Asuhan Keperawatan
Anak dengan Hirschprung
Definition
Hirschsprung's disease is a condition that affects the
large intestine (colon or large bowel) and causes
problems with passing stool.
It's present when a baby is born (congenital) and
results from missing nerve cells in the muscles of a
portion of the baby's colon.
Penyakit Hirschprung ditimbulkan karena kegagalan
migrasi kranio-kaudal dari cikal bakal sel ganglion
sepanjang usus pada minggu ke 5 sampai minggu ke
12., yang mengakibatkan terdapatnya segmen
Children with Hirschsprung's disease can be
constipated or have problems absorbing nutrients
from food.
In severe cases of Hirschsprung's disease, a
newborn child experiences an obstructed colon
and is unable to have a bowel movement.
In mild cases, doctors may not detect the disease
until later in a child's life.
Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering
ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang
disertai dengan kelainan bawaan lainnya,
Sign & Symptoms
Pada bayi yang baru lahir :
segera setelah lahir, bayi tidak
dapat mengeluarkan mekonium
tidak dapat buang air besar
dalam waktu 24-48 jam setelah
lahir
perut menggembung
muntah
Sign & Symptoms
Pada anak :
Failure to thrive (gagal tumbuh)
Nafsu makan tidak ada
(anoreksia)
Barium enema: The contrast material outlines a bowel
Pemeriksaan Penunjang
•
Barium enema : pemeriksaan ini dapat ditemukan daerah transisi,
gambaran kontraks usus tidak teratur, enterokoltis pada segmen yang
melebar, retensi barium setelah 24-48 jam
•
Foto polos abdomen : memperlihatkan usus melebar / gambaan obstruksi
usus rendah.
•
Manometri anorektal : mendeteksi reflek relaksasi dari internal spingter
setelah distensi lumen rektal
•
Biopsi isap : Mengambil mukosa & submukosa dengan alat penghisap
untuk mencari sel ganglion
•
Biopsi otot rektum : Pengambilan lapisan otot rectum
Klasifikasi
1. Hirschsprung segmen pendek
Segmen aganglionisis mulai dari
anus sampai sigmoid.
2. Segmen panjang
Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pada neonates dilakukan pemasangan sonde
lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan
mekonium dan udara
2. Tindakan bedah sementara
Kolostomi pada neonatus
3. Tindakan bedah definitif
Komplikasi
1. Obstruksi usus
2. Konstipasi
3. Ketidakseimbangan elektrolit
4. Enterocolitis
Tindakan Pembedahan
Kolostomi (sementara) >6 bulan pembedahan ke 2
Prosedur Duhamel’s Retro Rectal Pull Through :Penarikan
kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya ke belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda.
Prosedur Swenson’s Retro Sigmoidectomy : end to end,
memotong aganglionik
Prosedur Soave’s Endo Rectal Pull Thrrough : Membiarkan
dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus
Daiganosa keperawatan (pra
bedah)
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake tidak adekuat
Konstipasi b.d ketidakmampuan kolon
mengevakuasi feses
Risiko devisit volume cairan b.d intake
tidak adekuat
Cemas orang tua b.d kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan (pasca
bedah)
Nyeri b.d insisi pembedahan
Risiko infeksi b.d kontaminasi
feses, kurang pengetahuan
keluarga dalam merawat klien
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan terpajan
dari feses sekunder akibat
Perawatan Kolostomi
1. Siapkan alat untuk pelaksanaan kolostomi
2. Cuci tanggan
3. Jelaskan pada anak dan orang tua prosedur yg
akan digunakan
4. Lapaskan kantung kolostomi dan lakukan
pembersihan daerah kolostomi
5. Periksa adanya kemerahan dan iritasi
ANITA APRILIAWATI
2011
Atresia Ani/
Anus Imperforata /
Atresia Ani mrp s/ kelainan malformasi kongenital dimn tdk
lengkapnya perkembngan embrionik pd anus / tertutupnya
anus scr abnormal / tdk adanya lubang tetap pd anus
(Alimun,AH,2006)
Atresia Ani adl ketdksempurnaan perkembangan embrionik pd
distal usus shg mengakibatkan tertutupnya anus scr abnormal.
Atresia ani mrp kelaianan bawaan yg mengakibatkan
malformasi kongenital shg rektum tdk mempunyii lubang keluar.
(Suriadi,Yuliani R.,2006)
Atresia Ani mrp s/ kelainan malformasi kongenital dimn tdk
lengkapnya perkembngan embrionik pd anus / tertutupnya
anus scr abnormal / tdk adanya lubang tetap pd anus
(Alimun,AH,2006)
Atresia Ani adl ketdksempurnaan perkembangan embrionik pd
distal usus shg mengakibatkan tertutupnya anus scr abnormal.
Atresia ani mrp kelaianan bawaan yg mengakibatkan
malformasi kongenital shg rektum tdk mempunyii lubang keluar.
(Suriadi,Yuliani R.,2006)
Epidemiologi
Insiden Atresia Ani terjadi pd 1: 5000 kelahiran
hidup.
20-75% bayi menderita Anus Inperforata jg
menderita anomali lain, dg malformasi saluran
genitourinaria (20-54 % ) & fiistula trakeoesofagus
10% bayi.
Adanya
kelainan
yg
berhub.biasanya
sbg
penyebab kematian.
Insiden Atresia Ani terjadi pd 1: 5000 kelahiran
hidup.
20-75% bayi menderita Anus Inperforata jg
menderita anomali lain, dg malformasi saluran
genitourinaria (20-54 % ) & fiistula trakeoesofagus
10% bayi.
Faktor Kongenital Tdk diketahui
Ujung ekor berkembang menjadi kloaka (bakal genitourinari & struktur
anorectal)
Gangguan berhentinya perkembangan embrionik di daerah usus,rektum bag,distal serta traktus urogenitalis
(pada saat janina4-6 minggu)
Migrasi & perkembangan kolon,saluran urin & genetalia tdk sempurna (pd saat
janin 7-10 minggu) ATRESIA ANIATRESIA ANI
Terdapat fistula
Terdapat fistula Tidak Terdapat
fistula Tidak Terdapat fistula Feses/mekonium keluar melalui vagina/uretra Perempuan: melalui vagina (retrovaginal) Laki-laki: melalui uretra
(rectouretral) Feses/mekonium keluar melalui vagina/uretra Perempuan: melalui vagina (retrovaginal) Laki-laki: melalui uretra
(rectouretral)
Mekonium tidak keluar pada waktu
24-48 jam setelah lahir
Mekonium tidak keluar pada waktu 24-48 jam setelah
Letak Tinggi Rectum berakhir di
atas m.puborectalis, tdk ada spingter internal. Biasanya dihubungkan dgn fistula genitourinary (lubang anus terpisah dg ujung
rectum yg buntu)
Letak Tinggi
Rectum berakhir di atas m.puborectalis, tdk ada spingter internal. Biasanya dihubungkan dgn fistula genitourinary (lubang anus terpisah dg ujung
rectum yg buntu)
Intermediet
Rectum di
bawah
m.puborectalis,
lekukan anus
dan spingter
eksternal ada di
posisi normal.
Biasanya ada
fistula
Intermediet
Rectum di
bawah
m.puborectalis,
lekukan anus
dan spingter
eksternal ada di
posisi normal.
Biasanya ada
fistula
Letak Rendah Posisi rectum normal, ada spingter
eksternal & internal yg berkembang baik,
dg fungsi normal & tdk ada hubungan dg
saluran genitoury (saluran anus/rectum bag,bwah mengalami stenosis) Letak Rendah Posisi rectum normal, ada spingter
eksternal & internal yg berkembang baik,
dg fungsi normal & tdk ada hubungan dg
saluran genitoury (saluran anus/rectum
bag,bwah
mengalami stenosis)
Tipe Atresia Ani
Tipe Atresia Ani
KOLOSTOMI
Tanda Gejala Tanda Gejala
Perut menggembung
Perut menggembung
Distensi abdomen
Distensi abdomen
24-28 jam 24-28 jamTidak bisa BAB (tidak bisa
mengeluarkan mekonium setelah lahir) / keluar seperti pita
Tidak bisa BAB (tidak bisa
mengeluarkan mekonium setelah lahir) / keluar seperti pita
Muntah
Muntah
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
Pemeriksaan Lab. &
Diagnostik
Pemeriksaan Lab. &
Diagnostik
PF rectum (colok dubur) :
Untuk memeriksa kepatenan
rektal.
Melakukan
pemasukan
thermometer mel anus ,apakah
terdapat anus imperforata atau
tidak
PF rectum (colok dubur) :
Untuk memeriksa kepatenan
rektal.
Melakukan
pemasukan
thermometer mel anus ,apakah
terdapat anus imperforata atau
tidak
Sinar X terhadap abdomen: Untuk menentukan kejelasan ke seluruhan bowel dan jarak pemanjangan kantung rectum dari spingter.
Sinar X terhadap abdomen: Untuk
menentukan kejelasan ke seluruhan bowel dan jarak pemanjangan kantung rectum dari spingter.
Ultrasound terhadap
abdomen : Untuk melihat
fungsi organ internal
terutama dalam sistem
pencernaan dan untuk
mengetahui jarak
pemanjangan kantung
rectum dari spingternya.
Ultrasound terhadap
abdomen : Untuk melihat
fungsi organ internal
terutama dalam sistem
pencernaan dan untuk
mengetahui jarak
pemanjangan kantung
rectum dari spingternya.
Rontgenogram abdomen & pelvis: digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dgn
traktus urinarius.
Rontgenogram abdomen & pelvis: digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dgn
•Setelah anak berusia 6
bulan sampai 2 tahun/ BB =
10kg.
•Dilakukan “pulltrough”
sacroperineal &
abdominoperineal serta
PSARP (posterior sagital
anorectoplasti
)
•Setelah anak berusia 6
bulan sampai 2 tahun/ BB =
10kg.
•Dilakukan “pulltrough”
sacroperineal &
abdominoperineal serta
PSARP (posterior sagital
anorectoplasti
)
KOLOSTOMI
KOLOSTOMI
KOLOSTOMI
Gangguan integritas kulit Gangguan integritas kulitAnsietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
DK : Gangguan integritas kulit b.d terpajan dari feses sekunder akibat kol ostomi
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit.
KH : kulit sekitar tempat kolostomi tetap utuh, penyembuhan luka tepat waktu, bebas dari kemerahan & iritasi.
Intervensi :
1. Gunakan kantong ostomi berukuran pas dengan barier kulit yang efektif (misalnya, Hollihesive, Stomahesive atau Comfed).
2. Ganti kantong ostomi kapan pun kantong bocor atau diduga bocor. Periksa kantong setiap 2 jam.
3. Kosongkan kantong ostomi kapan pun kantong penuh, misalnya saat seperempat atau sepertiga bagian.
4. Ganti kantong ostomi sekurang-kurangnya sekali setiap 24 jam sampai area periostoma sembuh.
KOLOSTOMI
KOLOSTOMI
Ansietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
DK : Ansietas keluarga (orang tua) b.d kurangnypengetahuan tentang penyakit
dan terapi yang diprogramkan
Tujuan : Kecemasan keluarga (orang tua) dapat berkurang.
KH : Keluarga dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan terapi
yang diprogramkan.
Intervensi :
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi saluran pencernaan normal serta sifat penyakit anak. Gunakan media dan gambar agar lebih mudah dipahami.
2. Beri jadwal pemeriksaan diagnostik pada orang tua.
3. Beri informasi pada orang tua tentang pembedahan kolostomi. Gunakan alat Bantu visual mengenai kolostomi.
4. Jelaskan kepada orang tua aktivitas yang diharapkan dan peristiwa selama periode pasca-operasi. Missal, kebutuhan intravena, pemeriksaan lab,
KOLOSTOMI
KOLOSTOMI
Ansietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
Risiko tinggi infeksi
Risiko tinggi infeksi
DK : Risiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan
Tujuan :
1. pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka tanpa bukti infeksi luka 2. pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi
KH :
1. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi luka 2. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi
Intervensi :
1. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat dengan kewaspadaan universal lain, terutama bila terdapat drainase luka.
2. Pantau suhu tubuh secara teratur.
3. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati untuk meminimalkan resiko infeksi 4. Jaga agar luka bersih dan balutan utuh
5. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban penyembuhan luka (mis,balutan hidrokoloid)
6. Ganti balutan bila diindikasikan, jika kotor, buang balutan yang kotor dengan hati-hati
KOLOSTOMI
KOLOSTOMI
Ansietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
Gangguan rasa nyaman: nyeri
Gangguan rasa nyaman: nyeri
DK : Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d pembedahan
Tujuan : Anak tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri sampai
tingkat yg dpt diterima anak KH : Anak beristirahat tenang &
menunjukkan bukti-bukti nyeri yg minimal
atau tidak ada
Intervensi :
1. Berikan posisi yg nyaman
2. Jangan menunggu sampai anak mengalami nyeri hebat untuk
intervensi mencegah terjadinya nyeri.
3. Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika diperlukan.
4. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar, serta bebas dari
simpul.
5. Lakukan aktivitas dan prosedur keperawatan (mis:mengganti balutan,
napas dalam, ambulansi) setelah analgesia
6. Berikan analgesik sesuai ketentuan untuk nyeri
7. Gunakan distraksi (aktivitas bermain)
KOLOSTOMI
KOLOSTOMI
Ansietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
DK : Gangguan citra tubuh b.d prosedur kolostomi
Tujuan : Anak akan mengalami peningka
tan konsep diri.
KH : dpt mengekspresikan tindakan kolostomi
sesuai dg usia & melakukan perawatan diri.
Intervensi:
1. Tingkatkan & motivasi pelaksanaan aktivitas perawatan diri spt hygiene harian, berdandan, pemberian makan & berbusana.
2. Anjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang kolostomi.
3. Pastikan pesepsi anak ttg citra tbhnya sendiri.Diskusikan pandangan anak thdp citra diri & efek yg ditimbulkan dr kondisi.
4. Bantu anak melihat adanya perubahan citra tbh & persepsi anak thdp peubahan tsb.
5. Dengarkan dg aktif masalah & ketakutan anak.. Diskusikan cara agar anak dpt berespon lebih adaptatif di masa dpn.
Ansietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
Risiko kekurangan volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh
Risiko kekurangan volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh
DK : Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan asupan, mual dan muntah
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
K H :
- Output urin 1-2 ml/kg/jam
- Turgor kulit baik
- Membrane mukosa lembab
Intervensi :
1. Timbang berat badan anak setiap hari, pantau masukan dan
pengeluaran cairan.
Ansietas keluarga (orang tua)
Ansietas keluarga (orang tua)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
DK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd menurunnya
asupan , mual & muntah
Tujuan. : Kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi.
KH : Menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal, bebas
tanda malnutrisi.
Intervensi :
1. Pantau Input/ Output makanan / cairan.
2. Kaji kesukaan makanan anak.
3. Beri makan sedikit tapi sering.
4. Pantau BB secara periodik.
5. Libatkan orang tua, mis. membawa makanan dari rumah, membujuk
anak u/ makan.
6. Beri perawatan mulut sebelum makan.
7. Berikan isirahat yg adekuat.