• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS 1A SD NEGERI BALEHARJO WONOSARI GUNUNGKIDUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS 1A SD NEGERI BALEHARJO WONOSARI GUNUNGKIDUL."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA SISWA

KELAS 1A SD NEGERI BALEHARJO WONOSARI GUNUNGKIDUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ajeng Murti Armitasari NIM 12108244064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Belajar membaca bagaikan menyalakan api. Setiap suku kata yang dieja akan menjadi percik yang menerangi.”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua dan kedua adik tercinta, yang selalu mendoakan dan

memberikan segala yang terbaik, baik material maupun spiritual. 2. Nusa dan Bangsa.

(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA SISWA

KELAS 1A SD NEGERI BALEHARJO WONOSARI GUNUNGKIDUL

Oleh

Ajeng Murti Armitasari NIM 12108244064

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergamabar pada siswa kelas IA SD Negeri Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaborasi yang dilakukan sebanyak dua siklus. Desain penelitian menggunakan model Kemmis Mc. Teggart dengan subjek penelitian siswa kelas IA yang berjumlah 22 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan tes unjuk kerja, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu dengan mencari rerata.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan yang terlihat dari keaktifan dan antusias siswa selama pembelajaran. Siswa sudah lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran membaca karena melihat media yang digunakan. Peningkatan nilai rerata keterampilan membaca permulaan pada siklus I sebesar 5,62, yang kondisi awal 65,23 meningkat menjadi 70,85, dan pada siklus II sebesar 17,59 yang kondisi awal 65,23 meningkat menjadi 82,82.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Pada

Siswa Kelas IA SD Negeri Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul” dapat diselesaikan

tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin pada

penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

4. Ibu Dra. Suyatinah, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi ini, memberikan motivasi dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Mujinem, M.Hum selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan arahan kepada penulis.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Membaca Permulaan ... 9

1. Pengertian Keterampilan Membaca Permulaan ... 9

2. Tujuan Membaca Permulaan ... 14

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Membaca Permulaan 16 C. Media Pembelajaran untuk Membaca Permulaan ... 18

1. Pengertian Media ... 18

(11)

xi

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 22

D. Media Kartu Kata Bergambar ... 24

1. Pengertian Media Kartu Kata Bergambar ... 24

2. Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Kata Bergambar ... 25

E. Karakteristik Anak SD ... 26

F. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Membaca Permulaan ... 28

G. Penelitian Yang Relevan ... 29

H. Kerangka Pikir ... 30

I. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Subjek Penelitian ... 34

C. Setting Penelitian ... 34

D. Desain Penelitian ... 35

E. Metode Pengumpulan Data ... 39

G. Instrumen Penelitian... 40

H. Teknik Analisis Data ... 44

I. Kriteria Keberhasilan ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 47

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 47

b.Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 48

1) Pertemuan 1 ... 48

2) Pertemuan 2 ... 49

3) Pertemuan 3 ... 50

c. Observasi ... 51

d. Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I ... 55

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 59

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 59

(12)

xii

1) Pertemuan 1 ... 60

2) Pertemuan 2 ... 61

3) Pertemuan 3 ... 63

c.Observasi ... 64

d.Refleksi Tindakan Siklus II ... 67

B. Pembahasan ... 71

C. Keterbatasan Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Profil Kelas 1A SD Negeri Baleharjo. ... 35

Tabel 2. Pedoman Penilaian Membaca Permulaan ... 41

Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Membaca Permulaan ... 42

Tabel 4. Klasifikasi Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan ... 43

Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru ... 43

Tabel 6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa ... 44

Tabel 7. Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Permulaan Siklus I ... 57

Tabel 8. Kriteria Nilai Keterampilan Membaca Permulaan Siklus I ... 58

Tabel 9. Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Permulaan Siklus II... 68

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 31

Gambar 2. Skema Siklus Penelitian ... 36

Gambar 3. Kegiatan Siswa Saat Pembelajaran Membaca di Kelas ... 53

Gambar 4. Guru Sedang Mengajarkan Membaca Pada Siswa ... 55

Gambar 5. Diagram Nilai Rata-Rata Siklus I... 57

Gambar 6. Siswa Memeragakan Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar ... 65

Gambar 7. Guru Sedang Membimbing Siswa Dalam Membaca ... 67

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Penilaian Keterampilan Membaca Permulaan ... 82

Lampiran 2. Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 83

Lampiran 3. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 84

Lampiran 4. RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 86

Lampiran 5. RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 93

Lampiran 6. RPP Siklus I Pertemuan 3 ... 100

Lampiran 7. RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 107

Lampiran 8. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 113

Lampiran 9. RPP Siklus II Pertemuan 3 ... 120

Lampiran 10. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Pra Tindakan ... 128

Lampiran 11. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Siklus I-1 ... 129

Lampiran 12. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Siklus I-2 ... 130

Lampiran 13. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Siklus I-3 ... 131

Lampiran 14. Tabel Tindakan Siklus I ... 132

Lampiran 15. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Siklus II-1 ... 133

Lampiran 16. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Siklus II-2 ... 134

Lampiran 17. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Siklus II-3 ... 135

Lampiran 18. Tabel Tindakan Siklus II ... 136

Lampiran 19. Tabel Penilaian Per Siklus ... 137

Lampiran 20. Hasil Observasi ... 138

Lampiran 21. Dokumentasi ... 150

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masyarakat pada saat ini dituntut untuk selalu mencari ilmu dan informasi yang akan dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan hidupnya apalagi di era perkembangan teknologi yang melaju pesat. Informasi tersebut sebenarnya

dapat diperoleh dari berbagai media seperti tv, radio, dan berbagai perlatan media elektronik lainnya. Berbagai media tersebut tentu saja memudahkan kita untuk

memperoleh informasi dan ilmu tanpa perlu bersusah payah untuk membaca. Walaupun begitu, tidak semua informasi dan ilmu hanya bisa diperoleh dengan melihat atau mendengarkan. Beberapa informasi penting dan ilmu yang akan

dipelajari tentu harus dibaca secara langsung dengan sungguh-sungguh. Membaca tetap akan memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena tidak

semua informasi dapat diperoleh dari tv maupun radio.

Membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan pada anak sejak memasuki sekolah dasar atau biasa disebut dengan membaca permulaan. Di

Sekolah Dasar, anak akan mulai diajari pembelajaran membaca mulai dari kosa kata sederhana sampai dengan kalimat sederhana dalam bentuk teks cerita.

Pembelajaran pengenalan kosa kata dan kalimat sederhana tersebut tentu saja diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca anak pada tahap

(17)

2

Membaca menjadi hal penting yang harus dikembangkan pertama kali di

Sekolah Dasar. Membaca permulaan akan menjadi dasar terhadap keberhasilan siswa dalam memperoleh ilmu di setiap mata pelajaran yang diajarkan.

Kemampuan anak dalam menguasai keterampilan membaca permulaan akan sangat mempengaruhi terhadap perkembangan membaca lanjutan anak. Sebagai hal yang mendasari keterampilan membaca berikutnya, maka keterampilan

membaca permulaan harus benar-benar mendapatkan perhatian dari guru.

Farida Rahim (2011 : 1) mengungkapkan bahwa proses belajar yang

efektif antara lain dilakukan dengan membaca. Proses belajar yang efektif di kelas 1 sangat dipengaruhi oleh guru yang mengajar. Guru yang unggul mampu memberikan pembelajaran membaca yang menyenangkan dan interaktif sehingga

siswa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran membaca. Metode yang digunakan guru untuk mengajar membaca juga diharapkan yang bervariatif serta

penggunaan media yang beragam.

Dalam kenyataannya pengajaran membaca kurang mendapatkan perhatian, meskipun telah disadari betul bahwa penguasaan membaca mutlak diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Pelly ( dalam Haryadi dan Zamzani, 1996 : 75 ), pelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan

pokok kini kurang mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para guru.

Keterampilan membaca permulaan di kelas 1 sepenuhnya ditekankan pada

(18)

3

jenis membaca teknik. Keterampilan membaca pada siswa kelas 1, diartikan

sebagai keterampilan mengubah lambang – lambang tertulis menjadi bunyi – bunyi atau suara – suara yang bermakna (Supriyadi, dkk. 1992 : 117). Dalam membaca teknis tersebut perlu adanya pengawasan dari guru maka pada saat pelaksanaanya dilakukan dengan menyuarakan apa yang dibaca.

Proses pembelajaran membaca permulaan tentu akan lebih baik jika

menggunakan media pembelajaran. Media merupakan seperangkat alat atau usaha untuk menyampaikan suatu materi pelajaran supaya siswa dapat menambah

wawasan, pengetahuan dan keterampilan. Secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan

siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Media yang digunakan untuk pembelajaran membaca permulaan kadang diabaikan oleh guru dikarenakan persepsi dari guru tentang cara mengajar

membaca dapat dilakukan hanya dengan mendikte siswa atau siswa diminta untuk menirukan kalimat yang diucapkan oleh guru. Cara tersebut membuat siswa terlihat pasif dan tidak terlalu menarik untuk mengikuti pembelajaran. Padahal

jika guru mau menyediakan media yang sesuai dengan membaca permulaan, maka siswa akan aktif dalam pembelajaran membaca. Media yang digunakan tidak

harus media yang rumit dan susah untuk di dapatkan, namun bisa menggunakan media yang sederhana dan mudah untuk dibuat sendiri.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2015 di

(19)

4

siswa masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 1A

menunjukan bahwa masih terdapat lima orang siswa yang belum bisa membaca. Sedangkan untuk nilai rata-rata membaca permulaan siswa belum mencapai batas

KKM yang ditentukan yaitu 75.

Pengamatan yang dilakukan di kelas 1A juga menunjukan bahwa masih ada 12 siswa yang belum dapat membaca kosa kata dengan lancar. Siswa harus

mendapatkan bimbingan langsung dari guru secara berulang dengan cara menirukan kata yag diucapkan oleh guru secara berulang kali. Ketika guru

meminta siswa untuk maju ke depan dan membaca, siswa ada yang menolak untuk maju ke depan kelas karena merasa malu dan tidak percaya diri.

Guru dalam proses pembelajaran membaca permulaan belum

menggunakan media. Guru hanya menggunakan buku paket bahasa dan membaca kata atau kalimat yang kemudian diikuti oleh siswa. Penggunaan media yang tepat

tentu saja dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar membaca yang dapat berimbas terhadap meningkatnya hasil belajar siswa. Salah satu media yang dapat digunakan unuk membantu proses pembelajaran adalah media kartu kata

bergambar. Media kartu kata bergambar merupakan salah satu media visual yang sederhana yang dapat digunakan untuk mempermudah pengajaran membaca

permulaan. Media kartu kata bergambar memiliki beberapa kelebihan seperti adanya gambar yang dapat menarik perhatian siswa, cara mengajarkan yang mudah, dapat diajarkan melalui permainan sederhana yang dapat membuat siswa

(20)

5

dipahami, dapat dipergunakan berulang kali dan tentu saja sangat diperlukan

dalam memotivasi siswa dalam membaca permulaan

Tidak adanya penggunaan media dalam proses pembelajaran tentu saja

dapat membuat siswa tampak pasif, tidak bersemangat dan tidak termotivasi untuk belajar membaca. Siswa hanya diminta untuk mengamati papan tulis dan menirukan apa yang diucapkan oleh guru sehingga hal tersebut membuat siswa

tampak bosan dan tidak tertarik terhadap pembelajaran membaca.

Siswa juga belum bisa membedakan huruf b, d, dan g. ini dibuktikan dari

siswa yang membaca kata dengan menjadi bengan. Selain itu ketika siswa diminta untuk mengeja huruf dari suatu kata sering tertukar antara huruf d dan b. Kesalahan dalam membedakan huruf disebabkan karena siswa hanya bisa

membaca dengan menirukan apa yang diucapkan oleh guru tanpa mencoba secara mandiri.

Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti mengadakan perbaikan dengan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar pada siswa kelas 1A SD Negeri Baleharjo. Dengan adanya media

kartu kata bergambar diharapkan siswa akan lebih termotivasi dan meningkat keterampilan membacanya. Apabila keterampilan membaca siswa meningkat

maka nilai atau hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia juga meningkat. Penggunaan media kartu kata bergambar dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan hasil yang optimal jika digunakan secara tepat. Begitu

(21)

6

cukup beralasan jika penulis mengadakan penelitian tentang penggunaan media

kartu kata bergambar sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas 1A SD Negeri Baleharjo, Wonosari.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1) Keterampilan membaca permulaan siswa masih rendah,

2) Siswa belum bisa membaca kosa kata atau kalimat dengan lancar.

3) Siswa tampak malu dan tidak percaya diri ketika diminta untuk membaca di depan kelas.

4) Siswa terlihat pasif dan tidak bersemangat ketika pembelajaran membaca.

5) Siswa belum bisa membedakan huruf b, d, dan g.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi masalah pada keterampilan membaca siswa yang masih rendah pada siswa kelas 1 SD Negeri Baleharjo.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar pada siswa kelas 1A SD

(22)

7

2. Adakah peningkatan nilai keterampilan membaca permulaan dengan

menggunakan media kartu kata bergambar pada siswa kelas 1A SD Negeri Baleharjo Kecamatan Wonosari?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. untuk meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan dengan

menggunakan media kartu kata bergambar pada siswa kelas 1A SD Negeri Baleharjo, Gunungkidul, dan

2. untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar pada siswa kelas 1A SD Negeri

Baleharjo, Gunungkidul. F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagai literatur dalam pelaksanaan penelitian

di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

(23)

8 b. Bagi Guru

Menambahkan pengetahuan, wawasan, pengalaman tentang peningkatan keterampilan membaca menggunakan media kartu kata bergambar dalam

proses belajar mengajar.

G.Definisi Operasional

1. Membaca Permulaan

Membaca permulaan merupakan keterampilan anak dalam mengenal lambang tulisan, berbagai rangkaian huruf, suku kata dalam suatu kata atau kalimat

dengan penggunaan lafal dan intonasi yang tepat secara jelas dan lancar. 2. Kartu Kata Bergambar

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Keterampilan Membaca Permulaan

1. Pengertian Keterampilan Membaca Permulaan

Keterampilan akan menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam

kehidupan sehari-hari terutama dalam kehiduapan sekolah seorang anak. Anak dituntut untuk dapat memiliki berbagai keterampilan sehingga dapat digunakan

untuk menyelesaikan masa belajar mereka di Sekolah Dasar dengan baik.

Menurut Soemarjadi (2001: 2) keterampilan sama artinya dengan kecekatan. Terampil atau cekatan merupakan kepandaian dalam melakukan

suatu pekerjaan dengan cepat dan tepat. Jika seseorang melakukan suatu pekerjaan secara tepat namun lambat dalam proses pengerjaannya, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai terampil. Demikian pila jika seseorang

melakukan suatu pekerjaan secara cepat namun hasilnya salah, hal tersebut juga tidak dapat dikatakan terampil. Seseorang yang terampil ketika melakukan

suatu pekerjaan tidak akan merasa ragu-ragu dan tidak merasa adanya kesulitan yang berarti dalam mengerjakan tugasnya.

Keterampilan mengandung beberapa unsur kemampuan, yaitu: a)

kemampuan olah pikir (psikis), dan b) kemampuan olah perbuatan (fisik) (Subana, 2000: 36). Dalam suatu keterampilan dibutuhkan penalaran yang

(25)

10

Keterampilan adalah kemampuan dalam melakukan suatu kegiatan

dengan cepat, tepat, dan cekatan serta bisa diartikan secara sederhana sebagai kemampuan dalam mengubah sesuatu yang ada menjadi apa yang dikehendaki.

Burns (Haryadi dan Zamzani, 1996/1997: 32) mengungkapkan membaca sebagai proses merupakan semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu. Proses

tersebut berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Sedangkan menurut Anderson (Haryadi dan Zamzani, 1996: 32) mengungkapkan membaca adalah

kegiatan yang dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya.

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan

banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual dan berfikir (Farida Rahim, 2011: 2). Sebagai proses visual,

membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan

pemahaman kreatif.

Akhadiah (1992: 22) mengungkapkan membaca merupakan suatu

(26)

11

membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang melibatkan banyak

kemampuan yang dituntut untuk saling bekerjasama.

Henry Guntur Tarigan (2008: 7) mengungkapkan membaca adalah suatu

proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca merupakan suatu proses yang menuntut supaya suatu kelompok

kata dapat terlihat dan makna yang terkandung dalam kelompok kata tersebut dapat diketahui dengan sendirinya. Jika kedua hal tersebut tidak terpenuhi

maka proses membaca tersebut tidak terlaksana dengan baik. Winihasih (2005: 123) juga mengungkapkan pesan yang berada dalam teks bacaan merupakan sebuah interaksi timbal balik, interaksi aktif, dan interaksi dinamis antara

pembaca dengan kalimat-kalimat, fakta dan informasi yang tertuang dalam teks. Saleh Abbas (2006: 101) mengatakan membaca itu sebagai proses atau

kegiatan yang menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah hal-hal yang dibaca untuk menangkap makna. Makna yang diperoleh dari membaca

dapat berupa makna yang tersirat, tersurat dan tersorot.

Membaca juga disebut sebagai proses reseptif. Disebut reseptif karena melalui membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu, dan

pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari membaca tersebut tentu saja dapat membuat seseorang lebih luasa wawasannya, lebih tajam pandangannya dan mampu mempertinggi daya

(27)

12

sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri

(Darmiyati dan Budiasih, 1996: 49).

Harris dan Sipay (Winihasih, 2005: 8), membaca sebagai suatu kegiatan

yang memberikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis. Menurut Haryadi dan Zamzani (1996/1997: 33) mengungkapkan kegiatan membaca terkait dengan: a) pengenalan huruf atau

aksara, b) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf, c) makna dan maksud, dan d) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.

Sementara menurut Akhadiah (1992: 24), disimpulkan kegiatan membaca: a) merupakan suatu proses yang kompleks/banyak, b) melibatkan kegiatan fisik dan mental, c) memanfaatkan pengetahuan yang telah ada untuk menafsirkan

makna, d) membentuk makna baru dalam sistem pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki, dan e) dipengaruhi oleh banyak faktor.

Membaca permulaan adalah tahap awal anak belajar membaca dengan fokus pada pengenalan simbol-simbol huruf dan aspek-aspek yang mendukung pada kegiatan membaca lanjut (Sri Mulyati, 2010: 18). Kemampuan membaca

permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak dapat mengubah dan melafalkan

lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang-lambang bunyi

(28)

13

Masri Sareb Putra (2008 : 4) mengungkapkan bahwa membaca

permulaan menekankan pengkondisian anak untuk masuk dan mengenal bacaan sehingga belum sampai pada pemahaman yang mendalam pada materi

bacaan. Tanda-tanda anak yang mempunyai kesiapan membaca menurut Nurbiana Dhieni (2005: 9.3) yaitu dapat memahami bahasa lisan, dapat mengucapkan kata dengan jelas, dapat mengingat kata-kata, dapat

mengucapkan bunyi huruf, sudah menunjukkan minat baca, dan dapat membedakan suara atau bunyi dan objek dengan baik.

Membaca permulaan yaitu kegiatan yang ditandai dengan penguasaan kode alfabetik, dimana anak hanya sebatas membaca huruf per huruf atau

membaca secara teknis (Ayriza, 1995: 20). Mar’at (2005: 80) berpendapat

membaca permulaan secara teknis mengandung pengertian bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem dan menggabungkan fonem menjadi suku

kata atau kata.

Membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas I dengan tujuan agar siswa terampil membaca dan serta

mengembangkan pengetahuan bahasa dan keteramplan berbahasa guna menghadapi kelas berikutnya (Depdikbud, 1996: 6). Hal senada juga

diungkapkan oleh Ritawati (1996: 43) membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan pada anak kelas I dan II sebagai dasar mempelajari pelajaran selanjutnya. Dalwadi (2002: 13) mengatakan tahap awal

(29)

14

tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf, sehingga menjadi pondasi agar

anak dapat melanjutkan ke tahap membaca lanjut.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan membaca

permulaan adalah kegiatan membaca yang dilaksanakan di kelas I dimulai dengan membaca huruf, kata, dan kalimat sederhana yang menitik beratkan pada aspek ketepatan, menyuarakan tulisan, lafal, dan intonasi wajar dan

sebagai dasar mempelajari pelajaran selanjutnya. Penelitian ini sesuai dengan pengertian tentang membaca permulaan yaitu membaca permulaan merupakan

keterampilan membaca awal agar siswa dapat melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna untuk selanjutnya siswa dapat membaca

lanjut.

2. Tujuan Membaca Permulaan

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang

membaca cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan yang khusus yang sesuai atau

dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. Menurut Farida Rahim (2011: 11) tujuan membaca mencakup :

a) kesenangan,

b) menyempurnakan membaca nyaring, c) menggunakan strategi tertentu,

d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik,

e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,

(30)

15

h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks,

i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Sedangkan menurut Akhadiah (1992: 25), tujuan membaca memang

sangat beragam, bergantung pada situasi dan kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai berikut :

a) mendapatkan informasi yaitu informasi tentang fakta dan kejadian sehari-hari,

b) membaca untuk meningkatkan citra dirinya, c) melepaskan diri dari kenyataan,

d) untuk berrekreasi, mendapatkan kesenangan atau hiburan, e) membaca hanya karena iseng, dan

f) mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya.

Menurut Herusantoso (Saleh Abbas, 2006: 103), tujuan membaca

permulaan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Pembinaan dasar – dasar mekanisme membaca.

b. Mampu memahami dan menyatakan kalimat sederhana yang diucapkan

dengan intonasi yang wajar.

c. Membaca kalimat sederhana dengan lancar dan tepat.

Akhadiah (1992: 31) mengungkapkan tujuan membaca permulaan ialah

agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Berdasarkan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam mata pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas I memuat KD: (1) membaca nyaring suku kata dan

(31)

16

sederhana dengan lafal yang tepat. Berdasarkan KD itu maka tujuan membaca

permulaan SD kelas I adalah agar siswa mampu membaca nyaring suku kata, kata dan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat.

B.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Membaca Permulaan

Dalam proses membaca permulaan dapat dikatakan berhasil atau tidak dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelajaran membaca permulaan antara lain faktor objek belajar, metode yang digunakan, media yang digunakan, strategi, pendekatan pembelajaran

yang digunakan oleh guru, sikap dari guru, fasilitas pembelajaran, lingkungan pembelajaran, suara guru dan yang lainnya. Faktor-faktor diatas perlu diperhatikan oleh guru ketika dalam uaya meningkatkan menciptakan proses

pembelajaran membaca yang menyenangkan dan efektif.

Lamb dan Arnold (Farida Rahim, 2011: 16) menyebutkan ada empat

faktor yang mempengaruhi membaca permulaan. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor fisiologis, 2) faktor intelektual, 3) faktor lingkungan, dan 4) faktor psikologis.

1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan

jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.

2. Faktor Intelektual

(32)

17

guru, prosedur, dan kemampuan guru juga turut memengaruhi kemampuan

membaca permulaan anak. 3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup a) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan b) sosial ekonomi keluarga siswa.

4. Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak

adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup a) motivasi, b) minat, dan c) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

Akhadiah (1992: 25) mengutarakan tiga faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam membaca, yaitu: 1) motivasi, 2) lingkungan keluarga, dan 3) bahan bacaan.

1. Motivasi

Motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca. Motivasi membaca dapat dibedakan menjadi dua

sumber yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intriksik berasal dari diri pembaca sendiri dan faktor ekstrinsik berasal dari luar pembaca.

(33)

18 2. Lingkungan Keluarga

Lingkunga keluarga juga berpengaruh terhadap kemampuan membaca anak dengan perhatian dan arahan dari keluarga akan menumbuhkan kebiasaan

bernalar serta menganalisis bacaan. 3. Bahan Bacaan

Bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat emosional dan perkembangan

anak akan mempengaruhi minat baca pada anak.

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003 : 201) ada delapan faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar membaca, yaitu : 1) kematangan mental, 2) kemampuan visual, 3) kemampuan mendengarkan, 4) perkembangan wicara

dan bahasa, 5) keterampilan berpikir dan memperhatikan, 6) perkembangan motorik, 7) kematangan sosial dan emosional, dan 8) motivasi dan minat.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan faktor yang

mempengaruhi pembelajaran membaca adalah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, psikologis, motivasi, dan bahan bacaan.

C.Media Pembelajaran untuk Membaca Permulaan

1. Pengertian Media

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti

perantara atau pengantar. Menurut Rossie dan Breidle (Wina Sanjaya, 2012: 163), mengemukakan media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang

(34)

19

23) media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam

rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Menurut Arief S. Sadiman (2009: 7), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Soeparno (Dadan Djuanda, 2006: 102) mengutarakan media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran

(channell) untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber kepada

penerima pesan.

Ahmad Rohani (1997 : 3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra

yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar). Sementara itu Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

(2002: 137) mengungkapkan media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Penggunaan media sangat bergantung pada rumusan tujuan pengajaran yang

telah dibuat. Jika hal tersebut diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi bisa menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan

secara efektif dan efisien.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan media adalah seluruh alat, bahan, orang, kegiatan yang dapat digunakan sebagai penyaluran

(35)

20

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dapat merangsang pikirang, perhatian,

dan minat siswa sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap proses pembelajaran. Media merupakan alat atau bahan yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari informan yaitu guru kepada penerima pesan

yaitu siswa. Penerimaan pesan yang baik, efektif dan efisien tentu saja diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan membuat siswa

menjadi mudah memahami susatu materi yang disampaikan oleh guru yang berimbas terhadap meningkatnya hasil belajar siswa. Meningkatnya kualitas belajar siswa berkaitan dengan manfaat dari penggunaan media pembelajaran

itu sendiri.

Menurut Wina Sanjaya (2011: 171), fungsi media pembelajaran sendiri

memiliki nilai praktis yaitu :

a) media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, b) media dapat mengatasi batas ruang kelas,

c) media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung anatara peserta dengan lingkungan,

d) media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan,

e) media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat, f) media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk

belajar dengan baik,

g) media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, h) media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa, dan

i) media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkret sampai yang abstrak.

Media juga dapat membantu guru memberikan informasi dengan lebih

(36)

21

a) Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa.

b) Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang.

c) Penggantian objek yang secara nyata berukuran besar yang dapat diganti dengan gambar, film bingkai atau model.

d) Objek yang terlalu ompleks dapat disajikan dengan menggunakan diagram atau model yang disederhanakan.

e) Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.

f) Penggantian objek yang berbahaya secara nyata yang dapat diganti dengan media yang berbentuk gambar, flm, gambar video.

Levie & Lents (Azhar Arsyad, 2009: 16-17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: a) fungsi atensi, b)

fungsi afektif, c) fungsi kognitif, dan d) fungsi kompensatoris.

a) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

c) Fungsi kognitif media visuak dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d) Fungsi kompensatoris media visual dapat terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Menurut Enny Zubaidah (2015: 22-23) menyatakan fungsi media dalam

keterampilan membaca, fungsi diuraikan sebagai berikut.

a) Memotivasi siswa agar ingin membaca.

b) Agar siswa menganggap bahwa yang dibaca dari cara membacanya berkaitan dengan isi teks yang digunakan dalam kehidupan nyata. c) Memberi petunjuk makna detil.

(37)

22

f) Memberi materi non verbal yang dipahaminya.

g) Memberi analisis simbolik tentang hubungan bahasa tulis dan bunyi cepat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan fungsi media pembelajaran adalah dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung

antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa dapat belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan oleh guru tentu banyak jenisnya. Penentuan penggunaan media tentu saja harus

memperhatikan materi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai supaya tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Penggunaan media juga harus memperhatikan karakteristik siswa yang beragam sehingga siswa

akan memperoleh pengalaman yang baru. Leshin, Pollock, dan Reigeluth (Azhar Arsyad, 2007: 36) mengklasifikasikan media ke dalam lima jenis

kelompok, yaitu: a) media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, field trip), b) media berbasis cetak (buku penuntun,

buku latihan, alat bantu kerja, dan lembaran lepas), c) media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide), d) media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi), dan e)

(38)

23

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011: 211) mengklasifikasikan media

berdasarkan sifatnya yaitu: a) media auditif, media yang hanya bisa didengar saja, b) media visual, media yang hanya bisa dilihat saja, dan c) media

audiovisual, media yang mengandung unsur suara dan dapat dilihat. Penggunaan media baik yang berupa auditif, visual maupun audiovisual diharapkan mampu mempermudah guru dalam menyampaikan pesan yang

hendak diberikan dalam proses pembelajaran. Selain itu, diharapkan dengan menggunakan media dalam proses pembelajaran dapat mendekatkan siswa ke

dalam kondisi yang sebenarnya sehingga siswa dapat lebih mudah untuk memahami dan mengerti materi pembelajaran yang diajarkan. Contohnya

untuk mengetahui kehidupan hewan di habitat aslinya, guru tidak perlu mengajak siswa ke dalam hutan yang sebenarnya. Guru dapat memutarkan film atau video yang berisi tentang kehidupan hewan di habitat aslinya.

Berbeda dengan pendapat di atas, Arief S. Sadiman, dkk (2009: 28), media dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu: a) media grafis (gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta, papan flanel, papan buletin), b)

media audio (radio, alat perekam pita magnetik, laboratorium bahasa), dan c) media proyeksi diam (film bingkai, film rangkai, media transportasi, proyektor

tak tembus pandang, mikrofis, fim, film gelang, televisi, video, permainan dan simulasi).

Berdasarkan jenis media di atas, peneliti memilih media visual dalam

(39)

24 D.Media Kartu Kata Bergambar

1. Pengertian Media Kartu Kata Bergambar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:147) kartu adalah kertas

tebal berbentuk persegi panjang yang digunakan untuk berbagai keperluan. Sedangkan gambar menurut Amir Hamzah Sulaiman (Marlina Wulandari, 2014: 40) adalah alat visual yang penting dan mudah didapat serta konkret

dengan masalah yang digambarkannya. Kartu kata bergambar merupakan salah satu dari jenis media visual yang berarti penerima pesan (anak) akan menerima

informasi melalui indra penglihatannya karena pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (Nurbiana Dhieni,

2005: 11.22). Kartu kata bergambar sangat cocok diterapkan sebagai media dalam pembelajaran membaca permulaan dikarenaka di dalam kartu kata bergambar selain anak dapat menangkap bunyi lafal dari suatu kata, ia juga

akan mengingat gambar yang tertera pada kartu.

Menurut Azhar Arsyad (2007: 119), kartu kata bergambar adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau

menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar tersebut. Sedangkan menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992: 30) kartu kata

bergambar biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya yang dapat digunakan mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran

(40)

25

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan media kartu

kata bergambar adalah media visual yang dipergunakan dalam pembelajaran membaca permulaan yang berupa kertas tebal yang berbentuk persegi panjang

dan berisikan kata serta gambar yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Seri gambar atau kata yang tersedia beragam sesuai dengan materi

yang diajarkan.

2. Kelebihan dan Kelemahan Kartu Kata Bergambar

Media kartu kata bergambar tentu akan sangat membantu guru dalam

proses pembelajaran membaca permulaan. Banyak kelebihan yang terdapat pada media kartu kata bergambar ini sehingga anak dapat dipermudah ketika

belajar. Kelebihan media kartu kata bergambar menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2005: 11.14) adalah sebagai berikut.

a. Gambar yang ada bersifat konkret, nyata terlihat.

b. Mampu mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan kemampuan daya indera manusia.

c. Dapat digunakan menjelaskan sesuatu masalah, baik masalah yang bersifat konkret atau abstrak.

d. Merupakan media yang mudah didapat dan murah.

e. Mudah digunakan, baik secara individual, kelompok, klasikal, seluruh kelas atau sekolah.

Kelebihan kartu kata bergambar menurut Arief S. Sadiman, dkk (2008:

29) adalah sebagai berikut.

a. Gambar mempunyai sifat yang konkret dan realistis sehingga mampu

(41)

26

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu karena tidak semua

benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas atau siswa dapat dibawa ke objek/peristiwa tersebut.

c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Contohnya sel daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.

d. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan

kesalahpahaman.

e. Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan tanpa peralatan

khusus.

Selain kelebihan-kelebihan diatas, media kartu kata bergambar juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Arief S. Sadiman, kelemahan media

kartu kata bergambar adalah sebagai berikut.

a. Hanya menekankan pada persepsi indra mata.

b. Gambar yang kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

E.Karakteristik Anak Usia SD

(42)

27 1. Tahap Sensorimotorik

Tahap sensorimotorik adalah tahap perkembangan kognitif saat mulai lahir sampai sekitar umur dua tahun. Motorik lebih ditandai dengan pemikiran

anak berdasarkan tindakan inderawinya. 2. Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional adalah tahap perkembangan kognitif saat anak

berusia 2-7 tahun. Tahap ini diwarnai dengan mulai digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya

penggunaan bahasa. Adanya pemikiran intuitif pada anak. Anak dapat mengungkapkan dan membicarakan suatu hal yang sudah terjadi.

3. Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret adalah tahap perkembangan anak pada usia 8-11 tahun. Tahap ini ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas.

Anak mengembangkan pikiran logis yang dapat memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang yang konkret, belum mampu berpikir pada

barang-barang atau sesuatu yang bersifat abstrak. Pada tahap ini intelegensi anak sudah sangat maju, tapi terbatas pada hal-hal yang konkret.

4. Tahap Operasional Formal

Tahap operasional formal adalah tahap perkembangan anak saat anak berusia 11 tahun ke atas. Tahap ini dicirikan dengan pemikiran abstrak,

(43)

28

sudah dapat menggabungkan dua referensi pemikiran. Sudah mengerti

probabilitas dengan unsur kombinasi dan permutasinya.

Berdasarkan uraian tahap perkembangan kognitif di atas, anak usia

Sekolah Dasar berada pada tahap operasioanl konkret. Ini berarti proses pembelajaran membaca sangat memerlukan media yang mampu memvisualisasikan hal-hal yang abstrak dan tentunya dapat menarik perhatian

siswa.

F. Pemanfaatan Media Kartu Kata Bergambar Dalam Pembelajaran

Membaca Permulaan

Anak usia Sekolah Dasar seperti yang diungkapkan oleh Jean Paiget berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Maka pada saat pembelajaran membaca permulaan lebih baik menggunakan media yang dapat

membuat siswa aktif dalam pembelajaran, mempermudah siswa memahami kata dan meningkatkan motivasi serta keterampilan membaca permulaan pada

anak.

Pembelajaran membaca lebih baik dirancang dengan menggunakan metode permainan menyenangkan yang dapat menarik perhatian siswa. Seperti

yang diungkapkan oleh Nurbiana Dhieni, dkk (2005: 9.19), permainan kartu kata bergambar dapat memberikan suatu situasi belajar yang santai dan informal, bebas dari tegangan dan kecemasan, anak-anak dapat terlibat aktif

(44)

29

Penggunaan media kartu kata bergambar dalam proses pembelajaran

dipilih karena memiliki kelebihan seperti yang diungkapkan oleh Arief S. Sadiman, dkk (2006: 29) kelebihan media kartu kata bergambar yakni bersifat

konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah. Media kartu kata bergambar juga terhitung mudah untuk diperoleh, harganya terbilang relatif

murah, efektif, serta mampu meningkatkan motivasi belajar anak.

Melalui penggunaan media kartu kata bergambar, anak akan semakin aktif dalam pembelajaran, dan lebih mudah dalam mengenal gambar, huruf dan kata,

yakni dengan memperlihatkan kartu pada anak, mengingat kata dan gambar, menyebutkan kata lain yang sesuai dengan awalan huruf dari kartu yang

diperoleh serta melakukan permainan membalik kartu, sehingga penerapan media ini merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan keterampilan anak dalam membaca permulaan.

G. Penelitian Yang Relevan

1. Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Kartu Kata Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Pandeyan, Jatinom,

Klaten oleh Budi Istanto, program studi PGSD, FIP, Universitas Negeri Yogyakarta. Penggunaan media kartu kata dapat meningkatkan

(45)

30

peningkatan keterampilan membaca permulaan pada siklus II sebesar

13,96, yang kondisi awal 62,74 meningkat menjadi 76,7.

2. Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan

Media Gambar Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Pepen oleh Dian Noura Angela, program studi PGSD, FIP, Universitas Negeri Yogyakarta. Penggunaan media gambar dapat meningkatkan keterampilan membaca

permulaan pada siswa kelas 1 SD Negeri Pepen. Peningkatan keterampilan membaca permulaan pada siklus I sebesar 6,5, yang kondisi awal 62,75

meningkat menjadi 69,25, dan peningkatan keterampilan membaca permulaan pada siklus II sebesar 14,25, yang kondisi awal 62,75 meningkat

menjadi 77.

H.Kerangka Pikir

Pembelajaran membaca tentulah sangat penting untuk anak Sekolah Dasar,

karena keterampilan membaca sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran di sekolah. Pembelajaran membaca di Sekolah Dasar akan dimulai dengan pembelajaran membaca permulaan untuk kelas rendah terutama kelas 1.

Kegiatan membaca permulaan adalah suatu kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa aspek kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata,

menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai bacaan tersebut.

(46)

31

perkembangan kognitif operasional konkret. Salah satu media yang dapat

digunakan yaitu media kartu kata bergambar. Kartu kata bergambar dipilih karena dalam penggunannya terbilang mudah, pemerolehan media juga mudah,

serta dapat digunakan berulang kali. Dengan media dalam bentuk kartu, guru dapat dengan mudah mengganti kata dan gambar secara cepat sehingga dapat

meningkatkan kemampuan anak dalam memfokuskan perhatian.

Penggunaan media kartu kata bergambar ini dapat dilakukan dengan permainan kecil seperti memilih kartu yang terbalik lalu dibaca secara mandiri

oleh siswa, mencari gambar berdasarkan kata yang diperoleh, dan menyebutkan kata yang lain berdasarkan huruf awalan yang didapat anak pada

[image:46.595.132.518.422.644.2]

kartu. Permainan tersebut tentu saja akan membuat siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Berikut skema kerangka berpikir.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Kondisi awal Kemampuan membaca permulaan

siswa kelas IA SD N Baleharjo

Tindakan Media kartu kata bergambar

Kondisi akhir

(47)

32 I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. Penggunaan media kartu kata bergambar dapat

(48)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi karena penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

membaca permulaan melalui penggunaan media kartu kata bergambar pada siswa kelas 1A SD Negeri Baleharjo Tahun 2015/2016. Menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2007: 3), penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama. Upaya ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas. Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama (2010: 9) menyatakan

penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksi

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Menurut Suroso (2009: 33), bentuk-bentuk PTK terdiri dari: 1) guru

sebagai peneliti, 2) penelitian tindakan kolaboratif, 3) simulasi terintegrasi, dan 4) administrasi sosial eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan

penelitian tindakan kelas kolaboratif. Suwarsih Madya (2009: 59) menjelaskan dalam penelitian kolaborasi, ada empat tahap yang dilakukan antara guru kelas

(49)

34

3) mengamati secara individual dan bersama-sama, dan 4) melakukan refleksi

bersama-sama. Kemudian, bersama-sama merumuskan kembali rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Penelitian tindakan

kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar.

B.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1A SD N Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul yang berjumlah 22 siswa, terdiri atas 13 anak laki-laki

dan 9 anak perempuan.

C.Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelas IA semester 2, tahun ajaran

2015/2016 di SD Negeri Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul. Kelas I menghadap ke utara dan berada diantara mushola dan kelas IB. Luas ruang

kelas IA sekitar 8 x 8 meter. Tempat duduk siswa berjumlah 12 buah, dan menghadap ke timur. Di dekat meja guru terdapat lemari yang berisi buku-buku siswa. Meja guru berada di depan bangku siswa, dan disebelahnya

terdapat satu buah papan tulisyang digunakan untuk mengajar. Di dinding kelas bagian belakang terdapat tempelan hasil karya siswa.

Di dalam proses pembelajaran keterampilan membaca permulaan keterampilan siswa masih heterogen, karena ada siswa yang mempunyai keterampilan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini terlihat dari tabel yang

(50)
[image:50.595.122.508.123.167.2]

35

Tabel 1. Profil Kelas IA SD Negeri Baleharjo

Kelas Jenis Kelamin Nilai Rerata

Keterampilan Berbicara Laki-laki Perempuan

IA 13 9 60

Gambaran tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur permasalahan

keterampilan membaca permulaan siswa. guru masih belum menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, yang dapat meningkatkan keterampilan

membaca permulaan siswa. Kelas IA masih takut untuk sekedar bertanya, menjawab pertanyaan atau bahkan menyatakan pendapat. Dengan demikian

peneliti berkolaborasi dengan guru untuk memberikan solusi agar keterampilan membaca permulaan siswa meningkat. Solusi tersebut adalah dengan

penggunaan media kartu kata bergambar.

D.Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan desain dengan model

siklus Kemmis & Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 16) yang setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu menyusun rencana, tindakan, mengamati, dan refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dilanjutkan ke siklus

berikutnya secara berulang sampai masalah yang dihadapi dianggap telah teratasi. Adapun alur pelaksanaan tindakan kelas dapat digambarkan sebagai

(51)
[image:51.595.154.454.82.316.2]

36

Gambar 2. Skema Siklus Penelitian

Berdasarkan gambar tahapan di atas, masing-masing siklus terdiri atas empat komponen, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (action), 3)

observasi (observation), dan 4) refleksi (reflection).

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan disusun sejak dari penemuan masalah hingga perencanaan

tindakan yang dilakukan. Langkah-langkah yang termasuk dalam perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Menemukan masalah penelitian yang ada di lapangan dengan cara melakukan observasi dalam pembelajaran keterampilan membaca permulaan.

Keterangan Siklus I

1. Perencanaan I 2. Tindakan I 3. Observasi I 4. Refleksi I Siklus II

(52)

37

b. Berdiskusi dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia

atau guru kelas IA SD Negeri Baleharjo tentang solusi pemecahan masalah yang ada dan perencanaan tindakan yang akan dilakukan.

c. Memberikan penjelasan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia atau guru kelas IA SD Negeri Baleharjo tentang pembelajaran membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar.

d. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran pada siklus penelitian. Dimana rencana penelitian terdiri dari dua siklus, yakni siklus I dan II.

Akan tetapi pelaksanaan perencanaan ini bersifat fleksibel.

e. Merancang instrumen yang berupa pedoman penilaian dalam

pelaksanaan pembelajaran keterampilan membaca permulaan. 2. Tindakan (Action)

Tindakan dilakukan dalam pembelajaran seperti biasa sesuai dengan

panduan dalam perencanaan yang telah dibuat, dalam arti perencanaan tersebut dilihat secara rasional dari segala tindakan itu. Namun perencanaan yang dibuat tadi harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap

perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Pada pelaksanaan tindakan ini guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti sebagai pengamat. Tahap

pelaksanaan ini merupakan implementasi atau penerapan isi perencanaan, yaitu menggunakan tindakan di kelas. Guru melaksanakan langkah-langkah dalam dalam pembelajaran. Pada akhir siklus diakhiri dengan evaluasi

(53)

38

dilihat pengaruh dari penggunaan media kartu kata bergambar terhadap

keterampilan membaca permulaan siswa. 3. Pengamatan (Observation)

Kegiatan mengamati aktivitas siswa, interaksi, dan kemajuan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Subjek yang diamati dalam penelitian ini yaitu siswa dan guru kelas IA SD Negeri Baleharjo, Wonosari,

Gunungkidul. Observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan tindakan. Dalam observasi biasanya diamati tentang perubahan siswa ketika

berlangsungnya tindakan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, terencana dan tidak terencana. Observasi ini dilakukan selama proses

pembelajaran keterampilan membaca permulaan. Baik pengamatan terhadap guru maupun siswa.

4. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan setelah tindakan berlangsung. Berdasarkan hasil observasi akan ditemukan kelemahan maupun kelebihan dari tindakan-tindakan sehingga apabila hasilnya masih belum memuaskan, maka akan

dilakukan perbaikan untuk tindakan selanjutnya. Apabila hasil yang diperoleh sudah meningkat, maka penelitian dapat dilakukan pada siklus

(54)

39 E.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2006 : 136). Adapun

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tes Membaca

Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan siswa mengenai kompetensi (Wina Sanjaya, 2010 : 235). Tes dilakukan untuk mengukur peningkatan keterampilan membaca permulaan

pada siswa kelas 1A SD Negeri Baleharjo. Bentuk tes yang digunakan adalah tes unjuk kerja membaca kata yang ditunjukka oleh guru dalam kartu

kata bergambar sehingga data yang didapat dapat digunakan untuk mengetahui keterampilan membaca permulaan.

2. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina

Sanjaya, 2011 : 86). Metode observasi ini dipilih karena dianggap lebih efektif untuk mengumpulkan data. Dalam observasi ini menggunakan

panduan yang telah dipersiapkan dalam bentuk lembar observasi.

Observasi sendiri dilakukan dalam beberapa tahap, seperti saat sebelum adanya tindakan yang berfungsi untuk mengetahui keterampilan

(55)

40

membaca permulaan anak sesuai dengan perkembangan yang diharapkan

serta pada saat akhir proses pembelajaran agar dapat diketahui bagaimana peningkatan keterampilan membaca permulaan anak setelah beberapa kali

dilakukan proses tindakan. 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan wahana wadah pengetahuan dan ingatan

manusia, karena dalam dokumen disimpan pengetahuan yang diperoleh manusia serta segala sesuatu yang diingat manusia yang dituangkan ke

dalam dokumen. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 136), teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.

Dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini berupa data siswa,

silabus, RPP, daftar nilai hasil belajar siswa tentang membaca permulaan menggunakan kartu kata bergambar, dan foto kegiatan selama proses pembelajaran saat diadakan tindakan. Selain digunakan untuk sarana

pendukung dalam teknik pengumpulan data, dokumentasi juga bisa digunakan untuk arsip pendukung dalam penelitian selanjutnya serta bisa

digunakan sebagai bukti pelaksanaan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

(56)

41

mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah non tes berupa lembar

observasi dan dokumentasi. Adapun instrumen penelitian sebagai berikut. 1. Tes Membaca

Tes membaca berupa membaca kata melalui kartu kata bergambar.

Siswa satu persatu membaca kata yang ditunjukan oleh guru kemudian guru mencatat hasil membaca siswa dalam lembar kisi-kisi membaca permulaan.

Dengan demikian dapat diketahui apakah ada peningkatan atau tidak dalam keterampilan membaca permulaan sebelum diberikan tindakan dan etika

diberikan tindakan menggunakan kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca permulaan. Kisi-kisi instrumen penilaian berguna sebagai patokan guru dalam memberikan penilaian kepada siswa secara objektif. Berikut

[image:56.595.132.489.524.618.2]

kisi-kisi membaca permulaan untuk kelas 1 Sekolah Dasar menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 123).

Tabel 2. Pedoman Penilaian Membaca Permulaan

No Indikator Skor maksimal

1 Ketepatan membaca kata/kalimat 30

2 Lafal 20

3 Kelancaran 30

4 Keberanian 20

(57)

42

[image:57.595.134.504.142.511.2]

Sedangkan kisi-kisi tes membaca permulaan sebagai berikut.

Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Membaca Permulaan

Aspek yang dinilai

Indikator Skor

Ketepatan membaca kata/kalimat

Siswa dapat membaca kata/kalimat dengan benar.

21-30

Siswa membaca kata/kalimat sebagian benar.

11-20

Siswa membaca kata/kalimat banyak yang tidak benar.

1-10

Lafal Siswa membaca kata/kalimat dengan lafal yang wajar.

15-20

Siswa membaca kata/kalimat dengan lafal yang cukup wajar.

9-14

Siswa membaca kata/kalimat dengan lafal yang kurang wajar.

3-8

Kelancaran Siswa membaca kata/kalimat dengan lancar tanpa bantuan guru.

21-30

Siswa membaca kata/kalimat cukup lancar dengan sedikit bantuan dari guru.

11-20

Siswa membaca kata/kalimat kurang lancar dengan banyak bantuan dari guru.

1-10

Keberanian Berani membaca secara klasikal, berdua, dan secara individual.

15-20

Berani membaca secara klasikal, secara berdua tetapi tidak berani secara individual.

9-14

Berani membaca secara klasikal, tetapi tidak secara berdua dan klasikal.

3-8

Dari pemerolehan skor tes membaca permulaan tersebut kemudian hasilnya

(58)
[image:58.595.160.470.112.186.2]

43

Tabel 4. Kriteria Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan

No Angka Kriteria

1 80-100 Sangat Baik

2 66-79 Baik

3 56-65 Cukup

4 40-55 Kurang

2. Observasi

Lembar observasi berupa rating scale dibuat untuk mengetahui segala aktivitas yang terjadi pada saat proses pembelajaran membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar di kelas 1A SD Negeri Baleharjo.

Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran membaca permulaan

berlangsung.

Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru Pada Proses Pembelajaran

Membaca Permulaan

Aspek Indikator No.

Item Penggunaan

Media Kartu Kata Bergambar

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 1, 2

Guru menjelaskan materi 3, 4

Guru mempergunakan media kartu kata bergambar

5, 6

Guru memberikan kesempatan siswa untuk mencoba menggunakan media kartu kata bergmbar

7, 8

Guru melaksanakan pembelajaran secara klasikal, berkelompok, dan individu

9, 10

Guru membahas jawaban soal bersama-sama dan individu

11, 12, 13 Guru memberikan penghargaan dan kesimpulan terhadap hasil tes individu siswa

[image:58.595.122.502.468.714.2]
(59)

44

Lembar observasi ini digunakan peneliti untuk mengamati tindakan yang dilakukan kolaborator dalam melaksanakan pembelajaran dan

[image:59.595.126.502.329.519.2]

mengoperasikan kartu kata bergambar sesuai dengan perencanaan, peneliti mengamati dan mencatat kegiatan guru sebagai bahan untuk perbaikan tindakan berikutnya.

Tabel 6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa Pada Proses Pembelajaran

Membaca Permulaan

Aspek Indikator No. Item

Partisipasi siswa dalam pembelajaran

Siswa antusias dalam pembelajaran 1 Siswa memperhatikan selama pembelajaran berlangsung

2, 3

Siswa aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan

4, 5

Siswa berpartisipasi dalam kegiatan membaca 6, 7, 8 Siswa dapat menggunakan media kartu kata

bergambar

9, 10

Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dan soal

11, 12, 13

Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu 14 Hasil penilaian yang didapatkan 15, 16

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan kartu kata bergambar sesuai dengan

indikator yang telah dibuat.

G.Teknik Analisis Data

(60)

45

kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk membandingkan nilai siswa

selama siklus dan untuk mengetahui terjadinya peningkatan keterampilan atau tidak. Data skor tes keterampilan membaca permulaan dengan cara mencari

rata-ratanya, sehingga dapat diketahui peningkatan keterampilan membaca permulaan pada siswa. Anas Sudijono (2008: 81) mengemukakan nilai rata-rata

tes siswa dapat dihitung dengan rumus:

Mean = ∑�

Dari perhitungan skor yang diperoleh tiap siswa maka jumlah siswa yang mencapai rata-rata kelas dihitung untuk mengetahui presentase ketuntasan

belajar. Menurut Anas Sudijono (2008: 10) untuk memperoleh frekuensi relatif (angka persenan) digunakan rumus. Berikut rumus untuk menghitung tingkat

keberhasilan dalam suatu kelas.

Keterangan:

Mean = nilai rata-rata

Σx = nilai rata-rata N = jumlah siswa

Keterangan

P = angka presentase

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = jumlah frekuensi/ banyaknya individu

P = �

(61)

46 H.Kriteria Keberhasilan Tindakan

Sesuai dengan ciri PTK, keberhasilan penelitian ditandai dengan meningk

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Profil Kelas IA SD Negeri Baleharjo
Gambar 2. Skema Siklus Penelitian
Tabel 2. Pedoman Penilaian Membaca Permulaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan melalui pengamatan, pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca dengan penggunaan metode ceramah dan media papan

Secara teoritik dan empirik bahwa keterampilan membaca permulaan dapat ditingkatkan melalui media kartu kata pada siswa kelas I SDN 1 Jatipohon Kecamatan

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru kelas lain dan kepala sekolah dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan

Setelah mengamati kartu kata bergambar dan bertanya jawab dengan guru, siswa dapat membaca teks tentang jenis-jenis pekerjaan dengan intonasi yang tepat. Setelah

258 Dalam menerapkan pembelajaran membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas I SD Inpres 1 Kamarora dengan menggunakan media

Dalam menggunakan kartu kata ini guru melakukan langkah – langkah sebagai berikut : 1) guru terlebih dahulu menyusun perencanaan pembelajaran sehingga bisa disesuai

Berdasarkan hasil analisis data uji lapangan kelompok besar, diperoleh persentase yaitu (1) 94% siswa mudah menggunakan media kartu kata; (2) 94% siswa senang menggunakan

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan melalui pengamatan, pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca dengan penggunaan metode ceramah dan media papan tulis sudah baik, guru