• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Novi Sanggra Pangestika NIM 11108241151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

―Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar‖

(6)

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua dan saudaraku yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa.

(7)

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK

Oleh

Novi Sanggra Pangestika NIM 11108241151

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Faktor penyebab kesulitan belajar dilihat dari faktor internal meliputi aspek fisiologi dan psikologi serta faktor eksternal meliputi aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian survey explorative dengan pendekatan kuantitatif. Subjek peneltian ini adalah siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD dengan sampel 89 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal aspek psikologi dan faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat dominan menyebabkan kesulitan belajar. Sedangkan faktor internal aspek fisiologi, faktor eksternal aspek lingkungan sekolah, serta aspek lingkungan keluarga masuk kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar. Faktor internal aspek fisiologi yang paling dominan adalah kondisi fisik siswa mudah lelah ketika belajar sebesar 63%. Faktor internal aspek psikologi yang paling dominan adalah siswa kurang termotivasi dalam belajar sehingga siswa tidak bersemangat ketika memperoleh soal yang sulit sebesar 83%. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga yang paling dominan adalah manajemen waktu belajar di rumah yang masih kurang sebesar 51%. Faktor eksternal aspek lingkungan sekolah yang paling dominan adalah hubungan interaksi siswa dengan guru dimana siswa masih merasat akut dan canggung untuk berbicara kepada guru sebesar 57%. Faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat tersebut yang paling dominan adalah keberadaan teman bermain yang cenderung mengajak bermain terus menerus sehingga kegiatan yang mendukung proses belajar seperti belajar kelompok masaih jarang dilakukan yaitu sebesar 61%.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah di Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak‖. Penulisan skripsi bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dibawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd. M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr.

Haryanto, M.Pd. yang telah memberi ijin dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Suwarjo, M.Si yang telah memberi ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ketua jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Drs. Suparlan, M.Pd.I yang telah memberi motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Dosen pembimbing akademik, P. Sarjiman M.Pd yang telah memberikan bimbingannya selama masa perkuliahan.

6. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Ali Mustadi, M.Pd dan Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd yang dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, serta saran kepada penulis sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga

(9)

8. Kepala sekolah SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.

9. Guru Kelas SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbangan bagi kelancaran penulisan tugas akhir skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Yogyakarta, 14 Februari 2016 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Belajar ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Ciri-ciri Belajar ... 10

B. Kajian tentang Prestasi Belajar ... 12

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 12

2. Fungsi Prestasi Belajar ... 14

3. Indikator Prestasi Belajar ... 16

4. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar ... 17

(11)

C. Kajian tentang Kesulitan Belajar ... 22

1. Pengertian Kesulitan Belajar ... 22

2. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar ... 24

3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 26

4. Pengajaran Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar ... 33

D. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 39

D. Populasi Penelitian ... 39

E. Sampel Penelitian ... 40

F. Definisi Operasional Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Instrumen Penelitian ... 42

I. Skala Pengukuran ... 44

J. Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 46

K. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian... 49

1. Deskripsi Populasi Penelitian ... 49

2. Deskripsi Data Penelitian ... 49

a. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Fisiologi ... 50

b. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikologi ... 52

c. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga ... 56

d. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah ... 59

e. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat ... 62

B. Pembahasan ... 65

(12)

2. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikis... 67

3. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga ... 69

4. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah ... 72

5. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat ... 74

C. Keterbatasan Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi ...17 Tabel 2. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa

Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba ... 43 Tabel 3. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa

Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba ... 44 Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 47 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor Internal pada Aspek Fisiologi ... 50 Tabel 6. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Fisiologi .... 51 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Aspek Psikologi ... 53 Tabel 8. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Psikologi ... 54 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Keluarga ... 56 Tabel 10. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek

Lingkungan Keluarga ... 57 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Sekolah ... 59 Tabel 12. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek

Lingkungan Sekolah ... 60 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Masyarakat ... 62 Tabel 14. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1.Surat Pernyataan Validator Instrumen ... 84

Lampiran 2. Angket Faktor Kesulitan Belajar untuk Uji Coba ... 85

Lampiran 3. Angket Hasil Uji Coba Instrumen ... 88

Lampiran 4. Data Uji Coba Angket Faktor Kesulitan Belajar ... 91

Lampiran 5. Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 93

Lampiran 6. Angket Faktor Kesulitan Belajar untuk Penelitian ... 98

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 100

Lampiran 8. Angket Hasil Penelitian ... 121

Lampiran 9. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Internal Aspek Fisiologi ... 123

Lampiran 10. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Internal Aspek Psikologi ... 125

Lampiran 11. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga ... 128

Lampiran 12. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah ... 131

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap individu berhak dan wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Hal tersebut sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang didalamnya dijelaskan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 31 ayat (2) dijelaskan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (Arif Rohman, 2011: 46).

Seiring berkembangnya jaman, teknologi berkembang dengan pesat, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang ada. Untuk mengikuti perkembangan tersebut, pendidikan dibutuhkan guna mengembangkan diri individu agar dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki kedudukan istimewa yang menentukan pembangunan pribadi individu-individu dalam kehidupan bermasyarakat.

(17)

213) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi ranah psikologis yang berubah akibat adanya pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai-nilai yang merupakan hasil evaluasi dari proses belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Tardif dkk (dalam Muhibbin Syah, 2006: 195) evaluasi merupakan proses penilaian yang disesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan guna menggambarkan prestasi yang dicapai siswa.

Berbagai pihak baik itu guru, orang tua, maupun siswa tentunya mengharapkan adanya perolehan prestasi belajar yang tinggi bagi setiap siswa. Kenyataannya dalam suatu kelas tidak semua siswa dapat memiliki prestasi belajar yang tinggi. Beberapa siswa masih memiliki prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar yang rendah dapat dilihat dari belum tercapainya standar yang ditetapkan atau belum terpenuhinya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku.

(18)

Sedangkan data hasil Tes Kendali Mutu (TKM) ketika siswa kelas 4 masih berada di kelas 3 semester 1 tahun ajaran 2014/ 2015 di Kecamatan Ngemplak, menunjukkan bahwa terdapat siswa yang memiliki prestasi rendah. Dari 22 Sekolah Dasar Negeri yang terdapat di kecamatan tersebut, terdapat 19 Sekolah Dasar Negeri diantaranya masih ditemukan adanya siswa berprestasi rendah. Di 19 Sekolah Dasar Negeri tersebut, terdapat siswa dengan jumlah 489 siswa yang diantaranya terdapat 137 siswa memiliki prestasi rendah dengan rata-rata nilai di bawah 65. Data tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat cukup banyak siswa yang memiliki prestasi rendah di Kecamatan Ngemplak yaitu mencapai 28,01%.

Siswa dengan prestasi belajar rendah sering kali dianggap bodoh atau malas padahal belum tentu demikian. Setiap individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa dapat dengan cepat memahami dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dikarenakan aktifitas belajar yang tidak selalu dapat berjalan lancar bagi setiap individu siswa. Dengan kata lain, masih sering dijumpai bahwa siswa yang berprestasi rendah tersebut mengalami kesulitan dalam belajar. Menurut Dalyono (2005: 229), kesulitan belajar merupakan keadaan yang membuat siswa tidak dapat belajar dengan semestinya. Oleh karena itu, agar seorang guru dapat memberikan bimbingan yang tepat maka perlu adanya pemahaman terkait hal-hal yang berhubungan dengan kesulitan belajar.

(19)

dapat menjadi faktor penyebab adanya kesulitan belajar. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) (Muhibbin Syah, 2013: 184—185). Faktor internal meliputi faktor fisiologi yang berkaitan dengan kesehatan dan kondisi tubuh serta faktor psikologis yaitu berkaitan dengan tingkat intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang ada di sekitar siswa, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri atau gejala yang muncul pada diri siswa. Moh. Surya (dalam Sugihartono, 2007: 154—155) mengemukakan bahwa beberapa ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar yaitu; menunjukkan hasil belajar yang rendah, hasil belajar yang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas dalam kegiatan belajar, menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang wajar, serta menunjukkan gejala-gejala emosional yang cenderung labil.

(20)

memperhatikan kebutuhan khusus siswa. Padahal setiap individu siswa membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda, sehingga tindakan-tindakan yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran pun harus berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan siswa.

Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pada Pasal 16 Ayat (1) Angka 1

bahwa ―Siswa mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai dengan bakat,

minat, dan kemampuannya‖. Dengan mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa, diharapkan seorang guru dapat menentukan cara yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Di samping itu, guru juga akan lebih mudah dalam memilih dan menentukan cara-cara mengajar yang lebih tepat dan dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan tersebut, penulis ingin mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa yang memiliki prestasi rendah di Kecamatan Ngemplak khususnya kelas 4. Diharapkan dengan diketahuinya faktor penyebab kesulitan belajar siswa yang berprestasi rendah di kelas 4, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai masukan dalam menyusun strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu penulis ingin melakukan

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil TKM kelas 3 semester 1 Tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan Ngemplak, masih ditemukan 137 siswa berprestasi rendah. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar sehingga memiliki prestasi yang

rendah.

3. Guru cenderung memperlakukan siswa dengan sama tanpa memperhatikan kebutuhan khusus siswa.

4. Belum diketahuinya faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi

pada ―Belum diketahuinya faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.‖

D. Rumusan Masalah

(22)

kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, di antaranya: 1. Guru

Bagi guru sebagai pendidik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan pemilihan strategi belajar yang sesuai dengan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

2. Siswa

Bagi siswa sebagai pelajar, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang timbul dalam proses belajar, sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar dan mampu merencanakan arah tujuan selanjutnya.

3. Orang Tua

(23)
(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

Banyak ahli psikologi yang mengemukakan pengertian belajar. Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dari hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses yang didalamnya dibutuhkan usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan secara utuh dan menyeluruh pada tingkah laku yang baru dan belum dikuasai sebelumnya sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar.

(25)

perilaku akibat adanya adaptasi atau penyesuaian yang bersifat progresif yaitu terus berkembang ke arah yang lebih baik.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dan meyeluruh. Perubahan tersebut akan terus berkembang kearah yang lebih baik. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari adanya pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar.

2. Ciri-ciri Belajar

Hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Namun tidak setiap perubahan pada diri seseorang merupakan hasil belajar. Terdapat ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar (Slameto, 2013: 3—5),

a. Perubahan terjadi secara sadar

Seorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya dapat merasakan adanya perubahan yang terjadi dalam dirinya, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

(26)

perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar jika perubahan yang terjadi bersifat positif dan aktif. Diaktakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar juga bersifat aktif, artinya perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena adanya usaha dari individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi akibat proses belajar bersifat menetap dan permanen. Sehingga keterampilan seorang anak setelah belajar tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan terus dimiliki dan semakin berkembang apabila terus dipergunakan dan dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai oleh individu itu sendiri dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

(27)

tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Dengan demikian berdasarkan penjabaran terkait belajar, belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berkembang kearah yang lebih baik akibat dari adanya pengalaman dalam aktifitas belajar. perubahan tingkah laku tersebut terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara, memiliki tujuan yang terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

B. Kajian tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

(28)

dibutuhkan usaha-usaha dan keterampilan dalam belajar melalui praktek dan pengalaman tertentu.

Hal tersebut senada dengan yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Selanjutnya, prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru ( Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005: 895). Jadi, prestasi belajar adalah hasil pencapaian dari adanya proses belajar yang ditunjukkan dengan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan baru yang belum dipahami dan dikuasai sebelumnya. Hasil pencapaian tersebut biasanya ditunjukkan dalam bentuk nilai yang memiliki skala tertentu.

(29)

yang diperoleh siswa dari adanya pengalaman dan proses belajar sehingga terjadi perubahan pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai mencakup ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor yang belum dikuasai sebelumnya. Hal tersebut terjadi akibat adanya pengalaman dan usaha-usaha dalam proses belajar yang dikembangkan dalam mata pelajaran. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai yang berupa angka atau huruf.

2. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama. Zainal Arifin (2013: 12—13) menyebutkan lima fungsi utama prestasi belajar, yaitu: 1. Prestasi belajar dijadikan sebagai indikator kualitas maupun kuantitas

pengetahuan yang sudah mampu dikuasai oleh siswa.

2. Prestasi belajar dijadikan sebagai lambang pemuasan hasrat rasa keingintahuan yang merupakan kebutuhan umum manusia.

3. Prestasi belajar dijadikan sebagai bahan informasi dalam melakukan inovasi di bidang pendidikan. Dapat diasumsikan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berperan sebagai umpan balik dalam peningkatan mutu pendidikan.

(30)

dijadikan indikator tingkat produktivitas dalam institusi pendidikan. Indikator ekstern yaitu, prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator daya serap (kecerdasan) siswa. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran, siswa mejadi fokus utama yang harus diperhatikan dan diharapkan siswa dapat menyerap seluruh materi pembelajaran dengan maksimal.

Prestasi belajar juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Di samping itu, dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi guru untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan diagnosis, penempatan maupun bimbingan bagi siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cornbach (dalam Zainal Arifin, 2013: 13) yang menyatakan bahwa prestasi belajar memiliki banyak manfaat, antara

lain ―sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan

isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah‖.

(31)

dijadikan sebagai umpan balik bagi guru dalam menentukan tindakan-tindakan yang tepat bagi siswa dalam proses pembelajaran.

3. Indikator Prestasi Belajar

(32)
[image:32.595.116.512.111.602.2]

Tabel 1.Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

A. Ranah Kognitif

1.Pengamatan 2.Ingatan 3.Pemahaman 4.Aplikasi/ Penerapan 5.Analisis

1. Dapat menunjukkan

2. Dapat membandingkan

3. Dapat menghubungkan

1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali

1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan

sendiri

1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara tepat

1. Dapat menguraikan

2. Dapat mengklasifikasikan

1. Tes lisan

2. Tes tertulis

3. Observasi

1. Tes lisan

2. Tes tertulis

3. Observasi

1. Tes lisan

2. Tes tertulis

1. Tes tertulis

2. Pemberian tugas

3. Observasi

1. Tes tertulis

2. Pemberian tugas

B. Ranah Afektif

1.Penerimaan

2.Sambutan

3.Apresiasi (Sikap

Menghargai)

4.Internalisasi

(pendalaman)

5.Karakterisasi

(penghayatan)

1. Menujukkan sikap menerima

2. Menunjukkan sikap menolak

1. Kesediaan berpartisipasi/ terlibat

2. Kesediaan memanfaatkan

1. Menganggap penting dan

bermanfaat

2. Menganggap indah dan harmonis

3. Mengagumi

1. Mengakui dan meyakini

2. Mengingkari

1. Melembagakan atau meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan

perilaku sehari-hari

1. Tes tertulis

2. Tes skala sikap

3. Observasi

1. Tes skala sikap

2. Pemberian tugas

3. Observasi

1. Tes skala peilaian

sikap

2. Pemberian tugas

3. Observasi

1. Tes skala sikap

2. Pemberian tugas

ekspresif dan proyektif

1. Pemberian tugas

ekspresif dan proyektif

2. Observasi

C. Ranah Psikomotor

1.Keterampilan

2.Kecakapan

ekspresi verbal dan non verbal

Kecakapan mengkoordinasikan gerak anggota tubuh

1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan

2. Kecakapan membuat mimic dan

gerakan jasmani

1. Observasi

2. Tes tindakan

1. Tes lisan

2. Observasi

3. Tes tindakan

4. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar

(33)

referencing atau criterian-referenced assessment (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 216). Pendekatan-pendekatan tersebut pada umumnya sering disebut dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK).

a. Penilaian Acuan Norma (norm-referenced assessment)

Penilaian dengan mengguanakan pendekatan penilaian acuan norma (PAN) dilakukan dengan cara membandingkan prestasi belajar seorang siswa dengan prestasi belajar yang dicapai oleh teman-teman sekelas atau sekelompoknya (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 216). Pendekatan penilaian acuan norma juga disebut dengan pendekatan faktual atau apa adanya (Eko Putro Widoyoko, 2014: 249). Dalam arti bahwa standar pembanding diambil dari fakta-fakta dari hasil pengukuran, sehingga penilaian ini tidak dikaitkan dengan standar yang berasal dari luar hasil pengukuran sekelompok siswa.

(34)

individu siswa dengan skor yang diperoleh siswa lain dalam satu kelas.

b. Penilaian Acuan Kriteria (criterian-referenced assessment)

Penilaian dengan mengguanakan pendekatan penilaian acuan kriteria (PAK) merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian siswa dengan perilaku ranah yang telah ditetapkan dengan baik (well-defined domain behaviours) sebagai patokan yang tetap (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 218). Oleh sebab itu, dalam penerapannya diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran baik secara umum maupun khusus. hal tersebut senada dengan pendapat Eko Putro Widoyoko (2014: 249) bahwa dalam menafsirkan atau menginterpretasikan skor hasil pengukuran dengan menggunakan standar yang tetap yaitu skor ideal.

(35)

5. Siswa Berprestasi Rendah

Untuk menentukan apakah seorang siswa memiliki prestasi yang rendah, guru perlu menentukan terlebih dahulu batas minimal keberhasilan belajar siswa yang ditunjukkan melalui KKM. KKM merupakan kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang menjadi kriteria paling rendah untuk menyatakan ketuntasan siswa dan ditetapkan sebelum awal tahun ajaran baru (Eko Putro Widoyoko, 2014: 264). Oleh karena itu, siswa dengan nilai yang berada di bawah KKM akan dinyatakan tidak tuntas atau memiliki prestasi yang rendah.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan bab F tentang Penilaian oleh Satuan Pendidikan Pasal 1 disebutkan bahwa, ―Dalam menentukan KKM setiap mata pelajaran adalah dengan memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik‖ (dalam Eko Putro Widoyoko, 2014: 265). Berdasarkan peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan KKM disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing, sehingga KKM yang berlaku di sekolah yang satu dengan yang lainnya dapat berbeda.

Disamping pendapat tersebut di atas, Muhibbin Syah (2013: 151) menggolongkan prestasi ke dalam lima kelompok, yaitu:

(36)

c. 6,0 – 6,9 = cukup; d. 5,0 – 5,9 = kurang; e. 0 – 4,9 = gagal.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan ukuran standar penggolongan prestasi sebagai berikut:

a. 8,0 – 10 = tinggi; b. 6,6 – 7,9 = sedang; c. 0 – 6,5 = rendah.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan memiliki prestasi rendah apabila hasil belajar yang dicapainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang berlaku. Namun, KKM pada setiap sekolah berbeda-beda sehingga siswa berprestasi rendah dalam penelitian ini ditentukan melalui standar penggolongan prestasi yang ditetapkan di atas.

(37)

C. Kajian tentangKesulitan Belajar

1. Pengertian Kesulitan Belajar

Setiap siswa pada prinsipnya berhak mendapat peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun, pada kenyataannya setiap individu tidaklah sama. Perbedaan individual tersebut menyebabkan munculnya tingkah laku belajar yang berbeda pada setiap siswa. Oleh sebab itu, tidak semua siswa dapat memperoleh kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai kapasitas yang dimilikinya. Dengan demikian, muncul kesulitan belajar atau yang dalam Bahasa Inggris sering disebut dengan istilah learning difficulties.

Difficulty memiliki arti keadaan atau kemampuan yang dalam keadaan sulit akibat adanya gangguan atau usaha-usaha yang terdapat di dalamnya. Dalyono (2005: 229) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan semestinya. Dengan demikian, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal sesuai kemampuan yang dimilikinya.

(38)

hasil belajar secara maksimal. Oleh sebab itu siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya memiliki hasil belajar yang cenderung rendah dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Pendapat tersebut senada dengan pendapat Nini Subini (2012: 57) bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi yang menunjukkan pencapaian kompetensi atau prestasi tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan, ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, perolehan nilai siswa yang mengalami kesulitan belajar akan berada di bawah standar atau ketentuan yang ditetapkan. Hal tersebut diperjelas dengan pendapat Sugihartono, dkk. (2007: 149) bahwa kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang muncul pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan sehingga prestasi belajar siswa berkesulitan belajar akan lebih rendah apabila dibandingkan dengan prestasi belajar teman-temannya atau prestasi belajarnya akan cenderung menurun dari prestasi sebelumnya.

(39)

belajar yang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan, sehingga prestasinya akan lebih rendah dibandingkan dengan prestasi teman-temannya atau prestasi belajarnya akan cenderung menurun dari sebelumnya.

2. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar

Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri atau gejala yang muncul pada diri siswa. Sumadi Suryabrata (dalam Sugihartono, 2007: 153—154) mengemukakan bahwa adanya kesulitan belajar pada siswa dapat diketahui atas dasar:

a. Grade Level, yaitu apabila siswa tersebut pernah tinggal kelas.

b. Age Level, yaitu apabila usianya tidak sesuai dengan kelasnya. Namun bukan disebabkan karena keterlambatan dalam masuk sekolah.

c. Intelegensi Level, yaitu apabila siswa tersebut memiliki prestasi yang rendah.

d. General Level, yaitu apabila siswa tersebut dapat mencapai prestasi sesuai harapan namun terdapat beberapa mata pelajaran yang tidak sesuai harapan diakrenakan hasil yang diperoleh rendah. Oleh sebab itu pada mata pelajaran yang prestasinya rendah tersebut siswa dianggap mengalami kesulitan belajar.

(40)

motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, memuat dan menangkap simbol, perhatian, dan ingatan.

Gejala kesulitan belajar akan Nampak dalam aspek-aspek kognitif, afektif, dan motoris, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Secara lebih rinci, Mulyadi (2010: 7—8) menjelaskan ciri-ciri siswa berkesulitan belajar antara lain:

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu berada di bawah rata-rata nilai kelas atau di bawah potensi yang dimiliki.

b. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, seperti siswa yang sudah berusaha untuk rajin belajar namun nilainya masih selalu rendah.

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar dan selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas sesuai waktu yang sudah ditentukan.

d. Meunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan sering berdusta.

e. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu dalam proses pembelajaran, tidak mau mencatat, kurang tertib, sering mengasingkan diri, dan kurang mau bekerja sama.

(41)

menunjukkan perasaan sedih atau menyesal dalam menghadapi nilai yang rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu menunjukkan hasil belajar rendah, hasil belajar yang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan belajar, menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang wajar, dan menunjukkan gejala-gejala emosional yang cenderung labil. Ciri-ciri termasuk gejala tersebut dialami oleh semua siswa yang memiliki kesulitan belajar pada semua jenjang pendidikan termasuk pada siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk dapat peka terhadap gejala-gejala yang muncul pada siswa.

3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Secara umum faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa.

a. Faktor Internal

(42)

jasmaniah, seperti kesehatan tubuh dan cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh. Sedangkan faktor psikologi merupakan faktor-faktor yang bersifat psikis, contohnya seperti intelegensi, bakat, minat, dan motivasi.

1) Faktor Fisiologi a) Kesehatan tubuh

Seseorang yang sakit atau kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik sehingga dapat menyebabkan hal-hal seperti mudah lelah, pusing, mengantuk, sulit berkonsentrasi, kurang semangat dan pikirannya terganggu. Kondisi yang demikian akan menyebabkan penerimaan dan respon terhadap pelajaran menjadi berkurang. Saraf otak tidak dapat bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterpretasi, dan mengorganisasi bahan pelajaran yang diterima melalui indranya. Oleh karena itu perintah dari otak ke saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan, atau hasil pemikiran juga menjadi lemah (Dalyono, 2005: 231—232).

b) Cacat tubuh

(43)

menyebabkan kesulitan belajar. Cacat tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu cacat tubuh ringan dan cacat tubuh berat (Dalyono, 2005: 232). Cacat tubuh ringan dapat berupa kurangnya pendengaran, lemahnya penglihatan, maupun gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh berat yang bersifat tetap seperti buta, tuli, bisu, atau anggota gerak yang tidak lengkap. 2) Faktor Psikologi

a) Intelegensi

(44)

b) Bakat

Bakat merupakan potensi atau kemampuan dasar untuk belajar yang dibawa sejak lahir. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata apabila sudah belajar atau berlatih (Slameto, 2013: 57). Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu apabila hal tersebut sesuai dengan bakatnya. Namun apabila seorang siswa harus mempelajari bahan yang tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa tersebut akan cenderung cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak merasa senang (Dalyono, 2005: 234—235). Oleh karena itu tidak sesuainya bakat dengan apa yang dipelajari dapat menyebabkan kesulitan belajar.

c) Minat

(45)

Motivasi merupakan faktor yang menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menjadi penentu baik atau tidaknya pencapaian suatu tujuan. Siswa dengan motivasi tinggi akan menunjukkan sikap giat berusaha, gigih, dan tidak mudah menyerah. Sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa menjadi malas, kurang memperhatikan pelajaran, mudah putus asa, dan mudah menyerah. Hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar (Dalyono, 2005: 235—236).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan di sekitar siswa yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Muhibbin Syah (2011: 185) membagi faktor eksternal kedalam tiga bagian, yaitu:

1) Lingkungan keluarga

(46)

d) kelengkapan fasilitas belajar; e) managemen waktu belajar di rumah; dan f) kenyamanan suasana dirumah (Dalyono, 2005: 238). 2) Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang secara aktif digunakan untuk proses pembelajaran. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah juga dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, contohnya: a) cara mengajar guru; b) hubungan interaksi guru dengan siswa; c) hubungan interaksi siswa dengan siswa lain; dan d) sarana dan prasarana sekolah (Dalyono, 2005: 242—244).

3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat dapat berpengaruh dalam munculnya kesulitan belajar karena keberadaan siswa di dalam suatu masyarakat tersebut. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya pengaruh dari lingkungan di sekitar. Contohnya seperti kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain (Dalyono, 2005: 246—247) .

(47)

sebagai indikator adanya keabnormalan psikis, sehingga dapat menimbulkan kesulitan belajar. Sindrom psikologis berupa learning disability atau ketidakmampuan belajar tersebut terdiri atas:

a. Diseleksia (dyselexia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam membaca; b. Disgrafia (dysgraphia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam menulis; c. Diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam

matematika.

Namun, siswa yang memiliki sindrom tersebut secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal. Oleh sebab itu, kesulitan belajar siwa yang memiliki sindrom-sindrom tersebut mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction atau gangguan ringan pada otak (Lask, Reber, dalam Muhibbin Syah, 2011: 186)

(48)

4. Pengajaran Remedial bagi Siswa Berkesulitan Belajar

Bagi siswa yang memiliki prestasi rendah akibat mengalami kesulitan belajar, sangatlah perlu untuk diberikan layanan bimbingan belajar. Oleh sebab itu, guru sebagai penanggung jawab keberhasilan belajar siswa harus memberikan layanan bimbingan belajar yang baik. Pemberian layanan bimbingan belajar bagi siswa berkesulitan belajar dikenal dengan pengajaran remedial. Kegiatan pengajaran remedial sifatnya penting dalam keseluruhan program pembelajaran, sehingga seorang guru harus mampu untuk melaksanakan program pengajaran remedial. Hal tersebut dikarenakan secara umum setiap proses pembelajaran di kelas, selalu ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Mulyono (2003: 20) bahwa setiap akhir dari kegiatan pembelajaran dalam suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif dan setelah adanya evaluasi tersebut siswa yang belum menguasai materi pelajaran diberikan pengajaran remedial. Dengan demikian, pengajaran remedial pada dasarnya adalah kewajiban bagi setiap guru setelah diadakannya evaluasi formatif dan ditemukan bahwa ada siswa yang belum mampu mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.

(49)

demikian, pengajaran remedial merupakan bentuk pengajaran khusus yang bersifat individual dan bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran. Hal tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan atau yang dapat menimbulkan kesulitan dalam proses belajar siswa, sehingga siswa tersebut dapat mengikuti pelajaran secara klasikal di kelas dan dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.

Apabila dijumpai siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaan materi pelajaran dan tidak segera diatasi, maka dapat berpengaruh dalam penguasaan materi pelajaran berikutnya. Oleh karena itu, siswa tersebut akan semakin banyank mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran berikutnya. Sugihartono, dkk. (2007: 172) menegaskan bahwa pelaksanaan pengajaran remedial seharusnya disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pengajaran remedial pada setiap siswa belum tentu sama dikarenakan perlu adanya penyesuaian terhadap karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa. Hal tersebut diharapkan dapat menangani masalah kesulitan belajar pada setiap siswa secara maksimal.

(50)

tujuan untuk memperbaiki atau mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan atau menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa. Pengajaran remedial penting dilakukan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran setelah diadakannya evaluasi formatif dan ditemukan adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan adanya pengajaran remedial, diharapkan semua siswa dapat mengikuti pembelajaran di kelas secara maksimal, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan penjabaran terkait kesulitan belajar, kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal. Hal tersebut meliputi faktor internal atau yang berasal dari dalam diri siswa mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal atau yang berasal dari luar diri siswa mencakup aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian kesulitan belajar menyebabkan siswa tidak dapat memperoleh prestasi belajar yang baik.

D. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah di Kelas 4 SD

Negeri se-Kecamatan Ngemplak

(51)

hasil evaluasi dari proses belajar siswa. Berbagai pihak tentunya mengharapkan perolehan prestasi belajar yang tinggi bagi setiap siswa.

Kenyataanya, setiap individu siswa memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki prestasi belajar yang tinggi/ baik. Masih terdapat pula siswa yang memiliki prestasi belajar yang tergolong rendah di setiap kelas, meskipun dengan jumlah yang tidak banyak. Siswa dengan prestasi rendah tersebut diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh sebab itu, siswa tersebut tidak dapat belajar dengan sebagaimana mestinya. Sementara itu, ditemui di lapangan bahwa masih terdapat guru yang kurang memahami akan hal tersebut.

Oleh karena itu perlu diteliti tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa yang berprestasi rendah. Diharapkan dengan diketahuinya faktor penyebab kesulitan belajar tersebut, guru dapat menentukan tindakan yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Disamping itu, akan mempermudah guru dalam menentukan cara-cara mengajar yang tepat dan menjamin kemudahan siswa dalam belajar agar perolehan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

(52)
[image:52.595.137.510.195.411.2]

siswa, mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar diri siswa/lingkungan sekitar siswa, mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Gambar 1. Kerangka berpikir Siswa Berprestasi Rendah

Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan

Belajar

Kesimpulan

Internal

Fisiologi

Psikologi

Eksternal

Lingkungan Keluarga Lingkungan

Sekolah

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008: 7) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang data penelitiannya berupa angka-angka dan dianalisis dengan menggunakan statistik. Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey exploratif. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3) penelitian survey merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu. Data tersebut kemudian dikelompokkan menurut jenis, sifat, dan kondisinya untuk selanjutnya dibuat kesimpulan. Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 82) menambahkan, penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang suatu populasi yang cukup besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil.

(54)

kesulitan belajar siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di kelas 4. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman terdapat 22 Sekolah Dasar (SD) Negeri yang tersebar di Kecamatan Ngemplak. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2015.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa berprestasi rendah.

D. Populasi Penelitian

(55)

4 tersebut masih berada di kelas 3 semester 1 tahun ajaran 2014/ 2015 dengan jumlah 137 siswa. Namun, terdapat siswa yang tinggal kelas, pindah sekolah, dan berhenti sekolah sehingga jumlah populasi berkurang menjadi 114 siswa.

Jumlah populasi tersebut tersebar di sembilan belas sekolah, yaitu SDN Kejambon 1 berjumlah 4 siswa, SDN Kejambon 2 berjumlah 4 siswa, SDN Krawitan berjumlah 3 siswa, SDN Krapyak 1 berjumlah 7 siswa, SDN Krapyak 2 berjumlah 8 siswa, SDN Pokoh 1 berjumlah 3 siswa, SDN Pokoh berjumlah 11 siswa, SDN Jaten berjumlah 10 siswa, SDN Koroulon 1 berjumlah 5 siswa, SDN Koroulon 2 berjumlah 4 siswa, SDN Karanganyar berjumlah 4 siswa, SDN Umbulwidodo berjumlah 6 siswa, SDN Banjarharjo berjumlah 11 siswa, SDN Ngemplak 1 berjumlah 5 siswa, SDN Ngemplak 2 berjumlah 7 siswa, SDN Ngemplak 4 berjumlah 5 siswa, SDN Malangrejo berjumlah 8 siswa, SDN Randusari berjumlah 3 siswa, dan SDN Sempu berjumlah 6 siswa.

E. Sampel Penelitian

(56)

acak dengan menggunakan undian. Teknik pengambilan sampel ini digunakan agar setiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2007: 49) yaitu:

Keterangan: n : Sampel N : Populasi

d : Nilai presisi 95% atau Sig.= 0,05

Jumlah sampel dari populasi sebanyak 114 siswa ditentukan dengan Rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5%, sehingga jumlah sampel yang didapat sebanyak 89 siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

F. Definisi Operasional Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi

Rendah

(57)

Prestasi belajar dalam penelitian ini mencakup prestasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai, baik berupa angka maupun huruf. Prestasi belajar dikatakan rendah apabila nilai yang diperoleh dari hasil belajar berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Prestasi rendah dalam penelitian ini ditentukan dari nilai rata-rata di bawah 65.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data atau sering disebut dengan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2013: 203). Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket. Metode ini dipilih mengingat jumlah responden yang cukup besar. Melalui angket ini, diharapkan peneliti dapat meperoleh informasi mengenai variabel yang diukur dengan lebih efektif dan efisien.

H. Instrumen Penelitian

(58)
[image:58.595.132.511.260.446.2]

4. Sebelum menyusun instrumen, terlebih dahulu disusun kisi-kisi untuk mempermudah pembuatan butir-butir instrumen dalam angket. Masing-masing indikator terdiri dari beberapa sub-indikator yang diwakili beberapa butir pernyataan sebagai alat ukurnya. Berikut ini merupakan kisi-kisi angket tertutup:

Tabel 2.Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba

No Faktor Indikator No. Item Jumlah

Unfavorable Favorable

1. Internal/ Diri Sendiri

1. Fisiologi 1 2, 3, 4, 5 5

2. Psikologi 6, 9, 10, 11, 13

7, 8, 12, 14 9

2. Eksternal/ Lingkungan

1. Lingkungan Keluarga

15, 17, 18, 19, 20, 21, 22

16, 23 9

2. Lingkungan Sekolah

24, 26, 28, 30, 31

25, 27, 29 8

3. Lingkungan Masyarakat

32, 34 33, 35 4

Jumlah 35

(59)
[image:59.595.133.510.122.334.2]

Tabel 3.Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba

No Faktor Indikator

No. Item No.

Item yang Gugur

Jml

Unfavorable Favorable 1. Internal/

Diri Sendiri

1. Fisiologi 1 2, 3, 4 5 4

2. Psikologi 6, 9, 10, 11, 13

7, 8, 12, 14

- 9

2. Eksternal/ Lingkunga n

1. Lingkungan Keluarga

15, 17, 18, 19, 20, 21, 22

16 23 8

2. Lingkungan Sekolah

24, 26, 28, 30, 31

25, 27 29 7

3. Lingkungan Masyarakat

32, 34 35 33 3

Jumlah 31

Setelah dilakukan uji coba terdapat 4 butir item yang gugur, diantaranya item nomor 5, 23, 29, dan 31. Dengan demikian jumlah item yang digunakan dalam penelitian yaitu berjumlah 31 butir. Terdiri dari 20 butir item unfavorable dan 11 butir item favorable. Faktor internal pada aspek fisiologi terdiri dari 4 butir item dan aspek psikologi terdiri dari 9 butir item. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga terdiri dari 8 butir item, aspek lingkungan sekolah terdiri dari 7 butir item, dan aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 3 butir item.

I. Skala Pengukuran

(60)

kuantitatif (Sugiyono, 2008 : 92). Dengan demikian, nilai variabel yang diukur dengan suatu instrumen dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga data akan menjadi lebih akurat, efisien, dan komunikatif.

Jawaban pada setiap item instrumen yang menggunakan skala, mempunyai gradasi dari jawaban yang sangat positif sampai dengan yang sangat negatif. Penelitian ini menggunakan 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan alternatif jawaban yang sifatnya ragu-ragu. Alternatif jawaban yang digunakan adalah selalu, sering, jarang sekali, tidak pernah. Alternatif jawaban pada setiap butir merupakan data kualitatif yang kemudian ditransformasikan menjadi menjadi data kuantitatif menggunakan simbol angka. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut :

Untuk pernyataan favorable:

1. Selalu : 4

2. Sering : 3

3. Jarang sekali : 2 4. Tidak pernah : 1 Untuk pernyataan unfavorable:

1. Selalu : 1

2. Sering : 2

(61)

Untuk mendeskripsikan hasil penelitian ini, maka dibuatlah kategori menurut pengelompokan skor hasil penelitian. Dalam Riduan (2004:71-79) dijelaskan bahwa skor hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan nilai persentase yang didapat dari pengolahan skala, kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. 76%-100% : sangat menyebabkan kesulitan belajar 2. 51%-75% : menyebabkan kesulitan belajar

3. 26%-50% : kurang menyebabkan kesulitan belajar 4. 0%-25% : tidak menyebabkan kesulitan belajar

J. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Dalam suatu penelitian dibutuhkan instrumen yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut yaitu validitas dan reliabilitas. Oleh sebab itu, setelah instrumen selesai dibuat maka perlu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reabilitas instrumen. Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil pengukuran dapat menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 228).

(62)

Selanjutnya perlu juga dilakukan uji coba instrumen. Menurut Sugiyono (2008: 125) uji coba instrumen dapat dilakukan peneliti pada populasi dimana sampel diambil. Dengan demikian, diharapkan karakteristik dari sampel uji coba dapat mirip dengan responden. Instrumen diujicobakan pada 25 siswa.Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan Software SPSS 16. Dari hasil pengolahan data akan diperoleh butir instrumen yang valid dan tidak valid. Berdasarkan uji coba instrumen yang telah dilakukan pada 25 sampel menunjukkan hasil bahwa dari 35 item yang di uji cobakan, terdapat 4 item yang tidak valid.

[image:62.595.131.514.457.569.2]

Perhitungan reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan Software SPSS 16. Sebagai tolak ukur tinggi rendahnya reliabilitas instrument digunakan klasifikasi menurut Suharsimi Arikunto sebagai berikut :

Tabel 4

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen

Besarnya nilai Klasifikasi

0,800 – 1,00 Tinggi

0,600 – 0,800 Cukup

0,400 – 0,600 Agak rendah

0,200 – 0,400 Rendah

0,000 – 0,200 Sangat Rendah

(63)

K. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif yaitu teknik menganalisa data dengan cara menjelaskan atau menggunakan angka-angka yang disajikan dalam bentuk tabel, frekuensi dan persentase. Sehingga, teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif ini yaitu menggunakan statistik deskriptif. Data kuantitatif berupa skor-skor berbentuk angka yang kemudian dapat diukur persentasenya. Selanjutnya, skor persentase dimaknai secara kualitatif berdasarkan klasifikasi dengan pengkategorian, kemudian dilakukan interpretasi terhadap data tersebut. Data tersebut dijabarkan ke dalam kata-kata sehingga data yang diperoleh bisa lebih jelas dan valid. Sehingga teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik deskriptif kuantitatif dengan persentase.

Pedoman yang digunakan dalam melakukan analisis dengan menghitung persentase dari data yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus:

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Penelitian

1. Deskripsi Populasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 19 (Sembilan belas) Sekolah Dasar (SD) negeri di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi penelitian ini sebanyak 114 siswa kelas 4 yang tersebar di Sembilan belas sekolah, yaitu SDN Kejambon 1, SDN Kejambon 2, SDN Krawitan, SDN Krapyak 1, SDN Krapyak 2, SDN Pokoh 1, SDN Pokoh 2, SDN Jaten, SDN Koroulon 1, SDN Koroulon 2, SDN Karanganyar, SDN Umbulwidodo, SDN Banjarharjo, SDN Ngemplak 1, SDN Ngemplak 2, SDN Ngemplak 4, SDN Malangrejo, SDN Randusari, dan SDN Sempu.

2. Deskripsi Data Penelitian

(65)

aspek lingkungan sekolah dan aspek lingkungan masyarakat. Hasil analisis data penelitian faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Fisiologi di Kelas 4 SD

Negeri Se-Kecamatan Ngemplak

[image:65.595.168.514.428.537.2]

Aspek fisik terdiri dari 4 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 4 x 4 = 16 dan skor terendah adalah 4 x 1 = 1. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik adalah sebagai berikut:

Tabel. 5

Distribusi Frekuensi Faktor Internal pada Aspek Fisiologi

No Kategori Interval F %

1 2 3 4

Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar

76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25% 0 30 51 8 0% 33,7% 57,3% 9%

Jumlah 89 100%

(66)

0%-25%, berarti pada aspek fisik dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.5, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik menunjukkan bahwa jumlah frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 33,7%, pada kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan sebagian kecilnya tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%.

[image:66.595.188.513.332.438.2]

Tabel. 6

Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Fisiologi

No. Item Jumlah Persentase

1 151 42%

53%

2 224 63%

3 148 42%

42%

4 154 43%

Jumlah Total 677 48%

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa kondisi fisik siswa sebagian besar dalam kondisi yang baik. Hal tersebut dapat diketahui dari kondisi sebagian besar siswa yang cukup sehat dan jarang sekali ditemukan siswa yang sedang mengalami gangguan kesehatan ataupun cacat fisik. Terlihat dari kondisi siswa yang lincah dan bersemangat ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas.

(67)

dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 42%. Sedangkan dari segi daya tahan siswa dalam belajar, masih terdapat siswa yang merasa mudah lelah ketika belajar. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 63%. Dengan demikian, apabila dilihat dari kondisi kesehatan tubuh persentase yang diperoleh yaitu53%.

Masih terdapat pula beberapa siswa yang memiliki gangguan dalam pengelihatan, sehingga kurang bisa membaca tulisan dengan jelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar42%. Selain itu, juga terdapat siswa yang mengalami gangguan dalam mendengar sehingga kurang bisa mendengar dengan jelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 43%. Apabila dilihat dari cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh persentase yang diperoleh yaitu 42%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor fisik kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total yaitu sebesar 48%.

b. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikologi di Kelas 4

SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak

(68)
[image:68.595.164.518.125.230.2]

Tabel. 7

Distribusi Frekuensi Aspek Psikologi

No Kategori Interval F %

1 2 3 4

Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar

76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25% 41 46 2 0 46,1% 51,7% 2,2% 0%

Jumlah 89 100%

(69)
[image:69.595.188.510.137.317.2]

Tabel. 8

Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Psikologi

No. Item Jumlah Persentase

5 268 75%

77%

6 284 80%

7 272 76%

8 252 71%

65%

9 214 60%

10 271 76%

75%

11 266 75%

12 296 83%

80%

13 274 77%

Jumlah Total 2397 75%

(70)

Sebagian siswa merasa cukup kesulitan dalam belajar matematik atau materi-materi yang berkaitan dengan berhitung. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 71%. Disamping itu terdapat pula siswa yang merasa cukup kesulitan dalam belajar bahasa atau materi-materi yang lebih menekankan pada aspek kebahasaan seperti membaca dan memahami kalimat. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 60%. Dengan demikian, apabila dilihat dari bakat siswa persentase yang diperoleh yaitu 65%.

Dari segi ketertarikan siswa dalam belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang merasa tertarik untuk belajar, baik itu di rumah maupun di sekolah. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 76%. Hal tersebut diperkuat dengan masih adanya siswa yang kurang memperhatikan ketika pelajaran sedang berlangsung, ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 75%. Dengan demikian, apabila dilihat dari minat siswa persentase yang diperoleh yaitu 75%.

(71)

persentase yang diperoleh yaitu 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor psikis cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 75%.

c. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga

di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak

[image:71.595.167.511.456.565.2]

Aspek lingkungan keluarga terdiri dari 8 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 8 x 4 = 32 dan skor terendah adalah 8 x 1 = 8. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan keluarga adalah sebagai berikut:

Tabel. 9

Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Keluarga

No Kategori Interval F %

1 2 3 4

Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar

76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25% 3 17 61 8 3,4% 19,1% 68,5% 9%

Jumlah 89 100%

(72)

dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti pada aspek lingkungan keluarga dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.9, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan keluarga menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 19,1%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 68,5%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar 9%.

[image:72.595.170.509.362.530.2]

Tabel. 10

Tabel Data Hasil Penelitian padaFaktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga

No. Item Jumlah Persentase

14 143 40%

44%

15 174 49%

16 146 41% 41%

17 142 40%

42%

18 155 44%

19 157 44% 44%

20 181 51% 51%

21 153 43% 43%

Jumlah Total 1251 44%

(73)

persentase yang diperoleh yaitu sebesar 49%. Dengan demikian, apabila dilihat dari hubungan antar anggota keluarga persentase yang diperoleh yaitu 44%. Sedangkan dari segi kondisi ekonomi, sebagian besar sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan siswa terkait perlengkapan untuk sekolah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 41%.

Dari segi perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan siswa juga sudah cukup baik. Sebagian besar siswa mengaku bahwa orang tua selalu mengingatkan untuk belajar dan mengerjakan PR. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 40%. Disamping itu, apabila siswa merasa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, orang tua mereka dirumah bersedia membantu menjelaskan. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 44%. Namun terdapat juga beberapa siswa yang sudah tidak memiliki orang tua, sehingga peran orang tua tersebut digantikan oleh kakek/nenek maupun pengurus panti asuhan.Dengan demikian, apabila dilihat dari perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan persentase yang diperoleh yaitu 42%.

(74)

Gambar

Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi
Gambar 1. Kerangka berpikir
Tabel 2. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba
Tabel 3. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan belajar dalam mengurangi kesulitan belajar adalah siswa menunjukkan peningkatan prestasi belajar (nilai harian dan nilai

Hasil dari wawancara kelompok tersebut, ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang rendah yaitu, adanya perhatian orang tua yang kurang di

Kesulitan dalam belajar siswa merupakan suatu gejala yang selalu dihadapi oleh guru, karena guru bertanggung jawab untuk mengatasinya, kesulitan belajar ialah suatu

Kesulitan dalam belajar siswa merupakan suatu gejala yang selalu dihadapi oleh guru, karena guru bertanggung jawab untuk mengatasinya, kesulitan belajar ialah suatu

Priyoto (2014: 3) mengungkapkan bahwa kondisi stres dapat ditandai dengan dua gejala yaitu, gejala fisik dan gejala psikis. Bentuk gangguan fisik yang sering muncul

Paridjo (2006) juga mengemukakan Kesulitan belajar siswa adalah suatu gejala atau kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai oleh adanya hambatan- hambatan

Namun dalam pemecahan masalah kesulitan belajar ini akan berjalan dan berguna apabila dari diri anak atau siswa muncul dorongan dan keinginan melakukan perubahan untuk

Kesulitan belajar tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya minat siswa yang rendah dalam belajar matematika contohnya pada saat pembelajaran matematika berlangsung ada