• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 702012109 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 702012109 Full text"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di

Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Salatiga

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti :

Muchamad Taufiq Anwar ( 702012109 ) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika

dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

1

EVALUASI PENGGUNAAN TIK DALAM PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SALATIGA

1) Muchamad Taufiq Anwar, 2) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd.

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1) taufiq.anwar.m@gmail.com, 2) dharma.palekahelu@staff.uksw.edu

Abstract

Indonesia's education curriculum implies the integration of ICT in learning at school. Evaluation of ICT use in education is very important as it could reveal the cause of ICT underutilization as well as identifying obstacles in the use of ICT in school. This study describes the use of ICT in learning in high school in Salatiga, students’ perceptions, and the challenges in the use of ICT. The results showed a high frequency of internet use, moderate of use of computers and laptops, and varied use of other devices. Most used software is Office suite, image processor, and web-based applications. ICT tools most frequently used by students to find references when doing assigments. Students' perception of the use of ICT is very positive since ICTs can facilitate learning. Obstacles in using ICT in learning includes limited ICT resources, limited human resources, and the misuse of ICTs.

Keywords – evaluation of ICT use in learning, high school ICT use in learning, frequency of ICT use, students’ perception, challenge of ICT use

Abstrak

Kurikulum pendidikan Indonesia mengisyaratkan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran di sekolah. Evaluasi penggunaan TIK dalam pendidikan sangat diperlukan karena dapat menunjukkan penyebab pemanfaatan sumber daya TIK yang kurang maksimal serta mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam pemanfaatan TIK di sekolah. Penelitian ini mendeskripsikan penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Salatiga, persepsi siswa, serta hambatan / tantangan dalam penggunaan TIK. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi penggunaan internet yang tinggi frekuensi penggunaan komputer dan laptop yang sedang, serta penggunaan perangkat lain dengan frekuensi tidak tentu. Software yang paling banyak digunakan adalah Office suite, pengolah gambar, serta aplikasi berbasis web. Perangkat TIK paling sering digunakan siswa untuk mencari referensi ketika mengerjakan tugas. Persepsi siswa terhadap penggunaan TIK sangat positif dengan alasan bahwa TIK dapat memudahkan / menguatkan proses belajar. Hambatan penggunaan TIK untuk pembelajaran di SMA antara lain terbatasnya sarana TIK, sumber daya manusia yang kurang, serta penyalahgunaan TIK.

Kata Kunci – evaluasi TIK dalam pembelajaran, penggunaan TIK di Sekolah Menengah Atas, frekuensi penggunaan TIK, persepsi siswa, tantangan penggunaan TIK

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(8)

2 1. Pendahuluan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah masuk ke pelbagai segi kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan. Berdasarkan visi “pembelajaran sepanjang hayat”, tim kerja Menteri Pendidikan Nasional mengembangkan program kerja lima-tahunan (2001-2005) untuk mengintegrasikan TIK dalam dunia pendidikan yang di dalamnya termasuk penggunaan TIK sebagai bagian penting dari kurikulum dan sebagai alat pembelajaran di sekolah[1]. Beberapa program telah diluncurkan untuk menyediakan infrastruktur TIK di sekolah, di antara adalah program “Satu Sekolah Satu Laboratorium”, block-grant, dan lain sebagainya [2]. TIK merupakan bagian penting dari Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan menjadi sebuah mata pelajaran di mana siswa mempelajari penggunaan software pengolah kata, pengolah angka, pengolah gambar, serta internet [2]. Mata pelajaran TIK terus berlanjut pada pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan diharapkan digunakan secara teritegrasi dalam pembelajaran. Pada tahun ajaran 2014/2015 semua Sekolah Menengah Atas (SMA) di Salatiga melaksanakan Kurikulum 2013 meski pada sebagian sekolah hanya berjalan selama satu semester. Hingga tahun ajaran 2015/2016 ini, di Kota Salatiga terdapat dua SMA yang menjalankan kurikulum 2013 dan SMA lainnya menggunakan KTSP. Meski terdapat perbedaan kurikulum yang digunakan, penggunaan TIK dalam pembelajaran tetap berjalan pada sekolah-sekolah tersebut[3]. Evaluasi penggunaan TIK dalam pendidikan sangat penting untuk dilakukan karena dapat menunjukkan penyebab pemanfaatan sumber daya TIK yang belum maksimal serta mengidentifikasi hambatan dalam pemanfaatan TIK di sekolah[2]. Penelitian ini menanyakan: Bagaimanakah frekuensi penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota Salatiga? Bagaimanakah bentuk penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota Salatiga? Bagaimanakah persepsi siswa SMA di Kota Salatiga terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah? Apakah hambatan yang dialami dalam penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota Salatiga? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota Salatiga, persepsi siswa, serta hambatan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran di sekolah. Dengan mengetahui gambaran penggunaan TIK dalam pembelajaran serta hambatan yang ditemui, maka dapat dilakukan perbaikan atas praktik penggunaan TIK dalam pembelajaran yang berjalan selama ini.

2. Tinjauan Pustaka

Adapun hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain:

Iman (2015) dalam “EVALUASI PEMANFAATAN TIK PADA PEMBELAJARAN OLEH GURU-GURU SMP NEGERI 1 UNGARAN DALAM

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013” menyimpulkan bahwa pemanfaatan TIK

dalam perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran pada kelompok mata pelajaran IPA, IPS, dan seni kesemuanya termasuk dalam kategori sangat tinggi[4].

Conole (2008) dalam “‘Disruptive technologies’, ‘pedagogical

(9)

3

sikap mahasiswa tahun pertama sangat positif terhadap penggunaan TIK untuk membantu belajar mereka. Aktivitas kunci yang mereka sebutkan antara lain: menggunakan komputer untuk belajar, mencari informasi, administrasi kuliah, berkomunikasi lewat SMS dan instant messaging, serta menggunakan Learning Managemet System untuk mengakses materi seputar perkuliahan[6]. Hasugian (2011) dalam penelitiannya “Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Belajar oleh Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang” menemukan bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan internet sejak mereka belum kuliah dengan intensitas 1-2 kali dalam seminggu. Mahasiswa menggunakan internet sebagai sumber belajar karena diberikan tugas oleh dosen. Hambatan yang dialami mahasiswa yaitu masih mahalnya akses internet[7].

Pelgrum (2001) dalam “Obstacles to the integration of ICT in education: results from a worldwide educational assessment” menemukan bahwa hambatan utama pengitegrasian TIK dalam pendidikan adalah kurangnya jumlah komputer, guru tidak memiliki pengetahuan / keterampilan, serta tidak tercukupinya komputer dengan akses simultan ke internet[8]. Bingimlas (2009) dalam “Barriers to the successful integration of ICT in teaching and learning environments: A review of

the literature” menemukan bahwa guru memiliki kemauan besar untuk

mengintegrasikan TIK dalam pendidikan tetapi terhalang tidak adanya percaya diri, kurangnya kompetensi, dan tidak adanya sumber daya[9]. Hal ini senada dengan Khan et al. (2012) yang menemukan bahwa kurangnya pengetahuan tentang penggunaan TIK dan kurangnya keterampilan pada alat TIK dan software juga telah membatasi penggunaan perangkat TIK dalam situasi belajar mengajar di

Bangladesh[10]. Legawaningsih (2012) dalam penelitiannya “Pengaruh

Ketersediaan Perangkat TIK, Strategi Coping Proaktif dan Computer Self Efficacy

pada Burnout Guru dan Dampaknya Terhadap Pemanfaatan TIK dalam

Pembelajaran di SMA dan SMK Salatiga” menemukan bahwa ketersediaan perangkat TIK berpengaruh terhadap pemanfaatan TIK untuk pembelajaran[11]. Indrawati (2012) dalam penelitiannya “Pengelolaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran Kimia Kelas X Sma Negeri 3 Salatiga” menemukan bahwa hambatan penggunaan pembelajaran berbasis komputer pada mata pelajaran Kimia kelas X adalah belum semua guru mampu merancang media pembelajaran dengan aplikasi Powerpoint dengan baik sehingga masih ditemui tampilan Powerpoint yang kurang menarik[12]. Berdasarkan temuan penelitian terdahulu mengenai bentuk-bentuk penggunaan TIK dalam pembelajaran, hambatan penggunaan TIK dalam pembelajaran, serta evaluasi penggunaan TIK pada pembelajaran oleh guru SMP Negeri 1 Ungaran, maka peneliti tertarik untuk mengevaluasi penggunaan TIK dalam pembelajaran oleh siswa di SMA di kota Salatiga dengan mengetahui bentuk penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di kota Salatiga, persepsi siswa, serta hamabatan yang dialami.

(10)

4

proses (Process), dan produk (Product)[13]. Menurut Stufflebeam, tujuan terpenting dari evaluasi bukanlah untuk membuktikan, melainkan untuk memperbaiki[14].

Tidak ada definisi universal untuk TIK karena konsep, metode, dan aplikasi yang digunakan dalam TIK selalu berubah dari hari ke hari. Luasnya istilah TIK meliputi setiap produk yang dapat menyimpan, mengambil, memanipulasi, mengirimkan atau menerima informasi secara elektronik dalam bentuk digital, misalnya komputer pribadi, televisi digital, email, dan robot (Riley, 2015)[15].

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Disdiknas, 2003)[16]. Pendidik memiliki peran untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sumber belajar meliputi berbagai hal seperti buku, sumber elektronik / digital, maupun objek untuk dipelajari. Lingkungan belajar yang kondusif akan memudahkan peserta didik dalam belajar.

Ada dua pendekatan utama untuk menggunakan media dan teknologi di sekolah. Pertama, siswa dapat belajar "dari" media dan teknologi, dan kedua, mereka dapat belajar "dengan" media dan teknologi. Belajar ‘dari’ teknologi dilakukan seperti dalam penggunaan computer-based instruction (tutorial) atau integrated learning systems. Belajar ‘dengan’ teknologi adalah menggunakan teknologi sebagai cognitive tools (alat bantu pembelajaran kognitif) dan menggunakan teknologi dalam lingkungan pembelajaran konstruktivisme (constructivist learning environments)[17].

3. Metode Penelitian

(11)

5

melakukan crosscheck / triangulasi terhadap temuan angket serta untuk mengumpulkan informasi lebih lengkap dari temuan angket.

Penelitian dilakukan pada enam SMA dari delapan SMA yang ada di Kota Salatiga, yang terdiri dari tiga SMA negeri dan tiga SMA swasta. Keenam sekolah tersebut dipilih karena memiliki nilai akreditasi yang sepadan. Dari masing-masing SMA negeri dan swasta, terdapat satu sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 dan dua sekolah lainnya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / KTSP (sekolah ini pernah menggunakan Kurikulum 2013 pada Semester Ganjil tahun ajaran 2014/2015). Sampel dalam penelitian ini adalah 45 siswa untuk setiap sekolah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.

Dari angket yang didistribusikan ke enam SMA di Salatiga, didapatkan respon balik yang terdiri dari 124 responden dari SMA negeri dan 132 responden dari SMA swasta. Hasil temuan angket kemudian di-crosscheck dengan melakukan wawancara terhadap siswa (random) dan guru.

4. Hasil dan Pembahasan

Frekuensi penggunaan TIK untuk pembelajaran

Tabel 1 Frekuensi penggunaan TIK untuk pembelajaran di sekolah

(12)

6

Tabel 1 menunjukkan frekuensi penggunaan komputer (desktop PC) yang cenderung masih dalam orde mingguan, baik di SMA negeri maupun swasta, dengan frekuensi penggunaan komputer di SMA negeri sedikit lebih tinggi daripada SMA swasta. Berdasarkan wawancara, siswa SMA yang menerapkan KTSP menggunakan komputer terutama pada saat pelajaran TIK (dan pelajaran Multimedia di SMA Kristen 1 Salatiga). Sedangkan di SMA yang menggunakan Kurikulum 2013, komputer digunakan pada mata pelajaran Keterampilan, atau jika disediakan komputer di dalam kelas, maka dapat digunakan pada setiap mata pelajaran (tergantung desain pembelajaran guru). Tidak terdapat perbedaan yang mencolok dalam frekeunsi penggunaan komputer antara sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 dan KTSP. Siswa dapat juga menggunakan komputer di perpustakaan ketika ada penugasan dari guru pada mata pelajaran selain TIK, menggunakan komputer lab setelah pulang sekolah, atau menggunakan komputer perpustakaan saat jam istirahat untuk mencari referensi / mengerjakan tugas.

Frekuensi penggunaan laptop dalam pembelajaran baik di SMA negeri maupun swasta juga cenderung masih dalam orde mingguan, dengan frekuensi penggunaan komputer di SMA negeri sedikit lebih tinggi daripada SMA swasta. Berdasarkan wawancara, siswa menggunakan laptop untuk mengerjakan tugas (kelompok) pada mata pelajaran – mata pelajaran yang tidak terbatas hanya pada mata pelajaran TIK dengan frekuensi yang tidak menentu tergantung tugas yang diberkan oleh guru. Laptop yang digunakan adalah milik siswa sendiri dan hanya dibawa ke sekolah saat diperlukan untuk mengerjakan tugas saja, meski ada pula siswa yang membawa laptopnya setiap hari ke sekolah.

Frekuensi penggunaan tablet dalam pembelajaran di SMA negeri dan swasta bervariasi; ada 24% responden siswa SMA negeri dan 34% responden siswa SMA swasta yang menyebutkan bahwa mereka menggunakan tablet setiap hari, akan tetapi sebagian besar responden (52% responden siswa SMA negeri dan 65% responden siswa SMA swasta) menyebutkan belum pernah menggunakan tablet untuk pembelajaran. Berdasarkan wawancara, siswa yang memiliki tablet membawa tablet mereka ke sekolah dan dapat dimanfaatkan untuk browsing / mengerjakan tugas. Sebagian besar siswa lainnya umumnya menggunakan smartphone. Frekuensi penggunaan tablet di SMA swasta lebih tinggi daripada SMA negeri.

(13)

7

Frekuensi penggunaan televisi dalam pembelajaran di SMA negeri dan swasta sangat rendah. 90% responden siswa SMA negeri dan 69% responden siswa SMA swasta menyebutkan belum pernah menggunakan televisi untuk pembelajaran. Siswa SMA swasta, meski sedikit, lebih sering menggunakan televisi untuk pembelajaran. Berdasarkan wawancara, ada guru yang menggunakan televisi untuk memutar video media pembelajaran. Meski ada laptop, televisi dipilih karena tidak memerlukan speaker tambahan agar terdengar oleh banyak siswa. Meski frekuensi penggunaan televisi untuk pembelajaran sangat rendah, frekuensi penggunaan televisi untuk hiburan juga tidak kalah rendah. Hal ini dikarenakan sekolah yang tidak menyediakan televisi untuk siswa atau karena sekolah tidak menyediakan televisi yang terhubung dengan antena / receiver.

Frekuensi penggunaan email untuk pembelajaran bervariasi dalam orde bulanan, mingguan, dan harian, serta sebagian ada yang belum pernah menggunakan. Berdasarkan wawancara, siswa menggunakan email dalam pembelajaran untuk berbagi materi dan mengirim tugas dengan frekuensi yang tidak menentu. Frekuensi penggunaan email di SMA negeri sedikit lebih tinggi daripada SMA swasta.

Penggunaan SMS sebagian besar tidak pernah, dan sebagian lainnya dengan frekuensi yang bervariasi dalam orde harian, mingguan, dan bulanan. Berdasarkan wawancara, siswa biasanya menggunakan SMS untuk berkoordinasi antar teman sekelas / anggota kelompok terutama saat ada tugas kelompok. Meski demikian, siswa lebih sering menggunakan BBM karena dapat melakukan group chat dan berbagi materi pelajaran. Tidak terdapat perbedaan frekuensi dalam penggunaan SMS antara SMA negeri dan swasta.

Frekuensi penggunaan internet untuk pembelajaran di SMA negeri maupun swasta sangat tinggi. Hal ini terlihat dari 78% responden siswa SMA negeri dan 76% responden siswa SMA swasta yang menyebutkan bahwa mereka menggunakan internet satu kali atau lebih dalam sehari. Berdasarkan wawancara, siswa paling banyak mengunakan internet untuk mencari referensi saat mengerjakan tugas dari guru. Sebagian besar siswa mengakses internet dengan smartphone milik mereka dengan menggunakan paket data seluler, diikuti dengan perangkat lain seperti tablet, laptop, dan komputer. Tidak terdapat perbedaan frekuensi penggunaan internet antara SMA negeri dan swasta.

Software yang digunakan dengan TIK dalam pembelajaran

Penggunaan TIK dapat tergambar dari software yang digunakan. Berdasarkan cacah jawaban responden, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2 Software yang digunakan di sekolah

Negeri Swasta

Microsoft Word 99% 100%

(14)

8

Microsoft PowerPoint 97% 95%

Photoshop 60% 54%

Blogs 51% 25%

Wikis 28% 32%

Corel Draw 20% 34%

Paint 14% 10%

Lain-lain 14% 20%

Tabel 2 menunjukkan bahwa, baik di SMA negeri maupun swasta, software yang paling banyak digunakan adalah kategori Office suite (Word, Excel, Powerpoint), pengolah grafis (Photoshop, Corel Draw, MS Paint), dan aplikasi internet (blog, wiki). Berdasarkan wawancara, Office suite digunakan siswa untuk mengerjakan tugas. Software pengolah grafis digunakan karena merupakan bagian dari kurikulum (mata pelajaran TIK dan Multimedia), akan tetapi ada kalanya siswa menggunakannya untuk mata pelajaran lain seperti untuk mendesain cover laporan (meski sangat minim). Internet digunakan siswa untuk mencari informasi dan ada kalanya ada guru yang memberikan penugasan melalui blog, menugaskan siswa untuk membuat blog dan mem-posting hasil pekerjaaanya di blog mereka. Software lain yang disebutkan siswa antara lain adalah software-software multimedia (pengolah video, animasi), Learning Management System, media sosial, dan software virtualisasi. Software yang digunakan cenderung bervariasi tergantung inovasi guru.

Bentuk penggunaan TIK oleh siswa untuk belajar di sekolah

Berdasarkan pertanyaan terbuka angket mengenai bagaimana siswa menggunakan TIK untuk pembelajaran di sekolah, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3 Bentuk penggunaan TIK oleh siswa untuk belajar di sekolah

Negeri Swasta

Mencari referensi untuk mengerjakan tugas 90% 77%

Presentasi 11% 9%

Lain-lain 6% 21%

(15)

9

dengan hasil temuan Sadjianto (2012) yang menemukan bahwa guru sering menyuruh siswa untuk mencari tugas di internet sehingga siswa sangat termotivasi dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar[22]. Penggunaan lain dari TIK adalah untuk presentasi (penugasan dari guru), menonton film, mengirim email, dan mengetik tugas. Hal ini senada dengan Conole (2008) yang menemukan bahwa siswa menggunakan teknologi untuk mendukung aspek pembelajaran seperti penemuan sumber daya, serta penyusunan dan penyelesaian tugas[5].

Persepsi siswa terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran

Tabel 4 Persepsi siswa terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran

1. Guru saya menggunakan berbagai TIK

untuk membantu saya belajar. 0% 0% 2% 0%

Tabel 4 menunjukkan bahwa siswa negeri (87% responden) maupun swasta (97% responden) setuju dengan persepsi bahwa guru mereka menggunakan TIK untuk pembelajaran. Berdasarkan wawancara, hampir semua guru mata pelajaran telah menggunakan TIK dalam pembelajaran. TIK yang digunakan guru biasanya adalah menggunakan media presentasi Powerpoint dengan menggunakan laptop dan LCD projector. Sementara itu, hanya sebagaian kecil guru yang menggunakan media ajar lain seperti Flash dan software pembelajaran lain. 92% siswa SMA negeri dan 96% siswa SMA swasta setuju bahwa TIK membantu mereka belajar lebih banyak. Berdasarkan wawancara, siswa maupun guru mendapatkan manfaat dari adanya internet yang memudahkan dalam mendapatkan informasi yang lebih luas daripada dari sumber-sumber seperti buku. Demikian pula, sebagian besar siswa tidak setuju TIK membuat mereka tidak bisa belajar.

93% responden siswa SMA negeri dan 91% responden siswa SMA swasta setuju bahwa mereka suka menggunakan TIK untuk belajar. Lebih lanjut, dari pertanyaan angket berikutnya, dapat diketahui alasan siswa lebih menyukai menggunakan TIK untuk belajar, yaitu:

Tabel 5 Alasan siswa lebih suka menggunakan TIK untuk belajar di sekolah

Negeri Swasta

(16)

10

TIK menyenangkan 10% 6%

Lain-lain 19% 22%

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA negeri (65% responden) dan siswa SMA swasta (73% responden) lebih suka menggunakan TIK untuk belajar di sekolah karena pemanfaatan TIK untuk belajar di sekolah dipersepsi siswa sebagai sarana yang memberikan kemudahan, kepraktisan, kecepatan, dan akses ke sumber belajar yang lebih besar / kaya. Hal ini sesuai dengan temuan Edmund et al (2012) yang menemukan bahwa kebermanfaatan dan kemudahan penggunaan merupakan dimensi utama sikap siswa terhadap teknologi[23].

10% responden siswa SMA negeri dan 6% responden siswa SMA swasta juga menyebutkan bahwa mereka lebih suka menggunkaan TIK untuk belajar di sekolah karena TIK menyenangkan. Berdasarkan wawancara, siswa merasa senang karena TIK dapat menyediakan media belajar yang lebih bervariasi / interaktif sehingga tidak se-membosankan pembelajaran konvensional yang berbasis buku / ceramah.

Sebagian siswa lain juga menyebutkan bahwa mereka lebih suka menggunakan TIK untuk belajar di sekolah karena disediakannya wifi gratis sehingga dapat menghemat kuota internet paket data pribadi mereka.

Hambatan penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah

Tabel 6 Hambatan penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah

Negeri Swasta

Wifi / internet lambat /putus-putus; jangkauan Wifi kurang 43% 43%

Keterbatasan kuantitas dan atau kualitas perangkat TIK 36% 23%

Guru dan atau siswa kurang menguasai TIK 8% 9%

Penyalahgunaan TIK 7% 15%

Lain-lain 2% 7%

(17)

11

Meski tidak begitu banyak, siswa swasta memiliki kecenderungan sedikit lebih tinggi untuk menyalahgunakan TIK untuk hal lain di luar pembelajaran, seperti mengakses media sosial, Youtube, atau situs lain ketika guru sedang menerangkan. Hal ini sesuai dengan (Pelgrum, 2001) yang mengatakan bahwa penggunaan teknologi oleh siswa untuk belajar bercampur dengan penggunakan alat ini untuk kegiatan sosial (media sosial) dan kesenangan / hiburan[8].

Hambatan lain adalah sumber daya manusia yang kurang memadai. Beberapa guru / siswa kurang terampil dalam menggunakan TIK. Hal ini sesuai dengan (Pelgrum, 2001) yang mengatakan bahwa salah satu hambatan utama pengitegrasian TIK dalam pendidikan adalah kurangnya pengetahuan / keterampilan guru[8].

Diskusi

Pemanfaatan TIK yang baik adalah yang terintegrasi dalam mata pelajaran – mata pelajaran[2], akan tetapi, dalam penelitian ini ditemukan bahwa penggunaan komputer dan software-software masih cenderung ‘terbatas’ pada mata pelajaran TIK / Prakarya, sementara pemanfaatan pada mapel lain masih jarang-jarang. Pemanfaatan TIK pada mapel lain pun sebagian besar masih terbatas pada penggunaan Powerpoint, sementara guru yang menggunakan TIK dalam bentuk lain seperti Flash dan alat TIK lain masih rendah. Rupanya, tuntutan kurikulum nasional Indonesia yang mempromosikan penggunaan TIK dalam pembelajaran belum dijalankan dengan begitu baik. Penelitian menunjukkan bahwa TIK dapat membantu siswa memahami konsep abstrak[2]. Kekuatan penggunaan TIK untuk proses pembelajaran terletak pada desain materi pembelajaran yang interaktif,

menarik, multimedia, dan memiliki tampilan visual yang baik[2].

Diperkenalkannya Kurikulum 2013 dapat memaksa guru untuk menggunakan TIK, meski belum maksimal. Guru yang ‘terpaksa’ menggunakan TIK dalam pembelajaran, membuat slideshow yang ‘seadanya’ sehingga (justru) gagal menarik minat siswa untuk belajar. Sebagian siswa bahkan (justru) lebih menyukai / lebih memahami materi ajar meski tanpa menggunakan TIK. Prinsipnya, guru harus bisa menyampaikan materi ajarnya dengan me-relate dengan apa yang sudah diketahui / dipahami oleh siswa. Pelatihan terhadap guru perlu dilakukan agar guru lebih sadar akan bentuk-bentuk pemanfaatan TIK dalam pembelajaran yang lebih baik dan efektif. Ketika guru melihat TIK sebagai alat untuk mencapai tujuan kurikulum, mereka akan lebih terdorong untuk menggunakan TIK dalam pembelajaran[2]. Meski segala-galanya tidak serta merta digantikan dengan TIK, tetapi sumber daya TIK dapat melengkapi sumber daya ajar yang sudah ada untuk menguatkan proses pembelajaran.

(18)

12

membantu siswa untuk memahami sebuah konsep abstrak, akan tetapi jika kita begitu saja menggantungkan pelajaran skill pada penggunaan simulasi / visualisasi, maka skill siswa kurang terbentuk. Misalnya, dalam pelajaran Biologi siswa dituntut untuk dapat melakukan pengamatan sel bawang merah dengan mikroskop. Hal ini dapat disimulasikan dengan TIK, akan siswa tidak akan mendapatkan pengalaman kinestetis / somatis / psikomotor tentang bagaimana membelah bawang tipis, menyiapkan preparat, mengatur pencahayaan serta memfokuskan mikroskop.

Berdasarkan perbedaan yang teramati dalam pembahasan penggunaan TIK antara SMA negeri dan swasta terlihat bahwa secara umum penggunaan TIK di SMA swasta di kota Salatiga lebih bervariasi dibandingkan dengan SMA negeri. Guru-guru di SMA swasta di kota Salatiga memiliki lebih banyak inovasi bentuk-bentuk pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, sementara bentuk-bentuk pemanfaatan TIK di SMA negeri lebih cenderung ‘mainstream’mengikuti apa yang telah digariskan dari kurikulum. Dari sisi hambatan yang dialami, lebih banyak siswa negeri yang mengeluhkan tentang sarana dan prasarana TIK di sekolah, serta lebih banyak siswa SMA swasta yang menyalahgunakan TIK untuk membuka media sosial dan situs hiburan. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena sekolah swasta yang cenderung berorientasi kepada kepuasan pelanggan, yang dalam hal ini adalah siswa.

Persepsi siswa terhdap TIK sudah positif, alangkah baiknya jika disusul dengan pemanfaatan TIK yang lebih menarik dan efektif bagi siswa. Kita mungkin masih di awal dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, tetapi ini menjadi momen yang sangat baik untuk melakukan gebrakan, terlebih, kita dapat didukung oleh hasil-hasil penelitian terdahulu tentang bagaimana pemanfaatan TIK dalam pembelajaran yang berhasil dan bagaimana yang tidak. Hendaknya, praktek pemanfaatan TIK dalam pembelajaran memiliki dasar penelitian.

Internet menyediakan sumber belajar yang sangat luas. Siswa sering menggunakan internet untuk mencari referensi ketika mengerjakan tugas, selain karena penugasan dari guru, hal ini dilakukan siswa juga karena buku yang disediakan untuk mereka isinya kurang lengkap. Siswa kini telah memiliki inisiatif sendiri untuk menggunakan internet sebagai sumber belajar. Meski ada pula siswa yang memilih untuk langsung mencari jawaban di internet meski hal itu ada di buku mereka karena mencari jawaban di internet lebiih mudah, cepat, dan praktis. Hal ini perlu medapatkan perhatian khusus terkait isu “Google effect” yang menyebutkan bahwa kemudahan pemerolehan informasi berimbas kepada rendahnya tingkat retensi pengetahuan.

Seiring diberlakukannya bentuk pembelajaran student-centered, peer-teaching, dan peer-sharing, TIK sangat membantu dalam pertukaran pengetahuan oleh siswa[2]. Di Salatiga, hal ini teramati pada inisiatif siswa untuk membentuk grup belajar dengan memanfaatkan media sosial yang mereka akses melalui smartphone.

(19)

13

kelas mereka. Pembagian bandwidth dan anggaran belanja bandwidth perlu mendapatkan perhatian dari pejabat sekolah / pengelola TI sekolah. Saat ini, sebagian besar siswa masih menggunakan paket data seluler sendiri. Di sisi lain, penyediaan Wifi / internet di kelas bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, Wifi / internet dapat digunakan kapan saja ketika dibutuhkan dalam desain pembelajaran. Namun, di sisi lain, ketersediaan akses internet dapat pula disalahgunakan siswa untuk hal-hal lain seperi mengakses media sosial dan mengakses situs hiburan. Diperlukan adanya kebijakan untuk mengatur hal ini, misalnya dengan pembatasan pembukaan akses internet pada saat dibutuhkan saja, sesuai desain pembelajaran guru. Kebijakan sekolah terkait penggunaan TIK, perencanaan, dukungan, pelatihan TIK dan pengelolaan sarana dan prasarana TIK sekolah pada umumnya sangat diperlukan karena memberi pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan TIK dalam kelas (Tondeur et al., 2008)[24].

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan TIK adalah isu kesehatan. Beberapa siswa mengeluhkan bahwa ketika mereka menggunakan TIK, mata mereka menjadi ‘pedas’ karena lama menatap layar. Isu lain yang kurang mendapat perhatian adalah tentang keergonomisan / postur tubuh ketika menggunakan perangkat TIK.

Meski Kurikulum 2013 meng-klaim bahwa ‘siswa sudah bisa TIK dengan sendirinya’, nyatanya masih ditemui siswa yang masih belum terbiasa menggunakan alat TIK. Di sisi lain, sebagian besar siswa yang (katanya) memiliki kemampuan TIK, nyatanya mengalami kesulitan saat dihadapkan pada persoalan penggunaan TIK yang lebih advanced. “Kalau cuma mengetik sih, semua orang kan bisa ya mas. Tapi kalau misalnya harus membuat laporan yang terdapat halaman portrait dan diselingi halaman landscape, membuat daftar isi, membuat tab, dan sebagainya, sebagian besar siswa (termasuk juga guru) masih kebingungan.”, ujar salah satu guru yang penulis wawancarai. Sepertinya kita masih membutuhkan TIK sebagai sebuah mata pelajaran. Melengkapi siswa dengan keterampilan TIK dapat memfasilitasi pengintegrasian TIK yang efektif di sekolah [2].

(20)

14 5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. TIK yang paling sering digunakan oleh siswa SMA di kota Salatiga adalah internet. Alat TIK yang paling sering digunakan siswa adalah smartphone / tablet serta komputer / laptop.

2. Bentuk penggunaan TIK dalam pembelajaran oleh siswa SMA negeri maupun swasta di Kota Salatiga berbasis software office suite terutama untuk mengerjakan tugas.

3. Siswa SMA negeri dan swasta di kota Salatiga memberikan persepsi positif terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran karena TIK dianggap memberi kemudahan dalam mencari sumber belajar.

4. Hambatan penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota Salatiga

adalah Wifi yang tidak menjangkau seluruh area sekolah, keterbatasan sarana TIK, keterbatasan sumber daya manuasia, serta penyalahgunaan TIK untuk mengakses media sosial dan situs hiburan.

Saran penelitian berikutnya

Beberapa pertanyaan dalam angket yang digunakan pada penelitian berupa pertanyaan terbuka yang mengakibatkan kurang terarahnya jawaban / respon siswa. Untuk penelitian berikutnya, hendaknya melakukan penelitian pendahulu untuk mengidentifikasi jawaban-jawaban yang sering muncul untuk dijadikan poin pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka dapat tetap digunakan untuk menangkap / merekam jawaban siswa yang berada di luar pertanyaan tertutup. Penelitian ini belum menggambar secara mendalam penggunaan TIK oleh guru, maka pada penelitian yang akan datang, hendaknya menyelediki pula hal tersebut di samping penggunaan TIK oleh siswa. Setiap sekolah bisa saja memiliki karakteristik penggunaan TIK yang berbeda-beda (karena perbedaan kebijakan dan atau kepedulian penjabat sekolah), alangkah baiknya jika peneltian berikutnya dapat membahas karakteristik penggunaan TIK ini untuk setiap satuan pendidikan, sehingga dapat dihasilkan masukan yang spesifik untuk masing-masing sekolah.

Saran kepada pihak-pihak terkait:

Saran kepada sekolah:

 Pembuatan kebijakan terkait pengelolaan sarana prasarana TIK, serta regulasi penggunaan TIK dalam pembelajaran.

Saran kepada dinas pendidikan:

 Mengadakan pelatihan kepada guru tentang pemanfaatan TIK yang baik dan efektif.

(21)

15

 Sosialisasi kepada siswa mengenai pemanfaatan TIK yang baik dan sehat.

Saran kepada pemerintah / kementrian / pembuat kebijakan:

 Melakukan pendampingan dan monev rutin terkait program yang berkaitan dengan penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah.

Saran kepada stakeholder lain / swasta:

 Kerja sama dengan sekolah mengenai pengadaan sarana dan prasarana TIK di sekolah.

6. Daftar Pustaka

[1] Yuhetty, H. (2004, February). ICT and Education in Indonesia. In Proceedings Asia and the Pacific Seminar.

[2] Bangkok, U. N. E. S. C. O. (2004). Integrating ICTs into education: Lessons learned. UNESCO Bangkok. Retrieved March, 21, 2011.

[3] Supomo, Agus Hari. 2015. Hasil wawancara dengan Kabid Dikmen Disdikpora Kota Salatiga terkait penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA. Salatiga.

[4] Iman, F. N. (2015). EVALUASI PEMANFAATAN TIK PADA PEMBELAJARAN OLEH GURU-GURU SMP NEGERI 1 UNGARAN DALAM

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013. Indonesian Journal of Curriculum and

Educational Technology Studies, 3(1), 9-16.

[5] Conole, G., De Laat, M., Dillon, T., & Darby, J. (2008). ‘Disruptive technologies’,‘pedagogical innovation’: What’s new? Findings from an in-depth study of students’ use and perception of technology. Computers & Education, 50(2), 511-524.

[6] Kennedy, G. E., Judd, T. S., Churchward, A., Gray, K., & Krause, K. L. (2008). First year students’ experiences with technology: Are they really digital natives.

Australasian journal of educational technology, 24(1), 108-122.

[7] Hasugian, P. (2011). Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Belajar Oleh Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang. SKRIPSI Jurusan Teknik Sipil-Fakultas Teknik UM.

[8] Pelgrum, W. J. (2001). Obstacles to the integration of ICT in education: results from a worldwide educational assessment. Computers & education, 37(2), 163-178.

[9] Bingimlas, K. A. (2009). Barriers to the successful integration of ICT in teaching and learning environments: A review of the literature. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 5(3), 235-245.

(22)

16

[11] Legawaningsih, C. (2012). Pengaruh Ketersediaan Perangkat TIK, Strategi Coping Proaktif dan Computer Self Efficacy pada Burnout Guru dan Dampaknya Terhadap Pemanfaatan Tik dalam Pembelajaran di SMA dan SMK Salatiga (Doctoral dissertation, Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIP-UKSW).

[12] Indrawati, N. (2012). Pengelolaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran Kimia Kelas X Sma Negeri 3 Salatiga (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

[13] Stufflebeam, D. L. (1971). The Relevance of the CIPP Evaluation Model for Educational Accountability.

[14] Stufflebeam, D. L. (2003). The CIPP model for evaluation. In International handbook of educational evaluation (pp. 31-62). Springer Netherlands.

[15] Riley, Jim, What is ICT?,

http://www.tutor2u.net/business/ict/intro_what_is_ict.htm Diakses tanggal 20 Maret 2016.

[16] Nasional, S. P. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang: Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas.

[17] Reeves, T. C. (1998). The impact of media and technology in schools. Rapport de recherche préparé pour la Bertelsmann Foundation. University of Georgia. Partnership for 21st Century Skills (2003). Learning for the 21st Century: A Report and a Mile Guide for 21st Century Skills. Washington.

[18] Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

[19] Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

[20] Palekahelu, D., Hunt, J., & Thrupp, R. (2015). ICT use by schools in Kota Salatiga, Central Java. (in press).

[21] Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakn Publik, dan Ilmu SosialLainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), Hlm. 111-117

[22] Sadjiarto, A. (2012). Motivasi dalam Memanfaatkan Internet Sebagai Sumber Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 3 Salatiga Semester Ganjil Tahun 2011/2012 (Doctoral dissertation, Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW).

[23] Edmunds, R., Thorpe, M., & Conole, G. (2012). Student attitudes towards and use of ICT in course study, work and social activity: A technology acceptance model approach. British journal of educational technology, 43(1), 71-84.

Gambar

Tabel 1 Frekuensi penggunaan TIK untuk pembelajaran di sekolah
Tabel 2 menunjukkan bahwa, baik di SMA negeri maupun swasta, software
Tabel 4 Persepsi siswa terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran
Tabel 6 Hambatan penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran antropometri menggunakan dengan menghitung tinggi badan, tinggi pundak, tinggi lengan ketika berdiri, tinggi badan, tinggi pundak, tinggi lengan ketika

‘Learner autonomy in language learning: student teachers’ beliefs.. The Barnhart Dictionary

(a) bagaimana agihan proses geomorfologi akibat gempa tektonik berpengaruh terhadap potensi air tanah?, (b) bagaimana agihan jenis kerusakan infrastruktur yang berkaitan

907/MENKES/SK/VII/2002 atau layak untuk air minum, (3) agihan potensi air tanah tinggi berada di bentuklahan kaki volkan, potensi airtanah sedang di bentuklahan dataran fluvial

Setelah mendapatkan hasil dari beberapa uji di atas, penulis dapat memberikan argumentasi bahwa alur transmisi moneter melalui jalur harga aset syariah (yang

[r]

Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat

Pengaruh Pendapatan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah terhadap ROI Pendapatan bagi hasil mudharabah adalah pendapatan yang di dapat dari hasil kerja sama antara dua