besarnya LDR berpengaruh terhadap laba melalui penciptaan kredit. LDR yang tinggi mengindikasikan adanya penanaman dana dari pihak ketiga yang besar ke dalam bentuk kredit. Kredit yang besar akan meningkatkan laba.

(33)

Pertumbuhan likuiditas berlawanan arah dengan pertumbuhan laba, yaitu jika pertumbuhan likuiditas menunjukkan adanya peningkatan dana yang menganggur dapat menyebabkan menurunnya pertumbuhan laba satu tahun ke depan. Jadi, jika LDR naik maka pertumbuhan laba akan meningkat.

3. Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.

Analisis rasio rentabilitas suatu bank pada bab ini antara lain yaitu Return on Assets, Return on Equuity, Net Profit Margin, rasio biaya operasional (Dendawijaya, 2001)

2.4 Tingkat Kesehatan Bank

2.4.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Penilaian tingkat kesehatan bank pada prinsipnya merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, dan pihak lainnya. Penilaian tersebut bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia selaku pengawas serta pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya.

(34)

Pengertian kesehatan bank menurut Tatok Budi Santoso dan Sigit Triandaru (2006:51):

“Kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.”

Sedangkan pengertian tingkat kesehatan bank menurut Taswan (2006:379):

“Hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar, dan dijadikan penilaian kuantitatif atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement.”

Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Maka dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kegiatan bank antara lain:

1) Menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri

2) Mengelola dana yang diperoleh 3) Menyalurkan dana ke masyarakat 4) Memenuhi kewajiban yang ada

5) Memenuhi peraturan perbankan yang berlaku 2.4.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Dalam industri perbankan, rasio-rasio yang ada dipilih kembali dan digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan bank atau lazim dikatakan sebagai rasio keuangan CAMEL. Dalam hal ini kinerja bank diukur dengan kriteria kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.

(35)

Mekanisme penilaian bank umum menurut Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 di dalam literatur Taswan (2006:382):

1) Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September dan Desember

2) Apabila diperlukan, Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh bank

3) Dalam rangka melaksanakan pengawasan bank, Bank Indonesia melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan

4) Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan, laporan berkala yang disampaikan bank, dan informasi lain yang diketahui secara umum seperti hasil penilaian oleh otoritas atau lembaga lain yang berwenang

5) Apabila terdapat perbedaan hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh bank maka yang berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia

6) Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Bank Indonesia dapat meminta direksi, komisaris, dan pemegang saham untuk menyampaikan action plan yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib dilaksanakan oleh bank terhadap permasalahan signifikan dengan target waktu penyelesaian selama periode tertentu dan apabila diperlukan Bank Indonesia dapat meminta bank untuk melakukan penyesuaian terhadap action plan

Sedangkan faktor-faktor penilaian bank diantaranya:

1) Aspek Permodalan

Pemerintah selalu menganjurkan kepada kalangan perbankan agar memperhatikan ketentuan pemerintah dalam hal permodalan terutama menyangkut CAR yang mengindikasikan kekuatan permodalan perbankan Indonesia. Perhitungan CAR ini sesuai dengan Surat Edaran BI

(36)

No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. Bank yang dianggap sehat adalah bank yang memiliki CAR diatas 8% dengan bobot perhitungan 25%

2) Kualitas Aktiva Produktif

Kualitas Aktiva Produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valas yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, yaitu: pemberian kredit, kepemilikan surat-surat berharga, dan penempatan dana kepada bank lain baik dalam negeri atau luar negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau penyertaan.

Penilaian kualitas aktiva produktif dapat dilakukan dengan empat rasio yaitu:

a. Aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif

Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Aktiva produktif bermasalah tidak dihitung secara bersih (netto) karena tidak dikurangkan terhadap penyisihan penghapusan ativa produktif b. NPL (Non Performing Loan)

Rasio ini menghitung tingkat kredit bermasalah bila dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada pihak ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan ke bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit yang diklasifikasikan dalam kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan kredit bermasalah itu sendiri dihitung secara kotor (gross) dengan tidak mengurangkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif c. Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif terhadap Total Aktiva

Produktif

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk bila dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki. Sementara itu, cakupan komponen aktiva produktif yang dipakai sesuai dengan

(37)

ketentuan yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

d. Pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah diwajibkan untuk dibentuk sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

3) Aspek Manajemen

Kemampuan pihak manajemen dalam menjalankan bisnis perbankan menjadi salah satu kebutuhan yang sangat menonjol. Apalagi dalam kondisi krisis seperti ini, manajemen yang handal diharapkan akan dapat mencerahkan kembali sektor perbankan nasional yang sempat terpuruk.

Aspek manajemen ini dinilai dengan cara mengkuantifikasikan pelaksanaan manajemen, meliputi beberapa komponen yaitu manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva produktif, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas.

4) Penilaian Rentabilitas

Penilaian rentabilitas penting karena menyangkut kemampuan bank dalam memperoleh laba. Dengan laba yang kuat bank akan dapat berkembang dengan baik. Rasio yang digunakan dalam perhitungan rasio ini adalah:

a. ROA (Return On Assets)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir bila dibandingkan dengan rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Dengan kata lain, ROA ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba kotor

b. ROE (Return On Equity)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba setelah pajak dalam 12 bulan terakhir apabila dibandingkan dengan tingkat equity yang dimiliki bank. Dengan kata lain, ROE digunakan untuk

(38)

mengetahui kemampuan bank dalam penggunaan modal yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih.

c. NIM (Net Interest Margin)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui pendapatan bunga bersih dalam 12 bulan yang mampu diperoleh bank apabila dibandingkan dengan rata-rata aktiva produktif bank. Pendapatan bunga bersih ini diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan bunga d. BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan antara biaya operasional yang ditanggung bank apabila dibandingkan dengan pendapatan operasional yang mampu dihasilkan. Rasio ini diharapkan kecil karena biaya yang terjadi diharapkan dapat tertutupi dengan pendapatan operasional yang dihasilkan pihak bank.

5) Penilaian Likuiditas

Dalam perbankan, rasio yang digunakan hanya satu, yaitu: LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan rasio yang menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang mungkin dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dana ini dapat berupa giro, tabungan maupun deposito yang dimiliki deposan

2.5 Profitabilitas Bank

2.5.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan faktor yang sangat penting, yang berkaitan dengan kesinambungan dan stabilitas bisnis perbankan. Profitabilitas bank merupakan suatu kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Bank yang sehat

(39)

adalah bank yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas standar yang ditetapkan.

Menurut Hasibuan (2005:100) pengertian profitabilitas adalah:

“Profitabilitas bank adalah suatu kemampuan bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam presentase.”

Kemudian menurut Dendawijaya (2006:118) menyatakan bahwa:

“Profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.”

Profitabilitas menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning.

Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap profitabilitas bank yang diukur dengan dua rasio yang bobot sama. Penilaian kuantitatif terhadap profitabilitas bank tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 dan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 dengan menggunakan berbagai macam indikator antara lain:

1) Pengembalian atas aktiva (ROA);

2) Pengembalian atas ekuitas (ROE);

3) Margin bunga bersih (NIM);

4) Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO);

5) Pertumbuhan laba operasional;

6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversivikasi pendapatan;

7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya; dan 8) Prospek laba operasional.

2.5.2 Pengertian Return On Asset (ROA)

Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara tingkat kontrol asma dengan tingkat pendidikan dan ada tidaknya penyakit komorbid selain rinitis yaitu p = 0,027 dan p=0,023 artinya terdapat hubungan

Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG PU/CIPTA KARYA2. Provinsi : Papua Barat Tahun

3.3 Memahami bunyi, makna, dan gagasan dari kata, frase, kalimat bahasa Arab sesuai dengan struktur kalimat yang berkaitan dengan topik :.. ةزسلأا ثبٍهٌٍْه baik secara

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam membahas pencarian rute dekat Jalan Negla Sari menuju wisata yang ada di Kecamatan Nyalindung dengan

sistem, serta menguraikan formulasi dan penyelesaian masalah kendali optimal dalam model dinamik glukosa darah-insulin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe-1, serta penjelasan

Masukilah minggu-minggu Pra Paskah dengan penuh penghayatan supaya kasih Allah yang sudah dinyatakan di dalam Kristus Yesus terus nyata di dalam hidup kita.. “Allah sumber

¾ sejalan dengan penyelenggaraan transportasi yang bersifat kemultian seperti yang telah dimunculkan pada Sub Bab I.1, maka dalam perencanaan program penanganan sistem jaringan