HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
KEDISIPLINAN SISWA DI SMK KRISTEN SALATIGA
Gabriella Fanita Tresna Nusari
Chr. Hari Soetjiningsih
Fakultas Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan kedisiplinan siswa kelas II SMK Kristen Salatiga.Penelitian inimenggunakan pendekatan kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah sebanyak 37siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode jenuh yaitu semua populasi dijadikan sampel.Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan skala kecerdasan emosional, dengan jumlah 22 item yang valid dan kedisiplinan siswa sebanyak 17 item yang tidak valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan siswa pada pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi akan semakin tinggi pula kedisiplinan siswa
Abstract
This study aims to determine the relationship of emotional intelligence and discipline grade
II STM Christian Salatiga. This study uses a quantitative approach. Participants in this
study was 37 students. The sampling technique using saturated ie all population sampled.
Data collection was performed using emotional intelligence scale, with the number of 22
items that valid and discipline of students were 17 valid items. The results showed that,
there is a positive relationship between emotional intelligence and discipline of students in
the second grade students of Christian SMK Salatiga. This means that the higher emotional
intelligence the higher the student discipline
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Di dalam dunia pendidikan, untuk meraih prestasi di sekolah maupun di luar sekolah, ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh anak didik. Selain anak didik harus unggul dalam kecerdasan akademik dan kecerdasan emosionalnya, anak didik juga harus mempunyai perilaku disiplin yang kuat. Hal itu dikarenakan disiplin merupakan suatu aturan pendidikan yang menunjuk pada sejenis keterlibatan aturan dalam mencapai standar yang tepat atau mengikuti peraturan yang tepat dalam berperilaku atau melakukan aktifitas (Arikunto, 1993).
yang harus dimiliki oleh setiap individu demi kelancaran dalam menjalankan berbagai aktifitas kehidupan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa yaitu kecerdasan emosi. Seperti yang diungkapkan oleh Ernawaty (2015), yang menemukan ada pengaruh kecerdasan emosi terhadap kedisiplinan siswa. Semakin tinggi kecerdasan emosi pada siswa maka siswa tersebut akan semakin disiplin dalam mentaati peraturan sekolah. Penelitian Ernawaty (2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan pada siswa. Namun penelitian Agfalla (2013), menyatakan bahwa tidak ada pengaruh atau hubungan antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan siswa.
Berdasarkan teori atau pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat diambil pengertian bahwa, kecerdasan emosional dan kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aktifitas manusia, sebagai salah satu alat untuk mempermudah mencapai tujuan. Jadi adakah pengaruh kecerdasan emosional siswa dalam kemampuan mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi berbagai macam hasratnya, dan menetapkan berbagai sasaran aktivitasnya terhadap kedisiplinan siswa dalam menaati berbagai macam peraturan yang diterapkan di sekolah.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa anak yang pintar atau dikatakan memiliki IQ tinggi pasti akan sukses dalam menjalani kehidupannya, terutama dalam kehidupan akademiknya. Anggapan tersebut dipatahkan oleh Daniel Goleman seorang Profesor dari
Harvard University yang telah mempopulerkan kecerdasan emosional. Menurutnya
Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan potensi untuk mempelajari ketrampilan, yaitu keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsur kecerdasan emosional, yang terdiri dari; mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain (Goleman,1995). Oleh karena itu, emosi sangat penting bagi rasionalitas. Dalam liku-liku perasaan dengan pikiran, kemampuan emosional membimbing keputusan kita dari saat ke saat, bekerja bahu-membahu dengan pikiran yang rasional, mendayagunakan atau tidak mendayagunakan pikiran itu sendiri.
Demikian juga, otak nalar memainkan peran eksekutif dalam emosi kita, kecuali pada saat-saat emosi mencuat lepas kendali dan otak emosional berjalan tak terkendalikan. Dalam artian tertentu kita mempunyai dua otak, dua pikiran dan dua jenis kecerdasan yang berlainan yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Jadi keberhasilan kita dalam kehidupan ditentukan oleh kedua-duanya tetapi kecerdasan emosionallah yang memegang peranan (Goleman,1995).
Salatiga terutama kelas II untuk mengembangkan kecerdasan emosional kepada siswa guna meningkatkan kedisiplinan siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Kedisiplinan Siswa
Menurut Arikunto (1993) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, menjelaskan bahwa disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Kedisiplinan merupakan bentuk kepatuhan seseorang terhadap aturan-aturan atau tata tertib yang berlaku karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto, 1993).
Aspek-aspek Kedisiplinan
Menurut Arikunto (1993) dalam Sulistyowati (2001) kedisiplinan siswa dapat dilihat dalam empat aspek yaitu :
1) Disiplin dalam menepati jadwal belajar
2) Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu belajar 3) Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan semangat
belajar baik disekolah seperti mentaati tata tertin, maupun disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan dalam pengamalannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa antara lain :
1) Faktor Intern
Faktor intern merupakan segala sifat dan kecakapan yang dimiliki seseorang dalam perkembangannya, diperoleh dari hasil keturunan.(Sukmadinata,2009). Jadi merupakan faktor dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi:
a). Faktor Emosi
Emosi adalah pengalaman afektif yang menyertai penyesuaian batin secara menyeluruh, keadaan mental dan fisiologis yang meluap-luap pada diri individu, yang memperlihatkan sendiri pada tingkah laku yang jelas dan nyata. Emosi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkahlaku/perilaku.
b). Faktor Pola Pikir
c). Faktor Motivasi
Motivasi menurut Djaali (2008), adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dan sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. 2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor dari luar diri seseorang yang sering disebut faktor lingkungan. Lingkungan dalam pengertian umum, artinya di sekitar kita. Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggalnya. Antara lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbal balik, artinya lingkungan mempengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebagai faktor eksternal, lingkungan terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan sosial anak dalam sekolah adalah guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial anak dalam masyarakat adalah tetangga, temanteman sepermainan disekitar perkampungan anak tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh dan anak-anak penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak-anak. Sedangkan yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah dan letaknya, alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar (Muhibbin, 1995).
Kecerdasan Emosional.
menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berenpati dan membina hubungan dengan orang lain. Sementara Supriadi (2007) mengartikan kecerdasan emosional sebagai suatu dimensi kemampuan yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang kemudian membentuk watak dan karakteristik didalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti kemampuan mengendalikan sosial, empati,motivasi, semangat kesabaran, ketekunan dan keterampilan sosial.
Aspek Kecerdasan Emosi
Sebagai bahan rujukan dan pegangan gambaran kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seseorang. Goleman (1995) mengemukakan tentang aspek kecerdasan emosional secara spesifik meliputi:
1) Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan sendiri
2) Pengetahuan diri, yaitu menangani emosi sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas dari guru
3) Motivasi, yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menuntun siswa untuk mengambil inisiatif sehingga bertindak efektif, serta bertahan jika mengalami kegagalan
5) Ketrampilan sosial, yaitu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi, mampu berinteraksi dengan baik, menggunakan ketrampilan sosial untuk bekerja sama dengan siswa lain
Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kedisiplinan Siswa
Kecerdasan emosional merupakan suatu bentuk kemampuan yang memahami, memantau, mengendalikan perasaan dan emosi diri sendiri maupun orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan seseorang. Emosi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan pikiran positif dengan cara-cara tertentu. Diantaranya dengan memberikan harapan dalam diri seseorang. Harapan merupakan sebuah kekuatan dalam berpikir positif dan bermanfaat daripada memberikan sedikit hiburan ditengah kesengsaraan dan penderitaan. Karena pada dasarnya emosi menggerakkan seseorang untuk meraih sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Emosi dapat menjadi bahan bakar untuk memotivasi seseorang dan selanjutnya membentuk persepsi dan menggerakkan tindakan-tindakan seseorang (Goleman, 1995).
negatif, jauh dari paksaan, dan perasaan penuh motivasi untuk mencapai kesuksesan dalam hidup (Goleman, 1995).
Kecerdasan emosional memliki relevansi yang positif dengan perilaku disiplin. Karena kecerdasan emosional membantu seseorang dalam mengelola emosi dan memotivasi diri untuk berperilaku tepat atau disiplin dalam menjalani kehidupan. Disiplin dalam berperilaku menaati peraturan dan tata tertib sekolah merupakan salah satu alat dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah memiliki peraturan-peraturan yang tentunya mengandung tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut bisa tercapai dengan maksimal apabila semua komponen sekolah menaati peraturan yang berlaku.
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah penulis paparkan diatas, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif keberdasan emosi dengan kedisiplinan siswa
METODE PENELITIAN Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu variabel tergantung dan variabel bebas.
Definisi Operasional
Kedisiplinan adalah merupakan bentuk kepatuhan seseorang terhadap aturan-aturan atau tata tertib yang berlaku karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Aspek kedisiplinanmenggunakan aspek yang diungkapkan Arikunto (1993) dalam Sulistyowati (2001) kedisiplinan siswa dapat dilihat dalam empat aspek yaitu : Disiplin dalam menepati jadwal belajar, disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu belajar, disiplin terhadap diri sendiri dan disiplin dalam menjaga kondisi fidik agar selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang kemudian membentuk watak dan karakteristik didalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti: kesadaran diri, pengetahuan diri, motivasi, empati, ketrampilan social (Goleman, 1995),.
Populasi dan Sampel
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas II STM Kristen Salatiga yang berjumlah 37 Siswa. Dari keseluruhan siswa tersebut dijadikan sebagai sampel penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Skala Pengukuran
Skala pengukuran kedisipinan dan kecerdasan emosi ini diukur dengan menggunakan skala likert. Range skor untuk pernyataan yang bersifat favorable adalah 4 (SS), 3 (S), 2 (TS) dan 1 (STS).
Analisis Aitem
Uji Validitas: uji ini untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dengan cara meminta pendapat atau penilaian ahli yang berkompeten dengan masalah yang diteliti. Data dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation (r hitung) lebih besar 0.3. Hasil uji validitas untuk variabel kecerdasan emosi sebanyak 40 item, diperoleh hasil sebanyak 18 item dinyatakan gugur karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih kecil dari 0,3, dan sebanyak 22 item dinyatakan valid karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih besar dari 0,3. Uji validitas untuk kedisiplinan siswa sebanyak 30 item, diperoleh hasil sebanyak 13 item gugur karena memiliki nilai pearson correlation
yang lebih kecil dari 0,3, dan sebanyak 17 item dinyatakan valid karena memiliki nilai
pearson correlation yang lebih besar dari 0,3.
keduanya lebih besar dari 0,600 yang artinya data reliable dan dapat dinyatakan ke uji selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1
Reliabilitas Kecerdasan Emosi
Cronbach's Alpha N of Items
.856 22
Tabel 2
Reliabilitas Kedisiplinan Siswa
Cronbach's Alpha N of Items
.808 17
Metode Analisis Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Subyek penelitian ini dilakukan di kelas II SMK Kristen Salatiga. Reponden dalam penelitian ini berjumlah 37 siswa, dengan sebagian besar siswa adalah laki-laki sebanyak 36 siswa dan perempuan hanya 1 (satu) siswa. Usia responden sebagian besar berusia 16 tahun sebanyak 33 siswa dan yang berusia 17 tahun sebanyak 4 siswa.
Uji Normalitas
Tabel 3
Normal Parametersa Mean 112.33 85.25 Std. Deviation 9.946 7.149 Kolmogorov-Smirnov Z .508 1.074 Asymp. Sig. (2-tailed) .959 .199
Uji Linearitas
Untuk uji linearitas menunjukan bahwa ada hubungan kecerdasan emosi dan kedisiplinan siswa adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda = 14,096 dan nilai signifikansi 0,063 > 0,05. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosi dan kedisiplinan siswa ini menunjukan garis yang sejajar atau linear. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut:
ANOVA Table
Variabel kecerdasan emosional akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori kecerdasan emosional mempunyai 22 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu :
Jumlah skor tertinggi 22 x 4 = 88 Jumlah skor terendah 22 x 1 = 22
Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah 3 (tiga) kategori
Kategorisasi Pengukuran Kecerdasan Emosional
Interval Ketegori Jumlah Siswa Persentase Rata-rata
22 ≤ x ≤ 44 Rendah 0 0,00 %
73,86
44 ≤ x ≤ 66 Sedang 29 78,38 %
66 ≤ x ≤ 88 Tinggi 8 21,62 %
37 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan kecerdasan emosional siswa pada siswa kelas II STM Kristen Salatiga sebagian besar dalam kategori sedang sebesar 78,38 % dan kategori tinggi sebesar 21,62 %. Dengan rata-rata sebesar 73,86 yang artinya kecerdasan emosi pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga adalah sedang.
2. Kedisiplinan Siswa
Variabel kedisiplinan akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori kedisiplinan siswa mempunyai 17 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu :
Jumlah skor tertinggi 17 x 4 = 68 Jumlah skor terendah 17 x 1 = 17
= 68 - 17 3 = 17
Tabel 6
Kategorisasi Pengukuran Kedisilinan Siswa
Interval Ketegori Jumlah Siswa Persentase Rata-rata
17 ≤ x ≤ 34 Rendah 0 0,00 %
55,86
34 ≤ x ≤ 51 Sedang 30 81,08 %
60 ≤ x ≤ 68 Tinggi 7 18,92 %
37 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan kedisiplinan siswa pada siswa kelas II STM Kristen Salatiga sebagian besar dalam kategori sedang sebesar 81,08 % dan kategori tinggi sebesar 18,92 %. Dengan rata-rata sebesar 55,86 yang artinya kedisiplinan siswa pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga adalah sedang.
Pengujian Hipotesis
Tabel 7
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PEMBAHASAN
Terdapat hubungan kecerdasan emosi memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan siswa pada pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga. Kecerdasan emosi memiliki sumbangan efektif terhadap kedisiplinan siswa sebesar 32,49 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ernawaty (2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan pada siswa.
Kecerdasan emosional memliki relevansi yang positif dengan perilaku disiplin. Karena kecerdasan emosional membantu seseorang dalam mengelola emosi dan memotivasi diri untuk berperilaku tepat atau disiplin dalam menjalani kehidupan. Disiplin dalam berperilaku menaati peraturan dan tata tertib sekolah merupakan salah satu alat dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah memiliki peraturan-peraturan yang tentunya mengandung tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut bisa tercapai dengan maksimal apabila semua komponen sekolah menaati peraturan yang berlaku.
emosi menggerakkan seseorang untuk meraih sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Emosi dapat menjadi bahan bakar untuk memotivasi seseorang dan selanjutnya membentuk persepsi dan menggerakkan tindakan-tindakan seseorang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Terdapat hubungan Kecerdasan emosi memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan siswa pada pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi akan semakin tinggi pula kedisiplinan siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1) Bagi siswa
Diharapkan untuk meningkatkan kedisiplinan yanitu dengan cara meningkatkan kecerdasan emosi dengan cara mengontrol emosinya
2) Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya lebih memperhatikan siswanya, terutama dalam hal kecerdasan emosi, mengevaluasi serta memotivasi siswa. Karena semakin tinggi kecerdasan emosi maka akan meningkatkan kedisiplinan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Agfalla, N, (2013). Pengaruh Kedisiplinan Siswa Dan Kecerdasan Emosi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ismuba Siswa Di SMP Muhammadiyah Piyungan Bantul
Yogyakarta. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Arikunto, S, (1993). Matode Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta Djaali, (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
Ernawati, (2012). Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Sma Negeri Di Kota Makassar. Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm.17-20
Goleman, D, (1995). Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih Penting dari pada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock, E.B., (1994). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kholifah, (2011). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kedisiplinan Pada Siswa. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang
Muhibbin, S, (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, N,S, (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sulistyowati, S, (2001). Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu
Pekalongan
Supriadi. (2007). Educational Leadership. Jurnal Pendidikan. Vol. x1. No. 9 Suryabrata. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada