• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Anak dengan Hirschprung prog B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Askep Anak dengan Hirschprung prog B"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan

Anak dengan Hirschprung

(2)
(3)

Definition

Hirschsprung's disease is a condition that affects the

large intestine (colon or large bowel) and causes

problems with passing stool.

It's present when a baby is born (congenital) and

results from missing nerve cells in the muscles of a

portion of the baby's colon.

Penyakit Hirschprung ditimbulkan karena kegagalan

migrasi kranio-kaudal dari cikal bakal sel ganglion

sepanjang usus pada minggu ke 5 sampai minggu ke

12., yang mengakibatkan terdapatnya segmen

(4)
(5)

Children with Hirschsprung's disease can be

constipated or have problems absorbing nutrients

from food.

In severe cases of Hirschsprung's disease, a

newborn child experiences an obstructed colon

and is unable to have a bowel movement.

In mild cases, doctors may not detect the disease

until later in a child's life.

Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering

ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang

disertai dengan kelainan bawaan lainnya,

(6)

Sign & Symptoms

Pada bayi yang baru lahir :

segera setelah lahir, bayi tidak

dapat mengeluarkan mekonium

tidak dapat buang air besar

dalam waktu 24-48 jam setelah

lahir

perut menggembung

muntah

(7)

Sign & Symptoms

Pada anak :

Failure to thrive (gagal tumbuh)

Nafsu makan tidak ada

(anoreksia)

(8)

Barium enema: The contrast material outlines a bowel

(9)

Pemeriksaan Penunjang

Barium enema : pemeriksaan ini dapat ditemukan daerah transisi,

gambaran kontraks usus tidak teratur, enterokoltis pada segmen yang

melebar, retensi barium setelah 24-48 jam

Foto polos abdomen : memperlihatkan usus melebar / gambaan obstruksi

usus rendah.

Manometri anorektal : mendeteksi reflek relaksasi dari internal spingter

setelah distensi lumen rektal

Biopsi isap : Mengambil mukosa & submukosa dengan alat penghisap

untuk mencari sel ganglion

Biopsi otot rektum : Pengambilan lapisan otot rectum

(10)

Klasifikasi

1. Hirschsprung segmen pendek

Segmen aganglionisis mulai dari

anus sampai sigmoid.

2. Segmen panjang

(11)

Penatalaksanaan

1. Konservatif

Pada neonates dilakukan pemasangan sonde

lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan

mekonium dan udara

2. Tindakan bedah sementara

Kolostomi pada neonatus

3. Tindakan bedah definitif

(12)

Komplikasi

1. Obstruksi usus

2. Konstipasi

3. Ketidakseimbangan elektrolit

4. Enterocolitis

(13)

Tindakan Pembedahan

Kolostomi (sementara)  >6 bulan pembedahan ke 2

Prosedur Duhamel’s Retro Rectal Pull Through :Penarikan

kolon normal ke arah bawah dan

menganastomosiskannya ke belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda.

Prosedur Swenson’s Retro Sigmoidectomy : end to end,

memotong aganglionik

Prosedur Soave’s Endo Rectal Pull Thrrough : Membiarkan

dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus

(14)
(15)
(16)

Daiganosa keperawatan (pra

bedah)

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh b.d intake tidak adekuat

Konstipasi b.d ketidakmampuan kolon

mengevakuasi feses

Risiko devisit volume cairan b.d intake

tidak adekuat

Cemas orang tua b.d kurang pengetahuan

(17)

Diagnosa Keperawatan (pasca

bedah)

Nyeri b.d insisi pembedahan

Risiko infeksi b.d kontaminasi

feses, kurang pengetahuan

keluarga dalam merawat klien

Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan terpajan

dari feses sekunder akibat

(18)

Perawatan Kolostomi

1. Siapkan alat untuk pelaksanaan kolostomi

2. Cuci tanggan

3. Jelaskan pada anak dan orang tua prosedur yg

akan digunakan

4. Lapaskan kantung kolostomi dan lakukan

pembersihan daerah kolostomi

5. Periksa adanya kemerahan dan iritasi

(19)

ANITA APRILIAWATI

2011

Atresia Ani/

Anus Imperforata /

(20)

Atresia Ani mrp s/ kelainan malformasi kongenital dimn tdk

lengkapnya perkembngan embrionik pd anus / tertutupnya

anus scr abnormal / tdk adanya lubang tetap pd anus

(Alimun,AH,2006)

Atresia Ani adl ketdksempurnaan perkembangan embrionik pd

distal usus shg mengakibatkan tertutupnya anus scr abnormal.

Atresia ani mrp kelaianan bawaan yg mengakibatkan

malformasi kongenital shg rektum tdk mempunyii lubang keluar.

(Suriadi,Yuliani R.,2006)

Atresia Ani mrp s/ kelainan malformasi kongenital dimn tdk

lengkapnya perkembngan embrionik pd anus / tertutupnya

anus scr abnormal / tdk adanya lubang tetap pd anus

(Alimun,AH,2006)

Atresia Ani adl ketdksempurnaan perkembangan embrionik pd

distal usus shg mengakibatkan tertutupnya anus scr abnormal.

Atresia ani mrp kelaianan bawaan yg mengakibatkan

malformasi kongenital shg rektum tdk mempunyii lubang keluar.

(Suriadi,Yuliani R.,2006)

(21)

Epidemiologi

Insiden Atresia Ani terjadi pd 1: 5000 kelahiran

hidup.

20-75% bayi menderita Anus Inperforata jg

menderita anomali lain, dg malformasi saluran

genitourinaria (20-54 % ) & fiistula trakeoesofagus

10% bayi.

Adanya

kelainan

yg

berhub.biasanya

sbg

penyebab kematian.

Insiden Atresia Ani terjadi pd 1: 5000 kelahiran

hidup.

20-75% bayi menderita Anus Inperforata jg

menderita anomali lain, dg malformasi saluran

genitourinaria (20-54 % ) & fiistula trakeoesofagus

10% bayi.

(22)

Faktor Kongenital Tdk diketahui

Ujung ekor berkembang menjadi kloaka (bakal genitourinari & struktur

anorectal)

Gangguan berhentinya perkembangan embrionik di daerah usus,rektum bag,distal serta traktus urogenitalis

(pada saat janina4-6 minggu)

Migrasi & perkembangan kolon,saluran urin & genetalia tdk sempurna (pd saat

janin 7-10 minggu) ATRESIA ANIATRESIA ANI

Terdapat fistula

Terdapat fistula Tidak Terdapat

fistula Tidak Terdapat fistula Feses/mekonium keluar melalui vagina/uretra Perempuan: melalui vagina (retrovaginal) Laki-laki: melalui uretra

(rectouretral) Feses/mekonium keluar melalui vagina/uretra Perempuan: melalui vagina (retrovaginal) Laki-laki: melalui uretra

(rectouretral)

Mekonium tidak keluar pada waktu

24-48 jam setelah lahir

Mekonium tidak keluar pada waktu 24-48 jam setelah

(23)

Letak Tinggi Rectum berakhir di

atas m.puborectalis, tdk ada spingter internal. Biasanya dihubungkan dgn fistula genitourinary (lubang anus terpisah dg ujung

rectum yg buntu)

Letak Tinggi

Rectum berakhir di atas m.puborectalis, tdk ada spingter internal. Biasanya dihubungkan dgn fistula genitourinary (lubang anus terpisah dg ujung

rectum yg buntu)

Intermediet

Rectum di

bawah

m.puborectalis,

lekukan anus

dan spingter

eksternal ada di

posisi normal.

Biasanya ada

fistula

Intermediet

Rectum di

bawah

m.puborectalis,

lekukan anus

dan spingter

eksternal ada di

posisi normal.

Biasanya ada

fistula

Letak Rendah Posisi rectum normal, ada spingter

eksternal & internal yg berkembang baik,

dg fungsi normal & tdk ada hubungan dg

saluran genitoury (saluran anus/rectum bag,bwah mengalami stenosis) Letak Rendah Posisi rectum normal, ada spingter

eksternal & internal yg berkembang baik,

dg fungsi normal & tdk ada hubungan dg

saluran genitoury (saluran anus/rectum

bag,bwah

mengalami stenosis)

Tipe Atresia Ani

Tipe Atresia Ani

KOLOSTOMI

(24)

Tanda Gejala Tanda Gejala

Perut menggembung

Perut menggembung

Distensi abdomen

Distensi abdomen

24-28 jam 24-28 jam

Tidak bisa BAB (tidak bisa

mengeluarkan mekonium setelah lahir) / keluar seperti pita

Tidak bisa BAB (tidak bisa

mengeluarkan mekonium setelah lahir) / keluar seperti pita

Muntah

Muntah

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

(25)
(26)

Pemeriksaan Lab. &

Diagnostik

Pemeriksaan Lab. &

Diagnostik

PF rectum (colok dubur) :

Untuk memeriksa kepatenan

rektal.

Melakukan

pemasukan

thermometer mel anus ,apakah

terdapat anus imperforata atau

tidak

PF rectum (colok dubur) :

Untuk memeriksa kepatenan

rektal.

Melakukan

pemasukan

thermometer mel anus ,apakah

terdapat anus imperforata atau

tidak

Sinar X terhadap abdomen: Untuk menentukan kejelasan ke seluruhan bowel dan jarak pemanjangan kantung rectum dari spingter.

Sinar X terhadap abdomen: Untuk

menentukan kejelasan ke seluruhan bowel dan jarak pemanjangan kantung rectum dari spingter.

Ultrasound terhadap

abdomen : Untuk melihat

fungsi organ internal

terutama dalam sistem

pencernaan dan untuk

mengetahui jarak

pemanjangan kantung

rectum dari spingternya.

Ultrasound terhadap

abdomen : Untuk melihat

fungsi organ internal

terutama dalam sistem

pencernaan dan untuk

mengetahui jarak

pemanjangan kantung

rectum dari spingternya.

Rontgenogram abdomen & pelvis: digunakan untuk

mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dgn

traktus urinarius.

Rontgenogram abdomen & pelvis: digunakan untuk

mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dgn

(27)

•Setelah anak berusia 6

bulan sampai 2 tahun/ BB =

10kg.

•Dilakukan “pulltrough”

sacroperineal &

abdominoperineal serta

PSARP (posterior sagital

anorectoplasti

)

•Setelah anak berusia 6

bulan sampai 2 tahun/ BB =

10kg.

•Dilakukan “pulltrough”

sacroperineal &

abdominoperineal serta

PSARP (posterior sagital

anorectoplasti

)

KOLOSTOMI

(28)

KOLOSTOMI

KOLOSTOMI

Gangguan integritas kulit Gangguan integritas kulit

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

DK : Gangguan integritas kulit b.d terpajan dari feses sekunder akibat kol ostomi

Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit.

KH : kulit sekitar tempat kolostomi tetap utuh, penyembuhan luka tepat waktu, bebas dari kemerahan & iritasi.

Intervensi :

1. Gunakan kantong ostomi berukuran pas dengan barier kulit yang efektif (misalnya, Hollihesive, Stomahesive atau Comfed).

2. Ganti kantong ostomi kapan pun kantong bocor atau diduga bocor. Periksa kantong setiap 2 jam.

3. Kosongkan kantong ostomi kapan pun kantong penuh, misalnya saat seperempat atau sepertiga bagian.

4. Ganti kantong ostomi sekurang-kurangnya sekali setiap 24 jam sampai area periostoma sembuh.

(29)

KOLOSTOMI

KOLOSTOMI

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

DK : Ansietas keluarga (orang tua) b.d kurangnypengetahuan tentang penyakit

dan terapi yang diprogramkan

Tujuan : Kecemasan keluarga (orang tua) dapat berkurang.

KH : Keluarga dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan terapi

yang diprogramkan.

Intervensi :

1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi saluran pencernaan normal serta sifat penyakit anak. Gunakan media dan gambar agar lebih mudah dipahami.

2. Beri jadwal pemeriksaan diagnostik pada orang tua.

3. Beri informasi pada orang tua tentang pembedahan kolostomi. Gunakan alat Bantu visual mengenai kolostomi.

4. Jelaskan kepada orang tua aktivitas yang diharapkan dan peristiwa selama periode pasca-operasi. Missal, kebutuhan intravena, pemeriksaan lab,

(30)

KOLOSTOMI

KOLOSTOMI

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

Risiko tinggi infeksi

Risiko tinggi infeksi

DK : Risiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan

Tujuan :

1. pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka tanpa bukti infeksi luka 2. pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi

KH :

1. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi luka 2. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi

Intervensi :

1. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat dengan kewaspadaan universal lain, terutama bila terdapat drainase luka.

2. Pantau suhu tubuh secara teratur.

3. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati untuk meminimalkan resiko infeksi 4. Jaga agar luka bersih dan balutan utuh

5. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban penyembuhan luka (mis,balutan hidrokoloid)

6. Ganti balutan bila diindikasikan, jika kotor, buang balutan yang kotor dengan hati-hati

(31)

KOLOSTOMI

KOLOSTOMI

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

Gangguan rasa nyaman: nyeri

Gangguan rasa nyaman: nyeri

DK : Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d pembedahan

Tujuan : Anak tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri sampai

tingkat yg dpt diterima anak KH : Anak beristirahat tenang &

menunjukkan bukti-bukti nyeri yg minimal

atau tidak ada

Intervensi :

1. Berikan posisi yg nyaman

2. Jangan menunggu sampai anak mengalami nyeri hebat untuk

intervensi mencegah terjadinya nyeri.

3. Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika diperlukan.

4. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar, serta bebas dari

simpul.

5. Lakukan aktivitas dan prosedur keperawatan (mis:mengganti balutan,

napas dalam, ambulansi) setelah analgesia

6. Berikan analgesik sesuai ketentuan untuk nyeri

7. Gunakan distraksi (aktivitas bermain)

(32)

KOLOSTOMI

KOLOSTOMI

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

Gangguan citra tubuh

Gangguan citra tubuh

DK : Gangguan citra tubuh b.d prosedur kolostomi

Tujuan : Anak akan mengalami peningka

tan konsep diri.

KH : dpt mengekspresikan tindakan kolostomi

sesuai dg usia & melakukan perawatan diri.

Intervensi:

1. Tingkatkan & motivasi pelaksanaan aktivitas perawatan diri spt hygiene harian, berdandan, pemberian makan & berbusana.

2. Anjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang kolostomi.

3. Pastikan pesepsi anak ttg citra tbhnya sendiri.Diskusikan pandangan anak thdp citra diri & efek yg ditimbulkan dr kondisi.

4. Bantu anak melihat adanya perubahan citra tbh & persepsi anak thdp peubahan tsb.

5. Dengarkan dg aktif masalah & ketakutan anak.. Diskusikan cara agar anak dpt berespon lebih adaptatif di masa dpn.

(33)

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

Risiko kekurangan volume cairan kurang

dari kebutuhan tubuh

Risiko kekurangan volume cairan kurang

dari kebutuhan tubuh

DK : Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d

penurunan asupan, mual dan muntah

Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan

K H :

- Output urin 1-2 ml/kg/jam

- Turgor kulit baik

- Membrane mukosa lembab

Intervensi :

1. Timbang berat badan anak setiap hari, pantau masukan dan

pengeluaran cairan.

(34)

Ansietas keluarga (orang tua)

Ansietas keluarga (orang tua)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

DK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd menurunnya

asupan , mual & muntah

Tujuan. : Kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi.

KH : Menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal, bebas

tanda malnutrisi.

Intervensi :

1. Pantau Input/ Output makanan / cairan.

2. Kaji kesukaan makanan anak.

3. Beri makan sedikit tapi sering.

4. Pantau BB secara periodik.

5. Libatkan orang tua, mis. membawa makanan dari rumah, membujuk

anak u/ makan.

6. Beri perawatan mulut sebelum makan.

7. Berikan isirahat yg adekuat.

(35)
(36)

Referensi

Dokumen terkait

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu

oleh peneliti dengan melalui proses pemeriksaan dari Tim Penilai Usul dan Laporan Penelitian Puslit l N P

Karateristik konsumen mahasiswa yang berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan konsumen (Rp) adalah variabel frekuensi pemelian cappucino cincau, frekuensi

f) surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang atau Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang yang menyatakan

Suksesi dengan urutan katastrofik , yang menjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung berapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan, pengeringan

Pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif yang artinya dengan memiliki suatu orientasi kewirausahaan yang tinggi, pemilik usaha genteng di Desa Pejaten akan mampu

Interaksi yang terjadi diantara ketiga obat utama gagal jantung kongestif berdasarkan level signifikansinya adalah digoksin- furosemid (level signifikansi 1) sebanyak

3abel adalah sebuah alat untuk menampilkan informasi dalam bentuk matrik. 3ampilan data atau informasi yang ada dalam tabel dibuat dalam bentuk baris dan kolom. 3abel